Anda di halaman 1dari 19

Hak Pengelolaan Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat

untuk Kepentingan Investasi

Dian Cahyaningrum
Pusat Penelitian Badan Keahlian Sekretariat Jenderal DPR RI
Komplek MPR/DPR/DPD Gedung Nusantara I Lantai 2
Jl. Jenderal Gatot Subroto, Senayan, Jakarta
E-mail: dian.cahyaningrum@dpr.go.id

Naskah diterima: 7 Maret 2022


Naskah direvisi: 28 April 2022
Naskah diterbitkan: 30 Juni 2022

Abstract
Ulayat land is of importance to customary law communities. Therefore, customary law communities
need to continue controlling and defending it. However, customary land is also expected to be used for
investment purposes through management rights originating from customary land. Consequently, this paper
examines and aims to determine the regulation and implementation of management rights originating from
customary land for investment purposes. This paper has both theoretical and practical uses. By using the
normative juridical method, the results of the management rights originating from customary land are
determined and must be registered. Communal lands with management rights can partner with investors,
and customary law communities continue to control their customary lands after the partnership ends. It
differs from ulayat land, whose management rights have not been determined. The ulayat land can work
in partnership with investors, but the land will become state land after the land rights expire. Leasing
is also impossible because it cannot be applied to ulayat land. Management rights can only be assigned
to customary law communities whose existence has been recognized. Thus, local governments should
have good intentions and actively make efforts to give recognition to indigenous peoples in their regions.
Mapping and recording of customary land need to be continued. To strengthen ulayat rights, a draft law
on the protection of the rights of indigenous and tribal peoples also needs to be ratified immediately.
Keywords: management rights; customary land; customary law communities; investors; investment

Abstrak
Tanah ulayat sangat berarti bagi masyarakat hukum adat, oleh karenanya penting bagi masyarakat
hukum adat untuk tetap menguasai dan mempertahankannya. Namun tanah ulayat juga
diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan investasi melalui hak pengelolaan yang
berasal dari tanah ulayat. Untuk itu tulisan ini mengkaji dan bertujuan untuk mengetahui
pengaturan dan pelaksanaan hak pengelolaan yang berasal dari tanah ulayat untuk kepentingan
investasi. Tulisan ini memiliki kegunaan teoritis dan praktis. Dengan menggunakan metode
yuridis normatif, diperoleh hasil hak pengelolaan yang berasal dari tanah ulayat ditetapkan dan
wajib didaftarkan. Tanah ulayat dengan hak pengelolaan dapat dikerjasamakan dengan investor
dan masyarakat hukum adat tetap menguasai tanah ulayatnya setelah kerja sama berakhir. Beda
halnya dengan tanah ulayat yang belum ditetapkan hak pengelolaannya. Tanah ulayat tersebut
dapat dikerjasamakan dengan investor, namun menjadi tanah negara setelah hak atas tanahnya
berakhir. Sewa menyewa juga tidak dimungkinkan berlaku untuk tanah ulayat. Hak pengelolaan
hanya dapat ditetapkan kepada masyarakat hukum adat yang telah diakui keberadaannya. Untuk
itu pemerintah daerah sebaiknya beritikad baik dan aktif melakukan upaya memberikan pengakuan
terhadap masyarakat hukum adat di daerahnya. Pemetaan dan pencatatan tanah ulayat perlu

DIAN CAHYANINGRUM: Hak Pengelolaan Tanah... 21


terus dilakukan. Untuk memperkuat hak ulayat, rancangan undang-undang tentang pelindungan
terhadap hak masyarakat hukum adat juga perlu segera disahkan.
Kata kunci: hak pengelolaan; tanah ulayat; masyarakat hukum adat; investor; investasi

I. Pendahuluan ekonomi yang sempat tertekan akibat pandemi


Persoalan tanah ulayat selalu menjadi Covid-19. Bahkan pertumbuhan ekonomi
perhatian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pada triwulan II tahun 2020, minus
Indonesia (DPR RI) karena tanah ulayat 5,32%2 karena hampir seluruh sektor usaha
sangat penting dan berharga bagi kehidupan ditutup dan diberlakukannya pembatasan
masyarakat hukum adat. Selain sebagai sosial berskala besar (PSBB) untuk mencegah
tempat tinggal, tanah ulayat juga berfungsi penyebaran Covid-19. Oleh karena itu, investasi
sebagai sumber penghidupan seperti pertanian, diharapkan menjadi solusi untuk menggerakan
perkebunan, dan peternakan. Bagi beberapa kembali perekonomian guna tercapainya
masyarakat hukum adat, tanah ulayat juga kesejahteraan rakyat.
dinilai sakral karena di tempat itulah para Upaya pemerintah untuk meningkatkan
leluhur dimakamkan dan tempat tinggal bagi investasi membutuhkan ketersediaan lahan
para dewa. Bahkan bagi masyarakat hukum yang luas. Lahan antara lain dibutuhkan untuk
adat di Papua, tanah ulayat dinilai religius membangun infrastruktur untuk mendukung
dan dianggap sebagai “Ibu” bagi mereka, oleh investasi seperti jalan, pelabuhan, bandara,
karenanya tidak dapat diperjualbelikan dan jembatan, dan sebagainya. Terciptanya
harus dipertahankan dengan cara apa pun. infrastruktur yang bagus diharapkan dapat
Begitu pula di Sumatera Barat, masyarakat menarik investor untuk berinvestasi di
hukum adat memiliki asas utama “jua ndak Indonesia. Hal ini sebagaimana dikemukakan
makan bali, gadai ndak makan sando”, artinya oleh Camelia Malik bahwa salah satu faktor
tanah ulayat Minangkabau tidak dapat dijual yang dapat menarik investor dari negara
dan digadai kecuali dalam keadaan mendesak maju untuk menanamkan modalnya adalah
baru dapat dialihkan atau dipindahtangankan tersedianya sarana prasarana yang menunjang
sementara. Keadaan mendesak tersebut seperti terlaksananya investasi dengan baik.3 Lahan
mati terbujur di tengah rumah (mayat terbujur di juga dibutuhkan untuk mendukung investasi itu
tengah rumah), rumah gadang ketirisan (rumah sendiri antara lain untuk membangun pabrik,
adat yang bocor atapnya atau rusak), gadih gudang, dan sebagainya. Bahkan investasi
gadang indak balaki (gadis dewasa yang belum seperti perkebunan, pertanian, dan perhotelan
bersuami), atau “membangkik batang terandam” membutuhkan lahan yang luas.
(menegakkan gelar pusaka atau mengangkat Upaya untuk memenuhi kebutuhan
penghulu). Pengalihan atau pemindahtanganan lahan untuk kepentingan investasi tersebut
tersebut harus dengan kesepakatan dari seluruh seringkali menyasar tanah-tanah ulayat yang
anggota kaum yang bersangkutan.1 telah lama dikuasai oleh suatu masyarakat
Penguasaan tanah ulayat oleh masyarakat hukum adat. Agar tidak memicu terjadinya
hukum adat dan tidak dapat diperjualbelikannya konflik, pengambilalihan tanah ulayat untuk
tanah ulayat menjadi suatu dilema jika kepentingan investasi tersebut harus dilakukan
dihadapkan pada upaya pemerintah untuk 2
“Pandemi Covid-19, Apa Saja Dampak pada
meningkatkan investasi saat ini. Peningkatan Sektor Ketenagakerjaan Indonesia?”, diakses 25
investasi diperlukan guna memulihkan Januari, 2021, https://www.kompas.com/tren/
read/2020/08/11/102500165/pandemi-covid-19-apa-
perekonomian dan meningkatkan pertumbuhan saja-dampak-pada-sektor-ketenagakerjaan-indonesia-
?page=all.
1
Fitrah Akbar Citrawan, “Konsep Kepemilikan Tanah 3
Camelia Malik, “Jaminan Kepastian Hukum dalam Kegiatan
Ulayat Masyarakat Adat Minangkabau”, Jurnal Hukum & Penanaman Modal di Indonesia”, Hukum Bisnis, Volume 26
Pembangunan, Vol. 50 No. 3, (2020): 601. No. 4, (2007): 16.

22 NEGARA HUKUM: Vol. 13, No. 1, Juni 2022


sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam Jual beli tanah ulayat tersebut
peraturan perundang-undangan dan melalui mengakibatkan hilangnya tanah ulayat.
musyawarah untuk mencapai mufakat. Namun Oleh karena itu, Bupati Merauke, Romanus
musyawarah untuk mengambil alih tanah Mbaraka meminta kepada Suku Marind untuk
ulayat acapkali tidak berjalan dengan baik. menghentikan penjulan atas tanah-tanah
Bahkan tanah ulayat adakalanya langsung ulayatnya karena khawatir Suku Marind tidak
diberikan oleh aparat kepada investor karena memiliki tanah ulayat lagi untuk generasi
menganggap tanah tersebut adalah tanah penerusnya.9 Mengacu pada kondisi tersebut,
negara. Pengambilalihan tanah ulayat untuk dapat dipahami hasil penelitian dari Gamal
investasi mengakibatkan hilangnya tanah ulayat Abdul Nasir yang menyangsikan keberadaan
karena tanah ulayat menjadi tanah negara jika tanah ulayat dengan kondisi sosial ekonomi saat
jangka waktunya berakhir.4 ini, dimana era industrialisasi telah merambah
Untuk memenuhi kebutuhan atas lahan, ke pelosok tanah air, termasuk daerah-daerah
investor juga acapkali membeli tanah ulayat yang tanah ulayat masyarakat hukum adatnya
dari masyarakat hukum adat. Jual beli tanah mendapat pengakuan yang kuat.10
ulayat tersebut antara lain terjadi di Merauke, Sehubungan dengan persoalan tersebut,
Papua, dimana jual beli tersebut terjadi karena UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
faktor kemiskinan masyarakat hukum adat (UU Cipta Kerja) dan aturan pelaksananya
(Suku Marind).5 Tidak hanya di Merauke, yaitu PP No. 18 Tahun 2021 tentang Hak
jual beli tanah ulayat juga terjadi di Lebak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah
Banten dan Sumatera Barat.6 Baik aparat Susun, dan Pendaftaran Tanah (PP No. 18
pemerintah daerah maupun tokoh adat tidak Tahun 2021) diharapkan dapat menjadi
dapat berbuat banyak untuk mencegah jual solusi atas masalah pemanfaatan tanah ulayat
beli tanah ulayat karena tanah tersebut telah untuk investasi dengan membuat terobosan
bersertifikat hak milik yang merupakan title adanya hak pengelolaan yang bisa berasal dari
hak tertinggi.7 Hasil penelitian Siti Raga Fatmi tanah ulayat. Dalam UU Cipta Kerja dan PP
menunjukkan pensertifikatan tanah ulayat No. 18 Tahun 2021, yang dimaksud dengan
dengan title hak milik terjadi karena kekuatan hak pengelolaan adalah hak menguasai dari
hak ulayat cenderung berkurang, di sisi lain hak negara yang kewenangan pelaksanaannya
perseorangan dalam masyarakat hukum adat sebagian dilimpahkan kepada pemegang hak
yang bersangkutan menguat. Kecenderungan pengelolaan.11 Selain itu juga diatur bahwa
tersebut nampak pada perkembangan tanah- masyarakat hukum adat menjadi salah satu
tanah kaum di Minangkabau, yang dimintakan pemegang hak pengelolaan yang berasal
pendaftaran sebagai tanah milik bersama dan dari tanah ulayat, oleh karenanya memiliki
selanjutnya dilakukan pemecahan menjadi kewenangan untuk mengatur penggunaan dan
tanah-tanah hak milik para anggota kaum
masing-masing.8
Minangkabau Menjadi Tanah Hak Milik”, https://jurnal.
4

Dian Cahyaningrum, Pemanfaatan Tanah Adat untuk unej.ac.id., Lentera Hukum, Volume 5 Issue 3, (2018): 423.
Kepentingan Penanaman Modal di Bidang Perkebunan, 9
“Setop Jual Tanah Ulayat”, diakses 11 Februari, 2022,
Jurnal Negara Hukum, Vol. 3 No. 1, (Juni, 2012): 37. https://regional.kompas.com/read/2011/04/28/03402895/
5
“Setop Jual Tanah Ulayat”, diakses 11 Februari, 2022, setop.jual.tanah.ulayat.
https://regional.kompas.com/read/2011/04/28/03402895/ 10
Gamal Abdul Nasir, “Mengawal Pengakuan dan Eksistensi
setop.jual.tanah.ulayat. Hak Ulayat/Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat”,
6
Dian Cahyaningrum, Novianti, dan Luthvi Febryka Nola, Publikasi Ilmiah, (Januari 2018), https://publikasiilmiah.
Pemanfaatan Tanah Ulayat untuk Kepentingan Investasi, ums.ac.id/handle/11617/9710.
Laporan Penelitian Kelompok (tidak diterbitkan), (Jakarta: 11
Dalam UU Cipta Kerja, pengertian hak pengelolan
Pusat Penelitian Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat disebutkan dalam Bab VIII (Pengadaan Tanah), Paragraf II
Republik Indonesia, 2020), 44. (Penguatan Hak Pengelolaan), Pasal 136. Sedangkan dalam
7
Ibid. PP Np. 18 Tahun 2021, pengertian hak pengelolaan terdapat
8
Siti Raga Fatmi, “Permohonan Tanah Ulayat di dalam Pasal 1 angka 3 PP No. 18 Tahun 2021.

DIAN CAHYANINGRUM: Hak Pengelolaan Tanah... 23


mengkerjasamakan tanah ulayatnya dengan bahwa hak pengelolaan merupakan pelimpahan
investor tanpa harus menjual tanah ulayatnya. kewenangan dari hak menguasai Negara atas
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, tanah dan hanya dapat dimiliki oleh badan
maka permasalahan yang akan dikaji dalam hukum yang tugas pokok dan fungsinya
tulisan ini adalah bagaimana pengaturan berkaitan dengan pengelolaan tanah. Menurut
hak pengelolaan yang berasal dari tanah Afra hak pengelolaan terjadi melalui penegasan
ulayat? Bagaimana pula pelaksanaan dari hak konversi, atau pemberian hak, serta wajib
pengelolaan yang berasal dari tanah ulayat didaftarkan ke kantor pertanahan kabupaten/
tersebut untuk investasi? Adapun tujuan kota. Kewenangan dalam hak pengeloaan ada
dari tulisan ini adalah untuk mengetahui yang beraspek publik dan privat.12
pengaturan dan pelaksanaan hak pengelolaan KTI tentang hak pengelolaan atas tanah
yang berasal dari tanah ulayat untuk investasi. juga ditulis oleh Urip Santoso dengan judul
Tulisan ini memiliki kegunaan teoritis dan “Eksistensi Hak Pengelolaan dalam Hukum
praktis. Kegunaan teoritis dari tulisan ini adalah Tanah Nasional”. Seperti halnya Afra, Urip juga
dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan mengemukakan bahwa semula hak pengelolaan
mengenai hak pengelolaan, termasuk hak terjadi melalui penegasan konversi dari hak
pengelolaan yang berasal dari tanah ulayat. penguasaan atas tanah negara. Namun dalam
Sedangkan secara praktis, tulisan ini dapat perkembangannya hak pengelolaan terjadi
digunakan sebagai bahan masukan bagi Komisi melalui permohonan pemberian hak atas
II DPR RI yang membidangi pertanahan dalam tanah negara. Menurut Urip, berdasarkan
melaksanakan fungsi pengawasannya kepada sifat dan kewenangannya, hak pengelolaan
pemerintah untuk memperkuat pelindungan dapat dikategorikan sebagai hak atas tanah,
terhadap hak-hak masyarakat hukum adat. yang haknya hanya mempergunakan tanah,
Selain Komisi II DPR RI, tulisan ini juga dapat tidak dapat dialihkan, dan tidak dapat
dijadikan sebagai bahan masukan bagi Komisi dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak
VI DPR RI yang membidangi investasi untuk tanggungan.13
melakukan pengawasan terhadap pemerintah Penulis lain yang juga mengkaji tentang hak
agar terus berupaya meningkatkan investasi pengelolaan adalah Myrna A. Safitri, dengan
untuk menggerakan kembali perekonomian judul “Meninjau Kembali Hak Pengelolaan
demi kesejahteraan rakyat. Peningkatan Dalam Rancangan Undang-Undang Per­ ta­
investasi tersebut harus memperhatikan nahan”. Menurut Myrna A. Safitri, hak penge­
penghormatan dan pelindungan terhadap hak lolaan masih perlu dipertahankan, namun
ulayat masyarakat hukum adat. Kegunaan lain dengan sejumlah perubahan pada konsep dan
dari tulisan ini adalah dapat dijadikan bahan implementasinya. Perubahan tersebut antara
masukan bagi DPR RI di bidang legislasi, lain mengembalikan konsep hak pengelolaan
terutama dalam penyusunan rancangan sebagai bagian dari elemen kewenangan
undang-undang yang mengatur pelindungan menguasai negara, bukan sebagai hak atas
terhadap hak-hak masyarakat hukum adat yang tanah. Pemegang hak pengelolaan adalah
hingga saat ini belum juga disahkan menjadi instansi pemerintah dan pemerintah daerah.
undang-undang. Badan Usaha Milik Negara yang dapat menjadi
Sebelum tulisan ini dibuat, telah ada pemegang hak pengelolaan adalah yang
beberapa karya tulis ilmiah (KTI) yang berbentuk Perum, bukan PT Persero. Tanah-
mengkaji tentang hak pengelolaan atas tanah.
KTI tersebut antara lain “Implementasi Hak 12
Afra Fadhillah Dharma Pasambuna, “Implementasi Hak
Pengelolaan dan Pemberian Hak Atas Tanah Negara”, Lex et
Pengelolaan dan Pemberian Hak Atas Tanah
Societatis, Vol. V/No. 1, (Jan-Feb 2017): hal. 35-43.
Negara”, yang ditulis oleh Afra Fadhillah Dharma 13
Urip Santoso, “Eksistensi Hak Pengelolaan dalam Hukum
Pasambuna. Dalam tulisan ini dikemukakan Tanah Nasional”, Mimbar Hukum, Volume 24, Nomor 2,
(Juni 2012): 187-375.

24 NEGARA HUKUM: Vol. 13, No. 1, Juni 2022


tanah yang menjadi objek hak pengelolaan Undang Dasar Negara Republik Indonesia
adalah tanah-tanah yang akan dimanfaatkan Tahun 1945 (UU NRI Tahun 1945), UU No.
sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
dan fungsi instansi yang akan memegang hak Pokok Agraria (UUPA), UU No. 11 Tahun
pengelolaan.14 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja), PP
Ketiga KTI tersebut dibuat sebelum No. 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan,
dibentuknya UU Cipta Kerja dan PP No. 18 Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan
Tahun 2021, oleh karenanya hak pengelolaan Pendaftaran Tanah, dan peraturan daerah yang
yang berasal dari tanah ulayat tidak masuk mengatur masyarakat hukum adat dan tanah
dalam cakupan kajian ketiga KTI tersebut. ulayatnya antara lain Perda Provinsi Sumatera
Selain 3 KTI tersebut, ada juga KTI yang Barat No. 6 Tahun 2008 tentang Tanah Ulayat
dibuat pasca UU Cipta Kerja dan PP No. dan Pemanfaatannya. Sedangkan bahan hukum
18 Tahun 2021 yang ditulis oleh Jerome sekunder yang digunakan berupa buku, artikel,
Bryanto Pasandaran, Cornelius Tangkere, dan jurnal, dan laporan penelitian yang berkaitan
Devy K.G. Sondakh, dengan judul “Kajian dengan permasalahan yang diteliti.
Hukum Terhadap Hak Pengelolaan Dalam
Hukum Pertanahan Indonesia”. KTI tersebut III. Masyarakat Hukum Adat dan Tanah
tidak secara spesifik mengkaji mengenai hak Ulayatnya
pengelolaan yang berasal dari tanah ulayat Istilah masyarakat hukum adat merupakan
untuk investasi, melainkan mengkaji tentang terjemahan dari istilah rechtsgemeenchappen,
konsepsi, prinsip-prinsip, pengaturan, dan yang pertama kali digunakan oleh B.Ter Haar
pelaksanaan hukum hak pengelolaan dalam Bzn dalam bukunya yang berjudul “Beginselen
sistem hukum pertanahan di Indonesia. en Stelsel van Adat Recht”.16 Menurut Ter Haar,
Menurut Penulis, konsepsi dan prinsip-prinsip masyarakat hukum adat adalah kelompok
hukum hak pengelolaan memiliki ciri, konsep, masyarakat yang teratur, menetap di suatu
dan prinsip serta sistem hukum adat pada daerah tertentu, mempunyai kekuasaan sendiri,
konsep Beschikkingsrecht dalam hukum.15 dan mempunyai kekayaan sendiri baik berupa
Dengan demikian dapat dipastikan KTI yang benda yang terlihat maupun tidak terlihat.
dibuat ini adalah baru, berbeda dengan KTI Masing-masing anggota kesatuan mengalami
yang telah dibuat sebelumnya. kehidupan dalam masyarakat sebagai hal yang
wajar menurut kodrat alam, dan tidak ada
II. Metode Penelitian seorang pun dari para anggota kesatuan tersebut
Metode yang digunakan dalam penelitian yang memilki pikiran atau kecenderungan untuk
ini adalah yuridis normatif yang dilakukan membubarkan ikatan yang telah tumbuh atau
dengan meneliti data sekunder, baik yang berupa meninggalkannya, dalam arti melepaskan diri
bahan hukum primer (primary sources) maupun dari ikatan tersebut untuk selama-lamanya.17
bahan hukum sekunder (secondary sources). Dari perspektif yuridis, pengertian masya­
Bahan hukum primer yang digunakan berupa rakat hukum adat juga terdapat di beberapa
peraturan perundang-undangan yang berkaitan peraturan perundang-undangan. Dalam UU
dengan permasalahan yang akan diteliti. Bahan Cipta Kerja18 dan UU No. 39 Tahun 2014
hukum primer tersebut antara lain Undang- 16
Lalu Sabardi, “Konstruksi Makna Yuridis Masyarakat
Hukum Adat Dalam Pasal 18B UUDN RI Tahun 1945
14
Myrna A. Safitri, “Meninjau Kembali Hak Pengelolaan Untuk Identifikasi Adanya Masyarakat Hukum Adat”,
dalam Rancangan Undang-Undang Pertanahan”, SELISIK, Jurnal Hukum dan Pembangunan, Tahun ke-43 No. 2 (April-
Volume 2, Nomor 2, (Januari 2016): 103-122. Juni 2013): 170.
15
Jerome Bryanto Pasandaran, Cornelius Tangkere, dan Devy 17
Husen Alting, Dinamika Hukum dalam Pengakuan dan
K.G. Sondakh, “Kajian Hukum Terhadap Hak Pengelolaan Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat Atas Tanah,
Dalam Hukum Pertanahan Indonesia”, Lex Administratum, (Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2010), 30.
Vol. IX/No. 5, (April-Juni 2021): 17-25. 18
Pasal 1 Angka 33 dari Pasal 18 Angka 1 UU Cipta Kerja,

DIAN CAHYANINGRUM: Hak Pengelolaan Tanah... 25


tentang Perkebunan (UU Perkebunan)19, hukum adat di wilayah adatnya. Pengertian
pengertian masyarakat hukum adat adalah tersebut sejalan dengan penjelasan Ter
sekelompok orang yang secara turun temurun Haar bahwa ada 3 faktor yang menentukan
bermukin di wilayah geografis tertentu di masyarakat hukum adat, yaitu: 1) Faktor
Negara Kesatuan Republik Indonesia karena teritorial yang terbentuk karena adanya rasa
adanya ikatan pada asal usul leluhur, hubungan keterikatan antara orang-orang dengan wilayah
yang kuat dengan tanah, wilayah, sumber daya yang ditempatinya; 2) Faktor geneologis yang
alam, memiliki pranata pemerintahan adat terbentuk karena anggota masyarakat hukum
dan tatanan hukum adat di wilayah adatnya adat berasal dari satu keturunan atau trah; dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- 3) Faktor campuran yang terbentuk karena
undangan. Sedangkan dalam UU No. 32 Tahun campuran antara faktor teritorial dan faktor
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan geneologis.21
Lingkungan Hidup (UU Perlindungan dan Sebagai negara yang terdiri dari banyak
Pengelolaan Lingkungan Hidup), pengertian suku adat, jumlah masyarakat hukum adat di
masyarakat hukum adat adalah kelompok Indonesia cukup banyak. Ada sekitar 70 juta
masyarakat yang secara turun temurun masyarakat hukum adat yang terbagi menjadi
bermukim di wilayah geografis tertentu karena 2.371 komunitas adat yang tersebar di 31
adanya ikatan pada asal usul leluhur, adanya provinsi di Indonesia. Sebaran komunitas adat
hubungan yang kuat dengan lingkungan hidup, terbanyak ada di Kalimantan yang jumlahnya
serta adanya sistem nilai yang menentukan mencapai 772 komunitas adat, Sulawesi ada 664,
pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum20. Sumatera ada 392, Bali dan Nusa Tenggara ada
Mengacu pada berbagai pengertian tentang 253, Maluku sebanyak 176, Papua ada 59, dan
masyarakat hukum adat, dapat disimpulkan Jawa ada sebanyak 55 komunitas adat.22 Untuk
bahwa masyarakat hukum adat adalah jelasnya, sebaran komunitas adat tersebut dapat
sekelompok orang yang bermukim di suatu dilihat pada gambar 1 sebagai berikut:23

Gambar 1. Sebaran Komunitas Adat

Sumber: BRWA, AMAN sebagaimana dikutip Melati Kristina Andriasi.

wilayah tertentu, memiliki ikatan pada asal


usul leluhur, memiliki hubungan yang kuat
21
Inosentius Samsul, “Perubahan Pengaturan tentang Desa
dengan wilayah adatnya, memiliki pranata
dan Pengakuan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Sebagai
pemerintahan adat; dan memiliki tatanan Desa Adat Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014”,
Dalam Eksistensi Hak Ulayat Dalam Sistem Hukum Nasional,
yang mengubah beberapa pasal dalam UU No. 27 Tahun (Jakarta: P3DI Setjen DPR Republik Indonesia dan Azza
2007 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 1 Tahun Grafika, 2013), 6-7.
2014. 22
Melati Kristina Andriarsi, “Sebaran Masyarakat Adat”,
19
Pasal 1 Angka 6 UU Perkebunan. diakses 17 Februari, 2022, https://katadata.co.id/padjar/
20
Pasal 1 angka 31 UU Perlindungan dan Pengelolaan infografik/5f8030631f92a/sebaran-masyarakat-adat.
Lingkungan Hidup. 23
Ibid.

26 NEGARA HUKUM: Vol. 13, No. 1, Juni 2022


Keberadaan masyarakat hukum adat peradilan adat yang masih ditaati; dan d)
tersebut diakui dan dihormati dalam Konstitusi, masih mengadakan pemungutan hasil hutan
sebagaimana dapat dilihat dalam Pasal 18B ayat di wilayah hutan sekitarnya untuk pemenuhan
(2) UUD NRI Tahun 1945 yang menyebutkan kebutuhan hidup sehari-hari.
“Negara mengakui dan menghormati kesatuan- Sementara kesatuan masyarakat hukum
kesatuan masyarakat hukum adat serta hak- adat beserta hak tradisionalnya dipandang
hak tradisionalnya sepanjang masih hidup sesuai dengan perkembangan masyarakat
dan sesuai dengan perkembangan masyarakat apabila: a) keberadaannya telah diakui
dan prinsip-prinsip Negara Kesatuan Republik berdasarkan undang-undang yang berlaku
Indonesia (NKRI) yang diatur dalam undang- sebagai pencerminan perkembangan nilai
undang”. Dari bunyi Pasal 18B ayat (2) yang dianggap ideal dalam masyarakat dewasa
UUD NRI Tahun 1945, nampak bahwa ini, baik undang-undang yang bersifat umum
pengakuan dan penghormatan negara terhadap maupun undang-undang yang bersifat sektoral;
kesatuan masyarakat hukum adat dan hak- dan b) substansi hak tradisional tersebut diakui
hak tradisionalnya tidaklah secara otomatis, dan dihormati oleh warga kesatuan masyarakat
melainkan bersyarat. Adapun persyaratan yang yang bersangkutan dan masyarakat yang lebih
harus dipenuhi adalah kesatuan masyarakat luas serta tidak bertentangan dengan hak asasi
hukum adat dan hak tradisionalnya: 1) masih manusia.26 Selanjutnya kesatuan masyarakat
hidup; 2) sesuai dengan perkembangan hukum adat beserta hak tradisionalnya
masyarakat; 3) sesuai dengan prinsip-prinsip dinyatakan sesuai dengan prinsip Negara
NKRI; dan 4) diatur dalam undang-undang. Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) apabila
Penjabaran dari masing-masing persyaratan kesatuan masyarakat hukum adat tersebut tidak
tersebut dapat dilihat secara jelas dalam UU mengganggu keberadaan NKRI sebagai sebuah
No. 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa).24 kesatuan politik dan kesatuan hukum yang: a)
Dalam UU Desa, kesatuan masyarakat hukum tidak mengancam kedaulatan dan integritas
adat beserta hak tradisionalnya yang masih NKRI; dan b) substansi norma hukum adatnya
hidup, harus memiliki wilayah dan paling sesuai dan tidak bertentangan dengan peraturan
kurang memenuhi salah satu atau gabungan perundang-undangan.27
unsur adanya: a) masyarakat yang warganya Mengacu pada persyaratan untuk dapat
memiliki perasaan bersama dalam kelompok; b) diakuinya kesatuan masyarakat hukum adat
pranata pemerintahan adat; c) harta kekayaan dan hak-hak tradisionalnya sebagaimana
dan/atau benda adat; dan/atau d) perangkat dipaparkan, nampak bahwa keberadaan wilayah
norma hukum adat.25 Ketentuan tersebut selaras hukum adat atau tanah ulayat merupakan
dengan Penjelasan Pasal 67 UU No. 41 Tahun keharusan karena menandakan masyarakat
1999 tentang Kehutanan yang menyebutkan hukum adat yang bersangkutan masih hidup.
masyarakat hukum adat diakui keberadaannya Tanah ulayat merupakan kepunyaan bersama
jika menurut kenyataanya memenuhi unsur- masyarakat hukum adat yang diyakini sebagai
unsur antara lain: a) masyarakatnya masih karunia suatu kekuatan ghaib atau peninggalan
dalam bentuk paguyuban (rechtsgemeenshap); nenek moyang, sebagai unsur pendukung utama
b) ada wilayah hukum adat yang jelas; c) ada bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat
pranata dan perangkat hukum, khususnya hukum adat yang bersangkutan sepanjang
24
Penjabaran tersebut merupakan penjabaran dari persyaratan masa.28 Hal ini sejalan dengan Penjelasan
masyarakat hukum adat untuk dapat ditetapkan menjadi Pasal 103 huruf b UU Desa yang menyebutkan
desa adat sebagaimana diatur dalam Pasal 97 UU bahwa ulayat atau wilayah adat adalah wilayah
Desa. Persyaratan tersebut pada dasarnya sama dengan
persyaratan masyarakat hukum adat untuk mendapatkan 26
Pasal 97 ayat (3) UU Desa
pengakuan dari Negara sebagaimana diatur dalam Pasal 27
Pasal 97 ayat (4) UU Desa
18B Ayat (2) UUD NRI Tahun 1945. 28
Yulia, Buku Ajar Hukum Adat, (Lhokseumawe: UNIMAL
25
Pasal 97 ayat (2) UU Desa Press, 2016), 64.

DIAN CAHYANINGRUM: Hak Pengelolaan Tanah... 27


kehidupan suatu kesatuan masyarakat hukum merupakan lingkungan hidup para warganya
adat. Sementara yang dimaksud dengan tanah untuk mengambil manfaat dari sumber daya
ulayat dalam Pasal 1 angka 13 PP No. 18 Tahun alam, termasuk tanah, dalam wilayah tersebut,
2021 adalah tanah yang berada di wilayah bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya,
penguasaan masyarakat hukum adat yang yang timbul dari hubungan secara lahiriah dan
menurut kenyataannya masih ada dan tidak batiniah turun menurun dan tidak terputus
dilekati dengan sesuatu hak atas tanah. antara masyarakat hukum adat tersebut dengan
Keberadaan tanah ulayat itulah yang wilayah yang bersangkutan.31
membedakan masyarakat hukum adat dengan Sementara menurut Maria S.W
masyarakat pada umumnya. Hal ini sesuai Sumardjono sebagaimana dikutip Urip
dengan hasil penelitian Lalu Sabardi, bahwa Santoso, pengertian hak ulayat sebagai istilah
titik berat yang membedakan masyarakat teknis yuridis adalah hak yang melekat sebagai
hukum adat dengan masyarakat pada umumnya kompetensi khas pada masyarakat hukum adat,
adalah dari segi harta yang dimiliki masyarakat berupa wewenang atau kekuasaan mengurus
hukum adat, baik harta benda yang kasat dan mengatur tanah dan seisinya dengan daya
mata maupun yang tidak kasat mata.29 Tanah laku ke dalam maupun keluar.32 Daya laku ke
ulayat termasuk harta benda yang kasat mata dalam dari hak ulayat menunjukkan bagaimana
dan tempat bermukim masyarakat hukum pengaturan dan penggunaan hak ulayat untuk
adat. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat kepentingan anggota masyarakat hukum adat
hukum adat untuk mempertahankan dan tetap yang bersangkutan.33 Sedangkan daya laku
menguasai tanah ulayatnya karena hal itulah keluar dari hak ulayat terlihat dari bagaimana
yang membedakannya dengan masyarakat pada masyarakat hukum adat berhubungan dengan
umumnya. orang luar yang bukan anggota masyarakat
Selain untuk mendapatkan pengakuan, hukum adat yang bersangkutan.34 Menurut
keberadaan tanah ulayat juga penting karena Maria S.W Sumardjono sebagaimana dikutip
adanya hak ulayat yang dimiliki masyarakat Kurnia Warman dan Hengki Andora, dalam
hukum adat atas tanah ulayatnya. Di beberapa konteks daya laku keluar dari hak ulayat, orang
masyarakat hukum adat, hak ulayat sering luar dapat memanfaatkan hak ulayat dengan
disebut dengan nama yang berbeda. Misalnya di jalan meminta izin dan membayar recognisi
Ambon dikenal dengan nama “Hak Patuanan”; dan/atau retribusi kepada masyarakat hukum
di Kalimantan “Panyampeto”, “Pawatasan”, di adat.35
Jawa disebut “Wewengkon”, Bali “Prabumian”, Mengingat pentingnya tanah ulayat,
di Bolaang Mangondow “Tatabuan”; di kekhawatiran Bupati Merauke terhadap
Sulawesi disebut “Wanua”, “Limpo”; dan di Suku Marind yang menjual tanah ulayatnya
Minangkabau dikenal dengan nama “Ulayat”.30
Berdasarkan Pasal 1 Angka 1 Peraturan Menteri
31
Pasal 1 Angka 1 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Badan Pertanahan Nasional No. 5 Tahun 1999 tentang
Nasional No. 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat
Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat.
Hukum Adat, hak ulayat dan hak yang serupa 32
Syuryani, “Eksistensi Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat
Dalam Masa Investasi”, MENARA Ilmu, Vol. X Jilid 2 No.
dengan itu adalah kewenangan yang menurut
73, (Desember 2016): 113.
hukum adat dipunyai oleh masyarakat hukum 33
Kurnia Warman dan Hengki Andora, “Pola Hubungan
adat tertentu atas wilayah tertentu yang Hukum dalam Pemanfaatan Tanah Ulayat di Sumatera
Barat”, Mimbar Hukum, Volume 26, Nomor 3, (Oktober
29
Lalu Sabardi, “Konstruksi Makna Yuridis”, 179. 2014): 368.
30
Titin Fatimah dan Hengki Andora, “Pola Penyelesaian 34
Ibid.
Sengketa Tanah Ulayat di Sumatera Barat (Sengketa antara 35
Maria S.W. Sumardjono, “Puspita Serangkum Aneka
Masyarakat dengan Investor), Jurnal Ilmu Hukum, Volume 4 Masalah Hukum Agraria”, dalam Kurnia Warman dan
No. 1, (2014): 52. Hengki Andora, “Pola Hubungan Hukum”, 368.

28 NEGARA HUKUM: Vol. 13, No. 1, Juni 2022


sebagaimana telah dipaparkan dapat dipahami.36 masyarakat hukum adat. Sehubungan dengan
Selain hilangnya masa depan generasi penerus hal tersebut, hak pengelolaan yang berasal dari
suku Marind, habisnya tanah ulayat karena tanah ulayat dapat menjadi solusi untuk dapat
dijual dapat mengakibatkan suku Marind tidak memanfaatkan tanah ulayat untuk kepentingan
diakui keberadaannya sebagai masyarakat investasi, apalagi tanah ulayat umumnya
hukum adat dan tidak memiliki hak ulayat sangat luas dan belum dimanfaatkan oleh
karena tidak menguasai lagi tanah ulayatnya. masyarakat hukum adat. Pemanfaatan tersebut
Sebagaimana dikemukakan oleh Wakil Ketua dimungkinkan karena hak ulayat memiliki daya
II Lembaga Masyarakat Adat Marind pada laku keluar.
waktu itu, Alberth Gebze Moyuend, luas tanah
ulayat di Merauke hanya tersisa kurang dari 50 V. Pengaturan Hak Pengelolaan yang Berasal
persen dari 4,6 juta hektar total luas Kabupaten dari Tanah Ulayat
Merauke.37 Menurut A.P Parlindungan dan juga
Kedudukan hak ulayat masyarakat hukum Supriadi sebagaimana dikutip Urip Santoso,
adat sangat kuat karena diakui dan dilindungi hak pengelolaan berasal dari Bahasa Belanda
Konstitusi. Pengakuan dan pelindungan tersebut yaitu Beheersrecht, yang artinya hak pengua­
dapat dilihat dalam Pasal 18B ayat (2) UUD NRI saan.39 Hak pengelolaan bersumber dari Pasal
Tahun 194538 dan Pasal 28I ayat (3) UUD NRI 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang
Tahun 1945. Pasal 28I ayat (3) UUD NRI Tahun menyebutkan “bumi dan air dan kekayaan alam
1945 menyebutkan “identitas budaya dan hak yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
masyarakat tradisional dihormati selaras dengan negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
perkembangan zaman dan peradaban”. Sebagai kemakmuran rakyat”. Menurut Mahkamah
pelaksanaan dari ketentuan tersebut, UU No. Konstitusi (MK), pengertian “dikuasai oleh
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia negara” dalam Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945
juga memberikan pelindungan terhadap hak haruslah mencakup makna penguasaan oleh
ulayat masyarakat hukum adat. Pelindungan negara dalam arti luas, yang bersumber dan
tersebut dapat dilihat dalam Pasal 6 ayat (2) UU diturunkan dari konsepsi kedaulatan rakyat
No. 39 Tahun 1999 yang berbunyi “identitas Indonesia atas segala sumber kekayaan “bumi,
budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak air, dan kekayaan alam yang terkandung
atas tanah ulayatnya dilindungi selaras dengan di dalamnya”, termasuk pula di dalamnya
perkembangan zaman”. pengertian kepemilikan publik oleh kolektivitas
Meskipun hak ulayat diakui dan dilindungi, rakyat atas sumber-sumber kekayaan dimaksud.
pelaksanaan hak ulayat harus tunduk pada Rakyat secara kolektif tersebut dikonstruksikan
Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1960. Ini berarti oleh UUD NRI Tahun 1945 memberikan
pelaksanaan hak ulayat masyarakat hukum adat mandat kepada negara untuk mengadakan
sepanjang menurut kenyataannya masih ada kebijakan (beleid) dan tindakan pengurusan
harus sesuai dengan kepentingan nasional dan (bestuursdaad), pengaturan (regelandaad),
Negara, berdasarkan atas persatuan bangsa, dan pengelolaan (beheersdaad), dan pengawasan
tidak boleh bertentangan dengan peraturan (toezichthoudensdaa) untuk tujuan sebesar-besar
perundang-undangan yang lebih tinggi. Di kemakmuran rakyat.40
sisi lain, pelaksanaan hak ulayat juga harus Pendapat MK tersebut sejalan dengan
memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi makna “dikuasai oleh negara” dalam Penjelasan
Umum UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
36
Lihat pada bagian Pendahuluan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). Dalam
37
“Setop Jual Tanah Ulayat”, diakses 11 Februari, 2022,
Penjelasan Umum tersebut dijelaskan bahwa
https://regional.kompas.com/read/2011/04/28/03402895/
setop.jual.tanah.ulayat. 39
Urip Santoso, “Eksistensi Hak Pengelolaan”, 278.
38
Bunyi Pasal 18B ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 telah 40
Putusan Mahkamah Konstitusi Atas Perkara No. 002/
dipaparkan sebelumnya. PUU-I/2003 tentang Privatisasi Minyak dan Gas Bumi.

DIAN CAHYANINGRUM: Hak Pengelolaan Tanah... 29


untuk mencapai apa yang ditentukan dalam atas persetujuan pemegang hak pengelolaan.44
Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945, Hak pengelolaan harus didaftarkan di kantor
tidak perlu dan tidak pada tempatnya Negara pertanahan.
bertindak sebagai pemilik tanah. Lebih tepat Istilah hak pengelolaan pertama kali
jika Negara sebagai organisasi kekuasaan muncul pada saat diterbitkan Peraturan
seluruh rakyat (Bangsa) bertindak selaku Badan Menteri Agraria No. 9 Tahun 1965 tentang
Penguasa. Dengan demikian, makna “dikuasai” Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan Atas
yang terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) UUPA41 Tanah Negara dan Ketentuan-Ketentuan
tidak berarti “dimiliki”, melainkan pengertian tentang Kebijaksanaan Selanjutnya.45
yang memberi wewenang pada negara untuk: a) Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Agraria
mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, No. 9 Tahun 1965, hak pengelolaan diberikan
penggunaan, persediaan dan pemeliharaan kepada departemen, direktorat, dan daerah-
bumi, air, dan ruang angkasa; b) menentukan daerah Swatantra. Dalam perkembangannya,
dan mengatur hubungan-hubungan hukum berdasarkan Pasal 67 ayat (1) Peraturan Menteri
antara orang-orang dengan bumi, air, dan ruang Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
angkasa; dan c) menentukan dan mengatur Nasional No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara
hubungan-hubungan hukum antara orang- Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah
orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang Negara dan Hak Pengelolaan, hak pengelolaan
mengenai bumi, air, dan ruang angkasa.42 dapat diberikan kepada instansi pemerintah
Berdasarkan Pasal 2 Ayat (4) UUPA, termasuk pemerintah daerah; Badan Usaha
pelaksanaan hak menguasai dari Negara Milik Negara (BUMN); Badan Usaha Milik
tersebut dapat dikuasakan kepada daerah- Daerah (BUMD); PT Persero; Badan Otorita;
daerah Swatantra dan masyarakat-masyarakat dan badan-badan hukum Pemerintah lainnya
hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak yang ditunjuk oleh Pemerintah. Mengacu pada
bertentangan dengan kepentingan nasional, ketentuan tersebut, badan hukum swasta tidak
menurut Peraturan Pemerintah. Ketentuan termasuk dalam cakupan subyek hukum yang
tersebut secara implisit menyiratkan hak dapat diberikan hak pengelolaan.
pengelolaan, meskipun secara eksplisit Setelah UU Cipta Kerja terbentuk, hak
UUPA tidak mengatur hak pengelolaan. pengelolaan mendapatkan penguatan dengan
Hak pengelolaan tidak dapat dialihkan dan diaturnya hak tersebut dalam Pasal 136 - Pasal
tidak dapat dijadikan jaminan utang dengan 142, Paragraf 2 (Penguatan Hak Pengelolaan),
dibebani hak tanggungan. Pada hakikatnya Bagian Ketiga (Pelindungan Lahan Pertanian
hak pengelolaan bukanlah hak atas tanah Pangan Berkelanjutan), Bab VIII (Pengadaan
sebagaimana diatur dalam UUPA43, namun Tanah). Dalam UU Cipta Kerja, pengertian
di atas hak pengelolaan dapat diberikan hak hak pengelolaan disebutkan dalam Pasal 136
atas tanah seperti hak guna bangunan (HGB) yang berbunyi “hak pengelolaan merupakan
atau hak pakai (HP) dengan surat perjanjian hak menguasai dari negara yang kewenangan
penggunaan tanah (SPPT). Hak atas tanah di pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada
atas hak pengelolaan tersebut dapat dialihkan pemegang haknya”. Berdasarkan Pasal 137 ayat
kepemilikannya dan dibebani hak tanggungan (4) UU Cipta Kerja, hak pengelolaan dapat
diberikan kepada: a) instansi pemerintah pusat;
41
Pasal 2 Ayat (1) UUPA berbunyi “Atas dasar ketentuan
dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar dan hal-hal b) pemerintah daerah; c) Badan bank tanah; d)
sebagai yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air dan ruang
angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di 44
“HPL Bukan Merupakan Hak atas Tanah Sebagaimana
dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, HM, HGU, HGB, dan HP”, diakes 28 Maret, 2014, https://
sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.” www.djkn.kemenkeu.go.id/berita/baca/4972/HPL-Bukan-
42
Penjelasan Umum Bagian II, Angka (2) UUPA. Merupakan-Hak-atas-Tanah-sebagaimana-HM-HGU-
43
Jenis-jenis hak atas tanah diatur dalam Pasal 16 ayat (1) HGB-dan-HP.html.
UUPA. 45
Urip Santoso, “Eksistensi Hak Pengelolaan”, 278.

30 NEGARA HUKUM: Vol. 13, No. 1, Juni 2022


BUMN/BUMD; e) Badan hukum milik negara/ ada penetapan hak pengelolaan, masyarakat
daerah; atau f) Badan hukum yang ditunjuk hukum adat dapat memberikan hak atas tanah
oleh Pemerintah Pusat.46 Hak pengelolaan di atas tanah ulayatnya secara langsung tanpa
tersebut diberikan di atas tanah negara.47 harus dilepaskan terlebih dahulu agar menjadi
Mengacu pada ketentuan tersebut, nampak tanah negara sebagaimana hal tersebut diatur
masyarakat hukum adat tidak masuk dalam dalam Pasal 4 Ayat (2) Peraturan Menteri
cakupan pemegang hak pengelolaan yang Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
berasal dari tanah negara. UU Cipta Kerja juga Nasional No. 5 Tahun 1999 tentang Pedoman
tidak mengatur hak pengelolaan yang berasal Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat
dari tanah ulayat dan masyarakat hukum adat Hukum Adat.50
sebagai pemegang hak pengelolaan atas tanah Terlepas dari perbedaan konsep tentang
ulayatnya. Namun pengaturan mengenai hal hak pengelolaan tersebut, pengaturan hak
tersebut terdapat dalam PP No. 18 Tahun 2021 pengelolaan dalam PP No. 18 Tahun 2021
yang menjadi aturan pelaksana dari UU Cipta dimaksudkan untuk mempermudah investor
Kerja. untuk berinvestasi dengan tersedianya lahan
Berdasarkan Pasal 4 PP No. 18 Tahun 2021, untuk memenuhi kebutuhan investasi. Investor
hak pengelolaan dapat berasal dari tanah negara mendapatkan jaminan untuk dapat memiliki hak
dan tanah ulayat. Hak pengelolaan yang berasal atas tanah yang diperlukan untuk menjalankan
dari tanah ulayat ditetapkan kepada masyarakat kegiatan usahanya. Hal ini sebagaimana
hukum adat.48 Berdasarkan Penjelasan Pasal 4 dikemukakan oleh Sekretaris Jenderal
PP No. 18 Tahun 2021, penetapan hak ulayat Kementerian ATR/BPN, Himawan Arief Sugoto
men­jadi hak pengelolaan tersebut merupakan bahwa penguatan hak pengelolaan dalam
bentuk pengakuan kepada masyarakat PP No. 18 Tahun 2021 memberikan jaminan
hukum adat. Begitupula Sekretaris Jenderal kepada pelaku usaha untuk dapat memiliki
Kementerian ATR/BPN, Himawan Arief hak atas tanah di atas hak pengelolaan tanpa
Sugoto, juga mengemukakan bahwa PP No. 18 dipusingkan dengan perolehan tanah karena
Tahun 2021 menguatkan hak pengelolaan dan tanah sudah disediakan dalam bentuk hak
mencerminkan kehadiran negara untuk menata pengelolaan.51 Tersedianya lahan diharapkan
dan mempertahankan keberadaan tanah negara dapat meningkatkan investasi. Peningkatan
dan tanah ulayat.49 investasi tersebut diperlukan karena salah
Berbeda dengan Himawan Arief Sugoto, satu yang sangat mempengaruhi pertumbuhan
Maria SW Soemadjono justru berpendapat ekonomi adalah tingkat investasi yang masih
penetapan hak ulayat menjadi hak pengelolaan rendah di Indonesia. Dampak yang dirasakan
justru mereduksi kewenangan masyarakat dan dikhawatirkan akan mempengaruhi
hukum adat yang melekat pada dirinya, Indonesia dalam jangka menengah ke depan
menjadi “sebagian kewenangan negara yang adalah meningkatnya angka pengangguran
dilimpahkan” kepada masyarakat hukum sehingga Indonesia tidak dapat lepas dari
adat. Masyarakat hukum adat sejatinya tidak bahaya middle income trap.52
memerlukan pelimpahan kewenangan negara. Peningkatan investasi saat ini juga
Menurut Maria SW Soemadjono, tanpa perlu diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan
46
Pasal 137 ayat (1), Paragraf 2, Bagian Ketiga, Bab VIII UU 50
Maria SW Sumadjono, “Tata Kelola Pertanahan Pasca UU-
Cipta Kerja CK”, diakses 7 Maret, 2021, http://kpa.or.id/media/baca2/
47
Pasal 137 ayat (4) UU Cipta Kerja. opini/70/Tata_Kelola_Pertahanan_Pasca-UUCK/.
48
Pasal 5 ayat (2) PP No. 18 Tahun 2021. 51
Yanita Petriella, “PP dari UU Cipta Kerja Beri Jaminan
49
Yanita Petriella, “PP dari UU Cipta Kerja Beri Jaminan Pengelolaan Hak atas Tanah”, diakses 6 Maret, 2021,
Pengelolaan Hak atas Tanah”, diakses 6 Maret, 2021, https://ekonomi.bisnis.com/read/20210420/47/1383939/
https://ekonomi.bisnis.com/read/20210420/47/1383939/ pp-dari-uu-cipta-kerja-beri-jaminan-pengelolaan-hak-atas-
pp-dari-uu-cipta-kerja-beri-jaminan-pengelolaan-hak-atas- tanah.
tanah. 52
Penjelasan Umum PP No. 18 Tahun 2021

DIAN CAHYANINGRUM: Hak Pengelolaan Tanah... 31


rakyat yang terpuruk akibat pandemi Covid-19. harus ditetapkan terlebih dahulu dengan
Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan keputusan Menteri.57 Setelah mendapatkan
meruginya pelaku usaha termasuk pelaku usaha penetapan, hak pengelolaan wajib didaftarkan
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sehingga pada Kantor Pertanahan dan pemegangnya
banyak pekerja yang terkena pemutusan diberikan sertifikat sebagai tanda bukti
hubungan kerja (PHK). Bahkan berdasarkan kepemilikan atas hak pengelolaan. Hak
hasil survei Kementerian Ketenagakerjaan pada pengelolaan tidak dapat dijadikan jaminan
November 2021, tercatat ada sebanyak 72.983 utang dengan dibebani hak tanggungan, tidak
karyawan yang telah di PHK akibat pandemi dapat beralih, dan juga dialihkan kepada pihak
Covid-19.53 Survei juga mencatat ada sebanyak lain. Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) PP No.
4.156 perusahaan yang telah melakukan PHK 18 Tahun 2021, pemegang hak pengelolaan
terhadap karyawannya yang dilakukan karena tersebut memiliki kewenangan untuk: a)
kondisi keuangan perusahan tertekan akibat menyusun rencana peruntukan, penggunaan,
dampak dari pandemi Covid-19.54 Akibatnya dan pemanfaatan tanah sesuai dengan rencana
jumlah warga miskin di Indonesia meningkat tata ruang; b) menggunakan dan memanfaatkan
lebih dari 2,7 juta jiwa.55 Untuk itu, investasi seluruh atau sebagian tanah hak pengelolaan
diperlukan sebagai salah satu solusi untuk untuk digunakan sendiri atau dikerjasamakan
mengatasi permasalahan tersebut. Sebagaimana dengan pihak lain; dan c) menentukan tarif
dikemukakan oleh Aminuddin Ilmar, investasi dan/atau uang wajib tahunan dari pihak lain
harus menjadi bagian dari penyelenggaraan sesuai dengan perjanjian.58
perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai Mengacu pada ketentuan tersebut, hak
upaya untuk meningkatkan pertumbuhan pengelolaan tidak hanya dapat dimanfaatkan
ekonomi nasional, menciptakan lapangan untuk kepentingan pemegangnya saja
kerja, pembangunan ekonomi berkelanjutan, (daya laku ke dalam), melainkan juga dapat
kapasitas, dan kemampuan teknologi nasional, dikerjasamakan dengan investor untuk
mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, memenuhi kebutuhannya atas lahan untuk
serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat investasi (daya laku keluar). Hak pengelolaan
dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya yang dikerjasamakan dengan investor tersebut
saing.56 dapat diberikan hak atas tanah berupa hak
Sehubungan dengan hal tersebut, hak guna usaha (HGU), hak guna bangunan
pengelolaan diharapkan dapat menjadi solusi (HGB) dan/atau hak pakai (HP). Selanjutnya
atas masalah dan kendala yang dihadapi dalam hak atas tanah tersebut dapat dibebani hak
pemanfaatan tanah ulayat untuk investasi. tanggungan, dialihkan, atau pun dilepaskan.
Namun hak pengelolaan tidak langsung Dengan demikian ketentuan tersebut cukup
diperoleh masyarakat hukum adat, melainkan menguntungkan investor, apalagi investor
dapat menjaminkan hak atas tanahnya untuk
53
“Survei Kemnaker: 72.983 Pekerja Terkena PHK di 4.156
mendapatkan pinjaman yang dibutuhkan
Perusahaan Imbas Pandemi”, diakses 7 Maret, 2021, https://
www.merdeka.com/uang/survei-kemnaker-72983-pekerja- untuk modal usaha. Namun setiap perbuatan
terkena-phk-di-4156-perusahaan-imbas-pandemi.html. hukum tersebut memerlukan rekomendasi
54
Ibid. dari pemegang hak pengelolaan dan perlu
55
Callistasia Wijaya, “Dampak Covid-19: 2,7 Juta Orang
dituangkan dalam perjanjian pemanfaatan
Masuk Kategori Miskin Selama Pandemi, Pemulihan
Ekonomi “Butuh Waktu Lama”, diakses 7 Maret, tanah. Sedangkan jika hak atas tanah tersebut
2021, https://www.bbc.com/indonesia/indonesia- akan dilepaskan maka pelepasan tersebut dibuat
55992498#:~:text=Jumlah%20warga%20miskin%20
di%20Indonesia,memerlukan%20waktu%20yang%20
cukup%20lama. 57
Yang dimaksud dengan Menteri di sini adalah Menteri yang
56
Sri Husnulwati dan Susi Yanuarsi, “Kebijakan Investasi menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/
Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia”, Solusi, Volume 19 pertanahan dan tata ruang.
Nomor 2, (Mei 2021), 185. 58
Pasal 7 ayat (1) PP No. 18 Tahun 2021.

32 NEGARA HUKUM: Vol. 13, No. 1, Juni 2022


oleh dan dihadapan pejabat yang berwenang Ketentuan hak pengelolaan dalam UU
dan dilaporkan kepada Menteri. Cipta Kerja dan pengaturan hak pengelolaan
Agar ada jaminan kepastian hukum, PP yang berasal dari tanah ulayat dalam PP No.
No. 18 Tahun 2021 mengamanatkan agar 18 Tahun 2021 sebagaimana telah dipaparkan
kerja sama pemanfaatan tanah antara investor masih berlaku meskipun terdapat Putusan MK
dan pemegang hak pengelolaan tanah ulayat No. 91/PUU-XVIII/2020 yang memutuskan
dituangkan dalam perjanjian yang paling sedikit UU Cipta Kerja terbukti inkonstitusional
memuat:59 1) identitas para pihak; 2) letak, bersyarat. Ini disebabkan untuk menghindari
batas, dan luas tanah; 3) jenis penggunaan, ketidakpastian hukum dan dampak lebih besar
pemanfaatan tanah, dan/atau bangunan yang yang ditimbulkan, MK menyatakan UU Cipta
akan didirikan; 4) ketentuan mengenai jenis Kerja masih tetap berlaku secara bersyarat. Hal
hak, jangka waktu, perpanjangan, pembaruan, ini dapat dilihat dalam isi amar putusan MK
peralihan, pembebanan, perubahan, dan/atau atas UU Cipta Kerja angka 3 yang menyatakan
hapus/batalnya hak yang diberikan di atas tanah pembentukan UU Cipta Kerja bertentangan
hak pengelolaan, dan ketentuan pemilikan dengan UUD NRI Tahun 1945 dan tidak
tanah dan bangunan setelah berakhirnya hak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara
atas tanah; 5) besaran tarif dan/atau uang wajib bersyarat sepanjang tidak dimaknai “tidak
tahunan dan tata cara pembayarannya; dan dilakukan perbaikan dalam waktu 2 (dua)
6) persyaratan dan ketentuan yang mengikat tahun sejak putusan ini diucapkan”. Putusan
para pihak, pelaksanaan pembangunan, denda MK diucapkan pada tanggal 25 November
atas wanprestasi termasuk klausul sanksi, dan 2021. Dengan demikian, hingga 25 November
pembatalan/pemutusan perjanjian. Berdasarkan 2023, UU Cipta Kerja masih berlaku dengan
pada asas pacta sun servanda, kedua belah syarat DPR dan pemerintah harus melakukan
pihak harus benar-benar beritikad baik untuk perubahan sesuai perintah Putusan MK No. 91/
melaksanakan perjanjian tersebut. PUU-XVIII/2020. Putusan MK tersebut juga
Mengacu pada perjanjian kerja sama mengatur peraturan pelaksana yang sudah ada
pemanfaatan tanah ulayat untuk investasi tetap berlaku. Ini berarti PP No. 18 Tahun 2021
sebagaimana dipaparkan, nampak bahwa kerja masih tetap berlaku.
sama tersebut menguntungkan kedua belah
pihak. Bagi investor, kebutuhannya atas lahan VI. Pelaksaan Hak Pengelolaan yang Berasal
untuk investasi terpenuhi. Sementara pemegang dari Tanah Ulayat untuk Investasi
hak pengelolaan yang berasal dari tanah ulayat, Sebagaiamana telah dipaparkan, PP No.
mendapatkan tarif dan/atau uang wajib tahunan 18 Tahun 2021 mengatur hak pengelolaan
yang dapat digunakan untuk meningkatkan yang berasal dari tanah ulayat ditetapkan
kesejahteraan dan kemakmurannya. Selain kepada masyarakat hukum adat. Namun hak
itu, pemegang hak pengelolaan juga tidak pengelolaan yang berasal dari tanah ulayat
akan kehilangan tanah ulayatnya karena tanah hanya dapat ditetapkan kepada masyarakat
ulayat akan kembali dikuasainya setelah jangka hukum adat yang telah diakui dan ditetapkan
waktu kerja sama pemanfaatan tanah ulayat keberadaannya sesuai dengan peraturan
telah berakhir dan tidak diperpanjang lagi oleh perundang-undangan. Hal ini dapat dilihat
investor. Beda halnya jika tanah ulayat tersebut dalam Penjelasan Pasal 5 Ayat (2) PP No. 18
dijual kepada investor. Sebagaimana telah Tahun 2021 yang berbunyi:
dipaparkan60, penjualan tanah ulayat berakibat
Yang dimaksud dengan “masyarakat hukum
masyarakat hukum adat tidak memiliki dan adat” adalah masyarakat hukum adat yang
tidak dapat menguasai lagi tanah ulayatnya. menguasai Tanah Ulayat, telah diakui dan
59
Pasal 8 ayat (2) PP No. 18 Tahun 2021 ditetapkan keberadaannya sesuai dengan
60
Lihat Bagian III “Masyarakat Hukum Adat dan Tanah peraturan perundang-undangan yang
Ulayatnya”.

DIAN CAHYANINGRUM: Hak Pengelolaan Tanah... 33


memuat kelembagaan dalam perangkat ditetapkan dengan Keputusan Bersama Kepala
penguasa adatnya, wilayah hukum adat, Daerah.62
pranata, atau perangkat hukum yang masih Mengacu pada mekanisme pengakuan ma­
ditaati”. syarakat hukum adat tersebut, nampak bahwa
Untuk mendapatkan pengakuan, maka pengakuan masyarakat hukum adat bergantung
ma­­sya­rakat hukum adat harus memenuhi per­ pada kehendak baik (good will) dari pemerintah
syara­ tan: 1) masih hidup; 2) sesuai dengan daerah (bupati/walikota). Pemerintah daerah
per­­kem­ba­ngan masyarakat; 3) sesuai dengan (pemda) yang memiliki kehendak yang baik
prinsip-prin­ sip NKRI; dan 4) diatur dalam maka akan aktif memberikan pengakuan
undang-undang.61 terhadap masyarakat hukum adat yang ada di
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam daerahnya. Sebaliknya apabila pemda tidak
Negeri No. 52 Tahun 2014 tentang Pedoman memiliki kehendak baik maka akan bersikap
Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat pasif atau tidak peduli, dan bahkan tidak
Hukum Adat (Permendagri No. 52 Tahun akan memberikan pengakuan terhadap suatu
2014), pengakuan dan pelindungan masyarakat masyarakat hukum adat yang ada di daerahnya.
hukum adat dilakukan melalui tahapan: Sehubungan dengan persoalan tersebut, seiring
1) identifikasi masyarakat hukum adat; 2) dengan dibentuknya Permendagri No. 52 Tahun
verifikasi dan validasi masyarakat hukum 2014, diharapkan pemda lebih aktif memberikan
adat; dan 3) penetapan masyarakat hukum pengakuan kepada suatu masyarakat hukum
adat. Identifikasi masyarakat hukum adat adat, apalagi potensi keberadaan masyarakat
dilakukan oleh Bupati/Walikota melalui Camat hukum adat di Indonesia, misalnya di
dengan melibatkan masyarakat hukum adat Kalimantan Timur cukup banyak tapi tidak
atau kelompok masyarakat. Identifikasi ter­ ditunjang dengan sistem pendataan yang
sebut dilakukan dengan mencermati: a) seja­ jelas. Sepanjang masyarakat hukum adat
rah masyarakat hukum adat; b) wilayah adat; di suatu wilayah masih hidup, maka pemda
c) hukum adat; d) harta kekayaan dan/atau wajib memberikan pengakuan melalui Surat
benda-benda adat; dan e) kelembagaan/sis­ Keputusan Bupati/Walikota63.
tem peme­rintahan adat. Hasil identifikasi ter­ Selain kehendak baik pemda, masalah lain
se­
but selanjutnya dilakukan verifikasi dan terkait pengakuan masyarakat hukum adat
validasi oleh Panitia Masyarakat Hukum Adat adalah sulitnya melakukan identifikasi terutama
Kabupaten/Kota yang dibentuk oleh bupati/ terkait tanah ulayat. Ini disebabkan secara
wali­kota. Hasil verifikasi dan validasi tersebut legal formal masyarakat hukum adat umumnya
kemudian diumumkan kepada masyarakat tidak memiliki atau tidak dapat menunjukkan
hukum adat setempat dalam waktu 1 (satu) bukti penguasaan atas tanah ulayatnya secara
bulan. Berdasarkan hasil verifikasi dan validasi, turun temurun selama bertahun-tahun.
Panitia Masyarakat Hukum Adat kabupaten/ Selain itu, baik instansi pemerintah maupun
kota menyampaikan rekomendasi kepada lembaga adat seperti Dewan Adat Dayak
bu­pati/wali­kota. Berdasarkan rekomendasi (DAD) di Kalimantan Barat dan Karapatan
tersebut, Bupati/Walikota melakukan peneta­ Adat Nagari (KAN) di Sumatera Barat juga
pan pengakuan dan pelindungan masyarakat tidak memiliki catatan tentang tanah-tanah
hukum adat dengan Keputusan Kepala Daerah. ulayat yang ada di daerahnya. Sertifikat tanah
Dalam hal masyarakat hukum adat berada di 2
(dua) atau lebih kabupaten/kota, pengakuan 62
Permendagri No. 52 Tahun 2014.
63
Tim di bawah pimpinan Dr.H. Abdurrahman, S.H., M.H.,
dan pelindungan masyarakat hukum adat
Draft Laporan Pengkajian Hukum tentang Mekanisme
Pengakuan Masyarakat Hukum Adat, Jakarta: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional
61
Lihat Sub Bab III, Masyarakat Hukum Adat dan Tanah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2015, hal.
Ulayatnya. 79.

34 NEGARA HUKUM: Vol. 13, No. 1, Juni 2022


ulayat juga tidak mungkin dibuat karena tanah Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat
ulayat merupakan milik komunal masyarakat No. 6 Tahun 2008 tentang Tanah Ulayat dan
hukum adat.64 Tidak adanya bukti legal formal Pemanfaatannya (Perda Sumbar No. 6 Tahun
penguasaan masyarakat hukum adat atas tanah 2008). Dalam Pasal 3 Ayat (1) Perda Sumbar
ulayatnya dikhawatirkan dapat mengakibatkan No. 6 Tahun 2008 ditegaskan bahwa sasaran
tidak terpenuhinya persyaratan masyarakat utama pemanfaatan tanah ulayat adalah untuk
hu­kum adat untuk mendapatkan pengakuan. meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
Dampaknya hak pengelolaan yang berasal dari masyarakat adat. Selanjutnya juga disebutkan
tanah ulayat tidak bisa ditetapkan. bahwa pemanfaatan tanah ulayat oleh pihak
Sehubungan dengan persoalan tersebut lain yang bukan warga masyarakat hukum
per­­lu ada upaya pemetaan dan pencatatan atas adat yang bersangkutan dilakukan dengan
tanah-tanah ulayat yang ada di Indonesia, apa­ prinsip saling menguntungkan dan berbagi
lagi masih banyak wilayah adat yang belum risiko dengan kaedah “adat diisi limbago dituang”
mendapat pengakuan. Berdasarkan data dari melalui musyawarah mufakat.66
Badan Registrasi Wilayah Adat (BRWA), Mengacu pada ketentuan tersebut, nampak
hingga akhir tahun 2017, tercatat ada sebanyak bahwa Perda Sumbar No. 6 Tahun 2008 mem­
42 wilayah adat seluas 746.500 hektar yang buka peluang bagi investor untuk dapat me­
telah ditetapkan pengakuannya melalui Surat man­faatkan tanah ulayat dengan prinsip saling
Keputusan kepala daerah, 104 wilayah adat menguntungkan dan berbagi risiko. Sehu­ bu­
dengan luas 2,1 juta hektar telah memiliki ngan dengan hal tersebut, Pasal 10 Ayat (1)
Peraturan Daerah yang mengatur pengakuan Perda Sumbar No. 6 Tahun 2008 mengatur
masyarakat hukum adat dan wilayah adat, dan bahwa investor dapat memanfaatkan tanah
24 wilayah adat seluas 167.883 hektar yang ula­yat dengan mengikutsertakan penguasa dan
telah memiliki peraturan daerah penetapan pemilik tanah ulayat berdasarkan kesepakatan
dan pengaturan. Dengan demikian jumlah total masyarakat adat yang bersangkutan sebagai pe­
wilayah adat yang telah diakui keberadaannya megang saham, bagi hasil dan dengan cara lain
ada 170 wilayah adat dengan total luas 3 juta yang diatur dalam waktu yang telah ditentukan
hektar. Sementara wilayah adat yang belum dalam perjanjian. Selanjutnya diatur dalam
diakui secara hukum ada 607 wilayah adat Pasal 11 Perda Sumbar No. 6 Tahun 2008,
dengan total luas 6,3 juta hektar.65 Mengacu apabila perjanjian penyerahan hak penguasaan
pada data tersebut nampak bahwa masih dan/atau hak milik untuk pengusahaan dan
banyak tanah ulayat yang belum bisa ditetapkan pengelolaan tanah yang diperjanjikan sebagai­
hak pengelolaannya karena masyarakat hukum mana dimaksud dalam Pasal 8 berakhir, maka
adat yang bersangkutan belum mendapatkan status penguasaan dan/atau kepemilikan tanah
pengakuan. kembali ke bentuk semula. Bentuk semula yang
Meskipun hak pengelolaan bisa berasal dimaksud adalah kembali menjadi tanah adat.
dari tanah ulayat, dalam penelitian ini belum Namun masa berlaku tanah ulayat yang ter­daf­tar
ditemukan data tentang berapa jumlah hak de­ngan hak tertentu dapat diperpanjang masa
pengelolaan yang berasal dari tanah ulayat berlakunya jika telah berakhir. Perpanjangan
yang telah ditetapkan dan terdaftar di kantor tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan
pertanahan. Meskipun belum ada penetapan dari penguasa dan/atau pemilik tanah ulayat
hak pengelolaan, banyak tanah ulayat yang se­mula.67 Terhadap tanah ulayat yang terdaftar
telah dimanfaatkan untuk investasi, antara lain berakhir, maka pengaturan pemanfaatan ta­
di Sumatera Barat. Pemanfaatan tanah ulayat nah selanjutnya dilaksanakan oleh Pemerintah
untuk investasi di Sumatera Barat tunduk pada
64
Dian Cahyaningrum, “Pemanfaatan Tanah Adat”, 30.
65
“777 Peta Wilayah Adat di Akhir Tahun 2017”, diakses 8 66
Pasal 3 Ayat (2) Perda Sumbar No. 6 Tahun 2008.
Januari, 2018, https://www.brwa.or.id/news/read/327. 67
Pasal 14 ayat (1) Perda Sumbar No. 6 Tahun 2008.

DIAN CAHYANINGRUM: Hak Pengelolaan Tanah... 35


Ka­bu­paten/Kota untuk diserahkan kepada pe­ Dengan demikian boleh atau tidaknya investor
nguasa dan atau pemilik tanah ulayat semula.68 memanfaatkan tanah ulayat Masyarakat Baduy
Menurut Kurnia Warman sebagaimana di­ untuk investasi diserahkan sepenuhnya kepada
kutip oleh Dian Cahyaningrum, secara normatif Masyarakat Baduy. Bahkan Pasal 9 ayat (1)
formal pola-pola sebagaimana dimaksud Pasal Perda Kabupaten Lebak No. 32 Tahun 2001
10 ayat (1) Perda Sumbar No. 6 Tahun 2008 mengancam setiap masyarakat luar Baduy
tersebut tidak selalu sesuai atau sinkron dengan yang melakukan kegiatan mengganggu,
hukum agraria. Misalnya, hak sewa tidak di­ merusak, dan menggunakan lahan hak ulayat
mungkinkan karena hak sewa hanya dapat di­ Masyarakat Baduy dengan pidana kurungan
be­rikan di atas tanah hak milik, bukan tanah paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling
ulayat.69 Begitupula Pasal 11 Perda Sumbar No. banyak Rp 5.000.000 (lima juta rupiah).
6 Tahun 2008 secara yuridis formal tidak dapat Tindak pidana tersebut menurut Pasal 9 ayat
diimplementasikan karena hak atas tanah yaitu (2) Perda Kabupaten Lebak No. 32 Tahun 2001
hak guna usaha (HGU) jika waktunya telah merupakan pelanggaran.
berakhir harus kembali menjadi tanah negara.70 Tidak seperti Perda Kabupaten Lebak No.
Seperti halnya di Sumbar, Banten juga 32 Tahun 2001, Perda Kabupaten Lebak No.
membuka peluang bagi investor untuk dapat 8 Tahun 2018 mengatur secara jelas bagian
memanfaatkan tanah ulayatnya untuk investasi. wilayah adat mana yang dapat dimanfaatkan
Namun Banten tidak memiliki Peraturan untuk investasi. Sebagaimana dijelaskan oleh
Daerah Provinsi Banten yang mengatur tokoh Masyarakat Hukum Adat Kasepuhan,
masyarakat hukum adat dan tanah ulayatnya tanah ulayat yang dapat dikerjasamakan
karena keberadaan tanah ulayat hanya ada di dengan investor adalah Leuweung bukaan/
Kabupaten Lebak. Oleh karena itu Pemerintah sampalan/Garapan.72 Dalam Pasal 1 angka 16
Daerah Kabupaten Lebak yang mengaturnya Perda Kabupaten Lebak No. 8 Tahun 2015
melalui Peraturan Daerah Kabupaten Lebak. disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
Dalam hal ini ada 2 peraturan daerah (perda) Leuweung Sampalan atau Garapan adalah
yang mengatur masyarakat hukum adat di wilayah adat yang berdasarkan hukum adat
Kabupaten Lebak yaitu Peraturan Daerah dipergunakan untuk kepentingan mata
Kabupaten Lebak No. 32 Tahun 2001 tentang pencaharian atau pemukiman masyarakat
Perlindungan Hak Ulayat Masyarakat Baduy hukum adat. Sebagaimana dikemukakan Ketua
(Perda Lebak No. 32 Tahun 2001) dan Adat Kasepuhan Cibarani Kabupaten Lebak,
Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No. 8 kerja sama pemanfaatan tanah ulayat di Lebak
Tahun 2015 tentang Pengakuan, Perlindungan, Banten harus mendapat izin dari Ketua Adat.
dan Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat Kerja sama tersebut dapat berupa bagi hasil
Kasepuhan (Perda Lebak No. 8 Tahun 2015).71 atau sewa menyewa. Untuk kepentingan kerja
Dalam Perda No. 32 Tahun 2001, sama tersebut, dilakukan musyawarah antara
peruntukan lahan diserahkan sepenuhnya investor dan lembaga adat untuk mencapai
kepada masyarakat Baduy. Hal tersebut diatur kesepakatan bersama.73
dalam Pasal 4 Perda No. 32 Tahun 2001 yang Berdasarkan pada paparan tersebut, baik
berbunyi “segala peruntukan lahan terhadap di Sumatera Barat maupun Lebak Banten,
hak ulayat Masyarakat Baduy diserahkan 72
Lili Herdiana (tokoh adat Kasepuhan Ciherang dan anggota
sepenuhnya kepada Masyarakat Baduy”. LSM Aliansi Masyarakat Adat Nusantara), disampaikan
dalam forum FGD tentang Pemanfaatan Tanah Ulayat
68
Pasal 14 ayat (2) Perda Sumbar No. 6 Tahun 2008. untuk Investasi yang diselenggarakan secara virtual pada
69
Dian Cahyaningrum, Pemanfaatan Tanah Adat, 36 tanggal 30 September 2021.
70
Ibid. 73
Dulhani (Ketua Adat dan Kepala Desa Kasepuhan Cibarani)
71
“Pengakuan Masyarakat Adat Kasepuhan Tantangan Bupati , disampaikan dalam forum FGD tentang Pemanfaatan
Lebak”, diakses 29 April, 2022, https://www.tangerangnet. Tanah Ulayat untuk Investasi yang diselenggarakan secara
com/2019/03/pengakuan-masyarakat-adat-kasupuhan.html virtual pada tanggal 30 September 2021.

36 NEGARA HUKUM: Vol. 13, No. 1, Juni 2022


pemanfaatan tanah ulayat untuk investasi dari tanah ulayat ditetapkan dengan keputusan
hanya dimungkinkan melalui kerja sama antara Menteri dan wajib didaftarkan pada kantor
lain dalam bentuk perolehan saham, bagi hasil, pertanahan. Dalam PP No. 18 Tahun 2021
sewa menyewa dan sebagainya. Sayangnya, juga diatur bahwa hak atas tanah berupa HGU,
sebagaimana dikemukakan oleh salah satu HGB, dan/atau hak pakai dapat diberikan di
pejabat BPN di Kabupaten Lima Puluh Kota atas hak pengelolaan. Hak atas tanah tersebut
Sumatera Barat, kerja sama pemanfaatan dapat dibebani hak tanggungan, dialihkan, atau
tanah ulayat yang demikian kurang diminati pun dilepaskan asalkan ada rekomendasi dari
oleh investor. Alasannya, investor tidak bisa pemegang hak pengelolaan dan dimuat dalam
menjaminkan tanah ulayat ke bank untuk perjanjian. Selain dapat dimanfaatkan sendiri,
mendapatkan kredit buat modal usaha karena hak pengelolaan juga dapat dikerjasamakan
tanah masih dimiliki oleh masyarakat hukum dengan investor. Dengan adanya kerja sama
adat sehingga tidak dapat diberikan title HGU pemanfaatan tanah tersebut, maka tersedia
diatasnya. Investor lebih senang memanfaatkan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk investasi.
tanah ulayat untuk investasi melalui pengambil Sedangkan bagi masyarakat hukum adat
alihan tanah ulayat karena tanah ulayat yang pemegang hak pengelolaan, menerima tarif dan/
diperolehnya dapat didaftarkan di BPN untuk atau uang wajib tahunan tanpa harus khawatir
mendapatkan title HGU. Sertifikat HGU kehilangan tanah ulayatnya karena tanah
tersebut selanjutnya dapat dijaminkan ke bank ulayat kembali dikuasainya setelah kerja sama
untuk mendapatkan kredit modal usaha yang tersebut berakhir. Agar ada jaminan kepastian
dibutuhkan oleh investor untuk menjalankan hukum, maka kerja sama tersebut dimuat dalam
kegiatan usahanya.74 perjanjian pemanfaatan tanah.
Sehubungan dengan persoalan tersebut, Dalam pelaksanaannya, masih banyak
hak pengelolaan yang berasal dari tanah ulayat tanah ulayat yang belum bisa ditetapkan hak
sebagaimana diatur dalam PP No. 18 Tahun pengelolaannya karena masyarakat hukum adat
2021 diharapkan dapat menjadi solusi yang belum mendapatkan pengakuan. Meskipun
menguntungkan kedua belah pihak. Di satu hak pengelolaan belum ditetapkan, telah ada
sisi, investor terpenuhi kebutuhan lahannya kerja sama antara masyarakat hukum adat dan
untuk investasi dan dapat menjaminkan hak investor untuk memanfaatkan tanah ulayat.
atas tanahnya di atas hak pengelolaan yang Pemanfaatan tanah ulayat tersebut dilakukan
berasal dari tanah ulayat. Di sisi yang lain, dengan mengikutsertakan penguasa dan
masyarakat hukum adat selaku pemilik atau pemilik tanah ulayat berdasarkan kesepakatan
penguasa tanah ulayat menerima tarif dan/ masyarakat hukum adat yang bersangkutan
atau uang wajib tahunan, selain juga tidak sebagai pemegang saham, bagi hasil, sewa
akan kehilangan tanah ulayatnya karena tanah menyewa, dan dengan cara lain yang diatur
ulayat kembali kepadanya setelah berakhir dalam waktu yang telah ditentukan dalam
masa berlaku kerja sama pemanfaatan tanah perjanjian. Namun dikhawatirkan pemilik
ulayatnya untuk investasi. atau penguasa tanah ulayat kehilangan tanah
ulayatnya karena hak atas tanah yaitu HGU
VII. Penutup menjadi tanah negara setelah kerja sama
A. Simpulan pemanfaatan tanah ulayat untuk investasi
PP No. 18 Tahun 2021 mengatur hak tersebut berakhir. Selain itu sewa menyewa
pengelolaan yang tidak hanya bisa berasal dari tanah ulayat juga tidak dimungkinkan karena
tanah negara, melainkan juga bisa berasal dari hak sewa hanya dapat diberikan di atas tanah
tanah ulayat. Hak pengelolaan yang berasal hak milik, bukan tanah ulayat. Dengan
demikian hak pengelolaan yang berasal dari
74
Dian Cahyaningrum, Novianti, dan Luthvi Febryka Nola, tanah ulayat diharapkan dapat menjadi solusi
Pemanfaatan Tanah Ulayat, 43-44.

DIAN CAHYANINGRUM: Hak Pengelolaan Tanah... 37


yang dapat menguntungkan kedua belah Cahyaningrum, Dian; Novianti; dan Luthvi
pihak dalam pemanfaatan tanah ulayat untuk Febryka Nola, “Pemanfaatan Tanah Ulayat
investasi. untuk Kepentingan Investasi”, Laporan
Penelitian Kelompok, Pusat Penelitian
B. Saran Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat
Hak pengelolaan yang berasal dari Republik Indonesia, Jakarta, 2020.
tanah ulayat hanya dapat ditetapkan kepada
Citrawan, Fitrah Akbar, “Konsep
masyarakat hukum adat yang telah diakui
Kepemilikan Tanah Ulayat Masyarakat
dan ditetapkan keberadaannya sesuai dengan
Adat Minangkabau”, Jurnal Hukum &
peraturan perundang-undangan. Untuk
Pembangunan, Vol. 50 No. 3, (2020): 586-
itu pemerintah daerah sebaiknya memiliki
602.
kehendak yang baik dan aktif melakukan
upaya untuk memberikan pengakuan terhadap Fatimah, Titin dan Hengki Andora. “Pola
masyarakat hukum adat yang ada di daerahnya. Penyelesaian Sengketa Tanah Ulayat
Upaya pemetaan dan pencatatan atas di Sumatera Barat (Sengketa antara
tanah-tanah ulayat yang ada di Indonesia juga Masyarakat dengan Investor)”. Jurnal Ilmu
perlu terus dilakukan, apalagi masih banyak Hukum. Volume 4 No. 1, (2014): 36-75.
wilayah adat yang belum mendapat pengakuan. Fatmi, Siti Raga. “Permohonan Tanah Ulayat di
Tidak diakuinya wilayah adat mengakibatkan Minangkabau Menjadi Tanah Hak Milik”.
tidak terpenuhinya persyaratan masyarakat Lentera Hukum, Volume 5 Issue 3, (2018):
hukum adat untuk mendapatkan pengakuan 392-407.
sehingga hak pengelolaan yang berasal dari
Husnulwati, Sri dan Susi Yanuarsi. “Kebijakan
tanah ulayat tidak dapat ditetapkan. Selain
Investasi Masa Pandemi Covid-19 di
itu, untuk memperkuat pelindungan terhadap
Indonesia”. Solusi. Volume 19 Nomor 2,
hak ulayat masyarakat hukum adat, rancangan
(Mei 2021:183-193.
undang-undang yang mengatur pelindungan
terhadap hak-hak masyarakat hukum adat perlu Malik, Camelia, “Jaminan Kepastian Hukum
segera disahkan. dalam Kegiatan Penanaman Modal di
Indonesia”, Hukum Bisnis, Volume 26 No.
4, (2007): 16.
Nasir, Gamal Abdul. “Mengawal Pengakuan
Daftar Pustaka
dan Eksistensi Hak Ulayat/Tanah
Ulayat Masyarakat Hukum Adat”.
Publikasi Ilmiah, (Januari 2018): 356-
Alting, Husen. Dinamika Hukum dalam
366. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/
Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat
handle/11617/9710.
Hukum Adat Atas Tanah. Yogyakarta:
LaksBang PRESSindo, 2010. Pasambuna, Afra Fadhillah Dharma.
“Implementasi Hak Pengelolaan dan
Andriarsi, Melati Kristina. “Sebaran
Pemberian Hak Atas Tanah Negara”, Lex
Masyarakat Adat”, diakses 17 Februari,
et Societatis, Vol. V/No. 1, (Jan-Feb 2017):
2022. https://katadata.co.id/padjar/
hal. 35-43.
infografik/5f8030631f92a/sebaran-
masyarakat-adat. Pasandaran, Jerome Bryanto; Cornelius
Tangkere; dan Devy K.G. Sondakh.
Cahyaningrum, Dian, Pemanfaatan Tanah Adat
“Kajian Hukum Terhadap Hak Pengelolaan
Untuk Kepentingan Penanaman Modal di
Dalam Hukum Pertanahan Indonesia”. Lex
Bidang Perkebunan, Jurnal Negara Hukum,
Vol. 3 No. 1, (Juni, 2012): 21-40.

38 NEGARA HUKUM: Vol. 13, No. 1, Juni 2022


Administratum, Vol. IX/No. 5, (April-Juni Wijaya, Callistasia. “Dampak Covid-19: 2,7
2021): 17-25. Juta Orang Masuk Kategori Miskin Selama
Petriella, Yanita. “PP dari UU Cipta Kerja Beri Pandemi, Pemulihan Ekonomi “Butuh
Jaminan Pengelolaan Hak atas Tanah”, Waktu Lama”. diakses 7 Maret, 2021.
diakses 6 Maret, 2021. https://ekonomi. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-
bisnis.com/read/20210420/47/1383939/ 55992498#:~:text=Jumlah%20
pp - dari-uu- cipta-kerja-beri-jaminan- warga%20miskin%20di%20
pengelolaan-hak-atas-tanah. Indonesia,memerlukan%20waktu%20
yang%20cukup%20lama,
Safitri, Myrna A. “Meninjau Kembali Hak
Pengelolaan dalam Rancangan Undang- Yulia. Buku Ajar Hukum Adat. Lhokseumawe:
Undang Pertanahan”. SELISIK, Volume 2, UNIMAL Press, 2016.
Nomor 2, (Januari 2016): 103-122. “HPL Bukan Merupakan Hak atas Tanah
Samsul, Inosentius. “Perubahan Pengaturan Sebagaimana HM, HGU, HGB, dan HP”.
tentang Desa dan Pengakuan Kesatuan diakes 28 Maret, 2014. https://www.djkn.
Masyarakat Hukum Adat Sebagai Desa kemenkeu.go.id/berita/baca/4972/HPL-
Adat Dalam Undang-Undang Nomor 6 Bukan-Merupakan-Hak-atas -Tanah-
Tahun 2014”. Dalam Eksistensi Hak Ulayat sebagaimana-HM-HGU-HGB-dan-HP.
Dalam Sistem Hukum Nasional. Jakarta: html.
P3DI Setjen DPR Republik Indonesia dan “Pandemi Covid-19, Apa Saja Dampak pada
Azza Grafika, 2013. Sektor Ketenagakerjaan Indonesia?” diakses
Santoso, Urip. “Eksistensi Hak Pengelolaan 25 Januari, 2021. https://www.kompas.
dalam Hukum Tanah Nasional”. Mimbar com/tren/read/2020/08/11/102500165/
Hukum, Volume 24, Nomor 2, (Juni 2012): pandemi- covid-19-apa- saja- dampak-
187-375. pada-sektor-ketenagakerjaan-indonesia-
?page=all.
Sumadjono, Maria S.W. “Tata Kelola Pertanahan
Pasca UU-CK”. diakses 7 Maret, 2021. “Pengakuan Masyarakat Adat Kasepuhan
http://kpa.or.id/media/baca2/opini/70/ Tantangan Bupati Lebak”. diakses 29
Tata_Kelola_Pertahanan_Pasca-UUCK/ April, 2022. https://www.tangerangnet.
com/2019/03/pengakuan-masyarakat-adat-
Syuryani. “Eksistensi Hak Ulayat Masyarakat kasupuhan.html.
Hukum Adat Dalam Masa Investasi”.
MENARA Ilmu. Vol. X Jilid 2 No. 73, “Setop Jual Tanah Ulayat”. diakses 11
(Desember 2016): 111-119. Februari, 2022. https://regional.kompas.
com/read/2011/04/28/03402895/setop.jual.
Tim di bawah pimpinan Dr.H. Abdurrahman, tanah.ulayat.
S.H., M.H. Mekanisme Pengakuan
Masyarakat Hukum Adat, Jakarta: Pusat “Survei Kemnaker: 72.983 Pekerja Terkena
Penelitian dan Pengembangan Sistem PHK di 4.156 Perusahaan Imbas Pandemi”.
Hukum Nasional. Draft Laporan Pengkajian diakses 7 Maret, 2021. https://www.
Hukum. Kementerian Hukum dan Hak merdeka.com/uang/survei-kemnaker-
Asasi Manusia RI, 2015. 72983-pekerja-terkena-phk- di-4156-
perusahaan-imbas-pandemi.html.
Warman, Kurnia dan Hengki Andora. “Pola
Hubungan Hukum dalam Pemanfaatan “777 Peta Wilayah Adat di Akhir Tahun 2017”.
Tanah Ulayat di Sumatera Barat”. Mimbar diakses 8 Januari, 2018. https://www.brwa.
Hukum. Volume 26, Nomor 3, (Oktober or.id/news/read/327.
2014): 366-381.

DIAN CAHYANINGRUM: Hak Pengelolaan Tanah... 39

Anda mungkin juga menyukai