Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN EKONOMI & KEUANGAN

TREN PENGUATAN EKONOMI DOMESTIK


MULAI BERGERAK PADA BULAN AGUSTUS SEPTEMBER 2021

RINGKASAN EKSEKUTIF
• Pada akhir Agustus, kondisi global pandemi coronavirus disease (COVID)-19 berada pada titik puncak gelombang yang
sedang terjadi, sementara di Indonesia terus mengalami penurunan. Ditopang akselerasi vaksinasi, optimisme
pemulihan ekonomi masih tetap terpelihara. Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur global Agustus terus
melanjutkan tren ekspansi meski melambat sedangkan PMI Manufaktur Indonesia sudah lebih baik meski masih berada
di level kontraksi.
• Dalam rilis terbaru Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) dan Asian Development Bank
(ADB), proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan Indonesia mengalami perlambatan.
• Neraca perdagangan Indonesia Agustus melanjutkan tren surplus sementara laju inflasi Agustus sedikit meningkat
dibandingkan bulan sebelumnya.
• Mayoritas indikator sektor riil dan investasi, yaitu Google Mobility Report (GMR), Indeks Penjualan Ritel atau Retail Sales
Index (RSI) Bank Indonesia (BI), Mandiri Spending Index, konsumsi listrik, konsumsi semen, dan impor barang modal
mencatatkan hasil positif, sementara Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) BI, volume impor besi baja, dan penjualan
kendaraan niaga sedikit mengalami penurunan.
• Kinerja pasar saham dan obligasi domestik membaik di bulan Agustus. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
meningkat sejalan dengan tren rebound indeks bursa emerging market (EM), yield Surat Berharga Negara (SBN) domestik
konsisten menurun searah dengan stabilnya yield United States Treasury Bill (US T-Bill), demikian pula risiko investasi di
pasar obligasi yang juga mengalami penurunan. Kinerja nilai tukar mengalami apresiasi, sama halnya dengan cadangan
devisa (cadev) yang melanjutkan peningkatan.
• Kebijakan moneter longgar untuk mendukung perekonomian masih dilakukan BI dengan menahan tingkat suku bunga
acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRR) pada level 3,5%. Penyaluran kredit perbankan dan dana pihak ketiga (DPK)
tumbuh positif, demikian pula penempatan dana perbankan di instrumen keuangan. Kondisi kesehatan perbankan masih
tetap aman, namun tren meningkatnya non-performing loan (NPL) perlu diwaspadai.
Pada akhir Agustus, kasus harian global akibat COVID-19 relatif berada pada titik puncak gelombang yang sedang terjadi,
sementara di Indonesia terus mengalami penurunan. Di tingkat global, 7 days moving average (7DMA) COVID-19 pada kasus
harian mencapai lebih dari 637 ribu pada akhir Agustus, melonjak dibanding akhir Juli sebesar 582 ribu kasus. Varian Mu
masuk ke daftar variant of interest World Health Organization (WHO), menambah risiko baru. Selain itu, terdapat perbedaan
situasi pandemi Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Di AS, lonjakan kasus harian diikuti dengan kenaikan tingkat kematian
secara signifikan, karena kecepatan vaksinasi yang melambat. Sementara itu, 7DMA di Indonesia tercatat sekitar 11.662
kasus, lebih rendah sekitar 75% dibanding akhir Juli sebesar 40.261 kasus. Selain itu, berbagai indikator lain pandemi seperti
kasus aktif, kematian harian, dan tingkat keterisian bed Rumah Sakit Darurat Corona (RSDC) Wisma Atlet, juga menunjukkan
perbaikan signifikan. Namun demikian, kewaspadaan harus tetap ditingkatkan seiring munculnya varian lain serta isu waning
immunity. Sistem pengendalian COVID-19 berupa testing, tracing, dan treatment yang ideal juga perlu terus diperkuat. Secara
spasial, tambahan kasus dan kematian mengalami penurunan di semua pulau.

Pelaksanaan vaksinasi global yang sudah dilakukan di 184 negara per 16 September masih menjadi tumpuan harapan besar
akan percepatan penyelesaian pandemi dan pemulihan aktivitas sosial ekonomi. Sekitar 5,81 miliar dosis vaksin, atau setara
dengan 31,7 juta dosis per hari di seluruh dunia telah diberikan. Tiongkok, India, dan AS masih menjadi negara dengan total
dosis vaksin tertinggi, sementara Indonesia menjadi negara terbanyak keenam, dengan penyuntikan 120,46 juta dosis
vaksin. Memasuki pertengahan September, rata-rata vaksinasi Indonesia 7DMA mencapai 1,3 juta dosis per hari, meningkat
dibanding Agustus. Konsistensi harus dipastikan untuk mengejar target vaksinasi 3,4 juta dosis per hari. Akselerasi vaksinasi
untuk menghindari risiko stok vaksin menumpuk diperlukan seiring dengan peningkatan stok vaksin nasional. Di sisi lain,
pemerataan distribusi secara spasial perlu terus diperhatikan untuk menghindari adanya shortage supply.
Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan | 1
Perkembangan COVID-19 Global Perkembangan COVID-19 Indonesia

Kasus Harian (per 31 Agustus) Kasus Harian (per 31 Agustus)


645.163 10.534
Rata-rata 7 hari = 637.924 Rata-rata 7 hari = 11.662

Apr-20 Aug-20 Dec-20 Apr-21 Aug-21

D-20

F-21
A-20

S-21
M-20

M-20

J-20

J-20

A-20

S-20

O-20

N-20

J-21

M-21

A-21

M-21

J-21

J-21

A-21
Sumber: worldometer.info, diolah Sumber: Kementerian Kesehatan, diolah

Laju vaksinasi yang tinggi secara umum memiliki pengaruh positif terhadap ekspansi manufaktur. Indikator PMI Manufaktur
global masih melanjutkan tren ekspansi di level 54,1, didorong kuatnya kinerja manufaktur di banyak negara maju, seperti
AS dan Eropa. Meski demikian, angka tersebut berada di bawah level bulan sebelumnya sebesar 55,4 dan merupakan
penurunan dalam tiga bulan terakhir. Gangguan pada supply chain semakin menguat dan mendorong peningkatan harga
barang secara tajam serta waktu pengiriman yang lebih panjang. Sementara itu, PMI Manufaktur Indonesia Agustus masih
berada di level kontraksi pada angka 43,7, namun lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 40,1, seiring dengan
pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Kontraksi ini juga terjadi di hampir seluruh negara
anggota Association of South East Asian Nations (ASEAN), kecuali Singapura.

PMI Manufaktur Global PMI Manufaktur Indonesia

65 65

60 60
54,1
55 55

50 50
43,7
45 45

40 40

35 35

30 30

25 25
Aug-19 Dec-19 Apr-20 Aug-20 Dec-20 Apr-21 Aug-21 Aug-19 Dec-19 Apr-20 Aug-20 Dec-20 Apr-21 Aug-21

Sumber: CEIC, diolah Sumber: CEIC, diolah

Selain itu, laju vaksinasi dan hantaman gelombang kasus COVID-19 mempengaruhi confidence ekonomi negara-negara
dalam melanjutkan reopening. Di AS dan Eropa, confidence tetap tinggi di tengah gelombang varian Delta, tercermin dalam
indikator-indikator PMI Jasa yang masih menunjukkan tren ekspansi meski terjadi sedikit penurunan, retail sales yang secara
umum masih menunjukkan pertumbuhan kecuali di Jerman, tingkat pengangguran yang melanjutkan tren penurunan, dan
laju inflasi yang tercatat cukup tinggi. Hal sebaliknya terjadi di negara-negara ASEAN yang mengalami lonjakan kasus COVID-
19, dimana retail sales mengalami perlambatan tajam, tingkat pengangguran tercatat naik di Malaysia dan Vietnam, dan laju
inflasi yang secara umum menunjukkan kenaikan.

Beberapa indikator pemulihan ekonomi mendorong normalisasi kebijakan di berbagai negara. Tingginya laju inflasi
mendorong normalisasi kebijakan moneter di beberapa negara, seperti Brazil, Rusia, dan Turki, dengan tujuan untuk
menstabilkan tingkat inflasi agar kembali ke target yang ditetapkan oleh bank sentral. Di Indonesia, kondisi inflasi yang relatif
masih terjaga dengan baik menjadikan masih terdapat ruang untuk melakukan kebijakan, terlebih apabila The Fed akan
menaikkan suku bunga. Sementara itu, rencana pengurangan stimulus moneter negara maju terus mengemuka. Eropa
mulai mengurangi program quantitative easing, sementara AS diperkirakan segera mengumumkan tapering di tengah inflasi
yang terus tinggi dan pengangguran yang menurun.
Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan | 2
Dalam rilis terbaru outlook perekonomian lembaga internasional OECD dan ADB, proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan
Indonesia mengalami perlambatan. Dalam laporan interim September 2021, OECD menurunkan proyeksi pertumbuhan
ekonomi global -0,1 poin persen (pp) ke 5,7% untuk 2021, dan untuk 2022 naik 0,1 pp menjadi 4,5. OECD memperkirakan
pemulihan global tahun ini tetap kuat, namun terdapat beberapa potensi downside risk seperti pemulihan yang tidak merata
karena ketimpangan vaksinasi, potensi normalisasi kebijakan moneter AS yang lebih cepat dari ekspektasi, dan meski belum
tergambar dalam proyeksi OECD, terdapat risiko stabilitas sistem keuangan Tiongkok yang perlu diwaspadai dari isu gagal
bayar perusahaan real estate Evergrande. OECD juga mengoreksi pertumbuhan ekonomi berbagai negara, termasuk
Indonesia, untuk 2021 turun 1,0 pp menjadi 3,7% dan untuk 2022 turun 0,2 pp menjadi 4,9%, antara lain karena lonjakan
kasus COVID-19 akibat varian Delta. Koreksi juga dilakukan ADB untuk proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, di 2021
turun 1,0 pp menjadi 3,5% dan di 2022 turun 0,2 pp menjadi 4,8%.

Neraca perdagangan Agustus 2021 kembali mencatatkan surplus sebesar 4,74 miliar dolar AS, yang tetap ditopang surplus
non minyak dan gas (migas) di tengah kenaikan defisit migas. Secara kumulatif dari awal tahun, surplus neraca
perdagangan mencapai 19,17 miliar dolar AS, jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar
10,96 miliar dolar AS. Pertumbuhan (yoy) baik ekspor maupun impor yang relatif lebih tinggi terjadi pada komoditas migas
dibanding nonmigas, didukung pemulihan harga minyak bumi untuk ekspor serta pemenuhan kebutuhan dalam negeri (DN)
dan upaya strategis Pertamina untuk impor. Secara mtm, ekspor dan impor meningkat kembali seiring dengan
meningkatnya kinerja sektor manufaktur yang ditandai kenaikan PMI Manufaktur Indonesia meski masih berada di zona
kontraktif. Perkembangan ekspor ke negara mitra dagang utama seperti AS, Jepang, dan India meningkat sejalan dengan
pemulihan ekonomi global sebagaimana PMI Manufaktur yang berada di zona ekspansif. Dari sisi impor, mulai
meningkatnya aktivitas ekonomi DN dengan relaksasi PPKM secara bertahap, berdampak pada peningkatan aktivitas impor
bahan baku, barang konsumsi, dan terutama barang modal.

Ekspor Agustus tercatat sebesar 21,42 miliar dolar AS, meningkat dibanding angka Juli sebesar 17,7 miliar dolar AS, atau
tumbuh 64,1% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekspor Juli sebesar 29,4% (yoy). Kinerja ekspor didorong
oleh tingginya pertumbuhan baik ekspor migas 77,9% (yoy) maupun non migas 63,4% (yoy). Kembali bangkitnya ekonomi
dalam negeri turut mempengaruhi peningkatan aktivitas ekspor barang di sektor nonmigas khususnya manufaktur dan
agrikultur serta sektor migas.

Impor Agustus tercatat sebesar 16,68 miliar dolar AS, lebih tinggi dibanding impor Juli sebesar 15,11 miliar dolar AS, atau
tumbuh 55,3% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan impor Juli sebesar 44,4% (yoy). Peningkatan impor dipengaruhi
oleh lonjakan pertumbuhan impor migas sebesar 115,37% (yoy) dan pertumbuhan impor non migas sebesar 107,47% (yoy).
Pertumbuhan impor (yoy) di bulan Agustus untuk semua jenis barang meningkat dan masih cukup tinggi. Kinerja impor
mengalami rebound untuk bahan baku dan barang modal seiring pelonggaran PPKM dan peningkatan aktivitas ekonomi.

Perkembangan Ekspor & Impor Perkembangan Laju Inflasi

55,3%
80% 25
Miliar USD

64,1%
60%
20
40%
15 1,7 1,6
20%

0% 10
-20%
5
-40%

-60% 0
Jan

Apr

Agu

Jan

Agu
Des

Apr
Feb
Feb

Mei
Mar

Jun
Jul

Sep
Okt
Nov

Mei
Mar

Juni
Juli
O

M
S

N
D

A
M
F

J
J
A

A
M
S

N
D

J
J
A
2020-J

2021-J

2020 2021
Eksp USD Imp USD Ekspor yoy Impor yoy Kontribusi Core Kontribusi Administered Price Kontribusi Volatile Food yoy

Sumber: CEIC, BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Laju inflasi Agustus tercatat 1,59% (yoy), meningkat dari angka Juli 1,52% (yoy), dipengaruhi oleh masuknya tahun ajaran
baru dan kenaikan beberapa harga bahan pangan di tengah permintaan yang masih tumbuh terbatas karena dampak PPKM.
Secara bulan ke bulan, terjadi inflasi sebesar 0,03% (mtm) sehingga kumulatif sebesar 0,84% (ytd). Secara spasial, 34 kota
mengalami inflasi sementara 56 kota mengalami deflasi. Inflasi inti mengalami perlambatan mencapai 1,31% (yoy),
/ Monthly Report Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan | 3
dibanding angka Juli 1,40% (yoy). Berlanjutnya kebijakan PPKM Level 3 dan 4 di beberapa daerah berdampak pada masih
terbatasnya tingkat permintaan masyarakat, termasuk komoditas jasa. Perlambatan terjadi pada komoditas sandang,
informasi dan komunikasi, rekreasi, serta perawatan pribadi dan jasa lainnya. Di sisi lain, kelompok pendidikan mengalami
peningkatan seiring masuknya tahun ajaran baru. Inflasi volatile food mencapai 3,80% (yoy), naik dari angka Juli 2,97% (yoy),
dipengaruhi peningkatan harga pangan seperti minyak goreng karena naiknya harga crude palm oil (CPO) global, ikan segar,
dan beberapa jenis sayuran karena dampak masa kemarau basah. Di sisi lain, penurunan harga terjadi juga pada komoditas
aneka cabai karena masa panen dan stok yang melimpah pada daging ayam serta beberapa jenis sayuran. Dalam hal
pengendalian inflasi pangan, Pemerintah tetap berupaya untuk menjaga akses pangan dengan terus melakukan penyaluran
bantuan sosial (bansos) dan melakukan pengaturan harga pangan pokok dan stabilisasi seperti pada beras. Inflasi
administered price mengalami sedikit peningkatan mencapai 0,65% (yoy) dari angka Juli sebesar 0,61% (yoy). Peningkatan
harga rokok kretek filter terjadi sebagai dampak transmisi kenaikan cukai dan harga jual eceran (HJE). Sementara kelompok
energi relatif stabil karena kebijakan Pemerintah dalam menjaga harga energi domestik guna mendukung pemulihan
aktivitas rumah tangga dan industri.

Data-data indikator sektor rill domestik dan investasi seperti GMR, RSI, Mandiri Spending Index, konsumsi listrik, konsumsi
semen, dan impor barang modal Agustus mencatatkan hasil positif. Mobilitas yang digambarkan GMR Agustus berada
dalam tren kenaikan 5,2% (mtm). Aktivitas di tempat penjualan ritel meningkat 9,4% (mtm), dan penjualan kebutuhan sehari-
hari masyarakat juga mengalami perbaikan 5,6% (mtm). Aktivitas konsumsi sebagaimana tercermin dalam retail sales index
(RSI) membaik pada Agustus dengan tumbuh -0,1% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya yang turun lebih dalam sebesar
-2,9% (yoy), sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat. Aktivitas belanja yang terekam dalam Mandiri Spending Index
juga terus melanjutkan tren peningkatan sejak diberlakukan pelonggaran mobilitas dan operasional usaha secara bertahap.
Indeks nilai belanja naik ke level 89,5, hampir mencapai level awal pemberlakuan PPKM Darurat di awal Juli, sementara
indeks frekuensi belanja naik ke level 104,8. Pulau Jawa sebagai kontributor utama pertumbuhan ekonomi nasional mampu
pulih lebih cepat ke level 85,7 seiring dengan perbaikan kondisi COVID-19 yang makin terkendali. Konsumsi listrik Agustus
tumbuh 4,8% (yoy), didukung oleh pertumbuhan semua komponen terutama industri yang tumbuh double digit 14,4% (yoy),
serta rumah tangga dan bisnis. Konsumsi semen Agustus tumbuh 2,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya.
Impor barang modal tumbuh sebesar 34,6% (yoy), meningkat dibandingkan Juli. Peningkatan terjadi baik untuk barang
modal jenis angkutan maupun non-angkutan.

Pertumbuhan Konsumsi Listrik (yoy) Impor Barang Modal (%, yoy)

30
50
20 40 34,6
14,4 30
10
4,8 20
2,4
(persen)

- 0,2 10

(10) 0
5,4
-10
(20)
Rumah Tangga (45,7%) Bisnis (16,4%) -20
(30) Industri (30,7%) Total (100%) -30
-40
(40)
-50
Jan

Apr

Apr
Aug

Dec
Jan

Aug
Feb

Oct

Feb
Mar

Jun

Nov
Jul

Sep
May

Mar

May
June
July

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A
2020 2021 2020 2021

Sumber: Perusahaan Listrik Negara (PLN), diolah Sumber: BPS

Indikator sektor riil domestik lainnya yaitu IKK, volume impor besi baja, dan penjualan kendaraan niaga mengalami
penurunan. IKK bulan Agustus sebesar 77,3 atau masih berada pada zona pesimis. Kebijakan PPKM diperkirakan
memberikan dampak negatif terhadap optimisme masyarakat kepada kondisi perekonomian. Volume impor besi baja
tumbuh 33,1% (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan Juli Penjualan kendaraan niaga tumbuh 48,8% (yoy) pada bulan Juli,
melambat dari tiga bulan sebelumnya. Penurunan aktivitas produksi berdampak pada penurunan penjualan kendaraan niaga
terutama jenis pick-up.

/ Monthly Report Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan | 4


Perkembangan IKK Penjualan Kendaraan Niaga (%, yoy)

140
1000
913,6
120 107,4
800 783,0
100
80,2 600
80
77,3
400
60
256,1
200
40

48,8
0
20

0 -200
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J
Jan

Jan

Jan
Nov

Nov
Sept

Sept
May

May

May
Mar

Jul

Mar

Jul

Mar

Jul
2020 2021
2019 2020 2021

Sumber: BI Sumber: GAIKINDO, diolah

Kinerja pasar saham dan obligasi domestik membaik di bulan Agustus. Investor merespon positif pelonggaran kebijakan
PPKM serta ditopang oleh kondisi pasar keuangan global yang relatif kondusif. IHSG melanjutkan peningkatan sejalan
dengan tren rebound indeks bursa EM, sementara yield SBN domestik konsisten menurun akibat yield US T-Bill yang relatif
stabil. Risiko investasi di pasar obligasi juga menurun. Hal-hal tersebut didorong beberapa faktor seperti stance The Fed
yang cenderung dovish serta adanya kepastian timeline normalisasi kebijakan The Fed dan pelonggaran kebijakan PPKM
yang turut mendorong optimisme investor.

Kondisi pasar keuangan yang kondusif turut mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah, demikian juga dengan posisi cadev
yang mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas nilai tukar. Indeks nilai tukar EM mulai mengalami
peningkatan, sementara indeks dolar bergerak dalam tren menurun, dipengaruhi beberapa faktor, seperti mulai adanya
kepastian timeline normalisasi kebijakan AS yang menyebabkan risk appetite ke high risk instrument meningkat, serta
indikator ketenagakerjaan AS yang masih mix, beberapa bahkan masih di bawah ekspektasi pasar sehingga mengakibatkan
indeks dolar menurun. Kondisi pasar yang kondusif turut menopang penguatan Rupiah, dimana keberhasilan penanganan
lonjakan kasus COVID-19 domestik dan pemulihan ekonomi yang on track mampu menjaga persepsi investor sehingga
aliran modal asing kembali masuk. Per Agustus, cadev meningkat ke level 144,8 miliar dolar AS, dari bulan sebelumnya 137,3
miliar dolar AS, yang ditopang special drawing rights (SDR) dari International Monetary Fund (IMF) senilai SDR4,46 miliar
atau setara 6,31 miliar dolar AS. Alokasi ini didistribusikan oleh IMF secara proporsional kepada tiap anggotanya guna
mendukung pemulihan ekonomi selama pandemi. Kemampuan cadev untuk membiayai impor dan cicilan utang luar negeri
(ULN) Pemerintah mulai meningkat meskipun masih terbatas, serta masih di atas standar kecukupan internasional selama
3 bulan, dan masih di atas historis rata-rata tahunan.

Suku bunga acuan BI 7DRR kembali ditahan di 3,5% pada Agustus dan September. Hal ini dilakukan untuk tetap memberikan
stimulus pada sektor riil, di saat nilai tukar stabil dan terjaga. Selain itu, laju inflasi dalam negeri masih berada pada tingkat
yang rendah dan di bawah sasaran. Rezim suku bunga acuan rendah mendorong penurunan suku bunga pasar keuangan
dan perbankan. Likuiditas di perekonomian masih tetap longgar dan memadai. Penurunan suku bunga perbankan masih
berlanjut, namun dengan laju yang melambat, terutama pada kredit, sehingga suku bunga kredit perlu terus didorong.
Pertumbuhan uang beredar M1 dan M2 tetap terjaga meski melambat di Juli, dipengaruhi oleh perlambatan komponen M1
dan uang kuasi. Komponen M1 sendiri melambat terutama dipengaruhi perlambatan giro Rupiah. Adapun perlambatan
komponen uang kuasi sejalan juga dengan sedikit melambatnya DPK. Sementara perlambatan M2 dipengaruhi oleh
melambatnya net foreign assets (NFA) dan pertumbuhan kredit yang lebih rendah meski masih positif.

Penyaluran kredit perbankan kembali tumbuh positif di bulan Juli meski melambat, demikian juga simpanan masyarakat di
perbankan. Kredit tumbuh positif pada Juli 2021 sebesar 0,3% (yoy), melambat dari angka Juni sebesar 0,4%. Hal ini
disinyalir sebagai dampak dari pengetatan PPKM yang sedikit menekan permintaan kredit. Per komponen, kredit konsumsi
dan modal kerja melanjutkan pertumbuhan positif sementara kredit investasi mengalami kontraksi yang lebih dalam
dibanding bulan sebelumnya. Dari sisi sektoralnya, kredit pada sektor jasa keuangan, manufaktur, utilitas, serta

/ Monthly Report Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan | 5


pertambangan masih terkontraksi. Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga telah tumbuh positif dalam 3
bulan terakhir, namun kredit usaha mikro masih terkontraksi sangat dalam.

Kebutuhan pembiayaan terindikasi menurun sejalan dengan pengetatan PPKM, di sisi lain terdapat peningkatan preferensi
untuk menambah pinjaman perbankan. Survei BI di bulan Juli menunjukkan perusahaan dalam 3 bulan ke depan masih
berekspansi, namun kebutuhan pembiayaan cenderung melambat sejalan dengan pemberlakuan PPKM. Dana internal
masih menjadi sumber dana utama, namun terindikasi adanya peningkatan preferensi untuk menambah pinjaman
perbankan. Hasil survei juga menunjukkan perkiraan pertumbuhan kredit 2021 di kisaran 6%, lebih tinggi dibandingkan
realisasi 2020 yang terkontraksi 2,4%. Optimisme tersebut terutama didorong oleh kondisi moneter dan ekonomi meski
adanya pengetatan PPKM, serta relatif terjaganya risiko penyaluran kredit.

Likuiditas yang melimpah mengalir ke instrumen keuangan. Kepemilikan SBN oleh perbankan masih cukup tinggi sebesar
33,7% di awal bulan September. Likuiditas perbankan yang masih ample juga mendorong masih tingginya bid yang masuk
ke lelang SBN. Dengan masih cukupnya kas, total nominal yang dimenangkan sedikit dan mendorong yield turun.

Pertumbuhan DPK hingga Juni 2021 tetap tinggi, terutama pada tier simpanan di atas Rp2 miliar. Simpanan masyarakat di
bank atau DPK perbankan per Juni 2021 masih tumbuh tinggi sebesar 10,9% (yoy). Peningkatan ini di satu sisi membawa
dampak likuiditas yang cukup baik bagi perbankan, namun dapat juga menjadi indikasi perlambatan konsumsi. Sejak
terjadinya pandemi, peningkatan pertumbuhan DPK terutama didorong oleh kelompok rekening berjumlah besar,
mengindikasikan aktivitas konsumsi dan produksi yang menurun. Pada kelompok rekening bernilai rendah, jumlahnya
meningkat pesat, namun tidak disertai peningkatan nila rekening yang sama besar. Terdapat indikasi penurunan nilai
rekening rata-rata pada rekening terendah dan peningkatan tajam nilai rekening rata-rata pada tier tertinggi yang
mengindikasikan peningkatan kesenjangan.

Kondisi kesehatan perbankan per Juni terpantau tetap aman, namun penyaluran kredit di Bank bank umum kegiatan usaha
(BUKU) II dan III masih terkendala, selain itu tren meningkatnya NPL juga perlu diwaspadai. Kondisi perbankan domestik
cukup baik, dengan capital adequacy ratio (CAR) dan NPL masih berada pada level yang aman. Meski demikian, tren
meningkatnya NPL perlu diwaspadai. Pertumbuhan DPK relatif tinggi dan terjadi pada semua jenis bank, namun bank BUKU
IV tumbuh melambat. Pelemahan kredit masih berlanjut pada bank BUKU II dan III, sementara bank BUKU IV masih tumbuh
positif didukung program kredit terkait program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Loan to Deposit Ratio (LDR) secara
umum terpantau masih aman meski trennya terus menurun. Bank BUKU II mencatatkan penurunan LDR hingga 75% yang
lebih rendah dari batas bawah sebesar 78% yang direkomendasikan BI, mengindikasikan adanya masalah penyaluran kredit
pada bank BUKU II. Sementara itu, net interest margin (NIM) perbankan masih dalam tren meningkat sejak awal tahun.

Perkembangan IHSG dan MSCI EM Perkembangan Suku Bunga Acuan BI 7DRR dan
Suku Bunga Pasar Keuangan
PUAB - 1 Hari JIBOR - 1 Bulan
6800 IHSG Indeks Bursa EM (rhs) 1500 7,0%
JIBOR - 3 Bulan 7DRR

6300 6,0%
1250
5,0%
5800
3,75%
6.126,9 4,0%
5300 1000 3,55%
3,0% 3,50%

4800 2,83%
750 2,0%

4300
1,0%

3800 500 0,0%


A

F
M
A
M

F
M
A
M

A
S
O
N
D

J
J

S
O
N

J
J
2020-J

2021-J

Sumber: CEIC, diolah Sumber: BI, diolah

/ Monthly Report Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan | 6


LAMPIRAN

ECONOMIC INDICATORS - HEAT MAP


HIGH FREQUENCY INDICATORS
2020 2021
LAST UPDATE Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agu Sep
Sektor Riil
Produksi
PMI Manufacturing, level Up 49,30 51,90 45,30 27,50 28,60 39,10 46,90 50,80 47,20 47,80 50,60 51,30 52,20 50,90 53,20 54,60 55,30 53,50 40,10 43,70
Konsumsi Listrik, yoy, % Up 3,80 7,97 2,38 (1,71) (10,68) 5,38 (2,04) (0,31) 2,08 (2,34) (2,19) (2,62) 6,16 (4,05) (6,33) 6,27 16,59 11,96 1,86 4,85
Lifting Minyak, yoy, % Up (-1) (7,30) 4,32 (9,46) (3,80) (11,60) 1,79 (9,40) (3,38) (2,50) (4,64) (4,94) (7,31) (5,03) (8,63) 2,58 (12,52) (3,95) (11,10) (5,99)
Lifting Gas, yoy, % Up (-1) 1,09 1,72 (4,54) (1,84) (19,56) (2,59) (15,36) (5,13) (5,94) (11,42) (8,00) (10,93) 10,35 (6,94) 4,16 (4,57) 2,32 (2,46) 10,57
Perdagangan
Ekspor, yoy, % Up (2,79) 9,80 (2,88) (6,95) (29,14) 2,07 (10,16) (8,46) (0,88) (3,48) 9,42 14,63 12,15 8,65 30,81 52,06 62,00 54,43 29,39 64,10
Impor, yoy, % Up (4,91) (7,36) (2,87) (18,60) (42,23) (6,39) (32,57) (24,19) (18,88) (26,92) (17,44) (0,47) (6,58) 14,87 25,73 29,27 68,69 60,02 44,44 55,26
Impor Barang Konsumsi, yoy, % Up 20,27 (12,79) 10,76 (16,79) (39,82) 36,74 (24,15) (12,47) (20,37) (27,85) (22,01) 3,88 (1,52) 43,68 13,71 34,12 50,37 16,73 45,99 58,23
Impor Barang Modal, yoy, % Up (5,26) (16,44) (18,07) (17,11) (40,00) 2,63 (29,25) (27,55) (17,74) (24,24) (2,79) 3,17 (11,57) 17,68 33,71 11,79 35,28 43,41 5,38 34,56
Investasi
Kredit Investasi, yoy, % Down (-1) 10,11 9,99 13,01 9,12 6,73 5,15 5,23 3,98 3,36 1,39 0,17 (1,03) (0,93) (1,59) (4,43) (2,87) (3,18) (0,80) (1,66)
Konsumsi Semen, yoy, % Down (-1) (7,39) (0,11) (6,75) (6,28) (38,27) 30,04 (16,13) (7,33) (8,27) (14,99) (13,72) (12,30) (5,91) (4,99) 10,69 8,34 14,87 14,15 2,87
Penjualan Mobil Niaga, yoy, % Up (23,37) (1,90) (14,62) (87,64) (91,79) (67,39) (51,20) (64,77) (36,68) (40,38) (13,90) (28,24) (21,39) (17,19) 38,12 913,62 783,04 256,10 48,84 143,08
Konsumsi
Retail Sales Index, yoy, % Up (0,27) (0,84) (4,46) (16,87) (20,61) (17,13) (12,28) (9,19) (8,73) (14,94) (16,27) (19,16) (16,35) (18,13) (14,57) 15,60 14,73 2,55 (2,88) (0,06)
Consumer Confidence Index Down 121,67 117,65 113,78 84,83 77,80 83,78 86,19 86,90 83,36 79,02 92,03 96,50 84,85 85,82 93,37 101,48 104,43 107,36 80,20 77,31
Kredit Konsumsi, yoy, % Up (-1) 6,16 6,06 5,42 4,10 2,24 2,36 1,50 1,08 0,76 0,11 (0,16) (0,73) (0,99) (1,19) (0,98) 0,31 1,35 1,89 2,32
Kedatangan Wisman, yoy, % Up (-1) 6,42 (30,96) (63,73) (87,60) (87,00) (89,12) (89,36) (89,52) (89,20) (88,64) (88,72) (88,08) (89,37) (86,74) (73,07) (20,92) (5,71) (12,34) (12,01)
Penjualan Mobil, yoy, % Down (1,91) (2,54) (14,82) (90,64) (95,78) (78,82) (71,67) (58,84) (47,89) (48,98) (40,99) (34,40) (34,22) (38,22) 10,55 902,90 1.443,65 476,09 163,55 123,51
Penjualan Motor, yoy, % Up (18,65) 2,62 (3,23) (79,31) (96,11) (56,38) (44,52) (46,87) (33,15) (46,85) (56,72) (45,13) (14,74) (31,08) (7,18) 282,03 1.065,67 155,11 28,90 48,24
Harga
Inflasi, yoy, % Up 2,68 2,98 2,96 2,67 2,19 1,96 1,54 1,32 1,42 1,44 1,59 1,68 1,55 1,38 1,37 1,42 1,68 1,33 1,52 1,59
Inlasi Inti, yoy, % Down 2,88 2,76 2,87 2,85 2,65 2,26 2,07 2,03 1,86 1,74 1,67 1,60 1,56 1,53 1,21 1,18 1,37 1,49 1,40 1,31
Inflasi Harga Diatur Pemerintah, %, yoy Up 0,64 0,54 0,16 (0,09) 0,28 0,52 0,70 1,03 0,63 0,46 0,56 0,25 0,34 0,66 0,88 1,12 0,93 0,49 0,61 0,65
Inflasi Bergejolak, %, yoy Up 4,13 6,68 6,48 5,04 2,52 2,32 0,35 (1,09) 0,55 1,32 2,41 3,62 2,82 1,52 2,49 2,73 3,66 1,60 2,97 3,80
Harga Minyak ICP, USD/Barrel Down 65,38 56,61 34,23 20,66 25,67 36,68 40,64 41,63 37,43 38,07 40,67 47,78 53,17 60,36 63,50 61,96 65,49 70,23 72,17 67,80
Harga Minyak Brent, USD/Barrel Down 56,33 50,02 21,47 23,70 36,63 40,89 42,81 44,39 40,95 36,90 47,17 51,17 54,85 64,43 62,41 66,53 68,73 75,12 75,38 71,24
Harga Minyak WTI, USD/Barrel Down 51,56 44,76 20,48 18,84 35,49 39,27 40,27 42,61 40,22 35,79 45,34 48,52 52,20 61,50 59,16 63,58 66,32 73,47 73,95 68,50
Harga Minyak CPO, MYR/ Metric Ton Down 2.686,00 2.412,00 2.392,50 2096,50 2283,00 2398,00 2677,50 2892,50 2921,00 3250,00 3502,50 3788,00 3.900,00 3.980,00 4.109,50 4.500,00 4.029,50 3.918,00 4.620,00 4.523,50

Fiskal
Pertumbuhan Pendapatan, yoy, % Down (4,63) 4,08 19,91 (3,92) (41,93) (13,76) (27,91) (18,02) (18,42) (29,22) (13,13) (24,82) (3,49) 5,45 0,20 18,80 23,24 9,21 30,22 13,90
Pertumbuhan Belanja, yoy, % Down (9,11) 18,32 (4,03) (4,53) (1,86) 25,95 (9,14) 85,89 48,50 (1,27) 6,78 7,21 4,25 (1,88) 38,93 16,56 1,21 (0,22) 8,01 1,50
Defisit Anggaran terhadap PDB, % Down (0,21) (0,21) (0,79) (1,79) (2,79) (1,57) (2,01) (3,05) (4,16) (4,67) (5,60) (6,09) (0,26) (0,36) (0,82) (0,83) (1,32) (1,72) (2,04) (2,32)

ECONOMIC INDICATORS - HEAT MAP


HIGH FREQUENCY INDICATORS
2020 2021
LAST UPDATE Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agu Sep
Perbankan
Pertumbuhan M1, yoy, % Down (-1) 7,87 8,60 15,40 8,40 9,65 8,21 13,13 19,25 18,02 18,49 15,84 18,54 18,72 18,55 10,84 17,43 12,60 16,96 14,86
Pertumbuhan M2, yoy, % Down (-1) 7,12 7,86 12,06 8,55 10,37 8,21 10,55 13,34 12,41 12,51 12,23 12,44 11,81 11,35 6,95 11,53 8,14 11,35 8,85
Pertumbuhan DPK, yoy, % Up (-2) 6,80 7,77 9,54 8,08 8,89 7,95 8,53 11,64 12,88 12,12 11,55 11,11 10,57 10,11 9,50 10,94 10,71 11,28
Pertumbuhan Kredit, yoy, % Down (-1) 5,70 5,48 7,19 5,06 2,45 1,04 0,98 0,55 (0,35) (0,85) (1,74) (2,12) (2,09) (2,29) (3,68) (2,38) (1,35) 0,36 0,33
Non Performing Loan, % kredit Down (-2) 2,77 2,79 2,77 2,89 3,00 3,11 3,22 3,22 3,14 3,15 3,18 3,06 3,17 3,21 3,17 3,22 3,35 3,24
Loan Deposit Ratio, % Down (-2) 93,36 92,50 92,55 92,18 90,94 89,10 88,09 85,38 83,46 83,07 82,33 82,54 82,44 81,80 80,93 80,83 80,89 80,39
Capital Adequacy Ratio, % Up (-2) 22,83 22,33 21,67 22,08 22,20 22,55 23,03 23,50 23,52 23,83 24,25 23,89 24,50 24,53 24,04 24,21 24,27 24,30
Suku Bunga
Suku Bunga Kredit Investasi, % Down (-1) 9,87 9,83 9,70 9,45 9,32 9,30 9,21 9,16 9,06 9,01 8,98 8,88 8,83 8,77 8,73 8,68 8,64 8,70 8,63
Suku Bunga Kredit Modal Kerja, % Up (-1) 10,08 10,01 9,91 9,68 9,54 9,43 9,41 9,38 9,37 9,32 9,26 9,15 9,21 9,17 9,06 9,03 8,96 8,96 8,94
Suku Bunga Kredit Konsumsi, % Down (-1) 11,43 11,41 11,37 11,29 11,22 11,20 11,16 11,13 11,10 11,05 11,01 10,97 10,95 10,94 10,91 10,87 10,87 10,81 10,73
Suku Bunga SPN 10 Tahun, % Down 6,68 6,95 7,91 7,88 7,35 7,21 6,83 6,87 6,96 6,61 6,18 5,89 6,21 6,61 6,78 6,46 6,42 6,59 6,29 6,06

Moneter
Nilai Tukar, level, avg Apresiasi 13.732,00 13.776,00 15.195,00 15867,00 14906,00 14196,00 14582,00 14752,00 14848,00 14758,00 14237,00 14166,00 14.062,00 14.044,00 14.417,00 14.551,00 14.334,00 14.351,00 14.507,00 14.390,00
Nilai Tukar, yoy, % Apresiasi (2,03) 0,32 10,30 4,40 (6,06) (4,76) 2,72 1,00 0,84 (0,61) (3,53) (0,50) (0,73) (0,13) 2,66 0,93 (1,49) 0,12 1,09 (0,81)
Suku Bunga 7ddr, % Stable 5,00 4,75 4,50 4,50 4,50 4,25 4,00 4,00 4,00 4,00 3,75 3,75 3,75 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50
Fed Fund Rate, % Down 1,59 1,58 0,02 0,04 0,05 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,05 0,03 0,02 0,05 0,07 0,05
LIBOR 12M, % Down 1,81 1,38 1,00 0,86 0,67 0,55 0,45 0,45 0,36 0,33 0,33 0,34 0,31 0,28 0,28 0,28 0,25 0,25 0,24 0,23
IHSG, level, EOP Up 5.940,05 5.452,70 4.538,93 4716,40 4753,61 4905,39 5149,63 5238,49 4870,04 5128,23 5612,42 5979,07 5.862,35 6.241,80 5.985,52 5.995,62 5.947,46 5.985,49 6.070,04 6.150,30
LQ45 Index, level, EOP Up 961,98 879,53 691,13 713,64 725,83 756,20 803,01 824,19 737,15 790,50 883,06 934,89 911,98 944,75 902,79 893,73 888,65 844,85 823,04 866,49
JII Index, level, EOP Up 642,80 565,01 476,39 542,50 528,97 533,80 555,63 556,67 518,90 545,66 597,80 630,42 601,75 631,45 605,69 585,43 567,62 544,30 532,79 540,67
Cadangan Devisa, (Miliar USD) Up 131,70 130,44 120,97 127,88 130,54 131,72 135,08 137,04 135,15 133,66 133,56 135,90 138,00 138,79 137,10 138,80 136,40 137,09 137.342,89 144.784,19
Cadangan Devisa, (dalam bulan Impor
Up 7,50 7,40 7,00 7,50 8,00 8,10 8,60 9,40 9,50 9,70 9,90 10,20 10,00 10,00 9,70 9,60 9,10 8,80 8,60 8,70
dan +cicilan utang)

ECONOMIC INDICATORS - HEAT MAP


MEDIUM FREQUENCY INDICATORS
2020 2021
LAST UPDATE Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Pertumbuhan PDB, yoy, % Up 2,97 (5,32) (3,49) (2,19) (0,71) 7,07
Penanaman Modal Asing, yoy, % Up (9,18) (6,96) 1,05 5,51 13,98 19,67
Penanaman Modal Dalam Negeri, yoy, % Up 29,24 (1,36) 2,13 0,65 (4,16) 12,62
Indeks Tendensi Bisnis Down 102,90

Keterangan: Warna Hijau menunjukkan perbaikan dari periode/bulan sebelumnya, Warna Kuning menunjukkan tidak ada perubahan dari periode/bulan sebelumnya, Warna Merah menunjukkan pemburukan dari periode/bulan
sebelumnya

Pengarah : Kepala Badan Kebijakan Fiskal


Penanggung Jawab : Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro
Penyusun : Bidang Program dan Analisis Kebijakan - Pusat Kebijakan Ekonomi Makro
Editor & Layout : Rizki Zul Arfandi
Sumber Data : CEIC, BPS, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan

Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi
tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan
Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.
/ Monthly Report Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan | 7

Anda mungkin juga menyukai