PPS, KPPS, PPLN, dan KPPSLN. (6) Laporan pelanggaran Pemilu sebagaimana
(6) Sekretaris Jenderal Bawaslu mengoordinasikan dimaksud pada ayat (4) disampaikan paling lama 7
pendanaan pengawasan Pemilu sebagaimana (tujuh)
dimaksud pada ayat (2) yang dilaksanakan oleh hari kerja sejak diketahui terjadinya dugaan
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu pelanggaran Pemilu.
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu (7) Temuan dan laporan pelanggaran Pemilu
Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6)
TPS. yang
(7) Sekretaris DKPP mengoordinasikan pendanaan telah dikaji dan terbukti kebenarannya wajib
penanganan pelanggaran kode etik Penyelenggara ditindaklanjuti oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang Bawaslu
dilaksanakan oleh DKPP. Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Pasal 452 Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan Pengawas
Anggaran Penyelenggaraan Pemilu yang telah TPS paling lama 7 (tujuh) hari setelah temuan dan
ditetapkan dalam Undang-Undang tentang APBN laporan diterima dan diregistrasi.
wajib (8) Dalam hal Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
dicairkan sesuai dengan tahapan Penyelenggaraan Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Pemilu. Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan Pengawas TPS
Pasal 453 memerlukan keterangan tambahan mengenai
Kedudukan keuangan anggota KPU, Bawaslu, DKPP, tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (7),
KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Bawaslu keterangan tambahan dan kajian dilakukan paling
Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota diatur dalam lama 14 (empat belas) hari kerja setelah temuan dan
Peraturan Presiden. laporan diterima dan diregistrasi.
BUKU KEEMPAT Pasal 455
PELANGGARAN PEMILU, SENGKETA PROSES (1) Temuan dan laporan pelanggaran Pemilu
PEMILU, DAN PERSELISIHAN HASIL PEMILU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 454 ayat (7) dan
BAB I ayat
PELANGGARAN PEMILU (8) yang merupakan:
Bagian Kesatu a. pelanggaran Kode Etik KPU, KPU Provinsi, KPU
Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Kabupaten/Kota, Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Pemilu dan Bawaslu Kabupaten/Kota, diteruskan oleh
Pasal 454 Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan/atau Bawaslu
(1) Pelanggaran Pemilu berasal dari temuan Kabupaten/Kota kepada DKPP;
pelanggaran Pemilu dan laporan pelanggaran Pemilu. b. pelanggaran administratif Pemilu diproses oleh
(2) Temuan pelanggaran Pemilu merupakan hasil Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
pengawasan aktif Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Bawaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Pengawas TPS sesuai dengan kewenangan masing-
Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan Pengawas masing; dan
TPS pada setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu. c. pelanggaran terhadap peraturan perundang-
(3) Laporan pelanggaran Pemilu merupakan laporan undangan lainnya yang bukan pelanggaran Pemilu,
langsung Warga Negara Indonesia yang mempunyai bukan sengketa Pemilu, dan bukan tindak pidana
hak pilih, Peserta Pemilu, dan pemantau Pemilu Pemilu:
kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu 1. diproses oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu
Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan/atau Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu
Pengawas TPS pada setiap tahapan LN, dan Pengawas TPS sesuai
Penyelenggaraan Pemilu. dengan kewenangan masing-masing; dan/atau
(4) Laporan pelanggaran Pemilu sebagaimana 2. diteruskan kepada instansi atau pihak yang
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) disampaikan berwenang.
secara (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan
tertulis dan paling sedikit memuat: temuan dan laporan pelanggaran Pemilu diatur
a. nama dan alamat pelapor; dengan
b. pihak terlapor; Peraturan Bawaslu.
c. waktu dan tempat kejadian perkara; dan Bagian Kedua
d. uraian kejadian. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu
Pasal 456 Pelanggaran kode etik Penyelenggara
Pemilu merupakan pelanggaran terhadap etika (13) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (10)
Penyelenggara Pemilu yang berdasarkan sumpah bersifat final dan mengikat.
dan/atau janji sebelum menjalankan tugas sebagai (14) Penyelenggara Pemilu wajib melaksanakan
Penyelenggara Pemilu. putusan DKPP.
Pasal 457 Pasal 459
(1) Pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu (1) DKPP dapat membentuk tim pemeriksa daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 456 diselesaikan untuk memeriksa dugaan adanya pelanggaran kode
oleh DKPP. etik Penyelenggara Pemilu di daerah.
(2) Pelanggaran kode etik PPLN, KPPSLN, dan (2) Tim pemeriksa daerah sebagaimana dimaksud
Panwaslu LN diselesaikan oleh DKPP. pada ayat (1) mempunyai kewenangan memeriksa
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh KPU
pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Bawaslu Provinsi,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dan Bawaslu Kabupaten/Kota.
diatur dalam Peraturan DKPP. (3) Tim pemeriksa daerah sebagaimana dimaksud
Pasal 458 pada ayat (1) mempunyai kewenangan memeriksa
(1) Pengaduan tentang dugaan adanya pelanggaran dan dapat memutus pelanggaran kode etik yang
kode etik Penyelenggara Pemilu diajukan secara dilakukan oleh PPK, PPS, KPPS, Panwaslu
tertulis oleh Penyelenggara Pemilu, Peserta Pemilu, Kecamatan, Panwaslu Desa/Kelurahan, dan
tim kampanye, masyarakat, dan/atau pemilih Pengawas TPS.
dilengkapi dengan identitas pengadu kepada DKPP. (4) Tim pemeriksa daerah sebagaimana dimaksud
151 /283 pada ayat (2) unsur keanggotaannya terdiri atas unsur
DKPP, KPU Provinsi, Bawaslu Provinsi, dan unsur
(2) DKPP melakukan verifikasi dan penelitian masyarakat sesuai kebutuhan.
administrasi terhadap pengaduan sebagaimana (5) Pengambilan putusan terhadap pemeriksaan
dimaksud sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
pada ayat (1). dalam
(3) DKPP menyampaikan panggilan pertama kepada rapat pleno DKPP.
Penyelenggara Pemilu 5 (lima) hari sebelum (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tim pemeriksa
melaksanakan sidang DKPP. daerah diatur dalam Peraturan DKPP.
(4) Dalam hal Penyelenggara Pemilu yang diadukan Bagian Ketiga
tidak memenuhi panggilan pertama sebagaimana Pelanggaran Administratif Pemilu
dimaksud pada ayat (3), DKPP menyampaikan 152 /283
panggilan kedua 5 (lima) hari sebelum melaksanakan
sidang DKPP. Paragraf 1
(5) Dalam hal DKPP telah 2 (dua) kali melakukan Umum
panggilan dan Penyelenggara Pemilu tidak memenuhi Pasal 460
panggilan tanpa alasan yang dapat diterima, DKPP (1) Pelanggaran administratif Pemilu meliputi
dapat segera membahas dan menetapkan pelanggaran terhadap tata cara, prosedur, atau
putusan tanpa kehadiran Penyelenggara Pemilu yang mekanisme
bersangkutan. yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan
(6) Penyelenggara Pemilu yang diadukan harus Pemilu dalam setiap tahapan Penyelenggaraan
datang sendiri dan tidak dapat menguasakan kepada Pemilu.
orang lain. (2) Pelanggaran administratif sebagaimana dimaksud
(7) Pengadu dan Penyelenggara Pemilu yang pada ayat (1) tidak termasuk tindak pidana Pemilu
diadukan dapat menghadirkan saksi-saksi dalam dan pelanggaran kode etik.
sidang Paragraf 2
DKPP. Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu
(8) Pengadu dan Penyelenggara Pemilu yang Pasal 461
diadukan mengemukakan alasan pengaduan atau (1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
pembelaan di hadapan sidang DKPP. Kabupaten/Kota menerima, memeriksa, mengkaji,
(9) Saksi dan/atau pihak lain yang terkait memberikan dan memutus
keterangan di hadapan sidang DKPP, termasuk pelanggaran administratif Pemilu.
untuk dimintai dokumen atau alat bukti lainnya. (2) Panwaslu Kecamatan menerima, memeriksa,
(10) DKPP menetapkan putusan setelah melakukan mengkaji, dan membuat rekomendasi atas hasil
penelitian dan/atau verifikasi terhadap pengaduan kajiannya mengenai pelanggaran administratif Pemilu
tersebut, mendengarkan pembelaan dan keterangan kepada pengawas Pemilu secara berjenjang.
saksi, serta mempertimbangkan bukti lainnya. (3) Pemeriksaan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
(11) Putusan DKPP berupa sanksi atau rehabilitasi Bawaslu Kabupaten/Kota harus dilakukan secara
diambil dalam rapat pleno DKPP. terbuka.
(12) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (11) (4) Dalam hal diperlukan sesuai kebutuhan tindak
dapat berupa teguran tertulis, pemberhentian lanjut penanganan pelanggaran Pemilu, Bawaslu,
sementara, atau pemberhentian tetap untuk Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota dapat
Penyelenggara Pemilu. melakukan investigasi.
(5) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu kabupaten/kota, dan Pasangan Calon Presiden dan
Kabupaten/Kota wajib memutus penyelesaian Wakil Presiden.
pelanggaran (8) Putusan Mahkamah Agung bersifat final dan
administratif Pemilu paling lama 14 (empat belas) hari mengikat.
kerja setelah temuan dan laporan diterima dan Pasal 464
diregistrasi. Dalam hal KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota,
(6) Putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu PPK, PPS, atau Peserta Pemilu tidak menindaklanjuti
Kabupaten/Kota untuk penyelesaian pelanggaran putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
administratif Pemilu berupa: Kabupaten/Kota, maka Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
a. perbaikan administrasi terhadap tata cara, dan
prosedur, atau mekanisme sesuai dengan ketentuan Bawaslu Kabupaten/Kota mengadukan ke DKPP.
peraturan perundang-undangan; Pasal 465
b. teguran tertulis; Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian
c. tidak diikutkan pada tahapan tertentu dalam pelanggaran administratif Pemilu diatur dengan
Penyelenggaraan Pemilu; dan Peraturan
d. sanksi administratif lainnya sesuai dengan Bawaslu.
ketentuan dalam Undang-Undang ini. BAB II
Pasal 462 SENGKETA PROSES PEMILU
KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota wajib Bagian Kesatu
menindaklanjuti putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Umum
dan Bawaslu Kabupaten/Kota paling lama 3 (tiga) hari Pasal 466
kerja sejak tanggal putusan dibacakan. Sengketa proses Pemilu meliputi sengketa yang
Pasal 463 terjadi antar-Peserta Pemilu dan sengketa Peserta
(1) Dalam hal terjadi pelanggaran administratif Pemilu Pemilu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 460 yang dengan Penyelenggara Pemilu sebagai akibat
terjadi secara terstruktur, sistematis, dan masif, dikeluarkannya keputusan KPU, keputusan KPU
Bawaslu menerima, memeriksa, dan Provinsi, dan
merekomendasikan pelanggaran administratif Pemilu keputusan KPU Kabupaten/Kota.
dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari Bagian Kedua
kerja. Penanganan Permohonan Penyelesaian Sengketa
153 /283 Proses Pemilu
Pasal 467
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 154 /283
(1) harus dilakukan secara terbuka dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
(3) KPU wajib menindaklanjuti putusan Bawaslu Kabupaten/Kota menerima permohonan penyelesaian
dengan menerbitkan keputusan KPU dalam waktu sengketa proses Pemilu sebagai akibat
paling dikeluarkannya keputusan KPU, keputusan KPU
lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterbitkannya Provinsi, dan
putusan Bawaslu. keputusan KPU Kabupaten/Kota.
(4) Keputusan KPU sebagaimana dimaksud pada (2) Permohonan penyelesaian sengketa proses
ayat (3) dapat berupa sanksi administratif pembatalan Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, DPRD disampaikan oleh calon Peserta Pemilu dan/atau
kabupaten/kota, dan Pasangan Calon Presiden dan Peserta Pemilu.
Wakil Presiden. (3) Permohonan penyelesaian sengketa proses
(5) Calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, DPRD Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
kabupaten/kota, dan Pasangan Calon yang dikenai disampaikan secara tertulis dan paling sedikit
sanksi administratif pembatalan sebagaimana memuat:
dimaksud pada ayat (4) dapat mengajukan upaya a. nama dan alamat pemohon;
hukum ke Mahkamah Agung dalam waktu paling b. pihak termohon; dan
lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak keputusan c. keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, dan/atau
KPU ditetapkan. keputusan KPU Kabupaten/Kota yang
(6) Mahkamah Agung memutus upaya hukum menjadi sebab sengketa.
pelanggaran administratif Pemilu sebagaimana (4) Permohonan penyelesaian sengketa proses
dimaksud Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
pada ayat (5) dalam waktu paling lama 14 (empat disampaikan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
belas) hari kerja terhitung sejak berkas perkara tanggal penetapan keputusan KPU, keputusan KPU
diterima oleh Mahkamah Agung. Provinsi, dan/atau keputusan KPU Kabupaten/Kota
(7) Dalam hal putusan Mahkamah Agung yang menjadi sebab sengketa.
membatalkan keputusan KPU sebagaimana dimaksud Bagian Ketiga
pada Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu di Bawaslu
ayat (5), KPU wajib menetapkan kembali sebagai Pasal 468
calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, DPRD
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu KPU Provinsi, dan keputusan KPU Kabupaten/Kota.
Kabupaten/Kota berwenang menyelesaikan sengketa (2) Sengketa proses Pemilu sebagaimana dimaksud
proses pada ayat (1) merupakan sengketa yang timbul
Pemilu. antara:
(2) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu a. KPU dan Partai Politik calon Peserta Pemilu yang
Kabupaten/Kota memeriksa dan memutus sengketa tidak lolos verifikasi sebagai akibat
proses dikeluarkannya Keputusan KPU tentang Penetapan
Pemilu paling lama 12 (dua belas) hari sejak Partai Politik Peserta Pemilu sebagaimana
diterimanya permohonan. dimaksud dalam Pasal 173;
(3) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu b. KPU dan Pasangan Calon yang tidak lolos
Kabupaten/Kota melakukan penyelesaian sengketa verifikasi sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan
proses KPU tentang Penetapan Pasangan Calon
Pemilu melalui tahapan: sebagaimana dimaksud dalam Pasal 235; dan
a. menerima dan mengkaji permohonan penyelesaian c. KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
sengketa proses Pemilu; dan dengan calon anggota DPR, DPD, DPRD
b. mempertemukan pihak yang bersengketa untuk provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang dicoret dari
mencapai kesepakatan melalui mediasi atau daftar calon tetap sebagai akibat
musyawarah dan mufakat. dikeluarkannya Keputusan KPU tentang Penetapan
(4) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan antara pihak Daftar Calon Tetap sebagaimana dimaksud
yang bersengketa sebagaimana dimaksud pada dalam Pasal 256 dan Pasal 266.
ayat (3) huruf b, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Paragraf 2
Kabupaten/Kota menyelesaikan sengketa Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu
proses Pemilu melalui adjudikasi. Melalui Pengadilan Tata Usaha Negara
Pasal 469 Pasal 471
(1) Putusan Bawaslu mengenai penyelesaian (1) Pengajuan gugatan atas sengketa tata usaha
sengketa proses Pemilu merupakan putusan yang negara Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
bersifat 470 ke pengadilan tata usaha negara, dilakukan
final dan mengikat, kecuali putusan terhadap setelah upaya administratif di Bawaslu sebagaimana
sengketa proses Pemilu yang berkaitan dengan: dimaksud dalam Pasal 467, Pasal 468, dan Pasal 469
a. verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu; ayat (2) telah digunakan.
b. penetapan daftar calon tetap anggota DPR, DPD, (2) Pengajuan gugatan atas sengketa tata usaha
DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota; negara Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan dilakukan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah
c. penetapan Pasangan Calon. dibacakan putusan Bawaslu.
(2) Dalam hal penyelesaian sengketa proses Pemilu (3) Dalam hal pengajuan gugatan sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf dimaksud pada ayat (1) kurang lengkap, penggugat
b, dan huruf c yang dilakukan oleh Bawaslu tidak dapat memperbaiki dan melengkapi gugatan paling
diterima oleh para pihak, para pihak dapat lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya gugatan
mengajukan upaya hukum kepada pengadilan tata oleh pengadilan tata usaha negara.
usaha negara. (4) Apabila dalam waktu sebagaimana dimaksud pada
(3) Seluruh proses pengambilan putusan Bawaslu ayat (2) penggugat belum menyempurnakan
wajib dilakukan melalui proses yang terbuka dan gugatan, hakim memberikan putusan bahwa gugatan
dapat tidak dapat diterima.
155 /283 (5) Terhadap putusan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) tidak dapat dilakukan upaya hukum.
dipertanggungjawabkan. 156 /283
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
penyelesaian sengketa proses Pemilu diatur dalam (6) Pengadilan tata usaha negara memeriksa dan
Peraturan Bawaslu. memutus gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat
Bagian Keempat (1) paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu di gugatan dinyatakan lengkap.
Pengadilan Tata Usaha Negara (7) Putusan pengadilan tata usaha negara
Paragraf 1 sebagaimana dimaksud pada ayat (6) bersifat final
Umum dan
Pasal 470 mengikat serta tidak dapat dilakukan upaya hukum
(1) Sengketa proses Pemilu melalui pengadilan tata lain.
usaha negara meliputi sengketa yang timbul dalam (8) KPU wajib menindaklanjuti putusan pengadilan
bidang tata usaha negara Pemilu antara calon tata usaha negara sebagaimana dimaksud pada ayat
anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, DPRD (6) paling lama 3 (tiga) hari kerja.
kabupaten/kota, atau partai politik calon Peserta Paragraf 3
Pemilu, atau bakal Pasangan Calon dengan KPU, Majelis Khusus Tata Usaha Negara Pemilu
KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota sebagai Pasal 472
akibat dikeluarkannya keputusan KPU, keputusan
(1) Dalam memeriksa, mengadili, dan memutus (3) Dalam hal pengajuan permohonan sebagaimana
sengketa proses Pemilu sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat (2) kurang lengkap, pemohon
dalam dapat memperbaiki dan melengkapi permohonan
Pasal 470 dan Pasal 471 dibentuk majelis khusus paling lama 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam
yang terdiri atas hakim khusus yang merupakan sejak diterimanya permohonan oleh Mahkamah
hakim karier di lingkungan pengadilan tata usaha Konstitusi.
negara. (4) KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
(2) Hakim khusus sebagaimana dimaksud pada ayat wajib menindaklanjuti putusan Mahkamah Konstitusi.
(1) ditetapkan berdasarkan keputusan Ketua Pasal 475
Mahkamah Agung Republik Indonesia. (1) Dalam hal terjadi perselisihan penetapan
(3) Hakim khusus sebagaimana dimaksud pada ayat perolehan suara hasil Pemilu Presiden dan Wakil
(1) adalah hakim yang telah melaksanakan Presiden,
tugasnya sebagai hakim minimal 3 (tiga) tahun, Pasangan Calon dapat mengajukan keberatan
kecuali apabila dalam suatu pengadilan tidak terdapat kepada Mahkamah Konstitusi dalam waktu paling
hakim yang masa kerjanya telah mencapai 3 (tiga) lama
tahun. 3 (tiga) hari setelah penetapan hasil Pemilu Presiden
(4) Hakim khusus sebagaimana dimaksud pada ayat dan Wakil Presiden oleh KPU.
(1) selama menangani sengketa tata usaha negara (2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pemilu dibebaskan dari tugasnya untuk memeriksa, hanya terhadap hasil penghitungan suara yang
mengadili, dan memutus perkara lain. memengaruhi penentuan terpilihnya Pasangan Calon
(5) Hakim khusus sebagaimana dimaksud pada ayat atau penentuan untuk dipilih kembali pada
(1) harus menguasai pengetahuan tentang Pemilu. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai hakim khusus (3) Mahkamah Konstitusi memutus perselisihan yang
diatur dengan Peraturan Mahkamah Agung. timbul akibat keberatan sebagaimana dimaksud
BAB III pada ayat (1) dan ayat (2) paling lama 14 (empat
PERSELISIHAN HASIL PEMILU belas) hari sejak diterimanya permohonan keberatan
Bagian Kesatu oleh Mahkamah Konstitusi.
Umum (4) KPU wajib menindaklanjuti putusan Mahkamah
Pasal 473 Konstitusi.
(1) Perselisihan hasil Pemilu meliputi perselisihan (5) Mahkamah Konstitusi menyampaikan putusan
antara KPU dan Peserta Pemilu mengenai penetapan hasil penghitungan suara kepada:
perolehan suara hasil Pemilu secara nasional. a. Majelis Permusyawaratan Rakyat;
(2) Perselisihan penetapan perolehan suara hasil b. Presiden;
Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD secara c. KPU;
nasional d. Pasangan Calon; dan
meliputi perselisihan penetapan perolehan suara yang e. Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang
dapat memengaruhi perolehan kursi Peserta mengajukan calon.
Pemilu. BUKU KELIMA
(3) Perselisihan penetapan perolehan suara hasil TINDAK PIDANA PEMILU
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara nasional BAB I
meliputi perselisihan penetapan perolehan suara yang PENANGANAN TINDAK PIDANA PEMILU
dapat memengaruhi penetapan hasil Pemilu Bagian Kesatu
Presiden dan Wakil Presiden. Tata Cara Penanganan Tindak Pidana Pemilu
Bagian Kedua 158 /283
Tata Cara Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilu
157 /283 Pasal 476
(1) Laporan dugaan tindak pidana Pemilu diteruskan
Pasal 474 oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
(1) Dalam hal terjadi perselisihan penetapan Kabupaten/Kota, dan/atau Panwaslu Kecamatan
perolehan suara hasil Pemilu anggota DPR, DPD, dan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia paling
DPRD secara nasional, Peserta Pemilu anggota DPR, lama 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak
DPD, dan DPRD dapat mengajukan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
permohonan pembatalan penetapan basil Kabupaten/Kota, dan/atau Panwaslu Kecamatan
penghitungan perolehan suara oleh KPU kepada menyatakan bahwa perbuatan atau tindakan yang
Mahkamah Konstitusi. diduga merupakan tindak pidana Pemilu.
(2) Peserta Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD (2) Perbuatan atau tindakan yang diduga merupakan
mengajukan permohonan kepada Mahkamah tindak pidana Pemilu sebagaimana dimaksud pada
Konstitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ayat (1) dinyatakan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
paling lama 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam Bawaslu Kabupaten/Kota, dan/atau Panwaslu
sejak diumumkan penetapan perolehan suara hasil Kecamatan setelah berkoordinasi dengan Kepolisian
Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD secara Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan
nasional oleh KPU. Agung Republik Indonesia dalam Gakkumdu.
(3) Laporan dugaan tindak pidana Pemilu (2) Sidang pemeriksaan perkara tindak pidana Pemilu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara oleh majelis khusus.
tertulis dan paling sedikit memuat: Pasal 482
a. nama dan alamat pelapor; (1) Pengadilan negeri memeriksa, mengadili, dan
b. pihak terlapor; memutus perkara tindak pidana Pemilu paling lama 7
c. waktu dan tempat kejadian perkara; dan (tujuh) hari setelah pelimpahan berkas perkara dan
d. uraian kejadian. dapat dilakukan dengan tanpa kehadiran
Pasal 477 terdakwa.
Penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan (2) Dalam hal putusan pengadilan sebagaimana
pemeriksaan tindak pidana Pemilu dilakukan dimaksud pada ayat (1) diajukan banding,
berdasarkan permohonan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang banding diajukan paling lama 3 (tiga) hari setelah
Hukum Acara Pidana, kecuali ditentukan lain dalam putusan dibacakan.
Undang- (3) Pengadilan negeri melimpahkan berkas perkara
Undang ini. permohonan banding kepada pengadilan tinggi paling
Pasal 478 lama 3 (tiga) hari setelah permohonan banding
Untuk dapat ditetapkan sebagai penyelidik dan diterima.
penyidik tindak pidana Pemilu harus memenuhi (4) Pengadilan tinggi memeriksa dan memutus
persyaratan perkara banding sebagaimana dimaksud pada ayat
sebagai berikut: (2)
a. telah mengikuti pelatihan khusus mengenai paling lama 7 (tujuh) hari setelah permohonan
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana Pemilu; banding diterima.
b. cakap dan memiliki integritas moral yang tinggi (5) Putusan pengadilan tinggi sebagaimana dimaksud
selama menjalankan tugasnya; dan pada ayat (4) merupakan putusan terakhir dan
c. tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin. mengikat serta tidak dapat dilakukan upaya hukum
Pasal 479 lain.
Penyelidik dalam melakukan penyelidikan Pasal 483
menemukan bukti permulaan yang cukup adanya (1) Putusan pengadilan sebagaimana dimaksud
dugaan tindak dalam Pasal 482 ayat (1) dan ayat (4) harus sudah
pidana Pemilu, hasil penyelidikannya disertai berkas disampaikan kepada penuntut umum paling lambat 3
perkara disampaikan kepada penyidik paling lama 1 x (tiga) hari setelah putusan dibacakan.
24 (satu kali dua puluh empat) jam. (2) Putusan pengadilan sebagaimana dimaksud
Pasal 480 dalam Pasal 482 harus dilaksanakan paling lambat 3
(1) Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia (tiga) hari setelah putusan diterima oleh jaksa.
menyampaikan hasil penyidikannya disertai berkas Pasal 484
perkara kepada penuntut umum paling lama 14 (1) Putusan pengadilan terhadap kasus tindak pidana
(empat belas) hari sejak diterimanya laporan dan Pemilu yang menurut Undang-Undang ini dapat
dapat dilakukan dengan tanpa kehadiran tersangka. memengaruhi perolehan suara Peserta Pemilu harus
(2) Dalam hal hasil penyidikan belum lengkap, dalam sudah selesai paling lama 5 (lima) hari sebelum
waktu paling lama 3 (tiga) hari penuntut umum KPU menetapkan hasil Pemilu secara nasional.
mengembalikan berkas perkara kepada Penyidik (2) KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
Kepolisian Negara Republik Indonesia disertai wajib menindaklanjuti putusan pengadilan
petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
dilengkapi. (3) Salinan putusan pengadilan sebagaimana
(3) Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dimaksud pada ayat (1) harus sudah diterima KPU,
dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak tanggal KPU
penerimaan berkas sebagaimana dimaksud pada ayat Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota, dan Peserta
(2) harus sudah menyampaikan kembali Pemilu pada hari putusan pengadilan dibacakan.
berkas perkara tersebut kepada penuntut umum. Bagian Kedua
159 /283 Majelis Khusus Tindak Pidana Pemilu
Pasal 485
(4) Penuntut umum melimpahkan berkas perkara 160 /283
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)
kepada pengadilan negeri paling lama 5 (lima) hari (1) Majelis khusus sebagaimana dimaksud dalam
sejak menerima berkas perkara dan dapat Pasal 481 ayat (2) terdiri atas hakim khusus yang
dilakukan dengan tanpa kehadiran tersangka. merupakan hakim karier pada pengadilan negeri dan
Pasal 481 pengadilan tinggi yang ditetapkan secara khusus
(1) Pengadilan negeri dalam memeriksa, mengadili, untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
dan memutus perkara tindak pidana Pemilu tindak pidana Pemilu.
menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Acara (2) Hakim khusus sebagaimana dimaksud pada ayat
Pidana, kecuali ditentukan lain dalam Undang- (1) ditetapkan berdasarkan keputusan Ketua
Undang ini. Mahkamah Agung Republik Indonesia.
(3) Hakim khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Peraturan Bawaslu sebagaimana dimaksud pada
(1) harus memenuhi syarat telah melaksanakan ayat (1) ditetapkan setelah berkonsultasi dengan
tugasnya sebagai hakim minimal 3 (tiga) tahun, DPR dalam forum rapat dengar pendapat.
kecuali dalam suatu pengadilan tidak terdapat hakim BAB II
yang masa kerjanya telah mencapai 3 (tiga) tahun. KETENTUAN PIDANA PEMILU
(4) Hakim khusus sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 488
(1) selama memeriksa, mengadili, dan memutus Setiap orang yang dengan sengaja memberikan
tindak pidana Pemilu dibebaskan dari tugasnya untuk keterangan yang tidak benar mengenai diri sendiri
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara atau diri
lain. orang lain terutang suatu hal yang diperlukan untuk
(5) Hakim khusus sebagaimana dimaksud pada ayat pengisian daftar Pemilih sebagaimana dimaksud
(1) harus menguasai pengetahuan tentang Pemilu. dalam
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai hakim khusus Pasal 203, dipidana dengan pidana kurungan paling
diatur dengan Peraturan Mahkamah Agung. lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Bagian Ketiga Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
Sentra Penegakan Hukum Terpadu Pasal 489
Pasal 486 Setiap anggota PPS atau PPLN yang dengan sengaja
(1) Untuk menyamakan pemahaman dan pola tidak mengumumkan dan/atau memperbaiki daftar
penanganan tindak pidana Pemilu, Bawaslu, pemilih sementara setelah mendapat masukan dari
Kepolisian masyarakat dan/atau Peserta Pemilu sebagaimana
Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan Agung dimaksud dalam Pasal 206, Pasal 207, dan Pasal
Republik Indonesia membentuk Gakkumdu. 213, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
(2) Gakkumdu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (enam) bulan dan denda paling banyak
melekat pada Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah).
Bawaslu Kabupaten/Kota. Pasal 490
(3) Gakkumdu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Setiap kepala desa atau sebutan lain yang dengan
terdiri atas penyidik yang berasal dari Kepolisian sengaja membuat keputusan dan/atau melakukan
Negara Republik Indonesia dan penuntut yang tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah
berasal dari Kejaksaan Agung Republik Indonesia. satu Peserta Pemilu dalam masa Kampanye, dipidana
(4) Penyidik dan penuntut sebagaimana dimaksud dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan
pada ayat (3) menjalankan tugas secara penuh waktu denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas
dalam penanganan tindak pidana Pemilu. juta rupiah).
(5) Penyidik dan penuntut sebagaimana dimaksud Pasal 491
pada ayat (3) diperbantukan sementara dan tidak Setiap orang yang mengacaukan, menghalangi, atau
diberikan tugas lain dari instansi asalnya selama mengganggu jalannya Kampanye Pemilu dipidana
menjalankan tugas di Gakkumdu. dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun
(6) Pihak instansi asal memberikan penghargaan dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas
kepada penyidik dan penuntut yang telah juta rupiah).
menyelesaikan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 492
ayat (4) dan ayat (5) sesuai dengan ketentuan Setiap orang yang dengan sengaja melakukan
peraturan perundang-undangan. Kampanye Pemilu di luar jadwal yang telah ditetapkan
(7) Gakkumdu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh
dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota untuk
sekretariat Gakkumdu. setiap Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam
(8) Sekretariat Gakkumdu sebagaimana dimaksud Pasal 276 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan
pada ayat (7) melekat pada sekretariat Bawaslu, paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota. Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
(9) Anggaran operasional Gakkumdu dibebankan Pasal 493
pada anggaran Bawaslu. Setiap pelaksana dan/atau tim Kampanye Pemilu
(10) Untuk pembentukan Gakkumdu di luar negeri, yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud
Bawaslu, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan dalam
Kejaksaan Agung Republik Indonesia berkoordinasi Pasal 280 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan
dengan Kementerian Luar Negeri. paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai Gakkumdu Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
diatur dengan Peraturan Bawaslu. Pasal 494
Pasal 487 Setiap aparatur sipil negara, anggota Tentara
(1) Peraturan Bawaslu sebagaimana dimaksud dalam Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Pasal 486 ayat (11) disusun secara bersama oleh Indonesia, kepala desa, perangkat desa, dan/atau
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jaksa anggota badan permusyawaratan desa yang
Agung Republik Indonesia, dan Ketua Bawaslu. melanggar
161 /283 larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280
ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1
162 /283 (satu) tahun dan denda paling banyak
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
(satu) tahun dan denda paling banyak Pasal 501
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah). Setiap anggota KPPS yang dengan sengaja tidak
Pasal 495 melaksanakan keputusan KPU Kabupaten/Kota untuk
(1) Pelaksana kampanye dan/atau peserta kampanye pemungutan suara ulang di TPS dipidana dengan
yang dengan sengaja mengakibatkan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan
terganggunya pelaksanaan Kampanye Pemilu di denda
tingkat kelurahan/desa dipidana dengan pidana paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling rupiah).
banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta 163 /283
rupiah).
(2) Pelaksana kampanye dan/atau peserta kampanye Pasal 502
yang karena kelalaiannya mengakibatkan Ketua dan anggota KPPS yang dengan sengaja tidak
terganggunya pelaksanaan Kampanye Pemilu di melaksanakan ketetapan KPU Kabupaten/Kota untuk
tingkat kelurahan/desa dipidana dengan pidana melaksanakan pemungutan suara ulang di TPS,
kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan denda dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
paling banyak Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah). tahun
Pasal 496 dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas
Peserta Pemilu yang dengan sengaja memberikan juta rupiah).
keterangan tidak benar dalam laporan dana Pasal 503
Kampanye Setiap anggota KPPS/KPPSLN yang dengan sengaja
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 334 ayat tidak membuat dan menandatangani berita acara
(1), ayat (2), dan/atau ayat (3) serta Pasal 335 ayat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 354
(1), ayat (2), dan/atau ayat (3) dipidana dengan ayat (3) dan Pasal 362 ayat (3) dan/atau tidak
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan menandatangani berita acara pemungutan dan
denda penghitungan suara serta sertifikat hasil penghitungan
paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta suara
rupiah). sebagaimana dimaksud dalam Pasal 389 ayat (3)
Pasal 497 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
Setiap orang yang dengan sengaja memberikan (satu)
keterangan tidak benar dalam laporan dana tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00
Kampanye, (dua belas juta rupiah) .
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) Pasal 504
tahun dan denda paling banyak Rp24.000.000,00 Setiap orang yang karena kelalaiannya menyebabkan
(dua rusak atau hilangnya berita acara pemungutan dan
puluh empat juta rupiah). penghitungan suara dan/atau sertifikat hasil
Pasal 498 penghitungan suara sebagaimana dimaksud dalam
Seorang majikan/atasan yang tidak memberikan Pasal 389
kesempatan kepada seorang pekerja/karyawan untuk ayat (4) dipidana dengan pidana kurungan paling
memberikan suaranya pada hari pemungutan suara, lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
kecuali dengan alasan bahwa pekerjaan tersebut Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
tidak Pasal 505
bisa ditinggalkan, dipidana dengan pidana kurungan Anggota KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota,
paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak PPK, dan PPS yang karena kelalaiannya
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah). mengakibatkan hilang atau berubahnya berita acara
Pasal 499 rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara
Setiap anggota KPPS/KPPSLN yang dengan sengaja dan/atau sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan
tidak memberikan surat suara pengganti hanya 1 perolehan suara dipidana dengan pidana kurungan
(satu) kali kepada Pemilih yang menerima surat suara paling
yang rusak dan tidak mencatat surat suara yang lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
rusak dalam berita acara sebagaimana dimaksud Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
dalam Pasal 355 ayat (2) dan Pasal 363 ayat (2) Pasal 506
dipidana Setiap anggota KPPS/KPPSLN yang dengan sengaja
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun tidak memberikan salinan 1 (satu) eksemplar berita
dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas acara pemungutan dan penghitungan suara, serta
juta rupiah). sertifikat hasil penghitungan suara kepada saksi
Pasal 500 Peserta
Setiap orang yang membantu Pemilih yang dengan Pemilu, Pengawas TPS/Panwaslu LN, PPS/PPLN,
sengaja memberitahukan pilihan Pemilih kepada dan PPK melalui PPS sebagaimana dimaksud dalam
orang Pasal 390 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan
lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 364 ayat (2) pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 denda
paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta Panwaslu Kelurahan/Desa, dan/atau Panwaslu LN
rupiah). dalam melakukan pemutakhiran data Pemilih,
Pasal 507 penyusunan dan pengumuman daftar pemilih
(1) Setiap Panwaslu Kelurahan/Desa yang tidak sementara, perbaikan dan pengumuman daftar
mengawasi penyerahan kotak suara tersegel dari pemilih
PPS sementara hasil perbaikan, penetapan dan
kepada PPK dan tidak melaporkan kepada Panwaslu pengumuman daftar pemilih tetap, daftar pemilih
Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam tambahan,
Pasal 390 ayat (6) dipidana dengan pidana kurungan daftar pemilih khusus, dan/atau rekapitulasi daftar
paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling pemilih tetap yang merugikan Warga Negara
banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah). Indonesia
(2) Setiap Panwaslu Kecamatan yang tidak yang memiliki hak pilih sebagaimana dimaksud dalam
mengawasi penyerahan kotak suara tersegel dari Pasal 220 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara
PPK paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
kepada KPU Kabupaten/Kota dan tidak melaporkan Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
kepada Bawaslu Kabupaten/Kota sebagaimana Pasal 513
dimaksud dalam Pasal 390 ayat (7) dipidana dengan Setiap anggota KPU Kabupaten/Kota yang sengaja
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan tidak memberikan salinan daftar pemilih tetap kepada
denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta Partai Politik Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud
rupiah). dalam Pasal 208 ayat (5) dipidana dengan pidana
Pasal 508 penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
Setiap anggota PPS yang tidak mengumumkan banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta
salinan sertifikat hasil penghitungan suara dari rupiah).
seluruh TPS Pasal 514
di wilayah kerjanya sebagaimana dimaksud dalam Ketua KPU yang dengan sengaja menetapkan jumlah
Pasal 391, dipidana dengan pidana kurungan paling surat suara yang dicetak melebihi jumlah yang
lama ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 344
1 (satu) tahun dan denda paling banyak ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), dipidana dengan
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah). pidana
164 /283 penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak Rp240.000.000,00 (dua ratus empat puluh
Pasal 509 juta
Setiap orang yang mengumumkan hasil survei atau rupiah).
jajak pendapat tentang Pemilu dalam Masa Tenang Pasal 515
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 449 ayat (2), Setiap orang yang dengan sengaja pada saat
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 pemungutan suara menjanjikan atau memberikan
(satu) uang atau
tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 materi lainnya kepada Pemilih supaya tidak
(dua belas juta rupiah). menggunakan hak pilihnya atau memilih Peserta
Pasal 510 Pemilu tertentu
Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu
orang lain kehilangan hak pilihnya dipidana dengan sehingga surat suaranya tidak sah, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta
rupiah). rupiah).
Pasal 511 165 /283
Setiap orang yang dengan kekerasan, dengan
ancaman kekerasan, atau dengan menggunakan Pasal 516
kekuasaan Setiap orang yang dengan sengaja pada waktu
yang ada padanya pada saat pendaftaran Pemilih pemungutan suara memberikan suaranya lebih dari
menghalangi seseorang untuk terdaftar sebagai satu kali
Pemilih di satu TPS/TPSLN atau lebih, dipidana dengan
dalam Pemilu menurut Undang-Undang ini dipidana pidana penjara paling lama 18 (delapan belas) bulan
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan dan
denda paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh denda paling banyak Rp18.000.000,00 (delapan belas
enam juta rupiah). juta rupiah).
Pasal 512 Pasal 517
Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, KPU Setiap orang yang dengan sengaja menggagalkan
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan/atau PPLN yang pemungutan suara, dipidana dengan pidana penjara
tidak paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
menindaklanjuti temuan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pasal 518
Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, dan/atau KPU badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah
Kabupaten/Kota yang tidak menindaklanjuti temuan. yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan/atau Bawaslu dalam Pasal 280 ayat (3) dipidana dengan pidana
Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan verifikasi partai penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
politik banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta
calon Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam rupiah).
Pasal 180 ayat (3) dan/atau pelaksanaan verifikasi 166 /283
kelengkapan administrasi bakal calon anggota DPR,
DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota Pasal 523
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 251 ayat (3) dan (1) Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim
Pasal 261 ayat (3) dan/atau pelaksanaan verifikasi Kampanye Pemilu yang dengan sengaja menjanjikan
kelengkapan administrasi bakal calon Presiden dan atau
Wakil Presiden dipidana dengan pidana penjara memberikan uang atau materi lainnya sebagai
paling imbalan kepada peserta Kampanye Pemilu secara
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak langsung ataupun tidak langsung sebagaimana
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah). dimaksud dalam Pasal 280 ayat (1) huruf j dipidana
Pasal 519 dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua
perbuatan curang untuk menyesatkan seseorang, puluh empat juta rupiah).
dengan (2) Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim
memaksa, dengan menjanjikan atau dengan Kampanye Pemilu yang dengan sengaja pada Masa
memberikan uang atau materi lainnya untuk Tenang
memperoleh menjanjikan atau memberikan imbalan uang atau
dukungan bagi pencalonan anggota DPD dalam materi lainnya kepada Pemilih secara langsung
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 183 ataupun tidak langsung sebagaimana dimaksud
dipidana dalam Pasal 278 ayat (2) dipidana dengan pidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling
denda paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh banyak Rp48.000.000,00 (empat puluh
enam juta rupiah). delapan juta rupiah).
Pasal 520 (3) Setiap orang yang dengan sengaja pada hari
Setiap orang yang dengan sengaja membuat surat pemungutan suara menjanjikan atau memberikan
atau dokumen palsu dengan maksud untuk memakai uang
atau menyuruh orang memakai, atau setiap orang atau materi lainnya kepada Pemilih untuk tidak
yang dengan sengaja memakai surat atau dokumen menggunakan hak pilihnya atau memilih Peserta
palsu Pemilu tertentu dipidana dengan pidana penjara
untuk menjadi bakal calon anggota DPR, DPD, DPRD paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
provinsi, DPRD kabupaten/kota, untuk menjadi Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Pasal 524
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 254 dan Pasal (1) Anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
260 Kabupaten/Kota, Sekretaris Jenderal KPU, pegawai
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) Sekretariat
tahun dan denda paling banyak Rp72.000.000,00 Jenderal KPU, sekretaris KPU Provinsi, pegawai
(tujuh puluh dua juta rupiah). sekretariat KPU Provinsi, sekretaris KPU
Pasal 521 Kabupaten/Kota, dan/atau pegawai sekretariat KPU
Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim Kampanye Kabupaten/Kota yang terbukti dengan sengaja
Pemilu yang dengan sengaja melanggar larangan melakukan tindak pidana Pemilu dalam pelaksanaan
pelaksanaan Kampanye Pemilu sebagaimana Kampanye Pemilu dipidana dengan pidana
dimaksud dalam Pasal 280 ayat (1) huruf a, huruf b, penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
huruf c, banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta
huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, atau rupiah).
huruf j dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (2) Anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
(dua) tahun dan denda paling banyak Kabupaten/Kota, Sekretaris Jenderal KPU, pegawai
Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah). Sekretariat
Pasal 522 Jenderal KPU, sekretaris KPU Provinsi, pegawai
Setiap Ketua/Wakil Ketua/ketua muda/hakim sekretariat KPU Provinsi, sekretaris KPU
agung/hakim konstitusi, hakim pada semua badan Kabupaten/Kota, dan/atau pegawai sekretariat KPU
peradilan, Kabupaten/Kota yang terbukti karena
Ketua/Wakil Ketua dan/atau anggota Badan kelalaiannya melakukan tindak pidana Pemilu dalam
Pemeriksa Keuangan, Gubernur, Deputi Gubernur pelaksanaan Kampanye Pemilu dipidana dengan
Senior, pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam)
dan/atau deputi gubernur Bank Indonesia serta bulan dan denda paling banyak Rp18.000.000,00
direksi, komisaris, dewan pengawas, dan/atau (delapan belas juta rupiah).
karyawan Pasal 525
(1) Setiap orang, kelompok, perusahaan, dan/atau ditetapkan oleh KPU untuk kepentingan tertentu
badan usaha nonpemerintah yang memberikan dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 345 ayat (1)
Kampanye Pemilu melebihi batas yang ditentukan dipidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 327 ayat (1) dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan
dan Pasal 331 ayat (1) dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling rupiah).
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Pasal 530
(2) Setiap Peserta Pemilu yang menggunakan Setiap perusahaan pencetak surat suara yang tidak
kelebihan sumbangan, tidak melaporkan kelebihan menjaga kerahasiaan, keamanan, dan keutuhan surat
sumbangan kepada KPU, dan/atau tidak suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 345 ayat
menyerahkan kelebihan sumbangan kepada kas (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
negara (dua)
paling lambat 14 (empat belas) hari setelah masa tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00
Kampanye Pemilu berakhir dipidana dengan pidana (lima miliar rupiah).
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling Pasal 531
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan
rupiah). kekerasan, dan/atau menghalangi seseorang yang
Pasal 526 akan
(1) Setiap orang, kelompok, perusahaan, dan/atau melakukan haknya untuk memilih, melakukan
badan usaha nonpemerintah yang memberikan dana kegiatan yang menimbulkan gangguan ketertiban dan
Kampanye Pemilu melebihi batas yang ditentukan ketenteraman pelaksanaan pemungutan suara, atau
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 333 ayat (1) menggagalkan pemungutan suara dipidana dengan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda
tahun dan denda paling banyak paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). rupiah).
(2) Setiap Peserta Pemilu yang menggunakan Pasal 532
kelebihan sumbangan, tidak melaporkan kelebihan Setiap orang yang dengan sengaja melakukan
167 /283 perbuatan yang menyebabkan suara seorang Pemilih
menjadi tidak bernilai atau menyebabkan Peserta
sumbangan kepada KPU, dan/atau tidak Pemilu tertentu mendapat tambahan suara atau
menyerahkan kelebihan sumbangan kepada kas perolehan
negara suara Peserta Pemilu menjadi berkurang dipidana
paling lambat 14 (empat belas) hari setelah masa dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
Kampanye Pemilu berakhir sebagaimana dimaksud dan
dalam Pasal 333 ayat (2) dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp48.000.000,00 (empat puluh
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling delapan juta rupiah).
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Pasal 533
Pasal 527 168 /283
Peserta Pemilu yang terbukti menerima sumbangan
dana Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud Setiap orang yang dengan sengaja pada saat
dalam pemungutan suara mengaku dirinya sebagai orang
Pasal 339 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara lain
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak dan/atau memberikan suaranya lebih dari 1 (satu) kali
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah). di 1 (satu) TPS atau lebih dipidana dengan pidana
Pasal 528 penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan
(1) Peserta Pemilu yang menerima sumbangan dan denda paling banyak Rp18.000.000,00 (delapan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 339 ayat (2) dan belas juta rupiah).
tidak melaporkan kepada KPU dan/atau tidak Pasal 534
menyetorkan ke kas negara, dipidana dengan pidana Setiap orang yang dengan sengaja merusak atau
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda menghilangkan hasil pemungutan suara yang sudah
sebanyak 3 (tiga) kali dari jumlah sumbangan yang disegel dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
diterima. (tiga) tahun dan denda paling banyak
(2) Pelaksana dan tim kampanye yang menggunakan Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
dana dari sumbangan yang dilarang dan/atau tidak Pasal 535
melaporkan dan/atau tidak menyetorkan ke kas Setiap orang yang dengan sengaja mengubah,
negara sesuai batas waktu yang ditentukan merusak, dan/atau menghilangkan berita acara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 339 ayat (2), pemungutan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dan penghitungan suara dan/atau sertifikat hasil
(dua) tahun dan denda sebanyak 3 (tiga) kali dari penghitungan suara sebagaimana dimaksud dalam
jumlah sumbangan yang diterima. Pasal
Pasal 529 398 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling
Setiap perusahaan pencetak surat suara yang dengan lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
sengaja mencetak surat suara melebihi jumlah yang Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
Pasal 536 pengadilan terhadap kasus tindak pidana Pemilu
Setiap orang yang dengan sengaja merusak, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 484 ayat (2)
mengganggu, atau mendistorsi sistem informasi yang
penghitungan telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dipidana
suara hasil Pemilu dipidana dengan pidana penjara dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah). empat juta rupiah).
Pasal 537 Pasal 542
Setiap anggota KPPS/KPPSLN yang tidak menjaga, Dalam hal KPU tidak menetapkan perolehan hasil
mengamankan keutuhan kotak suara, dan Pemilu secara nasional sebagaimana dimaksud
menyerahkan kotak suara tersegel yang berisi surat dalam
suara, berita acara pemungutan suara, dan sertifikat Pasal 411 ayat (3), anggota KPU dipidana dengan
hasil penghitungan suara kepada PPS atau kepada pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
PPLN bagi KPPSLN pada hari yang sama paling banyak Rp60.000.000,00 (enam puluh juta
sebagaimana rupiah).
dimaksud dalam Pasal 390 ayat (4) dan ayat (5) Pasal 543
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) Setiap anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
tahun Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, dan/atau
6 (enam) bulan dan denda paling banyak Panwaslu Kelurahan/Desa/Panwaslu LN/Pengawas
Rp18.000.000,00 (delapan belas juta rupiah). TPS yang dengan sengaja tidak menindaklanjuti
Pasal 538 temuan
PPS yang tidak menyerahkan kotak suara tersegel, dan/atau laporan pelanggaran Pemilu yang dilakukan
berita acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan oleh anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
suara, dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan Kabupaten/Kota, PPK, PPS/PPLN, dan/atau
perolehan suara Peserta Pemilu di tingkat PPS KPPS/KPPSLN dalam setiap tahapan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 393 kepada Penyelenggaraan Pemilu
PPK dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
(dua) tahun dan denda paling banyak Rp24.000.000,00
tahun dan denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua
(dua puluh empat juta rupiah). puluh empat juta rupiah).
Pasal 539 Pasal 544
PPK yang tidak menyerahkan kotak suara tersegel, Setiap orang yang dengan sengaja melakukan
berita acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan perbuatan melawan hukum memalsukan data dan
suara, dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan daftar
perolehan suara Peserta Pemilu di tingkat PPK pemilih, dipidana dengan pidana penjara paling lama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 396 kepada 6 (enam) tahun dan denda paling banyak
KPU Kabupaten/Kota dipidana dengan pidana penjara Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Pasal 545
Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah). Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
Pasal 540 Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan/atau PPLN yang
(1) Pelaksana kegiatan penghitungan cepat yang dengan sengaja
melakukan penghitungan cepat yang tidak menambah atau mengurangi daftar pemilih dalam
memberitahukan bahwa prakiraan hasil penghitungan Pemilu setelah ditetapkannya Daftar Pemilih Tetap,
cepat bukan merupakan hasil resmi Pemilu dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 449 ayat (4) tahun dan denda paling banyak Rp36.000.000,00
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (tiga
(satu) tahun 6 (enam) bulan dan denda paling banyak puluh enam juta rupiah).
Rp18.000.000,00 (delapan belas juta rupiah). Pasal 546
169 /283 Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan/atau PPLN yang
(2) Pelaksana kegiatan penghitungan cepat yang dengan sengaja
mengumumkan prakiraan hasil penghitungan cepat membuat keputusan dan/atau melakukan tindakan
sebelum 2 (dua) jam setelah selesainya pemungutan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
suara di wilayah Indonesia bagian barat Peserta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 449 ayat (5) Pemilu dalam masa Kampanye, dipidana dengan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
(satu) tahun 6 (enam) bulan dan denda paling banyak paling
Rp18.000.000,00 (delapan belas juta rupiah). banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta
Pasal 541 rupiah).
Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, dan/atau KPU Pasal 547
Kabupaten/Kota yang tidak melaksanakan putusan Setiap pejabat negara yang dengan sengaja membuat
keputusan dan/atau melakukan tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu Peserta banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
Pemilu dalam masa Kampanye, dipidana dengan rupiah).
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda Pasal 553
paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta (1) Setiap calon Presiden atau Wakil Presiden yang
rupiah). dengan sengaja mengundurkan diri setelah
170 /283 pemungutan suara putaran pertama sampai dengan
pelaksanaan pemungutan suara putaran kedua,
Pasal 548 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
Setiap orang yang menggunakan anggaran tahun dan denda paling banyak
pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
negara, (2) Pimpinan Partai Politik atau gabungan pimpinan
badan usaha milik daerah (BUMD), Pemerintah Desa Partai Politik yang dengan sengaja menarik calonnya
atau sebutan lain dan badan usaha milik desa untuk dan/atau Pasangan Calon yang telah ditetapkan oleh
disumbangkan atau diberikan kepada pelaksana KPU sampai dengan pelaksanaan pemungutan
kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 339 suara putaran kedua, dipidana dengan pidana penjara
ayat paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
(4), dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
(tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Pasal 554
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 171 /283
Pasal 549
Dalam hal KPU kabupaten/kota tidak menetapkan Dalam hal Penyelenggara Pemilu melakukan tindak
pemungutan suara ulang di TPS sebagaimana pidana Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
dimaksud 488, Pasal 491, Pasal 492, Pasal 500, Pasal 504,
dalam Pasal 373 ayat (3) sementara persyaratan Pasal 509, Pasal 510, Pasal 511, Pasal 518, Pasal
dalam Undang-Undang ini telah terpenuhi, anggota 520,
KPU Pasal 523, Pasal 525 ayat (1), Pasal 526 ayat (1),
kabupaten/kota dipidana dengan pidana penjara Pasal 531, Pasal 532, Pasal 533, Pasal 534, Pasal
paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak 535,
Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah). dan Pasal 536, pidana bagi yang bersangkutan
Pasal 550 ditambah 1/3 (satu pertiga) dari ketentuan pidana
Setiap pelaksana atau peserta kampanye yang yang
terbukti dengan sengaja atau lalai yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini.
mengakibatkan BUKU KEENAM
terganggunya tahapan Penyelenggaraan Pemilu, PENUTUP
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) BAB I
tahun KETENTUAN LAIN-LAIN
dan paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh Pasal 555
empat juta rupiah). (1) Apabila terjadi hal yang mengakibatkan KPU tidak
Pasal 551 dapat melaksanakan tahapan Penyelenggaraan
Anggota KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Pemilu sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini,
PPK, dan/atau PPS yang karena kesengajaannya Sekretaris Jenderal KPU melaksanakan
mengakibatkan hilang atau berubahnya berita acara tahapan Penyelenggaraan Pemilu untuk sementara
rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara waktu sampai dengan KPU dapat melaksanakan
dan/atau sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan tugasnya kembali.
perolehan suara, dipidana dengan pidana penjara (2) Dalam hal KPU tidak dapat melaksanakan
paling tahapan Penyelenggaraan Pemilu sebagaimana
lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak dimaksud
Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah). pada ayat (1), Presiden dan. DPR mengambil
Pasal 552 keputusan dan/atau tindakan yang bersifat strategis
(1) Setiap calon Presiden atau Wakil Presiden yang agar KPU dapat melaksanakan tugasnya kembali
dengan sengaja mengundurkan diri setelah paling lambat 30 (tiga puluh) hari.
penetapan calon Presiden dan Wakil Presiden sampai (3) Apabila terjadi hal yang mengakibatkan KPU
dengan pelaksanaan pemungutan suara Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota tidak dapat
putaran pertama, dipidana dengan pidana penjara melaksanakan tugasnya, KPU setingkat di atasnya
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling melaksanakan tahapan Penyelenggaraan Pemilu
banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar untuk sementara waktu sampai dengan KPU Provinsi
rupiah). atau KPU Kabupaten /Kota dapat menjalankan
(2) Pimpinan Partai Politik atau gabungan pimpinan tugasnya kembali.
Partai Politik yang dengan sengaja menarik calonnya Pasal 556
dan/atau Pasangan Calon yang telah ditetapkan oleh (1) Apabila terjadi hal yang mengakibatkan Bawaslu
KPU sampai dengan pelaksanaan pemungutan tidak dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan
suara putaran pertama, dipidana dengan pidana ketentuan Undang-Undang ini, Sekretaris Jenderal
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling Bawaslu melaksanakan pengawasan tahapan
Penyelenggaraan Pemilu untuk sementara waktu Sekretariat Jenderal Bawaslu tetap melaksanakan
sampai dengan Bawaslu dapat melaksanakan tugasnya dalam membantu DKPP sampai dengan
tugasnya kembali. dibentuknya Sekretariat DKPP berdasarkan Undang-
(2) Dalam hal Bawaslu tidak dapat melaksanakan Undang ini.
tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Presiden Pasal 562
dan DPR mengambil keputusan dan/atau tindakan Struktur organisasi, tata kerja, dan penganggaran
yang bersifat strategis agar Bawaslu dapat Penyelenggara Pemilu pada satuan pemerintahan
melaksanakan tugasnya kembali paling lambat 30 daerah
(tiga puluh) hari. yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang
(3) Apabila terjadi hal yang mengakibatkan Bawaslu diatur dengan Undang-Undang wajib menyesuaikan
Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota tidak dapat dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
melaksanakan tugasnya, Bawaslu atau Bawaslu Pasal 563
Provinsi melaksanakan tahapan pengawasan (1) Keanggotaan:
Penyelenggaraan Pemilu untuk sementara waktu a. KPU;
sampai dengan Bawaslu Provinsi atau Bawaslu b. KPU Provinsi/Komisi Independen Pemilihan
Kabupaten/Kota dapat menjalankan tugasnya Provinsi Aceh;
kembali. c. KPU Kabupaten/Kota/Komisi Independen Pemilihan
Pasal 557 Kabupaten/Kota;
(1) Kelembagaan Penyelenggara Pemilu di Aceh d. Bawaslu;
terdiri atas: e. Bawaslu Provinsi/Panitia Pengawas Pemilihan
a. Komisi Independen Pemilihan Provinsi Aceh dan Provinsi Aceh; dan
Komisi Independen Pemilihan Kabupaten/Kota f. Panwaslu Kabupaten/Kota/Panitia Pengawas
merupakan satu kesatuan kelembagaan yang Pemilihan Kabupaten/Kota,
hierarkis dengan KPU; dan yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor
b. Panitia Pengawas Pemilihan Provinsi Aceh dan 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara
Panitia Pengawas Pemilihan Kabupaten/Kota Pemilihan Umum tetap melaksanakan tugasnya
merupakan satu kesatuan kelembagaan yang sampai dengan berakhir masa keanggotaannya.
hierarkis dengan Bawaslu. 173 /283
(2) Kelembagaan Penyelenggara Pemilu di Aceh
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib (2) Dalam hal keanggotaan:
172 /283 a. KPU Provinsi/Komisi Independen Pemilihan
Provinsi Aceh;
mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya b. KPU Kabupaten/Kota/Komisi Independen
berdasarkan Undang-Undang ini. Pemilihan Kabupaten/Kota;
Pasal 558 c. Bawaslu Provinsi/Panitia Pengawas Pemilihan
(1) Apabila terjadi hal yang mengakibatkan DKPP Provinsi Aceh; dan
tidak dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan d. Panwaslu Kabupaten/Kota/Panitia Pengawas
ketentuan Undang-Undang ini, Sekretaris DKPP Pemilihan Kabupaten/Kota,
melaksanakan penanganan pelanggaran kode etik yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor
untuk sementara waktu sampai dengan DKPP dapat 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan
melaksanakan tugasnya kembali. Umum berakhir masa tugasnya pada saat
(2) Dalam hal DKPP tidak dapat melaksanakan tugas berlangsungnya tahapan penyelenggaraan pemilihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Presiden kepala daerah dan wakil kepala daerah sampai
dan DPR mengambil keputusan dan/atau tindakan dengan pelantikan kepala daerah dan wakil kepala
yang bersifat strategis agar DKPP dapat daerah terpilih, masa keanggotaannya tidak dapat
melaksanakan tugasnya kembali paling lambat 30 diperpanjang.
(tiga puluh) hari. Pasal 564
BAB II Dalam hal proses seleksi anggota KPU Provinsi dan
KETENTUAN PERALIHAN KPU Kabupaten/Kota serta Bawaslu Provinsi dan
Pasal 559 Bawaslu Kabupaten/Kota yang sedang berlangsung
Segala kewajiban dengan pihak lain yang belum pada saat Undang-Undang ini diundangkan,
selesai dilaksanakan oleh KPU dan Bawaslu periode persyaratan dan proses seleksi yang sedang
sebelumnya atau yang telah berakhir masa tugas berlangsung tersebut tetap dilaksanakan berdasarkan
tetap berlangsung dan dinyatakan tetap berlaku ketentuan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011
menurut tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
Undang-Undang ini. Pasal 565
Pasal 560 (1) Hasil seleksi berdasarkan Undang-Undang Nomor
Keanggotaan DKPP yang mewakili unsur KPU dan 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan
Bawaslu yang telah ditetapkan oleh Presiden sebelum Umum dapat ditetapkan menjadi anggota Bawaslu
Undang-Undang ini diundangkan dinyatakan tidak Kabupaten/Kota sepanjang memenuhi persyaratan
berlaku. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Pasal 561 (2) Tata cara pemenuhan persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Bawaslu. BAB III
Pasal 566 KETENTUAN PENUTUP
(1) Proses peralihan status sekretaris KPU Provinsi, Pasal 569
sekretaris KPU Kabupaten/Kota, pegawai sekretariat Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku,
KPU Provinsi, dan pegawai sekretariat KPU keikutsertaan partai politik lokal di Aceh dalam Pemilu
Kabupaten/Kota menjadi pegawai Sekretariat anggota
Jenderal DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota sepanjang
KPU dilakukan secara bertahap sesuai dengan tidak diatur khusus dalam Undang-Undang yang
ketentuan peraturan perundang-undangan. mengatur mengenai Pemerintahan Aceh, dinyatakan
(2) Proses peralihan status kepegawaian berlaku ketentuan dalam Undang-Undang ini.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pasal 570
Sekretariat Jenderal KPU dengan terlebih dahulu Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua
memberikan pilihan kepada pegawai yang peraturan perundang-undangan yang merupakan
bersangkutan dan berkoordinasi dengan pemerintah peraturan pelaksanaan dari:
daerah. a. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang
(3) Proses peralihan status sekretaris Bawaslu Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
Provinsi dan pegawai sekretariat Bawaslu Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
menjadi pegawai Sekretariat Jenderal Bawaslu Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara
dilakukan secara bertahap sesuai dengan ketentuan Republik Indonesia Nomor 4924);
peraturan perundang-undangan. b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
(4) Proses peralihan status kepegawaian Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101,
Sekretariat Jenderal Bawaslu dengan terlebih dahulu Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
memberikan pilihan kepada pegawai yang Nomor
bersangkutan dan berkoordinasi dengan pemerintah 5246); dan
daerah. c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai peralihan status Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD
kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dalam Peraturan Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara
Pemerintah. Republik Indonesia Nomor 5316),
Pasal 567 dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
(1) Masa jabatan anggota. KPU Provinsi dan KPU bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-
Kabupaten/Kota serta Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Undang ini.
Kabupaten/Kota yang terpilih sebelum berlakunya
Undang-Undang ini adalah tetap 5 (lima) tahun. Pasal 571
(2) Penambahan jumlah anggota KPU Provinsi dan Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
KPU Kabupaten/Kota serta Bawaslu Provinsi dan a. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Bawaslu Kabupaten/Kota harus melalui proses seleksi Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
174 /283 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4924);
ini. b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
(3) Penambahan jumlah anggota KPU Provinsi dan Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara
KPU Kabupaten/Kota serta Bawaslu Provinsi dan Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101,
Bawaslu Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
pada ayat (2) dilaksanakan paling lambat 1 (satu) Nomor
tahun sejak tanggal pengundangan Undang-Undang 5246);
ini. 175 /283
Pasal 568
(1) Dalam hal keanggotaan KPU Provinsi atau KPU c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Kabupaten/Kota belum memenuhi jumlah Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD
keanggotaan sebagaimana dimaksud dalam Undang- (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Undang ini, rapat pleno KPU Provinsi atau KPU Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara
Kabupaten/Kota sah jika dihadiri oleh paling sedikit Republik Indonesia Nomor 5316);
2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota KPU d. Pasal 57 dan Pasal 60 ayat (1), ayat (2), serta ayat
Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota yang dibuktikan (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006
dengan daftar hadir. tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara
(2) Keputusan rapat pleno KPU Provinsi atau KPU Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62,
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat Tambahan
(1) Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633),
sah jika disetujui oleh lebih dari 50% (lima puluh dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
persen) dari jumlah anggota KPU Provinsi atau KPU Pasal 572
Kabupaten/Kota yang hadir.
Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus
ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak
Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal 573
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Disahkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 15 Agustus 2017
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 16 Agustus 2017
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2017 NOMOR 182