Anda di halaman 1dari 10

E-ISSN - 2477-6521

Vol 4(3) Oktober 2019 (630-640)

Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan


Avalilable Online http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance

Terapi Bermain Puzzle Berpengaruh Terhadap Kemampuan


Memori Jangka Pendek Anak Tunagrahita

Sutinah
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi, Indonesia (36132)
*
Email korespondensi: Ns.titin@yahoo.com

Submitted :13-09-2019, Reviewed:29-09-2019, Accepted:06-10-2019


DOI: http://doi.org/10.22216/jen.v4i3.4385

ABSTRAK
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial
sehingga mereka memiliki keterbatasan dalam kemampuan kognitif, verbal, motorik dan sosialisasi.
Fleksibilitas yang kurang dan perkembangan sel kortikal yang lambat menyebabkan anak tunagrahita
memiliki masalah dalam memori khususnya memori jangka pendek. Puzzle merupakan alat permainan
edukatif yang memiliki manfaat meningkatkan daya ingat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh terapi bermain puzzle terhadap kemampuan memori jangka pendek anak tunagrahita ringan.
Desain penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode quasy experimen dengan pengambilan
sampel simple random sampling sebesar 22 responden. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
lembar observasi tes digit span. Penelitian ini menggunakan uji statistik T-berpasangan dengan
signifikansi 0,05. Hasil penelitian uji statistik menunjukkan nilai p-value= 0,000 yang artinya terdapat
pengaruh terapi bermain puzzle terhadap kemampuan memori jangka pendek anak tunagrahita ringan.

Kata Kunci : Memori; Terapi Puzzle; Tunagrahita

ABSTRACT
The children with mentally retarded have an limited intelligence and incompetence in social
interactions. They are have a limitations in cognitive, verbal, motoric and socialization abilities. The
Poor flexibility and slow cortical cell development causes mentally retarded children to have problems
in memory, especially short-term memory. Puzzle is an educational game tool that has a benefit of
improving the memory. The purpose of this study was to determine the effect of puzzle play therapy on
short-term memory abilities of mild mentally retarded children. The quantitative research design was
use the quasy method experiment with simple random sampling in 22 respondents. The research
instrument used the observation sheet of the digit span test. This study used the T-paired statistical test
with a significance of 0.05. The results of the statistical test show the value of p-value=0,000, which
means that there is an effect of playing puzzle therapy on short-term memory abilities of mild mentally
retarded children.

Key words: Memory; Puzzle Therapy; Mentally impaired

LLDIKTI Wilayah X 630


Sutinah et. all | Terapi Bermain Puzzle Berpengaruh Terhadap Kemampuan Memori Jangka
Pendek Anak Tunagrahita
(630-640)

PENDAHULUAN singkat. Memori jangka pendek tidak


Tunagrahita masih merupakan dilema akan lama tersimpan kecuali ada proses
dan sumber kecemasan bagi keluarga dan pengulangan yang terus-menerus
masyarakat, karena kondisi ini (Baihaqi, 2016).
menyebabkan anak mengalami hambatan Fungsi kognitif yang memiliki peran
dalam intelegensi dan interaksi sosialnya penting untuk kehidupan sehari-hari
(Soetjiningsih, 2016). Anak tunagrahita membuat fungsi kognitif menjadi
keadaan perkembangan pikirannya tertahan perhatian utama yang harus diperbaiki
atau tidak komplet sehingga untuk anak dengan tunagrahita (Irwanto,
mempengaruhi kemampuan kognitif, 2006). Menurut (Wong, 2009), dimensi
keterbatasan dalam kemampuan kognitif perawatan utama untuk anak tuna grahita
erat kaitannya dengan proses berpikir adalah fungsi kognitif dan keterampilan.
seperti bahasa, belajar, dan ingatan Fungsi intelektual dan adaptasi dapat
(Gunarsa, 2008). berubah sejalan dengan waktu dan dapat
Tunagrahita cukup banyak baik di meningkat sesuai dengan fungsi maturasi
negara maju dan berkembang. Prevalensi dan respon terhadap pelatihan dan
tunagrahita didunia 1-3%, Negara Francis rehabilitasi.
1,5-8,6% dan di Inggris 1-8% (Maramis, Anak dengan tunagrahita ringan masih
2011). Tunagrahita terjadi pada anak usia memiliki kemampuan kognitif yang bisa
sekolah 6-14 tahun, angka kejadian diperbaiki dengan adanya pendidikan dan
tunagrahita ringan 85%, sedang 10%, berat pelatihan dari pada anak tunagrahita
4%, berat sekali 1-2% di Indonesia dengan klasifikasi yang lain (Irwanto,
prevalensinya 3%, jumlah siswa sekolah 2006). Angka kecerdasan yang rendah
luar biasa (SLB) di Indonesia terdapat pada anak tunagrahita ringan membuat
62.011 anak, 60% laki-laki (Behrman, kapasitas belajar anak tersebut terbatas
2000). Tunagrahita terjadi pada usia terutama untuk hal-hal yang abstrak,
sekolah dan pada anak laki-laki. kurang mampu memusatkan perhatian,
Tunagrahita juga tersebar di Kota Jambi, kurang mampu mengikuti petunjuk, cepat
menurut (Dinas Sosial, 2018), terdapat lupa, kurang kreatif dan inisiatif, namun
1.386 orang yang tersebar disepuluh anak dengan tuna grahita ringan memiliki
Kabupaten dan Kota. Tunagrahita di Kota kemampuan untuk mempelajari
Jambi 333 (24,02%) anak tersebar di keterampilan dasar akademik, hal ini terjadi
Yayasan Unggul Sakti 35, SDLB Kota karena anak tuna grahita ringan adalah
Jambi 28, Yayasan Bunga Bangsa 50 dan anak yang memiliki angka kecerdasan
SLB Sri Soedewi 57. antara 55-70 dan sering disebut sebagai
Hambatan yang dimiliki anak anak mampu didik atau debil (Aprilia Dwi
tunagrahita dalam kemampuan ingatan Puspitasari, 2015).
atau memori terutama kemampuan Anak-anak berkebutuhan khusus dalam
memori jangka pendek sehingga isi program pembelajarannya dapat
mengalami keterbatasan dalam mengingat, memanfaatkan permainan terapeutik yang
anak tunagrahita memiliki kemampuan meliputi permainan explorasi, permainaan
memori jangka pendek yang rendah dari sosialisasi, permainan keterampilan,
anak normal sedangkan kemampuan permainan imajinatif dan permainan
memori jangka panjang anak tunagrahita memecahkan masalah melalui puzzle atau
tidak berbeda dengan anak normal apabila puzzle it-out play. Dengan model
ada pengulangan secara terus-menerus pengulangan, pemberian contoh dan
(Soemantri, 2012). Memori jangka pendek arahan, ketekunan, kasih sayang,
merupakan sistem memori yang memiliki pemecahan materi menjadi beberapa bagian
kemampuan terbatas dan terlibat dalam kecil (Delphie, 2012). Menurut
proses mengingat informasi dalam waktu (Harburger,L.,Nzerem,C.,Frick, 2007)

LLDIKTI Wilayah X 631


Sutinah et. all | Terapi Bermain Puzzle Berpengaruh Terhadap Kemampuan Memori Jangka
Pendek Anak Tunagrahita
(630-640)

dengan adanya stimulasi otak dapat wawancara dengan guru kemampuan


menumbuhkan koneksi yang baru. memori jangka pendek anak tunagrahita
Stimulasi yang cukup dapat membuat ringan mengalami gangguan, seperti anak
otak memiliki korteks yang lebih tebal, tunagrahita ringan kebanyakan mudah lupa
percabangan dendrit dan pertumbuhan dengan pelajaran yang telah diberikan,
spina akan menjadi lebih banyak dan sel kesulitan dalam belajar pengoperasian
otak menjadi berkembang optimal. matematika dan ketika disuruh mengambil
Stimulasi kognitif pada otak dapat sesuatu, anak tunagrahita masih bingung,
diterapkan pada berbagai lingkungan. mudah lupa dan menanyakan kembali apa
Media permainan puzzle juga salah satu yang disuruh.
jenis permainan yang disukai oleh anak. Upaya yang telah dilakukan oleh guru-
Puzzle adalah permainan yang terdiri dari guru untuk meningkatkan daya ingat
potongan gambar-gambar, kotak-kotak, siswa yaitu melalui metode belajar dengan
bangun-bangun, huruf-huruf dan angka- mengulang kembali pelajaran yang telah
angka yang disusun menjadi sebuah disampaikan sebanyak 2 sampai 3 kali
permainan yang memiliki daya tarik. dan membimbing langsung siswa
Sehingga permainan puzzle akan membuat perindividu dalam pembelajaran, juga
peserta didik menjadi termotivasi untuk dengan media belajar yang digunakan
mengikuti pembelajaran dengan merangkai untuk mengasah kemampuan kognitif anak
potongan puzzle secara tepat dan cepat (Sri yaitu dengan media belajar yang telah
Febriani, 2013). Puzzle dapat melatih nalar digunakan plastisin, playdough, kertas
konstruktif benda dalam diri anak, melatih gambar atau warna, kartu pintar dan puzzle.
ingatan, merangsang imajinasi anak, Namun penerapan media belajar ini
mengajari anak rancang bangun sederhana, tergantung kepada guru yang mengajar,
mengenalkan anak pada bentuk-bentuk atau masih jarang dilakukan dan tidak terjadwal.
pola-pola tetentu yang baru (Sujiono, Terdapat 5 siswa dari 7 siswa yang telah
2008). diobservasi dengan menggunakan skala
Hasil penelitian didapatkan bahwa intelegensi yaitu tes digit span (alat
terdapat peningkatan kemampuan untuk mengukur memori jangka pendek
memahami konsep bilangan melalui yang terdiri 2 komponen yaitu deretan
permainan lompat gambar dapat huruf maju dan deretan huruf mundur),
dikategorikan berkembang sangat baik didapatkan hasil setelah observasi yaitu
sebesar 75%-80% (Sartika, 2013). mengalami tingkat daya ingat yang sangat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan rendah.
(Lilis Maghfuroh, 2018), Hasil penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu
ini menunjukkan ada pengaruh metode untuk mengetahui apakah ada pengaruh
bermain puzzle terhadap perkembangan terapi bermain puzzle terhadap kemampuan
motorik halus diketahui p sign = 0,001 memori jangka pendek anak tunagrahita.
dimana nilai signifikan p < 0,05. Metode
bermain Puzzle dapat meningkatkan METODE PENELITIAN
perkembangan motorik halus anak. Jenis penelitian kuantitatif pre
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh eksperimental dengan rancangan one group
peneliti di SDLB Prof. Dr. Sri Soedewi pre test dan post test design. Penelitian
Masjchun Sofwan, SH Kota Jambi yaitu dilakukan di SDLB Prof. Dr. Sri Soedewi
melakukan wawancara dengan kepala Masjchun Sofwan, SH Kota Jambi.
sekolah menyebutkan bahwa hanya Populasi pada penelitian ini adalah
terdapat anak-anak tunagrahita ringan dan keseluruhan anak tunagrahita sebanyak 57
sedang. Jumlah anak dari kelas 1 sampai orang. Sampel penelitian ini sebanyak 22
dengan kelas 6 SD yang mengalami orang diambil dengan menggunakan
tunagrahita sebanyak 57 siswa. Hasil kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria

LLDIKTI Wilayah X 632


Sutinah et. all | Terapi Bermain Puzzle Berpengaruh Terhadap Kemampuan Memori Jangka
Pendek Anak Tunagrahita
(630-640)

inklusi penelitian ini terdiri dari anak Etika penelitian dilaksanakan untuk
tunagrahita ringan, kooperatif, informed melindungi responden yang menjadi
consent dari orang tua. Tehnik sampling subyek penelitian. Etika penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hal yang sangat penting dalam
proportional simple random sampling penelitian, mengingat penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti keperawatan berhubungan langsung
melakukan pengumpulan data (tahap dengan manusia, maka segi etika penelitian
persiapan) melalui tahap:1) Memilih harus diperhatikan. Peneliti memegang
responden sesuai kriteria 2) Memberikan prinsip scientific attitude sikap ilmiah dan
penjelasan tentang tujuan, proses, harapan mempertimbangkan aspek sosio, etika,
dari penelitian ini dengan jelas dan harkat martabat kemanusiaan.
memberi kesempatan bertanya 3) Apabila Sebelum penelitian dilakukan,
bersedia berpartisipasi lalu responden yang memenuhi syarat diberikan
menandatangani informed consent 4) penjelasan tentang tujuan penelitian,
Membagi kelompok 5) Melakukan kontrak. manfaat penelitian, jaminan kerahasiaan
Selanjutnya tahap pelaksanaan terdiri dari penelitian, kenyamanan, peran yang dapat
pretest, intervensi dan postest, adapun dilakukan oleh responden yang menjadi
kegiatan pre test dilakukan pada hari subyek penelitian. Setiap responden diberi
pertama sebelum melakukan terapi bermain hak penuh untuk menyetujui atau menolak
dengan puzzle. Peneliti melakukan menjadi responden dengan cara
pengukuran kemampuan memori jangka menandatangani informed concent untuk
pendek dengan menggunakan lembar kesediaan menjadi responden dalam
observasi digit span forward dan penelitian ini yang telah disiapkan oleh
backward. Sementara itu tahap pelaksanaan peneliti.
(intervensi):1) intervensi dilakukan pada Penelitian ini dilaksanakan dengan
hari kedua sampai ketiga belas dengan memperhatikan dan menjunjung tinggi
menjelaskan kepada responden tentang etika penelitian. Prinsip pertama
maksud dan tujuan. 2) Puzzle terdiri dari mempertimbangkan hak responden untuk
beberapa macam warna dalam bentuk mendapatkan informasi, terbuka yang
angka. 3) Peneliti dan guru melakukan berkaitan dengan penelitian serta bebas
diskusi tentang jalannya pembelajaran menentukan pilihan (autonomy). Prinsip
melalui terapi bermain dengan kedua tidak menampilkan informasi nama,
menggunakan media puzzle yang akan alamat asal responden dalam kuesioner dan
dilakukan. 4) Kegiatan selanjutnya alat ukur untuk menjamin kerahasiaan
memberikan terapi bermain dengan media (confidentiality) untuk itu peneliti akan
puzzle kepada siswa dengan cara menggunakan nomor responden. Konotasi
mengajarkan cara menyusun potongan keterbukaan dan keadilan (justice) dengan
puzzle yang sesuai sehingga menjadi suatu menjelaskan prosedur penelitian dan
bentuk. Peneliti memberikan contoh pada memperhatikan kejujuran (honesty) serta
anak bagaimana menyusun potongan ketelitian, responden bebas dari rasa tidak
puzzle. 5) Kemudian siswa diberikan puzzle nyaman fisik maupun psikologis (non
untuk mengikuti apa yang telah diajarkan maleficence) dibuktikan dengan tempat
dalam menyusun puzzle. 6) Peneliti penelitian yang nyaman.
memperkenalkan susunan puzzle yang Instrumen yang digunakan adalah
dibuat. Post test dilakukan pada hari ke lembar observasi baku yaitu berupa
empat belas dengan cara mengobservasi instrumen dari Wechsler Intelligence Scale
satu per satu anak seputar kemampuan for Children-Fourth Edition (WISCIV)
memori jangka pendek anak dengan yang terdiri dari digit forward dan digit
menggunakan lembar observasi tes digit backward. Penilaian dari digit forward
span forward dan backward. dan digit backward tidak ada perbedaan,

LLDIKTI Wilayah X 633


Sutinah et. all | Terapi Bermain Puzzle Berpengaruh Terhadap Kemampuan Memori Jangka
Pendek Anak Tunagrahita
(630-640)

yang membedakannya adalah teknis dari 12 lebih dari cukup, skor 13-16 tinggi dan
kedua alat ukur tersebut. Digit forward skor 17 sangat tinggi.
menghitung jumlah digit dalam seri yang Data yang dikumpulkan selanjutnya
bisa diingat dan diucapkan oleh responden diolah melalui beberapa tahap: 1) Editing
dengan urutan digit dari depan ke dilakukan untuk melihat kelengkapan data
belakang, sedangkan digit backward 2) Coding tindakan memberi kode pada
menghitung jumlah digit dalam seri yang kuesioner responden 3) Entry data kegiatan
bisa diingat dan diucapkan oleh respondens memasukkan data kedalam program
dengan urutan digit dari belakang ke depan. komputer untuk dilakukan analisis
Penilaian hasil pengukuran dilakukan menggunakan softwer statistic 4) Cleaning
melalui dua tahap. Pertama, pemberian kegiatan yang dilakukan untuk mengecek
tanda cek (√) pada seri yang bisa kembali apakah masih terdapat kesalahan
diucapkan dengan benar baik dari digit data atau tidak. Penelitian ini menggunakan
forward dan digit backward. Kedua, analisis univariat dan bivariat dengan uji T
dengan menentukan skor dengan jumlah dependent.
digit dalam seri yang terakhir bisa diingat
dan diucapkan oleh anak tuna grahita HASIL DAN PEMBAHASAN
ringan. Kemampuan memori jangka pendek Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dikatakan skornya 0-4 berarti kemampuan karakteristik anak tunagrahita mayoritas
memori jangka pendek yang dimiliki sangat berjenis kelamin laki-laki (54,5%),
rendah, jika skor 5-8 kategori rendah, skor responden lebih banyak berusia 12 tahun
9 kurang dari cukup, skor 10-11 cukup, skor (22,7%). Dapat dilihat pada tabel 1 dan 2:
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Persentase (%)


1 7 tahun 1 4.5
2 8 tahun 3 13.6
3 9 tahun 1 4.5
4 10 tahun 2 9.1
5 11 tahun 4 18.2
6 12 tahun 5 22.7
7 13 tahun 4 18.2
8 14 tahun 2 9.1

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)


1 Laki-laki 12 54.5
2 Perempuan 10 45.5

Hasil ini menunjukkan bahwa usia 2005) yang mengatakan ingatan paling
responden adalah kelompok usia sekolah, tajam pada diri manusia berlaku untuk
kemampuan memori jangka pendek pada ingatan yang bersifat mekanis yakni ingatan
kelompok usia yang sama memiliki untuk kesan-kesan penginderaan terjadi
persamaan dalam kemampuan memorinya pada masa kanak-kanak (10-14 tahun).
(Titik Sumiatin, 2014). Memiliki kategori Teori yang dikembangkan oleh Chugani
kemampuan memori jangka pendek cukup (1998) menyatakan bahwa otak memiliki
setelah diberikan terapi bermain puzzle, hal sifat plastisitas yang dapat membuat
ini sejalan dengan (Elisabeth Demuth, kemampuan otak dalam memori semakin

LLDIKTI Wilayah X 634


Sutinah et. all | Terapi Bermain Puzzle Berpengaruh Terhadap Kemampuan Memori Jangka
Pendek Anak Tunagrahita
(630-640)

berkembang ketika otak semakin banyak memori, minat tersebut akan memberikan
digunakan. Responden yang merupakan motivasi kepada seseorang untuk terus
usia sekolah masih dapat mengalami mempelajari sesuatu yang memang ia
peningkatan kemampuan memori jangka sukai. Kemudian, karena minat itulah
pendek, sehingga diperlukan stimulasi seseorang akan mengembangkan
untuk meningkatkannya. kemampuannya. Akibatnya dan setelah
(Komang Srianis, 2014) mengatakan diberikan terapi bermain puzzle terdapat
bahwa faktor jenis kelamin mempengaruhi anak perempuan yang memiliki
ingatan seseorang, wanita diduga lebih kemampuan memori jangka pendek lebih
banyak dan cenderung untuk menjadi dari cukup dan setelah diberikan terapi
pelupa. Hal ini disebabkan karena pengaruh bermain puzzle menjadi cukup.
hormonal, stres yang menyebabkan ingatan (Soetjiningsih, 2016) mengatakan
berkurang, akhirnya mudah lupa. Bila kerja bahwa dalam periode perkembangan anak
otak kurang aktif, maka sel-sel yang jarang yaitu periode kritis 0-3 tahun diperlukan
dirangsang tersebut akan mengalami rangsangan/stimulasi yang berguna untuk
kemunduran dan menyebabkan mudah meningkatkan potensi yang ada pada anak,
lupa. termasuk perkembangan memori. Telah
Data mengenai karakteristik responden diteliti bahwa semakin banyak stimulasi
pada penelitian ini menyatakan bahwa anak yang diterima seorang anak dilingkungan
yang berjenis kelamin perempuan sebelum rumah maupun formal akan mempengaruhi
dilakukan terapi bermain puzzle sebagian fungsi kognitif anak.
besar memiliki kemampuan memori jangka Tidak hanya saat periode kritis, tetapi
pendek yang rendah dan sesudah diberikan juga periode selanjutnya bahkan seumur
terapi bermain puzzle terdapat 3 anak hidup diperlukan stimulasi yang baik untuk
memiliki kemampuan memori jangka mempertahankan fungsi kognitif manusia
pendek yang cukup sedangkan sebagian (Elmi Oktavia, 2015). (Baihaqi, 2016)
besar anak laki-laki memiliki kemampuan mengatakan otak dapat menumbuhkan
memori jangka pendek sebelum diberikan koneksi yang baru dengan stimulasi
terapi bermain puzzle yang sangat rendah lingkungan. Bila seseorang memperkaya
dan sesudah diberikan terapi bermain lingkungannya, maka otak akan
dengan puzzle dua anak memiliki mempunyai korteks yang tebal,
kemampuan memori jangka pendek yang percabangan dendrit dan pertumbuhan
cukup. spina yang lebih banyak serta tubuh sel
Hal ini disebabkan saat penelitian yang lebih besar (Alan Tresno Setiawan,
berlangsung anak perempuan yang 2012). Jadi semakin sering dilakukan
memiliki antusiasme yang lebih tinggi rangsangan dengan terapi bermain puzzle
dibandingkan anak laki-laki karena minat disekolah sekaligus dilingkungan rumah
dan motivasi. Seorang psikolog asal Jerman akan berpengaruh membantu
bernama Kurt Lewin (1890-1947) meningkatkan perkembangan memori anak
menyatakan bahwa minat dan motivasi tunagrahita ringan.
menunjukkan konsentrasi energi pada Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sektor tertentu yang berada di dalam sebanyak 50% responden sebelum
kesadaran. Konsentrasi energi itulah yang diberikan terapi bermain puzzle memiliki
membuat sesuatu tidak mudah dilupakan kemampuan memori jangka pendek sangat
oleh seseorang. Pada proses penanaman rendah. Dapat dilihat pada tabel 3:

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kemampuan Memori Jangka Pendek Anak Tunagrahita


Ringan Sebelum Diberikan Terapi Bermain Puzzle

LLDIKTI Wilayah X 635


Sutinah et. all | Terapi Bermain Puzzle Berpengaruh Terhadap Kemampuan Memori Jangka
Pendek Anak Tunagrahita
(630-640)

No Variabel Jumlah Persentase (%)


1 Sangat rendah 11 50
2 Rendah 11 50
3 Kurang dari cukup 0 0
4 Cukup 0 0
5 Lebih dari cukup 0 0
6 Tinggi 0 0
7 Sangat tinggi 0 0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18,2% responden memiliki kemampuan


sesudah diberikan terapi bermain puzzle, memori jangka pendek yang kurang dari
22,7% responden memiliki kemampuan cukup. Dapat dilihat pada tabel 4:
memori jangka pendek yang cukup dan
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kemampuan Memori Jangka Pendek Anak Tunagrahita
Ringan Sesudah Diberikan Terapi Bermain Puzzle
No Variabel Jumlah Persentase (%)
1 Sangat rendah 2 9.1
2 Rendah 11 50
3 Kurang dari cukup 4 18.2
4 Cukup 5 22.7
5 Lebih dari cukup 0 0
6 Tinggi 0 0
7 Sangat tinggi 0 0

Setelah dilakukan analisis bivariat, uji satatistik diperoleh nilai p-value=0,000


diketahui bahwa rata-rata kemampuan (<0,05) dengan kata lain ada pengaruh
memori jangka pendek sebelum dilakukan terapi bermain puzzle terhadap peningkatan
terapi bermain dengan puzzle adalah 4.50 kemampuan memori jangka pendek anak
dan setelah dilakukan terapi bermain tunagrahita ringan di SDLB Prof.DR. Sri
dengan puzzle rata-rata kemampuan Soedewi Masjchun Sofwan, SH Kota
memori jangka pendek adalah 7.64. Hasil Jambi. Dapat dilihat pada tabel 5:

Tabel 5. Pengaruh Terapi Bermain Dengan Puzzle Terhadap Kemampuan Memori


Jangka Pendek Anak Tunagrahita Ringan
Variabel Mean SD SE N p-value

LLDIKTI Wilayah X 636


Sutinah et. all | Terapi Bermain Puzzle Berpengaruh Terhadap Kemampuan Memori Jangka
Pendek Anak Tunagrahita
(630-640)

Kemampuan 4.50 2.08 0.44 22 0.000


memori
jangka pendek
sebelum
diberikan
terapi bermain
puzzle

Kemampuan 7.36 2.12 0.45 22


memori
jangka
pendek
sesudah
diberikan
terapi
bermain
puzzle

Hasil penelitian diketahui bahwa dikarenakan saat ada stimulasi maka


sesudah dilakukan terapi bermain dengan struktur otak anak berubah secara
puzzle terhadap 22 responden anak dramatis, hubungan antar neuron lebih
tunagrahita ringan, skor kemampuan banyak, sel glia yang menyokong fungsi
memori jangka pendek mengalami neuron bertambah, dan kapiler-kapiler
peningkatan dengan kategori kemampuan darah yang menyuplai darah dan oksigen ke
memori jangka pendek anak tunagrahita otak menjadi lebih padat. Stimulasi otak
ringan sangat rendah 9.1%, rendah 50%, mempunyai banyak efek positif pada
kurang dari cukup 18.2%, cukup 22.7%. struktur dan fungsi otak, termasuk
Hasil penelitian ini didukung oleh meningkatkan jumlah sel penyokong
penelitian yang dilakukan oleh (Putri Setia saraf, dan memperbaiki kemampuan
Ningsih, 2013) tentang pengaruh terapi memori dan menambah jumlah cabang-
permainan jemuran bernomor untuk cabang dendrit, memperbanyak sinapsis
meningkatkan kemampuan melakukan (hubungan antarsel saraf) (Delphie, 2012).
pengurangan bagi anak tunagrahita ringan Stimulasi yang cukup dapat membuat
dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p otak memiliki korteks yang lebih tebal,
value=0,000 yang berarti ada pengaruh percabangan dendrit dan spina menjadi
terapi permainan jemuran bernomor untuk lebih banyak sehingga sel otak semakin
meningkatkan kemampuan melakukan berkembang
pengurangan bagi anak tunagrahita ringan. (Harburger,L.,Nzerem,C.,Frick, 2007).
Hasil penelitian ini juga didukung oleh Pernyataan dari (Wong, 2009) semakin
penelitian (Elwa Utari, 2014) dengan hasil memperkuat pendapat bahwa stimulasi
bahwa ada peningkatan kemampuan diperlukan dalam perkembangan otak
kecerdasan dengan modifikasi game bambu karena dapat meningkatkan neurogenesis
pada anak tunagrahita menengah dengan dan meningkatkan kerja hipokampus
nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus I sehingga dapat meningkatkan
nilai 50% dan 60% tanpa bantuan, hasil kemampuan memori jangka pendek (Nida
kemampuan pada siklus ke II menunjukkan Ria, 2014). Secara teoritis fungsi intelektual
peningkatan 80 %. dan adaptasi sosial dapat berubah sejalan
Adanya perbedaan selisih skor setelah dengan waktu dan dapat meningkat sesuai
pemberian terapi bermain puzzle dengan fungsi maturasi dan respon terhadap

LLDIKTI Wilayah X 637


Sutinah et. all | Terapi Bermain Puzzle Berpengaruh Terhadap Kemampuan Memori Jangka
Pendek Anak Tunagrahita
(630-640)

pelatihan, dalam memberikan pelatihan dengan puzzle sangat rendah sebesar 50%
pada anak dengan tunagrahita haruslah setelah terapi bermain puzzle 22.7%.
dengan metode pengembangan kognitif Terdapat pengaruh terapi bermain puzzle
yang tepat diantaranya yaitu dengan terapi terhadap kemampuan memori jangka
bermain (Elmi Oktavia, 2015). pendek anak tunagrahita ringan dengan
(Riyanti, 2005) mengatakan bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai p-
untuk penyelidikan ingatan dapat value=0,000 (<0.05).
digunakan metode rekonstruksi yaitu
dimana metode ini menugaskan subjek UCAPAN TERIMAKASIH
untuk mengkonstruksi kembali materi yang Saya ucapkan terimakasih kepada
telah diberikan kepadanya. Contohnya kepala sekolah SDLB Prof. Dr. Sri Soedewi
seperti bermain puzzle. Puzzle memiliki Masjchun Sofwan, SH Kota Jambi yang
memiliki bermacam-macam jenis dan telah memberikan izin melakukan
warna sehingga menarik minat anak penelitian. Guru SDLB Prof. Dr. Sri
untuk belajar dan meningkatkan daya Soedewi Masjchun Sofwan, SH Kota Jambi
ingat anak dalam belajar (Julianto & yang telah memberikan izin dan
Etsem, 2011). Puzzle juga bentuk bantuannya kepada peneliti dalam
permainan yang senantiasa mencoba menyelesaikan penelitian ini. Ucapan
memecahkan masalah, namun tetap terimakasih juga saya sampaikan kepada
menyenangkan sebab bisa di ulang-ulang. responden yang telah berpartisipasi dalam
Tantangan dalam permainan ini akan selalu penelitian saya hingga selesai.
memberikan efek ketagihan untuk selalu
mencoba, mencoba dan terus mencoba DAFTAR PUSTAKA
hingga berhasil (Lilis Maghfuroh, 2018). Alan Tresno Setiawan. (2012). Efektifitas
Ketika kegiatan bermain berlangsung, Media Puzzle Untuk Meningkatkan
indra penglihatan akan menerima stimulus Kemampuan Menyusun Kalimat Bagi
berupa rangsangan visual, yaitu bentuk- Cerebral Palsy. Jurnal Ilmiah
bentuk dari puzzle yang baru dipecahkan. Pendidikan Khusus, 1(3), 27–36.
Rangsangan visual tersebut akan diteruskan
menuju otak, khususnya otak besar pada Aprilia Dwi Puspitasari. (2015). Pengaruh
lobus frontalis. Lobus Frontalis Aromaterapi Rosemary (Rosmarinus
merupakan bagian depan dari otak besar Officinalis) Terhadap Peningkatan
yang berhubungan dengan kognisi dan Memori Jangka Pendek Siswa Kelas V
penyelesaian masalah. Setelah merangsang (10-11 Tahun) di SDN Growok I
lobus frontalis dapat terjadi peningkatan Kecamatan Dander Kabupaten
konsentrasi sehingga kemampuan daya Bojonegoro. Majalah Kesehatan
ingat siswa akan meningkat. Sesuai dengan FKUB, 2(3), 144–151.
pendapat ahli tersebut yang menyatakan
bahwa puzzle dapat meningkatkan daya Baihaqi, M. (2016). Pengantar Psikologi
ingat. Dengan meningkatkan daya ingat Kognitif. Bandung: PT. Refika
pada anak khususnya pada anak Aditama.
tunagrahita, permainan puzzle juga akan Behrman, K. & A. (2000). Ilmu Kesehatan
membantu dalam menstimulasi daya ingat Anak Nelson. Jakarta: EGC.
anak tunagrahita (Alan Tresno Setiawan,
2012). Delphie, B. (2012). Pembelajaran Anak
Tunagrahita. Bandung: Refika
SIMPULAN Aditama.
Distribusi frekuensi kemampuan Dinas Sosial. Laporan Tahunan Kota
memori jangka pendek anak tunagrahita Jambi. , (2018).
ringan sebelum diberikan terapi bermain

LLDIKTI Wilayah X 638


Sutinah et. all | Terapi Bermain Puzzle Berpengaruh Terhadap Kemampuan Memori Jangka
Pendek Anak Tunagrahita
(630-640)

Elisabeth Demuth. (2005). Meningkatkan Kedokteran Jiwa (9th ed.). Surabaya:


Potensi Belajar Melalui Gerakan dan Airlangga University Press.
Sentuhan. Jurnal Teologi Kontekstual,
(8), 103–112. Nida Ria. (2014). Meningkatkan
Kemampuan Mengenal Angka 1-10
Elmi Oktavia. (2015). Peningkatan Melalui Permainan Arsitek Menara
Kemampuan Mengenal Warna Dasar Bagi Anak Tunagrahita Ringan.
Melalui Permainan Teropong Warna Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus,
Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas 3(3), 261–269.
DI/C Di Yayasan Hikmah Miftahul
Jannah Padang. Jurnal Ilmiah Putri Setia Ningsih. (2013). Efektifitas
Pendidikan Khusus, 4(3), 63–70. Terapi Permainan Jemuran Bernomor
Untuk Meningkatkan Kemampuan
Elwa Utari. (2014). Modification Of Melakukan Pengurangan Bagi Anak
Bamboo Games Skip To Increase Tunagrahita Ringan Di Kelas II SLB
Jumping Ability For Children Baso Kabupaten Agam. Jurnal Ilmiah
Intelligences Disorder With Medium Pendidikan Khusus, 2(3), 705–715.
Level. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Khusus, 3(2), 61–70. Riyanti, D. (2005). pSIKOLOGI uMUM i.
Jakarta: Gunadarma.
Gunarsa, S. . (2008). Psikologi Perawatan.
Jakarta: BPK Gunung Mulia. Sartika, A. (2013). Meningkatkan
Kemampuan Memahami Konsep
Harburger,L.,Nzerem,C.,Frick, K. (2007). Bilangan Melalui Permainan Lompat
Single Enrichment Variables Gambar Bagi Anak Tunagrahita
Differentially Reduce Age-Related Ringan. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Memory Decline in Female Khusus, 1(1), 81–95.
Mice:Behavioural Neuroscience.
USA: Publisher Inc. Soemantri, S. (2012). Psikologi Anak Luar
Biasa. Bandung: Refika Aditama.
Irwanto. (2006). Penyimpangan Tumbuh
Kembang Anak. Surabaya: Kapita Soetjiningsih. (2016). Tumbuh Kembang
Selekta IKA. Anak (2nd ed.). Jakarta: EGC.

Julianto, V., & Etsem, M. B. (2011). The Sri Febriani. (2013). Efektifitas Bermain
Effect of Reciting Holy Qur ’ an Hialng Dalam Pasir Untuk
toward Short-term Memory Ability Meningkatkan Kemampuan Mengenal
Analysed trought the Changing Brain Huruf Pada Anak Tunagrahita Ringan.
Wave. Jurnal Psikologi, 38(1), 17–29. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus,
1(1), 66–80.
Komang Srianis. (2014). Penerapan
Metode Bermain Puzzle Geometri Sujiono. (2008). Metode Pengembangan
Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif. Jakarta: Universitas
Kognitif Anak Dalam Mengenal Terbuka.
Bentuk. Journal PG-Paud Universitas Titik Sumiatin. (2014). Stimulasi
Pendidikan Ganesha, 2(1). Pengajaran Dengan Media Gambar
Lilis Maghfuroh. (2018). Metode Bermain Terhadap Prestasi Belajar Anak
Puzzle Berpengaruh Pada Retardasi Mental. Jurnal
Perkembangan Motorik Halus Anak Keperawatan, 5(1), 92–107.
Usia Prasekolah. Jurnal Endurance, Wong. (2009). Buku Ajar Keperawatan
3(1), 55–60. Pediatrik (6th ed.). Jakarta: EGC.
Maramis, W. . (2011). Catatan Ilmu

LLDIKTI Wilayah X 639

Anda mungkin juga menyukai