Anda di halaman 1dari 29

-157-

IX.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS SENI MUSIK

A. Rasional Mata Pelajaran Seni Musik


Mata pelajaran Seni dikembangkan sesuai dengan tantangan abad ke-
21, di mana penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi menjadi bagian dari pembelajaran. Untuk itu,
kemampuan penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi menjadi faktor penting agar seni dapat disesuaikan
dengan karakteristik pembelajaran yang mampu menjawab tantangan
abad ke-21. Selain penggunaan dan pemanfaatan teknonolgi,
pembelajaran seni budaya menjawab tantangan abad ke-21 yang
memperhatikan kebutuhan daerah dan peserta didik. Dengan
demikian, mata pelajaran ini dapat menjadi filter dari masuknya
kebudayaan asing sekaligus mendorong peserta didik untuk memiliki
kearifan terhadap budaya lokal atau budaya masyarakatnya.
Mata pelajaran Seni memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan
multikultural. Multilingual bermakna pengembangan kemampuan
mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media,
seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran, dan berbagai perpaduannya.
Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi,
meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi),
apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis
unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat multikultural
mengandung makna menumbuhkembangkan kesadaran dan
kemampuan apresiasi terhadap beragam seni budaya. Hal ini
merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang
memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam
masyarakat dan budaya yang majemuk.
Musik dalam mengembangkan kemampuan mengekspresikan diri
melalui bunyi merupakan aktivitas ekspresi, respons, dan apresiasi
terhadap berbagai fenomena kehidupan, baik dari dalam diri maupun
dari budaya, sejarah, alam, dan lingkungan hidup seseorang. Musik
pada dasarnya merupakan nada atau suara yang disusun sedemikian
rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (KBHI,
Depdiknas, 2001). Musik mendorong manusia untuk mengindra,
merasakan, dan mengekspresikan keindahan melalui penataan bunyi-
suara dan sunyi. Melalui pendidikan musik, manusia diajak untuk
berpikir dan bekerja secara artistik estetik agar mandiri, kreatif,
-158-

memiliki apresiasi, menghargai kebinekaan global, serta sejahtera


jasmani, mental (psikologis), dan rohani sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Selanjutnya Pendidikan musik memberi dampak pada
kehidupan manusia (diri sendiri dan orang lain) juga pada
pengembangan pribadi setiap orang dalam proses pembelajaran yang
berkesinambungan (terus-menerus). Aktivitas bermusik yang
melibatkan gerak dan atau gambar dapat menstimulasi anak
berkebutuhan khusus (ABK) untuk meningkatkan fungsi mental,
motorik, dan intelegensinya serta dapat dijadikan medium untuk
meningkatkan kualitas hidup.
B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Musik
Tujuan mata pelajaran Seni Musik adalah untuk memastikan agar
peserta didik:
1. mampu mengekspresikan diri atas fenomena kehidupan;
2. peka terhadap persoalan diri secara pribadi dan dunia sekitar;
3. mampu mengasah dan mengembangkan musikalitas, terlibat
dengan praktik-praktik bermusik dengan cara yang sesuai, tepat,
dan bermanfaat, serta turut ambil bagian dan mampu menjawab
tantangan dalam kehidupan sehari-hari; dan
4. secara sadar dan bermartabat mengusahakan perkembangan
kepribadian, karakter, dan kehidupannya baik untuk diri sendiri
maupun untuk sesama dan alam sekitar.

C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Musik


Mata pelajaran Seni Musik memiliki karakteristik seperti berikut.
1. Pelajaran Seni Musik mencakup pengembangan musikalitas;
kebebasan berekspresi; pengembangan imajinasi secara luas;
menjalani disiplin kreatif; penghargaan akan nilai-nilai keindahan;
pengembangan rasa kemanusiaan, toleransi, dan menghargai
perbedaan; pengembangan karakter/kepribadian manusia secara
utuh (jasmani, mental/psikologis, dan rohani) sehingga dapat
memberikan dampak dalam kehidupan manusia.
2. Pelajaran musik membantu mengembangkan musikalitas,
kemampuan bermusik peserta didik dalam berbagai macam
praktiknya dengan baik:
a. dengan ekspresif dan indah;
-159-

b. dengan kesadaran, pemahaman, dan penghayatan akan


unsur-unsur/elemen-elemen bunyi-sunyi-musik dan kaidah-
kaidahnya;
c. dengan eksekusi yang tepat, sesuai, dan sebaik-baiknya.

Gambar 1. Lima Elemen/Domain Landasan Pembelajaran Seni Musik

Landasan pembelajaran Seni Musik memiliki lima elemen yang


mandiri dan berjalan beriringan sebagai kesatuan yang saling
memengaruhi dan mendukung. Setiap elemen bukanlah sebuah
urutan atau prasyarat dari elemen lainnya. Masing-masing mampu
berdiri sendiri secara mandiri, tetapi memiliki keterhubungan dalam
peran antarelemen.
Deskripsi Elemen dalam Seni Musik
Elemen Deskripsi
Mengalami 1. Mengindrai, mengenali, merasakan, menyimak,
(Experiencing) mencobakan/bereksperimen, dan merespons
bunyi-sunyi dari beragam sumber, dan beragam
jenis/ bentuk musik dari berbagai konteks budaya
2. Eksplorasi bunyi dan beragam karya-karya musik,
bentuk musik, alat-alat yang menghasilkan bunyi-
musik, dan penggunaan teknologi dalam praktik
bermusik
3. Mengamati, mengumpulkan, dan merekam
pengalaman dari beragam praktik bermusik,
menumbuhkan kecintaan pada musik, dan
mengusahakan dampak bagi diri sendiri, orang
lain, dan masyarakat
Menciptakan 1. Memilih penggunaan beragam media dan teknik
(Making/Creating) bermusik untuk menghasilkan karya musik sesuai
dengan konteks, kebutuhan, dan ketersedian serta
-160-

Elemen Deskripsi
kemampuan bermusik masyarakat, sejalan
dengan perkembangan teknologi
2. Menciptakan karya-karya musik dengan standar
musikalitas yang baik dan sesuai dengan kaidah/
budaya dan kebutuhan, dapat
dipertanggungjawabkan, berdampak pada diri
sendiri dan orang lain dalam beragam bentuk
praktiknya.
Merefleksikan 1. Menyematkan nilai-nilai yang generatif-lestari
(Reflecting pada pengalaman dan pembelajaran artistik-
estetik yang berkesinambungan (terus-menerus).
2. Mengamati, memberikan penilaian, dan membuat
hubungan antara karya pribadi dan orang lain
sebagai bagian dari proses berpikir dan bekerja
artistik-estetik, dalam konteks unjuk karya musik.
Berpikir dan 1. Merancang, menata, menghasilkan,
Bekerja secara mengembangkan, menciptakan, mereka ulang,
Artistik (Thinking dan mengomunikasikan ide melalui proses
and Working mengalami, menciptakan, dan merefleksikan
Artistically) 2. Mengeksplorasi dan menemukan sendiri bentuk
karya dan praktik musik (elaborasi dengan bidang
keilmuan yang lain: seni rupa, seni tari, drama,
dan nonseni) yang membangun dan bermanfaat
untuk menanggapi setiap tantangan hidup dan
kesempatan berkarya secara mandiri
3. Meninjau dan memperbarui karya pribadi sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, zaman, konteks
fisik-psikis, budaya, dan kondisi alam
4. Menjalani kebiasaan/disiplin kreatif sebagai
sarana melatih kelancaran dan keluwesan dalam
praktik bermusik
Berdampak bagi 1. Memilih, menganalisis, dan menghasilkan karya-
diri sendiri dan karya musik dengan kesadaran untuk terus
orang lain mengembangkan kepribadian dan karakter bagi
(Impacting) diri sendiri dan sesama
2. Memilih, menganalisis, dan menghasilkan karya-
karya musik dengan kesadaran untuk terus
membangun persatuan dan kesatuan bangsa
3. Memilih, menganalisis, dan menghasilkan karya-
karya musik dengan kesadaran untuk terus
meningkatkan cinta kasih kepada sesama
manusia dan alam semesta
4. Menjalani kebiasaan/disiplin kreatif dalam
praktik-praktik bermusik sebagai sarana melatih
pengembangan pribadi dan bersama, semakin baik
waktu demi waktu, tahap demi tahap.

D. Capaian Pembelajaran Seni Musik Setiap Fase


1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan kelas II)
Pada akhir Fase A, peserta didik mengemukakan pencapaian diri
dalam mengenal unsur-unsur bunyi baik intrinsik maupun
ekstrinsik, mengimitasi bunyi bersumber dari musik sederhana dan
mengembangkannya melalui bernyanyi dengan lagu bertanda
birama dua dan tiga sehingga muncul dan tumbuh rasa percaya
diri, berani, dan rasa ingin tahu.
-164-

5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)


Pada akhir Fase E, peserta didik mampu mengemukakan
pencapaian diri dalam mengenal lagu daerah dan alat musik
daerah setempat serta secara sadar melibatkan konteks sajian
musik dan berpartisipasi aktif dalam sajian musik yang berguna
bagi perbaikan hidup baik untuk diri sendiri, sesama, dan
lingkungan. Pengembangannya dilakukan melalui bernyanyi lagu
daerah dan memainkan musik daerah setempat sehingga muncul
dan tumbuh rasa percaya diri, berani, dan rasa ingin tahu.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen Capaian Pembelajaran
Mengalami Menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam
pengalaman atas kesan terhadap bunyi/musik,
peka dan paham, serta secara sadar melibatkan
konteks sajian musik dan lagu daerah setempat
serta berpartisipasi aktif dalam sajian musik
yang berguna bagi perbaikan hidup baik untuk
diri sendiri, sesama, lingkungan, dan alam
semesta
Menciptakan Menghasilkan gagasan dan karya musik yang
otentik dalam sebuah sajian dengan kepekaan
akan unsur-unsur bunyi musik baik intrinsik
maupun ekstrinsik, keragaman konteks,
melibatkan praktik-praktik selain musik
(bentuk seni yang lain) baik secara terencana
maupun situasional yang berguna bagi
perbaikan hidup diri sendiri, sesama,
lingkungan, dan alam semesta
Merefleksikan Mengenali, memberi kesan, mengkaji, merekam,
dan merefleksi secara aktif beragam praktik
bermusik yang berasal dari daerah setempat,
baik sendiri maupun bersama-sama yang
berfungsi sebagai dokumentasi maupun alat
komunikasi secara lebih umum serta menyadari
hubungannya dengan konteks dan praktik-
praktik lain yang lebih luas untuk perbaikan
hidup, baik diri sendiri, sesama, lingkungan,
dan alam semesta
Berpikir dan Menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
Bekerja Artistik berpraktik musik sejak dari persiapan, saat,
maupun usai berpraktik musik dengan
kesadaran untuk perkembangan dan perbaikan
kelancaran serta keluwesan bermusik yang
berasal dari daerah setempat, serta memilih,
memainkan, menghasilkan, menganalisis, dan
merefleksi karya-karya musik secara aktif,
kreatif, artistik, dan musikal secara bebas dan
bertanggung jawab serta sensitif terhadap
fenomena kehidupan manusia.
Berdampak Menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
berpraktik musik dan aktif dalam kegiatan-
-165-

kegiatan bermusik lewat bernyanyi lagu yang


berasal dari daerah setempat, memainkan
media bunyi-musik dan memperluas wilayah
praktik musiknya dengan praktik-praktik lain di
luar musik, serta terus berusaha mendapatkan
pengalaman dan kesan baik serta berharga bagi
perbaikan dan kemajuan diri sendiri secara
utuh dan bersama.

6. Fase F (Usia Mental ± 10 tahun dan Umumnya Kelas XI dan kelas


XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu mengemukakan
pencapaian diri dalam mengenal lagu dan alat musik nusantara
serta lagu mancanegara dan alat musik modern serta secara sadar
melibatkan konteks sajian musik dan berpartisipasi aktif dalam
sajian musik yang berguna bagi perbaikan hidup baik untuk diri
sendiri, sesama, dan lingkungan. Pengembangannya dilakukan
melalui bernyanyi lagu Nusantara dan mancanegara serta
memainkan musik Nusantara dan alat musik modern sehingga
muncul dan tumbuh rasa percaya diri, berani, dan rasa ingin tahu.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen Capaian Pembelajaran
Mengalami Menyimak dengan baik dan cermat, melibatkan
diri secara aktif dalam pengalaman atas bunyi-
musik, peka dan paham, serta secara sadar
melibatkan konteks sajian musik modern dan
berpartisipasi aktif dalam sajian musik secara
luas
Menciptakan Menghasilkan gagasan dan karya musik yang
otentik dalam sebuah sajian dengan kepekaan
akan unsur-unsur bunyi-musik baik intrinsik
maupun ekstrinsik, keragaman konteks,
melibatkan praktik-praktik selain musik (bentuk
seni yang lain, penerapan dan penggunaan
teknologi yang sesuai) baik secara terencana
maupun situasional sesuai dan sadar akan
kaidah tata bunyi/musik modern
Merefleksikan Menganalisis, merefleksikan secara aktif dan
kreatif (peka), serta merekam beragam praktik
bermusik berupa jenis musik modern, baik
sendiri maupun bersama-sama yang berfungsi
sebagai dokumentasi maupun alat komunikasi
secara lebih umum serta menyadari
hubungannya dengan konteks dan praktik-
praktik lain yang sesuai dengan kaidah-kaidah
bermusik secara sadar, mendalam, dan otentik,
secara terencana maupun situasional
Berpikir dan Menyimak dan menjalani kebiasaan bermusik
Bekerja Artistik secara baik dan cermat, serta menunjukkan
tingkat kepekaan yang tinggi akan unsur-unsur
bunyi-musik, pengetahuan dan pemahaman
bermusik berupa jenis musik modern, serta
-166-

Elemen Capaian Pembelajaran


keberagaman konteks musik, dalam praktik
musik yang terencana secara sadar maupun
situasional akan kaidah tata bunyi/musik.
Berdampak Menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
berpraktik musik dan aktif dalam kegiatan
bermusik berupa jenis musik modern lewat
bernyanyi lagu nusantara dan mancanegara,
memainkan media bunyi-musik dan memperluas
wilayah praktik musiknya dengan praktik-
praktik lain di luar musik, serta penambahan
wawasan akan keberagaman konteks bermusik:
lirik lagu, kegunaan musik yang dimainkan, era,
style, kondisi sosial budaya, ekologis, dan lain-
lainnya, yang dapat berdampak bagi perbaikan
dan kemajuan diri sendiri secara utuh dan
bersama
-167-

IX.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS SENI BUDAYA (SENI


RUPA)

A. Rasional Mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa)


Seni merupakan salah satu produk budaya bangsa yang tercipta dari
individu atau suatu kelompok masyarakat, seperti seni rupa, musik,
tari, dan teater. Perkembangan kesenian berkaitan dengan perubahan
yang dicapai sesuai dengan perkembangan zaman. Pemahaman
tentang seni sangat luas. Banyak orang yang mengungkapkan
pendapat tentang seni. Para tokoh, seniman, atau orang-orang yang
bergelut di bidang pendidikan seni mengungkapkannya dengan
pemahaman dan bahasanya masing-masing. Mata pelajaran seni
dikembangkan sesuai dengan tantangan abad ke-21, di mana
penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
menjadi bagian dari pembelajaran. Untuk itu, kemampuan
penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
menjadi faktor penting agar seni dapat disesuaikan dengan
karakteristik pembelajaran yang mampu menjawab tantangan abad
ke-21. Selain penggunaan dan pemanfaatan teknologi, pembelajaran
seni budaya menjawab tantangan abad ke-21 yang memperhatikan
kebutuhan daerah dan peserta didik. Dengan demikian, mata
pelajaran ini dapat menjadi filter dari masuknya kebudayaan asing
sekaligus mendorong peserta didik untuk memiliki kearifan terhadap
budaya lokal atau budaya masyarakatnya.
Pembelajaran seni rupa memiliki sifat multilingual, multidimensional,
dan multikultural. Multilingual bermakna pengembangan
kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai
cara dan media, seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran, dan
berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan
beragam kompetensi, meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman,
analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan
secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat
multikultural mengandung makna menumbuhkembangkan
kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam seni budaya.
Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang
memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam
masyarakat dan budaya yang majemuk.
-168-

Pembelajaran seni rupa mempunyai pengertian sebagai seni yang lahir


menggunakan penglihatan dan perasaan dalam membentuk karya
seni dengan media yang dapat ditangkap mata dan dirasakan dengan
rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep titik, garis,
bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan
acuan estetika. Dalam seni rupa peserta didik dapat mempelajari seni
rupa murni dan seni rupa terapan (kriya) dengan jenis dua dimensi
(2D) dan tiga dimensi (3D).
Pada dasarnya, manusia memiliki kemampuan untuk melihat,
merasakan, dan mengalami sebuah keindahan. Bahkan, berbagai
kemungkinan dan potensi dalam hidup dapat diprediksi. Hal inilah
yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya di muka
bumi ini. Kepekaan terhadap keindahan membantu manusia untuk
dapat memaknai hidup dan menjalani hidupnya dengan optimal.
Melalui pembelajaran seni rupa, kepekaan tersebut dibangun secara
universal, yakni dapat ditangkap oleh mata dan menembus sekat-
sekat perbedaan, termasuk perbedaan bahasa. Semenjak zaman
prehistori, manusia mengandalkan bahasa rupa sebagai perwujudan
sebuah gagasan. Bahkan, tanpa disadari, kehidupan manusia tidak
luput dari bahasa rupa sebagai citra yang memiliki daya dan dampak
luar biasa dalam menyampaikan pesan, menghibur, melestarikan,
dan menginspirasi hingga kurun waktu tak terhingga.
Pembelajaran Seni Rupa mengajak peserta didik Indonesia dapat
berpikir terbuka, apresiatif, empatik, serta menghargai perbedaan dan
keberagaman. Selain itu, peserta didik Indonesia juga memperoleh
pengalaman estetik sebagai hasil proses perenungan dari dalam
maupun luar diri mereka yang dituangkan dalam karya seni rupa.
Dengan demikian, muncul karya yang mencerminkan emosi dari hasil
pemikiran yang berdampak pada diri, lingkungan, maupun
masyarakat. Pembelajaran seni rupa merupakan pembelajaran yang
masuk dalam rumpun seni budaya. Melalui pendidikan Seni Rupa,
manusia diajak untuk berpikir dan bekerja secara artistik estetik agar
mandiri, kreatif, memiliki apresiasi, menghargai kebinekaan global,
serta sejahtera jasmani, mental (psikologis), dan rohani sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila, untuk selanjutnya memberi dampak pada
kehidupan manusia (diri sendiri dan orang lain) juga pada
-169-

pengembangan pribadi setiap orang dalam proses pembelajaran yang


berkesinambungan (terus-menerus).

B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa)


Pembelajaran seni rupa adalah untuk memastikan agar peserta didik:
1. Mampu mengekspresikan diri atas fenomena kehidupan;
2. Peka terhadap persoalan diri secara pribadi dan dunia sekitar;
3. Mampu mengasah dan mengembangkan seni rupa, baik seni rupa
murni maupun seni rupa terapan (kriya);
4. Terlibat dalam praktik seni rupa dengan cara yang sesuai, tepat,
dan bermanfaat, serta turut ambil bagian dan mampu menjawab
tantangan dalam kehidupan sehari-hari;
5. Secara sadar dan bermartabat mengusahakan perkembangan
kepribadian, karakter, dan kehidupannya, baik untuk diri sendiri
maupun untuk sesama dan alam sekitar; dan
6. Mampu menciptakan sebuah karya atau produk sehingga menjadi
peluang usaha dan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki
untuk lebih mandiri, kreatif dan inovatif.

C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa)


Kreativitas peserta didik tumbuh dan berkembang melalui ruang
kebebasan dalam mencari, melihat, mengamati, merasakan dari
berbagai sudut pandang, kemudian membangun pemahaman kembali
dan mengembangkannya dalam berbagai gagasan, proses, dan bentuk
melalui medium seni rupa.
Menumbuhkan kepekaan dan daya apresiasi peserta didik terbentuk
melalui pengalaman mencipta, menikmati, mengetahui, memahami,
bersimpati, berempati, peduli, dan toleransi terhadap beragam nilai,
budaya, proses, dan karya.
Keterampilan peserta didik dalam bekerja artistik berkembang melalui
kemampuan merancang, menggambar, membentuk, memotong,
menyambungkan berbagai medium seni rupa.
Karya seni rupa yang dihasilkan oleh peserta didik memiliki kontribusi
yang berdampak pada diri dan lingkungannya sebagai respons positif
dari sebuah permasalahan, baik secara global maupun internasional.
Peserta didik mampu berkolaborasi dan terhubung erat antar-
keilmuan seni maupun bidang ilmu lainnya sebagai upaya bersama
-170-

dalam mencari solusi dalam permasalahan di berbagai aspek


kehidupan.
Didalam mempelajari seni rupa, sejumlah elemen berikut menjadi
landasan pendekatan pembelajaran.

Gambar 1. Lima Elemen/ Domain Landasan Pembelajaran Seni Rupa


Landasan pembelajaran seni rupa memiliki lima elemen/domain yang
mandiri dan berjalan beriringan sebagai kesatuan yang saling
memengaruhi dan mendukung. Setiap elemen bukanlah sebuah
urutan atau prasyarat dari elemen lainnya. Masing-masing mampu
berdiri sendiri secara mandiri, namun memiliki keterhubungan dalam
peran antarelemen.
Deskripsi Elemen dalam Seni Budaya (Seni Rupa)
Elemen Deskripsi
Mengalami 1. Mengindra, mengenali, merasakan,
(Experiencing) menyimak, mencobakan/ bereksperimen, dan
merespons bentuk rupa dari beragam sumber,
dan beragam jenis/bentuk seni rupa dari
berbagai konteks budaya.
2. Eksplorasi bentuk seni rupa dan beragam
karya-karya rupa, alat-alat yang digunakan, dan
penggunaan teknologi dalam praktik membuat
karya seni rupa.
3. Mengamati, mengumpulkan, dan
merekam pengalaman dari beragam praktik,
menumbuhkan kecintaan pada seni rupa, dan
mengusahakan dampak bagi diri sendiri, orang
lain, dan masyarakat.
Menciptakan 1. Memilih penggunaan beragam media dan
(Making/Creating) teknik dalam seni rupa untuk menghasilkan
karya rupa sesuai dengan konteks, kebutuhan,
dan ketersedian serta kemampuan menciptakan
karya, sejalan dengan perkembangan teknologi.
2. Menciptakan karya-karya seni rupa
dengan standar unsur dan prinsip seni rupa
yang baik dan sesuai dengan kaidah/ budaya
dan kebutuhan, dapat dipertanggungjawabkan,
berdampak pada diri sendiri dan orang lain,
-171-

Elemen Deskripsi
dalam beragam bentuk praktiknya.
Merefleksikan 1. Menyematkan nilai-nilai yang generatif-
(Reflecting) lestari pada pengalaman dan pembelajaran
artistik-estetik yang berkesinambungan (terus-
menerus).
2. Mengamati, memberikan penilaian, dan
membuat hubungan antara karya pribadi dan
orang lain sebagai bagian dari proses berpikir
dan bekerja artistik-estetik dalam konteks unjuk
karya rupa.
Berpikir dan Bekerja 1. Merancang, menata, menghasilkan,
secara Artistik mengembangkan, menciptakan, mereka ulang,
(Thinking and dan mengomunikasikan ide melalui proses
Working Artistically) mengalami, menciptakan, dan merefleksikan.
2. Mengeksplorasi dan menemukan sendiri
bentuk karya dan teknik dalam seni rupa serta
kolaborasi dengan bidang keilmuan yang lain:
seni musik, tari, drama, dan nonseni) yang
membangun dan bermanfaat untuk menanggapi
setiap tantangan hidup dan kesempatan
berkarya secara mandiri.
3. Meninjau dan memperbarui karya pribadi
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, zaman,
konteks fisik-psikis, budaya, dan kondisi alam.
4. Menjalani kebiasaan/disiplin kreatif
sebagai sarana melatih kelancaran dan
keluwesan dalam praktik seni rupa.
Berdampak bagi Diri 1. Memilih, menganalisis, menghasilkan
Sendiri dan Orang karya-karya seni rupa dengan kesadaran untuk
Lain (Impacting) terus mengembangkan kepribadian dan karakter
bagi diri sendiri dan sesama.
2. Memilih, menganalisis, menghasilkan
karya-karya seni rupa dengan kesadaran untuk
terus membangun persatuan dan kesatuan
bangsa.
3. Memilih, menganalisis, menghasilkan
karya-karya seni rupa dengan kesadaran untuk
terus meningkatkan cinta kasih kepada sesama
manusia dan alam semesta.
4. Menjalani kebiasaan/ disiplin kreatif
dalam praktik-praktik seni rupa sebagai sarana
melatih pengembangan pribadi dan bersama,
makin baik waktu demi waktu, tahap demi
tahap.

D. Capaian Pembelajaran Seni Rupa Setiap Fase


Di dalam menunjang kebutuhan dan untuk mengetahui serta
memahami karakteristik peserta didik, guru dapat memahami
perkembangan seni rupa anak-anak berdasarkan rujukan periodisasi
perkembangan seni rupa Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain
(1982). Akan tetapi, untuk jenjang Sekolah Luar Biasa (SLB) ada
beberapa perbedaan usia kronologis pada setiap jenjang. Oleh karena
itu, capaian pembelajaran setiap fase dalam seni rupa dibagi sebagai
berikut.
-175-

diri, berani, dan rasa ingin tahu. Selain itu, peserta didik juga
dapat menyampaikan pesan lisan atau tertulis tentang karya seni
rupa berdasarkan pada pengamatan terhadap karya seni rupa
tersebut. Fase D, masuk kedalam masa realisme awal dan masa
naturalisme semu dimana peserta didik mampu mengamati setiap
objek melalui kesadaran sosialnya yang semakin berkembang.
Penguasaan rasa perbandingan (proporsi) serta gerak tubuh obyek
gambar lebih meningkat. Misalnya gambar objek orang dewasa
digambarkan lebih besar dari pada gambar objek anak-anak.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen Capaian Pembelajaran
Mengalami Peserta didik mampu mengamati, mengenal,
merekam, dan menuangkan pengalamannya secara
visual sesuai tahap perkembangan seni rupa realisme
awal dan tahap naturalisme semu. Peserta didik
mulai menggunakan proporsi, gestur dan ruang.
Peserta didik terbiasa menggunakan alat, bahan dan
prosedur dasar yang tepat dalam menggambar,
mewarnai, membentuk, memotong, dan merekat.
Menciptakan Peserta didik mampu menciptakan karya seni dengan
bimbingan guru atau mandiri dengan menggunakan
dan menggabungkan pengetahuan elemen seni rupa
atau prinsip seni rupa dalam keterampilan yang telah
dipelajari sebelumnya dalam konteks ekspresi pribadi
atau sesuai topik tertentu (tema).
Merefleksikan Peserta didik mampu mengenali dan menceritakan
fokus dari karya yang diciptakan serta pengalaman
dan perasaannya mengenai karya tersebut
Berpikir dan Peserta didik mulai terbiasa secara mandiri
Bekerja menggunakan berbagai prosedur dasar sederhana
Artistik untuk berkarya dengan aneka pilihan media yang
tersedia di sekitar. Peserta didik mengetahui dan
mulai mengutamakan faktor keselamatan dalam
bekerja.
Berdampak Peserta didik mampu menciptakan karya sendiri
yang sesuai dengan perasaan, minat, atau konteks
lingkungannya.

5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)

Pada akhir Fase E, peserta didik mampu bekerja mandiri atau


berkelompok dalam menghasilkan sebuah karya, mengapresiasi
berdasarkan perasaan, empati, dan penilaian pada karya seni
rupa dua dimensi atau tiga dimensi. Peserta didik mampu
menguasai konsep ruang, proporsi dan gestur serta memiliki
kesadaran sosial yang makin berkembang. Penguasaan rasa
perbandingan (proporsi) serta gerak tubuh objek lebih meningkat
sesuai dengan kemampuannya pada masa naturalisme semu.
-176-

Pada fase E, peserta didik masuk dalam masa penentuan dimana


peserta didik tumbuh kesadaran tentang kemampuan diri.
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu berkarya dan
mengapresiasi berdasarkan perasaan, empati, dan penilaian pada
karya seni rupa. Selain itu, peserta didik dapat menyampaikan
pesan lisan atau tertulis tentang karya seni rupa menggunakan
kosakata seni rupa atau bahasa rupa yang tepat sesuai dengan
kemampuannya.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen Capaian Pembelajaran
Mengalami Peserta didik mampu mengamati, mengenal,
merekam, dan menuangkan pengalaman dan
pengamatannya terhadap lingkungan, perasaan,
atau topik tertentu secara visual sesuai tahap
perkembangan seni rupa Masa Penentuan dimana
peserta didik mampu berpikir serta memiliki
kesadaran sosial yang makin berkembang.
Karya peserta didik mencerminkan penguasaan
terhadap bahan, alat, teknik, teknologi dan prosedur
yang dipilihnya (sesuai minat dan kemampuannya).
Menciptakan Peserta didik mampu menciptakan karya dengan
bimbingan guru atau bisa mengeksplorasi secara
mandiri dengan menggunakan elemen seni rupa
berupa garis, bentuk, tekstur, ruang, dan warna
secara visual sesuai tahap perkembangan seni rupa
anak masa naturalisme semu dan masa penentuan.
Dimana kesadaran perspektif mulai muncul, dan
penguasaan objek dan proporsi mulai berkembang.
Merefleksikan Peserta didik mampu mengenali dan menceritakan
fokus dari karya yang diciptakan serta pengalaman
dan perasaannya mengenai karya tersebut, serta
menggunakan informasi tersebut untuk
merencanakan langkah pembelajaran selanjutnya.
Berpikir dan Peserta didik mulai terbiasa secara mandiri
Bekerja Artistik menggunakan berbagai prosedur dasar sederhana
untuk berkarya dengan aneka pilihan media yang
tersedia di sekitar. Peserta didik mengetahui dan
mulai mengutamakan faktor keselamatan dalam
bekerja.
Berdampak Peserta didik mampu menciptakan karya sesuai
dengan bimbingan guru atau karya sendiri yang
sesuai dengan perasaan, minat, atau konteks
lingkungannya.
6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)

Pada akhir Fase F, peserta didik mampu berkarya baik mandiri


maupun berkelompok. Peserta didik juga mampu menyampaikan
pesan lisan atau tertulis tentang karya seni rupa dan hasil
pengamatannya terhadap efektivitas pesan, gagasan, medium,
dan penggunaan unsur-unsur rupa atau prinsip seni rupa dalam
karya tersebut secara runut, terperinci, dan menggunakan
-177-

kosakata seni rupa atau bahasa rupa yang tepat. Fase F,


merupakan Masa penentuan dimana peserta didik dapat memilih
bentuk, jenis dan ragam karya seni rupa sesuai dengan
kemampuannya. Dalam hal ini peserta didik dapat membuat
karya 2 dimensi seperti gambar dan lukisan atau karya 3 dimensi
seperti patung dan kriya (Kriya anyam, kriya keramik, kriya
tekstil, kriya kayu). Masa penentuan merupakan masa akhir
dimana peranan guru sangat penting untuk menentukan minat
dan bakat peserta didik dalam seni rupa.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen Capaian Pembelajaran
Mengalami Peserta didik mampu mengamati, mengenal,
merekam, dan menuangkan pengalaman dan
pengamatannya terhadap lingkungan, perasaan,
atau topik tertentu secara visual sesuai tahap
perkembangan seni rupa: tahap Masa Penentuan
(Period of Decision), di mana peserta didik tumbuh
kesadaran akan kemampuan diri.
Menciptakan Peserta didik mampu menciptakan karya seni yang
menunjukkan pilihan keterampilan, medium, dan
pengetahuan elemen seni rupa atau prinsip desain
tertentu yang sesuai dengan tujuan karyanya,
dalam konteks ekspresi pribadi atau sesuai topik
tertentu.
Merefleksikan Peserta didik mampu secara kritis mengevaluasi
dan menganalisis efektivitas pesan dan penggunaan
medium sebuah karya, baik pribadi maupun orang
lain serta menggunakan informasi tersebut untuk
merencanakan langkah pembelajaran selanjutnya.
Berpikir dan Peserta didik mampu berkarya dan mengapresiasi
Bekerja Artistik berdasarkan perasaan, empati, dan penilaian pada
karya seni secara ekspresif, produktif, inventif, dan
inovatif.
Peserta didik mampu menggunakan kreativitasnya,
mengajukan pertanyaan yang bermakna, dan
mengembangkan gagasan serta menggunakan
berbagai sudut pandang untuk mendapatkan
gagasan, menciptakan peluang, menjawab
tantangan, dan menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
Peserta didik juga mampu bekerja secara mandiri,
bergotong royong, maupun berkolaborasi dengan
bidang keilmuan lain atau masyarakat di
lingkungan sekitar.
Berdampak Peserta didik mampu membuat karya sendiri atas
dasar perasaan, minat, nalar, dan sesuai akar
budaya pada masyarakatnya.
-178-

IX.3. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS SENI BUDAYA (SENI


TARI)

A. Rasional Mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Tari)


Seni merupakan respons dan ekspresi serta apresiasi manusia
terhadap berbagai fenomena kehidupan. Di dalam (diri) dan di luar
(budaya, sejarah, alam dan lingkungan) seseorang diekspresikan
melalui media (tari, musik, rupa, dan lakon/teater). Seni memiliki sifat
multilingual yang bermakna pengembangan kemampuan
mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media
seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran, dan berbagai perpaduan.
Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi.
Pengembangan tersebut meliputi konsepsi (pengetahuan,
pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara
memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan
etika. Multikultural mengandung makna menumbuhkembang-kan
kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam seni budaya.
Seni tari sebagai bagian dari pendidikan seni dapat meningkatkan
kemampuan motorik gerak, sesuai dengan kebutuhan. Selain itu,
mengolah emosi seperti menyadari tubuhnya sendiri. Peserta didik lebih
paham akan pentingnya kelenturan anggota badan, memahami bahwa
apa pun yang dirasakan dalam hati, dapat diolah oleh pikiran yang
disalurkan oleh ekspresi wajah secara tidak sadar. Peserta didik dapat
mengungkapkan perasaan yang tidak dapat diungkapkan secara
terbuka lewat suara kepada orang lain, menjadi lebih percaya diri, dan
lebih berani. Seni tari sebagai terapi yang dilakukan secara tidak
langsung untuk membantu meningkatkan keseimbangan badan dan
anggota badan yang kaku. Menggali potensi peserta didik, mengolah
rasa, menumbuhkan keberanian, berinteraksi dan beradaptasi serta
berkolaborasi dengan lingkungannya. Seni tari dapat menumbuhkan
rasa percaya diri, mendorong munculnya ide, kreativitas, bekerja sama,
memiliki kepekaan estetis, dan berkehidupan sosial. Dengan demikian,
peserta didik memiliki kompetensi dan perilaku kreatif, gotong royong,
berkebinekaan, dan mandiri.
Untuk memahami dan menanggapi tari, perlu pengetahuan
penggunaan tari dalam budaya dan konteks sosial. Hal itu didapat
melalui pengalaman melihat tari dari berbagai sumber seperti
pertunjukan langsung, koreografi antarrekan, mengundang seniman
-179-

tari, dan melihat tayangan video rekaman. Peserta didik diajak untuk
merasakan pengalaman dalam berkesenian, pengalaman dalam
menari, dan mengatur sebuah pertunjukan tari sederhana dalam
proses pembelajaran yang berulang-ulang dan berkesinambungan.

B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Tari


Tujuan mata palajaran Seni Tari sebagai berikut.
1. Memahami gerak anggota tubuh.
2. Meningkatkan kemampuan motorik gerak tubuh.
3. Mengembangkan fleksibilitas, keseimbangan, dan kesadaran diri.
4. Mengekspresikan ide dan perasaan ke dalam gerak tubuh.
5. Memahami bahwa gerak tari merupakan bentuk komunikasi
6. Mengembangkan kemampuan dalam pertunjukan tari.

C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Tari


Karakteristik mata pelajaran Seni Tari sebagai berikut.
1. Seni Tari merupakan pembelajaran yang berbasis pada psikomotor
dengan memperhatikan keindahan sesuai dengan norma yang
berlaku di lingkungannya. Seni Tari sangat erat kaitannya dengan
budaya dan pola pikir masyarakat setempat. Di dalam Seni Tari,
peserta didik juga diasah kreativitasnya dalam mengapresiasi seni
pertunjukan dan memaknai fenomena kehidupan. Peserta didik
diharapkan dapat mengekspresikan kembali melalui karya tari
yang sesuai dengan gaya/karakteristik peserta didik.
2. Muatan pembelajaran Seni Tari, selain memahami gerak yang
meliputi ruang, waktu, dan tenaga, juga harus memperhatikan
unsur pendukung lainnya. Unsur pendukung tersebut seperti
musik, properti tari, desain lantai, tata rias dan busana, serta
komposisi dalam sebuah pertunjukan tari agar menjadi karya yang
indah dan bisa dinikmati orang lain.
3. Dalam pembelajaran Seni Tari, dibutuhkan pendekatan berupa
elemen-elemen yang berkaitan dengan mengalami, mencipta,
refleksi, yang bermuara pada berpikir dan bekerja artistik sehingga
berdampak bagi dirinya dan orang lain. Elemen ini merupakan
siklus yang dapat dilihat pada skema berikut ini.
-180-

Gambar 1 Elemen Siklus Seni Tari

Deskripsi Elemen dalam Seni Tari


Elemen Deskripsi
Mengalami a. Mengenal, mengamati, menyimak, menggali,
berbagai macam pertunjukan tari dalam
konteks budaya.
b. Mendapat kesempatan untuk mengamati
pertunjukan tari dari sumber langsung atau
rekaman.
c. Memahami gerak anggota tubuh dari
pertunjukan.
d. Mengembangkan kepercayaan diri dalam
eksplorasi gerak tubuh melalui fleksibilitas,
koordinasi tubuh, keseimbangan, dan
kekuatan.
Mencipta a. Mengidentifikasi, menemukenali, merangkai,
membuat, dan menciptakan tari dengan
sangat sederhana.
b. Meningkatkan kreativitas dalam
mengekspresikan diri melalui gerak yang
diciptakan.
Refleksi a. Mengemukakan, menghargai, mengevaluasi
hasil karya tari berdasarkan pengalaman
sesuai dengan kemampuan.
b. Menilai, membandingkan kekuatan dan
kelemahan untuk mengembangkan
kemampuan diri.
Berpikir dan a. Merancang, menata, mencipta ulang,
Bekerja Artistik menghasilkan dan menunjukkan ide tari, baik
secara individual maupun berkelompok yang
diperoleh dari hasil berpikirnya sampai
menemukan karakteristik gaya secara
personal.
b. Mengembangkan ide dengan memperhatikan
unsur utama dan pendukung tari seperti
musik, properti, tata rias, tata busana,
panggung, dan juga merancang
pertunjukannya.
Berdampak a. Respons dirinya atau keadaan di sekitar untuk
dikomunikasikan dalam bentuk karya tari
sehingga dapat memengaruhi orang lain dan
-181-

Elemen Deskripsi
lingkungan sekitar.
b. Menganalisis, menghasilkan karya tari dengan
kesadaran untuk terus mengembangkan
kepribadian dan karakter bagi diri sendiri,
sesama dan persatuan nusa dan bangsa.

D. Capaian Pembelajaran Seni Tari Setiap Fase


1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan kelas
II)
Pada akhir Fase A, peserta didik mampu mengemukakan
pencapaian diri dalam mengamati bentuk tari sebagai
pengetahuan dasar untuk membuat gerak berdasarkan unsur
utama tari (gerak, ruang, waktu, dan tenaga), gerak di tempat dan
gerak berpindah dengan percaya diri, sehingga dapat
menumbuhkan rasa keingintahuan dan antusiasme. Peserta didik
mampu mengenal gerak sebagai unsur utama tari.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen Capaian Pembelajaran
Mengalami Pada fase ini, peserta didik mampu mengenal
dan memahami gerak bagian-bagian anggota
tubuh dengan tidak berpindah dan berpindah
tempat dalam kehidupan sehari-hari (sesuai
dengan kemampuan) menggunakan tempo,
irama dan kode ketukan, sebagai media
komunikasi secara berulang-ulang dengan
bimbingan.
Menciptakan Pada fase ini, peserta didik mampu merangkai
gerak bagian-bagian anggota tubuh dengan
tidak berpindah dan berpindah tempat dalam
sehari-hari dengan sangat sederhana
menggunakan irama dan kode ketukan yang
memiliki kesatuan gerak.
Refleksi Pada fase ini, peserta didik mampu menemukan
pencapaian diri secara lisan dan kinestetik
dalam gerak sehari-hari bagian-bagian anggota
tubuh dengan tidak berpindah dan berpindah
tempat menggunakan irama dan kode ketukan
yang memiliki kesatuan gerak.
Berpikir dan Pada fase ini, peserta didik mampu
Bekerja Artistik menunjukkan hasil gerak sangat sederhana
tidak berpindah dan berpindah tempat dengan
percaya diri saat mengekspresikan kepada
penonton di lingkungan sekitar.
Berdampak Pada fase ini, peserta didik mampu
menumbuhkan keingintahuan, menunjukan
antusias saat proses pembelajaran tari yang
berdampak pada kemampuan diri dalam
pembelajaran tari dengan kreatif dan mandiri.

2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas III dan kelas
IV)
-184-

Elemen Capaian Pembelajaran


Refleksi Pada fase ini, peserta didik mampu
mengevaluasi hasil penciptaan karya tari dengan
mengapresiasi nilai estetis tari nusantara dan
kreasi dalam menciptakan ide-ide baru ke dalam
karyanya.
Berpikir dan Pada fase ini, peserta didik mampu
Bekerja Artistik mempertunjukkan hasil gerak tari nusantara
dan kreasi sangat sederhana berdasarkan nilai,
jenis dan fungsi dari tari tradisi dalam berbagai
bentuk penyajian baik individu ataupun
kelompok dengan unsur utama dan pendukung
tari.
Berdampak Pada fase ini, peserta didik mampu mengajak
orang lain untuk mencintai dan merasa bangga
atas warisan keanekaragaman budaya Indonesia
khususnya tari nusantara dan kreasi melalui
proses kreatif yang dilakukan berulang-ulang.

5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)


Pada akhir Fase E, peserta didik mampu mengevaluasi hasil
penciptaan karya tari dalam menggali tari tradisi. Evaluasi yang
dilakukan berdasarkan makna dan simbol sebagai inspirasi dalam
membuat gerak tari kreasi secara individu ataupun kelompok
sebagai wujud aktualisasi diri. Peserta didik mengekspresikan diri
dengan menciptakan karya tari berpijak dari tradisi.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen Capaian Pembelajaran
Mengalami Pada fase ini, peserta didik mampu memahami
dan menggali makna dari unsur gerak tari pada
tari nusantara dan kreasi modern dalam bentuk
karya seni melalui pengamatan sebuah video
atau pementasan secara langsung.
Menciptakan Pada fase ini, peserta didik mampu mencipta
karya gerak tari kreasi modern atau tari
nusantara sangat sederhana berdasarkan
makna dan unsur tari dari tari tradisi modern
atau tari nusantara sesuai dengan kemampuan
peserta didik.
Refleksi Pada fase ini, peserta didik mampu
mengevaluasi hasil penciptaan karya gerak tari
nusantara dan tari modern dengan
mengapresiasi nilai estetis dalam menciptakan
ide-ide baru ke dalam karyanya dengan kreatif
dan mandiri.
Berpikir dan Pada fase ini, peserta didik mampu
Bekerja Artistik menunjukkan hasil karya gerak tari kreasi
nusantara atau modern sederhana secara
individu maupun kelompok.
Berdampak Pada fase ini, peserta didik mampu
mengaktualisasikan diri melalui pertunjukan
tari pada lingkungan sekitar dan menumbuhkan
rasa keanekaragaman, kreatif, juga mandiri.
-185-

6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan


kelas XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu mengevaluasi hasil
penciptaan karya tari dengan membandingkan berbagai macam
pertunjukkan tari tradisi dan kreasi berdasarkan makna, simbol,
nilai estetis dari perspektif berbagai aspek seni yang dapat
dijadikan inspirasi untuk menciptakan karya tari secara individu
ataupun kelompok sebagai bentuk aktualisasi diri dalam
mempengaruhi orang lain. Peserta didik mampu mencipta karya
seni tari sederhana.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen Capaian Pembelajaran
Mengalami Pada fase ini, peserta didik mampu memahami
dan membandingkan berbagai macam
pertunjukan tari kreasi baru, tari kontemporer,
tari mancanegara berdasarkan makna, unsur
tari, nilai estetis dari perspektif berbagai aspek
seni sesuai dengan pengalaman dan wawasan.
Menciptakan Pada fase ini, peserta didik mampu
menciptakan tari kreasi sederhana yang
terinspirasi dari hasil membandingkan
berbagai pertunjukkan tari tradisi, kreasi dan
kontemporer berdasarkan kemampuan masing-
masing.
Refleksi Pada fase ini, peserta didik mampu
mengevaluasi hasil penciptaan karya tari
dengan mengapresiasi nilai estetis tari tradisi
sesuai kemampuan.
Berpikir dan Pada fase ini, peserta didik mampu
Bekerja Artistik menunjukan hasil penciptaan tari kreasi baru,
tari kontemporer, tari mancanegara secara
individu maupun kelompok dalam
pertunjukan.
Berdampak Pada fase ini, peserta didik mampu
mengaktualisasikan diri dalam mempengaruhi
orang lain untuk mengapresiasi pertunjukan
tari tradisi, kreasi, dan kontemporer
berdasarkan kemampuan masing-masing.
-186-

IX.4. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS SENI BUDAYA (SENI


TEATER)

A. Rasional Mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Teater)


Mata pelajaran Seni Teater dikembangkan sesuai dengan tantangan
abad ke-21. Penguasaan dan pemanfaatan tekhnologi informasi dan
komunikasi menjadi bagian dari pembelajaran. Untuk itu,
kemampuan penggunaan dan pemanfaatan tekhnologi informasi dan
komunikasi menjadi faktor penting agar seni dapat disesuaikan
dengan karakteristik pembelajaran yang mampu menjawab tantangan
abad ke-21. Selain penggunaan dan pemanfaatan teknologi,
pembelajaran seni menjawab tantangan abad ke-21 yang
memperhatikan kebutuhan daerah dan peserta didik. Mata pelajaran
ini dapat menjadi filter dari masuknya budaya asing sekaligus
mendorong peserta didik untuk memiliki kearifan terhadap budaya
lokal atau budaya masyarakat setempat.
Mata pelajaran Seni Teater memiliki sifat multilingual,
multidimensional, dan multikultural. Multilingual bermakna
pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif
dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak,
peran, dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna
pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan,
pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara
memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan
etika. Sifat multikultural mengandung makna
menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi
terhadap beragam seni budaya. Hal ini merupakan wujud
pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup
secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang
majemuk.
Seni teater menawarkan berbagai sarana untuk pengembangan diri
peserta didik. Pengembangan yang dimaksud ialah dalam hal daya
kreasi, dengan terlibat langsung dalam proses kreativitas seni
pemeranan. Di dalam dunia pendidikan, seni teater memiliki peranan
besar untuk memotivasi, melatih proses sensorik, motorik,
pengendalian emosi dan membangkitkan rasa percaya diri peserta
didik dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Hal ini dapat dicapai
melalui ragam kegiatan permainan teater yang menyenangkan dan
-187-

bermakna, dalam kelompok kecil atau besar. Secara tidak sadar,


kegiatan seni teater dapat membantu peserta didik mengasah daya
pikir dan imajinasi mengenal potensi diri. Pada akhirnya, memberikan
ruang untuk mencipta yang merupakan kompetensi tertinggi yang
peserta didik mampu raih dalam pembelajaran.
Seni teater dalam dunia pendidikan memiliki manfaat, yaitu setiap
peserta didik memiliki kesempatan dan hak yang sama untuk
merasakan tanpa membedakan asal usul, sarana maupun fisik
seseorang, termasuk di antaranya peserta didik dengan kebutuhan
khusus. Seni teater dapat menjawab tantangan para guru untuk
membantu peserta didik melatih kesadaran motorik dan spasial dalam
bersosialisasi agar peserta didik dapat berinteraksi dengan lingkungan
sekitar dengan rasa percaya diri.
Seni teater merupakan salah satu media terapi bagi peserta didik
untuk menumbuhkan keberanian, berinteraksi, dan beradapatasi
dengan lingkungan. Dengan demikian, peserta didik memiliki rasa
percaya diri, beraktivitas kesenian, mendorong munculnya ide,
bekerja sama, dan berkolaborasi. Hal tersebut tertuang berdasarkan
Perdirjen Nomor 10 Tahun 2017 untuk Ketunaan A, B, C, D, dan autis
dengan hambatan lainnya. Peserta didik adalah bagian dari
komunitas sosial yang dapat memberikan kontribusi dalam
masyarakat. Seni teater akan memberikan jalan kepada peserta didik
untuk menjadi lebih mandiri, mampu menggunakan kelebihan, dan
mengatasi kekurangannya untuk berkarya.

B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Teater


Tujuan mata pelajaran Seni Teater adalah agar peserta didik mampu:
1. bersosialisasi di dalam kelompok kecil dan kelompok besar seperti
pengenalan aturan main dan kedisiplinan secara sederhana
sehingga dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menyalurkan energinya dengan positif;
2. mengomunikasikan gagasan sederhana;
3. mampu berkonsentrasi untuk mengamati, melibatkan diri,
meniru, dan menciptakan karya;
-188-

4. mengekspresikan emosi dan perasaan melalui sebuah karya;


5. menggunakan semua pancaindra untuk berkomunikasi secara
visual dan aural, untuk mengasah kepekaannya terhadap potensi
diri sendiri (dan kemungkinan orang lain);
6. menggunakan semua pancaindra untuk mengenali fungsi dan
kemudian menggunakan properti panggung, musik, media
gambar, dan blocking panggung sederhana untuk membangkitkan
imajinasi;
7. meningkatkan interaksi/komunikasi dengan baik bersama teman-
temannya;
8. meningkatkan rasa percaya diri pada peserta didik;
9. menumbuhkan rasa kerja sama dengan peserta didik lain.

C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Teater


Pelajaran Seni Teater memiliki karakter sebagai berikut.
1. Memberikan ruang kreativitas bagi peserta didik untuk dapat
mengenali dan kemudian menyalurkan, selanjutnya
mengendalikan emosi dan energinya melalui pengalaman bermain
peran di atas panggung.
2. Memberikan ruang berkomunikasi kepada peserta didik untuk
dapat berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain melalui seni
peran sederhana.
3. Memberikan ruang bermain bagi peserta didik untuk menikmati
replika kehidupan sehari-hari atau fiksi sederhana melalui
kegiatan bermain peran, berdongeng atau bernyanyi.
4. Memberikan ruang kepada peserta didik untuk mengenal
lingkungan sekitarnya dengan kegiatan bermain peran dengan
tema kehidupan sehari-hari.
5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengenal
dan memfungsikan properti yang dimainkan.
6. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memahami
alur cerita yang dimainkan.
Pada praktik pengajarannya, Seni Teater menggunakan sejumlah
elemen pendekatan berikut.
-189-

Elemen Deskripsi
Meniru, memahami, merasakan, merespons, dan
sedikit bereksperimen dengan contoh situasi rekaan
atau peristiwa dalam aneka permainan teater.
Kegiatan mengalami terjadi ketika peserta didik
1. Mengalami
melakukan olah tubuh, suara, eksplorasi ruang,
(Experiencing)
dan alat sederhana. Ini mengajarkan tentang
penyaluran emosi dan energi ke arah yang positif
dan taat kepada aturan permainan, serta belajar
berinteraksi sesuai dengan perannya masing-
masing.
Menciptakan, memberikan kesempatan peserta
didik untuk dapat menampilkan gambaran dasar
sebuah karya, yang merupakan penyatuan unsur
lokomotor dan nonlokomotor, blocking, bunyi/suara
2. Menciptakan
dan penggunaan properti. Melalui proses
(Making/creating)
penciptaan, peserta didik dapat belajar untuk
berimajinasi, mengomunikasikan emosi dan
gagasan, dengan meniru, menambahkan, dan
menyusun kembali cerita sederhana, berdasarkan
pengalaman sehari-hari (real) atau khayal.
Melalui elemen merefleksikan, peserta didik belajar
untuk membentuk ingatan jangka panjang
sederhana tentang alur cerita, karakter, blocking
sesuai dengan perannya masing-masing. Seni teater
3. Merefleksikan
mengajarkan peserta didik untuk melakukan
(Reflecting)
apresiasi secara sederhana atas karya diri orang
lain. Dari proses merefleksikan ini, peserta didik
mampu meningkatkan daya ingatan emosi atas
proses pembelajaran mengalami, menciptakan, dan
berpikir secara artistik secara simultan.
Seni teater memberikan kesempatan kepada peserta
4. Berpikir dan
didik untuk; memakai dan merancang secara
bekerja secara
sederhana unsur artistik panggung (kostum, rias,
artistik (Thinking
properti, multimedia) untuk menunjang penampilan,
and Working
sesuai dengan perannya masing-masing. Melalui
Artistically)
proses berpikir dan bekerja secara artistik, peserta
didik mampu memahami fungsi tata artistik
-190-

panggung secara sederhana dan penggunaannya


dalam sebuah pertunjukan.
Seni teater akan menimbulkan perubahan positif
kepada peserta didik. Peserta didik akan akan
5. Berdampak bagi
tampil lebih percaya diri untuk berkomunikasi dan
diri sendiri dan
berinteraksi dengan teman sebaya atau kelompok,
orang lain
dan terutama menyalurkan emosi dan energi peserta
(Impacting)
didik ke arah yang lebih positif, sesuai dengan nilai-
nilai Profil Pelajar Pancasila. Dampak ini tercermin
dalam proses dan hasil karya akhir peserta didik.

D. Capaian Pembelajaran Seni Teater Setiap Fase


1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan kelas II)
Pada akhir Fase A, peserta didik mampu terlibat dalam kegiatan
bermain teater sederhana untuk melatih dan mengendalikan
gerakan nonlokomotor. Kegiatan ini dilakukan dengan cara
peniruan dan pengulangan gerakan-gerakan sederhana seperti
menggerakkan satu sampai dua anggota tubuh secara bergantian
dan mengikuti ritme bunyi dengan bimbingan. Peserta didik
memahami pengalaman berteater sebagai cara untuk belajar
berekspresi melalui eksplorasi gerakan nonlokomotor dan mimesis
(peniruan) benda atau karakter lingkungan sekitar, secara real
atau khayali. Melalui pengalaman ini, peserta didik mulai
mengenali peran masing-masing dalam sebuah cerita atau
pertunjukan kecil di kelas.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen Capaian Pembelajaran
Pada fase ini, peserta didik mampu mengenal
teater (tokoh, gerak, dialog), dan pantomim
Mengalami (gerak tubuh, ekspresi wajah) melalui
pengamatan langsung dan tidak langsung
pertunjukan sederhana dengan bimbingan.
Pada fase ini, peserta didik mampu meniru
teater (tokoh, gerak, dialog), dan pantomim
Menciptakan
(gerak tubuh, ekspresi wajah) yang sangat
sederhana dengan bimbingan.
Pada fase ini, peserta didik mampu menemukan,
menilai teater (tokoh), dan pantomim (gerak
Merefleksikan
tubuh, ekspresi wajah) yang sudah dimaiinkan
dengan bimbingan.
Pada fase ini, peserta didik mampu menunjukan
Berpikir dan
kostum, riasan, dan hands props dengan
Bekerja Artistik
bantuan.
Pada fase ini, peserta didik mampu
menumbuhkan keinginantahuan dan
Berdampak
menunjukkan antusias saat proses
pembelajaran teater, pantomim.
-193-

konsep bermain teater secara utuh menurut karakter, pesan, dan


alur cerita.

Fase D Berdasarkan Elemen


Elemen Capaian Pembelajaran
Pada fase ini, peserta didik mampu
menganalisis teater (tokoh, karakter, gerak, dan
dialog), pantomim (gerak tubuh, ekspresi
Mengalami
wajah), dan dramatik reading (bedah naskah)
melalui pengamatan langsung dan tidak
langsung dengan bimbingan.
Pada fase ini, peserta didik mampu memainkan
teater dan pantomim melalui pertunjukan yang
Menciptakan sangat sederhana dengan tema kehidupan
sehari-sehari, menceritakan isi naskah dengan
benar dan utuh disertai bimbingan.
Pada fase ini, peserta didik mampu
mengevaluasi teater, dramatik reading, dan
Merefleksikan
pantomim, yang sudah dimainkan dengan
kosakata sederhana dan bimbingan.
Pada fase ini, peserta didik mampu mengenal
Berpikir dan
fungsi, menggunakan kostum, riasan dan
Bekerja Artistik
properti dengan bantuan.
Pada fase ini, peserta didik mampu
mengaktualisasikan diri dalam sebuah
Berdampak
pertunjukan teater, dramatic reading, dan
pantomim dengan mandiri dan percaya diri.

5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)


Pada akhir Fase E, peserta didik sudah memahami ilmu bermain
teater (seni peran) sebagai cara mengelola diri sendiri (tubuh dan
suara) untuk bermain peran dengan tema kehidupan sehari hari.
Peserta didik mulai memahami bahwa mimik wajah, suara dan
gerak tubuh menjadi cara untuk menyampaikan pesan atau
emosi, melalui serangkaian latihan dasar berteater pantomim,
gerakan menari atau olah vokal. Selanjutnya, peserta didik dengan
panduan melakukan kegiatan berinovasi bedah naskah untuk
kemudian dimainkan kembali. Melalui pengalaman ini, peserta
didik mulai memperkaya diri dengan wawasan tentang diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan melalui tema cerita yang dibawakan
dan mengenali konsep bermain teater secara utuh menurut
karakter, pesan, dan alur cerita.

Fase E Berdasarkan Elemen


-194-

Elemen Capaian Pembelajaran


Pada fase ini, peserta didik mampu menganalisis
teater (tokoh, karakter, gerak, dialog), drama
Mengalami audio (naskah, dialog), dan pantomim (gerak
tubuh, ekspresi wajah) melalui pengamatan
langsung dan tidak langsung.
Pada fase ini, peserta didik mampu memainkan,
merancang pertunjukan teater, drama audio, dan
Menciptakan
pantomim melalui pertunjukan yang sederhana
dan berdurasi singkat.
Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi
pertunjukan teater, drama audio, dan pantomim,
Merefleksikan
yang sudah dimainkan dengan kosakata
sederhana.
Pada fase ini, peserta didik mampu merancang
Berpikir dan
dan menggunakan kostum, riasan, properti, dan
Bekerja Artistik
multimedia secara sederhana dengan mandiri.
Pada fase ini, peserta didik mampu
mengaktualisasikan diri dalam sebuah
Berdampak
pertunjukan teater, drama audio, pantomim
dengan mandiri, percaya diri, dan bekerja sama.

6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan kelas


XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik telah mampu mengekspresikan
diri melalui bentuk dan teknik dasar teater. Kegiatan yang
dilakukan seperti pantomim, dramatic reading, dan drama audio
dengan mimesis (peniruan) berdasarkan observasi tokoh (secara
fisik) melalui serangkaian latihan dasar olah tubuh serta suara
dan penguasaan alat bantu untuk dapat menjiwai peran. Peserta
didik dapat mengaktualisasi diri secara spontan atau terstruktur
dalam ragam kegiatan improvisasi teater dan pertunjukan singkat
di kelas dengan mandiri dan percaya diri. Pada akhir fase ini,
peserta didik telah memahami fungsi teater dan penggunaan
seluruh unsur tata artistik pemanggungan dalam pertunjukan
secara utuh (unity).

Fase F Berdasarkan Elemen


Elemen Capaian Pembelajaran
Pada fase ini, peserta didik mampu
menganalisis teater (tokoh, karakter, gerak,
dialog), drama audio (naskah, dialog),
Mengalami
pantomim (gerak tubuh, ekspresi wajah),
melalui pengamatan langsung dan tidak
langsung.
-195-

Pada fase ini, peserta didik mampu


memainkan, merancang pertunjukan teater,
Menciptakan
drama audio, pantomim, melalui pertunjukan
yang sederhana dan berdurasi singkat.
Pada fase ini, peserta didik mampu
mengevaluasi pertunjukan teater, drama audio,
Merefleksikan
pantomim, yang sudah dimainkan dengan
kosakata sederhana.
Pada fase ini, peserta didik mampu merancang
Berpikir dan
dan menggunakan kostum, riasan, properti,
Bekerja Artistik
multimedia secara sederhana, dengan mandiri.
Pada fase ini, peserta didik mampu
mengaktualisasikan diri dalam sebuah
Berdampak pertunjukan teater, drama audio, pantomim
dengan mandiri, percaya diri, dan bekerja
sama.
4.

Anda mungkin juga menyukai