Anda di halaman 1dari 97

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 7 TAHUN 2017 UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM.


TENTANG
PEMILIHAN UMUM BUKU KESATU
KETENTUAN UMUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, BAB I
PENGERTIAN ISTILAH
Menimbang:
a. bahwa untuk menjamin tercapainya cita-cita Pasal 1
dan tujuan nasional sebagaimana termaktub Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk
diselenggarakan pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden
anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota
dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sebagai dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
sarana perwujudan kedaulatan rakyat untuk rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan
menghasilkan wakil rakyat dan pemerintahan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
negara yang demokratis berdasarkan Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Indonesia Tahun 1945; 2. Penyelenggaraan Pemilu adalah pelaksanaan
b. bahwa diperlukan pengaturan pemilihan umum tahapan Pemilu yang dilaksanakan oleh
sebagai perwujudan sistem ketatanegaraan penyelenggara Pemilu.
yang demokratis dan berintegritas demi 3. Presiden dan Wakil Presiden adalah Presiden
menjamin konsistensi dan kepastian hukum dan Wakil Presiden sebagaimana dimaksud
serta pemilihan umum yang efektif dan efisien; dalam Undang-Undang Dasar Negara
c. bahwa pemilihan umum wajib menjamin Republik Indonesia Tahun 1945.
tersalurkannya suara rakyat secara langsung, 4. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya
umum, bebas,rahasia, jujur, dan adil; disingkat DPR adalah Dewan Perwakilan
d. bahwa Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 Rakyat sebagaimana dimaksud dalam
tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Undang-Undang Dasar Negara Republik
Presiden, Undang-Undang Nomor 15 Tahun Indonesia Tahun 1945.
2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, 5. Dewan Perwakilan Daerah yang selanjutnya
dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 disingkat DPD adalah Dewan Perwakilan
tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Daerah
Perwakilan Rakyat, 6. sebagaimana dimaksud dalam Undang-
e. Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Perwakilan Rakyat Daerah perlu disatukan dan Tahun 1945.
disederhanakan menjadi satu undang-undang 7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
sebagai landasan hukum bagi pemilihan umum selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
secara serentak; Perwakilan
f. bahwa berdasarkan pertimbangan 8. Rakyat Daerah provinsi dan Dewan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota
huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang- sebagaimana
Undang tentang Pemilihan Umum. 9. dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Mengingat: Pasal 1 ayat (2), Pasal 5 ayat (1), Pasal 6, 10. Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang
Pasal 6A, Pasal 18 ayat (3), Pasal 19 ayat (1), Pasal menyelenggarakan Pemilu yang terdiri atas
20, Pasal 22C ayat (1), dan Pasal 22E Undang- Komisi
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 11. Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu,
1945; dan Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu sebagai
Dengan Persetujuan Bersama 12. satu kesatuan fungsi Penyelenggaraan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK Pemilu untuk memilih anggota Dewan
INDONESIA Perwakilan Rakyat,
dan 13. anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA dan Wakil Presiden, dan untuk memilih
MEMUTUSKAN: anggota Dewan
14. Perwakilan Rakyat Daerah secara langsung
Menetapkan: oleh rakyat.
15. Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya 20. Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan yang
disingkat KPU adalah lembaga selanjutnya disebut Panwaslu Kecamatan adalah
Penyelenggara Pemilu panitia
16. yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri yang dibentuk oleh Bawaslu Kabupaten/Kota untuk
dalam melaksanakan Pemilu. mengawasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah
17. Komisi Pemilihan Umum Provinsi yang kecamatan atau nama lain.
selanjutnya disingkat KPU Provinsi adalah 21. Panitia Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa yang
Penyelenggara selanjutnya disebut Panwaslu Kelurahan/Desa
18. Pemilu di provinsi. adalah petugas untuk mengawasi Penyelenggaraan
19. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota Pemilu di kelurahan/desa atau nama lain.
yang selanjutnya disingkat KPU 22. Panitia Pengawas Pemilu Luar Negeri yang
Kabupaten/Kota adalah selanjutnya disebut Panwaslu LN adalah petugas
20. Penyelenggara Pemilu di kabupaten/kota. yang
21. Panitia Pemilihan Kecamatan yang dibentuk oleh Bawaslu untuk mengawasi
selanjutnya disingkat PPK adalah panitia Penyelenggaraan Pemilu di luar negeri.
yang dibentuk oleh KPU 23. Pengawas Tempat Pemungutan Suara yang
22. Kabupaten/Kota untuk melaksanakan Pemilu selanjutnya disebut Pengawas TPS adalah petugas
di tingkat kecamatan atau nama lain. yang
23. Panitia Pemungutan Suara yang selanjutnya dibentuk oleh Panwaslu Kecamatan untuk membantu
disingkat PPS adalah panitia yang dibentuk Panwaslu Kelurahan/Desa.
oleh KPU 24. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu yang
24. Kabupaten/Kota untuk melaksanakan Pemilu selanjutnya disingkat DKPP adalah lembaga yang
di tingkat kelurahan/desa atau nama lain. bertugas menangani pelanggaran kode etik
25. Panitia Pemilihan Luar Negeri yang Penyelenggara Pemilu.
selanjutnya disingkat PPLN adalah panitia 25. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya
yang dibentuk oleh disingkat TPS adalah tempat dilaksanakannya
26. KPU untuk melaksanakan Pemilu di luar pemungutan suara.
negeri. 26. Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri yang
27. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara selanjutnya disingkat TPSLN adalah tempat
yang selanjutnya disingkat KPPS adalah dilaksanakannya pemungutan suara di luar negeri.
kelompok 27. Peserta Pemilu adalah partai politik untuk Pemilu
2 /283 anggota DPR, anggota DPRD provinsi, anggota
DPRD kabupaten/kota, perseorangan untuk Pemilu
yang dibentuk oleh PPS untuk melaksanakan anggota DPD, dan pasangan calon yang
pemungutan suara di tempat pemungutan suara. diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai
15. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara politik untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
Luar Negeri yang selanjutnya disingkat KPPSLN 28. Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden
adalah yang selanjutnya disebut Pasangan Calon adalah
kelompok yang dibentuk oleh PPLN untuk pasangan calon peserta Pemilihan Umum Presiden
melaksanakan pemungutan suara di tempat dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai
pemungutan politik atau gabungan partai politik yang telah
suara luar negeri. memenuhi persyaratan.
16. Petugas Pemutakhiran Data Pemilih yang 29. Partai Politik Peserta Pemilu adalah partai politik
selanjutnya disebut Pantarlih adalah petugas yang yang telah memenuhi persyaratan sebagai Peserta
dibentuk Pemilu anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan
oleh PPS atau PPLN untuk melakukan pendaftaran anggota DPRD kabupaten/kota.
dan pemutakhiran data pemilih. 30. Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu adalah
17. Badan Pengawas Pemilu yang selanjutnya gabungan 2 (dua) Partai Politik atau lebih yang
disebut Bawaslu adalah lembaga Penyelenggara bersama-sama bersepakat mencalonkan 1 (satu)
Pemilu Pasangan Calon.
yang mengawasi Penyelenggaraan Pemilu di seluruh 31. Perseorangan Peserta Pemilu adalah
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. perseorangan yang telah memenuhi persyaratan
18. Badan Pengawas Pemilu Provinsi yang sebagai
selanjutnya disebut Bawaslu Provinsi adalah badan Peserta Pemilu anggota DPD.
yang 32. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia yang
mengawasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik
provinsi. Indonesia atau di luar negeri.
19. Badan Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota yang 33. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang
selanjutnya disebut Bawaslu Kabupaten/Kota adalah bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
badan untuk mengawasi Penyelenggaraan Pemilu di yang disahkan dengan undang-undang sebagai
wilayah kabupaten /kota. warga negara.
34. Pemilih adalah Warga Negara Indonesia yang sebagai calon anggota DPR, sebagai calon anggota
sudah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau DPD, sebagai calon Presiden/Wakil Presiden, sebagai
lebih, calon anggota DPRD, dan sebagai Penyelenggara
sudah kawin, atau sudah pernah kawin. Pemilu.
35. Kampanye Pemilu adalah kegiatan Peserta BUKU KEDUA
Pemilu atau pihak lain yang ditunjuk oleh Peserta PENYELENGGARA PEMILU
Pemilu BAB I
3 /283 KPU
Bagian Kesatu
untuk meyakinkan Pemilih dengan menawarkan visi, Umum
misi, program dan/atau citra diri Peserta Pemilu. Pasal 6
36. Masa Tenang adalah masa yang tidak dapat KPU terdiri atas:
digunakan untuk melakukan aktivitas Kampanye a. KPU;
Pemilu. b. KPU Provinsi;
37. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang c. KPU Kabupaten /Kota;
selanjutnya disingkat APBN adalah rencana d. PPK;
keuangan tahunan pemerintahan negara yang e. PPS;
disetujui oleh DPR. f. PPLN;
38. Sentra Penegakan Hukum Terpadu yang g. KPPS; dan
selanjutnya disebut Gakkumdu adalah pusat aktivitas h. KPPSLN.
penegakan hukum tindak pidana Pemilu yang terdiri Pasal 7
atas unsur Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan/atau (1) Wilayah kerja KPU meliputi seluruh wilayah
Bawaslu Kabupaten/Kota, Kepolisian Negara Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Republik Indonesia, Kepolisian Daerah, dan/atau (2) KPU menjalankan tugasnya secara
Kepolisian Resor, dan Kejaksaan Agung Republik berkesinambungan.
Indonesia, Kejaksaan Tinggi, dan/atau Kejaksaan (3) Dalam menyelenggarakan Pemilu, KPU bebas dari
Negeri. pengaruh pihak mana pun berkaitan dengan
BAB II pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
ASAS, PRINSIP, DAN TUJUAN Bagian Kedua
Pasal 2 Kedudukan, Susunan, dan Keanggotaan
Pemilu dilaksanakan berdasarkan asas langsung, Pasal 8
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. (1) KPU berkedudukan di ibu kota Negara Republik
Pasal 3 Indonesia.
Dalam menyelenggarakan Pemilu, Penyelenggara (2) KPU Provinsi berkedudukan di ibu kota provinsi.
Pemilu harus melaksanakan Pemilu berdasarkan (3) KPU Kabupaten berkedudukan di ibu kota
pada kabupaten dan KPU Kota berkedudukan di pusat
asas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan pemerintahan kota.
penyelenggaraannya harus memenuhi prinsip: 5 /283
a. mandiri;
b. jujur; (4) KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
c. adil; berkedudukan sebagai lembaga nonstruktural.
d. berkepastian hukum; Pasal 9
e. tertib; (1) KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
f. terbuka; bersifat hierarkis, termasuk KPU Provinsi dan KPU
g. proporsional; Kabupaten/Kota pada satuan pemerintahan daerah
h. profesional; yang bersifat khusus atau istimewa yang diatur
i. akuntabel; dengan undang-undang.
j. efektif; dan (2) KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
k. efisien. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat tetap.
Pasal 4 (3) Dalam menjalankan tugasnya:
Pengaturan Penyelenggaraan Pemilu bertujuan untuk: a. KPU dibantu oleh sekretariat jenderal;
a. memperkuat sistem ketatanegaraan yang b. KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota masing-
demokratis; masing dibantu oleh sekretariat.
b. mewujudkan Pemilu yang adil dan berintegritas; (4) Ketentuan mengenai tata kerja KPU, KPU
c. menjamin konsistensi pengaturan sistem Pemilu; Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota diatur dengan
d. memberikan kepastian hukum dan mencegah Peraturan KPU.
duplikasi dalam pengaturan Pemilu; dan Pasal 10
e. mewujudkan Pemilu yang efektif dan efisien. (1) Jumlah anggota:
4 /283 a. KPU sebanyak 7 (tujuh) orang;
b. KPU Provinsi sebanyak 5 (lima) atau 7 (tujuh)
Pasal 5 orang; dan
Penyandang disabilitas yang memenuhi syarat c. KPU Kabupaten/Kota sebanyak 3 (tiga) atau 5
mempunyai kesempatan yang sama sebagai Pemilih, (lima) orang.
(2) Penetapan jumlah anggota KPU Provinsi dan KPU d. mengoordinasikan, menyelenggarakan,
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat mengendalikan, dan memantau semua tahapan
(1) huruf b dan huruf c didasarkan pada kriteria jumlah Pemilu;
penduduk, luas wilayah, dan jumlah wilayah e. menerima daftar Pemilih dari KPU Provinsi;
administratif pemerintahan. f. memutakhirkan data Pemilih berdasarkan data
(3) Jumlah anggota KPU Provinsi dan jumlah anggota Pemilu terakhir dengan memperhatikan data
KPU Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud kependudukan yang disiapkan dan diserahkan oleh
pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran I yang Pemerintah dan menetapkannya sebagai daftar
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Undang- Pemilih;
Undang ini. g. membuat berita acara dan sertifikat rekapitulasi
(4) Keanggotaan KPU, KPU Provinsi, dan KPU hasil penghitungan suara serta wajib
Kabupaten/Kota terdiri atas seorang ketua merangkap menyerahkannya kepada saksi Peserta Pemilu dan
anggota dan anggota. Bawaslu;
(5) Ketua KPU, ketua KPU Provinsi, dan ketua KPU h. mengumumkan calon anggota DPR, calon anggota
Kabupaten/Kota dipilih dari dan oleh anggota. DPD, dan Pasangan Calon terpilih serta membuat
(6) Setiap anggota KPU, anggota KPU Provinsi, dan berita acaranya;
anggota KPU Kabupaten/Kota mempunyai hak i. menindaklanjuti dengan segera putusan Bawaslu
suara yang sama. atas temuan dan laporan adanya dugaan
(7) Komposisi keanggotaan KPU, keanggotaan KPU pelanggaran atau sengketa Pemilu;
Provinsi, dan keanggotaan KPU Kabupaten/Kota j. menyosialisasikan Penyelenggaraan Pemilu
memperhatikan keterwakilan perempuan paling dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang
sedikit 30% (tiga puluh persen). KPU kepada masyarakat;
(8) Jabatan Ketua dan anggota KPU, ketua dan k. melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap
anggota KPU Provinsi, dan ketua dan anggota KPU tahapan Penyelenggaraan Pemilu; dan
Kabupaten/Kota terhitung sejak pengucapan l. melaksanakan tugas lain dalam Penyelenggaraan
sumpah/janji. Pemilu sesuai dengan ketentuan peraturan
(9) Masa jabatan keanggotaan KPU, KPU Provinsi, perundang-undangan.
KPU Kabupaten/Kota adalah selama 5 (lima) tahun Pasal 13
dan sesudahnya dapat dipilih kembali hanya untuk KPU berwenang:
satu kali masa jabatan pada tingkatan yang sama. a. menetapkan tata kerja KPU, KPU Provinsi, KPU
Pasal 11 Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, PPLN, dan
(1) Ketua KPU mempunyai tugas: KPPSLN;
a. memimpin rapat pleno dan seluruh kegiatan KPU; b. menetapkan Peraturan KPU untuk setiap tahapan
b. bertindak untuk dan atas nama KPU ke luar dan ke Pemilu;
dalam; 7 /283
c. memberikan keterangan resmi tentang kebijakan
dan kegiatan KPU; dan c. menetapkan Peserta Pemilu;
6 /283 d. menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi
penghitungan suara tingkat nasional berdasarkan
d. menandatangani seluruh peraturan dan keputusan hasil rekapitulasi penghitungan suara di KPU Provinsi
KPU. untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan
(2) Ketentuan mengenai tugas Ketua KPU untuk Pemilu anggota DPR serta hasil rekapitulasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku secara penghitungan suara di setiap KPU Provinsi untuk
mutatis Pemilu anggota DPD dengan membuat berita acara
mutandis terhadap tugas ketua KPU Provinsi dan penghitungan suara dan sertifikat hasil
ketua KPU Kabupaten/Kota, kecuali untuk penghitungan suara;
menandatangani Peraturan KPU. e. menerbitkan keputusan KPU untuk mengesahkan
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua KPU, ketua hasil Pemilu dan mengumumkannya;
KPU Provinsi, dan ketua KPU Kabupaten/Kota f. menetapkan dan mengumumkan perolehan jumlah
bertanggung jawab kepada rapat pleno. kursi anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan
Bagian Ketiga anggota DPRD kabupaten/kota untuk setiap Partai
Tugas, Wewenang, dan Kewajiban Politik Peserta Pemilu anggota DPR, anggota
Paragraf 1 DPRD provinsi, dan anggota DPRD kabupaten/kota;
KPU g. menetapkan standar serta kebutuhan pengadaan
Pasal 12 dan pendistribusian perlengkapan;
KPU bertugas: h. membentuk KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota,
a. merencanakan program dan anggaran serta dan PPLN;
menetapkan jadwal; i. mengangkat, membina, dan memberhentikan
b. menyusun tata kerja KPU, KPU Provinsi, KPU anggota KPU Provinsi, anggota KPU Kabupaten/Kota,
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, PPLN, dan dan anggota PPLN;
KPPSLN; j. menjatuhkan sanksi administratif dan/atau
c. menyusun Peraturan KPU untuk setiap tahapan menonaktifkan sementara anggota KPU Provinsi,
Pemilu; anggota
KPU Kabupaten/Kota, anggota PPLN, anggota b. melaksanakan semua tahapan Penyelenggaraan
KPPSLN, dan Sekretaris Jenderal KPU yang terbukti Pemilu di provinsi sesuai dengan ketentuan
melakukan tindakan yang mengakibatkan peraturan perundang-undangan;
terganggunya tahapan Penyelenggaraan Pemilu yang c. mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan
sedang berlangsung berdasarkan putusan Bawaslu mengendalikan tahapan Penyelenggaraan Pemilu
dan/atau ketentuan peraturan perundangundangan; yang
k. menetapkan kantor akuntan publik untuk mengaudit dilaksanakan oleh KPU Kabupaten/Kota;
dana Kampanye Pemilu dan mengumumkan d. menerima daftar Pemilih dan KPU Kabupaten/Kota
laporan sumbangan dana Kampanye Pemilu; dan dan menyampaikannya kepada KPU;
l. melaksanakan wewenang lain dalam e. memutakhirkan data Pemilih berdasarkan data
Penyelenggaraan Pemilu sesuai dengan ketentuan Pemilu terakhir dengan memperhatikan data
peraturan kependudukan yang disiapkan dan diserahkan oleh
perundang-undangan. Pemerintah dan menetapkannya sebagai daftar
Pasal 14 Pemilih;
KPU berkewajiban: f. merekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu
a. melaksanakan semua tahapan Penyelenggaraan anggota DPR dan anggota DPD serta Pemilu
Pemilu secara tepat waktu; Presiden dan Wakil Presiden di provinsi yang
b. memperlakukan Peserta Pemilu secara adil dan bersangkutan dan mengumumkannya berdasarkan
setara; berita acara hasil rekapitulasi penghitungan suara di
c. menyampaikan semua informasi Penyelenggaraan KPU Kabupaten/Kota;
Pemilu kepada masyarakat; g. membuat berita acara penghitungan suara serta
d. melaporkan pertanggungjawaban penggunaan membuat sertifikat penghitungan suara dan wajib
anggaran sesuai dengan ketentuan peraturan menyerahkannya kepada saksi Peserta Pemilu,
perundang-undangan; Bawaslu Provinsi, dan KPU;
e. mengelola, memelihara, dan merawat h. mengumumkan calon anggota DPRD provinsi
arsip/dokumen serta melaksanakan penyusutannya terpilih sesuai dengan alokasi jumlah kursi setiap
berdasarkan jadwal retensi arsip yang disusun oleh daerah pemilihan di provinsi yang bersangkutan dan
KPU dan lembaga pemerintah yang membuat berita acaranya;
menyelenggarakan urusan arsip nasional atau yang i. melaksanakan putusan Bawaslu dan Bawaslu
disebut dengan nama Arsip Nasional Republik Provinsi;
Indonesia; j. menyosialisasikan Penyelenggaraan Pemilu
f. mengelola barang inventaris KPU sesuai dengan dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang
ketentuan peraturan perundang-undangan; KPU Provinsi kepada masyarakat;
g. menyampaikan laporan periodik mengenai tahapan k. melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap
Penyelenggaraan Pemilu kepada Presiden dan tahapan Penyelenggaraan Pemilu; dan
DPR dengan tembusan kepada Bawaslu; l. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh KPU
h. membuat berita acara pada setiap rapat pleno KPU dan/atau ketentuan peraturan perundangundangan.
yang ditandatangani oleh ketua dan anggota Pasal 16
KPU; KPU Provinsi berwenang:
i. menyampaikan laporan Penyelenggaraan Pemilu a. menetapkan jadwal Pemilu di provinsi;
kepada Presiden dan DPR dengan tembusan b. menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi
kepada Bawaslu paling lambat 30 (tiga puluh) hari penghitungan suara Pemilu anggota DPRD
setelah pengucapan sumpah/janji pejabat; provinsi berdasarkan hasil rekapitulasi di KPU
j. melaksanakan putusan Bawaslu mengenai sanksi Kabupaten/Kota dengan membuat berita acara
atas pelanggaran administratif dan sengketa proses penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan
Pemilu; suara;
8 /283 c. menerbitkan keputusan KPU Provinsi untuk
mengesahkan hasil Pemilu anggota DPRD provinsi
k. menyediakan data hasil Pemilu secara nasional; dan
l. melakukan pemutakhiran dan memelihara data mengumumkannya;
pemilih secara berkelanjutan dengan memperhatikan 9 /283
data kependudukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan; d. menjatuhkan sanksi administratif dan/atau
m. melaksanakan putusan DKPP; dan menonaktifkan sementara anggota KPU
n. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Kabupaten/Kota
ketentuan peraturan perundang-undangan. yang terbukti melakukan tindakan yang
Paragraf 2 mengakibatkan terganggunya tahapan
KPU Provinsi Penyelenggaraan
Pasal 15 Pemilu berdasarkan putusan Bawaslu, putusan
Tugas KPU Provinsi: Bawaslu Provinsi, dan/atau ketentuan peraturan
a. menjabarkan program dan melaksanakan perundang-undangan; dan
anggaran;
e. melaksanakan wewenang lain yang diberikan oleh kependudukan yang disiapkan dan diserahkan oleh
KPU dan/atau ketentuan peraturan Pemerintah dan menetapkannya sebagai daftar
perundangundangan. Pemilih;
Pasal 17 f. melakukan dan mengumumkan rekapitulasi hasil
KPU Provinsi berkewajiban: penghitungan suara Pemilu anggota DPR, anggota
a. melaksanakan semua tahapan Penyelenggaraan DPD, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, dan
Pemilu dengan tepat waktu; anggota DPRD provinsi serta anggota DPRD
b. memperlakukan Peserta Pemilu secara adil dan kabupaten/kota yang bersangkutan berdasarkan
setara; berita acara hasil rekapitulasi suara di PPK;
c. menyampaikan semua informasi Penyelenggaraan g. membuat berita acara penghitungan suara dan
Pemilu kepada masyarakat; sertifikat penghitungan suara serta wajib
d. melaporkan pertanggungjawaban penggunaan menyerahkannya kepada saksi Peserta Pemilu,
anggaran sesuai dengan ketentuan peraturan Bawaslu Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi;
perundang-undangan; h. mengumumkan calon anggota DPRD
e. menyampaikan laporan pertanggungjawaban kabupaten/kota terpilih sesuai dengan alokasi jumlah
semua kegiatan Penyelenggaraan Pemilu kepada kursi
KPU; setiap daerah pemilihan di kabupaten/kota yang
f. mengelola, memelihara, dan merawat bersangkutan dan membuat berita acaranya;
arsip/dokumen serta melaksanakan penyusutannya i. menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan
berdasarkan jadwal retensi arsip yang disusun oleh yang disampaikan oleh Bawaslu Kabupaten/Kota;
KPU Provinsi dan lembaga kearsipan provinsi j. menyosialisasikan Penyelenggaraan Pemilu
berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh KPU dan dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang
Arsip Nasional Republik Indonesia; KPU Kabupaten/Kota kepada masyarakat;
g. mengelola barang inventaris KPU Provinsi k. melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap
berdasarkan ketentuan peraturan perundang- tahapan Penyelenggaraan Pemilu; dan
undangan; l. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh KPU,
h. menyampaikan laporan periodik mengenai tahapan KPU Provinsi, dan/atau ketentuan peraturan
Penyelenggaraan Pemilu kepada KPU dan perundang-undangan.
dengan tembusan kepada Bawaslu; Pasal 19
i. membuat berita acara pada setiap rapat pleno KPU KPU Kabupaten/Kota berwenang:
Provinsi yang ditandatangani oleh ketua dan a. menetapkan jadwal di kabupaten/kota;
anggota KPU Provinsi; b. membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam wilayah
j. melaksanakan putusan Bawaslu dan/atau putusan kerjanya;
Bawaslu Provinsi; c. menetapkan dan mengumumkan rekapitulasi
k. menyediakan dan menyampaikan data hasil Pemilu penghitungan suara Pemilu anggota DPRD
di tingkat provinsi; kabupaten/kota berdasarkan rekapitulasi
l. melakukan pemutakhiran dan memelihara data penghitungan suara di PPK dengan membuat berita
Pemilih secara berkelanjutan dengan memperhatikan acara
data kependudukan sesuai ketentuan peraturan rekapitulasi suara dan sertifikat rekapitulasi suara;
perundang-undangan; d. menerbitkan keputusan KPU Kabupaten/Kota untuk
m. melaksanakan putusan DKPP; dan mengesahkan hasil Pemilu anggota DPRD
n. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh kabupaten/kota dan mengumumkannya;
KPU dan/atau ketentuan peraturan e. menjatuhkan sanksi administratif dan/atau
perundangundangan. menonaktifkan sementara anggota PPK dan anggota
Paragraf 3 PPS
KPU Kabupaten/Kota yang terbukti melakukan tindakan yang
Pasal 18 mengakibatkan terganggunya tahapan
KPU Kabupaten/Kota bertugas: Penyelenggaraan
a. menjabarkan program dan melaksanakan Pemilu berdasarkan putusan Bawaslu, putusan
anggaran; Bawaslu Provinsi, putusan Bawaslu Kabupaten/Kota,
b. melaksanakan semua tahapan Penyelenggaraan di dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan;
kabupaten/kota berdasarkan ketentuan peraturan dan
perundang-undangan; f. melaksanakan wewenang lain yang diberikan oleh
c. mengoordinasikan dan mengendalikan tahapan KPU, KPU Provinsi, dan/atau ketentuan peraturan
penyelenggaraan oleh PPK, PPS, dan KPPS dalam perundang-undangan.
wilayah kerjanya; Pasal 20
d. menyampaikan daftar Pemilih kepada KPU KPU Kabupaten/Kota berkewajiban:
Provinsi; a. melaksanakan semua tahapan Penyelenggaraan
10 /283 Pemilu dengan tepat waktu;
b. memperlakukan Peserta Pemilu secara adil dan
e. memutakhirkan data Pemilih berdasarkan data setara;
Pemilu terakhir dengan memperhatikan data c. menyampaikan semua informasi Penyelenggaraan
Pemilu kepada masyarakat;
d. melaporkan pertanggungjawaban penggunaan f. berpendidikan paling rendah strata 1 (S-1) untuk
anggaran sesuai dengan ketentuan peraturan calon anggota KPU, KPU Provinsi, dan paling
perundang-undangan; rendah sekolah menengah atas atau sederajat untuk
e. menyampaikan laporan pertanggungjawaban calon anggota KPU Kabupaten/Kota;
semua kegiatan Penyelenggaraan Pemilu kepada g. berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik
KPU Indonesia bagi anggota KPU, di wilayah
melalui KPU Provinsi; provinsi yang bersangkutan bagi anggota KPU
f. mengelola, memelihara, dan merawat Provinsi, atau di wilayah kabupaten/kota yang
arsip/dokumen serta melaksanakan penyusutannya bersangkutan bagi anggota KPU Kabupaten/Kota
11 /283 yang dibuktikan dengan kartu tanda
penduduk;
berdasarkan jadwal retensi arsip yang disusun oleh h. mampu secara jasmani, rohani, dan bebas dari
KPU Kabupaten/Kota dan lembaga kearsipan penyalahgunaan narkotika;
kabupaten/kota berdasarkan pedoman yang i. mengundurkan diri dari keanggotaan partai politik
ditetapkan oleh KPU dan Arsip Nasional Republik sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun pada saat
Indonesia; mendaftar sebagai calon;
g. mengelola barang inventaris KPU Kabupaten/Kota j. mengundurkan diri dari jabatan politik, jabatan di
berdasarkan ketentuan peraturan pemerintahan, dan/atau badan usaha milik
perundangundangan; negara/badan usaha milik daerah pada saat
h. menyampaikan laporan periodik mengenai tahapan mendaftar sebagai calon;
Penyelenggaraan Pemilu kepada KPU dan KPU 12 /283
Provinsi serta menyampaikan tembusannya kepada
Bawaslu; k. bersedia mengundurkan diri dari kepengurusan
i. membuat berita acara pada setiap rapat pleno KPU organisasi kemasyarakatan yang berbadan
Kabupaten/Kota dan ditandatangani oleh ketua hukum dan tidak berbadan hukum apabila telah
dan anggota KPU Kabupaten/Kota; terpilih menjadi anggota KPU, KPU Provinsi,
j. melaksanakan dengan segera putusan Bawaslu dan KPU Kabupaten/Kota, yang dibuktikan dengan
Kabupaten/Kota; surat pernyataan;
k. menyampaikan data hasil Pemilu dari tiap-tiap TPS l. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan
pada tingkat kabupaten/kota kepada Peserta pengadilan yang telah memperoleh
Pemilu paling lama 7 (tujuh) hari setelah rekapitulasi kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
di kabupaten/kota; pidana yang diancam dengan pidana penjara 5
l. melakukan pemutakhiran dan memelihara data (lima) tahun atau lebih;
Pemilih secara berkelanjutan dengan memperhatikan m. bersedia bekerja penuh waktu, yang dibuktikan
data kependudukan sesuai ketentuan peraturan dengan surat pernyataan;
perundang-undangan; n. bersedia tidak menduduki jabatan politik, jabatan di
m. melaksanakan putusan DKPP; dan pemerintahan, dan/atau badan usaha milik
n. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh negara/badan usaha milik daerah selama masa
KPU, KPU Provinsi dan/atau peraturan keanggotaan apabila terpilih; dan
perundangundangan. o. tidak berada dalam ikatan perkawinan dengan
Bagian Keempat sesama Penyelenggara Pemilu.
Persyaratan (2) Dalam hal calon anggota KPU, KPU Provinsi, dan
Pasal 21 KPU Kabupaten/Kota seorang petahana, tim
(1) Syarat untuk menjadi calon anggota KPU, KPU seleksi memperhatikan rekam jejak dan kinerja
Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota adalah: selama menjadi anggota KPU, KPU Provinsi, dan
a. Warga Negara Indonesia; KPU
b. pada saat pendaftaran berusia paling rendah 40 Kabupaten/Kota.
(empat puluh) tahun untuk calon anggota KPU, Bagian Kelima
berusia paling rendah 35 (tiga puluh lima) tahun untuk Pengangkatan dan Pemberhentian
calon anggota KPU Provinsi, dan berusia Paragraf 1
paling rendah 30 (tiga puluh) tahun untuk calon KPU
anggota KPU Kabupaten/Kota; Pasal 22
c. setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar (1) Presiden membentuk keanggotaan tim seleksi
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berjumlah paling banyak 11 (sebelas) orang
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bhinneka anggota dengan memperhatikan keterwakilan
Tunggal Ika, dan cita-cita Proklamasi 17 perempuan paling sedikit 30% (tiga puluh persen).
Agustus 1945; (2) Tim seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
d. mempunyai integritas, berkepribadian yang kuat, membantu Presiden untuk menetapkan calon
jujur, dan adil; anggota KPU yang akan diajukan kepada DPR.
e. memiliki pengetahuan dan keahlian yang berkaitan (3) Tim seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan Penyelenggaraan Pemilu, terdiri atas:
ketatanegaraan, dan kepartaian; a. 3 (tiga) orang unsur pemerintah;
b. 4 (empat) orang unsur akademisi; dan
c. 4 (empat) orang unsur masyarakat. dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah tim
(4) Anggota tim seleksi sebagaimana dimaksud pada seleksi terbentuk.
ayat (3) harus memenuhi persyaratan: (5) Tim seleksi melaporkan pelaksanaan setiap
a. memiliki reputasi dan rekam jejak yang baik; tahapan seleksi kepada DPR.
b. memiliki kredibilitas dan integritas; Pasal 24
c. memahami permasalahan Pemilu; (1) Presiden mengajukan 14 (empat belas) nama
d. memiliki kemampuan dalam melakukan rekrutmen calon anggota KPU kepada DPR paling lambat 14
dan seleksi; dan (empat belas) hari terhitung sejak diterimanya berkas
e. tidak sedang menjabat sebagai Penyelenggara calon anggota KPU.
Pemilu. (2) Nama calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(5) Anggota tim seleksi sebagaimana dimaksud pada disusun berdasarkan abjad serta diajukan dengan
ayat (4) berpendidikan paling rendah strata 1 (S-1) disertai salinan berkas administrasi.
dan berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun. Pasal 25
(6) Anggota tim seleksi dilarang mencalonkan diri (1) Pemilihan anggota KPU di DPR dilakukan dalam
sebagai calon anggota KPU. waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung
(7) Komposisi tim seleksi terdiri atas seorang ketua sejak diterimanya berkas calon anggota KPU dari
merangkap anggota, seorang sekretaris merangkap Presiden.
anggota, dan anggota. (2) DPR memilih calon anggota KPU berdasarkan
(8) Pembentukan tim seleksi sebagaimana dimaksud hasil uji kelayakan dan kepatutan.
pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan (3) DPR menetapkan 7 (tujuh) nama calon anggota
13 /283 KPU berdasarkan urutan peringkat teratas dari 14
(empat belas) nama calon sebagaimana dimaksud
Presiden dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan dalam Pasal 24 ayat (1) berdasarkan hasil uji
sebelum berakhirnya masa keanggotaan KPU. kelayakan dan kepatutan sebagaimana dimaksud
Pasal 23 pada ayat (2), sebagai calon anggota KPU terpilih.
(1) Tim seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal (4) Dalam hal tidak ada calon anggota KPU yang
22 melaksanakan tugasnya secara terbuka dengan terpilih atau calon anggota KPU terpilih kurang dan 7
melibatkan partisipasi masyarakat. (tujuh) orang, DPR meminta Presiden untuk
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, tim seleksi dapat mengajukan kembali kepada DPR bakal calon
dibantu oleh atau berkoordinasi dengan lembaga anggota
yang memiliki kompetensi di bidang yang diperlukan. 14 /283
(3) Untuk memilih calon anggota KPU, tim seleksi
melakukan tahapan kegiatan: KPU sebanyak 2 (dua) kali nama calon anggota KPU
a. mengumumkan pendaftaran bakal calon anggota yang dibutuhkan dalam waktu paling lama 14
KPU melalui media massa nasional; (empat belas) hari terhitung sejak surat penolakan
b. menerima pendaftaran bakal calon anggota KPU; dan DPR diterima oleh Presiden.
c. melakukan penelitian administrasi bakal calon (5) Penolakan terhadap calon anggota KPU oleh DPR
anggota KPU; sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya dapat
d. mengumumkan hasil penelitian administrasi bakal dilakukan paling banyak 1 (satu) kali.
calon anggota KPU; (6) Pengajuan kembali calon anggota KPU
e. melakukan seleksi tertulis dengan materi utama sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bukan calon
tentang pengetahuan dan kesetiaan terhadap yang telah
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik diajukan sebelumnya.
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan (7) Pemilihan calon anggota KPU yang diajukan
Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika serta sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan
pengetahuan mengenai Pemilu, berdasarkan mekanisme yang berlaku di DPR.
ketatanegaraan, dan kepartaian; (8) DPR menyampaikan kepada Presiden nama calon
f. melakukan tes psikologi; anggota KPU terpilih sebagaimana dimaksud pada
g. mengumumkan melalui media massa nasional ayat (3) dan ayat (7).
daftar nama bakal calon anggota KPU yang lulus Pasal 26
seleksi tertulis dan tes psikologi untuk mendapatkan (1) Presiden mengesahkan calon anggota KPU
masukan dan tanggapan masyarakat; terpilih yang disampaikan oleh DPR sebagaimana
h. melakukan tes kesehatan dan wawancara dengan dimaksud dalam Pasal 25 ayat (8) paling lambat 5
materi Penyelenggaraan Pemilu dan (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya nama
melakukan klarifikasi atas tanggapan dan masukan anggota KPU terpilih.
masyarakat; (2) Pengesahan calon anggota KPU terpilih
i. menetapkan 14 (empat belas) nama calon anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
KPU dalam rapat pleno; dan dengan
j. menyampaikan 14 (empat belas) nama calon Keputusan Presiden.
anggota KPU kepada Presiden. Paragraf 2
(4) Tim seleksi melaksanakan tahapan kegiatan KPU Provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara objektif Pasal 27
(1) KPU membentuk tim seleksi untuk menyeleksi KPU Provinsi yang berakhir masa jabatannya dalam
calon anggota KPU Provinsi pada setiap provinsi. rapat pleno; dan
(2) Tim seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) j. menyampaikan nama calon anggota KPU Provinsi
berjumlah 5 (lima) orang yang berasal dari unsur sebanyak 2 (dua) kali jumlah calon anggota
akademisi, profesional, dan tokoh masyarakat yang KPU Provinsi yang berakhir masa jabatannya kepada
memiliki integritas. KPU.
(3) Anggota tim seleksi sebagaimana dimaksud pada (4) Tim seleksi melaksanakan tahapan kegiatan
ayat (2) berpendidikan paling rendah strata 1 (S-1) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara objektif
dan berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun. dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah tim
(4) Anggota tim seleksi dilarang mencalonkan diri seleksi terbentuk.
sebagai calon anggota KPU Provinsi. Pasal 29
(5) Tim seleksi terdiri atas seorang ketua merangkap (1) Tim seleksi mengajukan nama calon anggota KPU
anggota, seorang sekretaris merangkap anggota, Provinsi sebanyak 2 (dua) kali jumlah anggota
dan anggota. KPU Provinsi yang berakhir masa jabatannya kepada
(6) Pembentukan tim seleksi sebagaimana dimaksud KPU.
pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan KPU (2) Nama calon anggota KPU Provinsi sebagaimana
dalam waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan abjad
terhitung 5 (lima) bulan sebelum berakhirnya serta diajukan dengan disertai salinan berkas
keanggotaan KPU Provinsi. administrasi.
(7) Tata cara pembentukan tim seleksi dan tata cara Pasal 30
penyeleksian calon anggota KPU Provinsi dilakukan (1) KPU melakukan uji kelayakan dan kepatutan
berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh KPU. terhadap calon anggota KPU Provinsi sebagaimana
(8) Penetapan anggota tim seleksi oleh KPU dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1).
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan (2) KPU memilih calon anggota KPU Provinsi
melalui berdasarkan hasil uji kelayakan dan kepatutan.
rapat pleno KPU. (3) KPU menetapkan sejumlah nama calon anggota
Pasal 28 KPU Provinsi berdasarkan urutan peringkat teratas
(1) Tim seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal sesuai dengan jumlah anggota KPU Provinsi yang
27 melaksanakan tugasnya secara terbuka dengan berakhir masa jabatannya sebagaimana dimaksud
melibatkan partisipasi masyarakat. dalam Pasal 29 ayat (1) berdasarkan hasil uji
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, tim seleksi dapat kelayakan dan kepatutan sebagaimana dimaksud
dibantu oleh atau berkoordinasi dengan lembaga pada
yang memiliki kompetensi di bidang yang diperlukan. ayat (2), sebagai calon anggota KPU Provinsi terpilih.
15 /283 (4) Pemilihan dan penetapan anggota KPU Provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh
(3) Untuk memilih calon anggota KPU Provinsi, tim KPU dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari
seleksi melakukan tahapan kegiatan: kerja sejak diterimanya berkas calon anggota
a. mengumumkan pendaftaran bakal calon anggota KPU Provinsi dari tim seleksi.
KPU Provinsi melalui media massa lokal; (5) Anggota KPU Provinsi terpilih sebagaimana
b. menerima pendaftaran bakal calon anggota KPU dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan keputusan
Provinsi; KPU.
c. melakukan penelitian administrasi bakal calon Paragraf 3
anggota KPU Provinsi; KPU Kabupaten/Kota
d. mengumumkan hasil penelitian administrasi bakal 16 /283
calon anggota KPU Provinsi;
e. melakukan seleksi tertulis dengan materi utama Pasal 31
tentang pengetahuan dan kesetiaan terhadap (1) KPU membentuk tim seleksi untuk menyeleksi
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik calon anggota KPU Kabupaten/Kota.
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan (2) Sekretariat KPU Provinsi membantu tim seleksi
Republik Indonesia, dan Bhinneka. Tunggal Ika serta yang dibentuk oleh KPU untuk menyeleksi calon
pengetahuan mengenai Pemilu, anggota KPU Kabupaten/Kota pada setiap
ketatanegaraan, dan kepartaian; kabupaten/kota.
f. melakukan serangkaian tes psikologi; (3) Tim seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
g. mengumumkan melalui media massa lokal daftar berjumlah 5 (lima) orang yang berasal dari unsur
nama bakal calon anggota KPU Provinsi yang akademisi, profesional, dan tokoh masyarakat yang
lulus seleksi tertulis dan tes psikologi untuk memiliki integritas.
mendapatkan masukan dan tanggapan masyarakat; (4) Anggota tim seleksi sebagaimana dimaksud pada
h. melakukan tes kesehatan dan wawancara dengan ayat (3) berpendidikan paling rendah strata 1 (S-1)
materi Penyelenggaraan Pemilu dan dan berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun.
melakukan klarifikasi atas tanggapan dan masukan (5) Anggota tim seleksi dilarang mencalonkan diri
masyarakat; sebagai calon anggota KPU Kabupaten/Kota.
i. menetapkan nama calon anggota KPU Provinsi (6) Tim seleksi terdiri atas seorang ketua merangkap
sebanyak 2 (dua) kali jumlah calon anggota anggota, seorang sekretaris merangkap anggota,
dan anggota. dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan setelah tim
(7) Pembentukan tim seleksi sebagaimana dimaksud seleksi terbentuk.
pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan KPU Pasal 33
dalam waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja (1) Tim seleksi mengajukan nama calon anggota KPU
terhitung 5 (lima) bulan sebelum berakhirnya Kabupaten/Kota sebanyak 2 (dua) kali jumlah
keanggotaan KPU Kabupaten/Kota. calon anggota KPU Kabupaten/Kota yang berakhir
(8) Tata cara pembentukan tim seleksi dan tata cara masa jabatannya kepada KPU.
penyeleksian calon anggota KPU Kabupaten/Kota (2) Nama calon anggota KPU Kabupaten/Kota
dilakukan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
KPU. berdasarkan abjad serta diajukan dengan disertai
(9) Penetapan anggota tim seleksi oleh KPU salinan berkas administrasi.
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan Pasal 34
melalui (1) KPU menetapkan sejumlah nama calon anggota
rapat pleno KPU. KPU Kabupaten /Kota berdasarkan urutan peringkat
Pasal 32 teratas sesuai dengan jumlah anggota KPU
(1) Tim seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal Kabupaten/Kota yang berakhir masa jabatannya
31 melaksanakan tugasnya secara terbuka dengan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1),
melibatkan partisipasi masyarakat. sebagai calon anggota KPU Kabupaten/Kota terpilih.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, tim seleksi dapat (2) Pemilihan dan penetapan anggota KPU
dibantu oleh atau dapat berkoordinasi dengan Kabupaten/Kota di KPU sebagaimana dimaksud pada
lembaga yang memiliki kompetensi di bidang yang ayat
diperlukan. (1) dilakukan dalam waktu paling lama 60 (enam
(3) Untuk memilih calon anggota KPU puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya berkas
Kabupaten/Kota, tim seleksi melakukan tahapan calon anggota KPU Kabupaten/Kota dari tim seleksi.
kegiatan: (3) Anggota KPU Kabupaten/Kota terpilih
a. mengumumkan pendaftaran bakal calon anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
KPU Kabupaten/Kota melalui media massa dengan
lokal; keputusan KPU.
b. menerima pendaftaran bakal calon anggota KPU Paragraf 4
Kabupaten/Kota; Sumpah/Janji
c. melakukan penelitian administrasi bakal calon Pasal 35
anggota KPU Kabupaten/Kota; (1) Pelantikan anggota KPU dilakukan oleh Presiden.
d. mengumumkan hasil penelitian administrasi bakal (2) Pelantikan anggota KPU Provinsi dilakukan oleh
calon anggota KPU Kabupaten/Kota; KPU.
e. melakukan seleksi tertulis dengan materi utama (3) Pelantikan anggota KPU Kabupaten/Kota
tentang pengetahuan dan kesetiaan terhadap dilakukan oleh KPU.
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Pasal 36
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan (1) Sebelum menjalankan tugas, anggota KPU, KPU
Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika serta Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota mengucapkan
pengetahuan mengenai Pemilu, sumpah/janji.
ketatanegaraan, dan kepartaian; (2) Sumpah/janji anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
f. melakukan tes psikologi; Kabupaten/Kota sebagai berikut.
g. mengumumkan melalui media massa lokal daftar "Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji:
nama bakal calon anggota KPU Bahwa saya akan memenuhi tugas dan kewajiban
Kabupaten/Kota yang lulus seleksi tertulis dan tes saya sebagai anggota Komisi Pemilihan
psikologi untuk mendapatkan masukan dan Umum/Komisi Pemilihan. Umum Provinsi/Komisi
tanggapan masyarakat; Pemilihan Umum Kabupaten/Kota dengan
h. melakukan tes kesehatan dan wawancara dengan sebaikbaiknya
materi Penyelenggaraan Pemilu dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
melakukan klarifikasi atas tanggapan dan masukan dengan berpedoman pada Pancasila dan
masyarakat; Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
i. menetapkan nama calon anggota KPU Tahun 1945.
Kabupaten/Kota sebanyak 2 (dua) kali jumlah calon Bahwa saya dalam menjalankan tugas dan
anggota KPU Kabupaten/Kota yang berakhir masa wewenang akan bekerja dengan sungguh-sungguh,
jabatannya dalam rapat pleno; dan jujur,
17 /283 adil, dan cermat demi suksesnya Pemilihan Umum
anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
j. menyampaikan nama calon anggota KPU Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden
Kabupaten/Kota sebanyak 2 (dua) kali jumlah calon serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, tegaknya
anggota KPU Kabupaten /Kota yang berakhir masa demokrasi dan keadilan, serta mengutamakan
jabatannya kepada KPU. kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(4) Tim seleksi melaksanakan tahapan kegiatan daripada kepentingan pribadi atau golongan."
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara objektif 18 /283
b. rekomendasi dan DPR.
Paragraf 5 (2) Dalam pemberhentian sebagaimana dimaksud
Pemberhentian pada ayat (1), anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU
Pasal 37 Kabupaten/Kota harus diberi kesempatan untuk
(1) Anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU membela diri di hadapan DKPP.
Kabupaten/Kota berhenti antar waktu karena: (3) Dalam hal rapat pleno DKPP memutuskan
a. meninggal dunia; pemberhentian anggota sebagaimana dimaksud pada
b. berhalangan tetap sehingga tidak mampu ayat
melaksanakan tugas, dan kewajiban; atau (1), anggota yang bersangkutan diberhentikan
c. diberhentikan dengan tidak hormat. sementara sebagai anggota KPU, KPU Provinsi, atau
(2) Anggota KPU, KPU Provinsi, dan. KPU KPU Kabupaten/Kota sampai dengan diterbitkannya
Kabupaten/Kota diberhentikan dengan tidak hormat keputusan pemberhentian.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c apabila: (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
a. tidak lagi memenuhi syarat, sebagai anggota KPU, pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
KPU. Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota; pembelaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
b. melanggar sumpah/janji jabatan dan/atau kode etik; dan pengambilan putusan sebagaimana dimaksud
c. tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajiban pada ayat (3) diatur dengan Peraturan DKPP.
selama 3 (tiga) bulan secara berturut-turut (5) Peraturan DKPP sebagaimana dimaksud pada
tanpa alasan yang sah; ayat (4) harus dibentuk paling lama 3 (tiga) bulan
d. dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan terhitung sejak anggota DKPP mengucapkan
yang telah memperoleh kekuatan hukum sumpah/janji.
tetap karena melakukan tindak pidana Pemilu dan Pasal 39
tindak pidana lainnya; (1) Anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU
e. tidak menghadiri rapat pleno yang menjadi tugas Kabupaten/Kota diberhentikan sementara karena:
dan kewajibannya selama 3 (tiga) kali a. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana
berturut-turut tanpa alasan yang jelas; atau yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima)
f. melakukan perbuatan yang terbukti menghambat tahun atau lebih;
KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota b. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana
dalam mengambil keputusan dan penetapan Pemilu; atau
sebagaimana ketentuan peraturan c. memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
perundangundangan. dalam Pasal 38 ayat (3).
(3) Pemberhentian anggota yang telah memenuhi (2) Dalam hal anggota KPU, KPU Provinsi, atau KPU
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Kabupaten/Kota dinyatakan terbukti bersalah
ayat (2) dilakukan dengan ketentuan: karena melakukan tindak pidana sebagaimana
a. anggota KPU diberhentikan oleh Presiden; dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b
b. anggota KPU Provinsi diberhentikan oleh KPU; dan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
c. anggota KPU Kabupaten/Kota diberhentikan oleh memperoleh kekuatan hukum tetap; yang
KPU. bersangkutan
(4) Penggantian antar waktu anggota KPU, KPU diberhentikan sebagai anggota KPU, KPU Provinsi,
Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota yang berhenti atau KPU Kabupaten/Kota.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan (3) Dalam hal anggota KPU, KPU Provinsi, atau KPU
dengan ketentuan: Kabupaten/Kota dinyatakan tidak terbukti bersalah
a. anggota KPU digantikan oleh calon anggota KPU karena tidak melakukan tindak pidana sebagaimana
urutan peringkat berikutnya dan hasil dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b
pemilihan yang dilakukan oleh DPR; berdasarkan putusan pengadilan yang telah
b. anggota KPU Provinsi digantikan oleh calon memperoleh kekuatan hukum tetap, yang
anggota KPU Provinsi urutan peringkat berikutnya bersangkutan
dan hasil pemilihan yang dilakukan oleh KPU; dan harus diaktifkan kembali dengan keputusan:
c. anggota KPU Kabupaten/Kota digantikan oleh a. Presiden untuk anggota KPU;
calon anggota KPU Kabupaten/Kota urutan b. KPU untuk anggota KPU Provinsi; dan
peringkat berikutnya dari hasil pemilihan yang c. KPU untuk anggota KPU Kabupaten/Kota.
dilakukan oleh KPU. (4) Dalam hal keputusan pengaktifan kembali
Pasal 38 sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak diterbitkan
(1) Pemberhentian anggota KPU, KPU Provinsi, dan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
KPU Kabupaten/Kota yang telah memenuhi adanya putusan pengadilan yang telah
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 memperoleh kekuatan hukum tetap, dengan
ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, dan/atau sendirinya anggota KPU, KPU Provinsi, atau KPU
huruf f didahului dengan verifikasi oleh DKPP atas: Kabupaten/Kota aktif kembali.
a. pengaduan secara tertulis dan Penyelenggara (5) Dalam hal anggota KPU, KPU Provinsi, atau KPU
Pemilu, Peserta Pemilu, tim kampanye, Kabupaten/Kota dinyatakan tidak terbukti bersalah
masyarakat, dan pemilih; dan/atau sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4),
19 /283 dilakukan rehabilitasi nama anggota KPU, KPU
Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota yang KPU Kabupaten/Kota yang dibuktikan dengan daftar
bersangkutan. hadir;
(6) Pemberhentian sementara sebagaimana (2) Keputusan rapat pleno KPU Kabupaten/Kota sah
dimaksud pada ayat (1) huruf c paling lama 60 (enam dalam hal:
puluh) a. jumlah KPU Kabupaten/Kota berjumlah 5 (lima)
hari kerja dan dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga orang, disetujui oleh paling sedikit 3 (tiga) orang
puluh) hari kerja. anggota KPU Kabupaten/Kota yang hadir.
(7) Dalam hal perpanjangan waktu sebagaimana b. jumlah KPU Kabupaten/Kota berjumlah 3 (tiga)
dimaksud pada ayat (6) telah berakhir dan tanpa orang, disetujui oleh seluruh anggota KPU
pemberhentian tetap, yang bersangkutan dinyatakan Kabupaten/Kota yang hadir.
berhenti berdasarkan Undang-Undang ini. 21 /283
Bagian Keenam
Mekanisme Pengambilan Keputusan Pasal 45
20 /283 (1) Dalam hal tidak tercapai kuorum, khusus rapat
pleno KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
Pasal 40 untuk menetapkan hasil Pemilu ditunda paling lama 3
Pengambilan keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU (tiga) jam.
Kabupaten/Kota dilakukan dalam rapat pleno. (2) Dalam hal rapat pleno telah ditunda sebagaimana
Pasal 41 dimaksud pada ayat (1) dan tetap tidak tercapai
(1) Jenis rapat pleno KPU, KPU Provinsi, dan KPU kuorum, rapat pleno dilanjutkan tanpa memperhatikan
Kabupaten/Kota terdiri atas: kuorum.
a. rapat pleno tertutup; dan (3) Khusus rapat pleno KPU, KPU Provinsi, dan KPU
b. rapat pleno terbuka. Kabupaten/Kota untuk menetapkan hasil Pemilu
(2) Pemilihan Ketua KPU, KPU Provinsi dan KPU tidak dilakukan pemungutan suara.
Kabupaten/Kota diputuskan melalui rapat pleno Pasal 46
tertutup. (1) Undangan dan agenda rapat pleno KPU, KPU
(3) Rekapitulasi penghitungan suara dan penetapan Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota disampaikan
hasil Pemilu dilakukan oleh KPU, KPU Provinsi, dan paling
KPU Kabupaten/Kota dalam rapat pleno terbuka. lambat 3 (tiga) hari sebelumnya.
Pasal 42 (2) Rapat pleno dipimpin oleh Ketua KPU, Ketua KPU
(1) Rapat pleno KPU sah jika dihadiri oleh paling Provinsi, dan Ketua KPU Kabupaten/Kota.
sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota KPU (3) Apabila ketua berhalangan, rapat pleno KPU, KPU
yang Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota dipimpin oleh
dibuktikan dengan daftar hadir. salah satu anggota yang dipilih secara aklamasi.
(2) Keputusan rapat pleno KPU sah jika disetujui oleh (4) Sekretaris Jenderal KPU, sekretaris KPU Provinsi,
lebih dari 50% (lima puluh persen) dan jumlah dan. sekretaris KPU Kabupaten/Kota wajib
anggota KPU yang hadir. memberikan dukungan teknis dan administratif dalam
Pasal 43 rapat pleno.
(1) Rapat pleno KPU Provinsi sah dalam hal: Pasal 47
a. jumlah anggota KPU Provinsi berjumlah 7 (tujuh) (1) Ketua wajib menandatangani penetapan hasil
orang, dihadiri oleh paling sedikit 5 (lima) Pemilu yang diputuskan dalam rapat pleno dalam
orang anggota KPU Provinsi yang dibuktikan dengan waktu
daftar hadir; atau paling lama 3 (tiga) hari kerja.
b. jumlah anggota KPU Provinsi berjumlah 5 (lima) (2) Dalam hal penetapan hasil Pemilu tidak
orang, dihadiri oleh paling sedikit 3 (tiga) orang ditandatangani ketua dalam waktu 3 (tiga) hari kerja
anggota KPU Provinsi yang dibuktikan dengan daftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), salah satu
hadir. anggota menandatangani penetapan hasil Pemilu.
(2) Keputusan rapat pleno KPU Provinsi sah dalam (3) Dalam hal tidak ada anggota KPU, KPU Provinsi,
hal: dan KPU Kabupaten/Kota yang menandatangani
a. jumlah anggota KPU Provinsi berjumlah 7 (tujuh) penetapan hasil Pemilu, dengan sendirinya hasil
orang, disetujui oleh paling sedikit 5 (lima) Pemilu dinyatakan sah dan berlaku.
orang anggota KPU Provinsi yang hadir; Bagian Ketujuh
b. jumlah KPU Provinsi berjumlah 5 (lima) orang, Pertanggungjawaban dan Pelaporan
disetujui oleh paling sedikit 3 (tiga) orang Pasal 48
anggota KPU Provinsi yang hadir. (1) Dalam menjalankan tugasnya, KPU:
Pasal 44 a. melaksanakan pertanggungjawaban keuangan
(1) Rapat pleno KPU Kabupaten/Kota sah dalam hal: sesuai dengan ketentuan peraturan
a. jumlah anggota KPU Kabupaten/Kota berjumlah 5 perundangundangan.
(lima) orang, dihadiri oleh paling sedikit 3 b. melapor kepada DPR dan Presiden mengenai
(tiga) orang anggota KPU Kabupaten/Kota yang pelaksanaan tugas penyelenggaraan seluruh
dibuktikan dengan daftar hadir; tahapan Pemilu dan tugas lainnya.
b. jumlah anggota KPU Kabupaten/Kota berjumlah 3
(tiga) orang, dihadiri oleh seluruh anggota
(2) Laporan pelaksanaan tugas penyelenggaraan a. melaksanakan semua tahapan Penyelenggaraan
seluruh tahapan. Pemilu sebagaimana dimaksud Pemilu di tingkat kecamatan yang telah
pada ditetapkan oleh KPU, KPU Provinsi, dan KPU
ayat (1) huruf b disampaikan secara periodik dalam Kabupaten/Kota;
setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu sesuai b. menerima dan menyampaikan daftar pemilih
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. kepada KPU Kabupaten/Kota;
(3) Laporan pelaksanaan tugas penyelenggaraan 23 /283
seluruh tahapan Pemilu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditembuskan kepada Bawaslu. c. melakukan dan mengumumkan rekapitulasi hasil
Pasal 49 penghitungan suara Pemilu anggota DPR,
22 /283 anggota DPD, Presiden dan Wakil Presiden, anggota
DPRD Provinsi, serta anggota DPRD
(1) Dalam menjalankan tugasnya, KPU Provinsi Kabupaten/Kota di kecamatan yang bersangkutan
bertanggung jawab kepada KPU. berdasarkan berita acara hasil penghitungan
(2) KPU Provinsi menyampaikan laporan kinerja dan suara di TPS dan dihadiri oleh saksi Peserta Pemilu;
Penyelenggaraan Pemilu secara periodik kepada d. melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap
KPU. tahapan Penyelenggaraan Pemilu di wilayah
Pasal 50 kerjanya;
(1) Dalam menjalankan tugasnya, KPU e. melaksanakan sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu
Kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada KPU dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan
Provinsi. wewenang PPK kepada masyarakat;
(2) KPU Kabupaten/Kota menyampaikan laporan f. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh KPU,
kinerja dan Penyelenggaraan Pemilu secara periodik KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota sesuai
kepada KPU Provinsi. dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Bagian Kedelapan dan
Panitia Pemilihan g. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan
Paragraf 1 peraturan perundang-undangan.
PPK (2) PPK berwenang:
Pasal 51 a. mengumpulkan hasil penghitungan suara dari
(1) PPK dibentuk untuk menyelenggarakan Pemilu di seluruh TPS di wilayah kerjanya;
tingkat kecamatan. b. melaksanakan wewenang lain yang diberikan oleh
(2) PPK berkedudukan di ibu kota kecamatan. KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota
(3) PPK dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota paling sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
lambat 6 (enam) bulan sebelum Penyelenggaraan c. melaksanakan wewenang lain sesuai ketentuan
Pemilu dan dibubarkan paling lambat 2 (dua) bulan peraturan perundang-undangan.
setelah pemungutan suara. (3) PPK berkewajiban:
(4) Dalam hal terjadi penghitungan dan pemungutan a. membantu KPU, KPU Provinsi, dan KPU
suara ulang, Pemilu susulan, dan Pemilu lanjutan, Kabupaten/Kota dalam melakukan pemutakhiran data
masa kerja PPK diperpanjang dan PPK dibubarkan pemilih, daftar pemilih sementara, dan daftar pemilih
paling lambat 2 (dua) bulan setelah pemungutan tetap;
suara. b. membantu KPU Kabupaten/Kota dalam
Pasal 52 menyelenggarakan Pemilu;
(1) Anggota PPK sebanyak 3 (tiga) orang berasal dari c. menindaklanjuti dengan segera temuan dan
tokoh masyarakat yang memenuhi syarat laporan yang disampaikan oleh Panwaslu
berdasarkan Undang-Undang ini. Kecamatan;
(2) Anggota PPK diangkat dan diberhentikan oleh d. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh
KPU Kabupaten/Kota. KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota
(3) Komposisi keanggotaan PPK memperhatikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
keterwakilan perempuan paling sedikit 30% (tiga e. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan
puluh ketentuan peraturan perundang-undangan.
persen). Paragraf 2
(4) Dalam menjalankan tugasnya, PPK dibantu oleh PPS
sekretariat yang dipimpin oleh sekretaris dari Pasal 54
aparatur sipil negara yang memenuhi persyaratan. (1) PPS dibentuk untuk menyelenggarakan Pemilu di
(5) PPK melalui KPU Kabupaten/Kota mengusulkan 3 kelurahan/desa.
(tiga) nama calon sekretaris PPK kepada (2) PPS berkedudukan di kelurahan/desa.
bupati/walikota untuk selanjutnya dipilih dan (3) PPS dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota paling
ditetapkan 1 (satu) nama sebagai sekretaris PPK lambat 6 (enam) bulan sebelum Penyelenggaraan
dengan Pemilu dan dibubarkan paling lambat 2 (dua) bulan
keputusan bupati/walikota. setelah hari pemungutan suara.
Pasal 53 (4) Dalam hal terjadi penghitungan dan pemungutan
(1) PPK bertugas: suara ulang, Pemilu susulan, dan Pemilu lanjutan,
masa kerja PPS diperpanjang dan PPS dibubarkan pemilih, daftar pemilih sementara, daftar pemilih hasil
paling lambat 2 (dua) bulan setelah pemungutan perbaikan, dan daftar pemilih tetap;
suara dimaksud. b. menyampaikan daftar pemilih kepada PPK;
Pasal 55 c. menjaga dan mengamankan keutuhan kotak suara
(1) Anggota PPS sebanyak 3 (tiga) orang berasal dari setelah penghitungan suara dan setelah kotak
tokoh masyarakat yang memenuhi syarat suara disegel;
berdasarkan Undang-Undang ini. d. meneruskan kotak suara dari setiap PPS kepada
(2) Anggota PPS diangkat dan diberhentikan oleh PPK pada hari yang sama setelah rekapitulasi hasil
KPU Kabupaten/Kota. penghitungan suara dari setiap TPS;
24 /283 e. menindaklanjuti dengan segera temuan dan
laporan yang disampaikan oleh Panwaslu
(3) Komposisi keanggotaan PPS memperhatikan 25 /283
keterwakilan perempuan paling sedikit 30% (tiga
puluh Kelurahan/Desa;
persen). f. membantu PPK dalam menyelenggarakan Pemilu,
Pasal 56 kecuali dalam hal penghitungan suara;
PPS bertugas: g. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh
a. mengumumkan daftar pemilih sementara; KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, dan PPK
b. menerima masukan dan masyarakat tentang daftar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
pemilih sementara; undangan; dan
c. melakukan perbaikan dan mengumumkan hasil h. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan
perbaikan daftar pemilih sementara; ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. mengumumkan daftar pemilih tetap dan Paragraf 3
melaporkan kepada KPU Kabupaten/Kota melalui KPPS
PPK; Pasal 59
e. melaksanakan semua tahapan Penyelenggaraan (1) Anggota KPPS sebanyak 7 (tujuh) orang berasal
Pemilu di tingkat kelurahan/desa yang telah dari anggota masyarakat di sekitar TPS yang
ditetapkan oleh KPU, KPU. Provinsi, KPU memenuhi syarat berdasarkan Undang-Undang ini.
Kabupaten/Kota, dan PPK; (2) Seleksi penerimaan anggota KPPS dilaksanakan
f. mengumpulkan hasil penghitungan suara dan secara terbuka dengan memperhatikan kompetensi,
seluruh TPS di wilayah kerjanya; kapasitas, integritas, dan kemandirian calon anggota
g. menyampaikan hasil penghitungan suara seluruh KPPS.
TPS kepada PPK; (3) Anggota KPPS diangkat dan diberhentikan oleh
h. melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap PPS atas nama ketua KPU Kabupaten/Kota.
tahapan Penyelenggaraan Pemilu di wilayah (4) Komposisi keanggotaan KPPS memperhatikan
kerjanya; keterwakilan perempuan paling sedikit 30% (tiga
i. melaksanakan sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu puluh
dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan persen).
wewenang PPS kepada masyarakat; (5) Pengangkatan dan pemberhentian anggota KPPS
j. lain yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi, KPU wajib dilaporkan kepada KPU Kabupaten/Kota.
Kabupaten/Kota, dan PPK sesuai dengan ketentuan (6) Susunan keanggotaan KPPS terdiri atas seorang
peraturan perundang-undangan; dan ketua merangkap anggota dan anggota.
k. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan Pasal 60
peraturan perundang-undangan. KPPS bertugas:
Pasal 57 a. mengumumkan daftar pemilih tetap di TPS;
PPS berwenang: b. menyerahkan daftar pemilih tetap kepada saksi
a. membentuk KPPS; Peserta Pemilu yang hadir dan Pengawas TPS dan
b. mengangkat Pantarlih; dalam hal Peserta Pemilu tidak memiliki saksi, daftar
c. menetapkan hasil perbaikan daftar pemilih pemilih tetap diserahkan kepada Peserta Pemilu;
sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 c. melaksanakan pemungutan dan penghitungan
huruf c suara di TPS;
untuk menjadi daftar pemilih tetap; d. membuat berita acara pemungutan dan
d. melaksanakan wewenang lain yang diberikan oleh penghitungan suara serta membuat sertifikat
KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, dan penghitungan
PPK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi
undangan; dan Peserta Pemilu, Pengawas TPS, dan PPK melalui
e. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan PPS;
ketentuan peraturan perundang-undangan. e. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh KPU,
Pasal 58 KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, dan
PPS berkewajiban: PPS sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
a. membantu KPU, KPU Provinsi, KPU f. menyampaikan surat undangan atau pemberitahuan
Kabupaten/Kota, dan PPK dalam melakukan kepada pemilih sesuai dengan daftar pemilih
pemutakhiran data tetap untuk menggunakan hak pilihnya di TPS; dan
g. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan e. mengumumkan hasil penghitungan suara dari
peraturan perundang-undangan. seluruh TPSLN di wilayah kerjanya;
Pasal 61 f. menyerahkan berita acara dan sertifikat hasil
KPPS berwenang: penghitungan suara kepada KPU;
a. mengumumkan hasil penghitungan suara di TPS; g. mengirimkan rekapitulasi suara dan seluruh TPSLN
b. melaksanakan wewenang lain yang diberikan oleh di wilayah kerjanya secara elektronik ke KPU
KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, dalam hal telah tersedia infrastruktur yang memadai
dan PPS sesuai dengan peraturan perundang- untuk melakukan rekapitulasi elektronik;
undangan; dan h. melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap
c. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan tahapan Penyelenggaraan Pemilu di wilayah
ketentuan peraturan perundang-undangan. kerjanya;
26 /283 i. melaksanakan sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu
dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan
Pasal 62 27 /283
KPPS berkewajiban:
a. menempelkan daftar pemilih tetap di TPS; wewenang PPLN kepada masyarakat Indonesia di
b. menindaklanjuti dengan segera temuan dan luar negeri;
laporan yang disampaikan oleh saksi, Pengawas j. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh KPU
TPS, sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
Panwaslu Kelurahan/Desa, Peserta Pemilu, dan dan
masyarakat pada hari pemungutan suara; k. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan
c. menjaga dan mengamankan keutuhan kotak suara peraturan perundang-undangan.
setelah penghitungan suara dan setelah kotak Pasal 65
suara disegel; PPLN berwenang:
d. menyerahkan hasil penghitungan suara kepada a. membentuk KPPSLN;
PPS dan Panwaslu Kelurahan/Desa; b. menetapkan daftar pemilih tetap;
e. menyerahkan kotak suara tersegel yang berisi surat c. melaksanakan wewenang lain yang diberikan oleh
suara dan sertifikat hasil penghitungan suara KPU sesuai dengan peraturan perundangundangan;
kepada PPK melalui PPS pada hari yang sama; dan
f. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh d. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan
KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, ketentuan peraturan perundang-undangan.
dan PPS sesuai dengan peraturan perundang- Pasal 66
undangan; dan PPLN berkewajiban:
g. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan a. membantu KPU dalam melakukan pemutakhiran
ketentuan peraturan perundang-undangan. data pemilih, daftar pemilih sementara, daftar pemilih
Paragraf 4 hasil perbaikan, dan daftar pemilih tetap;
PPLN b. menjaga dan mengamankan keutuhan kotak suara;
Pasal 63 c. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh
(1) PPLN berkedudukan di kantor perwakilan Republik KPU sesuai dengan peraturan perundangundangan;
Indonesia. dan
(2) Anggota PPLN berjumlah paling sedikit 3 (tiga) d. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan
orang dan paling banyak 7 (tujuh) orang yang berasal ketentuan peraturan perundang-undangan.
dari wakil masyarakat Indonesia. Paragraf 5
(3) Anggota PPLN diangkat dan diberhentikan oleh KPPSLN
KPU atas usul Kepala Perwakilan Republik Indonesia Pasal 67
sesuai dengan wilayah kerjanya. (1) Anggota KPPSLN paling sedikit 3 (tiga) orang dan
(4) Susunan keanggotaan PPLN terdiri atas seorang paling banyak 7 (tujuh) orang yang memenuhi
ketua merangkap anggota dan anggota. syarat berdasarkan Undang-Undang ini.
Pasal 64 (2) Anggota KPPSLN diangkat dan diberhentikan oleh
PPLN bertugas: ketua PPLN atas nama Ketua KPU.
a. mengumumkan daftar pemilih sementara, (3) Pengangkatan dan pemberhentian anggota
melakukan perbaikan data pemilih atas dasar KPPSLN wajib dilaporkan kepada KPU.
masukan dari (4) Susunan keanggotaan KPPSLN terdiri atas
masyarakat Indonesia di luar negeri, mengumumkan seorang ketua merangkap anggota dan anggota.
daftar pemilih hasil perbaikan, serta menetapkan Pasal 68
daftar pemilih tetap; KPPSLN bertugas:
b. menyampaikan daftar pemilih Warga Negara a. mengumumkan daftar pemilih tetap di TPSLN;
Republik Indonesia kepada KPU; b. menyerahkan daftar pemilih tetap kepada saksi
c. melaksanakan tahapan Penyelenggaraan Pemilu Peserta Pemilu yang hadir dan Panwaslu LN dan
yang telah ditetapkan oleh KPU; dalam hal Peserta Pemilu tidak memiliki saksi, daftar
d. melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara pemilih tetap diserahkan kepada Peserta Pemilu;
dan seluruh TPSLN dalam wilayah kerjanya; c. melaksanakan pemungutan dan penghitungan
suara di TPSLN;
d. membuat berita acara pemungutan dan f. berdomisili dalam wilayah kerja PPK, PPS, KPPS,
penghitungan suara serta membuat sertifikat PPLN, dan KPPSLN;
penghitungan 29 /283
suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi
Peserta Pemilu, Panwaslu LN, dan KPU melalui g. mampu secara jasmani, rohani, dan bebas dari
28 /283 penyalahgunaan narkotika;
h. berpendidikan paling rendah sekolah menengah
PPSLN; atas atau sederajat; dan
e. menyampaikan surat undangan atau i. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan
pemberitahuan kepada pemilih sesuai dengan daftar pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
pemilih hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
tetap untuk menggunakan hak pilihnya di TPSLN; diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun
f. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh KPU; atau lebih.
dan Paragraf 7
g. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan Sumpah Janji
peraturan perundang-undangan. Pasal 73
Pasal 69 (1) Sebelum menjalankan tugas, anggota PPK, PPS,
KPPSLN berwenang: KPPS, PPLN, KPPSLN, mengucapkan
a. mengumumkan hasil penghitungan suara di sumpah/janji.
TPSLN; (2) Sumpah/janji anggota PPK, PPS, KPPS, PPLN,
b. melaksanakan wewenang lain yang diberikan oleh KPPSLN sebagai berikut:
KPU; dan "Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji:
c. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan Bahwa saya akan memenuhi tugas dan kewajiban
ketentuan peraturan perundang-undangan. saya sebagai anggota Panitia Pemilihan
Pasal 70 Kecamatan/Panitia Pemungutan Suara/Kelompok
KPPSLN berkewajiban: Penyelenggara Pemungutan Suara/Panitia
a. menindaklanjuti dengan segera temuan dan Pemilihan Luar Negara/Kelompok Penyelenggara
laporan yang disampaikan oleh saksi, Panwaslu LN, Pemungutan Suara Luar Negeri dengan
Peserta Pemilu, dan masyarakat pada hari sebaikbaiknya
pemungutan suara; sesuai dengan peraturan perundang-undangan
b. mengamankan kotak suara setelah penghitungan dengan berpedoman pada Pancasila dan
suara; Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
c. menyerahkan hasil penghitungan suara dan Tahun 1945.
sertifikat hasil penghitungan suara kepada PPLN; Bahwa saya dalam menjalankan tugas dan
d. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh wewenang akan bekerja dengan sungguh-sungguh,
KPU; dan jujur,
e. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan adil, dan cermat demi suksesnya Pemilihan Umum
ketentuan peraturan perundang-undangan. anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Pasal 71 Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden
Ketentuan lebih lanjut mengenai uraian tugas dan tata serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, tegaknya
kerja PPK, PPS, PPLN, KPPS, dan KPPSLN diatur demokrasi dan keadilan, serta mengutamakan
dalam Peraturan KPU. kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Paragraf 6 daripada kepentingan pribadi atau golongan."
Persyaratan Paragraf 8
Pasal 72 Pemberhentian
Syarat untuk menjadi anggota PPK, PPS, KPPS, Pasal 74
PPLN, dan KPPSLN meliputi: (1) Anggota PPK, PPS, KPPS, PPLN, dan KPPSLN
a. Warga Negara Indonesia; diberhentikan dengan tidak hormat apabila:
b. berusia paling rendah 17 (tujuh belas) tahun; a. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota PPK,
c. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, PPS, KPPS, PPLN, dan KPPSLN;
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia b. melanggar sumpah/janji jabatan dan/atau kode etik;
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, c. tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajiban
Bhinneka Tunggal Ika, dan cita-cita Proklamasi 17 tanpa alasan yang sah;
Agustus 1945; d. dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
d. mempunyai integritas, pribadi yang kuat, jujur, dan yang telah memperoleh kekuatan hukum
adil; tetap karena melakukan tindak pidana Pemilu
e. tidak menjadi anggota partai politik yang dinyatakan dan/atau tindak pidana lainnya;
dengan surat pernyataan yang sah atau e. tidak menghadiri rapat pleno yang menjadi tugas
sekurang-kurangnya dalam waktu 5 (lima) tahun tidak dan kewajibannya tanpa alasan yang jelas;
lagi menjadi anggota partai politik yang atau
dibuktikan dengan surat keterangan dari pengurus f. melakukan perbuatan yang terbukti menghambat
partai politik yang bersangkutan; PPK, PPS, KPPS, PPLN, dan KPPSLN dalam
mengambil keputusan dan penetapan sebagaimana Kesekretariatan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Paragraf 1
(2) Pemberhentian anggota PPK, PPS, dan KPPS Susunan
yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana Pasal 77
dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf Untuk mendukung kelancaran tugas dan wewenang
e, dan/atau huruf f didahului dengan verifikasi KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota,
oleh KPU Kabupaten/Kota. dibentuk
(3) Pemberhentian anggota PPLN dan KPPSLN yang Sekretariat Jenderal KPU, sekretariat KPU Provinsi,
telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dan sekretariat KPU. Kabupaten/Kota.
30 /283 31 /283

pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, Pasal 78


dan/atau huruf f didahului dengan verifikasi oleh KPU. (1) Sekretariat Jenderal KPU, sekretariat KPU
(4) Dalam hal rapat pleno KPU Kabupaten/Kota Provinsi, dan sekretariat KPU Kabupaten/Kota bersifat
memutus pemberhentian anggota sebagaimana hierarkis.
dimaksud pada ayat (2), anggota yang bersangkutan (2) Pegawai KPU, sekretariat KPU Provinsi, dan
diberhentikan sementara sebagai PPK, PPS, sekretariat KPU Kabupaten/Kota berada dalam satu
dan KPPS sampai dengan diterbitkannya keputusan kesatuan manajemen kepegawaian.
pemberhentian. Pasal 79
(5) Dalam hal rapat pleno KPU memutus (1) Sekretariat Jenderal KPU dipimpin oleh seorang
pemberhentian anggota sebagaimana dimaksud pada Sekretaris Jenderal, yang dibantu oleh paling banyak
ayat (3), 3 (tiga) deputi dan 1 (satu) Inspektur Utama.
anggota yang bersangkutan diberhentikan sementara (2) Sekretaris Jenderal KPU, deputi, dan Inspektur
sebagai anggota PPLN dan KPPSLN sampai Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan diterbitkannya keputusan pemberhentian. merupakan aparatur sipil negara dengan jabatan
Bagian Kesembilan pimpinan tinggi madya.
Peraturan dan Keputusan KPU (3) Sekretaris Jenderal KPU, deputi, dan Inspektur
Pasal 75 Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat
(1) Untuk menyelenggarakan Pemilu sebagaimana dan diberhentikan oleh Presiden atas usulan KPU.
diatur dalam Undang-Undang ini, KPU membentuk (4) Sekretaris Jenderal KPU bertanggung jawab
Peraturan KPU dan keputusan KPU. kepada Ketua KPU.
(2) Peraturan KPU sebagaimana dimaksud pada ayat (5) Deputi dan Inspektur Utama bertanggung jawab
(1) merupakan pelaksanaan peraturan kepada Ketua KPU melalui Sekretaris Jenderal KPU.
perundangundangan. Pasal 80
(3) Untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya, (1) Sekretariat KPU Provinsi dipimpin oleh sekretaris
KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dapat KPU Provinsi.
menetapkan keputusan dengan berpedoman pada (2) Sekretaris KPU Provinsi sebagaimana dimaksud
keputusan KPU dan Peraturan KPU. pada ayat (1) merupakan aparatur sipil negara yang
(4) Dalam hal KPU membentuk Peraturan KPU yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan
berkaitan dengan pelaksanaan tahapan Pemilu, peraturan perundang-undangan.
KPU wajib berkonsultasi dengan DPR dan (3) Sekretaris KPU Provinsi diangkat dan
Pemerintah melalui rapat dengar pendapat. diberhentikan oleh Sekretaris Jenderal KPU sesuai
Pasal 76 dengan
(1) Dalam hal Peraturan KPU diduga bertentangan ketentuan peraturan perundang-undangan.
dengan Undang-Undang ini, pengujiannya dilakukan (4) Sekretaris KPU Provinsi secara administratif
oleh. Mahkamah Agung. bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal KPU
(2) Bawaslu dan/atau pihak yang dirugikan atas dan
berlakunya Peraturan KPU berhak menjadi pemohon secara fungsional bertanggung jawab kepada ketua
untuk mengajukan pengujian kepada Mahkamah KPU Provinsi.
Agung sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 81
(3) Permohonan pengujian sebagaimana dimaksud (1) Sekretariat KPU Kabupaten/Kota dipimpin oleh
pada ayat (2) diajukan kepada Mahkamah Agung sekretaris KPU Kabupaten /Kota.
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak (2) Sekretaris KPU Kabupaten/Kota sebagaimana
Peraturan KPU diundangkan. dimaksud pada ayat (1) merupakan aparatur sipil
(4) Mahkamah Agung memutus penyelesaian negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan
pengujian Peraturan KPU sebagaimana dimaksud ketentuan peraturan perundang-undangan.
pada (3) Sekretaris KPU Kabupaten/Kota diangkat dan
ayat (3) paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diberhentikan oleh Sekretaris Jenderal KPU sesuai
permohonan diterima oleh Mahkamah Agung. dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Pengujian Peraturan KPU oleh Mahkamah Agung, (4) Sekretaris KPU Kabupaten/Kota secara
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan administratif bertanggung jawab kepada Sekretaris
perundang-undangan. KPU
Bagian Kesepuluh
Provinsi dan secara fungsional bertanggung jawab Jenderal KPU, sekretariat KPU Provinsi, dan
kepada ketua KPU Kabupaten/Kota. sekretariat KPU Kabupaten/Kota, yang nyatanyata
Pasal 82 melakukan tindakan yang mengakibatkan
Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi, tugas, terganggunya tahapan Penyelenggaraan
fungsi, wewenang dan tata kerja Sekretariat Jenderal Pemilu yang sedang berlangsung berdasarkan
KPU, sekretariat KPU Provinsi, dan sekretariat KPU putusan Bawaslu dan/atau berdasarkan
Kabupaten/Kota diatur dengan Peraturan Presiden. ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 83 (3) Sekretariat Jenderal KPU berkewajiban:
Di lingkungan Sekretariat Jenderal KPU, sekretariat a. menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan;
KPU Provinsi, dan sekretariat KPU Kabupaten/Kota b. memelihara arsip dan dokumen Pemilu; dan
dapat ditetapkan jabatan fungsional tertentu yang c. mengelola barang inventaris KPU.
jumlah dan jenisnya sesuai dengan ketentuan 33 /283
peraturan
32 /283 (4) Sekretariat Jenderal KPU bertanggung jawab
dalam hal administrasi keuangan serta pengadaan
perundang-undangan. barang dan jasa berdasarkan peraturan perundang-
Pasal 84 undangan.
Pengisian jabatan dalam struktur organisasi Pasal 87
Sekretariat Jenderal KPU, sekretariat KPU Provinsi, (1) Sekretariat KPU Provinsi bertugas:
dan a. membantu penyusunan program dan anggaran
sekretariat KPU Kabupaten/Kota ditetapkan dengan Pemilu;
keputusan Sekretaris Jenderal KPU. b. memberikan dukungan teknis administratif;
Paragraf 2 c. membantu pelaksanaan tugas KPU Provinsi dalam
Tugas dan Wewenang menyelenggarakan Pemilu;
Pasal 85 d. membantu pendistribusian perlengkapan
Sekretariat Jenderal KPU, sekretariat KPU Provinsi, Penyelenggaraan Pemilu anggota DPR, DPD,
dan sekretariat KPU Kabupaten/Kota masing-masing Presiden dan Wakil Presiden, serta DPRD;
mendukung dan memfasilitasi KPU, KPU Provinsi, e. membantu perumusan dan penyusunan rancangan
dan KPU Kabupaten/Kota. keputusan KPU Provinsi;
Pasal 86 f. membantu penyusunan laporan penyelenggaraan
(1) Sekretariat Jenderal KPU bertugas: kegiatan dan pertanggungjawaban KPU
a. membantu penyusunan program dan anggaran Provinsi; dan
Pemilu; g. membantu pelaksanaan tugas lainnya sesuai
b. memberikan dukungan teknis administratif dan dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
membantu pelaksanaan tugas KPU dalam (2) Sekretariat KPU Provinsi berwenang:
menyelenggarakan Pemilu; a. mengadakan dan mendistribusikan perlengkapan
c. membantu perumusan dan penyusunan rancangan Penyelenggaraan Pemilu berdasarkan norma,
peraturan dan keputusan KPU; standar, prosedur, dan kebutuhan yang ditetapkan
d. memberikan bantuan hukum dan memfasilitasi oleh KPU;
penyelesaian sengketa Pemilu; b. mengadakan perlengkapan Penyelenggaraan
e. membantu penyusunan laporan penyelenggaraan Pemilu sebagaimana dimaksud pada huruf a
kegiatan dan pertanggungjawaban KPU; sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
f. membantu pelaksanaan sistem pengendalian undangan; dan
internal; dan c. memberikan layanan administrasi, ketatausahaan,
g. membantu pelaksanaan tugas-tugas lain sesuai dan kepegawaian sesuai dengan ketentuan
dengan ketentuan peraturan perundangundangan. peraturan perundang-undangan.
(2) Sekretariat Jenderal KPU berwenang: (3) Sekretariat KPU Provinsi berkewajiban:
a. mengadakan dan mendistribusikan perlengkapan a. menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan;
Penyelenggaraan Pemilu berdasarkan norma, b. memelihara arsip dan dokumen Pemilu; dan
standar, prosedur, dan kebutuhan yang ditetapkan c. mengelola barang inventaris KPU Provinsi.
oleh KPU; (4) Sekretariat KPU Provinsi bertanggung jawab
b. mengadakan perlengkapan Penyelenggaraan dalam hal administrasi keuangan serta pengadaan
Pemilu sebagaimana dimaksud pada huruf a barang dan jasa berdasarkan ketentuan peraturan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- perundang-undangan.
undangan; Pasal 88
c. mengangkat tenaga pakar/ahli berdasarkan (1) Sekretariat KPU Kabupaten/Kota bertugas:
kebutuhan atas persetujuan KPU; a. membantu penyusunan program dan anggaran
d. memberikan layanan administrasi, ketatausahaan, Pemilu;
dan kepegawaian sesuai dengan ketentuan b. memberikan dukungan teknis administratif;
peraturan perundang-undangan; dan c. membantu pelaksanaan tugas KPU
e. menjatuhkan sanksi administratif dan/atau Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan Pemilu;
menonaktifkan sementara pegawai Sekretariat d. membantu pendistribusian perlengkapan
Penyelenggaraan Pemilu anggota DPR, DPD,
Presiden dan Wakil Presiden, serta DPRD; bulan sebelum tahapan pertama Penyelenggaraan
e. membantu perumusan dan penyusunan rancangan Pemilu dimulai dan berakhir paling lambat 2 (dua)
keputusan KPU Kabupaten/Kota; bulan setelah seluruh tahapan Penyelenggaraan
f. membantu penyusunan laporan penyelenggaraan Pemilu selesai.
kegiatan dan pertanggungjawaban KPU (2) Pengawas TPS dibentuk paling lambat 23 (dua
Kabupaten/Kota; dan puluh tiga) hari sebelum hari pemungutan suara dan
g. membantu pelaksanaan tugas-tugas lainnya sesuai dibubarkan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah hari
dengan ketentuan peraturan perundangundangan. pemungutan suara.
34 /283 Bagian Kedua
Kedudukan, Susunan, dan Keanggotaan
(2) Sekretariat KPU Kabupaten/Kota berwenang: Pasal 91
a. mengadakan dan mendistribusikan perlengkapan (1) Bawaslu berkedudukan di ibu kota. negara.
Penyelenggaraan Pemilu berdasarkan norma, (2) Bawaslu Provinsi berkedudukan di ibu kota
standar, prosedur, dan kebutuhan yang ditetapkan provinsi.
oleh KPU; (3) Bawaslu Kabupaten /Kota berkedudukan di ibu
b. mengadakan perlengkapan Penyelenggaraan kota kabupaten/kota.
Pemilu sebagaimana dimaksud pada huruf a (4) Panwaslu Kecamatan berkedudukan di
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- kecamatan.
undangan; dan (5) Panwaslu Kelurahan/Desa berkedudukan di
c. memberikan layanan administrasi, ketatausahaan, kelurahan/desa.
dan kepegawaian sesuai dengan ketentuan (6) Panwaslu LN berkedudukan di kantor perwakilan
peraturan perundang-undangan. Republik Indonesia.
(3) Sekretariat KPU Kabupaten/Kota berkewajiban: (7) Pengawas TPS berkedudukan di setiap TPS.
a. menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan; Pasal 92
b. memelihara arsip dan dokumen Pemilu; dan (1) Keanggotaan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan
c. mengelola barang inventaris KPU Kabupaten/Kota. Bawaslu Kabupaten/Kota terdiri atas individu yang
(4) Sekretariat KPU Kabupaten/Kota bertanggung memiliki tugas pengawasan Penyelenggaraan Pemilu.
jawab dalam hal administrasi keuangan serta (2) Jumlah anggota:
pengadaan barang dan jasa berdasarkan ketentuan a. Bawaslu sebanyak 5 (lima) orang;
peraturan perundang-undangan. b. Bawaslu Provinsi sebanyak 5 (lima) atau 7 (tujuh)
BAB II orang;
PENGAWAS PEMILU c. Bawaslu Kabupaten/Kota sebanyak 3 (tiga) atau 5
Bagian Kesatu (lima) orang; dan
Umum d. Panwaslu Kecamatan sebanyak 3 (tiga) orang.
Pasal 89 (3) Jumlah anggota Bawaslu Provinsi dan Bawaslu
(1) Pengawasan Penyelenggaraan Pemilu dilakukan Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat
oleh Bawaslu. (2) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
(2) Bawaslu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagian tidak terpisahkan dan Undang-Undang ini.
terdiri atas: (4) Jumlah anggota Panwaslu Kelurahan/Desa di
a. Bawaslu; setiap kelurahan/desa sebanyak 1 (satu) orang.
b. Bawaslu Provinsi; (5) Jumlah anggota Panwaslu LN berjumlah 3 (tiga)
c. Bawaslu Kabupaten/Kota; orang.
d. Panwaslu Kecamatan; (6) Pengawas TPS berjumlah 1 (satu) orang setiap
e. Panwaslu Kelurahan/Desa; TPS.
f. Panwaslu LN; dan (7) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
g. Pengawas TPS. Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, dan
(3) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Panwaslu LN terdiri
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu atas seorang ketua merangkap anggota dan anggota.
Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, Pengawas TPS (8) Ketua Bawaslu dipilih dari dan oleh anggota
bersifat hierarkis, termasuk Bawaslu Provinsi dan Bawaslu.
Bawaslu Kabupaten/Kota pada satuan pemerintahan (9) Ketua Bawaslu Provinsi, ketua Bawaslu
daerah yang bersifat khusus atau istimewa yang Kabupaten/Kota, ketua Panwaslu Kecamatan, dan
diatur dengan undang-undang. ketua
(4) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Panwaslu LN dipilih dari dan oleh anggota.
Kabupaten/Kota bersifat tetap. (10) Setiap anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
(5) Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Bawaslu Kabupaten/Kota, ketua Panwaslu
Panwaslu LN, dan Pengawas TPS, sebagaimana Kecamatan,
dimaksud pada ayat (1) bersifat ad hoc. dan ketua Panwaslu LN mempunyai hak suara yang
Pasal 90 sama.
(1) Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, (11) Komposisi keanggotaan Bawaslu, Bawaslu
dan Panwaslu LN dibentuk paling lambat 1 (satu) Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
35 /283
memperhatikan
keterwakilan perempuan paling sedikit 30% (tiga netralitas anggota Kepolisian Republik Indonesia;
puluh persen). g. mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan, yang
(12) Jabatan Ketua dan anggota Bawaslu, ketua dan terdiri atas:
anggota Bawaslu Provinsi, ketua dan anggota 1. putusan DKPP;
36 /283 2. putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan
sengketa Pemilu;
Bawaslu Kabupaten/Kota terhitung sejak pengucapan 3. putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan
sumpah/janji. Bawaslu Kabupaten/Kota;
(13) Masa jabatan keanggotaan Bawaslu, Bawaslu 4. keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota adalah selama 5 Kabupaten/Kota; dan
(lima) tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali 5. keputusan pejabat yang berwenang atas
hanya untuk satu kali masa jabatan pada tingkatan pelanggaran netralitas aparatur sipil negara, netralitas
yang sama. anggota Tentara Nasional Indonesia, dan netralitas
Bagian Ketiga anggota Kepolisian Republik Indonesia;
Tugas, Wewenang, dan Kewajiban h. menyampaikan dugaan pelanggaran kode etik
Paragraf 1 Penyelenggara Pemilu kepada DKPP;
Bawaslu i. menyampaikan dugaan tindak pidana Pemilu
Pasal 93 kepada Gakkumdu;
Bawaslu bertugas: j. mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta
a. menyusun standar tata laksana pengawasan melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal
Penyelenggaraan Pemilu untuk pengawas Pemilu di retensi arsip sesuai dengan ketentuan peraturan
setiap tingkatan; perundang-undangan;
b. melakukan pencegahan dan penindakan terhadap: k. mengevaluasi pengawasan Pemilu;
1. pelanggaran Pemilu; dan l. mengawasi pelaksanaan Peraturan KPU; dan
2. sengketa proses Pemilu; m. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan
c. mengawasi persiapan Penyelenggaraan Pemilu, peraturan perundang-undangan.
yang terdiri atas: Pasal 94
1. perencanaan dan penetapan jadwal tahapan (1) Dalam melakukan pencegahan pelanggaran
Pemilu; Pemilu dan pencegahan sengketa proses Pemilu
2. perencanaan pengadaan logistik oleh KPU; sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 huruf b,
3. sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu; dan Bawaslu bertugas:
4. pelaksanaan persiapan lainnya dalam a. mengidentifikasi dan memetakan potensi
Penyelenggaraan Pemilu sesuai dengan ketentuan kerawanan serta pelanggaran Pemilu;
peraturan perundang-undangan; b. mengoordinasikan, menyupervisi, membimbing,
d. mengawasi pelaksanaan tahapan memantau, dan mengevaluasi
Penyelenggaraan Pemilu, yang terdiri atas: Penyelenggaraan Pemilu;
1. pemutakhiran data pemilih dan penetapan daftar c. berkoordinasi dengan instansi pemerintah terkait;
pemilih sementara serta daftar pemilih tetap; dan
2. penataan dan penetapan daerah pemilihan DPRD d. meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
kabupaten/kota; pengawasan Pemilu.
3. penetapan Peserta Pemilu; (2) Dalam melakukan penindakan pelanggaran
4. pencalonan sampai dengan penetapan Pasangan Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 huruf
Calon, calon anggota DPR, calon anggota b,
DPD, dan calon anggota DPRD sesuai dengan Bawaslu bertugas:
ketentuan peraturan perundang-undangan; a. menerima, memeriksa dan mengkaji dugaan
5. pelaksanaan kampanye dan dana. kampanye; pelanggaran Pemilu;
6. pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya; b. menginvestigasi dugaan pelanggaran Pemilu;
7. pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan c. menentukan dugaan pelanggaran administrasi
suara hasil Pemilu di TPS; Pemilu, dugaan pelanggaran kode etik
8. pergerakan surat suara, berita acara penghitungan Penyelenggara dan/atau dugaan tindak pidana
suara, dan sertifikat hasil penghitungan Pemilu; dan
suara dan tingkat TPS sampai ke PPK; d. memutus pelanggaran administrasi Pemilu.
9. rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di (3) Dalam melakukan penindakan sengketa proses
PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 huruf
dan KPU; b, Bawaslu bertugas:
10. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan a. menerima permohonan penyelesaian sengketa
suara ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan; proses Pemilu;
dan b. memverifikasi secara formal dan material
11. penetapan hasil Pemilu; permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu;
37 /283
c. melakukan mediasi antarpihak yang bersengketa;
e. mencegah terjadinya praktik politik uang; d. melakukan proses adjudikasi sengketa proses
f. mengawasi netralitas aparatur sipil negara, Pemilu; dan
netralitas anggota Tentara Nasional Indonesia, dan e. memutus penyelesaian sengketa proses Pemilu.
38 /283 Paragraf 2
Bawaslu Provinsi
Pasal 95 Pasal 97
Bawaslu berwenang: 39 /283
a. menerima dan menindaklanjuti laporan yang
berkaitan dengan dugaan adanya pelanggaran Bawaslu Provinsi bertugas:
terhadap a. melakukan pencegahan dan penindakan di wilayah
pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang provinsi terhadap:
mengatur mengenai Pemilu; 1. pelanggaran Pemilu; dan
b. memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran 2. sengketa proses Pemilu;
administrasi Pemilu; b. mengawasi pelaksanaan tahapan
c. memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran Penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi, yang
politik uang; terdiri atas:
d. menerima, memeriksa, memediasi atau 1. pelaksanaan verifikasi partai politik calon peserta
mengadjudikasi, dan memutus penyelesaian sengketa Pemilu;
proses 2. pemutakhiran data pemilih, penetapan daftar
Pemilu; pemilih sementara dan daftar pemilih tetap;
e. merekomendasikan kepada instansi yang 3. pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan
bersangkutan mengenai hasil pengawasan terhadap dan tata cara pencalonan anggota DPRD
netralitas aparatur sipil negara, netralitas anggota provinsi;
Tentara Nasional Indonesia, dan netralitas anggota 4. penetapan calon anggota DPD dan calon anggota
Kepolisian Republik Indonesia; DPRD provinsi;
f. mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan 5. pelaksanaan kampanye dan dana kampanye;
kewajiban Bawaslu Provinsi dan Bawaslu 6. pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;
Kabupaten/Kota secara berjenjang jika Bawaslu 7. pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan
Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota berhalangan suara hasil Pemilu;
sementara akibat dikenai sanksi atau akibat lainnya 8. penghitungan suara di wilayah kerjanya;
sesuai dengan ketentuan peraturan 9. pergerakan surat suara, berita acara penghitungan
perundangundangan; suara, dan sertifikat basil penghitungan
g. meminta bahan keterangan yang dibutuhkan suara dari TPS sampai ke PPK;
kepada pihak terkait dalam rangka pencegahan dan 10. rekapitulasi suara dari semua kabupaten/kota
penindakan pelanggaran administrasi, pelanggaran yang dilakukan oleh KPU Provinsi;
kode etik, dugaan tindak pidana Pemilu, dan 11. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan
sengketa proses Pemilu; suara ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan;
h. mengoreksi putusan dan rekomendasi Bawaslu dan
Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota apabila 12. penetapan hasil Pemilu anggota DPRD provinsi;
terdapat hal yang bertentangan dengan ketentuan c. mencegah terjadinya praktik politik uang di wilayah
peraturan perundang-undangan; provinsi;
i. membentuk Bawaslu Provinsi, Bawaslu d. mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang
Kabupaten/Kota, dan Panwaslu LN; ikut serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana
j. mengangkat, membina, dan memberhentikan diatur dalam Undang-Undang ini;
anggota Bawaslu Provinsi, anggota Bawaslu e. mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan di
Kabupaten/Kota, dan anggota Panwaslu LN; dan wilayah. provinsi, yang terdiri atas:
k. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan 1. putusan DKPP;
ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan
Pasal 96 sengketa Pemilu;
Bawaslu berkewajiban: 3. putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan
a. bersikap adil dalam menjalankan tugas dan Bawaslu Kabupaten /Kota;
wewenang; 4. keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU
b. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Kabupaten/Kota; dan
pelaksanaan tugas Pengawas Pemilu pada semua 5. keputusan pejabat yang berwenang atas
tingkatan; pelanggaran netralitas semua pihak yang dilarang ikut
c. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana diatur
Presiden dan DPR sesuai dengan tahapan Pemilu dalam Undang-Undang ini;
secara periodik dan/atau berdasarkan kebutuhan; f. mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta
d. mengawasi pemutakhiran dan pemeliharaan data melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal
pemilih secara berkelanjutan yang dilakukan oleh retensi arsip sesuai dengan ketentuan peraturan
KPU dengan memperhatikan data kependudukan perundang undangan;
sesuai dengan ketentuan peraturan g. mengawasi pelaksanaan sosialisasi
perundangundangan; Penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi;
dan h. mengevaluasi pengawasan Pemilu di wilayah
e. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan provinsi; dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
i. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan c. menerima, memeriksa, memediasi atau
peraturan perundang-undangan. mengadjudikasi, dan memutus penyelesaian sengketa
Pasal 98 proses
(1) Dalam melakukan pencegahan pelanggaran Pemilu di wilayah provinsi;
Pemilu dan pencegahan sengketa proses Pemilu d. merekomendasikan hasil pengawasan di wilayah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 huruf a, provinsi terhadap pelanggaran netralitas semua
Bawaslu Provinsi bertugas: pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan
a. mengidentifikasi dan memetakan potensi kampanye sebagaimana diatur dalam Undang-
pelanggaran Pemilu di wilayah provinsi; Undang
40 /283 ini;
e. mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan
b. mengoordinasikan, menyupervisi, membimbing, kewajiban Bawaslu Kabupaten/Kota setelah
memantau, dan mengevaluasi mendapatkan pertimbangan Bawaslu apabila Bawaslu
Penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi; Kabupaten/Kota berhalangan sementara akibat
c. melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah dikenai sanksi atau akibat lainnya sesuai dengan
dan pemerintah daerah terkait; dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. meningkatkan partisipasi masyarakat dalam f. meminta bahan keterangan yang dibutuhkan
pengawasan Pemilu di wilayah provinsi. kepada pihak yang berkaitan dalam rangka
(2) Dalam melakukan penindakan pelanggaran pencegahan
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 huruf dan penindakan pelanggaran Pemilu dan sengketa
a, proses Pemilu di wilayah provinsi;
Bawaslu Provinsi bertugas: g. mengoreksi rekomendasi Bawaslu Kabupaten/Kota
a. menyampaikan hasil pengawasan di wilayah setelah mendapatkan pertimbangan Bawaslu
provinsi kepada Bawaslu atas dugaan apabila terdapat hal yang bertentangan dengan
pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
dan/atau dugaan tindak pidana Pemilu di wilayah h. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan
provinsi; ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. menginvestigasi informasi awal atas dugaan 41 /283
pelanggaran Pemilu di wilayah provinsi;
c. memeriksa dan mengkaji dugaan pelanggaran Pasal 100
Pemilu di wilayah provinsi; Bawaslu Provinsi berkewajiban:
d. memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran a. bersikap adil dalam menjalankan tugas dan
administrasi Pemilu; dan wewenangnya;
e. merekomendasikan tindak lanjut pengawasan atas b. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelanggaran Pemilu di wilayah provinsi pelaksanaan tugas pengawas Pemilu pada
kepada Bawaslu. tingkatan di bawahnya;
(3) Dalam melakukan penindakan sengketa proses c. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 huruf Bawaslu sesuai dengan tahapan Pemilu secara
a, Bawaslu Provinsi bertugas: periodik dan/atau berdasarkan kebutuhan;
a. menerima permohonan penyelesaian sengketa d. menyampaikan temuan dan laporan kepada
proses Pemilu di wilayah provinsi; Bawaslu berkaitan dengan dugaan pelanggaran yang
b. memverifikasi secara formal dan materiel dilakukan oleh KPU Provinsi yang mengakibatkan
permohonan sengketa proses Pemilu di wilayah terganggunya penyelenggaraan tahapan Pemilu di
provinsi; tingkat provinsi;
c. melakukan mediasi antarpihak yang bersengketa di e. mengawasi pemutakhiran dan pemeliharaan data
wilayah provinsi; pemilih secara berkelanjutan yang dilakukan oleh
d. melakukan proses adjudikasi sengketa proses KPU Provinsi dengan memperhatikan data
Pemilu di wilayah provinsi apabila mediasi belum kependudukan sesuai dengan ketentuan peraturan
menyelesaikan sengketa proses Pemilu; dan perundang-undangan; dan
e. memutus penyelesaian sengketa proses Pemilu di f. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan
wilayah provinsi. ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 99 Paragraf 3
Bawaslu Provinsi berwenang: Bawaslu Kabupaten/Kota
a. menerima dan menindaklanjuti laporan yang Pasal 101
berkaitan dengan dugaan pelanggaran terhadap Bawaslu Kabupaten/Kota bertugas:
pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang a. melakukan pencegahan dan penindakan di wilayah
mengatur mengenai Pemilu; kabupaten/kota terhadap:
b. memeriksa dan mengkaji pelanggaran Pemilu di 1. pelanggaran Pemilu; dan
wilayah provinsi serta merekomendasikan hasil 2. sengketa proses Pemilu;
pemeriksaan dan pengkajiannya kepada pihak-pihak b. mengawasi pelaksanaan tahapan
yang diatur dalam Undang-Undang ini; Penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota,
yang terdiri
atas:
1. pemutakhiran data pemilih, penetapan daftar c. melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah
pemilih sementara dan daftar pemilih tetap; dan pemerintah daerah terkait; dan
2. pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan d. meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
dan tata cara pencalonan anggota DPRD pengawasan Pemilu di wilayah kabupaten/kota.
kabupaten/kota; (2) Dalam melakukan penindakan pelanggaran
3. penetapan calon anggota DPRD kabupaten/kota; Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101
4. pelaksanaan kampanye dan dana kampanye; huruf a,
5. pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya; Bawaslu. Kabupaten/Kota bertugas:
6. pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan a. menyampaikan hasil pengawasan di wilayah
suara hasil Pemilu; kabupaten/kota kepada Bawaslu melalui Bawaslu
7. pengawasan seluruh proses penghitungan suara di Provinsi atas dugaan pelanggaran kode etik
wilayah kerjanya; Penyelenggara Pemilu dan/atau dugaan tindak
8. pergerakan surat suara, berita acara penghitungan pidana Pemilu di wilayah kabupaten/kota;
suara, dan sertifikat hasil penghitungan b. menginvestigasi informasi awal atas dugaan
suara dan tingkat TPS sampai ke PPK; pelanggaran Pemilu di wilayah kabupaten/kota;
9. proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU c. memeriksa dan mengkaji dugaan pelanggaran
Kabupaten/Kota dan seluruh kecamatan; Pemilu di wilayah kabupaten/kota;
10. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan d. memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran
suara ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan; administrasi Pemilu; dan
dan e. merekomendasikan tindak lanjut pengawasan atas
11. proses penetapan hasil Pemilu anggota DPRD pelanggaran Pemilu di wilayah
kabupaten /kota; kabupaten/kota kepada Bawaslu melalui Bawaslu
c. mencegah terjadinya praktik politik uang di wilayah Provinsi.
kabupaten/kota; (3) Dalam melakukan penindakan sengketa proses
42 /283 Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101
huruf a, Bawaslu Kabupaten/Kota bertugas:
d. mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang a. menerima permohonan penyelesaian sengketa
ikut serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana proses Pemilu di wilayah kabupaten/kota;
diatur dalam Undang-Undang ini; b. memverifikasi secara formal dan materiel
e. mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan di permohonan sengketa proses Pemilu di wilayah
wilayah kabupaten/kota, yang terdiri atas: kabupaten/kota;
1. putusan DKPP; c. melakukan mediasi antarpihak yang bersengketa di
2. putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan wilayah kabupaten/kota;
sengketa Pemilu; d. melakukan proses adjudikasi sengketa proses
3. putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Pemilu di wilayah kabupaten/kota apabila
Bawaslu Kabupaten/Kota; mediasi belum menyelesaikan sengketa proses
4. keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Pemilu; dan
Kabupaten/Kota; dan 43 /283
5. keputusan pejabat yang berwenang atas
pelanggaran netralitas semua pihak yang dilarang ikut e. memutus penyelesaian sengketa proses Pemilu di
serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana diatur wilayah kabupaten/kota.
di dalam Undang-Undang ini; Pasal 103
f. mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta Bawaslu Kabupaten/Kota berwenang:
melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal a. menerima dan menindaklanjuti laporan yang
retensi arsip sesuai dengan ketentuan peraturan berkaitan dengan dugaan pelanggaran terhadap
perundang-undangan; pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang
g. mengawasi pelaksanaan sosialisasi mengatur mengenai Pemilu;
Penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota; b. memeriksa dan mengkaji pelanggaran Pemilu di
h. mengevaluasi pengawasan Pemilu di wilayah wilayah kabupaten/kota serta merekomendasikan
kabupaten/kota; dan hasil pemeriksaan dan pengkajiannya kepada pihak-
i. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan pihak yang diatur dalam Undang-Undang ini;
peraturan perundang-undangan. c. menerima, memeriksa, memediasi atau
Pasal 102 mengadjudikasi, dan memutus penyelesaian sengketa
(1) Dalam melakukan pencegahan pelanggaran proses
Pemilu dan pencegahan sengketa proses Pemilu Pemilu di wilayah kabupaten/kota;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 huruf a, d. merekomendasikan kepada instansi yang
Bawaslu Kabupaten/Kota bertugas: bersangkutan mengenai hasil pengawasan di wilayah
a. mengidentifikasi dan memetakan potensi kabupaten/kota terhadap netralitas semua pihak yang
pelanggaran Pemilu di wilayah kabupaten/kota; dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye
b. mengoordinasikan, menyupervisi, membimbing, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini;
memantau, dan mengevaluasi e. mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan
Penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota; kewajiban Panwaslu Kecamatan setelah
mendapatkan pertimbangan Bawaslu Provinsi apabila 6. menginvestigasi informasi awal atas dugaan
Panwaslu Kecamatan berhalangan sementara pelanggaran Pemilu di wilayah kecamatan; dan
akibat dikenai sanksi atau akibat lainnya sesuai 7. memeriksa dan mengkaji dugaan pelanggaran
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Pemilu di wilayah kecamatan dan
f. meminta bahan keterangan yang dibutuhkan menyampaikannya kepada Bawaslu Kabupaten/Kota.
kepada pihak terkait dalam rangka pencegahan dan b. mengawasi pelaksanaan tahapan
penindakan pelanggaran Pemilu dan sengketa proses Penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan, yang
Pemilu di wilayah kabupaten/kota; terdiri atas:
g. membentuk Panwaslu Kecamatan dan mengangkat 1. pemutakhiran data pemilih, penetapan daftar
serta memberhentikan anggota Panwaslu pemilih sementara dan daftar pemilih tetap;
Kecamatan dengan memperhatikan masukan 2. pelaksanaan kampanye;
Bawaslu Provinsi; dan 3. logistik Pemilu dan pendistribusiannya;
h. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan 4. pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara
ketentuan peraturan perundang-undangan. hasil Pemilu di TPS;
Pasal 104 5. pergerakan surat suara, berita acara penghitungan
Bawaslu Kabupaten/Kota berkewajiban: suara, dan sertifikat hasil penghitungan
a. bersikap adil dalam menjalankan tugas dan suara dan TPS sampai ke PPK;
wewenangnya; 6. pengawasan rekapitulasi suara di tingkat
b. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kecamatan;
pelaksanaan tugas pengawas Pemilu pada 7. pergerakan surat tabulasi penghitungan suara dari
tingkatan di bawahnya; tingkat TPS sampai ke PPK; dan
c. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada 8. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara
Bawaslu Provinsi sesuai dengan tahapan Pemilu ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan;
secara periodik dan/atau berdasarkan kebutuhan; c. mencegah terjadinya praktik politik uang di wilayah
d. menyampaikan temuan dan laporan kepada kecamatan;
Bawaslu Provinsi berkaitan dengan dugaan d. mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang
pelanggaran ikut serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana
yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota yang diatur dalam Undang-Undang ini di wilayah
mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan kecamatan;
tahapan Pemilu di tingkat kabupaten/kota; e. mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan di
e. mengawasi pemutakhiran dan pemeliharaan data wilayah kecamatan, yang terdiri atas:
pemilih secara berkelanjutan yang dilakukan oleh 1. putusan DKPP;
KPU Kabupaten/Kota dengan memperhatikan data 2. putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan
kependudukan sesuai dengan ketentuan peraturan sengketa Pemilu;
perundang-undangan; 3. putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan
f. mengembangkan pengawasan Pemilu partisipatif; Bawaslu Kabupaten/Kota;
dan 4. keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU
g. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Kabupaten/Kota; dan
ketentuan peraturan perundang-undangan. 5. keputusan pejabat yang berwenang atas
Paragraf 4 pelanggaran netralitas semua pihak yang dilarang ikut
Panwaslu Kecamatan serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana diatur
Pasal 105 dalam Undang-Undang ini;
44 /283 f. mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta
melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal
Panwaslu Kecamatan bertugas: retensi arsip sesuai dengan ketentuan peraturan
a. melakukan pencegahan dan penindakan di wilayah perundang-undangan;
kecamatan terhadap pelanggaran Pemilu, yang g. mengawasi pelaksanaan sosialisasi
terdiri atas: Penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan;
1. mengidentifikasi dan memetakan potensi h. mengevaluasi pengawasan Pemilu di wilayah
pelanggaran Pemilu di wilayah kecamatan; kecamatan; dan
2. mengoordinasikan, menyupervisi, membimbing, i. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan
memantau, dan mengevaluasi peraturan perundang-undangan.
Penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan; 45 /283
3. melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah
daerah terkait; Pasal 106
4. meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Panwaslu Kecamatan berwenang:
pengawasan Pemilu di wilayah kecamatan; a. menerima dan menindaklanjuti laporan yang
5. menyampaikan hasil pengawasan di wilayah berkaitan dengan dugaan pelanggaran terhadap
kecamatan kepada Bawaslu melalui Bawaslu pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang
Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota atas dugaan mengatur mengenai Pemilu;
pelanggaran kode etik Penyelenggara b. memeriksa dan mengkaji pelanggaran Pemilu di
Pemilu dan/atau dugaan tindak pidana Pemilu di wilayah kecamatan serta merekomendasikan hasil
wilayah kecamatan;
pemeriksaan dan pengkajiannya kepada pihak-pihak
yang diatur dalam Undang-Undang ini; 3. pendistribusian logistik Pemilu;
c. merekomendasikan kepada instansi yang 4. pelaksanaan pemungutan suara dan proses
bersangkutan melalui Bawaslu Kabupaten/Kota penghitungan suara di setiap TPS;
mengenai 5. pengumuman hasil penghitungan suara di setiap
hasil pengawasan di wilayah kecamatan terhadap TPS;
netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta 6. pengumuman hasil penghitungan suara dan TPS
dalam kegiatan kampanye sebagaimana diatur dalam yang ditempelkan di sekretariat PPS;
Undang-Undang ini; 7. pergerakan surat suara, berita acara penghitungan
d. mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan suara, dan sertifikat hasil penghitungan
kewajiban Panwaslu Kelurahan/Desa setelah suara dari TPS sampai ke PPK;
mendapatkan pertimbangan Bawaslu 8. pergerakan surat tabulasi penghitungan suara dan
Kabupaten/Kota, jika Panwaslu Kelurahan/Desa tingkat TPS dan PPK; dan
berhalangan 9. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara
sementara akibat dikenai sanksi atau akibat lainnya ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan;
sesuai dengan ketentuan peraturan b. mencegah terjadinya praktik politik uang di wilayah
perundangundangan; kelurahan/desa;
e. meminta bahan keterangan yang dibutuhkan c. mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang
kepada pihak terkait dalam rangka pencegahan dan ikut serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana
penindakan pelanggaran Pemilu di wilayah diatur dalam Undang-Undang ini di wilayah
kecamatan; kelurahan/desa;
f. membentuk Panwaslu Kelurahan/Desa dan d. mengelola, memelihara, dan merawat arsip
mengangkat serta memberhentikan anggota berdasarkan jadwal retensi arsip sesuai dengan
Panwaslu ketentuan
Kelurahan/Desa, dengan memperhatikan masukan peraturan perundang-undangan;
Bawaslu Kabupaten/Kota; e. mengawasi pelaksanaan sosialisasi
g. mengangkat dan memberhentikan Pengawas TPS, Penyelenggaraan Pemilu di wilayah kelurahan/desa;
dengan memperhatikan masukan Panwaslu dan
Kelurahan/Desa; dan f. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan
h. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 109
Pasal 107 Panwaslu Kelurahan/Desa berwenang:
Panwaslu Kecamatan berkewajiban: a. menerima dan menyampaikan laporan mengenai
a. bersikap adil dalam menjalankan tugas dan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan
wewenangnya; peraturan perundang-undangan yang mengatur
b. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap mengenai Pemilu kepada Panwaslu Kecamatan;
pelaksanaan tugas pengawas Pemilu pada b. membantu meminta bahan keterangan yang
tingkatan di bawahnya; dibutuhkan kepada pihak terkait dalam rangka
c. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada pencegahan dan penindakan pelanggaran Pemilu;
Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai dengan tahapan dan
Pemilu secara periodik dan/atau berdasarkan c. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan
kebutuhan; ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. menyampaikan temuan dan laporan kepada Pasal 110
Bawaslu Kabupaten/Kota berkaitan dengan dugaan Panwaslu Kelurahan/Desa berkewajiban:
pelanggaran yang dilakukan oleh PPK yang a. menjalankan tugas dan wewenangnya dengan adil;
mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan b. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
tahapan pelaksanaan tugas pengawas TPS;
Pemilu di tingkat kecamatan; dan c. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada
e. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Panwaslu Kecamatan sesuai dengan tahapan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemilu secara periodik dan/atau berdasarkan
Paragraf 5 kebutuhan;
Panwaslu Kelurahan/Desa d. menyampaikan temuan dan laporan kepada
Pasal 108 Panwaslu Kecamatan mengenai dugaan pelanggaran
Panwaslu Kelurahan/Desa bertugas: yang dilakukan oleh PPS dan KPPS yang
a. mengawasi pelaksanaan tahapan mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan
Penyelenggaraan Pemilu di wilayah kelurahan/desa, tahapan
yang terdiri Pemilu di wilayah kelurahan/desa; dan
atas: e. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan
1. pelaksanaan pemutakhiran data pemilih, penetapan ketentuan peraturan perundang-undangan.
daftar pemilih sementara, daftar pemilih Paragraf 6
hasil perbaikan, dan daftar pemilih tetap; Panwaslu LN
2. pelaksanaan kampanye; Pasal 111
46 /283 Panwaslu LN bertugas:
47 /283 g. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
a. mengawasi pelaksanaan tahapan Pasal 113
Penyelenggaraan Pemilu di luar negeri, yang terdiri Panwaslu LN berkewajiban:
atas: a. menjalankan tugas dan wewenangnya dengan adil;
1. pemutakhiran data pemilih, penetapan daftar b. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada
pemilih sementara, hasil perbaikan daftar pemilih, Bawaslu sesuai dengan tahapan Pemilu secara
dan daftar pemilih tetap; periodik dan/atau berdasarkan kebutuhan;
2. pelaksanaan kampanye di luar negeri; 48 /283
3. pengawasan terhadap logistik Pemilu dan
pendistribusiannya di luar negeri; c. menyampaikan temuan dan laporan kepada
4. pelaksanaan pemungutan suara dan proses Bawaslu berkaitan dengan dugaan pelanggaran yang
penghitungan suara di setiap TPSLN; dilakukan oleh PPLN dan KPPSLN yang
5. pengawasan terhadap berita acara penghitungan mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan
suara dan sertifikat hasil penghitungan suara; tahapan
6. proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh Pemilu di luar negeri; dan
PPLN dan seluruh TPSLN; d. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan
7. pengumuman hasil penghitungan suara di setiap ketentuan peraturan perundang-undangan.
TPSLN; Paragraf 7
8. pengumuman hasil penghitungan suara dan Pengawas TPS
TPSLN yang ditempelkan di sekretariat Panwaslu Pasal 114
LN; Pengawas TPS bertugas mengawasi:
9. pergerakan surat suara dari TPSLN sampai ke a. persiapan pemungutan suara;
PPLN; dan b. pelaksanaan pemungutan suara;
10. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan c. persiapan penghitungan suara;
suara ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan; d. pelaksanaan penghitungan suara; dan
b. mencegah terjadinya praktik politik uang di luar e. pergerakan hasil penghitungan suara dari TPS ke
negeri; PPS.
c. mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang Pasal 115
ikut serta dalam kegiatan kampanye di luar negeri Pengawas TPS berwenang:
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini; a. menyampaikan keberatan dalam hal ditemukannya
d. mengelola, memelihara, dan merawat arsip dugaan pelanggaran, kesalahan dan/atau
berdasarkan jadwal retensi arsip sesuai dengan penyimpangan administrasi pemungutan dan
ketentuan penghitungan suara;
peraturan perundang-undangan; b. menerima salinan berita acara dan sertifikat
e. mengawasi pelaksanaan sosialisasi pemungutan dan penghitungan suara; dan
Penyelenggaraan Pemilu di luar negeri; dan c. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan
f. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan ketentuan peraturan perundang-undangan.
peraturan perundang-undangan. Pasal 116
Pasal 112 Pengawas TPS berkewajiban:
Panwaslu LN berwenang: a. menyampaikan laporan hasil pengawasan
a. menerima dan menyampaikan laporan yang pemungutan dan penghitungan suara kepada
berkaitan dengan dugaan pelanggaran terhadap Panwaslu
pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang Kecamatan melalui Panwaslu Kelurahan/Desa; dan
mengatur mengenai Pemilu kepada Bawaslu; b. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada
b. membantu meminta bahan keterangan yang Panwaslu Kecamatan melalui Panwaslu
dibutuhkan kepada pihak terkait dalam pencegahan Kelurahan/Desa.
dan Bagian Keempat
penindakan pelanggaran Pemilu; Persyaratan
c. menyampaikan temuan dan laporan kepada PPLN Pasal 117
dan KPPSLN untuk ditindaklanjuti; (1) Syarat untuk menjadi calon anggota Bawaslu,
d. memeriksa dan mengkaji pelanggaran Pemilu di Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
luar negeri serta merekomendasikan hasil Panwaslu
pemeriksaan dan pengkajiannya kepada pihak-pihak Kecamatan dan Panwaslu Kelurahan/Desa, serta
yang diatur dalam Undang-Undang ini; Pengawas TPS adalah:
e. memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran a. Warga Negara Indonesia;
administrasi Pemilu; b. pada saat pendaftaran berusia paling rendah 40
f. merekomendasikan kepada instansi yang (empat puluh) tahun untuk calon anggota
bersangkutan mengenai hasil pengawasan terhadap Bawaslu, berusia paling rendah 35 (tiga puluh lima)
netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam tahun untuk calon anggota Bawaslu
kegiatan kampanye sebagaimana diatur dalam Provinsi, berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun
Undang-Undang ini; dan untuk calon anggota Bawaslu
49 /283
Kabupaten/Kota, dan berusia paling rendah 25 (dua Paragraf 1
puluh lima) tahun untuk calon anggota Bawaslu
Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Pasal 118
dan Pengawas TPS; Tim seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
c. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, selain menyeleksi calon anggota KPU juga
Undang-Undang Dasar Negara Republik menyeleksi
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik calon anggota Bawaslu pada saat yang bersamaan.
Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, dan citacita 50 /283
Proklamasi 17 Agustus 1945;
d. mempunyai integritas, berkepribadian yang kuat, Pasal 119
jujur, dan adil; (1) Tim seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
e. memiliki kemampuan dan keahlian yang berkaitan 118 melaksanakan tugasnya secara terbuka dengan
dengan Penyelenggaraan Pemilu, melibatkan partisipasi masyarakat.
ketatanegaraan, kepartaian, dan pengawasan Pemilu; (2) Dalam melaksanakan tugasnya, tim seleksi dapat
f. berpendidikan paling rendah strata 1 (S-1) untuk dibantu oleh atau berkoordinasi dengan lembaga
calon anggota Bawaslu dan Bawaslu Provinsi yang memiliki kompetensi pada bidang yang
serta berpendidikan paling rendah sekolah menengah diperlukan.
atas atau sederajat untuk calon anggota (3) Untuk memilih calon anggota Bawaslu, tim seleksi
Bawaslu Kabupaten/Kota, anggota Panwaslu melakukan tahapan kegiatan:
Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, dan a. mengumumkan pendaftaran bakal calon anggota
Pengawas TPS; Bawaslu melalui media massa nasional;
g. berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik b. menerima pendaftaran bakal calon anggota
Indonesia untuk anggota Bawaslu, di wilayah Bawaslu;
provinsi yang bersangkutan untuk anggota Bawaslu c. melakukan penelitian administrasi bakal calon
Provinsi, atau di wilayah kabupaten/kota anggota Bawaslu;
yang bersangkutan untuk anggota Bawaslu d. mengumumkan hasil penelitian administrasi bakal
Kabupaten/Kota yang dibuktikan dengan kartu calon anggota Bawaslu;
tanda penduduk; e. melakukan seleksi tertulis dengan materi utama
h. mampu secara jasmani, rohani, dan bebas dan tentang pengetahuan dan kesetiaan terhadap
penyalahgunaan narkotika; Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
i. mengundurkan diri dari keanggotaan partai politik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun pada saat Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika serta
mendaftar sebagai calon; pengetahuan mengenai Pemilu,
j. mengundurkan diri dan jabatan politik, jabatan di ketatanegaraan, dan kepartaian;
pemerintahan, dan/atau di badan usaha milik f. melakukan tes psikologi;
negara/badan usaha milik daerah pada saat g. mengumumkan melalui media massa nasional
mendaftar sebagai calon; daftar nama bakal calon anggota Bawaslu yang
k. bersedia mengundurkan diri dan kepengurusan lulus seleksi tertulis dan tes psikologi untuk
organisasi kemasyarakatan yang berbadan mendapatkan masukan dan tanggapan masyarakat;
hukum dan tidak berbadan hukum apabila telah h. melakukan tes kesehatan dan wawancara dengan
terpilih menjadi anggota Bawaslu, Bawaslu materi Penyelenggaraan Pemilu dan
Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota, yang melakukan klarifikasi atas tanggapan dan masukan
dibuktikan dengan surat pernyataan; masyarakat;
l. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan i. menetapkan 10 (sepuluh) nama calon anggota
pengadilan yang telah memperoleh Bawaslu dalam rapat pleno; dan
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak j. menyampaikan 10 (sepuluh) nama calon anggota.
pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 Bawaslu kepada Presiden.
(lima) tahun atau lebih; (4) Tim seleksi melaksanakan tahapan kegiatan
m. bersedia bekerja penuh waktu yang dibuktikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara objektif
dengan surat pernyataan; dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah tim
n. bersedia tidak menduduki jabatan politik, jabatan di seleksi terbentuk.
pemerintahan, dan/atau badan usaha milik (5) Tim seleksi melaporkan pelaksanaan setiap
negara/badan usaha milik daerah selama masa. tahapan seleksi kepada DPR.
keanggotaan apabila terpilih; dan Pasal 120
o. tidak berada dalam ikatan perkawinan dengan (1) Presiden mengajukan 10 (sepuluh) nama calon
sesama Penyelenggara Pemilu. anggota Bawaslu kepada DPR paling lambat 14
(2) Dalam hal calon anggota Bawaslu, Bawaslu (empat belas) hari terhitung sejak diterimanya berkas
Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota seorang calon anggota Bawaslu.
petahana, tim seleksi memperhatikan rekam jejak dan (2) Nama calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kinerja selama menjadi anggota Bawaslu, disusun berdasarkan abjad serta diajukan dengan
Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota. disertai salinan berkas administrasi.
Bagian Kelima Pasal 121
Pengangkatan dan Pemberhentian
(1) Pemilihan anggota Bawaslu di DPR dilakukan (1) Bawaslu membentuk tim seleksi untuk menyeleksi
dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja calon anggota Bawaslu Provinsi pada setiap
terhitung sejak diterimanya berkas calon anggota provinsi.
Bawaslu dari Presiden. (2) Tim seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(2) DPR memilih calon anggota Bawaslu berdasarkan berjumlah 5 (lima) orang yang berasal dari unsur
hasil uji kelayakan dan kepatutan. akademisi, profesional, dan tokoh masyarakat yang
(3) DPR menetapkan 5 (lima) nama calon anggota memiliki integritas.
Bawaslu berdasarkan urutan peringkat teratas dari 10 (3) Anggota tim seleksi sebagaimana dimaksud pada
(sepuluh) nama calon sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berpendidikan paling rendah strata 1 (S-1)
Pasal 120 ayat (1) berdasarkan hasil uji dan berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun.
kelayakan dan kepatutan sebagaimana dimaksud (4) Anggota tim seleksi dilarang mencalonkan diri
pada ayat (2), sebagai calon anggota Bawaslu sebagai calon anggota Bawaslu Provinsi.
terpilih. (5) Tim seleksi terdiri atas seorang ketua merangkap
(4) Dalam hal tidak ada calon anggota Bawaslu yang anggota, seorang sekretaris merangkap anggota,
terpilih atau calon anggota Bawaslu terpilih kurang dan anggota.
dari 5 (lima) orang, DPR meminta Presiden untuk (6) Pembentukan tim seleksi sebagaimana dimaksud
mengajukan kembali kepada DPR calon anggota pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan
Bawaslu sebanyak 2 (dua) kali nama calon anggota Bawaslu dalam waktu paling lama 15 (lima belas) hari
Bawaslu yang dibutuhkan dalam waktu paling kerja terhitung 5 (lima) bulan sebelum
51 /283 berakhirnya keanggotaan Bawaslu Provinsi.
(7) Tata cara pembentukan tim seleksi dan tata cara
lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak surat penyeleksian calon anggota Bawaslu Provinsi
penolakan dari DPR diterima oleh Presiden. dilakukan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh
(5) Penolakan terhadap calon anggota Bawaslu Bawaslu.
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya dapat 52 /283
dilakukan paling banyak 1 (satu) kali.
(6) Pengajuan kembali calon anggota Bawaslu (8) Penetapan anggota tim seleksi oleh Bawaslu
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bukan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan
yang melalui
telah diajukan sebelumnya. rapat pleno Bawaslu.
(7) Pemilihan calon anggota Bawaslu yang diajukan Pasal 125
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan (1) Tim seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
berdasarkan mekanisme yang berlaku di DPR. 124 melaksanakan tugasnya secara terbuka dengan
(8) DPR menyampaikan kepada Presiden nama calon melibatkan partisipasi masyarakat.
anggota Bawaslu terpilih sebagaimana dimaksud (2) Dalam melaksanakan tugasnya, tim seleksi dapat
pada ayat (3) dan ayat (7). dibantu oleh atau berkoordinasi dengan lembaga
Pasal 122 yang memiliki kompetensi di bidang yang diperlukan.
(1) Presiden mengesahkan calon anggota Bawaslu (3) Untuk memilih calon anggota Bawaslu Provinsi,
terpilih yang disampaikan oleh DPR sebagaimana tim seleksi melakukan tahapan kegiatan:
dimaksud dalam Pasal 121 ayat (8) paling lambat 5 a. mengumumkan pendaftaran bakal calon anggota
(lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya nama Bawaslu Provinsi melalui media massa lokal;
anggota Bawaslu terpilih. b. menerima pendaftaran bakal calon anggota
(2) Pengesahan calon anggota Bawaslu terpilih Bawaslu. Provinsi;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan c. melakukan penelitian administrasi bakal calon
dengan anggota Bawaslu Provinsi;
Keputusan Presiden. d. mengumumkan hasil penelitian administrasi bakal
Pasal 123 calon anggota Bawaslu Provinsi;
(1) Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, e. melakukan seleksi tertulis dengan materi utama
Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, tentang pengetahuan dan kesetiaan terhadap
Panwaslu LN, dan Pengawas TPS dibentuk untuk Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
mengawasi tahapan Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika serta
serta DPRD. pengetahuan mengenai Pemilu,
(2) Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, ketatanegaraan, dan kepartaian;
Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, f. melakukan tes psikologi;
Panwaslu LN, dan Pengawas TPS sebagaimana g. mengumumkan melalui media massa lokal daftar
dimaksud pada ayat (1) bertugas melakukan nama bakal calon anggota Bawaslu Provinsi
pengawasan terhadap tahapan Penyelenggaraan yang lulus seleksi tertulis dan tes psikologi untuk
Pemilu di wilayah kerja masing-masing. mendapatkan masukan dan tanggapan
Paragraf 2 masyarakat;
Bawaslu Provinsi h. melakukan tes kesehatan dan wawancara dengan
Pasal 124 materi Penyelenggaraan Pemilu dan
melakukan klarifikasi atas tanggapan dan masukan (4) Anggota tim seleksi sebagaimana dimaksud pada
masyarakat; ayat (3) berpendidikan paling rendah strata 1 (S-1)
i. menetapkan nama calon anggota Bawaslu Provinsi dan berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun.
sebanyak 2 (dua) kali jumlah calon anggota (5) Anggota tim seleksi dilarang mencalonkan diri
Bawaslu Provinsi yang berakhir masa jabatannya sebagai calon anggota Bawaslu Kabupaten/Kota.
dalam rapat pleno; dan (6) Tim seleksi terdiri atas seorang ketua merangkap
j. menyampaikan nama calon anggota Bawaslu anggota, seorang sekretaris merangkap anggota,
Provinsi sebanyak 2 (dua) kali jumlah calon dan anggota.
anggota Bawaslu Provinsi yang berakhir masa (7) Pembentukan tim seleksi sebagaimana dimaksud
jabatannya kepada Bawaslu. pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan
(4) Tim seleksi melaksanakan tahapan kegiatan Bawaslu dalam waktu paling lama 5 (lima) bulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara objektif sebelum berakhirnya keanggotaan Bawaslu
dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah tim Kabupaten/Kota.
seleksi terbentuk. (8) Tata cara pembentukan tim seleksi dan tata cara
Pasal 126 penyeleksian calon anggota Bawaslu
(1) Tim seleksi mengajukan nama calon anggota Kabupaten/Kota dilakukan berdasarkan pedoman
Bawaslu Provinsi sebanyak 2 (dua) kali jumlah calon yang ditetapkan oleh Bawaslu.
anggota Bawaslu Provinsi yang berakhir masa (9) Penetapan anggota tim seleksi oleh Bawaslu
jabatannya kepada Bawaslu. sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan
(2) Nama calon anggota Bawaslu Provinsi melalui
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun rapat pleno Bawaslu.
berdasarkan Pasal 129
abjad serta diajukan dengan disertai salinan berkas (1) Tim seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
administrasi. 128 melaksanakan tugasnya secara terbuka dengan
Pasal 127 melibatkan partisipasi masyarakat.
(1) Bawaslu melakukan uji kelayakan dan kepatutan (2) Dalam melaksanakan tugasnya, tim seleksi dapat
terhadap calon anggota Bawaslu Provinsi dibantu oleh atau berkoordinasi dengan lembaga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 ayat (1). yang memiliki kompetensi di bidang yang diperlukan.
(2) Bawaslu memilih calon anggota Bawaslu Provinsi (3) Untuk memilih calon anggota Bawaslu
berdasarkan hasil uji kelayakan dan kepatutan. Kabupaten/Kota, tim seleksi melakukan tahapan
(3) Bawaslu menetapkan sejumlah nama calon kegiatan:
anggota Bawaslu Provinsi berdasarkan urutan a. mengumumkan pendaftaran calon anggota
peringkat Bawaslu Kabupaten/Kota melalui media massa
teratas sesuai dengan jumlah anggota Bawaslu lokal;
Provinsi yang berakhir masa jabatannya sebagaimana b. menerima pendaftaran bakal calon anggota
dimaksud dalam Pasal 126 ayat (1) berdasarkan hasil Bawaslu Kabupaten/Kota;
uji kelayakan dan kepatutan sebagaimana c. melakukan penelitian administrasi bakal calon
53 /283 anggota Bawaslu Kabupaten/Kota;
d. mengumumkan hasil penelitian administrasi bakal
dimaksud pada ayat (2), sebagai calon anggota calon anggota Bawaslu Kabupaten/Kota;
Bawaslu Provinsi terpilih. e. melakukan seleksi tertulis dengan materi utama
(4) Anggota Bawaslu Provinsi terpilih sebagaimana tentang pengetahuan dan kesetiaan terhadap
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan keputusan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Bawaslu. Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
(5) Proses pemilihan dan penetapan anggota Bawaslu Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika serta
Provinsi dilakukan oleh Bawaslu dalam waktu pengetahuan mengenai ketatanegaraan,
paling lambat 60 (enam puluh) hari kerja sejak 54 /283
diterimanya berkas calon anggota Bawaslu Provinsi
dan tim seleksi. dan kepartaian;
Paragraf 3 f. melakukan tes psikologi;
Bawaslu Kabupaten/Kota g. mengumumkan melalui media massa lokal daftar
Pasal 128 nama bakal calon anggota Bawaslu
(1) Bawaslu membentuk tim seleksi untuk menyeleksi Kabupaten/Kota yang lulus seleksi tertulis dan tes
calon anggota Bawaslu Kabupaten/Kota. psikologi untuk mendapatkan masukan dan
(2) Sekretariat Bawaslu Provinsi membantu tim tanggapan masyarakat;
seleksi yang dibentuk oleh Bawaslu untuk menyeleksi h. melakukan tes kesehatan dan wawancara dengan
calon anggota Bawaslu Kabupaten/Kota pada setiap materi Penyelenggaraan Pemilu dan
kabupaten/kota. melakukan klarifikasi atas tanggapan dan masukan
(3) Tim seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masyarakat;
berjumlah 5 (lima) orang yang berasal dari unsur i. menetapkan nama calon anggota Bawaslu
akademisi, profesional, dan tokoh masyarakat yang Kabupaten/Kota sebanyak 2 (dua) kali jumlah calon
memiliki integritas. anggota Bawaslu Kabupaten/Kota yang berakhir
masa jabatannya dalam rapat pleno; dan
j. menyampaikan nama calon anggota Bawaslu Paragraf 5
Kabupaten/Kota sebanyak 2 (dua) kali jumlah Sumpah/Janji
calon anggota Bawaslu Kabupaten/Kota yang Pasal 133
berakhir masa jabatannya kepada Bawaslu. (1) Pelantikan anggota Bawaslu dilakukan oleh
(4) Tim seleksi melaksanakan tahapan kegiatan Presiden.
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara objektif (2) Pelantikan anggota Bawaslu Provinsi dilakukan
dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah tim oleh Bawaslu.
seleksi terbentuk. (3) Pelantikan anggota Bawaslu Kabupaten/Kota
Pasal 130 dilakukan oleh Bawaslu.
(1) Tim seleksi mengajukan nama calon anggota Pasal 134
Bawaslu Kabupaten/Kota sebanyak 2 (dua) kali (1) Sebelum menjalankan tugas, anggota Bawaslu,
jumlah Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
calon anggota. Bawaslu Kabupaten/Kota yang Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa,
berakhir masa jabatannya kepada Bawaslu. Panwaslu LN, dan Pengawas TPS mengucapkan
(2) Nama calon anggota Bawaslu Kabupaten/Kota sumpah/janji.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun (2) Sumpah/janji anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
berdasarkan abjad serta diajukan dengan disertai Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan,
salinan berkas administrasi. Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan
Pasal 131 Pengawas TPS sebagai berikut.
(1) Bawaslu menetapkan sejumlah nama calon "Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji:
anggota Bawaslu Kabupaten/Kota berdasarkan urutan Bahwa saya akan memenuhi tugas dan kewajiban
peringkat teratas sesuai dengan jumlah anggota saya sebagai anggota Badan Pengawas
Bawaslu Kabupaten/Kota yang berakhir masa Pemilu/Badan Pengawas Pemilu Provinsi/Badan
jabatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 130 Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota/Panitia
ayat (1) sebagai calon anggota Bawaslu Pengawas Pemilu Kecamatan/Panitia Pengawas
Kabupaten/Kota terpilih. Pemilu Kelurahan/Desa/Panitia Pengawas Pemilu
(2) Pemilihan dan penetapan anggota Bawaslu Luar Negeri/Pengawas Tempat Pemungutan Suara
Kabupaten/Kota dilakukan oleh Bawaslu dalam waktu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan
paling lama 60 (enam puluh) hari kerja terhitung sejak perundang-undangan dengan berpedoman pada
diterimanya berkas calon anggota Bawaslu Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Kabupaten/Kota dari tim seleksi. Republik Indonesia Tahun 1945;
(3) Anggota Bawaslu Kabupaten/Kota terpilih Bahwa saya dalam menjalankan tugas dan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan wewenang akan bekerja dengan sungguh-sungguh,
dengan jujur,
keputusan Bawaslu. adil, dan cermat demi suksesnya Pemilihan Umum
Paragraf 4 anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden
Panwaslu LN, dan Pengawas TPS serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, tegaknya
Pasal 132 demokrasi dan keadilan, serta mengutamakan
(1) Anggota Panwaslu Kecamatan diseleksi dan kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia
ditetapkan oleh Bawaslu Kabupaten/Kota. daripada kepentingan pribadi atau golongan."
(2) Anggota Panwaslu Kelurahan/Desa diseleksi dan Paragraf 6
ditetapkan dengan keputusan Panwaslu Pemberhentian
Kecamatan. Pasal 135
(3) Anggota Panwaslu LN dibentuk dan ditetapkan (1) Anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
dengan keputusan Bawaslu atas usul kepala Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
perwakilan Republik Indonesia. Kelurahan/Desa, dan Panwaslu LN berhenti
(4) Pengawas TPS diseleksi dan ditetapkan dengan antarwaktu karena:
keputusan Panwaslu Kecamatan. a. meninggal dunia;
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara seleksi b. berhalangan tetap sehingga tidak mampu
dan penetapan calon anggota Panwaslu melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban;
Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, dan atau
Pengawas TPS sebagaimana dimaksud pada ayat c. diberhentikan dengan tidak hormat.
(1), (2) Anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
55 /283 Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Kelurahan/Desa, dan Panwaslu LN diberhentikan
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dalam Peraturan dengan tidak hormat sebagaimana dimaksud pada
Bawaslu. 56 /283
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pembentukan dan penetapan calon anggota ayat (1) huruf c apabila:
Panwaslu LN a. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Peraturan Bawaslu.
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, dan (2) Pemberhentian anggota Panwaslu Kecamatan dan
Panwaslu Kelurahan/Desa; Panwaslu Kelurahan/Desa yang telah memenuhi
b. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik; ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135
c. tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajiban ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf e
selama 3 (tiga) bulan secara berturut-turut didahului dengan verifikasi oleh Bawaslu
tanpa alasan yang sah; Kabupaten/Kota berdasarkan aduan Penyelenggara
d. dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan Pemilu,
yang telah memperoleh kekuatan hukum Peserta Pemilu, tim kampanye, masyarakat, dan/atau
tetap karena melakukan tindak pidana Pemilu dan pemilih yang dilengkapi identitas yang jelas.
tindak pidana lainnya; atau (3) Pemberhentian anggota Panwaslu LN yang telah
e. tidak menghadiri rapat pleno yang menjadi tugas memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
dan kewajibannya selama 3 (tiga) kali Pasal 135 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf
berturut-turut tanpa alasan yang jelas. e didahului dengan verifikasi oleh Bawaslu
(3) Pemberhentian anggota Bawaslu, Bawaslu berdasarkan aduan Penyelenggara Pemilu, Peserta
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Pemilu, tim kampanye, masyarakat, dan/atau
Kecamatan, pemilih yang dilengkapi identitas yang jelas.
Panwaslu Kelurahan/Desa, dan Panwaslu LN yang (4) Dalam pemberhentian sebagaimana dimaksud
telah memenuhi ketentuan sebagaimana pada ayat (1), anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan 57 /283
dengan ketentuan:
a. anggota Bawaslu diberhentikan oleh Presiden; Bawaslu Kabupaten/Kota diberi kesempatan untuk
b. anggota Bawaslu Provinsi, Bawaslu membela diri di hadapan DKPP.
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu (5) Dalam pemberhentian sebagaimana dimaksud
Kelurahan/Desa, dan Panwaslu LN diberhentikan oleh pada ayat (2), Panwaslu Kecamatan dan Panwaslu
Bawaslu. Kelurahan/Desa diberi kesempatan untuk membela
(4) Penggantian antarwaktu anggota Bawaslu, diri di hadapan Bawaslu Kabupaten/Kota.
Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, (6) Dalam pemberhentian sebagaimana dimaksud
Panwaslu pada ayat (2), Panwaslu LN diberi kesempatan untuk
Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, dan membela diri di hadapan Bawaslu.
Panwaslu LN yang berhenti sebagaimana dimaksud (7) Dalam hal rapat pleno DKPP memutus
pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan: pemberhentian anggota sebagaimana dimaksud pada
a. anggota Bawaslu digantikan oleh calon anggota ayat (1),
Bawaslu urutan peringkat berikutnya dari hasil anggota yang bersangkutan diberhentikan sementara
seleksi yang dilakukan oleh DPR; sebagai anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
b. anggota Bawaslu Provinsi digantikan oleh calon Bawaslu Kabupaten/Kota sampai dengan
anggota Bawaslu Provinsi urutan peringkat diterbitkannya keputusan pemberhentian.
berikutnya dari hasil seleksi yang dilakukan oleh (8) Dalam hal rapat pleno Bawaslu Kabupaten/Kota
Bawaslu; memutus pemberhentian anggota sebagaimana
c. anggota Bawaslu Kabupaten/Kota digantikan oleh dimaksud pada ayat (2), anggota yang bersangkutan
calon anggota Bawaslu Kabupaten/Kota diberhentikan sementara sebagai anggota
urutan peringkat berikutnya dari hasil seleksi yang Panwaslu Kecamatan dan Panwaslu Kelurahan/Desa
dilakukan oleh Bawaslu; sampai dengan diterbitkannya keputusan
d. anggota Panwaslu Kecamatan digantikan oleh pemberhentian.
calon anggota Panwaslu Kecamatan urutan (9) Dalam hal rapat pleno Bawaslu memutus
peringkat berikutnya dan hasil seleksi yang dilakukan pemberhentian anggota sebagaimana dimaksud pada
oleh Bawaslu Kabupaten/Kota; ayat
e. anggota Panwaslu Kelurahan/Desa digantikan oleh (3), anggota yang bersangkutan diberhentikan
calon anggota Panwaslu Kelurahan/Desa sementara sebagai anggota Panwaslu LN sampai
yang ditetapkan oleh Panwaslu Kecamatan; dan dengan diterbitkannya keputusan pemberhentian.
f. anggota Panwaslu LN digantikan oleh calon Pasal 137
anggota Panwaslu LN lainnya yang ditetapkan oleh (1) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
Bawaslu atas usul kepala perwakilan Republik pengaduan, pembelaan, dan pengambilan putusan
Indonesia setempat. oleh
Pasal 136 DKPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 diatur
(1) Pemberhentian anggota Bawaslu, Bawaslu dengan Peraturan DKPP.
Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota yang telah (2) Peraturan DKPP sebagaimana dimaksud pada
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dibentuk paling lama 3 (tiga) bulan
Pasal 135 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, dan terhitung sejak anggota DKPP mengucapkan
huruf e didahului dengan verifikasi oleh DKPP atas sumpah/janji.
aduan Penyelenggara Pemilu, Peserta Pemilu, tim Pasal 138
kampanye, masyarakat, dan/atau pemilih yang (1) Anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
dilengkapi identitas yang jelas. Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Kelurahan/Desa, dan Panwaslu LN diberhentikan pemberhentian tetap, yang bersangkutan dinyatakan
sementara karena: berhenti berdasarkan Undang-Undang ini.
a. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana Bagian Keenam
yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) Mekanisme Pengambilan Keputusan
tahun atau lebih; Pasal 139
b. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana Pengambilan keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Pemilu; atau dan Bawaslu Kabupaten/Kota dilakukan dalam rapat
c. memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pleno.
dalam Pasal 136 ayat (7). Pasal 140
(2) Dalam hal anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, (1) Jenis rapat pleno Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan
Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Bawaslu Kabupaten/Kota terdiri atas:
Panwaslu Kelurahan/Desa, dan Panwaslu LN a. rapat pleno tertutup; dan
dinyatakan terbukti bersalah karena melakukan tindak b. rapat pleno terbuka.
pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai rapat pleno diatur
dan huruf b berdasarkan putusan pengadilan dengan Peraturan Bawaslu.
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, yang Pasal 141
bersangkutan diberhentikan sebagai anggota (1) Pemilihan Ketua Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Bawaslu Kabupaten/Kota diputuskan melalui rapat
Panwaslu Kecamatan, Panwaslu pleno tertutup.
Kelurahan/Desa, dan Panwaslu LN. (2) Ketua Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
(3) Dalam hal anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwaslu Kecamatan dipilih dari dan oleh
Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, anggota melalui rapat pleno.
Panwaslu Kelurahan/Desa, dan Panwaslu LN (3) Setiap anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
dinyatakan tidak terbukti bersalah karena tidak Bawaslu Kabupaten/Kota, dan Panwaslu Kecamatan
melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud mempunyai hak suara yang sama.
pada ayat (1) huruf a dan huruf b berdasarkan Bagian Ketujuh
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan Pertanggungjawaban dan Pelaporan
hukum tetap, yang bersangkutan harus Pasal 142
diaktifkan kembali dengan keputusan: (1) Dalam menjalankan tugasnya, Bawaslu:
a. Presiden untuk anggota Bawaslu; a. melaksanakan pertanggungjawaban keuangan
b. Bawaslu untuk anggota Bawaslu Provinsi, anggota sesuai dengan ketentuan peraturan
Bawaslu Kabupaten/Kota, dan Panwaslu perundangundangan.
LN; dan b. melapor kepada DPR dan Presiden mengenai
c. Bawaslu Kabupaten/Kota untuk Panwaslu pelaksanaan tugas pengawasan seluruh tahapan
Kecamatan dan Panwaslu Kelurahan/Desa. Penyelenggaraan Pemilu dan tugas lainnya.
(4) Dalam hal keputusan pengaktifan kembali 59 /283
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak diterbitkan
dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak (2) Laporan pelaksanaan tugas pengawasan
dikeluarkannya putusan pengadilan yang telah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
58 /283 disampaikan
secara periodik untuk setiap tahapan
memperoleh kekuatan hukum tetap, dengan Penyelenggaraan Pemilu sesuai dengan ketentuan
sendirinya anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, peraturan
Bawaslu perundang-undangan.
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu (3) Laporan pelaksanaan tugas pengawasan
Kelurahan/Desa, dan Panwaslu LN aktif kembali. sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditembuskan
(5) Dalam hal anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, kepada
Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, KPU.
Panwaslu Kelurahan/Desa, dan Panwaslu LN Pasal 143
dinyatakan tidak terbukti bersalah sebagaimana (1) Dalam menjalankan tugasnya, Bawaslu Provinsi
dimaksud pada ayat (3), dilakukan rehabilitasi nama bertanggung jawab kepada Bawaslu.
anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu (2) Bawaslu Provinsi menyampaikan laporan kinerja
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu dan pengawasan Penyelenggaraan Pemilu secara
Kelurahan/Desa, dan Panwaslu LN yang periodik kepada Bawaslu.
bersangkutan. Pasal 144
(6) Pemberhentian sementara sebagaimana (1) Dalam menjalankan tugasnya, Bawaslu
dimaksud pada dapat diperpanjang paling lama 30 Kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada Bawaslu
(tiga melalui
puluh) hari kerja ayat (1) huruf c paling lama 60 (enam Bawaslu Provinsi.
puluh) hari kerja dan (2) Bawaslu Kabupaten/Kota menyampaikan laporan
(7) Dalam hal perpanjangan waktu sebagaimana kinerja dan pengawasan Penyelenggaraan Pemilu
dimaksud pada ayat (6) telah berakhir dan tanpa secara periodik kepada Bawaslu melalui Bawaslu
Provinsi.
Bagian Kedelapan merupakan aparatur sipil negara dengan jabatan
Peraturan dan Keputusan Pengawas Pemilu pimpinan tinggi madya.
Pasal 145 (3) Sekretaris Jenderal Bawaslu, deputi, dan Inspektur
(1) Untuk melaksanakan pengawasan Pemilu Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usulan
Bawaslu Bawaslu.
membentuk Peraturan Bawaslu dan menetapkan (4) Sekretaris Jenderal Bawaslu bertanggung jawab
keputusan Bawaslu. kepada Ketua Bawaslu.
(2) Peraturan Bawaslu sebagaimana dimaksud pada (5) Deputi dan Inspektur Utama bertanggung jawab
ayat (1) merupakan pelaksanaan peraturan kepada Ketua Bawaslu melalui Sekretaris Jenderal
perundang-undangan. Bawaslu.
(3) Untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya, Pasal 150
Bawaslu Provinsi dapat menetapkan keputusan (1) Sekretariat Bawaslu Provinsi dipimpin oleh kepala
dengan berpedoman pada Peraturan Bawaslu. sekretariat Bawaslu Provinsi.
(4) Dalam hal Bawaslu membentuk Peraturan (2) Kepala sekretariat Bawaslu Provinsi sebagaimana
Bawaslu, Bawaslu wajib berkonsultasi dengan DPR dimaksud pada ayat (1) merupakan aparatur sipil
dan negara yang memenuhi persyaratan jabatan pimpinan
Pemerintah melalui rapat dengar pendapat. tinggi pratama sesuai dengan ketentuan
Pasal 146 peraturan perundang-undangan.
(1) Dalam hal Peraturan Bawaslu diduga (3) Kepala sekretariat Bawaslu Provinsi diangkat dan
bertentangan dengan Undang-Undang ini, diberhentikan oleh Sekretaris Jenderal Bawaslu
pengujiannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
dilakukan oleh Mahkamah Agung. undangan.
(2) Pihak yang dirugikan atas berlakunya Peraturan (4) Kepala sekretariat Bawaslu Provinsi secara
Bawaslu berhak menjadi pemohon yang mengajukan administrasi bertanggung jawab kepada Sekretaris
pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Jenderal Bawaslu dan secara fungsional bertanggung
kepada Mahkamah Agung. jawab kepada ketua Bawaslu Provinsi.
(3) Permohonan pengujian sebagaimana dimaksud Pasal 151
pada ayat (2) diajukan kepada Mahkamah Agung (1) Sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota dipimpin oleh
paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak Peraturan kepala sekretariat Bawaslu Kabupaten/kota.
Bawaslu diundangkan. (2) Kepala sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota
(4) Mahkamah Agung memutus penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
pengujian Peraturan Bawaslu sebagaimana dimaksud aparatur sipil negara yang memenuhi persyaratan
pada sesuai dengan ketentuan peraturan
ayat (3) paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak perundangundangan.
permohonan diterima oleh Mahkamah Agung. (3) Kepala sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota
Bagian Kesembilan diangkat dan diberhentikan oleh Sekretaris Jenderal
Kesekretariatan Bawaslu sesuai dengan ketentuan peraturan
60 /283 perundang-undangan.
(4) Kepala sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota
Pasal 147 secara administratif bertanggung jawab kepada
(1) Untuk mendukung kelancaran tugas dan Sekretaris Jenderal Bawaslu dan secara fungsional
wewenang Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu bertanggung jawab kepada. ketua Bawaslu
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan dibentuk 61 /283
Sekretariat Jenderal Bawaslu, sekretariat Bawaslu
Provinsi, sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota, dan Kabupaten/Kota.
sekretariat Panwaslu Kecamatan. Pasal 152
(2) Sekretariat Panwaslu Kecamatan sebagaimana Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi, tugas,
dimaksud pada ayat (1) bersifat ad hoc. fungsi, wewenang dan tata kerja Sekretariat Jenderal
Pasal 148 Bawaslu, sekretariat Bawaslu Provinsi, dan sekretariat
(1) Sekretariat Jenderal Bawaslu, sekretariat Bawaslu Bawaslu Kabupaten/Kota diatur dengan Peraturan
Provinsi, sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota, dan Presiden.
sekretariat Panwaslu Kecamatan bersifat hierarkis. Pasal 153
(2) Pegawai Bawaslu, sekretariat Bawaslu Provinsi, Di lingkungan Sekretariat Jenderal Bawaslu,
sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota, dan sekretariat sekretariat Bawaslu Provinsi, dan sekretariat Bawaslu
Panwaslu Kecamatan berada dalam satu kesatuan Kabupaten /Kota dapat ditetapkan jabatan fungsional
manajemen kepegawaian. tertentu yang jumlah dan jenisnya sesuai dengan
Pasal 149 ketentuan peraturan perundang-undangan.
(1) Sekretariat Jenderal Bawaslu dipimpin oleh Pasal 154
seorang Sekretaris Jenderal, yang dibantu oleh paling Pengisian jabatan dalam struktur organisasi
banyak 3 (tiga) deputi dan 1 (satu) Inspektur Utama. Sekretariat Jenderal Bawaslu dan sekretariat Bawaslu
(2) Sekretaris Jenderal Bawaslu, deputi, dan Inspektur Provinsi
Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota ditetapkan Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan Pengawas TPS.
dengan keputusan Sekretaris Jenderal Bawaslu. (4) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
BAB III ditetapkan dengan peraturan DKPP paling lambat 3
DKPP (tiga) bulan terhitung sejak anggota DKPP
Pasal 155 mengucapkan sumpah/janji.
(1) DKPP bersifat tetap dan berkedudukan di ibu kota Pasal 158
negara. (1) DKPP bersidang untuk melakukan pemeriksaan
(2) DKPP dibentuk untuk memeriksa dan memutus dugaan adanya pelanggaran kode etik yang
aduan dan/atau laporan adanya dugaan pelanggaran dilakukan oleh KPU, anggota KPU Provinsi, anggota
kode etik yang dilakukan oleh anggota KPU, anggota KPU Kabupaten/Kota, anggota Bawaslu,
KPU Provinsi, anggota KPU Kabupaten/Kota, anggota Bawaslu Provinsi dan anggota Bawaslu
anggota Bawaslu, anggota Bawaslu Provinsi dan Kabupaten/Kota.
anggota Bawaslu Kabupaten/Kota. (2) Dalam hal anggota DKPP yang berasal dari
(3) DKPP dibentuk paling lama 2 (dua) bulan sejak anggota KPU atau Bawaslu diadukan melanggar kode
anggota KPU dan anggota Bawaslu mengucapkan etik Penyelenggara Pemilu, anggota yang
sumpah/janji. bersangkutan tidak dapat menjadi majelis etik DKPP
(4) DKPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
berjumlah 7 (tujuh) orang yang terdiri atas: pelanggaran yang diadukan tersebut.
a. 1 (satu) orang ex officio dan unsur KPU; Pasal 159
b. 1 (satu) orang ex officio dari unsur Bawaslu; dan (1) DKPP bertugas:
c. 5 (lima) orang tokoh masyarakat. a. menerima aduan dan/atau laporan dugaan adanya
(5) Anggota DKPP yang berasal dari tokoh pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Penyelenggara Pemilu; dan
huruf c b. melakukan penyelidikan dan verifikasi, serta
diusulkan oleh Presiden sebanyak 2 (dua) orang dan pemeriksaan atas aduan dan/atau laporan dugaan
diusulkan oleh DPR sebanyak 3 (tiga) orang. adanya pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh
(6) Usul keanggotaan DKPP dari setiap unsur Penyelenggara Pemilu.
diajukan kepada Presiden. (2) DKPP berwenang:
Pasal 156 a. memanggil Penyelenggara Pemilu yang diduga
(1) Susunan DKPP terdiri atas seorang Ketua melakukan pelanggaran kode etik untuk
merangkap anggota dan 6 (enam) orang anggota. memberikan penjelasan dan pembelaan;
(2) Ketua DKPP dipilih dari dan oleh anggota DKPP b. memanggil pelapor, saksi, dan/atau pihak lain yang
melalui rapat pemilihan Ketua DKPP yang dipimpin terkait untuk dimintai keterangan, termasuk
oleh anggota yang tertua dan termuda. untuk dimintai dokumen atau bukti lain;
(3) Masa tugas keanggotaan DKPP 5 (lima) tahun dan c. memberikan sanksi kepada Penyelenggara Pemilu
berakhir pada saat dilantiknya anggota DKPP yang terbukti melanggar kode etik; dan
yang baru. d. memutus pelanggaran kode etik.
(4) Setiap anggota DKPP dari setiap unsur dapat (3) DKPP berkewajiban:
diganti antarwaktu. a. menerapkan prinsip menjaga keadilan,
62 /283 kemandirian, imparsialitas, dan transparansi;
b. menegakkan kaidah atau norma etika yang berlaku
(5) Pengangkatan anggota DKPP yang bukan dari bagi Penyelenggara Pemilu;
unsur KPU dan Bawaslu sebagaimana dimaksud c. bersikap netral, pasif, dan tidak memanfaatkan
dalam Pasal 155 ayat (4) ditetapkan dengan kasus yang timbul untuk popularitas pribadi; dan
Keputusan Presiden. d. menyampaikan putusan kepada pihak terkait untuk
Pasal 157 ditindaklanjuti.
(1) DKPP menyusun dan menetapkan kode etik untuk 63 /283
menjaga kemandirian, integritas, dan kredibilitas
anggota KPU, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, Pasal 160
KPPS, PPLN, KPPSLN serta anggota Bawaslu, Untuk menjalankan tugas dan fungsi dalam
Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, penegakan kode etik Penyelenggara Pemilu, DKPP
Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, membentuk
Panwaslu LN, dan Pengawas TPS. Peraturan DKPP dan menetapkan keputusan DKPP.
(2) Dalam menyusun kode etik sebagaimana Pasal 161
dimaksud pada ayat (1), DKPP mengikutsertakan (1) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
KPU dan pelaksanaan tugas DKPP diatur dalam Peraturan
Bawaslu. DKPP.
(3) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Dalam hal DKPP membentuk Peraturan DKPP,
bersifat mengikat dan wajib dipatuhi oleh anggota DKPP wajib berkonsultasi dengan DPR dan
KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, Pemerintah melalui rapat dengar pendapat.
KPPS, PPLN, dan KPPSLN serta anggota Pasal 162
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Untuk mendukung kelancaran tugas dan wewenang
Panwaslu Kecamatan, Panwaslu DKPP, dibentuk sekretariat DKPP.
Pasal 163 provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.
(1) Sekretariat DKPP dipimpin oleh seorang (5) Pemungutan suara di luar negeri dapat
sekretaris. dilaksanakan bersamaan atau sebelum pemungutan
(2) Sekretaris DKPP sebagaimana dimaksud pada suara
ayat (1) merupakan aparatur sipil negara dengan pada hari sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
jabatan pimpinan tinggi pratama. (6) Tahapan Penyelenggaraan Pemilu sebagaimana
(3) Sekretaris DKPP sebagaimana dimaksud pada dimaksud pada ayat (4) dimulai paling lambat 20
ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Menteri (dua puluh) bulan sebelum hari pemungutan suara.
Dalam Negeri. (7) Penetapan Pasangan Calon terpilih paling lambat
(4) Sekretaris DKPP bertanggung jawab kepada 14 (empat belas) hari sebelum berakhirnya masa
Ketua DKPP. jabatan Presiden dan Wakil Presiden.
Pasal 164 (8) Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian tahapan
(1) Dalam melaksanakan tugasnya, DKPP dapat Penyelenggaraan Pemilu sebagaimana dimaksud
membentuk tim pemeriksa daerah di setiap provinsi pada ayat (4) dan pemungutan suara sebagaimana
yang bersifat ad hoc. dimaksud pada ayat (3) dan ayat (5) diatur
(2) Tim pemeriksa daerah di setiap provinsi dengan Peraturan KPU.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masing-masing Pasal 168
berjumlah 4 (empat) orang. (1) Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan
(3) Ketentuan mengenai tugas, fungsi, wewenang, di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
dan tata kerja tim pemeriksa daerah diatur dengan Indonesia sebagai satu kesatuan daerah pemilihan.
Peraturan DKPP. (2) Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD
Pasal 165 provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan
Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi, tugas, dengan
fungsi, wewenang dan tata kerja Sekretariat DKPP sistem proporsional terbuka.
diatur (3) Pemilu untuk memilih anggota DPD dilaksanakan
dengan Peraturan Presiden. dengan sistem distrik berwakil banyak.
Pasal 166 BAB II
Pengisian jabatan dalam struktur organisasi 65 /283
Sekretariat DKPP ditetapkan dengan keputusan
Sekretaris PESERTA DAN PERSYARATAN MENGIKUTI
DKPP. PEMILU
BUKU KETIGA Bagian Kesatu
PELAKSANAAN PEMILU Persyaratan Calon Presiden dan Calon Wakil
64 /283 Presiden
Pasal 169
BAB I Persyaratan menjadi calon Presiden dan calon Wakil
UMUM Presiden adalah:
Pasal 167 a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
(1) Pemilu dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali. b. Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan
(2) Hari, tanggal, dan waktu pemungutan suara tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas
Pemilu ditetapkan dengan keputusan KPU. kehendaknya sendiri;
(3) Pemungutan suara dilaksanakan secara serentak c. suami atau istri calon Presiden dan suami atau istri
pada hari libur atau hari yang diliburkan secara calon Wakil Presiden adalah Warga Negara
nasional. Indonesia;
(4) Tahapan Penyelenggaraan Pemilu meliputi: d. tidak pernah mengkhianati negara serta tidak
a. perencanaan program dan anggaran serta pernah melakukan tindak pidana korupsi dan tindak
penyusunan peraturan pelaksanaan pidana berat lainnya;
Penyelenggaraan Pemilu; e. mampu secara rohani dan jasmani untuk
b. pemutakhiran data Pemilih dan penyusunan daftar melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden
Pemilih; dan
c. pendaftaran dan verifikasi Peserta Pemilu; Wakil Presiden serta bebas dari penyalahgunaan
d. penetapan Peserta Pemilu; narkotika;
e. penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah f. bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan
pemilihan; Republik Indonesia;
f. pencalonan Presiden dan Wakil Presiden serta g. telah melaporkan kekayaannya kepada instansi
anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD yang berwenang memeriksa laporan kekayaan
kabupaten/kota; penyelenggara negara;
g. masa Kampanye Pemilu; h. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara
h. Masa Tenang; perseorangan dan/atau secara badan hukum yang
i. pemungutan dan penghitungan suara; menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
j. penetapan hasil Pemilu; dan keuangan negara;
k. pengucapan sumpah/janji Presiden dan Wakil i. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan
Presiden serta anggota DPR, DPD, DPRD pengadilan;
j. tidak pernah melakukan perbuatan tercela; Pemilu sebagai calon Presiden atau calon Wakil
k. tidak sedang dicalonkan sebagai anggota DPR, Presiden harus meminta izin kepada Presiden.
DPD, atau DPRD; (2) Presiden memberikan izin atas permintaan
l. terdaftar sebagai Pemilih; gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati,
m. memiliki nomor pokok wajib pajak dan telah walikota,
melaksanakan kewajiban membayar pajak selama 5 dan wakil walikota sebagaimana dimaksud pada ayat
(lima) tahun terakhir yang dibuktikan dengan surat (1).
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib (3) Dalam hal Presiden dalam waktu paling lama 15
pajak orang pribadi; (lima belas) hari setelah menerima surat permintaan
n. belum pernah menjabat sebagai Presiden atau izin dan gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil
Wakil Presiden selama 2 (dua) kali masa jabatan bupati, walikota, dan wakil walikota sebagaimana
dalam jabatan yang sama; dimaksud pada ayat (1) belum memberikan izin, izin
o. setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar dianggap sudah diberikan.
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara (4) Surat permintaan izin gubernur, wakil gubernur,
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walikota
Ika; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
p. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan kepada KPU oleh Partai Politik atau Gabungan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan Partai Politik sebagai dokumen persyaratan calon
hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang Presiden atau calon Wakil Presiden.
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun Bagian Kedua
atau lebih; Peserta Pemilu Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan
q. berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun; DPRD Kabupaten/Kota
r. berpendidikan paling rendah tamat sekolah Paragraf 1
menengah atas, madrasah aliyah, sekolah menengah Persyaratan Partai Politik Menjadi Peserta Pemilu
kejuruan, madrasah aliyah kejuruan, atau sekolah lain Pasal 172
yang sederajat; Peserta Pemilu untuk pemilihan umum anggota DPR,
s. bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota adalah
Komunis Indonesia, termasuk organisasi massanya, partai politik.
atau bukan orang yang terlibat langsung dalam Pasal 173
G.30.S/PKI; dan (1) Partai Politik Peserta Pemilu merupakan partai
t. memiliki visi, misi, dan program dalam politik yang telah ditetapkan/lulus verifikasi oleh KPU.
melaksanakan pemerintahan negara Republik (2) Partai politik dapat menjadi Peserta Pemilu setelah
Indonesia. memenuhi persyaratan:
66 /283 a. berstatus badan hukum sesuai dengan Undang-
Undang tentang Partai Politik;
Pasal 170 b. memiliki kepengurusan di seluruh provinsi;
(1) Pejabat negara yang dicalonkan oleh Partai Politik c. memiliki kepengurusan di 75% (tujuh puluh lima
Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik persen) jumlah kabupaten/kota di provinsi yang
sebagai calon Presiden atau calon Wakil Presiden bersangkutan;
harus mengundurkan diri dari jabatannya, kecuali d. memiliki kepengurusan di 50% (lima puluh persen)
Presiden, Wakil Presiden, Pimpinan dan. anggota jumlah kecamatan di kabupaten/kota yang
MPR, Pimpinan dan anggota DPR, Pimpinan dan 67 /283
anggota DPD, gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil
bupati, walikota, dan wakil walikota. bersangkutan;
(2) Pengunduran diri sebagai pejabat negara e. menyertakan paling sedikit 30% (tiga puluh persen)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat keterwakilan perempuan pada
pada kepengurusan partai politik tingkat pusat;
saat didaftarkan oleh Partai Politik atau Gabungan f. memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000
Partai Politik di KPU sebagai calon Presiden atau (seribu) orang atau 1/1.000 (satu perseribu) dan
calon Wakil Presiden yang dinyatakan dengan surat jumlah Penduduk pada kepengurusan partai politik
pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali. sebagaimana dimaksud pada huruf c yang
(3) Surat pengunduran diri sebagai pejabat negara dibuktikan dengan kepemilikan kartu tanda anggota;
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan g. mempunyai kantor tetap untuk kepengurusan pada
oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik tingkatan pusat, provinsi, dan
kepada KPU sebagai dokumen persyaratan calon kabupaten/kota sampai tahapan terakhir Pemilu;
Presiden atau calon Wakil Presiden. h. mengajukan nama, lambang, dan tanda gambar
Pasal 171 partai politik kepada KPU; dan
(1) Seseorang yang sedang menjabat sebagai i. menyerahkan nomor rekening dana Kampanye
gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, Pemilu atas nama partai politik kepada KPU.
walikota, (3) Partai politik yang telah lulus verifikasi dengan
dan wakil walikota yang akan dicalonkan oleh Partai syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
Politik atau Gabungan Partai Politik Peserta diverifikasi ulang dan ditetapkan sebagai Partai Politik
Peserta Pemilu.
Pasal 174 sedikit 30% (tiga puluh persen) sesuai dengan
(1) KPU melaksanakan penelitian keabsahan ketentuan peraturan perundang-undangan;
administrasi dan penetapan persyaratan e. surat keterangan tentang pendaftaran nama,
sebagaimana lambang, dan/atau tanda gambar partai politik dari
dimaksud dalam Pasal 173. kementerian yang menyelenggarakan urusan
(2) Penelitian administrasi dan penetapan keabsahan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi
persyaratan oleh KPU dipublikasikan melalui media manusia;
massa. f. bukti keanggotaan partai politik paling sedikit 1.000
(3) Ketentuan mengenai tata cara penelitian (seribu) orang atau 1/1.000 (satu perseribu) dari
administrasi dan penetapan keabsahan persyaratan jumlah Penduduk pada setiap kabupaten/kota;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan g. bukti kepemilikan nomor rekening atas nama partai
Peraturan KPU. politik; dan
Pasal 175 h. salinan anggaran dasar dan anggaran rumah
Nama, lambang, dan/atau tanda gambar partai politik tangga partai politik sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (2) peraturan
huruf h dilarang sama dengan: perundang-undangan.
a. bendera atau lambang negara Republik Indonesia; Paragraf 3
b. lambang lembaga negara atau lambang Verifikasi Partai Politik Calon Peserta Pemilu
pemerintah; Pasal 178
c. nama, bendera, atau lambang negara lain atau (1) KPU melaksanakan penelitian administrasi dan
lembaga/badan internasional; penetapan keabsahan persyaratan sebagaimana
d. nama, bendera, atau simbol organisasi gerakan dimaksud dalam Pasal 173 ayat (2) terhadap Partai
separatis atau organisasi terlarang; Politik yang mengikuti verifikasi dengan dokumen
e. nama atau gambar seseorang; atau persyaratan sebagaimana. dimaksud dalam Pasal
f. sesuatu yang mempunyai persamaan pada 177.
pokoknya atau keseluruhannya dengan nama, (2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
lambang, harus selesai dilaksanakan paling lambat 14 (empat
dan/atau tanda gambar partai politik lain. belas) bulan sebelum, hari pemungutan suara.
Paragraf 2 (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan dan
Pendaftaran Partai Politik Sebagai Peserta Pemilu waktu verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
Pasal 176 (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan KPU.
(1) Partai politik dapat menjadi Peserta Pemilu (4) Ketentuan mengenai tata cara penelitian
dengan mengajukan pendaftaran untuk menjadi calon administrasi dan penetapan keabsahan persyaratan
Peserta Pemilu kepada KPU. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
(2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Peraturan KPU.
diajukan dengan surat yang ditandatangani oleh Paragraf 4
ketua umum dan sekretaris jenderal atau nama lain Penetapan Partai Politik sebagai Peserta Pemilu
pada kepengurusan pusat partai politik. Pasal 179
(3) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) (1) Partai politik calon Peserta Pemilu yang lulus
disertai dokumen persyaratan yang lengkap. verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173
68 /283 ayat
(1) dan Pasal 178 ditetapkan sebagai Peserta Pemilu
(4) Jadwal waktu pendaftaran Partai Politik Peserta oleh KPU.
Pemilu ditetapkan oleh KPU paling lambat 18 (2) Penetapan partai politik sebagai Peserta Pemilu
(delapan belas) bulan sebelum hari pemungutan dilakukan dalam sidang pleno KPU paling lambat 14
suara. 69 /283
Pasal 177
Dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud dalam (empat belas) bulan sebelum hari pemungutan suara.
Pasal 176 ayat (3) meliputi: (3) Penetapan nomor unit partai politik sebagai
a. Berita Negara Republik Indonesia yang Peserta Pemilu dilakukan secara undi dalam sidang
menyatakan bahwa partai politik tersebut terdaftar pleno
sebagai KPU yang terbuka dengan dihadiri wakil Partai Politik
badan hukum; Peserta Pemilu.
b. keputusan pengurus pusat partai politik tentang (4) Hasil penetapan sebagaimana dimaksud pada
pengurus tingkat provinsi dan pengurus tingkat ayat (2) dan ayat (3) diumumkan oleh KPU.
kabupaten/kota; Paragraf 5
c. surat keterangan dari pengurus pusat partai politik Pengawasan Atas Pelaksanaan Verifikasi Partai
tentang kantor dan alamat tetap pengurus tingkat Politik Calon Peserta Pemilu
pusat, pengurus tingkat provinsi, dan pengurus tingkat Pasal 180
kabupaten/kota; (1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
d. surat keterangan dari pengurus pusat partai politik Kabupaten/Kota melakukan pengawasan atas
tentang penyertaan keterwakilan perempuan paling pelaksanaan
verifikasi partai politik calon Peserta Pemilu yang badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik
dilaksanakan oleh KPU, KPU Provinsi, dan KPU daerah dan/atau badan usaha milik desa, atau
Kabupaten/Kota. badan lain yang anggarannya bersumber dari
(2) Dalam hal Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan keuangan negara, yang dinyatakan dengan surat
Bawaslu Kabupaten/Kota menemukan kesengajaan pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali;
atau l. bersedia untuk tidak berpraktik sebagai akuntan
kelalaian yang dilakukan oleh anggota KPU, KPU publik, advokat, notaris, pejabat pembuat akta tanah,
Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota dalam dan/atau tidak melakukan pekerjaan penyedia barang
melaksanakan verifikasi partai politik calon Peserta dan jasa yang berhubungan dengan keuangan
Pemilu sehingga merugikan atau menguntungkan negara serta pekerjaan lain yang dapat menimbulkan
partai politik calon Peserta Pemilu, maka Bawaslu, konflik kepentingan dengan tugas, wewenang,
Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota dan hak sebagai anggota DPD sesuai dengan
menyampaikan temuan tersebut kepada KPU, KPU ketentuan peraturan perundang-undangan;
Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota. m. bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai
(3) Temuan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu pejabat negara lainnya, direksi, komisaris, dewan
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat pengawas dan karyawan pada badan usaha milik
(2) wajib ditindaklanjuti oleh KPU, KPU Provinsi, dan negara dan/atau badan usaha milik daerah serta
KPU Kabupaten/Kota. badan lain yang anggarannya bersumber dari
Bagian Ketiga keuangan negara;
Peserta Pemilu DPD n. mencalonkan hanya untuk 1 (satu) lembaga
Pasal 181 perwakilan;
Peserta Pemilu untuk memilih anggota DPD adalah o. mencalonkan hanya untuk 1 (satu) daerah
perseorangan. pemilihan; dan
Pasal 182 p. mendapatkan dukungan minimal dari Pemilih di
Perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal daerah pemilihan yang bersangkutan.
181 dapat menjadi Peserta Pemilu setelah memenuhi Pasal 183
persyaratan: (1) Persyaratan dukungan minimal sebagaimana
a. Warga Negara Indonesia yang telah berumur 21 dimaksud dalam Pasal 182 huruf p meliputi:
(dua puluh satu) tahun atau lebih; a. provinsi dengan jumlah Penduduk yang termuat di
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; dalam daftar pemilih tetap sampai dengan
c. bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan 1.000.000 (satu juta) orang harus mendapatkan
Republik Indonesia; dukungan paling sedikit 1.000 (seribu) Pemilih;
d. dapat berbicara, membaca, dan/atau menulis b. provinsi dengan jumlah Penduduk yang termuat di
dalam bahasa Indonesia; dalam daftar pemilih tetap lebih dari
e. berpendidikan paling rendah tamat sekolah 1.000.000 (satu juta) sampai dengan 5.000.000 (lima
menengah atas, madrasah aliyah, sekolah menengah juta) orang harus mendapatkan dukungan
kejuruan, madrasah aliyah kejuruan, atau sekolah lain paling sedikit 2.000 (dua ribu) Pemilih;
yang sederajat; c. provinsi dengan jumlah Penduduk yang termuat di
f. setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar dalam daftar pemilih tetap lebih dan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara 5.000.000 (lima juta) sampai dengan 10.000.000
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal (sepuluh juta) orang harus mendapatkan
Ika; dukungan paling sedikit 3.000 (tiga ribu) Pemilih;
g. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan d. provinsi dengan jumlah Penduduk yang termuat di
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan dalam daftar pemilih tetap lebih dari
hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang 10.000.000 (sepuluh juta) sampai dengan 15.000.000
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun (lima belas juta) orang harus
atau lebih, kecuali secara terbuka dan jujur mendapatkan dukungan paling sedikit 4.000 (empat
mengemukakan kepada publik bahwa yang ribu) Pemilih;
bersangkutan e. provinsi dengan jumlah Penduduk yang termuat di
mantan terpidana; dalam daftar pemilih tetap lebih dari
h. sehat jasmani dan rohani, dan bebas dari 15.000.000 (lima belas juta) orang harus
penyalahgunaan narkotika; mendapatkan dukungan paling sedikit 5.000 (lima
70 /283 ribu)
Pemilih.
i. terdaftar sebagai Pemilih; (2) Dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
j. bersedia bekerja penuh waktu; tersebar di paling sedikit 50% (lima puluh persen)
k. mengundurkan diri sebagai kepala daerah, wakil dari jumlah kabupaten/kota di provinsi yang
kepala daerah, Kepala Desa dan perangkat desa, bersangkutan.
Badan Permusyawaratan Desa, aparatur sipil negara, (3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota dan ayat (2) dibuktikan dengan daftar dukungan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, direksi, yang dibubuhi tanda tangan atau cap jempol jari
komisaris, dewan pengawas dan karyawan pada tangan dan dilengkapi fotokopi kartu tanda penduduk
setiap pendukung.
(4) Seorang pendukung tidak dibolehkan memberikan (4) Dalam hal pendaftaran dan penetapan
dukungan kepada lebih dari 1 (satu) orang calon kepengurusan Partai Politik sebagaimana dimaksud
anggota DPD serta melakukan perbuatan curang pada ayat
untuk menyesatkan seseorang dengan memaksa, (3) belum selesai, sementara batas waktu
dengan menjanjikan atau dengan memberikan uang pendaftaran Pasangan Calon, calon anggota DPR,
atau materi lainnya untuk memperoleh dukungan calon
bagi pencalonan anggota DPD dalam Pemilu. anggota DPRD provinsi, dan calon anggota DPRD
(5) Dukungan yang diberikan kepada lebih dari 1 kabupaten/kota di KPU Provinsi atau KPU
(satu) orang-calon anggota DPD sebagaimana Kabupaten/Kota akan berakhir, kepengurusan Partai
dimaksud pada ayat (4) dinyatakan batal. Politik yang menjadi Peserta Pemilu dan dapat
71 /283 mendaftarkan Pasangan Calon, calon anggota DPR,
calon anggota DPRD provinsi, dan calon
(6) Jadwal waktu pendaftaran Peserta Pemilu anggota anggota DPRD kabupaten/kota adalah kepengurusan
DPD ditetapkan oleh KPU. Partai Politik yang tercantum dalam keputusan
Bagian Keempat terakhir menteri yang menyelenggarakan urusan
Ketentuan Saat Pendaftaran Bagi Calon Peserta pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi
Pemilu Yang Kepengurusan Partai Politiknya manusia.
Terjadi BAB III
Perselisihan JUMLAH KURSI DAN DAERAH PEMILIHAN
Pasal 184 Bagian Kesatu
(1) Dalam hal terjadi perselisihan kepengurusan Prinsip Penyusunan Daerah Pemilihan Anggota
Partai Politik, kepengurusan Partai Politik tingkat DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota
Pusat Pasal 185
yang menjadi Peserta Pemilu dan dapat Penyusunan daerah pemilihan anggota DPR, DPRD
mendaftarkan Pasangan Calon dan calon anggota Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota memperhatikan
DPR, prinsip:
calon anggota DPRD provinsi, dan calon anggota a. kesetaraan nilai suara;
DPRD kabupaten/kota merupakan kepengurusan 72 /283
Partai Politik tingkat Pusat yang sudah memperoleh
putusan Mahkamah Partai atau nama lain dan b. ketaatan pada sistem Pemilu yang proporsional;
didaftarkan serta ditetapkan dengan keputusan c. proporsionalitas;
menteri yang menyelenggarakan urusan d. integralitas wilayah;
pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi e. berada dalam cakupan wilayah yang sama;
manusia. f. kohesivitas; dan
(2) Dalam hal masih terdapat perselisihan atas g. kesinambungan.
putusan Mahkamah Partai atau nama lain Bagian Kedua
sebagaimana Jumlah Kursi dan Daerah Pemilihan Anggota DPR
dimaksud pada ayat (1), kepengurusan Partai Politik Pasal 186
tingkat Pusat yang menjadi Peserta Pemilu dan Jumlah kursi anggota DPR ditetapkan sebanyak 575
dapat mendaftarkan Pasangan Calon dan calon (lima ratus tujuh puluh lima).
anggota DPR, calon anggota DPRD provinsi, dan Pasal 187
calon anggota DPRD kabupaten/kota merupakan (1) Daerah pemilihan anggota DPR adalah provinsi?
kepengurusan yang sudah memperoleh putusan kabupaten/kota, atau gabungan kabupaten/kota.
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum (2) Jumlah kursi setiap daerah pemilihan anggota
tetap dan didaftarkan serta ditetapkan dengan DPR paling sedikit 3 (tiga) kursi dan paling banyak 10
keputusan menteri yang menyelenggarakan urusan (sepuluh) kursi.
pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi (3) Dalam hal penentuan daerah pemilihan
manusia. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
(3) Putusan Mahkamah Partai atau nama lain diberlakukan, penentuan daerah pemilihan
dan/atau putusan pengadilan yang telah memperoleh menggunakan bagian kabupaten/kota.
kekuatan hukum tetap sebagaimana dimaksud pada (4) Penentuan daerah pemilihan anggota DPR
ayat (1) dan/atau ayat (2) wajib didaftarkan ke dilakukan dengan mengubah ketentuan daerah
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemilihan
pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi pada Pemilu terakhir-berdasarkan perubahan jumlah
manusia alokasi kursi, penataan daerah pemilihan, dan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak perkembangan data daerah pemilihan.
terbentuknya kepengurusan yang baru dan (5) Daerah pemilihan sebagaimana dimaksud pada
wajib ditetapkan dengan keputusan menteri yang ayat (1) dan jumlah kursi setiap daerah pemilihan
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang anggota DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
hukum dan hak asasi manusia paling lambat 7 (tujuh) tercantum dalam Lampiran III yang merupakan
hari kerja terhitung sejak diterimanya bagian tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.
persyaratan. Bagian Ketiga
Jumlah Kursi dan Daerah Pemilihan Anggota Pasal 190
DPRD Provinsi (1) Jumlah kursi anggota DPRD provinsi yang
Pasal 188 dibentuk setelah Pemilu ditetapkan berdasarkan
(1) Jumlah kursi DPRD provinsi ditetapkan paling ketentuan
sedikit 35 (tiga puluh lima) dan paling banyak 120 dalam Undang-Undang ini.
(seratus dua puluh). (2) Alokasi kursi pada daerah pemilihan anggota
(2) Jumlah kursi DPRD provinsi sebagaimana DPRD provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada jumlah ditentukan paling sedikit 3 (tiga) kursi dan paling
Penduduk banyak 12 (dua belas) kursi.
provinsi yang bersangkutan dengan ketentuan: (3) Dalam hal terjadi pembentukan provinsi setelah
a. provinsi dengan jumlah Penduduk sampai dengan Pemilu, dilakukan penataan daerah pemilihan di
1.000.000 (satu juta) orang memperoleh provinsi induk sesuai dengan jumlah Penduduk
alokasi 35 (tiga puluh lima) kursi; berdasarkan alokasi kursi sebagaimana dimaksud
b. provinsi dengan jumlah Penduduk lebih dari pada ayat (2).
1.000.000 (satu juta) orang sampai dengan (4) Penataan daerah pemilihan di provinsi induk dan
3.000.000 (tiga juta) orang memperoleh alokasi 45 pembentukan daerah pemilihan di provinsi baru
(empat puluh lima) kursi; dilakukan untuk Pemilu berikutnya.
c. provinsi dengan jumlah Penduduk lebih dari Bagian Keempat
3.000.000 (tiga juta) orang sampai dengan Jumlah Kursi dan Daerah Pemilihan Anggota
5.000.000 (lima juta) orang memperoleh alokasi 55 DPRD Kabupaten/Kota
(lima puluh lima) kursi; Pasal 191
d. provinsi dengan jumlah Penduduk lebih dari (1) Jumlah kursi DPRD kabupaten/kota ditetapkan
5.000.000 (lima juta) orang sampai dengan paling sedikit 20 (dua puluh) kursi dan paling banyak
73 /283 55 (lima puluh lima) kursi.
(2) Jumlah kursi DPRD kabupaten/kota sebagaimana
7.000.000 (tujuh juta) orang memperoleh alokasi 65 dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada jumlah
(enam puluh lima) kursi; Penduduk kabupaten/kota yang bersangkutan dengan
e. provinsi dengan jumlah Penduduk lebih dari ketentuan:
7.000.000 (tujuh juta) orang sampai dengan a. kabupaten/kota dengan jumlah Penduduk sampai
9.000.000 (sembilan juta) orang memperoleh alokasi dengan 100.000 (seratus ribu) orang
75 (tujuh puluh lima) kursi; 74 /283
f. provinsi dengan jumlah Penduduk lebih dari
9.000.000 (sembilan juta) orang sampai dengan memperoleh alokasi 20 (dua puluh) kursi;
11.000.000 (sebelas juta) orang memperoleh alokasi b. kabupaten/kota dengan jumlah Penduduk lebih dari
85 (delapan puluh lima) kursi; 100.000 (seratus ribu) orang sampai
g. provinsi dengan jumlah Penduduk lebih dari dengan 200.000 (dua ratus ribu) orang memperoleh
11.000.000 (sebelas juta) orang sampai dengan alokasi 25 (dua puluh lima) kursi;
20.000.000 (dua puluh juta) orang memperoleh c. kabupaten/kota dengan jumlah Penduduk lebih dari
alokasi 100 (seratus) kursi; dan 200.000 (dua ratus ribu) orang sampai
h. provinsi dengan jumlah Penduduk lebih dan dengan. 300.000 (tiga ratus ribu) orang memperoleh
20.000.000 (dua puluh juta) orang memperoleh alokasi 30 (tiga puluh) kursi;
alokasi 120 (seratus dua puluh) kursi. d. kabupaten/kota dengan jumlah Penduduk lebih dari
Pasal 189 300.000 (tiga ratus ribu) orang sampai
(1) Daerah pemilihan anggota DPRD provinsi adalah dengan 400.000 (empat ratus ribu) orang memperoleh
kabupaten/kota atau gabungan kabupaten/kota. alokasi 35 (tiga puluh lima) kursi;
(2) Jumlah kursi setiap daerah pemilihan anggota e. kabupaten/kota dengan jumlah Penduduk lebih dari
DPRD provinsi paling sedikit 3 (tiga) kursi dan paling 400.000 (empat ratus ribu) orang sampai
banyak 12 (dua belas) kursi. dengan. 500.000 (lima ratus ribu) orang memperoleh
(3) Dalam hal penentuan daerah pemilihan alokasi 40 (empat puluh) kursi;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat f. kabupaten/kota dengan jumlah Penduduk lebih dari
diberlakukan, penentuan daerah pemilihan 500.000 (lima ratus ribu) orang sampai
menggunakan bagian kabupaten/kota. dengan 1.000.000 (satu juta) orang memperoleh
(4) Dalam hal terdapat daerah pemilihan anggota alokasi 45 (empat puluh lima) kursi;
DPRD provinsi yang sama dengan daerah pemilihan g. kabupaten/kota dengan jumlah Penduduk lebih dari
anggota DPR pada Pemilu 2014, daerah pemilihan 1.000.000 (satu juta) orang sampai dengan
DPRD provinsi tersebut disesuaikan dengan 3.000.000 (tiga juta) orang memperoleh alokasi 50
perubahan daerah pemilihan anggota DPR. (lima puluh) kursi; dan
(5) Daerah pemilihan sebagaimana dimaksud pada h. kabupaten/kota dengan jumlah Penduduk lebih dari
ayat (1) dan jumlah kursi setiap daerah pemilihan 3.000.000 (tiga juta) orang memperoleh
anggota DPRD provinsi sebagaimana dimaksud pada alokasi 55 (lima puluh lima) kursi.
ayat (2) tercantum dalam Lampiran IV yang Pasal 192
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Undang- (1) Daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten/kota
Undang ini. adalah kecamatan atau gabungan kecamatan.
(2) Jumlah kursi setiap daerah pemilihan anggota Daerah pemilihan untuk anggota DPD adalah
DPRD kabupaten/kota paling sedikit 3 (tiga) kursi dan provinsi.
paling banyak 12 (dua belas) kursi. BAB IV
(3) Dalam hal penentuan daerah pemilihan HAK MEMILIH
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat Pasal 198
diberlakukan, penentuan daerah pemilihan (1) Warga Negara Indonesia yang pada hari
menggunakan bagian kecamatan. pemungutan suara sudah genap berumur 17 (tujuh
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai daerah pemilihan belas)
dan jumlah kursi setiap daerah pemilihan anggota tahun atau lebih, sudah kawin, atau sudah pernah
DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada kawin mempunyai hak memilih.
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dalam (2) Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud
Peraturan KPU. pada ayat (1) didaftar 1 (satu) kali oleh
Pasal 193 Penyelenggara Pemilu dalam daftar Pemilih.
(1) Dalam hal terjadi bencana yang mengakibatkan (3) Warga Negara Indonesia yang telah dicabut hak
hilangnya daerah pemilihan, daerah pemilihan politiknya oleh pengadilan tidak mempunyai hak
tersebut dihapuskan. memilih.
(2) Alokasi kursi akibat hilangnya daerah pemilihan Pasal 199
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung Untuk dapat menggunakan hak memilih, Warga
kembali sesuai dengan jumlah Penduduk. Negara Indonesia harus terdaftar sebagai Pemilih
Pasal 194 kecuali
(1) Jumlah kursi anggota DPRD kabupaten/kota yang yang ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.
dibentuk setelah Pemilu ditetapkan berdasarkan Pasal 200
ketentuan dalam Undang-Undang ini. Dalam Pemilu, anggota Tentara Nasional Indonesia
(2) Alokasi kursi pada daerah pemilihan anggota dan anggota. Kepolisian Negara Republik Indonesia
DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada tidak menggunakan haknya untuk memilih.
ayat (1) ditentukan paling sedikit 3 (tiga) kursi dan BAB V
paling banyak 12 (dua belas) kursi. PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH
(3) Dalam hal terjadi pembentukan kabupaten/kota Bagian Kesatu
setelah Pemilu, dilakukan penataan daerah pemilihan 76 /283
di kabupaten/kota induk sesuai dengan jumlah
Penduduk. berdasarkan alokasi kursi sebagaimana Data Kependudukan
dimaksud pada ayat (2). Pasal 201
(4) Penataan daerah pemilihan di kabupaten/kota (1) Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan
induk dan pembentukan daerah pemilihan di data kependudukan dalam bentuk:
kabupaten/kota baru dilakukan untuk Pemilu a. data agregat kependudukan per kecamatan
berikutnya. sebagai bahan bagi KPU dalam menyusun daerah
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jumlah kursi pemilihan anggota DPRD kabupaten/kota;
anggota DPRD kabupaten/kota sebagaimana b. data penduduk potensial pemilih Pemilu sebagai
dimaksud bahan bagi KPU dalam menyusun daftar
pada ayat (1), alokasi kursi anggota DPRD pemilih sementara; dan
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat c. data Warga Negara Indonesia yang bertempat
(2), dan tinggal di luar negeri sebagai bahan bagi KPU
75 /283 dalam penyusunan daerah pemilihan dan daftar
pemilih sementara.
penataan daerah pemilihan sebagaimana dimaksud (2) Data kependudukan sebagaimana dimaksud pada
pada ayat (3) diatur dalam Peraturan KPU. ayat (1) huruf a harus sudah tersedia dan
Pasal 195 diserahkan oleh Menteri Dalam Negeri kepada KPU
(1) KPU menyusun dan menetapkan daerah paling lambat 16 (enam belas) bulan sebelum
pemilihan anggota DPRD Kabupaten/Kota hari pemungutan suara.
berdasarkan (3) Data Warga Negara Indonesia yang bertempat
ketentuan Undang-Undang ini. tinggal di luar negeri sebagaimana dimaksud pada
(2) Dalam penyusunan dan penetapan daerah ayat (1) huruf c harus sudah tersedia dan diserahkan
pemilihan anggota DPRD Kabupaten/Kota oleh Menteri Luar Negeri kepada KPU paling
sebagaimana lambat 16 (enam belas) bulan sebelum hari
dimaksud pada ayat (1), KPU melakukan konsultasi pemungutan suara.
dengan DPR. (4) Data kependudukan sebagaimana dimaksud pada
Bagian Kelima ayat (2) dan ayat (3) disinkronkan oleh Pemerintah
Jumlah Kursi dan Daerah Pemilihan Anggota DPD bersama ICPU dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan
Pasal 196 sejak diterimanya data kependudukan dan
Jumlah kursi anggota DPD untuk setiap provinsi Menteri Dalam Negeri dan Menteri Luar Negeri.
ditetapkan 4 (empat). (5) Data kependudukan yang telah disinkronkan oleh
Pasal 197 Pemerintah bersama KPU sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) menjadi data penduduk potensial telah terdaftar sebagai Pemilih.
pemilih Pemilu. (5) Hasil pemutakhiran data Pemilih digunakan
(6) Data penduduk potensial pemilih Pemilu sebagai bahan penyusunan daftar pemilih sementara.
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus Pasal 205
diserahkan (1) Pantarlih terdiri atas perangkat kelurahan/desa,
dalam waktu yang bersamaan oleh Pemerintah dan rukun warga, rukun tetangga, dan/atau warga
pemerintah daerah paling lambat 14 (empat masyarakat.
belas) bulan sebelum hari pemungutan suara dengan (2) Pantarlih sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mekanisme: diangkat dan diberhentikan oleh PPS.
a. Menteri Dalam Negeri menyerahkan kepada KPU; (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan tata
dan kerja Pantarlih diatur dalam Peraturan KPU.
b. Menteri Luar Negeri menyerahkan kepada KPU. Bagian Keempat
(7) Data kependudukan sebagaimana dimaksud pada Penyusunan Daftar Pemilih Sementara
ayat (1) huruf b dan data Warga Negara Indonesia Pasal 206
yang bertempat, tinggal di luar negeri sebagaimana (1) Daftar pemilih sementara disusun oleh PPS
dimaksud pada ayat (1) huruf c dijadikan sebagai berbasis domisili di wilayah rukun tetangga.
data pembanding daftar pemilih tetap Pemilu terakhir. (2) Daftar pemilih sementara sebagaimana dimaksud
(8) Pemerintah memberikan data kependudukan yang pada ayat (1) disusun paling lambat 1 (satu) bulan
dikonsolidasikan setiap 6 (enam) bulan kepada sejak berakhirnya pemutakhiran data Pemilih.
KPU sebagai bahan tambahan dalam pemutakhiran (3) Daftar pemilih sementara diumumkan selama 14
data Pemilih. (empat belas) hari oleh PPS untuk mendapatkan
Bagian Kedua masukan dan tanggapan masyarakat.
Daftar Pemilih (4) Daftar pemilih sementara sebagaimana dimaksud
Pasal 202 pada ayat (3), salinannya harus diberikan oleh PPS
(1) KPU Kabupaten/Kota menggunakan data melalui PPK kepada yang mewakili Peserta Pemilu di
penduduk potensial pemilih Pemilu sebagaimana tingkat kecamatan sebagai bahan untuk
dimaksud mendapatkan masukan dan tanggapan.
dalam Pasal 201 ayat (5) untuk disandingkan dengan (5) Masukan dan tanggapan masyarakat dan/atau
daftar pemilih. tetap Pemilu terakhir yang Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dimutakhirkan secara berkelanjutan sebagai bahan dan ayat (4) diterima PPS paling lama 21 (dua puluh
penyusunan daftar Pemilih. satu) hari sejak daftar pemilih sementara
(2) Daftar Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat diumumkan.
(1) paling sedikit memuat nomor induk (6) PPS wajib memperbaiki daftar pemilih sementara
kependudukan, nama, tanggal lahir, jenis kelamin, berdasarkan masukan dan tanggapan masyarakat
dan alamat Warga Negara Indonesia yang dan/atau" Peserta Pemilu paling lama 14 (empat
mempunyai hak memilih. belas) hari sejak. berakhirnya masukan dan
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara 78 /283
penyusunan daftar Pemilih diatur dalam Peraturan
KPU. tanggapan masyarakat dan Peserta Pemilu
77 /283 sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
Pasal 207
Pasal 203 (1) Daftar pemilih sementara hasil perbaikan
Setiap orang dilarang memberikan keterangan yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 206 ayat (6)
tidak benar mengenai diri sendiri atau diri orang lain diumumkan kembali oleh. PPS selama 7 (tujuh) hari
tentang suatu hal yang diperlukan untuk pengisian untuk mendapatkan masukan dan tanggapan
daftar Pemilih. masyarakat dan/atau Peserta Pemilu.
Bagian Ketiga (2) PPS wajib memperbaiki daftar pemilih sementara
Pemutakhiran Data Pemilih hasil perbaikan berdasarkan masukan dan
Pasal 204 tanggapan masyarakat. dan/atau Peserta Pemilu
(1) KPU Kabupaten/Kota melakukan pemutakhiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama
data Pemilih berdasarkan daftar pemilih tetap Pemilu 14 (empat belas) hari setelah: berakhirnya
terakhir yang dimutakhirkan secara berkelanjutan. pengumuman.
(2) Pemutakhiran data Pemilih oleh KPU (3) Daftar pemilih sementara hasil perbaikan akhir
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
(1) oleh PPS kepada KPU Kabupaten/Kota melalui PPK
diselesaikan paling lama 3 (tiga) bulan setelah untuk menyusun daftar pemilih tetap.
diterimanya data penduduk potensial pemilih Pemilu Bagian Kelima
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 201 ayat (6). Penyusunan Daftar Pemilih Tetap
(3) Dalam melaksanakan pemutakhiran data Pemilih, Pasal 208
KPU Kabupaten/Kota dibantu oleh Pantarlih, PPS, (1) KPU Kabupaten/Kota menetapkan daftar pemilih
dan PPK. tetap berdasarkan daftar pemilih sementara hasil
(4) Dalam melaksanakan pemutakhiran data Pemilih, perbaikan.
Pantarlih memberikan kepada Pemilih tanda bukti
(2) Daftar pemilih tetap sebagaimana dimaksud pada (2) Pemutakhiran data Pemilih oleh PPLN dibantu
ayat (1) disusun dengan basis TPS. Pantarlih.
(3) Daftar pemilih tetap sebagaimana dimaksud pada (3) Pantarlih sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ayat (2) ditetapkan paling lama 7 (tujuh) hari sejak terdiri atas pegawai Perwakilan Republik Indonesia
berakhirnya perbaikan terhadap daftar pemilih dan warga masyarakat Indonesia di negara yang
sementara hasil perbaikan. bersangkutan.
(4) Daftar pemilih tetap sebagaimana dimaksud pada (4) Pantarlih diangkat dan diberhentikan oleh PPLN.
ayat (1) disampaikan oleh KPU Kabupaten/Kota Pasal 213
kepada KPU, KPU. Provinsi, PPK, dan PPS. (1) PPLN menyusun daftar pemilih sementara.
(5) KPU Kabupaten/Kota wajib memberikan salinan (2) Penyusunan daftar pemilih sementara
daftar pemilih tetap sebagaimana dimaksud pada dilaksanakan paling lama 1 (satu) bulan sejak
ayat (1) kepada Partai Politik Peserta Pemilu di berakhirnya
tingkat kabupaten/kota dan perwakilan Partai Politik pemutakhiran data Pemilih.
Peserta Pemilu di tingkat kecamatan dalam bentuk (3) Daftar pemilih sementara diumumkan selama 14
salinan softcopy atau cakram padat dalam format (empat belas) hari oleh PPLN untuk mendapatkan
yang tidak bisa diubah paling lambat 7 (tujuh) hari masukan dan tanggapan masyarakat.
setelah ditetapkan. (4) Masukan dan tanggapan masyarakat
(6) Salinan softcopy atau cakram padat sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterima PPLN
dimaksud pada ayat (5) dilarang diubah. paling
Pasal 209 lama 21 (dua puluh satu) hari sejak daftar pemilih
(1) Daftar pemilih tetap diumumkan oleh PPS sejak sementara diumumkan.
diterima dari KPU Kabupaten/Kota sampai hari (5) PPLN wajib memperbaiki daftar pemilih sementara
pemungutan suara. berdasarkan masukan dan tanggapan masyarakat
(2) Daftar pemilih tetap sebagaimana dimaksud pada paling lama 7 (tujuh) hari sejak berakhirnya masukan
ayat (1) digunakan KPPS dalam melaksanakan dan tanggapan masyarakat sebagaimana
pemungutan suara. dimaksud pada ayat (4).
Pasal 210 (6) Daftar pemilih sementara hasil perbaikan
(1) Daftar pemilih tetap sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud pada ayat (5) digunakan
Pasal 208 ayat (2) dapat dilengkapi daftar pemilih PPLN
tambahan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum untuk bahan penyusunan daftar pemilih tetap.
hari pemungutan suara. Pasal 214
(2) Daftar pemilih tambahan sebagaimana dimaksud (1) PPLN menetapkan daftar pemilih sementara hasil
pada ayat (1) terdiri atas data Pemilih yang telah perbaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 213
terdaftar dalam, daftar pemilih tetap di suatu TPS ayat (6) menjadi daftar pemilih tetap.
yang karena keadaan tertentu Pemilih tidak dapat (2) PPLN mengirim daftar pemilih tetap sebagaimana
menggunakan haknya untuk memilih di TPS tempat dimaksud pada ayat (1) kepada KPU dengan
yang bersangkutan terdaftar. tembusan kepada Kepala Perwakilan Republik
(3) Untuk dapat dimasukkan ke dalam daftar pemilih Indonesia.
tambahan, seseorang harus menunjukkan bukti Pasal 215
kartu tanda penduduk elektronik dan bukti yang 80 /283
bersangkutan telah terdaftar sebagai Pemilih dalam
79 /283 (1) PPLN menyusun daftar pemilih tetap dengan basis
TPSLN berdasarkan daftar pemilih tetap
daftar pemilih tetap di TPS asal. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 214 ayat (1).
(4) Daftar pemilih tambahan sebagaimana dimaksud (2) Daftar pemilih tetap berbasis TPSLN digunakan
pada ayat (1) diumumkan oleh PPS. KPPSLN dalam melaksanakan pemungutan suara.
Bagian Keenam Pasal 216
Penyusunan Daftar Pemilih Bagi Pemilih Luar (1) Daftar pemilih tetap berbasis TPSLN sebagaimana
Negeri dimaksud dalam Pasal 215 ayat (2) dapat
Pasal 211 dilengkapi daftar pemilih tambahan sampai hari
(1) Setiap Kepala Perwakilan Republik Indonesia pemungutan suara.
menyediakan data Penduduk Warga Negara (2) Daftar pemilih tambahan sebagaimana dimaksud
Indonesia pada ayat (1) terdiri atas data Pemilih yang telah
dan data penduduk potensial pemilih Pemilu di negara terdaftar dalam daftar pemilih tetap di suatu TPSLN,
akreditasinya. yang dalam keadaan tertentu Pemilih tidak dapat
(2) PPLN menggunakan data penduduk potensial menggunakan haknya untuk memilih di TPSLN
pemilih Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tempat yang bersangkutan terdaftar.
untuk menyusun daftar Pemilih di luar negeri. Bagian Ketujuh
Pasal 212 Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap
(1) PPLN melakukan pemutakhiran data Pemilih Pasal 217
paling lama 3 (tiga) bulan setelah diterimanya data (1) KPU Kabupaten/Kota melakukan rekapitulasi
Penduduk Warga Negara Indonesia dan data daftar pemilih tetap di kabupaten/kota.
penduduk potensial pemilih Pemilu.
(2) KPU Provinsi melakukan rekapitulasi daftar PENGUSULAN BAKAL CALON PRESIDEN DAN
pemilih tetap di provinsi. WAKIL PRESIDEN DAN PENETAPAN PASANGAN
(3) KPU melakukan rekapitulasi daftar pemilih tetap CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DAN
secara nasional. PENCALONAN ANGGOTA DPR, DPD, DPRD
Pasal 218 PROVINSI, DAN DPRD KABUPATEN/KOTA
(1) KPU dan KPU Kabupaten/Kota dalam Bagian Kesatu
menyediakan data pemilih, daftar pemilih sementara, Tata Cara Penentuan, Pengusulan, dan Penetapan
dan daftar Pasangan Calon
pemilih tetap memiliki sistem informasi data Pemilih Paragraf 1
yang dapat terintegrasi dengan sistem informasi Tata Cara Penentuan Pasangan Calon
administrasi kependudukan. Pasal 221
(2) KPU dan KPU Kabupaten/Kota wajib memelihara Calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan dalam 1
dan memutakhirkan data Pemilih sebagaimana (satu) pasangan oleh Partai Politik atau Gabungan
dimaksud pada ayat (1). Partai Politik.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi Pasal 222
data Pemilih diatur dalam Peraturan KPU. Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau
Bagian Kedelapan Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu yang
Pengawasan dan Penyelesaian Perselisihan dalam memenuhi
Pemutakhiran Data dan Penetapan Daftar Pemilih persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% (dua
Pasal 219 puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu memperoleh
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, dan 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah secara
Panwaslu nasional pada Pemilu anggota DPR sebelumnya.
Kelurahan/Desa melakukan pengawasan atas Pasal 223
pelaksanaan pemutakhiran data pemilih, penyusunan (1) Penentuan calon Presiden dan/atau calon Wakil
dan pengumuman daftar pemilih sementara, Presiden dilakukan secara demokratis dan terbuka
perbaikan dan pengumuman daftar pemilih sementara sesuai dengan mekanisme internal Partai Politik
hasil perbaikan, penetapan dan pengumuman daftar bersangkutan.
pemilih tetap, daftar pemilih tambahan, dan (2) Partai Politik dapat melakukan kesepakatan
rekapitulasi daftar pemilih tetap yang dilaksanakan dengan Partai Politik lain untuk melakukan
oleh KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, penggabungan dalam mengusulkan Pasangan Calon.
PPK, dan PPS. (3) Partai Politik atau Gabungan Partai Politik
(2) Panwaslu LN melakukan pengawasan atas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
pelaksanaan pemutakhiran data pemilih, penyusunan mencalonkan 1 (satu) Pasangan Calon sesuai dengan
dan mekanisme internal Partai Politik dan/atau
pengumuman daftar pemilih sementara, perbaikan musyawarah Gabungan Partai Politik yang dilakukan
dan pengumuman daftar pemilih sementara basil secara demokratis dan terbuka.
perbaikan, penetapan dan pengumuman daftar (4) Calon Presiden dan/atau calon Wakil Presiden
pemilih tetap, daftar pemilih tambahan, dan yang telah diusulkan dalam satu pasangan oleh Partai
rekapitulasi daftar pemilih tetap luar negeri yang Politik atau Gabungan Partai Politik sebagaimana
dilaksanakan oleh PPLN. dimaksud pada ayat (3) tidak boleh dicalonkan lagi
81 /283 oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik
lainnya.
Pasal 220 82 /283
(1) Dalam hal pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 219 ditemukan unsur kesengajaan atau Pasal 224
kelalaian anggota KPU, KPU Provinsi, KPU (1) Kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan PPLN yang 223 ayat (2) terdiri atas:
merugikan a. kesepakatan antar-Partai Politik;
Warga Negara Indonesia yang memiliki hak pilih, b. kesepakatan antara Partai Politik atau Gabungan
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Partai Politik dan Pasangan Calon.
Kabupaten/Kota serta Panwaslu Kecamatan, (2) Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat
Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan (1) dinyatakan secara tertulis dengan bermeterai
Pengawas TPS menyampaikan temuan tersebut cukup yang ditandatangani oleh pimpinan Partai
kepada KPU, KPU Provinsi, dan KPU Politik atau Gabungan Partai Politik dan Pasangan
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan PPLN. Calon.
(2) Temuan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Pasal 225
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu (1) Partai Politik atau Gabungan Partai Politik dapat
Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan Pengawas TPS mengumumkan bakal calon Presiden dan/atau bakal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib calon Wakil Presiden sebelum penetapan calon
ditindaklanjuti oleh KPU, KPU Provinsi, dan KPU anggota DPR, DPD, dan DPRD.
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan PPLN. (2) Bakal calon Presiden dan/atau bakal calon Wakil
BAB VI Presiden yang diumumkan oleh Partai Politik atau
Gabungan Partai Politik sebagaimana dimaksud pada karena melakukan tindak pidana yang diancam
ayat (1) harus sudah mendapatkan persetujuan dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
tertulis dari bakal calon yang bersangkutan. l. bukti kelulusan berupa fotokopi ijazah, surat tanda
Paragraf 2 tamat belajar, atau surat keterangan lain yang
Pendaftaran Bakal Pasangan Calon Presiden dan dilegalisasi oleh satuan pendidikan atau program
Wakil Presiden pendidikan menengah;
Pasal 226 m. surat keterangan tidak terlibat organisasi terlarang
(1) Bakal Pasangan Calon didaftarkan oleh Partai dan G.30.S/PKI dari kepolisian;
Politik atau Gabungan Partai Politik yang telah n. surat pernyataan bermeterai cukup tentang
ditetapkan oleh KPU sebagai Peserta Pemilu. kesediaan yang bersangkutan diusulkan sebagai
(2) Pendaftaran bakal Pasangan Calon oleh Partai bakal
Politik ditandatangani oleh ketua umum atau nama calon Presiden dan bakal calon Wakil Presiden
lain dan sekretaris jenderal atau nama lain serta secara berpasangan;
Pasangan Calon yang bersangkutan. o. surat pernyataan pengunduran diri sebagai anggota
(3) Pendaftaran bakal Pasangan Calon oleh Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Gabungan Partai Politik ditandatangani oleh ketua Republik Indonesia, dan Pegawai Negeri Sipil sejak
umum ditetapkan sebagai Pasangan Calon Peserta
atau nama lain dan sekretaris jenderal atau nama lain Pemilu; dan
dari setiap Partai Politik yang bergabung serta p. surat pernyataan pengunduran diri dari karyawan
Pasangan Calon yang bersangkutan. atau pejabat badan usaha milik negara atau badan
(4) Masa pendaftaran bakal Pasangan Calon paling usaha milik daerah sejak ditetapkan sebagai
lama 8 (delapan) bulan sebelum hari pemungutan Pasangan Calon Peserta Pemilu.
suara. Pasal 228
Pasal 227 (1) Partai Politik dilarang menerima imbalan dalam
Pendaftaran bakal Pasangan Calon sebagaimana bentuk apa pun pada proses pencalonan Presiden
dimaksud dalam Pasal 226 dilengkapi persyaratan dan Wakil Presiden.
sebagai berikut: (2) Dalam hal Partai Politik terbukti menerima imbalan
a. kartu tanda penduduk elektronik dan akta kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Partai
Warga Negara Indonesia; Politik yang bersangkutan dilarang mengajukan calon
b. surat keterangan catatan kepolisian dan Markas pada periode berikutnya.
Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia; (3) Partai Politik yang menerima imbalan
c. surat keterangan kesehatan dari rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
Pemerintah yang ditunjuk oleh KPU; dibuktikan dengan
d. surat tanda terima atau bukti penyampaian laporan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
harta kekayaan pribadi kepada Komisi hukum tetap.
Pemberantasan Korupsi; (4) Setiap orang atau lembaga dilarang memberikan
e. surat keterangan tidak sedang dalam keadaan pailit imbalan kepada Partai Politik dalam bentuk apa pun
dan/atau tidak memiliki tanggungan utang yang dalam proses pencalonan Presiden dan Wakil
dikeluarkan oleh pengadilan negeri; Presiden.
f. surat pernyataan tidak sedang dicalonkan sebagai Pasal 229
anggota DPR, DPD, dan DPRD; (1) Partai Politik atau Gabungan Partai Politik dalam
g. fotokopi nomor pokok wajib pajak dan tanda bukti mendaftarkan bakal Pasangan Calon ke KPU wajib
pengiriman atau penerimaan Surat Pemberitahuan menyerahkan:
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang a. surat pencalonan yang ditandatangani oleh ketua
Pribadi selama 5 (lima) tahun terakhir; umum atau nama lain dan sekretaris jenderal
83 /283 atau nama lain partai politik atau ketua umum atau
nama lain dan sekretaris jenderal atau nama
h. daftar riwayat hidup, profit singkat, dan rekam jejak lain Partai Politik yang bergabung sesuai dengan
setiap bakal calon; ketentuan peraturan perundang-undangan;
i. surat pernyataan belum pernah menjabat sebagai b. kesepakatan tertulis antar-Partai Politik
Presiden atau Wakil Presiden selama 2 (dua) kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 ayat (1)
masa jabatan dalam jabatan yang sama; huruf
j. surat pernyataan setia kepada Pancasila sebagai a;
dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara c. surat pernyataan tidak akan menarik pencalonan
Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita atas pasangan yang dicalonkan yang
Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagaimana yang ditandatangani oleh pimpinan Partai Politik atau para
dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar pimpinan Partai Politik yang bergabung;
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; d. kesepakatan tertulis antara Partai Politik atau
k. surat keterangan dari pengadilan negeri yang Gabungan Partai Politik dan bakal Pasangan
menyatakan bahwa setiap bakal calon tidak pernah Calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 ayat
dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan (1) huruf b;
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap e. naskah visi, misi, dan program dari bakal Pasangan
Calon;
f. surat pernyataan dari bakal Pasangan Calon tidak (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
akan mengundurkan diri sebagai Pasangan verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran
84 /283 dokumen
persyaratan administratif bakal Pasangan Calon diatur
Calon; dan dalam Peraturan KPU.
g. kelengkapan persyaratan bakal Pasangan Calon Pasal 232
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 227. (1) Dalam hal bakal Pasangan Calon yang diusulkan
(2) KPU menolak pendaftaran Pasangan Calon dalam tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
hal: dimaksud dalam Pasal 227 dan Pasal 229, KPU
a. pendaftaran 1 (satu) Pasangan Calon diajukan oleh meminta kepada Partai Politik dan/atau Gabungan
gabungan dari seluruh Partai Politik Partai Politik yang bersangkutan untuk mengusulkan
Peserta Pemilu; atau bakal Pasangan Calon yang baru sebagai
b. pendaftaran 1 (satu) Pasangan Calon diajukan oleh pengganti.
gabungan partai politik Peserta Pemilu (2) Pengusulan bakal Pasangan Calon sebagaimana
yang mengakibatkan gabungan Partai Politik Peserta dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 14
Pemilu lainnya tidak dapat mendaftarkan (empat belas) hari sejak surat permintaan dan KPU
Pasangan Calon. diterima oleh Partai Politik dan/atau Gabungan
Paragraf 3 Partai Politik.
Verifikasi Bakal Pasangan Calon 85 /283
Pasal 230
(1) KPU melakukan verifikasi terhadap kelengkapan (3) KPU melakukan verifikasi terhadap kelengkapan
dan kebenaran dokumen persyaratan administratif dan kebenaran dokumen persyaratan administratif
bakal Pasangan Calon paling lama 4 (empat) hari bakal Pasangan Calon sebagaimana dimaksud pada
sejak diterimanya surat pencalonan. ayat (2) paling lama 4 (empat) hari setelah
(2) KPU memberitahukan secara tertulis hasil diterimanya surat pengusulan bakal Pasangan Calon
verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran baru.
dokumen (4) KPU memberitahukan secara tertulis hasil
persyaratan administratif sebagaimana dimaksud verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran
pada ayat (1) kepada pimpinan Partai Politik atau dokumen
pimpinan Partai Politik yang bergabung dan persyaratan administratif sebagaimana dimaksud
Pasangan Calon pada hari kelima sejak diterimanya pada ayat (3) kepada pimpinan Partai Politik
surat dan/atau pimpinan Partai Politik yang bergabung dan
pencalonan. bakal Pasangan Calon paling lama pada hari
Pasal 231 kelima sejak diterimanya surat pengusulan bakal
(1) Dalam hal persyaratan administratif bakal Pasangan Calon yang baru.
Pasangan Calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 233
227 Dalam hal persyaratan administratif bakal Pasangan
dan Pasal 229 belum lengkap, KPU memberikan Calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 232 tidak
kesempatan kepada Partai Politik atau Gabungan lengkap, tidak benar, dan/atau tidak absah, Partai
Partai Politik dan/atau bakal Pasangan Calon untuk Politik dan/atau Gabungan Partai Politik yang
memperbaiki dan/atau melengkapi persyaratan bersangkutan tidak dapat lagi mengusulkan bakal
dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak Pasangan Calon.
diterimanya surat pemberitahuan hasil verifikasi dari Pasal 234
KPU (1) Dalam hal salah satu calon dan bakal Pasangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 230 ayat (2). Calon atau kedua calon dari bakal Pasangan Calon
(2) Pimpinan Partai Politik atau para pimpinan Partai berhalangan tetap sampai dengan 7 (tujuh) hari
Politik yang bergabung dan/atau bakal Pasangan sebelum bakal Pasangan Calon ditetapkan sebagai
Calon menyerahkan hasil perbaikan dan/atau calon Presiden dan Wakil Presiden, Partai Politik atau
kelengkapan persyaratan administratif bakal Gabungan Partai Politik yang bakal calon atau
Pasangan bakal Pasangan Calonnya berhalangan tetap diberi
Calon kepada KPU paling lama pada hari keempat kesempatan untuk mengusulkan bakal Pasangan
sejak diterimanya surat pemberitahuan hasil Calon pengganti.
verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (2) KPU melakukan verifikasi terhadap kelengkapan
(3) KPU memberitahukan secara tertulis hasil dan kebenaran dokumen persyaratan administratif
verifikasi ulang kepada pimpinan Partai Politik atau bakal Pasangan Calon pengganti sebagaimana
para dimaksud pada ayat (1) paling lama 4 (empat) hari
pimpinan Partai Politik yang bergabung dan/atau terhitung sejak bakal Pasangan Calon tersebut
bakal Pasangan Calon paling lama pada hari ketiga didaftarkan.
sejak diterimanya hasil perbaikan dan/atau Paragraf 4
kelengkapan persyaratan administratif bakal Penetapan dan Pengumuman Pasangan Calon
Pasangan Pasal 235
Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(1) KPU menetapkan dalam sidang pleno KPU mengusulkan pengganti salah satu Calon atau
tertutup dan mengumumkan nama Pasangan Calon Pasangan Calon kepada KPU paling lama 7 (tujuh)
yang hari sejak salah satu Calon atau Pasangan Calon
telah memenuhi syarat sebagai Peserta Pemilu berhalangan tetap.
Presiden dan Wakil Presiden, 1 (satu) hari setelah (2) KPU melakukan verifikasi dan menetapkan
selesai verifikasi. Pasangan Calon pengganti sebagaimana dimaksud
(2) Penetapan nomor urut Pasangan Calon pada
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan ayat (1) paling lama 4 (empat) hari sejak Pasangan
secara undi Calon pengganti didaftarkan.
dalam sidang pleno KPU terbuka dan dihadiri oleh (3) Dalam hal Partai Politik atau Gabungan Partai
seluruh Pasangan Calon, 1 (satu) hari setelah Politik sampai berakhirnya batas waktu sebagaimana
penetapan dan pengumuman sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat (1) tidak mengusulkan calon
pada ayat (1). pengganti, tahapan pelaksanaan Pemilu Presiden
(3) KPU mengumumkan secara luas nama dan nomor dan Wakil Presiden dilanjutkan dengan Pasangan
unit Pasangan Calon setelah sidang pleno KPU Calon yang telah ditetapkan oleh KPU.
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melalui Pasal 238
lembaga penyiaran publik. (1) Dalam hal salah satu calon atau Pasangan Calon
(4) Dalam hal hanya terdapat 1 (satu) Pasangan berhalangan tetap sebelum dimulainya hari
Calon, KPU memperpanjang jadwal pendaftaran pemungutan suara putaran kedua, KPU menunda
Pasangan Calon selama 2 (dua) x 7 (tujuh) hari. tahapan pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil
(5) Dalam hal partai politik atau Gabungan Partai Presiden paling lama 15 (lima belas) hari sejak
Politik yang memenuhi syarat mengajukan Pasangan Pasangan Calon berhalangan tetap.
Calon tidak mengajukan bakal Pasangan Calon, (2) Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang
partai politik bersangkutan dikenai sanksi tidak Pasangan Calonnya berhalangan tetap sebagaimana
mengikuti Pemilu berikutnya. dimaksud pada ayat (1) mengusulkan Pasangan
(6) Dalam hal telah dilaksanakan perpanjangan Calon pengganti paling lama 3 (tiga) hari sejak
pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Pasangan Calon berhalangan tetap.
masih (3) Dalam hal Partai Politik atau Gabungan Partai
terdapat 1 (satu) Pasangan Calon, tahapan Politik sampai berakhirnya batas waktu sebagaimana
pelaksanaan Pemilu tetap dilaksanakan sesuai dimaksud pada ayat (2) tidak mengusulkan calon
dengan pengganti, KPU menetapkan Pasangan Calon yang
ketentuan Undang-Undang ini. memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya
Pasal 236 sebagai Pasangan Calon dalam Pemilu Presiden dan
86 /283 Wakil Presiden pada putaran kedua.
(4) KPU melakukan verifikasi dan menetapkan
(1) Partai politik atau Gabungan Partai Politik Pasangan Calon pengganti sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1) pada
huruf c ayat (2) paling lama 3 (tiga) hari sejak Pasangan
dilarang menarik calonnya dan/atau Pasangan Calon Calon pengganti didaftarkan.
yang telah ditetapkan oleh KPU. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
(2) Salah seorang dari bakal Pasangan Calon atau tahapan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang
bakal Pasangan Calon sebagaimana dimaksud dalam ditunda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
Pasal 229 ayat (1) huruf f dilarang mengundurkan diri dalam Peraturan KPU.
terhitung sejak ditetapkan sebagai Pasangan Paragraf 5
Calon oleh KPU. Pengawasan atas Verifikasi Kelengkapan
(3) Dalam hal partai politik atau Gabungan Partai Administrasi Pasangan Calon
Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menarik Pasal 239
Pasangan Calon atau salah seorang dari Pasangan (1) Bawaslu melakukan pengawasan atas
Calon, Partai Politik atau Gabungan Partai Politik pelaksanaan verifikasi kelengkapan dan keabsahan
tidak dapat mengusulkan calon pengganti. administrasi Pasangan Calon yang dilakukan oleh
(4) Dalam hal Pasangan Calon atau salah seorang KPU.
dan Pasangan Calon sebagaimana dimaksud pada 87 /283
ayat (2) mengundurkan diri, Partai Politik atau
Gabungan Partai Politik yang mencalonkan tidak (2) Dalam hal Bawaslu sebagaimana dimaksud pada
dapat ayat (1) menemukan unsur kesengajaan atau
mengusulkan calon pengganti. kelalaian anggota KPU yang berakibat merugikan
Pasal 237 Pasangan Calon, Bawaslu menyampaikan temuan
(1) Dalam hal salah satu calon atau Pasangan Calon tersebut kepada KPU.
berhalangan tetap sejak penetapan Pasangan (3) KPU wajib menindaklanjuti temuan Bawaslu
Calon sampai dengan 60 (enam puluh) hari sebelum sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
hari pemungutan suara, Partai Politik atau Bagian Kedua
Gabungan Partai Politik yang salah satu Calon atau Pencalonan Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi
Pasangan Calonnya berhalangan tetap, dapat dan DPRD Kabupaten/Kota
Paragraf 1 p. dicalonkan hanya di 1 (satu) daerah pemilihan.
Persyaratan Bakal Calon Anggota DPR, DPRD (2) Kelengkapan administratif bakal calon anggota
Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota
Pasal 240 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan
(1) Bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan dengan:
DPRD kabupaten/kota adalah Warga Negara a. kartu tanda penduduk Warga Negara Indonesia;
Indonesia dan harus memenuhi persyaratan: b. bukti kelulusan pendidikan terakhir berupa fotokopi
a. telah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih; ijazah, surat tanda tamat belajar, atau surat
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; keterangan lain yang dilegalisasi oleh satuan
c. bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan pendidikan atau program pendidikan menengah;
Republik Indonesia; c. surat pernyataan bermeterai bagi calon anggota
d. dapat berbicara, membaca, dan/atau menulis DPR, DPRD provinsi, dan DPRD
dalam bahasa Indonesia; kabupaten/kota yang tidak pernah dipidana dengan
e. berpendidikan paling rendah tamat sekolah ancaman pidana penjara 5 (lima) tahun
menengah atas, madrasah aliyah, sekolah atau lebih atau surat keterangan dari lembaga
menengah kejuruan, madrasah aliyah kejuruan, atau pemasyarakatan bagi calon yang pernah dijatuhi
sekolah lain yang sederajat; pidana;
f. setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar d. surat keterangan sehat jasmani dan rohani dan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, surat keterangan bebas dari penyalahgunaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka narkotika;
Tunggal Ika; e. surat tanda bukti telah terdaftar sebagai pemilih;
g. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan f. surat pernyataan tentang kesediaan untuk bekerja
pengadilan yang telah memperoleh penuh waktu yang ditandatangani di atas
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak kertas bermeterai cukup;
pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 g. surat pernyataan kesediaan untuk tidak berpraktik
(lima) tahun atau lebih, kecuali secara terbuka dan sebagai akuntan publik, advokat, notaris,
jujur mengemukakan kepada publik bahwa pejabat pembuat akta tanah, dan/atau tidak
yang bersangkutan mantan terpidana; melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa
h. sehat jasmani, rohani, dan bebas dari yang berhubungan dengan keuangan negara serta
penyalahgunaan narkotika; pekerjaan lain yang dapat menimbulkan
i. terdaftar sebagai pemilih; konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan
j. bersedia bekerja penuh waktu; hak sebagai anggota DPR, DPRD provinsi,
k. mengundurkan diri sebagai kepala daerah, wakil dan DPRD kabupaten/kota yang ditandatangani di
kepala daerah, aparatur sipil negara, anggota atas kertas bermeterai cukup;
Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian h. surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik
Negara Republik Indonesia, direksi, komisaris, kembali sebagai kepala daerah, wakil kepala
dewan pengawas dan karyawan pada badan usaha daerah, aparatur sipil negara, anggota Tentara
milik negara dan/atau badan usaha milik Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian
daerah, atau badan lain yang anggarannya Negara Republik Indonesia, direksi, komisaris, dewan
bersumber dari keuangan negara, yang dinyatakan pengawas dan karyawan pada badan
dengan surat pengunduran diri yang tidak dapat usaha milik negara dan/atau badan usaha milik
ditarik kembali; daerah serta pengurus pada badan lain yang
l. bersedia untuk tidak berpraktik sebagai akuntan anggarannya bersumber dari keuangan negara;
publik, advokat, notaris, pejabat pembuat akta i. kartu tanda anggota Partai Politik Peserta Pemilu;
tanah, atau tidak" melakukan pekerjaan penyedia j. surat pernyataan tentang kesediaan untuk hanya
barang dan jasa yang berhubungan dengan dicalonkan oleh 1 (satu) partai politik untuk 1
keuangan negara serta pekerjaan lain yang dapat (satu) lembaga perwakilan yang ditandatangani di
menimbulkan konflik kepentingan dengan atas kertas bermeterai cukup; dan
tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPR, k. surat pernyataan tentang kesediaan hanya
DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dicalonkan pada 1 (satu) daerah pemilihan yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup.
undangan; Paragraf 2
m. bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai Tata Cara Pengajuan Bakal Calon Anggota DPR,
pejabat negara lainnya, direksi, komisaris, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota
dewan pengawas dan karyawan pada badan usaha Pasal 241
milik negara dan/atau badan usaha milik (1) Partai Politik Peserta Pemilu melakukan seleksi
daerah serta badan lain yang anggarannya bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD
bersumber dari keuangan negara; kabupaten/kota.
n. menjadi anggota Partai Politik Peserta Pemilu; (2) Seleksi bakal calon sebagaimana dimaksud pada
88 /283 ayat (1) dilakukan secara demokratis dan terbuka
sesuai dengan anggaran dasar, anggaran rumah
o. dicalonkan hanya di 1 (satu) lembaga perwakilan; tangga, dan/atau peraturan internal Partai Politik
dan Peserta Pemilu.
Pasal 242 Paragraf 3
Ketentuan mengenai Partai Politik dilarang menerima Verifikasi Kelengkapan Administrasi Bakal Calon
imbalan dalam bentuk apa pun pada proses Anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD
89 /283 Kabupaten/Kota
90 /283
pencalonan Presiden dan Wakil Presiden
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 228 berlaku Pasal 248
secara mutatis (1) KPU melakukan verifikasi terhadap kelengkapan
mutandis terhadap seleksi bakal calon anggota DPR, dan kebenaran dokumen persyaratan administrasi
DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. bakal calon anggota DPR dan verifikasi terhadap
Pasal 243 terpenuhinya keterwakilan perempuan paling sedikit
(1) Bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30% (tiga puluh persen).
241 disusun dalam daftar bakal calon oleh partai (2) KPU Provinsi melakukan verifikasi terhadap
politik masing-masing. kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan
(2) Daftar bakal calon anggota DPR ditetapkan oleh administrasi bakal calon anggota DPRD provinsi dan
pengurus Partai Politik Peserta Pemilu tingkat pusat. verifikasi terhadap terpenuhinya jumlah bakal
(3) Daftar bakal calon anggota DPRD provinsi calon paling sedikit 30% (tiga puluh persen)
ditetapkan oleh pengurus Partai Politik Peserta keterwakilan perempuan.
Pemilu (3) KPU Kabupaten/Kota melakukan verifikasi
tingkat provinsi. terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen
(4) Daftar bakal calon anggota DPRD kabupaten/kota persyaratan administrasi bakal calon anggota DPRD
ditetapkan oleh pengurus Partai Politik Peserta kabupaten/kota dan verifikasi terhadap
Pemilu tingkat kabupaten /kota. terpenuhinya jumlah bakal calon paling sedikit 30%
Pasal 244 (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan.
Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 249
Pasal 243 memuat paling banyak 100% (seratus (1) Dalam hal kelengkapan dokumen persyaratan
persen) administrasi bakal calon sebagaimana dimaksud
dan jumlah kursi pada setiap daerah pemilihan. dalam
Pasal 245 Pasal 248 tidak terpenuhi, maka KPU, KPU Provinsi,
Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud dalam dan KPU Kabupaten/Kota mengembalikan
Pasal 243 memuat keterwakilan perempuan paling dokumen persyaratan administrasi bakal calon
sedikit anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD
30% (tiga puluh persen). kabupaten/kota kepada Partai Politik Peserta Pemilu.
Pasal 246 (2) Dalam hal daftar bakal calon tidak memuat
(1) Nama calon dalam daftar bakal calon keterwakilan perempuan paling sedikit 30% (tiga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 243 disusun puluh
berdasarkan persen), KPU, KPU Provinsi, dan KPU
nomor urut. Kabupaten/Kota memberikan kesempatan kepada
(2) Di dalam daftar bakal calon sebagaimana partai politik
dimaksud pada ayat (1), setiap 3 (tiga) orang bakal untuk memperbaiki daftar bakal calon tersebut.
calon (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai proses verifikasi
terdapat paling sedikit 1 (satu) orang perempuan bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan
bakal calon. DPRD kabupaten/kota diatur dalam Peraturan KPU.
(3) Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud pada Pasal 250
ayat (1) disertai pas foto diri terbaru. (1) KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
Pasal 247 meminta kepada partai politik untuk mengajukan
(1) Daftar bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, bakal
dan DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud calon baru anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD
dalam Pasal 243 diajukan kepada: kabupaten/kota sebagai pengganti bakal calon
a. KPU untuk daftar bakal calon anggota DPR yang yang terbukti memalsukan atau menggunakan
ditandatangani oleh ketua umum partai politik dokumen palsu.
atau nama lain dan sekretaris jenderal partai politik (2) Partai politik mengajukan nama bakal calon baru
atau nama lain; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 14
b. KPU Provinsi untuk daftar bakal calon anggota (empat belas) hari terhitung sejak surat permintaan
DPRD provinsi yang ditandatangani oleh ketua dan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
atau nama lain dan sekretaris atau nama lain; dan diterima oleh partai politik.
c. KPU Kabupaten/Kota untuk daftar bakal calon (3) Partai Politik Peserta Pemilu yang bersangkutan
anggota DPRD kabupaten/kota yang tidak dapat mengajukan bakal calon pengganti
ditandatangani oleh ketua atau nama lain dan apabila putusan pengadilan telah memperoleh
sekretaris atau nama lain. kekuatan hukum tetap membuktikan terjadinya
(2) Daftar calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan pemalsuan atau penggunaan dokumen palsu tersebut
DPRD kabupaten/kota diajukan paling lambat 9 dikeluarkan setelah ditetapkannya daftar calon
(sembilan) bulan sebelum hari pemungutan suara.
tetap oleh KPU, KPU Provinsi, dan KPU cetak harian dan media massa elektronik daerah serta
Kabupaten/Kota. sarana pengumuman lainnya selama 5 (lima)
(4) KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota hari.
melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan (5) Masukan dan tanggapan dan masyarakat
kebenaran dokumen persyaratan administrasi bakal disampaikan kepada KPU, KPU Provinsi, atau KPU
calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota paling lama 10 (sepuluh) hari
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat terhitung sejak daftar calon sementara diumumkan.
(2). (6) KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
Paragraf 4 mengumumkan persentase keterwakilan perempuan
Pengawasan Atas Verifikasi Kelengkapan dalam daftar calon sementara partai politik masing-
Administrasi Bakal Calon Anggota DPR, DPRD masing pada media massa cetak harian nasional
Provinsi, dan media massa elektronik nasional.
dan DPRD Kabupaten/Kota Pasal 253
Pasal 251 (1) KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu meminta klarifikasi kepada partai politik atas masukan
Kabupaten/Kota, melakukan pengawasan atas dan tanggapan dari masyarakat.
pelaksanaan (2) Pimpinan partai politik harus memberikan
verifikasi kelengkapan administrasi bakal calon kesempatan kepada calon yang bersangkutan untuk
anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD mengklarifikasi masukan dan tanggapan dari
kabupaten/kota yang dilakukan oleh KPU, KPU masyarakat.
Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota. (3) Pimpinan partai politik menyampaikan hasil
91 /283 klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
secara
(2) Dalam hal pengawasan sebagaimana dimaksud tertulis kepada KPU, KPU Provinsi, dan KPU
pada ayat (1) menemukan unsur kesengajaan atau Kabupaten/Kota.
kelalaian anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU (4) Dalam hal hasil klarifikasi sebagaimana dimaksud
Kabupaten/Kota berakibat merugikan bakal calon pada ayat (3) menyatakan bahwa calon sementara
anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD tersebut tidak memenuhi syarat, KPU, KPU Provinsi,
kabupaten/kota, maka Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota memberitahukan dan
dan memberikan kesempatan kepada partai politik untuk
Bawaslu Kabupaten/Kota menyampaikan temuan dan mengajukan pengganti calon dan daftar calon
hasil kajian kepada KPU, KPU Provinsi, dan sementara hasil perbaikan.
KPU Kabupaten/Kota. (5) Pengajuan pengganti calon dan daftar calon
(3) KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota sementara hasil perbaikan sebagaimana dimaksud
wajib menindaklanjuti temuan dan hasil kajian pada
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu ayat (4) paling lama 7 (tujuh) hari setelah surat
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat pemberitahuan dan KPU, KPU Provinsi, dan KPU
(2). 92 /283
Paragraf 5
Penyusunan Daftar Calon Sementara Anggota Kabupaten/Kota diterima oleh partai politik.
DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota (6) KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
Pasal 252 melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan
(1) Bakal calon yang lulus verifikasi sebagaimana kebenaran dokumen persyaratan administrasi
dimaksud dalam Pasal 248 disusun dalam daftar pengganti calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan
calon DPRD kabupaten/kota paling lama 3 (tiga) hari
sementara oleh: setelah diterimanya pengajuan pengganti calon dan
a. KPU untuk daftar calon sementara anggota DPR; daftar calon sementara.
b. KPU Provinsi untuk daftar calon sementara (7) Dalam hal partai politik tidak mengajukan
anggota DPRD provinsi; dan pengganti calon dan daftar calon sementara hasil
c. KPU Kabupaten/Kota untuk daftar calon sementara perbaikan
anggota DPRD kabupaten/kota. sebagaimana dimaksud pada ayat (5), urutan nama
(2) Daftar calon sementara sebagaimana dimaksud dalam daftar calon sementara diubah oleh KPU,
pada ayat (1) ditandatangani oleh ketua dan anggota KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota sesuai
KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota. dengan urutan berikutnya.
(3) Daftar calon sementara sebagaimana dimaksud Pasal 254
pada ayat (1) disusun berdasarkan nomor unit dan Dalam hal ditemukan dugaan telah terjadi pemalsuan
dilengkapi pas foto diri terbaru. dokumen atau penggunaan dokumen palsu dalam
(4) Daftar calon sementara anggota DPR, DPRD persyaratan administrasi bakal calon dan/atau calon
provinsi, dan DPRD kabupaten/kota sebagaimana anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD
dimaksud pada ayat (1) diumumkan oleh KPU, KPU kabupaten/kota, KPU, KPU Provinsi, dan KPU
Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota paling sedikit Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan Kepolisian
di 1 (satu) media massa cetak harian dan media Negara
massa elektronik nasional dan 1 (satu) media massa
Republik Indonesia untuk menindaklanjutinya sesuai pemasyarakatan bagi calon yang pernah dijatuhi
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. pidana;
Pasal 255 d. surat keterangan sehat jasmani dan rohani dan
Dalam hal putusan pengadilan yang memperoleh surat keterangan bebas narkotika;
kekuatan hukum tetap yang menyatakan tidak terbukti e. surat tanda bukti telah terdaftar sebagai pemilih;
adanya pemalsuan dokumen atau penggunaan f. surat pernyataan tentang kesediaan untuk bekerja
dokumen palsu sebagaimana dimaksud dalam Pasal penuh waktu yang ditandatangani di atas
254 kertas bermeterai cukup;
dibacakan setelah KPU, KPU Provinsi, dan KPU g. surat pernyataan kesediaan untuk tidak berpraktik
Kabupaten/Kota menetapkan daftar calon tetap sebagai akuntan publik, advokat, notaris,
anggota pejabat pembuat akta tanah (PPAT), dan pekerjaan
DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota, penyedia barang dan jasa yang
putusan tersebut tidak memengaruhi daftar calon berhubungan dengan keuangan negara serta
tetap. pekerjaan lain yang dapat menimbulkan konflik
Paragraf 6 kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak
Penetapan dan Pengumuman Daftar Calon Tetap sebagai anggota DPD yang ditandatangani di
Anggota DPR dan DPRD atas kertas bermeterai cukup;
Pasal 256 h. surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik
(1) KPU menetapkan daftar calon tetap anggota DPR. kembali sebagai kepala daerah, wakil kepala
(2) KPU Provinsi menetapkan daftar calon tetap daerah, aparatur sipil negara, anggota Tentara
anggota DPRD provinsi. Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian
(3) KPU Kabupaten/Kota menetapkan daftar calon Negara Republik Indonesia, direksi, komisaris, dewan
tetap anggota DPRD kabupaten/kota. pengawas dan karyawan pada badan
(4) Daftar calon tetap sebagaimana dimaksud pada usaha milik negara dan/atau badan usaha milik
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) disusun berdasarkan daerah, pengurus pada badan lain yang
nomor unit dan dilengkapi pas foto diri terbaru. anggarannya bersumber dan APBN dan/atau
Pasal 257 anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan
(1) Daftar calon tetap anggota DPR, DPRD provinsi, i. surat pernyataan tentang kesediaan hanya
dan DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud mencalonkan untuk 1 (satu) lembaga perwakilan
dalam Pasal 255 diumumkan oleh KPU, KPU yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup.
Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota. (3) Pendaftaran calon anggota DPD dilaksanakan
(2) KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota paling lambat 9 (sembilan) bulan sebelum hari
mengumumkan persentase keterwakilan perempuan pemungutan suara.
dalam daftar calon tetap partai politik masing-masing Paragraf 8
pada media massa cetak harian nasional dan Verifikasi Kelengkapan Administrasi Bakal Calon
media massa elektronik nasional. Anggota DPD
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman teknis Pasal 259
pencalonan anggota DPR, DPRD provinsi, dan (1) KPU melaksanakan verifikasi kelengkapan dan
DPRD kabupaten/kota diatur dalam Peraturan KPU. kebenaran dokumen persyaratan bakal calon anggota
Paragraf 7 DPD.
Tata Cara Pendaftaran Bakal Calon Anggota DPD (2) KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
93 /283 membantu pelaksanaan verifikasi sebagaimana
dimaksud
Pasal 258 pada ayat (1).
(1) Perseorangan yang memenuhi persyaratan Pasal 260
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 182 dan Pasal (1) Persyaratan dukungan minimal Pemilih
183 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 183 ayat (1)
dapat mendaftarkan diri sebagai bakal calon anggota dibuktikan
DPD kepada KPU melalui KPU Provinsi. dengan daftar dukungan yang dibubuhi tanda tangan
(2) Kelengkapan administrasi bakal calon anggota atau cap jempol jari tangan dan dilengkapi
DPD, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) fotokopi kartu tanda penduduk setiap pendukung.
dibuktikan (2) Seorang Pemilih tidak dibolehkan memberikan
dengan: dukungan kepada lebih dari 1 (satu) orang bakal
a. kartu tanda penduduk Warga Negara Indonesia; calon
b. bukti kelulusan berupa fotokopi ijazah, surat tanda 94 /283
tamat belajar, atau surat keterangan lain
yang dilegalisasi oleh satuan pendidikan atau anggota DPD.
program pendidikan menengah; (3) Dalam hal ditemukan bukti adanya data palsu atau
c. surat pernyataan bermeterai bagi calon anggota data yang sengaja digandakan oleh bakal calon
DPD yang tidak pernah dipidana dengan anggota DPD terkait dengan dokumen persyaratan
ancaman pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih dukungan minimal pemilih, bakal calon anggota
atau surat keterangan dari lembaga DPD dikenai pengurangan jumlah dukungan minimal
Pemilih sebanyak 50 (lima puluh) kali temuan
bukti data palsu atau data yang digandakan. berkoordinasi dengan Kepolisian Negara Republik
Paragraf 9 Indonesia untuk menindaklanjutinya sesuai dengan
Pengawasan Atas Verifikasi Kelengkapan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Administrasi Bakal Calon Anggota DPD Pasal 265
Pasal 261 Dalam hal putusan pengadilan yang memperoleh
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu kekuatan hukum tetap yang menyatakan tidak terbukti
Kabupaten/Kota melakukan pengawasan atas adanya pemalsuan dokumen atau penggunaan
pelaksanaan dokumen palsu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
verifikasi kelengkapan persyaratan administrasi bakal 264
calon anggota DPD yang dilakukan oleh KPU, dibacakan setelah KPU dan KPU Provinsi
KPU Provinsi, dan KPU. Kabupaten/Kota. menetapkan daftar calon tetap anggota DPD, putusan
(2) Dalam hal pengawasan sebagaimana dimaksud tersebut
pada ayat (1) menemukan unsur kesengajaan atau tidak memengaruhi daftar calon tetap.
kelalaian anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU Paragraf 11
Kabupaten/Kota berakibat merugikan atau Penetapan dan Pengumuman Daftar Calon Tetap
menguntungkan bakal calon anggota DPD, maka Anggota DPD
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Pasal 266
Kabupaten/Kota menyampaikan temuan kepada KPU, (1) Daftar calon tetap anggota DPD ditetapkan oleh
KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota. KPU.
(3) Temuan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu (2) Daftar calon tetap anggota DPD sebagaimana
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan abjad
(2) wajib ditindaklanjuti oleh KPU, KPU Provinsi, dan dan dilengkapi pas foto diri terbaru.
KPU Kabupaten/Kota. (3) Daftar calon tetap anggota DPD sebagaimana
Paragraf 10 dimaksud pada ayat (2) diumumkan oleh KPU.
Penetapan Daftar Calon Sementara Anggota DPD (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman teknis
Pasal 262 pencalonan anggota DPD ditetapkan oleh KPU.
(1) KPU menetapkan daftar calon sementara anggota BAB VII
DPD. KAMPANYE PEMILU
(2) Daftar calon sementara sebagaimana dimaksud Bagian Kesatu
pada ayat (1) ditandatangani oleh ketua dan anggota Umum
KPU. Pasal 267
(3) Daftar calon sementara anggota DPD (1) Kampanye Pemilu merupakan bagian dari
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan pendidikan politik masyarakat dan dilaksanakan
oleh KPU secara
paling sedikit pada 1 (satu) media massa cetak harian bertanggung jawab.
dan media massa elektronik nasional dan 1 (2) Kampanye Pemilu dilaksanakan secara serentak
(satu) media massa cetak harian dan media massa antara Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil
elektronik daerah serta sarana pengumuman Presiden dengan Kampanye Pemilu anggota DPR,
lainnya untuk mendapatkan masukan dan tanggapan DPD, dan DPRD.
masyarakat. Pasal 268
(4) Masukan dan tanggapan masyarakat (1) Kampanye Pemilu dilaksanakan oleh pelaksana
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kampanye.
kepada KPU (2) Kampanye Pemilu diikuti oleh peserta kampanye.
paling lama 10 (sepuluh) hari terhitung sejak daftar Pasal 269
calon sementara diumumkan. (1) Pelaksana Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil
Pasal 263 Presiden terdiri atas pengurus Partai Politik atau
(1) Masukan dan tanggapan masyarakat untuk Gabungan Partai Politik pengusul, orang-seorang,
perbaikan daftar calon sementara anggota DPD dan organisasi penyelenggara kegiatan yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 262 ayat (3) ditunjuk oleh Peserta Pemilu Presiden dan Wakil
disampaikan secara tertulis kepada KPU disertai Presiden.
bukti identitas diri. 96 /283
(2) KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meminta (2) Dalam melaksanakan Kampanye Pemilu Presiden
klarifikasi kepada bakal calon anggota DPD atas dan Wakil Presiden, Pasangan Calon membentuk
masukan dan tanggapan masyarakat. tim kampanye nasional.
Pasal 264 (3) Dalam membentuk tim Kampanye Pemilu
Dalam hal ditemukan dugaan telah terjadi pemalsuan Presiden dan Wakil Presiden sebagaimana dimaksud
dokumen atau penggunaan dokumen palsu dalam pada
95 /283 ayat (2), Pasangan Calon berkoordinasi dengan partai
politik atau Gabungan Partai Politik pengusul.
persyaratan administrasi bakal calon dan/atau calon (4) Tim Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil
anggota DPD, maka KPU dan KPU Provinsi Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bertugas
menyusun seluruh kegiatan tahapan Kampanye dan calon anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan
bertanggung jawab atas pelaksanaan teknis anggota DPRD kabupaten/kota; dan
penyelenggaraan Kampanye. c. visi, misi, dan program yang bersangkutan untuk
(5) Tim Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil kampanye Perseorangan yang dilaksanakan
Presiden tingkat nasional dapat membentuk tim oleh calon anggota DPD.
kampanye (2) Dalam rangka pendidikan politik, KPU wajib
tingkat provinsi. memfasilitasi penyebarluasan materi Kampanye
(6) Tim Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Pemilu
Presiden tingkat provinsi dapat membentuk tim Presiden dan Wakil Presiden yang meliputi visi, misi,
kampanye dan program Pasangan Calon melalui laman
tingkat kabupaten/kota. KPU dan lembaga penyiaran publik.
(7) Tim Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Bagian Ketiga
Presiden tingkat kabupaten/kota dapat membentuk Metode Kampanye
tim Pasal 275
kampanye tingkat kecamatan. (1) Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam
(8) Tim Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Pasal 267 dapat dilakukan melalui:
Presiden tingkat kecamatan dapat membentuk tim a. pertemuan terbatas;
kampanye tingkat kelurahan/desa. b. pertemuan tatap muka;
Pasal 270 c. penyebaran bahan Kampanye Pemilu kepada
(1) Pelaksana Kampanye Pemilu anggota DPR terdiri umum;
atas pengurus Partai Politik peserta Pemilu DPR, d. pemasangan alat peraga di tempat umum;
calon anggota. DPR, juru Kampanye Pemilu, orang e. media sosial;
seorang, dan organisasi yang ditunjuk oleh f. iklan media massa cetak, media massa elektronik,
Peserta Pemilu anggota DPR. dan internet;
(2) Pelaksana Kampanye Pemilu anggota DPRD g. rapat umum;
provinsi terdiri atas pengurus partai politik peserta h. debat Pasangan Calon tentang materi Kampanye
Pemilu DPRD provinsi, calon anggota DPRD provinsi, Pasangan Calon; dan
juru Kampanye Pemilu, orang seorang, dan i. kegiatan lain yang tidak melanggar larangan
organisasi yang ditunjuk oleh Peserta Pemilu anggota Kampanye Pemilu dan ketentuan peraturan
DPRD provinsi. perundang-undangan.
(3) Pelaksana Kampanye Pemilu anggota DPRD (2) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kabupaten/kota terdiri atas pengurus partai politik huruf d, huruf f, dan huruf h difasilitasi KPU, yang
peserta Pemilu DPRD kabupaten/kota, calon anggota dapat didanai oleh APBN.
DPRD kabupaten/kota, juru Kampanye Pemilu, Pasal 276
orang seorang, dan organisasi yang ditunjuk oleh (1) Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam
Peserta Pemilu anggota DPRD kabupaten/kota. Pasal 275 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan
Pasal 271 huruf d dilaksanakan sejak 3 (tiga) hari setelah
Pelaksana Kampanye Pemilu anggota DPD terdiri ditetapkan Daftar Calon Tetap anggota DPR, DPD,
atas calon anggota DPD, orang seorang, dan DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota untuk
organisasi Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD serta
yang ditunjuk oleh Peserta Pemilu anggota DPD. Pasangan Calon untuk Pemilu Presiden dan Wakil
Pasal 272 Presiden sampai dengan dimulainya Masa Tenang.
(1) Pelaksana Kampanye Pemilu dan tim kampanye (2) Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 269, Pasal 270, Pasal 275 ayat (1) huruf f dan huruf g dilaksanakan
dan Pasal 271 harus didaftarkan pada KPU, KPU selama 21 (dua puluh satu) hari dan berakhir sampai
Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota. dengan dimulainya Masa Tenang.
(2) Pendaftaran. pelaksana Kampanye Pemilu dan tim Pasal 277
kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (1) Debat Pasangan Calon sebagaimana dimaksud
ditembuskan kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan dalam Pasal 275 ayat (1) huruf h dilaksanakan 5
Bawaslu Kabupaten/Kota. (lima) kali.
Pasal 273 (2) Debat Pasangan Calon sebagaimana dimaksud
Peserta Kampanye Pemilu terdiri atas anggota pada ayat (1:) diselenggarakan oleh KPU dan
masyarakat. 98 /283
Bagian Kedua
Materi Kampanye disiarkan langsung secara nasional oleh media
97 /283 elektronik melalui lembaga penyiaran publik.
(3) Moderator debat Pasangan Calon dipilih oleh KPU
Pasal 274 dari kalangan profesional dan akademisi yang
(1) Materi kampanye meliputi: mempunyai integritas tinggi, jujur, simpatik, dan tidak
a. visi, misi, dan program Pasangan Calon untuk memihak kepada salah satu Pasangan Calon.
Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, (4) Selama dan sesudah berlangsung debat
b. visi, misi, dan program partai politik untuk Partai Pasangan Calon, moderator dilarang memberikan
Politik Peserta Pemilu yang dilaksanakan oleh komentar,
penilaian, dan simpulan apa pun terhadap (1) Pelaksana, peserta, dan tim Kampanye Pemilu
penyampaian dan materi dari setiap Pasangan Calon. dilarang:
(5) Materi debat Pasangan Calon adalah visi nasional a. mempersoalkan dasar negara Pancasila,
sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Indonesia Tahun 1945, dan bentuk Negara Kesatuan
Tahun 1945: Republik Indonesia;
a. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh b. melakukan kegiatan yang membahayakan
tumpah darah Indonesia; keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. memajukan kesejahteraan umum; c. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan,
c. mencerdaskan kehidupan bangsa; dan calon, dan/atau Peserta Pemilu yang lain;
d. ikut melaksanakan ketertiban dunia yang d. menghasut dan mengadu domba perseorangan
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan ataupun masyarakat;
keadilan sosial. e. mengganggu ketertiban umum;
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan f. mengancam untuk melakukan kekerasan atau
debat Pasangan Calon diatur dalam Peraturan KPU. menganjurkan penggunaan kekerasan kepada
Pasal 278 seseorang, sekelompok anggota masyarakat,
(1) Masa Tenang sebagaimana dimaksud dalam dan/atau Peserta Pemilu yang lain;
Pasal 276 berlangsung selama 3 (tiga) hari sebelum g. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga
hari kampanye Peserta Pemilu;
pemungutan suara. h. menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah,
(2) Selama Masa Tenang sebagaimana dimaksud dan tempat pendidikan;
dalam Pasal 276, pelaksana, peserta, dan/atau tim i. membawa atau menggunakan tanda gambar
Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan/atau atribut selain dari tanda gambar
dilarang menjanjikan atau memberikan imbalan dan/atau atribut Peserta Pemilu yang bersangkutan;
kepada Pemilih untuk: dan
a. tidak menggunakan hak pilihnya; j. menjanjikan atau memberikan uang atau materi
b. memilih Pasangan Calon; lainnya kepada peserta Kampanye Pemilu.
c. memilih Partai Politik Peserta Pemilu tertentu; (2) Pelaksana dan/atau tim kampanye dalam kegiatan
d. memilih calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan Kampanye Pemilu dilarang mengikutsertakan:
DPRD kabupaten /kota tertentu; dan/atau a. Ketua, wakil ketua, ketua muda, hakim agung pada
e. memilih calon anggota DPD tertentu. Mahkamah Agung, dan hakim pada semua
Pasal 279 badan peradilan di bawah Mahkamah Agung, dan
(1) Ketentuan mengenai pedoman pelaksanaan hakim konstitusi pada Mahkamah Konstitusi;
Kampanye Pemilu secara nasional diatur dengan. b. Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa
Peraturan KPU. Keuangan;
(2) Waktu, tanggal, dan tempat pelaksanaan c. gubernur, deputi gubernur senior, dan deputi
Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden serta gubernur Bank Indonesia;
Pemilu anggota DPR dan anggota DPD, d. direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 275 ayat (1) badan usaha milik negara/badan usaha
huruf g milik daerah;
ditetapkan dengan keputusan KPU setelah. KPU e. pejabat negara bukan anggota partai politik yang
berkoordinasi dengan Peserta Pemilu anggota DPR menjabat sebagai pimpinan di lembaga
dan anggota DPD, serta tim kampanye Pasangan nonstruktural;
Calon Presiden dan Wakil Presiden. f. aparatur sipil negara;
(3) Waktu, tanggal, dan tempat pelaksanaan g. anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Kampanye Pemilu anggota DPRD provinsi Negara Republik Indonesia;
sebagaimana h. kepala desa;
dimaksud dalam Pasal 275 ayat (1) huruf g ditetapkan i. perangkat desa;
dengan keputusan KPU Provinsi setelah KPU j. anggota badan permusyawaratan desa; dan
Provinsi berkoordinasi dengan Peserta Pemilu k. Warga Negara Indonesia yang tidak memiliki hak
anggota DPRD provinsi. memilih.
(4) Waktu, tanggal, dan tempat pelaksanaan (3) Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat
Kampanye Pemilu anggota DPRD kabupaten/kota (2) dilarang ikut serta sebagai pelaksana dan tim
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 275 ayat (1) Kampanye Pemilu.
huruf g ditetapkan dengan keputusan KPU (4) Pelanggaran terhadap larangan ketentuan pada
Kabupaten/Kota setelah KPU Kabupaten/Kota ayat (1) huruf c, huruf f, huruf g, huruf i, dan huruf j,
berkoordinasi dengan Peserta Pemilu anggota DPRD dan ayat (2) merupakan tindak pidana Pemilu.
kabupaten/kota. Pasal 281
Bagian Keempat (1) Kampanye Pemilu yang mengikutsertakan
Larangan Dalam Kampanye Presiden, Wakil Presiden, menteri, gubernur, wakil
99 /283 gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil
walikota harus memenuhi ketentuan:
Pasal 280
a. tidak menggunakan fasilitas dalam jabatannya, provinsi, dan DPRD kabupaten/kota digunakan
kecuali fasilitas pengamanan bagi pejabat sebagai dasar KPU, KPU Provinsi, dan KPU
negara sebagaimana diatur dalam ketentuan Kabupaten/Kota
peraturan perundang-undangan; dan untuk mengambil tindakan berupa:
100 /283 a. pembatalan nama calon anggota DPR, DPD,
DPRD provinsi; dan DPRD kabupaten/kota dari daftar
b. menjalani cuti di luar tanggungan negara. calon tetap; atau
(2) Cuti dan jadwal cuti sebagaimana dimaksud pada b. pembatalan penetapan calon anggota DPR, DPD,
ayat (1) huruf b dilaksanakan dengan DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota sebagai
memperhatikan keberlangsungan tugas 101 /283
penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan
pemerintahan calon terpilih.
daerah. Pasal 286
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai keikutsertaan (1) Pasangan Calon, calon anggota DPR, DPD,
pejabat negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, pelaksana
dan ayat (2) diatur dengan Peraturan KPU. kampanye, dan/atau tim kampanye dilarang
Pasal 282 menjanjikan dan/atau memberikan uang atau materi
Pejabat negara, pejabat struktural, dan pejabat lainnya untuk memengaruhi Penyelenggara. Pemilu
fungsional dalam jabatan negeri, serta kepala desa dan/atau Pemilih.
dilarang (2) Pasangan Calon serta calon anggota DPR, DPD,
membuat keputusan dan/atau melakukan tindakan DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang
yang menguntungkan atau merugikan salah satu terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana
Peserta dimaksud pada ayat (1) berdasarkan rekomendasi
Pemilu selama masa Kampanye. Bawaslu dapat dikenai sanksi administratif
Pasal 283 pembatalan sebagai Pasangan Calon serta calon
(1) Pejabat negara, pejabat struktural dan pejabat anggota
fungsional dalam jabatan negeri serta aparatur sipil DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD
negara lainnya dilarang mengadakan kegiatan yang kabupaten/kota oleh KPU.
mengarah kepada keberpihakan terhadap (3) Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat
Peserta Pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa (2) merupakan pelanggaran yang terjadi secara
Kampanye. terstruktur, sistematis, dan masif.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (4) Pemberian sanksi terhadap pelanggaran
meliputi pertemuan, ajakan, imbauan, seruan atau sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
pemberian barang kepada aparatur sipil negara dalam menggugurkan
lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, sanksi pidana.
dan masyarakat. Bagian Keenam
Bagian Kelima Pemberitaan, Penyiaran dan Iklan Kampanye
Sanksi atas Pelanggaran Larangan Kampanye Paragraf 1
Pasal 284 Umum
Dalam hal terbukti pelaksana dan tim Kampanye Pasal 287
Pemilu menjanjikan atau memberikan uang atau (1) Pemberitaan, penyiaran, dan iklan Kampanye
materi Pemilu dapat dilakukan melalui media massa cetak,
lainnya sebagai imbalan kepada peserta Kampanye media daring (online), media sosial, dan lembaga
Pemilu secara langsung atau tidak langsung untuk: penyiaran sesuai dengan ketentuan Undang-
a. tidak menggunakan hak pilihnya; Undang ini.
b. menggunakan hak pilihnya dengan memilih Peserta (2) Pemberitaan, penyiaran, dan iklan Kampanye
Pemilu dengan cara tertentu sehingga surat Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
suaranya tidak sah; dilaksanakan dalam rangka penyampaian pesan
c. memilih Pasangan Calon tertentu; Kampanye Pemilu oleh Peserta. Pemilu kepada
d. memilih Partai Politik Peserta Pemilu tertentu; masyarakat.
dan/atau (3) Pesan Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud
e. memilih calon anggota DPD tertentu, pada ayat (2) dapat berupa tulisan, suara, gambar,
dijatuhi sanksi sebagaimana diatur dalam Undang- tulisan dan gambar, atau suara dan gambar, yang
Undang ini. bersifat naratif, grafis, karakter, interaktif atau tidak
Pasal 285 interaktif, serta yang dapat diterima melalui perangkat
Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan penerima pesan.
hukum tetap terhadap pelanggaran sebagaimana (4) Media massa cetak, media daring, media sosial,
dimaksud dalam Pasal 280 dan Pasal 284 yang dan lembaga penyiaran dalam memberitakan,
dikenai kepada pelaksana Kampanye Pemilu anggota menyiarkan, dan mengiklankan Kampanye Pemilu
DPR, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota mematuhi larangan dalam Kampanye Pemilu
yang berstatus sebagai calon anggota DPR, DPD, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280.
DPRD
(5) Media massa cetak, media daring, media sosial, masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 276
dan lembaga penyiaran sebagaimana dimaksud ayat (2).
pada ayat (1) selama Masa Tenang dilarang (2) Media massa cetak, media daring, media sosial
menyiarkan berita, iklan, rekam jejak Peserta Pemilu, wajib memberikan kesempatan yang sama kepada
atau bentuk lainnya yang mengarah pada. Peserta Pemilu dalam pemuatan dan penayangan
kepentingan Kampanye Pemilu yang menguntungkan iklan Kampanye Pemilu.
atau (3) Pengaturan dan penjadwalan pemuatan serta
merugikan Peserta Pemilu. penayangan iklan Kampanye Pemilu sebagaimana
Pasal 288 dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh media
(1) Lembaga penyiaran publik Televisi Republik massa cetak media daring, media sosial, dan
Indonesia, lembaga penyiaran. publik Radio Republik lembaga penyiaran.
Indonesia, lembaga penyiaran publik lokal, lembaga Pasal 292
penyiaran swasta, dan lembaga penyiaran 103 /283
berlangganan memberikan alokasi waktu yang sama
dan memperlakukan secara berimbang Peserta (1) Media massa cetak, media daring, media sosial,
Pemilu untuk menyampaikan materi Kampanye dan lembaga penyiaran dilarang menjual blocking
Pemilu. segment dan/atau blocking time untuk Kampanye
102 /283 Pemilu.
(2) Media massa cetak, media daring, media sosial,
(2) Lembaga penyiaran komunitas dapat menyiarkan dan lembaga penyiaran dilarang menerima program
proses Pemilu sebagai bentuk layanan kepada sponsor dalam format atau segmen apa pun yang
masyarakat, tetapi, tidak boleh dimanfaatkan untuk dapat dikategorikan sebagai iklan Kampanye
kepentingan kampanye Peserta Pemilu. Pemilu.
(3) Televisi Republik Indonesia dan Radio Republik (3) Media massa cetak, media daring, media sosial,
Indonesia menetapkan standar biaya dan persyaratan lembaga penyiaran, dan Peserta Pemilu dilarang
iklan Kampanye Pemilu yang sama kepada setiap menjual spot iklan yang tidak dimanfaatkan oleh salah
Peserta Pemilu. satu Peserta Pemilu kepada Peserta Pemilu
Paragraf 2 yang lain.
Pemberitaan Kampanye Pasal 293
Pasal 289 (1) Batas maksimum pemasangan iklan Kampanye
(1) Pemberitaan Kampanye Pemilu dilakukan oleh Pemilu di televisi untuk setiap Peserta Pemilu secara
media massa cetak media daring, media sosial, dan kumulatif sebanyak 10 (sepuluh) spot berdurasi paling
lembaga penyiaran dengan siaran langsung atau lama 30 (tiga puluh) detik untuk setiap stasiun
siaran tunda. televisi setiap hari selama masa Kampanye Pemilu.
(2) Media massa cetak dan lembaga penyiaran yang (2) Batas maksimum pemasangan iklan Kampanye
menyediakan rubrik khusus untuk pemberitaan Pemilu di -radio untuk setiap Peserta Pemilu secara
Kampanye Pemilu harus berlaku adil dan berimbang kumulatif sebanyak 10 (sepuluh) spot berdurasi paling
kepada semua Peserta Pemilu. lama 60 (enam puluh) detik untuk setiap
Paragraf 3 stasiun radio setiap hari selama masa Kampanye
Penyiaran Kampanye Pemilu.
Pasal 290 (3) Batas maksimum pemasangan iklan Kampanye
(1) Penyiaran Kampanye Pemilu dilakukan oleh Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
lembaga penyiaran dalam bentuk siaran monolog, ayat (2) berlaku untuk semua jenis iklan.
dialog (4) Pengaturan dan penjadwalan pemasangan iklan
yang melibatkan suara dan/atau gambar pemirsa atau Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat
suara pendengar, debat Peserta Pemilu, serta (3) untuk setiap Peserta Pemilu diatur sepenuhnya
jajak pendapat. oleh lembaga penyiaran dengan kewajiban
(2) Pemilihan narasumber, tema, moderator dan tata memberikan kesempatan yang sama kepada setiap
cara penyelenggaraan siaran monolog, dialog, dan Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam
debat diatur oleh lembaga penyiaran. Pasal 291 ayat (2).
(3) Narasumber penyiaran monolog, dialog, dan debat Pasal 294
harus mematuhi larangan dalam Kampanye (1) Media massa cetak, media daring, media sosial,
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280. dan lembaga penyiaran melakukan iklan Kampanye
(4) Siaran monolog, dialog, dan debat yang Pemilu dalam bentuk iklan Kampanye Pemilu
diselenggarakan oleh lembaga penyiaran dapat komersial atau iklan Kampanye Pemilu layanan untuk
mengikutsertakan masyarakat. masyarakat dengan mematuhi kode etik periklanan
Paragraf 4 dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Iklan Kampanye (2) Media massa cetak, media daring, media sosial,
Pasal 291 dan lembaga penyiaran wajib menentukan standar
(1) Iklan Kampanye Pemilu dapat dilakukan oleh tarif iklan Kampanye Pemilu komersial yang berlaku
Peserta Pemilu di media massa cetak, media daring, sama untuk setiap Peserta Pemilu.
media sosial, dan/atau lembaga penyiaran dalam (3) Tarif iklan Kampanye Pemilu layanan untuk
bentuk iklan komersial dan/atau iklan layanan untuk masyarakat harus lebih rendah daripada tarif iklan
Kampanye Pemilu komersial. (4) Alat peraga Kampanye Pemilu harus sudah
(4) Media massa cetak, media daring, media sosial, dibersihkan oleh Peserta Pemilu paling lambat 1
dan lembaga penyiaran wajib menyiarkan iklan (satu)
Kampanye Pemilu layanan untuk masyarakat hari sebelum hari, pemungutan suara.
nonpartisan paling sedikit satu kali dalam sehari (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemasangan dan
dengan pembersihan alat peraga Kampanye Pemilu diatur
durasi 60 (enam puluh) detik. dalam Peraturan KPU.
(5) Iklan Kampanye Pemilu layanan untuk masyarakat Bagian Kedelapan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat Kampanye Pemilu oleh Presiden dan Wakil
diproduksi, sendiri oleh media massa cetak, media Presiden dan Pejabat Negara Lainnya
daring, media sosial, dan lembaga penyiaran atau Pasal 299
dibuat oleh pihak lain. (1) Presiden dan Wakil Presiden mempunyai hak
(6) Penetapan dan penyiaran iklan Kampanye Pemilu melaksanakan Kampanye.
layanan untuk masyarakat yang diproduksi oleh (2) Pejabat negara lainnya yang berstatus sebagai
pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (5) anggota Partai Politik mempunyai hak melaksanakan
dilakukan oleh media massa cetak, media daring, Kampanye.
media sosial, dan lembaga penyiaran. (3) Pejabat negara lainnya yang bukan berstatus
(7) Jumlah waktu tayang iklan Kampanye Pemilu sebagai, anggota Partai Politik dapat melaksanakan
layanan untuk masyarakat sebagaimana dimaksud Kampanye apabila yang bersangkutan sebagai:
pada ayat (4) tidak termasuk jumlah kumulatif a. calon Presiden atau calon Wakil Presiden;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 293 ayat (1), b. anggota tim kampanye yang sudah didaftarkan ke
ayat KPU; atau
(2), dan ayat (3). c. pelaksana kampanye yang sudah didaftarkan ke
Pasal 295 KPU.
Media massa cetak, media daring, dan media sosial 105 /283
menyediakan halaman dan waktu yang adil dan
104 /283 Pasal 300
Selama melaksanakan Kampanye, Presiden dan
berimbang untuk pemuatan berita dan wawancara Wakil Presiden, pejabat negara, dan pejabat daerah
serta untuk pemasangan iklan Kampanye Pemilu bagi wajib
Peserta Pemilu. memperhatikan keberlangsungan tugas
Pasal 296 penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan
Komisi Penyiaran Indonesia atau Dewan Pers pemerintahan
melakukan pengawasan atas pemberitaan, penyiaran, daerah.
dan Pasal 301
iklan Kampanye Pemilu yang dilakukan oleh lembaga Presiden atau Wakil Presiden yang telah ditetapkan
penyiaran atau media massa cetak. secara resmi oleh KPU sebagai calon Presiden atau
Pasal 297 calon Wakil Presiden dalam melaksanakan
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberitaan, Kampanye Pemilu Presiden atau Wakil Presiden
penyiaran, dan iklan Kampanye diatur dengan memperhatikan
Peraturan pelaksanaan tugas dan kewajiban sebagai Presiden
KPU. atau Wakil Presiden.
Bagian Ketujuh Pasal 302
Pemasangan Alat Peraga Kampanye (1) Menteri sebagai anggota tim kampanye dan/atau
Pasal 298 pelaksana kampanye sebagaimana dimaksud dalam
(1) KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, Pasal 299 ayat (3) huruf b dan huruf c dapat diberikan
PPS, dan PPLN berkoordinasi dengan Pemerintah, cuti.
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, (2) Cuti bagi menteri yang melaksanakan Kampanye
kecamatan, kelurahan/desa,. dan kantor perwakilan dapat diberikan 1 (satu) hari kerja dalam setiap
Republik Indonesia menetapkan lokasi pemasangan minggu selama masa Kampanye.
alat peraga untuk keperluan Kampanye Pemilu. (3) Hari libur adalah hari bebas untuk melakukan
(2) Pemasangan alat peraga Kampanye Pemilu oleh Kampanye di luar ketentuan cuti sebagaimana
pelaksana Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan Pasal 303
mempertimbangkan etika, estetika, kebersihan, dan (1) Gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil
keindahan kota atau kawasan setempat sesuai bupati, atau walikota dan wakil walikota sebagai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. anggota tim kampanye dan/atau pelaksana kampanye
(3) Pemasangan alat peraga Kampanye Pemilu pada sebagaimana dimaksud dalam Pasal 299 ayat
tempat yang menjadi milik perseorangan atau (3) huruf b dan huruf c dapat diberikan cuti.
badan swasta harus dengan izin pemilik tempat (2) Cuti bagi gubernur atau wakil gubernur, bupati
tersebut. atau wakil bupati, walikota atau wakil walikota yang
melaksanakan Kampanye dapat diberikan 1 (satu)
hari kerja dalam setiap minggu selama masa
Kampanye. ayat (3) diatur dengan Peraturan Presiden.
(3) Hari libur adalah hari bebas untuk melakukan Bagian Kesembilan
Kampanye di luar ketentuan cuti sebagaimana Peranan Pemerintah, Tentara Nasional Indonesia
dimaksud pada ayat (2). dan Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
(4) Apabila gubernur dan wakil gubernur, bupati dan Kampanye
wakil bupati, atau walikota dan wakil walikota yang Pasal 306
ditetapkan sebagai anggota tim kampanye (1) Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah
melaksanakan kampanye dalam waktu yang kabupaten/kota, kecamatan, dan kelurahan/desa
bersamaan, memberikan kesempatan yang sama kepada Peserta
tugas pemerintah sehari-hari dilaksanakan oleh Pemilu, pelaksana kampanye, dan tim
sekretaris daerah. kampanye dalam penggunaan fasilitas umum untuk
(5) Pelaksanaan tugas pemerintah oleh sekretaris penyampaian materi Kampanye Pemilu.
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) (2) Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah
ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri atas nama kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/desa, Tentara
Presiden. Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik
Pasal 304 Indonesia dilarang melakukan tindakan yang
(1) Dalam melaksanakan Kampanye, Presiden dan menguntungkan atau merugikan Peserta Pemilu,
Wakil Presiden, pejabat negara, pejabat daerah pelaksana kampanye, dan tim kampanye.
dilarang menggunakan fasilitas negara. Bagian Kesepuluh
(2) Fasilitas negara sebagaimana dimaksud pada ayat Pengawasan atas Pelaksanaan Kampanye Pemilu
(1) berupa: Pasal 307
a. sarana mobilitas, seperti kendaraan dinas meliputi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
kendaraan dinas pejabat negara dan Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa,
kendaraan dinas pegawai, serta alat transportasi dan Panwaslu LN melakukan pengawasan atas
dinas lainnya; pelaksanaan Kampanye Pemilu.
b. gedung kantor, rumah dinas, rumah jabatan milik Pasal 308
Pemerintah, milik pemerintah provinsi, milik (1) Panwaslu Kelurahan/Desa melakukan
pemerintah kabupaten/kota, kecuali daerah terpencil pengawasan atas pelaksanaan Kampanye Pemilu di
yang pelaksanaannya harus dilakukan tingkat
dengan memperhatikan prinsip keadilan; kelurahan/desa.
c. sarana perkantoran, radio daerah dan (2) Panwaslu Kelurahan/Desa menerima laporan
sandi/telekomunikasi milik pemerintah dugaan adanya pelanggaran pelaksanaan Kampanye
provinsi/kabupaten/kota, dan peralatan lainnya; dan Pemilu di tingkat kelurahan/desa yang dilakukan oleh
106 /283 PPS, pelaksana Kampanye Pemilu, peserta
Kampanye Pemilu, dan tim kampanye.
d. fasilitas lainnya yang dibiayai oleh APBN atau 107 /283
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
(3) Gedung atau fasilitas negara sebagaimana Pasal 309
dimaksud pada ayat (2) yang disewakan kepada (1) Dalam hal terdapat bukti permulaan yang cukup
umum bahwa PPS dengan sengaja melakukan atau lalai
dikecualikan dan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pelaksanaan Kampanye Pemilu yang
pada ayat (1). mengakibatkan terganggunya pelaksanaan
Pasal 305 Kampanye
(1) Penggunaan fasilitas negara yang melekat pada Pemilu di tingkat kelurahan/desa, Panwaslu
jabatan Presiden dan Wakil Presiden menyangkut Kelurahan/Desa menyampaikan laporan kepada
pengamanan, kesehatan, dan protokoler dilakukan Panwaslu Kecamatan.
sesuai dengan kondisi lapangan secara (2) Dalam hal terdapat bukti permulaan yang cukup
profesional dan proporsional. bahwa pelaksana kampanye, peserta kampanye,
(2) Dalam hal Presiden dan Wakil Presiden menjadi atau tim kampanye melakukan pelanggaran
calon Presiden atau calon Wakil Presiden, fasilitas kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280
negara yang melekat sebagaimana dimaksud pada ayat
ayat (1) tetap diberikan sebagai Presiden dan (1) dan ayat (2) dalam pelaksanaan kampanye yang
Wakil Presiden. mengakibatkan terganggunya pelaksanaan
(3) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden yang Kampanye Pemilu di tingkat kelurahan/desa,
bukan Presiden dan Wakil Presiden, selama Panwaslu Desa/Kelurahan menyampaikan laporan
Kampanye diberikan fasilitas pengamanan, kepada PPS.
kesehatan, dan pengawalan oleh Kepolisian Negara Pasal 310
Republik Indonesia. (1) PPS wajib menindaklanjuti temuan dan laporan
(4) Pengamanan dan pengawalan sebagaimana pelanggaran Kampanye Pemilu di tingkat
dimaksud pada ayat (3) dibiayai dari APBN. kelurahan/desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
(5) Ketentuan lebih lanjut bagi pelaksanaan 309 ayat (2) dengan:
pengamanan dan pengawalan sebagaimana a. menghentikan pelaksanaan kampanye Peserta
dimaksud pada Pemilu yang bersangkutan yang terjadwal pada
hari itu setelah mendapatkan persetujuan dari PPK; Bawaslu Kabupaten/Kota dan menyampaikan temuan
b. melaporkan kepada PPK dalam hal ditemukan bukti kepada PPK.
permulaan yang cukup tentang adanya Pasal 315
tindak pidana.. Pemilu mengenai pelaksanaan (1) PPK wajib menindaklanjuti temuan dan laporan
Kampanye Pemilu; pelanggaran Kampanye Pemilu di tingkat kecamatan
c. melarang pelaksana atau tim Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 314 ayat (2)
untuk melaksanakan Kampanye Pemilu dengan:
berikutnya setelah mendapatkan persetujuan PPK; a. menghentikan pelaksanaan kampanye Peserta
dan/atau Pemilu yang bersangkutan yang terjadwal pada
d. melarang peserta Kampanye Pemilu untuk hari itu setelah mendapatkan persetujuan Bawaslu
mengikuti. Kampanye Pemilu berikutnya setelah Kabupaten/Kota;
mendapatkan persetujuan PPK. b. melaporkan kepada KPU Kabupaten/Kota dalam
(2) PPK menindaklanjuti laporan sebagaimana hal ditemukan bukti permulaan yang cukup
dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan melakukan adanya tindak pidana Pemilu mengenai pelaksanaan
tindakan penyelesaian sebagaimana diatur dalam Kampanye Pemilu;
Undang-Undang ini. c. melarang pelaksana kampanye atau tim kampanye
Pasal 311 untuk melaksanakan Kampanye Pemilu
Dalam hal ditemukan dugaan bahwa pelaksana berikutnya setelah mendapatkan persetujuan Bawaslu
kampanye, tim kampanye, dan peserta kampanye Kabupaten/Kota; dan/atau
dengan d. melarang peserta Kampanye Pemilu untuk
sengaja atau lalai yang mengakibatkan terganggunya mengikuti Kampanye Pemilu berikutnya setelah
pelaksanaan Kampanye di tingkat kelurahan/desa, mendapatkan persetujuan Bawaslu Kabupaten /Kota.
dikenai tindakan hukum sebagaimana diatur dalam (2) KPU Kabupaten/Kota wajib menindaklanjuti
Undang-Undang ini. laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
Pasal 312 dengan melakukan tindakan penyelesaian
(1) Panwaslu Kecamatan wajib menindaklanjuti sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 309 ayat Pasal 316
(1) (1) Bawaslu Kabupaten/Kota wajib menindaklanjuti
dengan melaporkan kepada PPK. laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 314 ayat
(2) PPK wajib menindaklanjuti laporan sebagaimana (1) sebagai temuan dan menyampaikannya kepada
dimaksud. pada ayat (1) dengan meneruskan KPU Kabupaten/Kota.
laporan tersebut kepada KPU Kabupaten/Kota. (2) KPU Kabupaten/Kota wajib menindaklanjuti
(3) KPU Kabupaten/Kota wajib menindaklanjuti temuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
laporan , sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan sanksi administratif kepada PPK.
dengan Pasal 317
memberikan sanksi administratif kepada PPS. (1) Bawaslu Kabupaten/Kota melakukan pengawasan
Pasal 313 pelaksanaan Kampanye Pemilu di tingkat
(1) Panwaslu Kecamatan melakukan pengawasan kabupaten/kota, terhadap kemungkinan adanya:
atas pelaksanaan Kampanye Pemilu di tingkat a. kesengajaan atau kelalaian anggota KPU
kecamatan. Kabupaten/Kota, sekretaris dan pegawai sekretariat
(2) Panwaslu Kecamatan menerima laporan dugaan KPU Kabupaten/Kota melakukan tindak pidana
pelanggaran pelaksanaan Kampanye Pemilu di Pemilu atau pelanggaran administratif yang
tingkat kecamatan yang dilakukan oleh PPK, mengakibatkan terganggunya Kampanye Pemilu yang
pelaksana kampanye, peserta kampanye, dan tim sedang berlangsung; atau
108 /283 b. kesengajaan atau kelalaian pelaksana kampanye,
tim kampanye, dan peserta kampanye
kampanye. melakukan tindak pidana Pemilu atau pelanggaran
Pasal 314 administratif yang mengakibatkan
(1) Dalam hal terdapat bukti permulaan yang cukup terganggunya Kampanye Pemilu yang sedang
bahwa PPK melakukan kesengajaan atau kelalaian berlangsung.
dalam pelaksanaan Kampanye Pemilu yang (2) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana
mengakibatkan terganggunya pelaksanaan dimaksud pada ayat (1), Bawaslu Kabupaten/Kota:
Kampanye a. menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap
Pemilu di tingkat kecamatan, Panwaslu Kecamatan ketentuan pelaksanaan Kampanye Pemilu;
melaporkan kepada Bawaslu Kabupaten/Kota. b. menindaklanjuti temuan dan laporan pelanggaran
(2) Dalam hal terdapat bukti permulaan yang cukup Kampanye Pemilu yang tidak mengandung
bahwa pelaksana kampanye dan tim kampanye, atau unsur pidana;
peserta kampanye dengan sengaja melakukan 109 /283
pelanggaran kampanye sebagaimana dimaksud
dalam c. menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU
Pasal 280 ayat (1) dan ayat (2) di tingkat kecamatan, Kabupaten/Kota tentang pelanggaran
Panwaslu Kecamatan melaporkan kepada Kampanye Pemilu untuk ditindaklanjuti;
d. meneruskan temuan dan laporan tentang b. menindaklanjuti temuan dan laporan pelanggaran
pelanggaran tindak pidana Pemilu kepada Kepolisian Kampanye Pemilu yang tidak mengandung
Negara Republik Indonesia; unsur pidana;
e. menyampaikan laporan dugaan adanya tindakan c. menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU
yang mengakibatkan terganggunya Provinsi tentang pelanggaran Kampanye
pelaksanaan Kampanye Pemilu oleh anggota KPU Pemilu untuk ditindaklanjuti;
Kabupaten/Kota, sekretaris dan pegawai d. meneruskan temuan dan laporan tentang
sekretariat KPU Kabupaten/Kota kepada Bawaslu; pelanggaran tindak pidana Pemilu kepada
dan/atau Gakkumdu;
f. mengawasi pelaksanaan rekomendasi Bawaslu e. menyampaikan laporan kepada Bawaslu sebagai
tentang pengenaan sanksi kepada anggota dasar untuk mengeluarkan rekomendasi
KPU Kabupaten/Kota, sekretaris dan pegawai Bawaslu yang berkaitan dengan dugaan adanya
sekretariat KPU Kabupaten/Kota yang terbukti tindak pidana Pemilu atau pelanggaran
melakukan tindakan yang mengakibatkan 110 /283
terganggunya Kampanye Pemilu yang sedang
berlangsung. administratif yang mengakibatkan terganggunya
Pasal 318 pelaksanaan Kampanye Pemilu oleh anggota
(1) Bawaslu Kabupaten/Kota menyelesaikan laporan KPU Provinsi, sekretaris dan/atau pegawai sekretariat
dugaan pelanggaran terhadap ketentuan KPU Provinsi; dan/atau
pelaksanaan Kampanye Pemilu sebagaimana f. mengawasi pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi
dimaksud dalam Pasal 317 ayat (2) huruf a yang Bawaslu tentang pengenaan sanksi kepada
merupakan pelanggaran administratif, pada. hari yang anggota KPU Provinsi, sekretaris, dan/atau pegawai
sama dengan hari diterimanya laporan. sekretariat KPU Provinsi yang terbukti
(2) Dalam hal terdapat bukti permulaan yang cukup melakukan tindak pidana Pemilu atau administratif
adanya pelanggaran administratif oleh pelaksana yang mengakibatkan terganggunya
kampanye, tim kampanye dan peserta Kampanye Kampanye Pemilu yang sedang berlangsung.
Pemilu di tingkat kabupaten/kota, Bawaslu Pasal 320
Kabupaten/Kota menyampaikan temuan dan laporan (1) Bawaslu Provinsi menindaklanjuti laporan dugaan
tersebut kepada KPU Kabupaten/Kota. pelanggaran terhadap ketentuan pelaksanaan
(3) KPU Kabupaten/Kota menetapkan penyelesaian Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam
laporan dan temuan yang mengandung bukti Pasal 319 ayat (2) huruf a yang merupakan
permulaan yang cukup adanya pelanggaran pelanggaran administratif pada hari yang sama
administratif oleh pelaksana kampanye, tim dengan diterimanya laporan.
kampanye, (2) Dalam hal terdapat bukti permulaan yang cukup
dan peserta Kampanye Pemilu pada hari diterimanya adanya pelanggaran administratif oleh pelaksana
laporan. kampanye, tim kampanye, dan peserta Kampanye
(4) Dalam hal Bawaslu Kabupaten/Kota menerima Pemilu di tingkat provinsi, Bawaslu Provinsi
laporan dugaan pelanggaran administratif terhadap menyampaikan temuan dan laporan tersebut kepada
ketentuan pelaksanaan Kampanye Pemilu oleh KPU Provinsi.
anggota KPU. Kabupaten/Kota, sekretaris dan (3) KPU Provinsi menetapkan penyelesaian laporan
pegawai sekretariat KPU Kabupaten/Kota, Bawaslu dan temuan yang mengandung bukti permulaan
Kabupaten/Kota meneruskan laporan tersebut yang cukup adanya pelanggaran administratif oleh
kepada Bawaslu Provinsi. pelaksana kampanye, tim kampanye, dan peserta
Pasal 319 Kampanye Pemilu pada hari diterimanya laporan.
(1) Bawaslu Provinsi melakukan pengawasan (4) Dalam hal Bawaslu Provinsi menerima laporan
pelaksanaan Kampanye Pemilu di tingkat provinsi dugaan pelanggaran administratif terhadap ketentuan
terhadap pelaksanaan Kampanye Pemilu oleh anggota KPU
kemungkinan adanya kesengajaan atau kelalaian: Provinsi, sekretaris, dan/atau pegawai sekretariat
a. anggota KPU Provinsi, sekretaris, dan/atau KPU Provinsi, maka Bawaslu Provinsi meneruskan
pegawai sekretariat KPU Provinsi melakukan tindak laporan tersebut kepada Bawaslu.
pidana Pemilu atau pelanggaran administratif yang Pasal 321
mengakibatkan terganggunya Kampanye (1) Bawaslu melakukan pengawasan pelaksanaan
Pemilu yang sedang berlangsung; atau tahapan kampanye secara nasional, terhadap
b. pelaksana kampanye, tim kampanye, dan/atau kemungkinan adanya:
peserta kampanye melakukan tindak pidana a. kesengajaan atau kelalaian anggota KPU, KPU
Pemilu atau pelanggaran administratif yang Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Sekretaris
mengakibatkan terganggunya Kampanye Pemilu Jenderal KPU, pegawai Sekretariat Jenderal KPU,
yang sedang berlangsung. sekretaris KPU Provinsi, pegawai sekretariat
(2) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana KPU Provinsi, sekretaris KPU Kabupaten/Kota, dan
dimaksud pada ayat (1), Bawaslu Provinsi: pegawai sekretariat KPU Kabupaten/Kota
a. menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap melakukan tindak pidana Pemilu atau pelanggaran
ketentuan pelaksanaan Kampanye Pemilu; administratif yang mengakibatkan
terganggunya pelaksanaan Kampanye Pemilu yang peserta Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud
sedang berlangsung; atau pada ayat (2), KPU langsung menetapkan
b. kesengajaan atau kelalaian pelaksana kampanye, penyelesaian pada hari yang sama dengan hari
tim kampanye, dan peserta kampanye diterimanya laporan.
melakukan tindak pidana Pemilu atau pelanggaran (4) Dalam hal Bawaslu menerima laporan dugaan
administratif yang mengakibatkan pelanggaran administratif terhadap ketentuan
terganggunya pelaksanaan Kampanye Pemilu yang pelaksanaan Kampanye Pemilu oleh anggota KPU,
sedang berlangsung. KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Sekretaris
(2) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana Jenderal KPU, pegawai Sekretariat Jenderal KPU,
dimaksud pada ayat (1), Bawaslu: sekretaris KPU Provinsi, pegawai sekretariat KPU
a. menerima laporan dugaan adanya pelanggaran Provinsi, sekretaris KPU Kabupaten/Kota, dan
terhadap ketentuan pelaksanaan Kampanye pegawai sekretariat KPU Kabupaten/Kota, maka
Pemilu; Bawaslu memberikan rekomendasi kepada KPU
b. menindaklanjuti temuan dan laporan adanya untuk memberikan sanksi.
pelanggaran Kampanye Pemilu yang tidak Pasal 323
mengandung unsur pidana; Bawaslu melakukan pengawasan terhadap
c. menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi Bawaslu
tentang. adanya pelanggaran Kampanye tentang
Pemilu untuk ditindaklanjuti; pengenaan sanksi penonaktifan sementara dan/atau
d. meneruskan temuan dan laporan tentang dugaan sanksi administratif kepada anggota KPU, KPU
adanya tindak pidana Pemilu kepada Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Sekretaris Jenderal
penegakan hukum terpadu; KPU, pegawai Sekretariat Jenderal KPU, sekretaris
e. memberikan rekomendasi kepada KPU tentang KPU
dugaan, adanya tindakan yang mengakibatkan Provinsi, pegawai sekretariat KPU Provinsi, sekretaris
terganggunya pelaksanaan Kampanye Pemilu oleh KPU Kabupaten/Kota, dan pegawai sekretariat KPU
anggota KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota yang terbukti melakukan tindak
Kabupaten/Kota, Sekretaris Jenderal KPU, pegawai pidana Pemilu atau pelanggaran administratif yang
Sekretariat Jenderal KPU, sekretaris KPU mengakibatkan terganggunya pelaksanaan
Provinsi, pegawai sekretariat KPU Provinsi, sekretaris Kampanye Pemilu yang sedang berlangsung.
KPU Kabupaten/Kota, dan pegawai Pasal 324
sekretariat KPU Kabupaten/Kota berdasarkan laporan Tindak lanjut basil pengawasan atas pelaksanaan
Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kampanye Pemilu tidak memengaruhi jadwal
Kabupaten/Kota, dan/atau pelaksanaan Kampanye Pemilu yang telah
111 /283 ditetapkan.
Bagian Kesebelas
f. mengawasi pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi Dana Kampanye Pemilu
pengenaan sanksi kepada anggota KPU, Paragraf 1
KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Sekretaris Dana Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil
Jenderal KPU, pegawai Sekretariat Jenderal Presiden
KPU, sekretaris KPU Provinsi, pegawai sekretariat Pasal 325
KPU Provinsi, sekretaris KPU (1) Dana Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil
Kabupaten/Kota, dan pegawai sekretariat KPU Presiden menjadi tanggung jawab Pasangan Calon.
Kabupaten/Kota yang terbukti melakukan (2) Dana Kampanye sebagaimana dimaksud pada
tindakan yang mengakibatkan terganggunya ayat (1) dapat diperoleh dari:
pelaksanaan Kampanye Pemilu yang sedang 112 /283
berlangsung.
Pasal 322 a. Pasangan Calon yang bersangkutan;
(1) Dalam hal Bawaslu menerima laporan dugaan b. Partai Politik dan/atau Gabungan Partai Politik yang
adanya pelanggaran administratif terhadap ketentuan mengusulkan Pasangan Calon; dan
pelaksanaan Kampanye Pemilu sebagaimana c. sumbangan yang sah menurut hukum dari pihak
dimaksud dalam Pasal 321 ayat (2) huruf a, Bawaslu lain.
menetapkan penyelesaian pada hari yang sama (3) Selain didanai oleh dana kampanye sebagaimana
dengan hari diterimanya laporan. dimaksud pada ayat (2), kampanye Pemilu
(2) Dalam hal terdapat bukti permulaan yang cukup Presiden dan Wakil Presiden dapat didanai dari
tentang dugaan adanya pelanggaran administratif APBN.
oleh pelaksana kampanye, tim kampanye dan peserta (4) Dana Kampanye sebagaimana dimaksud pada
Kampanye Pemilu di tingkat pusat, Bawaslu ayat (2) dapat berupa uang, barang, dan/atau jasa.
menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU. Pasal 326
(3) Dalam hal KPU menerima laporan dan temuan Dana Kampanye yang berasal dari pihak lain
yang mengandung bukti permulaan yang cukup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 325 ayat (2)
tentang dugaan adanya pelanggaran administratif huruf c
oleh pelaksana kampanye, tim kampanye dan berupa sumbangan yang sah menurut hukum dan
bersifat tidak mengikat dan dapat berasal dari
perseorangan, kelompok, perusahaan, dan/atau c. sumbangan yang sah menurut hukum dari pihak
badan usaha nonpemerintah. lain.
Pasal 327 (3) Dana Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud
(1) Dana Kampanye yang berasal dari perseorangan pada ayat (2) dapat berupa uang, barang dan/atau
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 326 tidak jasa.
boleh melebihi Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima (4) Dana Kampanye Pemilu berupa uang
ratus juta rupiah). sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditempatkan
(2) Dana Kampanye yang berasal dari kelompok, pada
perusahaan, atau badan usaha nonpemerintah rekening khusus dana kampanye Partai Politik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 326 tidak boleh Peserta Pemilu pada bank.
melebihi Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima (5) Dana Kampanye Pemilu berupa sumbangan
miliar rupiah). dalam bentuk barang dan/atau jasa sebagaimana
(3) Perseorangan, kelompok, perusahaan, dan/atau dimaksud pada ayat (3) dicatat berdasarkan harga
badan usaha nonpemerintah yang memberikan pasar yang wajar pada saat sumbangan itu
sumbangan dana sebagaimana dimaksud pada ayat diterima.
(1) dan ayat (2), harus melaporkan sumbangan (6) Dana Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud
tersebut kepada KPU. pada ayat (2) dicatat dalam pembukuan penerimaan
(4) Pemberi sumbangan sebagaimana dimaksud pada dan pengeluaran khusus dana Kampanye Pemilu
ayat (1) dan ayat (2) harus mencantumkan yang terpisah dari pembukuan keuangan partai
identitas yang jelas. politik.
Pasal 328 (7) Pembukuan dana Kampanye Pemilu sebagaimana
(1) Dana Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil dimaksud pada ayat (6) dimulai sejak 3 (tiga) hari
Presiden berupa uang sebagaimana dimaksud dalam setelah partai politik ditetapkan sebagai Peserta
Pasal 325 ayat (4) wajib dicatat dalam pembukuan Pemilu dan ditutup 7 (tujuh) hari sebelum
khusus dana Kampanye dan ditempatkan pada penyampaian laporan penerimaan dan pengeluaran
rekening khusus dana Kampanye Pasangan Calon dana Kampanye Pemilu kepada kantor akuntan
pada bank. publik yang ditunjuk KPU.
(2) Dana Kampanye berupa sumbangan dalam Pasal 330
bentuk barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud Dana Kampanye Pemilu anggota DPR, DPRD
dalam Pasal 325 ayat (4) dicatat berdasarkan harga provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang bersumber
pasar yang wajar pada saat sumbangan itu dari
diterima. sumbangan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam
(3) Dana Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 329 ayat (2) huruf c bersifat tidak mengikat dan
Pasal 325 ayat (2) wajib dicatat dalam pembukuan dapat berasal dari perseorangan, kelompok,
penerimaan dan pengeluaran khusus dana Kampanye perusahaan, dan/atau badan usaha nonpemerintah.
yang terpisah dari pembukuan keuangan Pasal 331
Pasangan Calon masing-masing. (1) Dana Kampanye Pemilu anggota DPR, DPRD
(4) Pembukuan dana Kampanye sebagaimana provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang berasal dari
dimaksud pada ayat (3) dimulai sejak 3 (tiga) hari sumbangan pihak lain perseorangan sebagaimana
setelah dimaksud dalam Pasal 330 tidak melebihi
Pasangan Calon ditetapkan sebagai Peserta Pemilu Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta
Presiden dan Wakil Presiden dan ditutup 7 rupiah).
(tujuh) hari sebelum penyampaian laporan (2) Dana Kampanye Pemilu anggota DPR, DPRD
penerimaan dan pengeluaran dana Kampanye provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang berasal dari
kepada sumbangan pihak lain kelompok, perusahaan,
kantor akuntan publik yang ditunjuk KPU. dan/atau badan usaha nonpemerintah sebagaimana
Paragraf 2 dimaksud dalam Pasal 330 tidak melebihi
Dana Kampanye Pemilu Anggota DPR, DPRD Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota (3) Pemberi sumbangan sebagaimana dimaksud pada
Pasal 329 ayat (1) dan ayat (2) harus mencantumkan
113 /283 identitas yang jelas.
Paragraf 3
(1) Kegiatan Kampanye Pemilu anggota DPR, DPRD Dana Kampanye Pemilu Anggota DPD
provinsi, dan DPRD kabupaten/kota didanai dan Pasal 332
menjadi tanggung jawab Partai Politik Peserta Pemilu (1) Kegiatan Kampanye Pemilu anggota DPD didanai
masing-masing. dan menjadi tanggung jawab calon anggota DPD
(2) Dana Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud masing-masing.
pada ayat (1) bersumber dari: (2) Dana Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud
a. partai politik; pada ayat (1) bersumber dari:
b. calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD 114 /283
kabupaten/kota dari partai politik yang
bersangkutan; dan a. calon anggota DPD yang bersangkutan; dan
b. sumbangan yang sah menurut hukum dari pihak (3) Calon anggota DPD Peserta Pemilu wajib
lain. memberikan laporan awal dana Kampanye Pemilu
(3) Dana Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dan
pada ayat (2) dapat berupa uang, barang, dan/atau rekening khusus dana Kampanye Pemilu kepada KPU
jasa. melalui KPU Provinsi paling lambat 14 (empat
(4) Dana Kampanye Pemilu berupa uang belas) hari sebelum hari pertama jadwal pelaksanaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditempatkan Kampanye Pemilu dalam bentuk rapat umum.
pada Pasal 335
rekening khusus dana Kampanye Pemilu calon (1) Laporan dana kampanye Pasangan Calon dan tim
anggota DPD yang bersangkutan, pada bank. kampanye yang meliputi penerimaan dan
(5) Dana Kampanye Pemilu berupa sumbangan 115 /283
dalam bentuk barang dan/atau jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (3)‘ dicatat berdasarkan harga pengeluaran wajib disampaikan kepada kantor
pasar yang wajar pada saat sumbangan itu akuntan publik yang ditunjuk oleh KPU paling lama 15
diterima. (lima belas) hari sesudah hari pemungutan suara.
(6) Dana Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud (2) Laporan dana kampanye Partai Politik Peserta
pada ayat (2) dicatat dalam pembukuan penerimaan Pemilu yang meliputi penerimaan dan pengeluaran
dan pengeluaran khusus dana Kampanye Pemilu wajib disampaikan kepada kantor akuntan publik yang
yang terpisah dari pembukuan keuangan pribadi ditunjuk oleh KPU paling lama 15 (lima belas)
calon anggota DPD yang bersangkutan. hari sesudah hari pemungutan suara.
(7) Pembukuan dana Kampanye Pemilu sebagaimana (3) Laporan dana kampanye calon anggota DPD
dimaksud pada ayat (6) dimulai sejak 3 (tiga) hari Peserta Pemilu yang meliputi penerimaan dan
setelah calon anggota DPD ditetapkan sebagai pengeluaran wajib disampaikan kepada kantor
Peserta Pemilu dan ditutup 7 (tujuh) hari sebelum akuntan publik yang ditunjuk oleh KPU paling lama 15
penyampaian laporan penerimaan dan pengeluaran (lima belas) hari sesudah hari pemungutan suara.
dana Kampanye Pemilu kepada kantor akuntan (4) Laporan penerimaan dana Kampanye ke KPU
publik yang ditunjuk KPU. sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan
Pasal 333 ayat (3) mencantumkan nama atau identitas
(1) Dana Kampanye Pemilu calon anggota DPD yang penyumbang, alamat, dan nomor telepon yang dapat
berasal dari sumbangan pihak lain perseorangan dihubungi.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 332 ayat (2) (5) Kantor akuntan publik menyampaikan hasil audit
huruf b tidak melebihi Rp750.000.000,00 (tujuh kepada KPU, KPU Provinsi, dan KPU
ratus lima puluh juta rupiah). Kabupaten/Kota paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
(2) Dana Kampanye Pemilu calon anggota DPD yang diterimanya laporan sebagaimana dimaksud
berasal dari sumbangan pihak lain kelompok, pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3).
perusahaan, dan/atau badan usaha nonpemerintah (6) KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 332 ayat (2) memberitahukan hasil audit dana kampanye Peserta
huruf b tidak melebihi Rp1.500.000.000,00 (satu miliar Pemilu masing-masing kepada Peserta Pemilu paling
lima ratus juta rupiah). lama 7 (tujuh) hari setelah KPU, KPU Provinsi,
(3) Pemberi sumbangan sebagaimana dimaksud pada dan KPU Kabupaten/Kota menerima hasil audit dan
ayat (1) dan ayat (2) harus mencantumkan kantor akuntan publik.
identitas yang jelas. (7) KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
Paragraf 4 mengumumkan hasil pemeriksaan dana Kampanye
Laporan Dana Kampanye Pemilu kepada publik paling lambat 10 (sepuluh) hari
Pasal 334 setelah diterimanya laporan hasil pemeriksaan.
(1) Pasangan Calon dan tim kampanye di tingkat Pasal 336
pusat wajib: memberikan laporan awal dana (1) KPU menetapkan kantor akuntan publik
Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 335 ayat (1),
Pemilu dan rekening khusus dana Kampanye ayat (2),
Pasangan Calon dan tim kampanye kepada KPU dan ayat (3) yang memenuhi persyaratan di setiap
paling provinsi.
lama 14 (empat belas) hari setelah Pasangan Calon (2) Kantor akuntan publik sebagaimana dimaksud
ditetapkan sebagai Peserta Pemilu. Presiden dan pada ayat (1) paling sedikit memenuhi persyaratan
Wakil Presiden oleh KPU. sebagai berikut:
(2) Partai Politik Peserta Pemilu anggota DPR, DPRD a. membuat pernyataan tertulis di atas kertas
provinsi, dan DPRD kabupaten/kota sesuai dengan bermeterai cukup bahwa rekan yang bertanggung
tingkatannya wajib memberikan laporan awal dana jawab atas pemeriksaan laporan dana Kampanye
Kampanye Pemilu dan rekening khusus dana Pemilu tidak berafiliasi secara langsung
Kampanye Pemilu kepada KPU, KPU. Provinsi, dan ataupun tidak langsung dengan Peserta Pemilu
KPU Kabupaten/Kota paling lambat 14 (empat dan/atau tim kampanye;
belas) hari sebelum hari pertama jadwal pelaksanaan b. membuat pernyataan tertulis di atas kertas
Kampanye Pemilu dalam bentuk rapat umum. bermeterai cukup bahwa rekan yang bertanggung
jawab atas pemeriksaan laporan dana Kampanye c. hasil tindak pidana yang telah terbukti berdasarkan
Pemilu bukan merupakan anggota atau putusan pengadilan yang telah memperoleh
pengurus partai politik, atau pengurus Partai Politik kekuatan hukum tetap dan/atau bertujuan
yang mengusulkan Pasangan Calon. menyembunyikan atau menyamarkan hasil tindak
Pasal 337 pidana;
(1) Dalam hal kantor akuntan publik yang ditunjuk d. Pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik
oleh KPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 336 negara, dan badan usaha milik daerah; atau
ayat (1) dalam proses pelaksanaan audit diketahui e. pemerintah desa dan badan usaha milik desa.
tidak memberikan informasi yang benar mengenai (2) Peserta Pemilu, pelaksana kampanye, dan tim
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 336 kampanye yang menerima sumbangan sebagaimana
ayat (2), KPU membatalkan penunjukan kantor dimaksud pada ayat (1) dilarang menggunakan dana
akuntan publik yang bersangkutan. tersebut dan wajib melaporkannya kepada KPU
(2) Kantor akuntan publik yang dibatalkan dan menyerahkan sumbangan tersebut kepada kas
pekerjaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) negara paling lambat 14 (empat belas) hari
tidak setelah masa Kampanye Pemilu berakhir.
berhak mendapatkan pembayaran jasa. (3) Peserta Pemilu, pelaksana kampanye, dan tim
(3) KPU menunjuk kantor akuntan publik pengganti kampanye yang tidak memenuhi ketentuan
untuk melanjutkan pelaksanaan audit atas laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi
dana Kampanye Pemilu partai yang bersangkutan. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Pasal 338 (4) Setiap orang dilarang menggunakan anggaran
(1) Dalam hal pengurus Partai Politik Peserta Pemilu pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik
tingkat pusat, tingkat provinsi, dan tingkat negara, badan usaha milik daerah (BUMD),
kabupaten/kota tidak menyampaikan laporan awal Pemerintah Desa atau sebutan lain dan badan usaha
dana Kampanye Pemilu kepada KPU, KPU milik desa untuk disumbangkan atau diberikan kepada
Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota sampai batas pelaksana kampanye.
waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 335 BAB VIII
116 /283 PEMUNGUTAN SUARA
Bagian Kesatu
ayat (2); partai politik yang bersangkutan dikenai Perlengkapan Pemungutan Suara
sanksi berupa pembatalan sebagai Peserta Pemilu Pasal 340
pada wilayah yang bersangkutan. (1) KPU bertanggung jawab dalam merencanakan
(2) Dalam hal calon anggota DPD Peserta Pemilu dan menetapkan standar serta kebutuhan pengadaan
tidak menyampaikan laporan awal dana Kampanye 117 /283
Pemilu kepada KPU melalui KPU Provinsi sampai
batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal dan pendistribusian perlengkapan pemungutan suara.
335 ayat (3), calon anggota DPD yang bersangkutan (2) Sekretaris Jenderal KPU, sekretaris KPU Provinsi,
dikenai sanksi berupa pembatalan sebagai dan, sekretaris KPU Kabupaten/Kota bertanggung
Peserta Pemilu. jawab dalam pelaksanaan pengadaan dan
(3) Dalam hal pengurus Partai Politik Peserta Pemilu pendistribusian perlengkapan pemungutan suara
tingkat pusat, tingkat provinsi dan tingkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
kabupaten/kota tidak menyampaikan laporan Pasal 341
penerimaan dan pengeluaran dana Kampanye Pemilu (1) Perlengkapan pemungutan suara sebagaimana
kepada kantor akuntan publik yang ditunjuk oleh KPU dimaksud dalam Pasal 340 terdiri atas:
sampai batas waktu sebagaimana dimaksud a. kotak suara;
dalam Pasal 335 ayat (2), partai politik yang b. surat suara;
bersangkutan dikenai sanksi berupa tidak c. tinta;
ditetapkannya d. bilik pemungutan suara;
calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD e. segel;
kabupaten/kota menjadi calon terpilih. f. alat untuk mencoblos pilihan; dan
(4) Dalam hal calon anggota DPD Peserta Pemilu g. tempat pemungutan suara.
tidak menyampaikan laporan penerimaan dan (2) Selain perlengkapan pemungutan suara
pengeluaran dana Kampanye Pemilu kepada kantor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diperlukan
akuntan publik yang ditunjuk oleh KPU sampai dukungan
batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 335 perlengkapan lainnya untuk menjaga keamanan,
ayat (3), calon anggota DPD yang kerahasiaan, dan kelancaran pelaksanaan
bersangkutan dikenai sanksi administratif berupa tidak pemungutan suara dan penghitungan suara.
ditetapkan menjadi calon (3) Bentuk, ukuran, spesifikasi teknis, dan
Pasal 339 perlengkapan pemungutan suara lainnya diatur
(1) Peserta Pemilu, pelaksana kampanye, dan tim dengan
kampanye dilarang menerima sumbangan dana Peraturan KPU.
Kampanye Pemilu yang berasal dari: (4) Pengadaan perlengkapan pemungutan suara
a. pihak asing; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai
b. penyumbang yang tidak jelas identitasnya;
dengan huruf f dan ayat (2) dilaksanakan sesuai pemilihan sebanyak 1.000 (seribu) surat suara
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. pemungutan suara ulang yang diberi tanda khusus,
(5) Pengadaan perlengkapan pemungutan suara masing-masing surat suara untuk Pasangan Calon,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD
dilaksanakan oleh KPPS bekerja sama dengan kabupaten/kota.
masyarakat. Pasal 345
(6) Perlengkapan pemungutan suara sebagaimana (1) Untuk kepentingan tertentu, perusahaan pencetak
dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf surat suara dilarang mencetak surat suara lebih
d, huruf e, huruf f, dan ayat (2) harus sudah diterima dan jumlah yang ditetapkan oleh KPU.
KPPS paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari (2) Perusahaan pencetak surat suara wajib menjaga
pemungutan suara. kerahasiaan, keamanan, dan keutuhan surat suara.
(7) Pendistribusian perlengkapan pemungutan suara (3) KPU meminta bantuan Kepolisian Negara
dilakukan oleh Sekretariat Jenderal KPU, sekretariat Republik Indonesia untuk mengamankan surat suara
KPU Provinsi, dan sekretariat KPU Kabupaten/Kota. selama proses pencetakan berlangsung, menyimpan,
(8) Dalam pendistribusian dan pengamanan dan mendistribusikannya ke tempat tujuan.
perlengkapan pemungutan suara, KPU dapat bekerja (4) KPU memverifikasi jumlah dan kualitas surat suara
sama yang telah dicetak, jumlah yang sudah dikirim,
dengan Pemerintah, pemerintah daerah, Tentara dan/atau jumlah yang masih tersimpan dengan
Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik membuat berita acara yang ditandatangani oleh pihak
Indonesia. percetakan dan petugas KPU.
Pasal 342 (5) KPU mengawasi dan mengamankan desain dan
(1) Surat suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal plat cetak yang digunakan untuk membuat surat
341 ayat (1) huruf b untuk Pasangan Calon memuat suara sebelum dan sesudah digunakan, serta
foto, nama, nomor unit, dan tanda gambar partai menyegel dan menyimpannya.
politik dan/atau tanda gambar gabungan partai politik (6) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan
pengusul Pasangan Calon. pengamanan terhadap pencetakan, penghitungan,
(2) Surat suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal penyimpanan, pengepakan, dan pendistribusian surat
341 ayat (1) huruf b untuk calon anggota DPR, suara ke tempat tujuan diatur dengan Peraturan
DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota memuat KPU.
tanda gambar partai politik, nomor unit partai Pasal 346
politik, nomor unit dan nama calon anggota DPR, Pengawasan atas pelaksanaan tugas dan wewenang
DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota untuk KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota serta
setiap daerah pemilihan. Sekretariat Jenderal KPU, sekretariat KPU Provinsi,
(3) Surat suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal dan sekretariat KPU Kabupaten/Kota mengenai
341 ayat (1) huruf b untuk calon anggota DPD pengadaan dan pendistribusian perlengkapan
memuat pas foto diri terbaru dan nama calon anggota pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam
DPD untuk setiap daerah pemilihan. Pasal 341
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, bentuk, dilaksanakan oleh Bawaslu.
ukuran, warna, dan spesifikasi teknis lain surat suara Bagian Kedua
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan Pemungutan Suara
ayat (3) ditetapkan. dalam Peraturan KPU. Pasal 347
118 /283 (1) Pemungutan suara Pemilu diselenggarakan
secara serentak.
Pasal 343 119 /283
Nomor urut Pasangan Calon, tanda gambar partai
politik, dan calon anggota DPD ditetapkan dengan (2) Hari, tanggal, dan waktu pemungutan suara
keputusan KPU. Pemilu ditetapkan dengan keputusan KPU.
Pasal 344 Pasal 348
(1) Pengadaan surat suara dilakukan di dalam negeri (1) Pemilih yang berhak mengikuti pemungutan suara
dengan mengutamakan kapasitas cetak yang di TPS meliputi:
sesuai dengan kebutuhan surat suara dan hasil cetak a. pemilik kartu tanda penduduk elektronik yang
yang berkualitas baik. terdaftar pada daftar pemilih tetap di TPS yang
(2) Jumlah surat suara yang dicetak sama dengan bersangkutan;
jumlah Pemilih tetap ditambah dengan 2% (dua b. pemilik kartu tanda penduduk elektronik yang
persen) dari jumlah Pemilih tetap sebagai cadangan, terdaftar pada daftar pemilih tambahan;
yang ditetapkan dengan keputusan KPU. c. pemilik kartu tanda penduduk elektronik yang tidak
(3) Selain menetapkan pencetakan surat suara terdaftar pada daftar pemilih tetap dan daftar
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), KPU pemilih tambahan; dan
menetapkan d. penduduk yang telah memiliki hak pilih.
besarnya jumlah surat suara untuk pelaksanaan (2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pemungutan suara ulang. huruf a dan huruf b dapat menggunakan haknya untuk
(4) Jumlah surat suara sebagaimana dimaksud pada memilih di TPS lain/TPSLN dengan menunjukkan
ayat (3) ditetapkan oleh KPU untuk setiap daerah surat pemberitahuan dari PPS untuk memberikan
suara di TPS lain/TPSLN. b. dilakukan 1 (satu) jam sebelum selesainya
(3) Pemilih dengan kondisi tertentu sebagaimana pemungutan suara di TPS setempat.
dimaksud pada ayat (2) dapat menggunakan haknya Pasal 350
untuk memilih di TPS/TPSLN lain. (1) Pemilih untuk setiap TPS paling banyak 500 (lima
(4) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ratus) orang.
dapat menggunakan haknya untuk memilih: (2) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. calon anggota DPR apabila pindah memilih ke ditentukan lokasinya di tempat yang mudah dijangkau,
kabupaten/kota lain dalam satu provinsi dan di termasuk oleh penyandang disabilitas, tidak
daerah pemilihannya; menggabungkan desa, dan memperhatikan aspek
b. calon anggota DPD apabila pindah memilih ke. geografis serta menjamin setiap Pemilih dapat
kabupaten/kota lain dalam satu provinsi; memberikan suaranya secara langsung, bebas, dan
c. Pasangan Calon apabila pindah memilih ke provinsi rahasia.
lain atau pindah memilih ke suatu negara; (3) Jumlah surat suara di setiap TPS sama dengan
d. calon anggota DPRD Provinsi pindah memilih ke jumlah Pemilih yang tercantum di dalam daftar pemilih
kabupaten/kota lain dalam satu provinsi dan di tetap dan daftar pemilih tambahan ditambah dengan
daerah pemilihannya; dan 2% (dua persen) dari daftar pemilih tetap sebagai
e. calon anggota DPRD Kabupaten/Kota pindah cadangan.
memilih ke kecamatan lain dalam satu (4) Penggunaan surat suara cadangan sebagaimana
kabupaten/kota dan di daerah pemilihannya. dimaksud pada ayat (3) dibuatkan berita acara.
(5) Calon Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jumlah, lokasi,
(3) harus melapor ke KPU Kabupaten/Kota tempat bentuk, tata. letak TPS sebagaimana dimaksud pada
tujuan memilih. ayat (2) dan format berita acara sebagaimana
(6) KPU Kabupaten/Kota tempat asal calon Pemilih dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus KPU.
menghapus nama yang bersangkutan dalam DPT Pasal 351
asalnya. (1) Pelaksanaan pemungutan suara dipimpin oleh
(7) Dalam hal pada suatu TPS terdapat Pemilih KPPS.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, KPPS (2) Pemberian suara dilaksanakan oleh Pemilih.
pada TPS tersebut mencatat dan melaporkan kepada (3) Pelaksanaan pemungutan suara disaksikan oleh
KPU Kabupaten/Kota melalui PPK. saksi Peserta Pemilu.
(8) Pemilik kartu tanda penduduk elektronik yang tidak (4) Penanganan ketenteraman, ketertiban, dan
terdaftar pada daftar pemilih tetap dan daftar keamanan di setiap TPS dilaksanakan oleh 2 (dua)
pemilih tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat orang
(1) huruf c, dapat memilih di TPS menggunakan petugas yang ditetapkan oleh PPS.
kartu tanda penduduk elektronik. (5) Pengawasan pemungutan suara dilaksanakan
(9) Penduduk yang telah memiliki hak pilih oleh Panwaslu Kelurahan/Desa dan Pengawas TPS.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dapat (6) Pemantauan pemungutan suara dilaksanakan oleh
memilih di pemantau Pemilu yang telah diakreditasi oleh
TPS/TPSLN dengan menggunakan kartu tanda Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
penduduk elektronik. Kabupaten/Kota.
Pasal 349 (7) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
(1) Pemilik kartu tanda penduduk elektronik yang tidak menyerahkan mandat tertulis dan Pasangan
terdaftar pada daftar pemilih tetap dan daftar Calon/tim kampanye, Partai Politik Peserta Pemilu,
pemilih tambahan serta. Penduduk yang telah atau calon anggota DPD kepada KPPS.
memiliki hak pilih sebagaimana dimaksud dalam (8) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilatih
Pasal oleh Bawaslu.
348 ayat (1) huruf c dan huruf d diberlakukan Pasal 352
ketentuan sebagai berikut: (1) Dalam persiapan pemungutan suara, KPPS
a. memilih di TPS yang ada di rukun tetangga/rukun melakukan kegiatan yang meliputi:
warga sesuai dengan alamat yang tertera di a. penyiapan TPS;
kartu tanda penduduk elektronik; b. pengumuman dengan menempelkan daftar pemilih
b. mendaftarkan diri terlebih dahulu pada KPPS tetap, daftar pemilih tambahan, Pasangan
setempat; dan Calon, dan daftar calon tetap anggota DPR, DPD,
120 /283 DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota di
TPS; dan
c. dilakukan 1 (satu) jam sebelum pemungutan suara c. penyerahan salinan daftar pemilih tetap dan daftar
di, TPS setempat selesai. pemilih tambahan kepada saksi yang hadir
(2) Untuk Warga Negara Indonesia yang tinggal di dan Pengawas TPS.
luar negeri yang menggunakan paspor dengan alamat (2) Dalam pelaksanaan pemungutan suara, KPPS
luar negeri, diberlakukan ketentuan: melakukan kegiatan yang meliputi:
a. lebih dahulu mendaftarkan diri pada KPPS a. pemeriksaan persiapan akhir pemungutan suara;
setempat; dan 121 /283
b. rapat pemungutan suara; (1) Pemilih disabilitas netra, disabilitas fisik, dan yang
c. pengucapan sumpah atau janji anggota KPPS dan mempunyai halangan fisik lainnya pada saat
petugas ketenteraman, ketertiban, dan memberikan suaranya di TPS dapat dibantu oleh
keamanan TPS; orang lain atas permintaan Pemilih.
d. penjelasan kepada Pemilih tentang tata cara (2) Orang lain yang membantu Pemilih dalam
pemungutan, suara; dan memberikan suara sebagaimana dimaksud pada ayat
e. pelaksanaan pemberian suara. (1)
Pasal 353 wajib merahasiakan pilihan Pemilih.
(1) Pemberian suara untuk Pemilu dilakukan dengan (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian
cara: bantuan kepada Pemilih diatur dengan Peraturan
a. mencoblos satu kali pada nomor, nama, foto KPU.
Pasangan Calon, atau tanda gambar partai politik Pasal 357
pengusul dalam satu kotak pada surat suara untuk (1) Pemungutan suara bagi Warga Negara Indonesia
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden; yang berada di luar negeri hanya untuk Pasangan
b. mencoblos satu kali pada nomor atau tanda Calon dan calon anggota DPR.
gambar partai politik, dan/atau nama calon anggota (2) Pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada
DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota untuk ayat (1) dilaksanakan di setiap Perwakilan Republik
Pemilu anggota DPR, DPRD provinsi, dan Indonesia dan dilakukan pada waktu yang sama atau
DPRD kabupaten/kota; dan waktu yang disesuaikan dengan waktu
c. mencoblos satu kali pada nomor, nama, atau foto pemungutan suara di Indonesia.
calon untuk Pemilu anggota DPD. (3) Dalam hal Pemilih tidak dapat memberikan suara
(2) Pemberian suara sebagaimana dimaksud pada di TPSLN yang telah ditentukan, Pemilih dapat
ayat (1) dilakukan berdasarkan prinsip memudahkan memberikan suara melalui surat pos yang
Pemilih, akurasi dalam penghitungan suara, dan disampaikan kepada PPLN di Perwakilan Republik
efisiensi dalam Penyelenggaraan Pemilu. Indonesia setempat.
Pasal 354 Pasal 358
(1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, (1) Pemilih yang berhak mengikuti pemungutan suara
KPPS: di TPSLN meliputi:
a. membuka kotak suara; a. pemilik kartu tanda penduduk elektronik yang
b. mengeluarkan seluruh isi kotak suara; terdaftar pada daftar pemilih tetap di TPSLN yang
c. mengidentifikasi jenis dokumen dan peralatan; bersangkutan;
d. menghitung jumlah setiap jenis dokumen dan b. pemilik kartu tanda penduduk elektronik yang
peralatan; terdaftar pada daftar pemilih tambahan;
e. memeriksa keadaan seluruh surat suara; dan c. pemilik kartu tanda penduduk elektronik yang tidak
f. menandatangani surat suara yang akan digunakan terdaftar pada daftar pemilih tetap dan daftar
oleh Pemilih. pemilih tambahan; dan
(2) Saksi Peserta Pemilu, pengawas Pemilu, d. Penduduk yang telah memiliki hak pilih.
pemantau Pemilu, dan warga masyarakat berhak (2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menghadiri kegiatan KPPS sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b dapat menggunakan haknya untuk
pada ayat (1). memilih di TPSLN lain/TPS dengan menunjukkan
(3) Ketua KPPS wajib membuat dan menandatangani surat pemberitahuan dari PPLN untuk memberikan
berita acara kegiatan sebagaimana dimaksud pada suara di TPSLN lain/TPS.
ayat (1) dan berita acara tersebut ditandatangani (3) Pemilih dengan kondisi tertentu sebagaimana
paling sedikit oleh 2 (dua) orang anggota KPPS dan dimaksud pada ayat (2) dapat menggunakan haknya
saksi Peserta Pemilu yang hadir. untuk memilih di TPSLN/TPS lain.
Pasal 355 (4) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
(1) Dalam memberikan suara, Pemilih diberi dapat menggunakan haknya untuk memilih:
kesempatan oleh KPPS berdasarkan prinsip urutan a. Pasangan Calon; dan
kehadiran Pemilih. b. calon anggota DPR daerah pemilihan DKI Jakarta.
(2) Apabila Pemilih menerima surat suara yang (5) Calon Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat
ternyata rusak, Pemilih dapat meminta surat suara (3) harus melapor ke PPLN tempat tujuan memilih.
pengganti kepada KPPS dan KPPS wajib (6) PPLN tempat asal calon Pemilih harus menghapus
memberikan surat suara pengganti hanya 1 (satu) kali yang bersangkutan dalam DPT asalnya.
dan (7) KPPSLN sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mencatat surat suara yang rusak dalam berita acara. mencatat dan melapor ke PPLN.
(3) Apabila terdapat kekeliruan dalam memberikan (8) Pemilik kartu tanda penduduk elektronik yang tidak
suara, Pemilih dapat meminta surat suara pengganti terdaftar pada daftar pemilih tetap dan daftar
kepada KPPS dan KPPS hanya memberikan surat pemilih tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat
suara pengganti 1 (satu) kali. (1) huruf c dapat memilih, di TPSLN
Pasal 356 menggunakan kartu tanda penduduk elektronik.
122 /283 (9) Penduduk yang telah memiliki hak pilih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dapat
memilih di
TPSLN/TPS dengan menggunakan kartu tanda (2) Saksi Partai Politik Peserta Pemilu, saksi
penduduk elektronik. Pasangan Calon, Panwaslu LN, pemantau Pemilu,
Pasal 359 dan
123 /283 warga masyarakat berhak menghadiri kegiatan
KPPSLN sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pemilik kartu tanda penduduk elektronik yang tidak (3) Ketua KPPSLN wajib membuat dan
terdaftar pada daftar pemilih tetap dan daftar pemilih menandatangani berita acara kegiatan sebagaimana
tambahan serta Penduduk yang telah memiliki hak dimaksud
pilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 358 ayat (1) pada ayat (1) dan berita acara tersebut
huruf c dan huruf d diberlakukan ketentuan: ditandatangani paling sedikit oleh 2 (dua) orang
a. terlebih dahulu mendaftarkan diri pada KPPSLN anggota
setempat; dan KPPSLN dan saksi Peserta Pemilu yang hadir.
b. pemberian suara dilakukan 1 (satu) jam sebelum Pasal 363
selesainya pemungutan suara di TPSLN setempat. (1) Dalam memberikan suara, Pemilih diberi
Pasal 360 kesempatan oleh KPPSLN berdasarkan prinsip urutan
(1) Pelaksanaan pemungutan suara di TPSLN kehadiran Pemilih.
dipimpin oleh KPPSLN. (2) Apabila Pemilih menerima surat suara yang
(2) Pemberian suara dilaksanakan oleh Pemilih. ternyata rusak Pemilih dapat meminta surat suara
(3) Pelaksanaan pemungutan suara disaksikan oleh pengganti kepada KPPSLN dan KPPSLN wajib
saksi Partai Politik Peserta Pemilu dan saksi memberikan surat suara pengganti hanya 1 (satu) kali
Pasangan Calon. dan mencatat surat suara yang rusak dalam berita
(4) Pengawasan pemungutan suara dilaksanakan acara.
oleh Panwaslu LN. (3) Apabila terdapat kekeliruan dalam memberikan
(5) Pemantauan pemungutan suara dilaksanakan oleh suara, Pemilih dapat meminta surat suara pengganti
pemantau Pemilu yang telah diakreditasi oleh kepada KPPSLN dan KPPSLN hanya memberikan
Bawaslu. surat suara pengganti 1 (satu) kali.
(6) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus Pasal 364
menyerahkan mandat tertulis dan Partai Politik (1) Pemilih disabilitas netra, disabilitas fisik, dan yang
Peserta Pemilu atau Pasangan Calon/tim kampanye. mempunyai halangan fisik lainnya pada saat
Pasal 361 memberikan suaranya di TPSLN dapat dibantu oleh
(1) Dalam persiapan pemungutan suara, KPPSLN orang lain atas permintaan pemilih.
melakukan kegiatan yang meliputi: (2) Orang lain yang membantu Pemilih dalam
a. penyiapan TPSLN; memberikan suara sebagaimana dimaksud pada ayat
b. pengumuman dengan menempelkan daftar pemilih (1)
tetap, daftar pemilih tambahan, Pasangan wajib merahasiakan pilihan Pemilih.
Calon, dan daftar calon tetap anggota DPR di TPSLN; (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian
dan bantuan kepada Pemilih diatur dengan Peraturan
c. penyerahan salinan daftar pemilih tetap dan daftar KPU.
pemilih tambahan kepada saksi yang hadir Pasal 365
dan Panwaslu LN. (1) Pemilih tidak boleh membubuhkan tulisan
(2) Dalam pelaksanaan pemungutan suara, KPPSLN dan/atau catatan apa pun pada surat suara.
melakukan kegiatan yang meliputi: (2) Surat suara yang terdapat tulisan dan/atau catatan
a. pemeriksaan persiapan akhir pemungutan suara; lain dinyatakan tidak sah.
b. rapat pemungutan suara; Pasal 366
c. pengucapan sumpah atau janji anggota KPPSLN (1) Pemilih yang telah memberikan suara, diberi tanda
dan petugas ketenteraman, ketertiban, dan khusus oleh KPPS/KPPSLN.
keamanan TPSLN; (2) Tanda khusus sebagaimana dimaksud pada ayat
d. penjelasan kepada Pemilih tentang tata cara (1) diatur dalam Peraturan KPU.
pemungutan suara; dan Pasal 367
e. pelaksanaan pemberian suara. (1) KPPS/KPPSLN dilarang mengadakan
Pasal 362 penghitungan suara sebelum pemungutan suara
(1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, berakhir.
KPPSLN: (2) Ketentuan mengenai waktu berakhirnya
a. membuka kotak suara; pemungutan suara diatur dalam Peraturan KPU.
b. mengeluarkan seluruh isi kotak suara; Pasal 368
c. mengidentifikasi jenis dokumen dan peralatan; (1) KPPS/KPPSLN bertanggung jawab atas
d. menghitung jumlah setiap jenis dokumen dan pelaksanaan pemungutan suara secara tertib dan
peralatan; lancar.
e. memeriksa keadaan seluruh surat suara; dan (2) Pemilih melakukan pemberian suara dengan tertib
f. menandatangani surat suara yang akan digunakan dan bertanggung jawab.
oleh Pemilih. (3) Saksi melakukan tugasnya dengan tertib dan
124 /283
bertanggung jawab.
(4) Petugas ketertiban, ketenteraman, dan keamanan nama atau alamat pada surat suara yang sudah
wajib menjaga ketertiban, ketenteraman, dan digunakan;
keamanan di lingkungan TPS/TPSLN. c. petugas KPPS merusak lebih dari satu surat suara
(5) Pengawas TPS/Panwaslu LN wajib melakukan yang sudah digunakan oleh Pemilih
pengawasan atas pelaksanaan pemungutan suara sehingga surat suara tersebut menjadi tidak sah;
125 /283 dan/atau
126 /283
dengan tertib dan bertanggung jawab.
Pasal 369 d. Pemilih yang tidak memiliki kartu tanda penduduk
(1) Warga masyarakat yang tidak memiliki hak pilih elektronik dan tidak terdaftar di daftar pemilih
atau yang tidak sedang melaksanakan pemberian tetap dan daftar pemilih tambahan.
suara dilarang berada di dalam TPS/TPSLN. Pasal 373
(2) Pemantau Pemilu dilarang berada di dalam (1) Pemungutan suara ulang diusulkan oleh KPPS
TPS/TPSLN. dengan, menyebutkan keadaan yang menyebabkan
(3) Warga masyarakat sebagaimana dimaksud pada diadakannya pemungutan suara ulang.
ayat (1) dan pemantau Pemilu sebagaimana (2) Usul KPPS diteruskan kepada PPK dan
dimaksud pada ayat (2) memelihara ketertiban dan selanjutnya diajukan, kepada KPU Kabupaten/Kota
kelancaran pelaksanaan pemungutan suara. untuk
Pasal 370 pengambilan keputusan diadakannya pemungutan
(1) Dalam hal terjadi penyimpangan pelaksanaan suara ulang.
pemungutan suara oleh KPPS/KPPSLN, Panwaslu (3) Pemungutan suara ulang di TPS dilaksanakan
Kelurahan/Desa/Panwaslu LN/Pengawas TPS paling lama 10 (sepuluh) hari setelah hari
memberikan saran perbaikan disaksikan oleh saksi pemungutan
yang hadir dan petugas ketenteraman, ketertiban, dan suara berdasarkan keputusan KPU Kabupaten/Kota.
keamanan TPS/TPSLN. (4) Pemungutan suara ulang sebagaimana dimaksud
(2) KPPS/KPPSLN wajib menindaklanjuti saran pada ayat (1) hanya dilakukan untuk 1 (satu) kali
perbaikan yang disampaikan oleh pengawas Pemilu pemungutan suara ulang.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Bagian Kedua
Pasal 371 Penghitungan Suara Ulang dan Rekapitulasi Suara
(1) Dalam hal terjadi pelanggaran ketenteraman, Ulang
ketertiban, dan keamanan pelaksanaan pemungutan Pasal 374
suara oleh anggota masyarakat dan/atau oleh (1) Penghitungan suara ulang berupa penghitungan
pemantau Pemilu, petugas ketenteraman, ketertiban, ulang surat suara di TPS, rekapitulasi suara ulang di
dan keamanan melakukan penanganan secara PPK, KPU Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi.
memadai. (2) Penghitungan suara di TPS dapat diulang apabila
(2) Dalam hal anggota masyarakat dan/atau terjadi hal sebagai berikut:
pemantau Pemilu tidak mematuhi penanganan oleh a. kerusuhan yang mengakibatkan penghitungan
petugas suara tidak dapat dilanjutkan;
ketenteraman, ketertiban, dan keamanan, yang b. penghitungan suara dilakukan secara tertutup;
bersangkutan diserahkan kepada petugas Kepolisian c. penghitungan suara dilakukan di tempat yang
Negara Republik Indonesia. kurang terang atau yang kurang mendapat
BAB IX penerangan cahaya;
PEMUNGUTAN SUARA ULANG, PENGHITUNGAN d. penghitungan suara dilakukan dengan suara yang
SUARA ULANG, DAN REKAPITULASI SUARA kurang jelas;
ULANG e. penghitungan suara dicatat dengan tulisan yang
Bagian Kesatu kurang jelas;
Pemungutan Suara Ulang f. saksi Peserta Pemilu, Pengawas TPS, dan warga
Pasal 372 masyarakat tidak dapat menyaksikan proses
(1) Pemungutan suara di TPS dapat diulang apabila penghitungan suara secara jelas;
terjadi: bencana alam dan/atau kerusuhan yang g. penghitungan suara dilakukan di tempat lain di luar
mengakibatkan hasil pemungutan suara tidak dapat tempat dan waktu yang telah ditentukan;
digunakan atau penghitungan suara tidak dapat dan/atau
dilakukan. h. ketidaksesuaian jumlah hasil penghitungan surat
(2) Pemungutan suara di TPS wajib diulang apabila suara yang sah dan surat suara yang tidak
dari hasil penelitian dan pemeriksaan Pengawas TPS sah dengan jumlah pemilih yang menggunakan hak
terbukti terdapat keadaan sebagai berikut: pilih.
a. pembukaan kotak suara dan/atau berkas Pasal 375
pemungutan dan penghitungan suara tidak dilakukan (1) Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud
menurut tata cara yang ditetapkan dalam ketentuan dalam Pasal 374 ayat (2), saksi Peserta Pemilu
peraturan perundang-undangan; atau Pengawas TPS dapat mengusulkan
b. petugas KPPS meminta Pemilih memberikan tanda penghitungan ulang surat suara di TPS yang
khusus, menandatangani, atau menuliskan bersangkutan.
(2) Penghitungan ulang surat suara di TPS harus perolehan suara. dari PPK dan sertifikat rekapitulasi
dilaksanakan dan selesai pada hari yang sama hasil penghitungan perolehan suara yang
dengan diterima KPU Kabupaten/Kota, saksi Peserta Pemilu
hari pemungutan suara. tingkat kabupaten/kota dan saksi Peserta Pemilu
Pasal 376 tingkat kecamatan, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau
Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di Panwaslu Kecamatan, maka KPU Kabupaten/Kota
PPK, KPU Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi dapat melakukan pembetulan data melalui pengecekan
diulang apabila terjadi keadaan sebagai berikut: dan/atau rekapitulasi ulang data yang termuat dalam
127 /283 sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan
suara untuk PPK yang bersangkutan.
a. kerusuhan yang mengakibatkan rekapitulasi hasil (2) Dalam hal terjadi perbedaan antara data jumlah
penghitungan suara tidak dapat dilanjutkan; suara pada sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan
b. rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan suara dan KPU Kabupaten/Kota dan sertifikat
secara tertutup; rekapitulasi hasil penghitungan suara yang diterima
c. rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan di oleh KPU Provinsi, saksi Peserta Pemilu tingkat
tempat yang kurang terang atau kurang provinsi dan saksi Peserta Pemilu tingkat
mendapatkan penerangan cahaya; kabupaten/kota, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
d. rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan Kabupaten/Kota, maka KPU Provinsi melakukan
dengan suara yang kurang jelas; pembetulan data melalui pengecekan dan/atau
e. rekapitulasi hasil penghitungan suara dicatat rekapitulasi ulang data yang termuat pada sertifikat
dengan tulisan yang kurang jelas; rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara untuk
f. saksi Peserta Pemilu, Bawaslu Kabupaten/Kota, KPU Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
dan pemantau Pemilu tidak dapat menyaksikan (3) Dalam hal terjadi perbedaan antara data jumlah
proses rekapitulasi hasil penghitungan suara secara suara dalam sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan
jelas; dan/atau 128 /283
g. rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan di
tempat lain di luar tempat dan waktu yang telah suara dan KPU Provinsi dan sertifikat rekapitulasi
ditentukan. hasil penghitungan suara yang diterima oleh KPU,
Pasal 377 saksi Peserta Pemilu tingkat pusat dan saksi Peserta
(1) Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud Pemilu tingkat provinsi, Bawaslu, atau Bawaslu
dalam Pasal 376, saksi Peserta Pemilu atau Provinsi, maka KPU melakukan pembetulan data
Bawaslu Kabupaten /Kota, dan Bawaslu Provinsi melalui pengecekan dan/atau rekapitulasi ulang data
dapat mengusulkan untuk dilaksanakan rekapitulasi yang termuat dalam sertifikat rekapitulasi hasil
hasil penghitungan suara ulang di PPK, KPU penghitungan perolehan suara untuk KPU Provinsi
Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi yang yang bersangkutan.
bersangkutan. BAB X
(2) Rekapitulasi hasil penghitungan suara ulang di PENGHITUNGAN SUARA
PPK, KPU Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi harus Bagian Kesatu
dilaksanakan dan selesai pada hari/tanggal Umum
pelaksanaan rekapitulasi. Pasal 381
Pasal 378 (1) KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, dan
(1) Dalam hal terdapat perbedaan jumlah suara pada PPLN wajib melaksanakan penghitungan suara
sertifikat hasil penghitungan suara dari TPS dengan Peserta Pemilu secara transparan dan dapat
sertifikat hasil penghitungan suara yang diterima PPK dipertanggungjawabkan.
dari TPS, saksi Peserta Pemilu tingkat (2) KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
kecamatan, saksi Peserta Pemilu di TPS, Panwaslu serta PPLN wajib menyimpan, menjaga, dan
Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, atau mengamankan hasil penghitungan suara dari seluruh
Pengawas TPS, maka PPK melakukan penghitungan TPS sesuai dengan ketentuan peraturan
suara ulang untuk TPS yang bersangkutan. perundang-undangan.
(2) Penghitungan suara ulang di TPS dan rekapitulasi (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
hasil penghitungan suara ulang di PPK penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 375 ayat (2) dan ayat
Pasal 376 dilaksanakan paling lama 5 (lima) (1) serta penyimpanan, penjagaan, dan pengamanan
hari setelah hari/tanggal pemungutan suara hasil penghitungan suara sebagaimana
berdasarkan keputusan PPK. dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
Pasal 379 KPU.
Penghitungan suara ulang untuk TPS sebagaimana Bagian Kedua
dimaksud dalam Pasal 378 dilakukan dengan cara Penghitungan Suara di TPS/TPSLN
membuka kotak suara hanya dilakukan di PPK. Pasal 382
Pasal 380 (1) Penghitungan suara Peserta Pemilu di TPS
(1) Dalam hal terjadi perbedaan antara data jumlah dilaksanakan oleh KPPS.
suara dalam sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan (2) Penghitungan suara Pasangan Calon dan Partai
Politik Peserta Pemilu di TPSLN dilaksanakan oleh
KPPSLN. a. jumlah Pemilih yang memberikan suara
(3) Penghitungan suara Peserta Pemilu di TPS berdasarkan salinan daftar pemilih tetap;
disaksikan oleh. saksi Peserta b. jumlah Pemilih yang berasal dari TPS/TPSLN lain;
(4) Penghitungan suara Pasangan Calon dan Partai c. jumlah surat suara yang tidak terpakai;
Politik Peserta Pemilu di TPSLN disaksikan oleh d. jumlah surat suara yang dikembalikan oleh Pemilih
saksi Peserta Pemilu. karena rusak atau salah dalam cara
(5) Penghitungan suara Peserta Pemilu di TPS memberikan suara; dan
diawasi oleh Pengawas TPS. e. sisa surat suara cadangan.
(6) Penghitungan suara Pasangan Calon dan Partai (2) Penggunaan surat suara cadangan sebagaimana
Politik Peserta Pemilu di TPSLN diawasi oleh dimaksud pada ayat (1) huruf e dibuatkan berita
Panwaslu LN. acara yang ditandatangani oleh ketua KPPS/KPPSLN
(7) Penghitungan suara Peserta Pemilu di TPS dan oleh paling sedikit 2 (dua) orang anggota
dipantau oleh pemantau Pemilu dan masyarakat. KPPS/KPPSLN yang hadir.
(8) Penghitungan suara Pasangan Calon dan Partai Pasal 386
Politik Peserta Pemilu di TPSLN dipantau oleh (1) Suara untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
pemantau Pemilu dan . masyarakat. dinyatakan sah apabila:
(9) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan a. surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS; dan
ayat (4) yang belum menyerahkan mandat tertulis b. tanda coblos pada nomor urut, foto, nama salah
pada saat pemungutan suara harus menyerahkan satu Pasangan Calon, tanda gambar partai
mandat tertulis dari Peserta Pemilu kepada ketua politik, dan/atau tanda gambar gabungan partai politik
KPPS/KPPSLN. dalam surat suara.
129 /283 (2) Suara untuk Pemilu anggota DPR, DPRD provinsi,
dan DPRD kabupaten/kota dinyatakan sah apabila:
Pasal 383 a. surat suara ditandatangani oleh ketua KPPS; dan
(1) Penghitungan suara di TPS/TPSLN dilaksanakan 130 /283
setelah waktu pemungutan suara berakhir.
(2) Penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada b. tanda coblos pada nomor atau tanda gambar partai
ayat (1) hanya dilakukan dan selesai di politik dan/atau nama calon anggota DPR,
TPS/TPSLN yang bersangkutan pada hari DPRD, provinsi, dan DPRD kabupaten/kota berada
pemungutan suara. pada kolom yang disediakan.
Pasal 384 (3) Suara untuk Pemilu anggota DPD dinyatakan sah
(1) KPPS melakukan penghitungan suara Peserta apabila:
Pemilu di dalam TPS. a. surat suara ditandatangani oleh ketua KPPS; dan
(2) KPPSLN melakukan penghitungan suara b. tanda coblos terdapat pada 1 (satu) calon
Pasangan Calon dan Partai Politik Peserta Pemilu di perseorangan.
dalam (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman teknis
TPSLN. pelaksanaan pemberian suara sebagaimana
(3) Saksi menyaksikan dan mencatat pelaksanaan dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
penghitungan suara Peserta Pemilu di dalam dengan Peraturan KPU.
TPS/TPSLN. Pasal 387
(4) Pengawas TPS mengawasi pelaksanaan (1) Ketua KPPS/KPPSLN melakukan penghitungan
penghitungan suara Peserta Pemilu di dalam TPS. suara dengan suara yang jelas dan terdengar dengan
(5) Panwaslu LN mengawasi pelaksanaan memperlihatkan surat suara yang dihitung.
penghitungan suara Pasangan Calon dan Partai (2) Penghitungan suara dilakukan secara terbuka dan
Politik di tempat yang terang atau mendapat penerangan
Peserta Pemilu di dalam TPSLN. cahaya yang cukup.
(6) Pemantau Pemilu memantau pelaksanaan (3) Penghitungan suara dicatat pada
penghitungan suara Peserta Pemilu di luar TPS. lembar/papan/layar penghitungan dengan tulisan
(7) Pemantau Pemilu memantau pelaksanaan yang jelas dan
penghitungan suara Pasangan Calon dan Partai terbaca.
Politik (4) Format penulisan penghitungan suara
Peserta Pemilu di luar TPSLN. sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam
(8) Warga masyarakat menyaksikan pelaksanaan Peraturan
penghitungan suara Peserta Pemilu yang dilakukan KPU.
secara terbuka untuk umum di luar TPS. Pasal 388
(9) Warga masyarakat menyaksikan pelaksanaan (1) Peserta Pemilu, saksi, Panwaslu
penghitungan suara Pasangan Calon dan Partai Kelurahan/Desa/Panwaslu LN/Pengawas TPS, dan
Politik masyarakat
Peserta Pemilu di luar TPSLN. dapat menyampaikan laporan atas dugaan adanya
Pasal 385 pelanggaran, penyimpangan, dan/atau kesalahan
(1) Sebelum melaksanakan penghitungan suara, dalam pelaksanaan penghitungan suara kepada
ICPPS/KPPSLN menghitung: ICPPS/KPPSLN.
(2) Peserta Pemilu dan warga masyarakat melalui (6) Penyerahan kotak suara tersegel yang berisi surat
saksi Peserta Pemilu atau Panwaslu suara, berita acara pemungutan dan penghitungan
Kelurahan/Desa/Panwaslu LN/Pengawas TPS yang suara, serta sertifikat hasil penghitungan suara
hadir dapat mengajukan keberatan terhadap kepada PPS sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
jalannya penghitungan suara oleh KPPS/KPPSLN wajib diawasi oleh Pengawas TPS beserta Panwaslu
apabila ternyata terdapat hal yang tidak sesuai Kelurahan/Desa dan wajib dilaporkan kepada
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Panwaslu Kecamatan.
(3) Dalam hal keberatan yang diajukan melalui saksi (7) Penyerahan kotak suara tersegel yang berisi surat
Peserta Pemilu atau Panwaslu suara, berita acara pemungutan dan penghitungan
Kelurahan/Desa/Panwaslu LN/Pengawas TPS suara serta sertifikat hasil penghitungan suara kepada
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diterima, PPK wajib diawasi oleh Panwaslu Kecamatan
KPPS/KPPSLN seketika itu juga mengadakan dan wajib dilaporkan kepada Bawaslu
pembetulan. Kabupaten/Kota.
Pasal 389 Pasal 391
(1) Hasil penghitungan suara di TPS/TPSLN PPS wajib mengumumkan salinan sertifikat hasil
dituangkan ke dalam berita acara pemungutan dan penghitungan suara dan seluruh TPS di wilayah
penghitungan suara serta ke dalam sertifikat hasil kerjanya
penghitungan suara Pemilu dengan menggunakan dengan cara menempelkan salinan tersebut di tempat
format yang diatur dalam Peraturan KPU. umum.
(2) Berita acara pemungutan dan penghitungan suara Pasal 392
serta sertifikat hasil penghitungan suara PPS membuat berita acara penerimaan kotak hasil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu dari
oleh semua anggota KPPS/KPPSLN dan saksi KPPS untuk diteruskan ke PPK.
Peserta Pemilu yang hadir. Bagian Ketiga
(3) Dalam hal terdapat anggota KPPS/KPPSLN dan Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara di
saksi Peserta Pemilu yang hadir tidak Kecamatan
menandatangani sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 393
(2), berita acara pemungutan dan penghitungan (1) PPK membuat berita acara penerimaan kotak hasil
suara serta sertifikat hasil penghitungan suara penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu
ditandatangani oleh anggota KPPS/KPPSLN dan dari PPS.
saksi (2) PPK melakukan rekapitulasi hasil penghitungan
Peserta Pemilu yang hadir dan bersedia perolehan suara Peserta Pemilu sebagaimana
menandatangani. dimaksud pada ayat (1) dalam rapat yang dihadiri
(4) Berita acara pemungutan dan penghitungan suara saksi Peserta Pemilu dan Panwaslu Kecamatan.
serta sertifikat hasil penghitungan suara yang (3) Rekapitulasi penghitungan suara dilakukan
telah, ditandatangani sebagaimana dimaksud pada dengan membuka kotak suara tersegel untuk
ayat (3) wajib disimpan sebagai dokumen negara mengambil
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- sampul yang berisi berita acara pemungutan suara
undangan. dan sertifikat hasil penghitungan suara, kemudian
131 /283 kotak ditutup dan disegel kembali.
(4) PPK membuat berita acara rekapitulasi hasil
Pasal 390 penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu dan
(1) KPPS/KPPSLN mengumumkan hasil membuat sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan
penghitungan suara di TPS/TPSLN. perolehan suara.
(2) KPPS wajib memberikan 1 (satu) eksemplar berita (5) PPK mengumumkan hasil rekapitulasi
acara pemungutan dan penghitungan suara serta penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu
sertifikat hasil penghitungan suara kepada saksi sebagaimana
Peserta Pemilu, Pengawas TPS, PPS, dan PPK dimaksud pada ayat (3) di tempat umum.
melalui PPS pada hari yang sama. 132 /283
(3) KPPSLN wajib memberikan 1 (satu) eksemplar
berita acara pemungutan dan penghitungan suara (6) PPK menyerahkan berita acara rekapitulasi hasil
serta sertifikat hasil penghitungan suara kepada saksi penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu dan
Peserta Pemilu, Panwaslu LN dan PPLN pada sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan
hari yang sama. suara tersebut kepada saksi Peserta Pemilu,
(4) KPPS/KPPSLN wajib menyegel, menjaga, dan Panwaslu Kecamatan, dan KPU Kabupaten /Kota.
mengamankan keutuhan kotak suara setelah Pasal 394
penghitungan suara. (1) Panwaslu Kecamatan wajib menyampaikan
(5) KPPS/KPPSLN wajib menyerahkan kotak suara laporan atas dugaan adanya pelanggaran,
tersegel yang berisi surat suara, berita acara penyimpangan
pemungutan suara serta sertifikat hasil penghitungan dan/atau kesalahan dalam pelaksanaan rekapitulasi
perolehan suara kepada PPS atau kepada hasil penghitungan perolehan suara Peserta
PPLN bagi KPPSLN pada hari yang sama. Pemilu kepada PPK.
(2) Saksi dapat menyampaikan laporan dugaan
adanya pelanggaran, penyimpangan, dan/atau Pasal 398
kesalahan (1) KPU Kabupaten/Kota membuat berita acara
dalam pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan penerimaan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan
perolehan suara Peserta Pemilu kepada PPK. suara Peserta Pemilu dari PPK.
(3) PPK wajib langsung menindaklanjuti laporan (2) KPU Kabupaten/Kota melakukan rekapitulasi hasil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu
pada sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam rapat
hari pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan yang dihadiri saksi Peserta Pemilu dan Bawaslu
perolehan suara Peserta Pemilu. Kabupaten/Kota.
Pasal 395 (3) KPU Kabupaten/Kota membuat berita acara
(1) Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan
di PPK dituangkan ke dalam berita acara rekapitulasi sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan
hasil penghitungan perolehan suara dan sertifikat suara Peserta Pemilu.
rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara (4) KPU Kabupaten/Kota mengumumkan rekapitulasi
Peserta Pemilu dengan menggunakan format yang hasil penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu
diatur dalam Peraturan KPU. sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(2) Berita acara rekapitulasi hasil penghitungan (5) KPU Kabupaten/Kota menetapkan rekapitulasi
perolehan suara dan sertifikat rekapitulasi hasil hasil penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu.
penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu (6) KPU Kabupaten/Kota menyerahkan berita acara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani rekapitulasi: hasil penghitungan perolehan suara dan
oleh seluruh anggota PPK dan saksi Peserta Pemilu sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan
yang hadir. suara Peserta Pemilu kepada saksi Peserta
(3) Dalam hal terdapat anggota PPK dan saksi Pemilu, PPS, PPK, Bawaslu. Kabupaten/Kota, dan
Peserta Pemilu" yang hadir, tetapi tidak KPU Provinsi.
menandatangani (7) KPU Kabupaten/Kota mengumumkan rekapitulasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berita acara hasil perolehan suara Peserta Pemilu sebagaimana
rekapitulasi hasil , penghitungan perolehan suara dimaksud pada: ayat (4) kepada masyarakat melalui
dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan media massa.
perolehan suara Peserta Pemilu ditandatangani oleh Pasal 399
anggota PPK dan saksi Peserta Pemilu yang hadir (1) Bawaslu Kabupaten/Kota wajib menerima,
dan bersedia menandatangani. memeriksa, dan memutuskan adanya dugaan
(4) Anggota PPK dan saksi Peserta Pemilu yang pelanggaran, penyimpangan, dan/atau kesalahan
hadir, tetapi tidak menandatangani sebagaimana dalam proses pelaksanaan rekapitulasi hasil
dimaksud pada ayat (3) wajib mencantumkan alasan. penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu
Pasal 396 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 398 ayat (2).
PPK wajib menyerahkan kepada KPU (2) Saksi dapat melaporkan dugaan adanya
Kabupaten/Kota surat suara Pemilu Presiden dan pelanggaran; penyimpangan dan/atau kesalahan
Wakil Presiden dalam
serta Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD dari TPS pelaksanaan: rekapitulasi hasil penghitungan
dalam kotak suara tersegel serta berita acara perolehan suara Peserta Pemilu kepada KPU
rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal
sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan 398 ayat (2).
suara Peserta Pemilu di tingkat PPK yang dilampiri (3) KPU Kabupaten/Kota wajib langsung
berita acara pemungutan suara dan sertifikat hasil menindaklanjuti dugaan pelanggaran sebagaimana
penghitungan suara dan TPS. dimaksud
Pasal 397 pada ayat (1) dan ayat (2) pada hari pelaksanaan
(1) PPLN melakukan rekapitulasi hasil penghitungan rekapitulasi penghitungan perolehan suara Peserta
perolehan suara Pasangan Calon dan Partai Politik Pemilu.
Peserta Pemilu dan seluruh KPPSLN di wilayah Pasal 400
kerjanya serta melakukan penghitungan perolehan (1) Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara
suara yang diterima melalui pos dengan disaksikan di KPU Kabupaten/Kota dituangkan dalam berita
oleh saksi Peserta Pemilu yang hadir dan, acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara
Panwaslu LN. dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan
(2) PPLN wajib membuat dan menyerahkan berita perolehan suara Peserta Pemilu dengan
acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara menggunakan format yang diatur dalam Peraturan
dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan KPU.
perolehan suara dan seluruh KPPSLN di wilayah (2) Berita acara rekapitulasi hasil penghitungan
kerjanya kepada KPU. perolehan suara dan sertifikat rekapitulasi hasil
Bagian Keempat penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu
Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara di sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani
Kabupaten/Kota oleh seluruh anggota KPU Kabupaten/Kota dan saksi
133 /283 Peserta Pemilu yang hadir.
(3) Dalam hal terdapat anggota KPU Kabupaten/Kota pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan
dan saksi Peserta Pemilu yang hadir, tetapi tidak perolehan suara Peserta Pemilu kepada KPU Provinsi
menandatangani sebagaimana dimaksud pada ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 402 ayat (2).
(2), berita acara rekapitulasi hasil penghitungan (3) KPU Provinsi wajib langsung menindaklanjuti
perolehan suara dan sertifikat rekapitulasi hasil dugaan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada
penghitungan perolehan suara. Peserta Pemilu ayat
ditandatangani oleh anggota KPU, Kabupaten/Kota (1) dan ayat (2) pada hari pelaksanaan rekapitulasi
dan saksi Peserta Pemilu yang hadir dan bersedia penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu.
menandatangani. Pasal 404
(4) Anggota KPU Kabupaten/Kota dan saksi Peserta (1) Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara
Pemilu yang hadir, tetapi tidak menandatangani di KPU Provinsi dituangkan ke dalam berita acara
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan
mencantumkan alasan. sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan
Pasal 401 perolehan suara Peserta Pemilu dengan
134 /283 menggunakan format yang diatur dalam Peraturan
KPU.
KPU Kabupaten/Kota menyimpan, menjaga, dan (2) Berita acara rekapitulasi hasil penghitungan
mengamankan-keutuhan kotak suara setelah perolehan suara dan sertifikat rekapitulasi hasil
pelaksanaan penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu
rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani
Peserta Pemilu. oleh seluruh anggota KPU Provinsi dan saksi Peserta
Bagian Kelima Pemilu yang hadir.
Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara di (3) Dalam hal terdapat anggota KPU Provinsi dan
Provinsi saksi Peserta Pemilu yang hadir, tetapi tidak
Pasal 402 menandatangani sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) KPU Provinsi membuat berita acara penerimaan (2), berita acara rekapitulasi hasil penghitungan
rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara perolehan suara dan sertifikat rekapitulasi hasil
Peserta Pemilu dari KPU Kabupaten/Kota. penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu
(2) KPU Provinsi melakukan rekapitulasi hasil ditandatangani oleh anggota KPU Provinsi dan saksi
penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu dalam Peserta Pemilu yang hadir dan bersedia
rapat menandatanganinya.
yang dihadiri saksi Peserta Pemilu. 135 /283
(3) KPU Provinsi membuat berita acara rekapitulasi
hasil penghitungan perolehan suara dan sertifikat (4) Dalam hal anggota KPU Provinsi dan/atau saksi
rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu hadir, tetapi tidak mau
Peserta Pemilu. menandatangani berita acara rekapitulasi hasil
(4) KPU Provinsi mengumumkan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan sertifikat
penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara,
sebagaimana dimaksud pada ayat (3). anggota KPU Provinsi dan/atau saksi Peserta Pemilu
(5) KPU Provinsi menetapkan rekapitulasi hasil wajib mencantumkan alasan tidak mau
penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu. menandatangani.
(6) KPU Provinsi menyerahkan berita acara Bagian Keenam
rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara
sertifikat Secara Nasional
rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pasal 405
Peserta Pemilu kepada saksi Peserta Pemilu, (1) KPU membuat berita acara penerimaan
Bawaslu Provinsi, dan KPU. rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara
(7) KPU Provinsi mengumumkan rekapitulasi hasil Peserta
perolehan suara Peserta Pemilu sebagaimana Pemilu dari KPU Provinsi.
dimaksud pada ayat (4) kepada masyarakat melalui (2) KPU melakukan rekapitulasi hasil rekapitulasi
media massa. penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu, dalam
Pasal 403 rapat yang dihadiri saksi Peserta Pemilu dan
(1) Bawaslu Provinsi wajib menerima, memeriksa, dan Bawaslu.
memutus adanya dugaan pelanggaran, (3) KPU membuat berita acara rekapitulasi hasil
penyimpangan, dan/atau. kesalahan dalam penghitungan perolehan suara dan sertifikat
pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan rekapitulasi
perolehan hasil. penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu.
suara Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam (4) KPU mengumumkan rekapitulasi hasil
Pasal 402 ayat (2). penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu
(2) Saksi dapat melaporkan dugaan adanya sebagaimana
pelanggaran, penyimpangan dan/atau kesalahan dimaksud pada ayat (3).
dalam (5) KPU menetapkan rekapitulasi hasil penghitungan
perolehan suara Peserta Pemilu.
(6) KPU menyerahkan berita acara rekapitulasi hasil menandatangani.
penghitungan perolehan suara dan sertifikat Pasal 409
rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Saksi Peserta Pemilu dalam rekapitulasi suara
Peserta Pemilu kepada saksi Peserta Pemilu dan Pasangan Partai Politik Peserta Pemilu, dan calon
Bawaslu. anggota
(7) KPU mengumumkan rekapitulasi hasil perolehan DPD di PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi,
suara. Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud pada dan KPU harus menyerahkan mandat tertulis dan
ayat (4) kepada masyarakat melalui media massa. Peserta
Pasal 406 Pemilu.
Hasil perolehan suara Pemilu anggota DPR dan Bagian Ketujuh
pemilih di luar negeri dimasukkan sebagai perolehan Pengawasan dan Sanksi dalam Penghitungan
suara Suara dan Rekapitulasi Penghitungan Perolehan
untuk daerah pemilihan DKI Jakarta. Suara
Pasal 407 Pasal 410
(1) Bawaslu wajib menerima, memeriksa, dan (1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
memutus adanya dugaan pelanggaran, Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, dan
penyimpangan, Panwaslu LN
dan/atau kesalahan: dalam pelaksanaan rekapitulasi melakukan pengawasan atas rekapitulasi
hasil penghitungan, perolehan suara Peserta penghitungan perolehan suara. yang dilaksanakan
Pemilu. oleh
(2) Saksi dapat melaporkan dugaan adanya KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK dan
pelanggaran, penyimpangan, dan/atau kesalahan PPLN.
dalam (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
pelaksanaan:. rekapitulasi hasil penghitungan (1) dilakukan terhadap dugaan adanya pelanggaran,
perolehan suara kepada KPU sebagaimana dimaksud penyimpangan. dan/atau kesalahan oleh anggota
dalam Pasal 405 ayat (2). KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, dan.
(3) KPU wajib langsung menindaklanjuti dugaan PPK/PPLN dalam melakukan : rekapitulasi
pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) penghitungan perolehan suara.
dan (3) Dalam hal terdapat bukti permulaan yang cukup
ayat (2) pada hari pelaksanaan rekapitulasi adanya pelanggaran, penyimpangan, dan/atau
penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu. kesalahan dalam rekapitulasi penghitungan perolehan
Pasal 408 suara, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
(1) Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, dan
di KPU dituangkan ke dalam berita acara Panwaslu LN melaporkan adanya., pelanggaran,
rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan penyimpangan dan/atau kesalahan kepada.
sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
perolehan suara Peserta Pemilu dengan (4) Anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
menggunakan format yang diatur dalam Peraturan Kabupaten/Kota, PPK/PPLN, dan ICPPS/KPPSLN
KPU. yang melakukan
(2) Berita acara rekapitulasi hasil penghitungan pelanggaran, penyimpangan, dan/atau kesalahan
perolehan suara dan sertifikat rekapitulasi hasil dalam rekapitulasi penghitungan perolehan suara
penghitungan perolehan suara Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenai sanksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang
136 /283 ini.
BAB XI
oleh seluruh anggota KPU dan saksi Peserta Pemilu PENETAPAN HASIL PEMILU
yang hadir. Pasal 411
(3) Dalam hal terdapat anggota KPU dan saksi (1) Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden terdiri
Peserta. Pemilu yang hadir, tetapi tidak atas perolehan suara Pasangan Calon.
menandatangani (2) Hasil Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD provinsi,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berita acara dan DPRD kabupaten/kota terdiri atas perolehan
rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara suara partai politik, calon anggota DPR, DPRD
dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan provinsi, dan DPRD kabupaten/kota serta perolehan
perolehan suara Peserta Pemilu ditandatangani oleh suara calon anggota DPD.
anggota KPU dan saksi Peserta Pemilu yang hadir (3) KPU wajib menetapkan secara nasional hasil
dan bersedia menandatanganinya. Pemilu anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil
(4) Dalam hal anggota KPU dan/atau saksi Peserta Presiden, dan hasil Pemilu anggota DPRD provinsi
Pemilu hadir, tetapi tidak mau menandatangani berita dan DPRD kabupaten/kota.
acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara 137 /283
dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan
perolehan suara, anggota KPU dan/atau saksi Pasal 412
Peserta Pemilu wajib mencantumkan alasan tidak (1) Perolehan suara Pasangan Calon ditetapkan oleh
mau KPU dalam sidang pleno terbuka.
(2) Perolehan suara partai politik untuk calon anggota (1) Pasangan Calon terpilih adalah Pasangan Calon
DPR dan perolehan suara untuk calon anggota yang memperoleh suara lebih dari 50% (lima puluh
DPD ditetapkan oleh KPU dalam sidang pleno persen) dari jumlah suara dalam Pemilu Presiden dan
terbuka. Wakil Presiden dengan sedikitnya 20% (dua
(3) Perolehan suara partai politik untuk calon anggota puluh persen) suara di setiap provinsi yang tersebar di
DPRD provinsi ditetapkan oleh KPU Provinsi dalam lebih dari 1/2 (setengah) jumlah provinsi di
sidang pleno terbuka. Indonesia.
(4) Perolehan suara partai politik untuk calon anggota (2) Dalam hal tidak ada Pasangan Calon terpilih
DPRD kabupaten/kota ditetapkan oleh KPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1), 2 (dua)
Kabupaten/Kota dalam sidang pleno terbuka. Pasangan
Pasal 413 Calon yang memperoleh suara terbanyak pertama
(1) KPU menetapkan hasil Pemilu secara nasional dan kedua dipilih kembali oleh rakyat secara
dan hasil perolehan suara Pasangan Calon, langsung dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
perolehan (3) Dalam hal perolehan suara terbanyak dengan
suara partai politik untuk calon anggota DPR, dan jumlah yang sama diperoleh oleh 2 (dua) Pasangan
perolehan suara untuk calon anggota DPD paling Calon, kedua Pasangan Calon tersebut dipilih kembali
lambat 35 (tiga puluh lima) hari setelah hari oleh rakyat secara langsung dalam Pemilu
pemungutan suara. Presiden dan Wakil Presiden.
(2) KPU Provinsi menetapkan hasil perolehan suara (4) Dalam hal perolehan suara terbanyak dengan
partai politik untuk calon anggota DPRD provinsi jumlah yang sama diperoleh oleh 3 (tiga) Pasangan
paling lambat 25 (dua puluh lima) hari setelah hari Calon atau lebih, penentuan peringkat pertama dan
pemungutan suara. kedua dilakukan berdasarkan persebaran wilayah
(3) KPU Kabupaten/Kota menetapkan hasil perolehan perolehan suara yang lebih, luas secara berjenjang.
suara partai politik untuk calon anggota DPRD (5) Dalam hal perolehan suara terbanyak kedua
kabupaten/kota paling lambat 20 (dua puluh) hari dengan jumlah yang sama diperoleh oleh lebih dari 1
setelah hari pemungutan suara. (satu) Pasangan Calon, penentuannya dilakukan
Pasal 414 berdasarkan persebaran wilayah perolehan suara
(1) Partai Politik Peserta Pemilu harus memenuhi yang lebih luas secara berjenjang.
ambang batas perolehan suara paling sedikit 4% Pasal 417
(empat persen) dari jumlah suara sah secara nasional (1) Pasangan Calon terpilih sebagaimana dimaksud
untuk diikutkan dalam penentuan perolehan dalam Pasal 416 ditetapkan dalam sidang pleno KPU
kursi anggota DPR. dan dituangkan ke dalam berita acara hasil Pemilu
(2) Seluruh Partai Politik Peserta Pemilu diikutkan Presiden dan Wakil Presiden.
dalam penentuan perolehan kursi anggota DPRD (2) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. disampaikan pada hari yang sama oleh KPU
Pasal 415 kepada:
(1) Partai Politik Peserta Pemilu yang tidak memenuhi a. Majelis Permusyawaratan Rakyat;
ambang batas perolehan suara sebagaimana b. Dewan Perwakilan Rakyat;
dimaksud dalam Pasal 414 ayat (1) tidak disertakan c. Dewan Perwakilan Daerah;
pada penghitungan perolehan kursi DPR di setiap d. Mahkamah Agung;
daerah pemilihan. e. Mahkamah Konstitusi;
(2) Dalam hal penghitungan perolehan kursi DPR, f. Presiden;
suara sah setiap partai politik yang memenuhi g. Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang
ambang mengusulkan Pasangan Calon; dan
batas perolehan suara sebagaimana dimaksud dalam h. Presiden dan Wakil Presiden terpilih.
Pasal 414 ayat (1) dibagi dengan bilangan Bagian Kedua
pembagi 1 dan diikuti secara berurutan oleh bilangan Penetapan Perolehan Kursi dan Calon Terpilih
ganjil 3; 5; 7; dan seterusnya. Anggota DPR, DPD, dan DPRD
(3) Dalam hal penghitungan perolehan kursi DPRD Paragraf 1
provinsi dan DPRD kabupaten/kota, suara sah setiap Penetapan Perolehan Kursi
partai politik dibagi dengan bilangan pembagi 1 dan Pasal 418
diikuti secara berurutan oleh bilangan ganjil 3; 5; (1) Perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu DPR
7; dan seterusnya. ditetapkan oleh KPU.
BAB XII (2) Perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu
PENETAPAN PEROLEHAN KURSI DAN CALON DPRD provinsi ditetapkan oleh KPU Provinsi.
TERPILIH DAN PENETAPAN PASANGAN CALON 139 /283
TERPILIH
Bagian Kesatu (3) Perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu
Penetapan Perolehan Suara Presiden dan Wakil DPRD kabupaten/kota ditetapkan Kabupaten/Kota.
Presiden Pasal 419
138 /283 Penentuan perolehan jumlah kursi anggota DPR,
DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota Partai
Pasal 416 Politik
Peserta Pemilu didasarkan atas hasil penghitungan setelah ditetapkan oleh KPU, KPU Provinsi, dan KPU
seluruh suara sah dari setiap Partai Politik Peserta Kabupaten/Kota.
Pemilu yang memenuhi ketentuan Pasal 414 di (2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
daerah pemilihan yang bersangkutan. (1) disampaikan secara tertulis kepada pengurus
Pasal 420 Partai Politik Peserta Pemilu sesuai dengan
Penetapan perolehan jumlah kursi tiap Partai Politik tingkatannya dengan tembusan kepada calon terpilih
Peserta Pemilu di suatu daerah pemilihan dilakukan yang bersangkutan.
dengan ketentuan: Pasal 425
a. penetapan jumlah suara sah setiap Partai Politik (1) Pemberitahuan calon terpilih anggota DPD
Peserta Pemilu di daerah pemilihan sebagai suara dilakukan setelah ditetapkan oleh KPU.
sah setiap partai politik. (2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
b. membagi suara sah setiap Partai Politik Peserta (1) disampaikan secara tertulis kepada calon
Pemilu sebagaimana dimaksud pada huruf a dengan terpilih anggota. DPD yang memperoleh suara
bilangan, pembagi 1 dan diikuti secara berurutan oleh terbanyak pertama, kedua, ketiga, dan keempat
bilangan. ganjil 3; 5; 7; dan seterusnya. dengan tembusan kepada gubernur dan KPU Provinsi
c. hasil pembagian sebagaimana dimaksud pada yang bersangkutan.
huruf b diurutkan berdasarkan jumlah nilai terbanyak. Paragraf 4
d. nilai terbanyak pertama mendapat kursi pertama, Penggantian Calon Terpilih
nila terbanyak kedua mendapat kursi kedua, nilai Pasal 426
terbanyak ketiga mendapat kursi ketiga, dan (1) Penggantian calon terpilih anggota DPR, DPD,
seterusnya sampai jumlah kursi di daerah pemilihan DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dilakukan
habis terbagi. apabila calon terpilih yang bersangkutan:
Paragraf 2 a. meninggal dunia;
Penetapan Calon Terpilih b. mengundurkan diri;
Pasal 421 c. tidak lagi memenuhi syarat menjadi anggota DPR,
(1) Calon terpilih anggota DPR dan anggota DPD DPD, DPRD provinsi, atau DPRD
ditetapkan oleh KPU. kabupaten/kota; atau
(2) Calon terpilih anggota DPRD provinsi ditetapkan d. terbukti melakukan tindak pidana Pemilu berupa
oleh KPU Provinsi. politik. uang atau pemalsuan dokumen
(3) Calon terpilih anggota DPRD kabupaten/kota berdasarkan putusan pengadilan yang telah
ditetapkan oleh KPU Kabupaten /Kota. memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 422 (2) Dalam hal calon terpilih anggota DPR, DPD,
Penetapan calon terpilih anggota DPR, DPRD DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota
provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dan Partai Politik sebagaimana
Peserta dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, atau
Pemilu didasarkan pada perolehan kursi Partai Politik huruf d telah ditetapkan dengan keputusan
Peserta Pemilu di suatu daerah pemilihan ditetapkan KPU, KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota,
berdasarkan suara terbanyak yang diperoleh masing- keputusan penetapan yang bersangkutan batal demi
masing calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan hukum.
DPRD kabupaten/kota di satu daerah pemilihan yang (3) Calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan
tercantum pada surat suara. DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
Pasal 423 ayat (1), diganti oleh KPU, KPU Provinsi, dan KPU
(1) Penetapan calon terpilih anggota DPD didasarkan Kabupaten/Kota dengan calon dari daftar calon
pada nama, calon yang memperoleh suara tetap Partai Politik Peserta Pemilu yang sama di
terbanyak pertama, kedua, ketiga, dan keempat di daerah pemilihan tersebut berdasarkan perolehan
provinsi yang bersangkutan. suara calon terbanyak berikutnya.
(2) Dalam hal perolehan suara calon terpilih keempat (4) Calon terpilih anggota DPD sebagaimana
terdapat jumlah suara yang sama, calon yang dimaksud pada ayat (1) diganti dengan calon yang
memperoleh dukungan Pemilih yang lebih merata memperoleh suara terbanyak berikutnya.
penyebarannya di seluruh kabupaten/kota di (5) KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota
provinsi tersebut ditetapkan sebagai calon terpilih. menetapkan calon anggota DPR, DPD, DPRD
(3) KPU menetapkan calon pengganti antarwaktu provinsi, dan DPRD kabupaten/kota sebagai calon
anggota DPD:, dari nama calon yang memperoleh terpilih pengganti sebagaimana dimaksud pada
suara terbanyak kelima, keenam, ketujuh, dan ayat (3) dengan keputusan KPU, KPU Provinsi, atau
kedelapan di provinsi yang bersangkutan. KPU Kabupaten/Kota paling lambat 14 (empat
140 /283 belas) hari setelah calon terpilih berhalangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Paragraf 3 141 /283
Pemberitahuan Calon Terpilih
Pasal 424 BAB XIII
(1) Pemberitahuan calon terpilih anggota DPR, DPRD PELANTIKAN DAN PENGUCAPAN SUMPAH/JANJI
provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dilakukan Pasal 427
(1) Pasangan Calon terpilih dilantik menjadi Presiden Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya
dan Presiden oleh Majelis Permusyawaratan dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang
Rakyat. Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan
(2) Dalam hal calon Wakil Presiden terpilih peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti
berhalangan tetap sebelum pelantikan, calon kepada Nusa dan Bangsa."
Presiden terpilih Pasal 430
dilantik menjadi Presiden. Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD
(3) Dalam hal calon Presiden terpilih berhalangan provinsi, dan DPRD kabupaten/kota terpilih
tetap sebelum pelantikan, calon Wakil Presiden dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
terpilih perundang-undangan.
dilantik menjadi Presiden. 142 /283
(4) Dalam hal calon Presiden dan Wakil Presiden
terpilih berhalangan tetap sebelum dilantik menjadi BAB XIV
Presiden dan Wakil Presiden maka Majelis PEMILU LANJUTAN DAN PEMILU SUSULAN
Permusyawaratan Rakyat. menyelenggarakan sidang Pasal 431
untuk memilih Presiden dan Wakil. Presiden dari dua (1) Dalam hal di sebagian atau seluruh wilayah
Pasangan Calon yang diusulkan oleh partai Negara Kesatuan Republik Indonesia terjadi
politik atau gabungan partai politik yang Pasangan kerusuhan,
Calonnya meraih suara terbanyak pertama dan gangguan keamanan, bencana alam, atau gangguan
kedua. lainnya yang mengakibatkan sebagian tahapan
Pasal 428 Penyelenggaraan Pemilu tidak dapat dilaksanakan,
(1) Presiden dan Wakil Presiden terpilih bersumpah dilakukan Pemilu lanjutan.
menurut agamanya, atau berjanji dengan (2) Pelaksanaan Pemilu lanjutan sebagaimana
sungguhsungguh dimaksud pada ayat (1) dimulai dari tahap
di hadapan sidang paripurna Majelis Penyelenggaraan Pemilu yang terhenti.
Permusyawaratan Rakyat bertepatan dengan Pasal 432
berakhirnya masa jabatan Presiden dan Wakil (1) Dalam hal di sebagian atau seluruh Wilayah
Presiden. Negara Kesatuan Republik Indonesia terjadi
(2) Dalam hal Majelis Permusyawaratan Rakyat tidak kerusuhan,
dapat bersidang sebagaimana dimaksud pada ayat gangguan keamanan, bencana alam, atau gangguan
(1), Presiden dan Wakil Presiden terpilih bersumpah lainnya yang mengakibatkan seluruh tahapan
menurut agamanya, atau berjanji dengan Penyelenggaraan Pemilu tidak dapat dilaksanakan,
sungguh-sungguh di hadapan sidang. paripurna dilakukan Pemilu susulan.
Dewan Perwakilan Rakyat. (2) Pelaksanaan Pemilu susulan dilakukan untuk
(3) Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat seluruh tahapan Penyelenggaraan Pemilu.
bersidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pasal 433
Presiden dan Wakil Presiden terpilih bersumpah (1) Pemilu lanjutan dan Pemilu susulan dilaksanakan
menurut agamanya, atau berjanji dengan setelah. ada penetapan penundaan pelaksanaan
sungguhsungguh Pemilu.
di hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan (2) Penetapan penundaan pelaksanaan Pemilu
Rakyat dengan disaksikan oleh pimpinan dilakukan oleh:
Mahkamah Agung. a. KPU Kabupaten/Kota atas usul PPK apabila
(4) Pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud penundaan pelaksanaan. Pemilu meliputi satu atau
pada ayat (2) dan ayat (3) merupakan pelantikan beberapa kelurahan/desa;
Presiden dan Wakil Presiden terpilih. b. KPU Kabupaten/Kota atas usul PPK apabila
Pasal 429 penundaan pelaksanaan Pemilu meliputi satu atau
Sumpah/janji Presiden/Wakil Presiden sebagai beberapa. kecamatan;
berikut: Sumpah Presiden (Wakil Presiden): c. KPU Provinsi atas usul KPU Kabupaten/Kota
"Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi apabila penundaan pelaksanaan Pemilu meliputi
kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil satu atau beberapa kabupaten/kota; atau
Presiden d. KPU atas usul KPU Provinsi apabila pelaksanaan
Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan Pemilu lanjutan atau susulan meliputi satu
seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang atau beberapa provinsi.
Dasar (3) Dalam hal Pemilu sebagaimana dimaksud dalam
dan menjalankan segala undang-undang dan Pasal 431 ayat (1) dan Pasal 432 ayat (1) tidak
peraturannya selurus-lurusnya serta berbakti kepada dapat dilaksanakan di 40% (empat puluh persen)
Nusa jumlah provinsi dan 50% (lima puluh persen) dari
dan Bangsa." jumlah Pemilih terdaftar secara nasional tidak dapat
Janji Presiden (Wakil Presiden): menggunakan haknya untuk memilih, penetapan,
"Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan Pemilu lanjutan atau Pemilu susulan dilakukan oleh
memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia Presiden atas usul KPU.
(Wakil (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan
waktu pelaksanaan Pemilu lanjutan atau Pemilu
susulan diatur dalam Peraturan KPU. dibuktikan dengan surat pernyataan dari organisasi
BAB XV pemantau yang bersangkutan atau dari
PERAN PEMERINTAH DAN PEMERINTAH pemerintah negara lain tempat yang bersangkutan
DAERAH pernah melakukan pemantauan;
Pasal 434 144 /283
(1) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas, wewenang,
dan kewajiban Penyelenggara Pemilu, Pemerintah b. memperoleh visa untuk menjadi pemantau Pemilu
dan pemerintah daerah wajib memberikan bantuan dari perwakilan Republik Indonesia di luar
dan fasilitas sesuai dengan ketentuan peraturan negeri; dan
perundang-undangan. c. memenuhi tata cara melakukan pemantauan sesuai
143 /283 dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 437
(2) Bantuan dan fasilitas sebagaimana dimaksud (1) Pemantau Pemilu sebagaimana dimaksud dalam
pada ayat (1) berupa: Pasal 435 ayat (2) mengajukan permohonan untuk
a. penugasan personel pada sekretariat PPK, melakukan pemantauan Pemilu dengan mengisi
Panwaslu Kecamatan, dan PPS; formulir registrasi yang disediakan oleh Bawaslu,
b. penyediaan sarana ruangan sekretariat PPK, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota.
Panwaslu Kecamatan dan PPS; (2) Pemantau Pemilu sebagaimana dimaksud pada
c. pelaksanaan sosialisasi terhadap peraturan ayat (1) mengembalikan formulir registrasi kepada
perundang-undangan Pemilu; Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
d. pelaksanaan pendidikan politik bagi pemilih untuk Kabupaten/Kota dengan menyerahkan kelengkapan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam administrasi yang meliputi:
Pemilu; a. profil organisasi/lembaga;
e. kelancaran transportasi pengiriman logistik; b. memiliki Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dari
f. pemantauan kelancaran Penyelenggaraan Pemilu; Pemerintah atau pemerintah daerah, atau
dan memiliki pengesahan badan hukum yayasan atau
g. kegiatan lain yang sesuai dengan kebutuhan badan hukum perkumpulan;
pelaksanaan Pemilu. c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
BAB XVI organisasi/lembaga;
PEMANTAUAN PEMILU d. nama dan jumlah anggota pemantau;
Bagian Kesatu e. alokasi anggota pemantau yang akan ditempatkan
Pemantau Pemilu ke daerah;
Pasal 435 f. rencana dan jadwal kegiatan pemantauan serta
(1) Pelaksanaan Pemilu dapat dipantau oleh daerah yang ingin dipantau; dan
pemantau Pemilu. g. nama, surat keterangan domisili, dan pekerjaan
(2) Pemantau Pemilu sebagaimana dimaksud pada penanggung jawab pemantau yang dilampiri
ayat (1) meliputi: pas foto diri terbaru.
a. organisasi kemasyarakatan berbadan hukum (3) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
yayasan atau berbadan hukum perkumpulan yang Kabupaten/Kota meneliti kelengkapan administrasi
terdaftar pada Pemerintah atau pemerintah daerah; pemantau Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat
b. lembaga pemantau pemilihan dan luar negeri; (2).
c. lembaga pemilihan luar negeri; dan (4) Pemantau Pemilu yang memenuhi persyaratan
d. perwakilan negara sahabat di Indonesia. diberi tanda terdaftar sebagai pemantau Pemilu serta
Bagian Kedua mendapatkan sertifikat akreditasi.
Persyaratan dan Tata Cara Menjadi Pemantau (5) Dalam hal pemantau Pemilu tidak memenuhi
Pemilu kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud
Pasal 436 pada
(1) Pemantau Pemilu harus memenuhi persyaratan: ayat (2), pemantau Pemilu yang bersangkutan
a. bersifat independen; dilarang melakukan pemantauan Pemilu.
b. mempunyai sumber dana yang jelas; dan (6) Khusus pemantau yang berasal dan perwakilan
c. teregistrasi dan memperoleh izin dari Bawaslu, negara sahabat di Indonesia sebagaimana dimaksud
Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu dalam Pasal 435 ayat (2) huruf d, yang bersangkutan
Kabupaten/Kota sesuai dengan cakupan wilayah harus mendapatkan rekomendasi Menteri Luar
pemantauannya. Negeri.
(2) Khusus pemantau dari luar negeri sebagaimana (7) Ketentuan mengenai tata cara akreditasi
dimaksud dalam Pasal 435 ayat (2) huruf b, huruf c, pemantau Pemilu diatur dalam Peraturan Bawaslu.
dan huruf d, selain memenuhi persyaratan Bagian Ketiga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus Wilayah Kerja Pemantau Pemilu
memenuhi Pasal 438
persyaratan: (1) Pemantau Pemilu melakukan pemantauan pada
a. mempunyai kompetensi dan pengalaman sebagai satu daerah pemantauan sesuai dengan rencana
pemantau Pemilu di negara lain, yang pemantauan yang telah diajukan kepada Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota.
(2) Pemantau Pemilu yang melakukan pemantauan (2) Pemantau asing yang berasal dari perwakilan
pada lebih dari satu provinsi harus mendapatkan negara asing yang berstatus diplomat berhak atas
persetujuan Bawaslu dan wajib melapor ke Bawaslu kekebalan diplomatik selama menjalankan tugas
Provinsi masing-masing. sebagai pemantau Pemilu.
(3) Pemantau Pemilu yang melakukan pemantauan 146 /283
pada lebih dari satu kabupaten/kota pada satu
provinsi harus mendapatkan persetujuan Bawaslu Pasal 441
Provinsi dan wajib melapor ke Bawaslu Pemantau Pemilu mempunyai kewajiban:
Kabupaten/Kota masing-masing. a. mematuhi ketentuan peraturan perundang-
145 /283 undangan dan menghormati kedaulatan Negara
Kesatuan
(4) Persetujuan atas wilayah kerja pemantau luar Republik Indonesia;
negeri dikeluarkan oleh Bawaslu. b. mematuhi kode etik pemantau Pemilu yang
Bagian Keempat diterbitkan oleh Bawaslu;
Tanda Pengenal Pemantau Pemilu c. melaporkan diri, mengurus proses akreditasi dan
Pasal 439 tanda pengenal ke Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
(1) Tanda pengenal pemantau Pemilu sebagaimana Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai dengan wilayah kerja
dimaksud dalam Pasal 435 ayat (2) huruf a pemantauan;
dikeluarkan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau d. menggunakan tanda pengenal selama menjalankan
Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai dengan wilayah pemantauan;
kerja yang bersangkutan. e. menanggung semua biaya pelaksanaan kegiatan
(2) Tanda pengenal pemantau Pemilu sebagaimana pemantauan;
dimaksud dalam Pasal 435 ayat (2) huruf b, huruf c, f. melaporkan jumlah dan keberadaan personel
dan huruf d dikeluarkan oleh Bawaslu. pemantau Pemilu serta tenaga pendukung
(3) Tanda pengenal sebagaimana dimaksud pada administratif
ayat (2) terdiri atas: kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
a. tanda pengenal pemantau asing biasa; dan Kabupaten/Kota sesuai dengan wilayah
b. tanda pengenal pemantau asing diplomat. pemantauan;
(4) Pada tanda pengenal pemantau Pemilu g. menghormati kedudukan, tugas, dan wewenang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Penyelenggara Pemilu;
dimuat h. menghormati adat istiadat dan budaya setempat;
informasi tentang: i. bersikap netral dan objektif dalam melaksanakan
a. nama dan alamat pemantau Pemilu yang memberi pemantauan;
tugas; j. menjamin akurasi data dan informasi hasil
b. nama anggota pemantau yang bersangkutan; pemantauan yang dilakukan dengan
c. pas foto diri terbaru anggota pemantau yang mengklarifikasikan
bersangkutan; kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
d. wilayah kerja pemantauan; dan Kabupaten/Kota; dan
e. nomor dan tanggal akreditasi. k. melaporkan hasil akhir pemantauan pelaksanaan
(5) Tanda pengenal sebagaimana dimaksud pada Pemilu kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
ayat (1) digunakan dalam setiap kegiatan Bawaslu Kabupaten /Kota.
pemantauan Bagian Keenam
Pemilu. Larangan Bagi Pemantau Pemilu
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan Pasal 442
format tanda pengenal pemantau Pemilu diatur dalam Pemantau Pemilu dilarang:
Peraturan Bawaslu. a. melakukan kegiatan yang mengganggu proses
Bagian Kelima pelaksanaan Pemilu;
Hak dan Kewajiban Pemantau Pemilu b. memengaruhi Pemilih dalam menggunakan haknya
Pasal 440 untuk memilih;
(1) Pemantau Pemilu mempunyai hak: c. mencampuri pelaksanaan tugas dan wewenang
a. mendapat perlindungan hukum dan keamanan dari Penyelenggara Pemilu;
Pemerintah Indonesia; d. memihak kepada Peserta Pemilu tertentu;
b. mengamati dan mengumpulkan informasi proses e. menggunakan seragam, warna, atau atribut lain
Penyelenggaraan Pemilu; yang memberikan kesan mendukung Peserta Pemilu;
c. memantau proses pemungutan dan penghitungan f. menerima atau memberikan hadiah, imbalan, atau
suara dari luar TPS; fasilitas apa pun dan atau kepada Peserta Pemilu;
d. mendapatkan akses informasi yang tersedia dari g. mencampuri dengan cara apa pun urusan politik
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu dan pemerintahan dalam negeri Indonesia;
Kabupaten/Kota; dan h. membawa senjata, bahan peledak, dan/atau bahan
e. menggunakan perlengkapan untuk berbahaya lainnya selama melakukan
mendokumentasikan kegiatan pemantauan sepanjang pemantauan;
berkaitan dengan pelaksanaan Pemilu. i. masuk ke dalam TPS; dan/atau
j. melakukan kegiatan lain yang tidak sesuai dengan 148 /283
tujuan sebagai pemantau Pemilu.
Bagian Ketujuh b. pendidikan politik bagi Pemilih;
Sanksi Bagi Pemantau Pemilu c. survei atau jajak pendapat tentang Pemilu; dan
147 /283 d. penghitungan cepat hasil Pemilu.
(3) Bentuk partisipasi masyarakat sebagaimana
Pasal 443 dimaksud pada ayat (2) dengan ketentuan:
Pemantau Pemilu yang melanggar kewajiban dan a. tidak melakukan keberpihakan yang
larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 441 menguntungkan atau merugikan Peserta Pemilu;
dan b. tidak mengganggu proses penyelenggaraan
Pasal 442 dicabut status dan haknya sebagai tahapan Pemilu;
pemantau Pemilu oleh Bawaslu. c. bertujuan meningkatkan partisipasi politik
Pasal 444 masyarakat secara luas; dan
(1) Pelanggaran oleh pemantau Pemilu atas d. mendorong terwujudnya suasana yang kondusif
kewajiban dan larangan sebagaimana dimaksud bagi Penyelenggaraan Pemilu yang aman,
dalam damai, tertib, dan lancar.
Pasal 441 dan Pasal 442 dilaporkan kepada Bawaslu Pasal 449
Kabupaten/Kota untuk ditindaklanjuti. (1) Partisipasi masyarakat dalam bentuk sosialisasi
(2) Dalam hal pelanggaran atas kewajiban dan Pemilu, pendidikan politik bagi Pemilih, survei atau
larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 441 jajak pendapat tentang Pemilu, serta penghitungan
dan cepat basil Pemilu wajib mengikuti ketentuan yang
Pasal 442 dilakukan oleh pemantau dalam negeri dan diatur oleh KPU.
terbukti kebenarannya, Bawaslu, Bawaslu (2) Pengumuman hasil survei atau jajak pendapat
Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota mencabut tentang Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
status dan haknya sebagai pemantau Pemilu. dilarang dilakukan pada Masa Tenang.
(3) Dalam hal pelanggaran atas kewajiban dan (3) Pelaksana kegiatan penghitungan cepat hasil
larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 441 Pemilu wajib mendaftarkan diri kepada KPU paling
dan lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum hari pemungutan
Pasal 442 dilakukan oleh pemantau asing dan terbukti suara.
kebenarannya, Bawaslu mencabut status dan (4) Pelaksana kegiatan penghitungan cepat wajib
haknya sebagai pemantau Pemilu. memberitahukan sumber dana, metodologi yang
(4) Pelanggaran atas kewajiban dan larangan yang digunakan, dan hasil penghitungan cepat yang
bersifat tindak pidana dan/atau perdata yang dilakukannya bukan merupakan hasil resmi
dilakukan oleh pemantau Pemilu, pemantau Pemilu Penyelenggara Pemilu.
yang bersangkutan dikenai sanksi sesuai dengan (5) Pengumuman prakiraan basil penghitungan cepat
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemilu hanya boleh dilakukan paling cepat 2 (dua)
Pasal 445 jam setelah selesai pemungutan suara di wilayah
Menteri yang menyelenggarakan urusan di bidang Indonesia bagian barat.
hukum dan hak asasi manusia menindaklanjuti (6) Pelanggaran terhadap ketentuan ayat (2), ayat (4),
penetapan pencabutan status dan hak pemantau dan ayat (5) merupakan tindak pidana Pemilu.
asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 444 ayat Pasal 450
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
setelah berkoordinasi dengan Menteri Luar Negeri partisipasi masyarakat dalam Penyelenggaraan
sesuai dengan ketentuan peraturan Pemilu diatur
perundangundangan. dalam Peraturan KPU.
Bagian Kedelapan BAB XVIII
Pelaksanaan Pemantauan PENDANAAN
Pasal 446 Pasal 451
Sebelum melaksanakan pemantauan, pemantau (1) Anggaran belanja KPU, KPU Provinsi, KPU
Pemilu melapor kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Kabupaten/Kota, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
atau Kabupaten/Kota, DKPP, Sekretariat Jenderal KPU,
Bawaslu Kabupaten/Kota. sekretariat KPU Provinsi, sekretariat KPU
Pasal 447 Kabupaten/Kota, Sekretariat Jenderal Bawaslu,
Ketentuan mengenai petunjuk teknis pelaksanaan sekretariat Bawaslu Provinsi, sekretariat Bawaslu
pemantauan diatur dalam peraturan Bawaslu. Kabupaten/Kota, dan sekretariat DKPP bersumber
BAB XVII dari APBN.
PARTISIPASI MASYARAKAT (2) Dana penyelenggaraan dan pengawasan Pemilu
Pasal 448 wajib dianggarkan dalam APBN.
(1) Pemilu diselenggarakan dengan partisipasi (3) Penyelenggaraan debat Pasangan Calon
masyarakat. dibebankan pada APBN.
(2) Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud (4) Biaya jasa akuntan publik yang ditunjuk oleh KPU
pada ayat (1) dapat dilakukan dalam bentuk: dibebankan pada APBN.
a. sosialisasi Pemilu;
(5) Sekretaris Jenderal KPU mengoordinasikan (5) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada
pendanaan Penyelenggaraan Pemilu sebagaimana ayat (2) ditetapkan sebagai temuan pelanggaran
dimaksud pada ayat (2) yang dilaksanakan oleh KPU, Pemilu paling lama 7 (tujuh) hari sejak ditemukannya
KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, dugaan pelanggaran Pemilu.
149 /283 150 /283

PPS, KPPS, PPLN, dan KPPSLN. (6) Laporan pelanggaran Pemilu sebagaimana
(6) Sekretaris Jenderal Bawaslu mengoordinasikan dimaksud pada ayat (4) disampaikan paling lama 7
pendanaan pengawasan Pemilu sebagaimana (tujuh)
dimaksud pada ayat (2) yang dilaksanakan oleh hari kerja sejak diketahui terjadinya dugaan
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu pelanggaran Pemilu.
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu (7) Temuan dan laporan pelanggaran Pemilu
Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6)
TPS. yang
(7) Sekretaris DKPP mengoordinasikan pendanaan telah dikaji dan terbukti kebenarannya wajib
penanganan pelanggaran kode etik Penyelenggara ditindaklanjuti oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang Bawaslu
dilaksanakan oleh DKPP. Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Pasal 452 Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan Pengawas
Anggaran Penyelenggaraan Pemilu yang telah TPS paling lama 7 (tujuh) hari setelah temuan dan
ditetapkan dalam Undang-Undang tentang APBN laporan diterima dan diregistrasi.
wajib (8) Dalam hal Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
dicairkan sesuai dengan tahapan Penyelenggaraan Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Pemilu. Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan Pengawas TPS
Pasal 453 memerlukan keterangan tambahan mengenai
Kedudukan keuangan anggota KPU, Bawaslu, DKPP, tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (7),
KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Bawaslu keterangan tambahan dan kajian dilakukan paling
Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota diatur dalam lama 14 (empat belas) hari kerja setelah temuan dan
Peraturan Presiden. laporan diterima dan diregistrasi.
BUKU KEEMPAT Pasal 455
PELANGGARAN PEMILU, SENGKETA PROSES (1) Temuan dan laporan pelanggaran Pemilu
PEMILU, DAN PERSELISIHAN HASIL PEMILU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 454 ayat (7) dan
BAB I ayat
PELANGGARAN PEMILU (8) yang merupakan:
Bagian Kesatu a. pelanggaran Kode Etik KPU, KPU Provinsi, KPU
Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Kabupaten/Kota, Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Pemilu dan Bawaslu Kabupaten/Kota, diteruskan oleh
Pasal 454 Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan/atau Bawaslu
(1) Pelanggaran Pemilu berasal dari temuan Kabupaten/Kota kepada DKPP;
pelanggaran Pemilu dan laporan pelanggaran Pemilu. b. pelanggaran administratif Pemilu diproses oleh
(2) Temuan pelanggaran Pemilu merupakan hasil Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
pengawasan aktif Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Bawaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Pengawas TPS sesuai dengan kewenangan masing-
Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan Pengawas masing; dan
TPS pada setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu. c. pelanggaran terhadap peraturan perundang-
(3) Laporan pelanggaran Pemilu merupakan laporan undangan lainnya yang bukan pelanggaran Pemilu,
langsung Warga Negara Indonesia yang mempunyai bukan sengketa Pemilu, dan bukan tindak pidana
hak pilih, Peserta Pemilu, dan pemantau Pemilu Pemilu:
kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu 1. diproses oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu
Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan/atau Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu
Pengawas TPS pada setiap tahapan LN, dan Pengawas TPS sesuai
Penyelenggaraan Pemilu. dengan kewenangan masing-masing; dan/atau
(4) Laporan pelanggaran Pemilu sebagaimana 2. diteruskan kepada instansi atau pihak yang
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) disampaikan berwenang.
secara (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan
tertulis dan paling sedikit memuat: temuan dan laporan pelanggaran Pemilu diatur
a. nama dan alamat pelapor; dengan
b. pihak terlapor; Peraturan Bawaslu.
c. waktu dan tempat kejadian perkara; dan Bagian Kedua
d. uraian kejadian. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu
Pasal 456 Pelanggaran kode etik Penyelenggara
Pemilu merupakan pelanggaran terhadap etika (13) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (10)
Penyelenggara Pemilu yang berdasarkan sumpah bersifat final dan mengikat.
dan/atau janji sebelum menjalankan tugas sebagai (14) Penyelenggara Pemilu wajib melaksanakan
Penyelenggara Pemilu. putusan DKPP.
Pasal 457 Pasal 459
(1) Pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu (1) DKPP dapat membentuk tim pemeriksa daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 456 diselesaikan untuk memeriksa dugaan adanya pelanggaran kode
oleh DKPP. etik Penyelenggara Pemilu di daerah.
(2) Pelanggaran kode etik PPLN, KPPSLN, dan (2) Tim pemeriksa daerah sebagaimana dimaksud
Panwaslu LN diselesaikan oleh DKPP. pada ayat (1) mempunyai kewenangan memeriksa
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh KPU
pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Bawaslu Provinsi,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dan Bawaslu Kabupaten/Kota.
diatur dalam Peraturan DKPP. (3) Tim pemeriksa daerah sebagaimana dimaksud
Pasal 458 pada ayat (1) mempunyai kewenangan memeriksa
(1) Pengaduan tentang dugaan adanya pelanggaran dan dapat memutus pelanggaran kode etik yang
kode etik Penyelenggara Pemilu diajukan secara dilakukan oleh PPK, PPS, KPPS, Panwaslu
tertulis oleh Penyelenggara Pemilu, Peserta Pemilu, Kecamatan, Panwaslu Desa/Kelurahan, dan
tim kampanye, masyarakat, dan/atau pemilih Pengawas TPS.
dilengkapi dengan identitas pengadu kepada DKPP. (4) Tim pemeriksa daerah sebagaimana dimaksud
151 /283 pada ayat (2) unsur keanggotaannya terdiri atas unsur
DKPP, KPU Provinsi, Bawaslu Provinsi, dan unsur
(2) DKPP melakukan verifikasi dan penelitian masyarakat sesuai kebutuhan.
administrasi terhadap pengaduan sebagaimana (5) Pengambilan putusan terhadap pemeriksaan
dimaksud sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
pada ayat (1). dalam
(3) DKPP menyampaikan panggilan pertama kepada rapat pleno DKPP.
Penyelenggara Pemilu 5 (lima) hari sebelum (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tim pemeriksa
melaksanakan sidang DKPP. daerah diatur dalam Peraturan DKPP.
(4) Dalam hal Penyelenggara Pemilu yang diadukan Bagian Ketiga
tidak memenuhi panggilan pertama sebagaimana Pelanggaran Administratif Pemilu
dimaksud pada ayat (3), DKPP menyampaikan 152 /283
panggilan kedua 5 (lima) hari sebelum melaksanakan
sidang DKPP. Paragraf 1
(5) Dalam hal DKPP telah 2 (dua) kali melakukan Umum
panggilan dan Penyelenggara Pemilu tidak memenuhi Pasal 460
panggilan tanpa alasan yang dapat diterima, DKPP (1) Pelanggaran administratif Pemilu meliputi
dapat segera membahas dan menetapkan pelanggaran terhadap tata cara, prosedur, atau
putusan tanpa kehadiran Penyelenggara Pemilu yang mekanisme
bersangkutan. yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan
(6) Penyelenggara Pemilu yang diadukan harus Pemilu dalam setiap tahapan Penyelenggaraan
datang sendiri dan tidak dapat menguasakan kepada Pemilu.
orang lain. (2) Pelanggaran administratif sebagaimana dimaksud
(7) Pengadu dan Penyelenggara Pemilu yang pada ayat (1) tidak termasuk tindak pidana Pemilu
diadukan dapat menghadirkan saksi-saksi dalam dan pelanggaran kode etik.
sidang Paragraf 2
DKPP. Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu
(8) Pengadu dan Penyelenggara Pemilu yang Pasal 461
diadukan mengemukakan alasan pengaduan atau (1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
pembelaan di hadapan sidang DKPP. Kabupaten/Kota menerima, memeriksa, mengkaji,
(9) Saksi dan/atau pihak lain yang terkait memberikan dan memutus
keterangan di hadapan sidang DKPP, termasuk pelanggaran administratif Pemilu.
untuk dimintai dokumen atau alat bukti lainnya. (2) Panwaslu Kecamatan menerima, memeriksa,
(10) DKPP menetapkan putusan setelah melakukan mengkaji, dan membuat rekomendasi atas hasil
penelitian dan/atau verifikasi terhadap pengaduan kajiannya mengenai pelanggaran administratif Pemilu
tersebut, mendengarkan pembelaan dan keterangan kepada pengawas Pemilu secara berjenjang.
saksi, serta mempertimbangkan bukti lainnya. (3) Pemeriksaan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
(11) Putusan DKPP berupa sanksi atau rehabilitasi Bawaslu Kabupaten/Kota harus dilakukan secara
diambil dalam rapat pleno DKPP. terbuka.
(12) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (11) (4) Dalam hal diperlukan sesuai kebutuhan tindak
dapat berupa teguran tertulis, pemberhentian lanjut penanganan pelanggaran Pemilu, Bawaslu,
sementara, atau pemberhentian tetap untuk Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota dapat
Penyelenggara Pemilu. melakukan investigasi.
(5) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu kabupaten/kota, dan Pasangan Calon Presiden dan
Kabupaten/Kota wajib memutus penyelesaian Wakil Presiden.
pelanggaran (8) Putusan Mahkamah Agung bersifat final dan
administratif Pemilu paling lama 14 (empat belas) hari mengikat.
kerja setelah temuan dan laporan diterima dan Pasal 464
diregistrasi. Dalam hal KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota,
(6) Putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu PPK, PPS, atau Peserta Pemilu tidak menindaklanjuti
Kabupaten/Kota untuk penyelesaian pelanggaran putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
administratif Pemilu berupa: Kabupaten/Kota, maka Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
a. perbaikan administrasi terhadap tata cara, dan
prosedur, atau mekanisme sesuai dengan ketentuan Bawaslu Kabupaten/Kota mengadukan ke DKPP.
peraturan perundang-undangan; Pasal 465
b. teguran tertulis; Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian
c. tidak diikutkan pada tahapan tertentu dalam pelanggaran administratif Pemilu diatur dengan
Penyelenggaraan Pemilu; dan Peraturan
d. sanksi administratif lainnya sesuai dengan Bawaslu.
ketentuan dalam Undang-Undang ini. BAB II
Pasal 462 SENGKETA PROSES PEMILU
KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota wajib Bagian Kesatu
menindaklanjuti putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Umum
dan Bawaslu Kabupaten/Kota paling lama 3 (tiga) hari Pasal 466
kerja sejak tanggal putusan dibacakan. Sengketa proses Pemilu meliputi sengketa yang
Pasal 463 terjadi antar-Peserta Pemilu dan sengketa Peserta
(1) Dalam hal terjadi pelanggaran administratif Pemilu Pemilu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 460 yang dengan Penyelenggara Pemilu sebagai akibat
terjadi secara terstruktur, sistematis, dan masif, dikeluarkannya keputusan KPU, keputusan KPU
Bawaslu menerima, memeriksa, dan Provinsi, dan
merekomendasikan pelanggaran administratif Pemilu keputusan KPU Kabupaten/Kota.
dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari Bagian Kedua
kerja. Penanganan Permohonan Penyelesaian Sengketa
153 /283 Proses Pemilu
Pasal 467
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 154 /283
(1) harus dilakukan secara terbuka dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
(3) KPU wajib menindaklanjuti putusan Bawaslu Kabupaten/Kota menerima permohonan penyelesaian
dengan menerbitkan keputusan KPU dalam waktu sengketa proses Pemilu sebagai akibat
paling dikeluarkannya keputusan KPU, keputusan KPU
lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterbitkannya Provinsi, dan
putusan Bawaslu. keputusan KPU Kabupaten/Kota.
(4) Keputusan KPU sebagaimana dimaksud pada (2) Permohonan penyelesaian sengketa proses
ayat (3) dapat berupa sanksi administratif pembatalan Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, DPRD disampaikan oleh calon Peserta Pemilu dan/atau
kabupaten/kota, dan Pasangan Calon Presiden dan Peserta Pemilu.
Wakil Presiden. (3) Permohonan penyelesaian sengketa proses
(5) Calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, DPRD Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
kabupaten/kota, dan Pasangan Calon yang dikenai disampaikan secara tertulis dan paling sedikit
sanksi administratif pembatalan sebagaimana memuat:
dimaksud pada ayat (4) dapat mengajukan upaya a. nama dan alamat pemohon;
hukum ke Mahkamah Agung dalam waktu paling b. pihak termohon; dan
lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak keputusan c. keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, dan/atau
KPU ditetapkan. keputusan KPU Kabupaten/Kota yang
(6) Mahkamah Agung memutus upaya hukum menjadi sebab sengketa.
pelanggaran administratif Pemilu sebagaimana (4) Permohonan penyelesaian sengketa proses
dimaksud Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
pada ayat (5) dalam waktu paling lama 14 (empat disampaikan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
belas) hari kerja terhitung sejak berkas perkara tanggal penetapan keputusan KPU, keputusan KPU
diterima oleh Mahkamah Agung. Provinsi, dan/atau keputusan KPU Kabupaten/Kota
(7) Dalam hal putusan Mahkamah Agung yang menjadi sebab sengketa.
membatalkan keputusan KPU sebagaimana dimaksud Bagian Ketiga
pada Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu di Bawaslu
ayat (5), KPU wajib menetapkan kembali sebagai Pasal 468
calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, DPRD
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu KPU Provinsi, dan keputusan KPU Kabupaten/Kota.
Kabupaten/Kota berwenang menyelesaikan sengketa (2) Sengketa proses Pemilu sebagaimana dimaksud
proses pada ayat (1) merupakan sengketa yang timbul
Pemilu. antara:
(2) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu a. KPU dan Partai Politik calon Peserta Pemilu yang
Kabupaten/Kota memeriksa dan memutus sengketa tidak lolos verifikasi sebagai akibat
proses dikeluarkannya Keputusan KPU tentang Penetapan
Pemilu paling lama 12 (dua belas) hari sejak Partai Politik Peserta Pemilu sebagaimana
diterimanya permohonan. dimaksud dalam Pasal 173;
(3) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu b. KPU dan Pasangan Calon yang tidak lolos
Kabupaten/Kota melakukan penyelesaian sengketa verifikasi sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan
proses KPU tentang Penetapan Pasangan Calon
Pemilu melalui tahapan: sebagaimana dimaksud dalam Pasal 235; dan
a. menerima dan mengkaji permohonan penyelesaian c. KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
sengketa proses Pemilu; dan dengan calon anggota DPR, DPD, DPRD
b. mempertemukan pihak yang bersengketa untuk provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang dicoret dari
mencapai kesepakatan melalui mediasi atau daftar calon tetap sebagai akibat
musyawarah dan mufakat. dikeluarkannya Keputusan KPU tentang Penetapan
(4) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan antara pihak Daftar Calon Tetap sebagaimana dimaksud
yang bersengketa sebagaimana dimaksud pada dalam Pasal 256 dan Pasal 266.
ayat (3) huruf b, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Paragraf 2
Kabupaten/Kota menyelesaikan sengketa Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu
proses Pemilu melalui adjudikasi. Melalui Pengadilan Tata Usaha Negara
Pasal 469 Pasal 471
(1) Putusan Bawaslu mengenai penyelesaian (1) Pengajuan gugatan atas sengketa tata usaha
sengketa proses Pemilu merupakan putusan yang negara Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
bersifat 470 ke pengadilan tata usaha negara, dilakukan
final dan mengikat, kecuali putusan terhadap setelah upaya administratif di Bawaslu sebagaimana
sengketa proses Pemilu yang berkaitan dengan: dimaksud dalam Pasal 467, Pasal 468, dan Pasal 469
a. verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu; ayat (2) telah digunakan.
b. penetapan daftar calon tetap anggota DPR, DPD, (2) Pengajuan gugatan atas sengketa tata usaha
DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota; negara Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan dilakukan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah
c. penetapan Pasangan Calon. dibacakan putusan Bawaslu.
(2) Dalam hal penyelesaian sengketa proses Pemilu (3) Dalam hal pengajuan gugatan sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf dimaksud pada ayat (1) kurang lengkap, penggugat
b, dan huruf c yang dilakukan oleh Bawaslu tidak dapat memperbaiki dan melengkapi gugatan paling
diterima oleh para pihak, para pihak dapat lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya gugatan
mengajukan upaya hukum kepada pengadilan tata oleh pengadilan tata usaha negara.
usaha negara. (4) Apabila dalam waktu sebagaimana dimaksud pada
(3) Seluruh proses pengambilan putusan Bawaslu ayat (2) penggugat belum menyempurnakan
wajib dilakukan melalui proses yang terbuka dan gugatan, hakim memberikan putusan bahwa gugatan
dapat tidak dapat diterima.
155 /283 (5) Terhadap putusan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) tidak dapat dilakukan upaya hukum.
dipertanggungjawabkan. 156 /283
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
penyelesaian sengketa proses Pemilu diatur dalam (6) Pengadilan tata usaha negara memeriksa dan
Peraturan Bawaslu. memutus gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat
Bagian Keempat (1) paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu di gugatan dinyatakan lengkap.
Pengadilan Tata Usaha Negara (7) Putusan pengadilan tata usaha negara
Paragraf 1 sebagaimana dimaksud pada ayat (6) bersifat final
Umum dan
Pasal 470 mengikat serta tidak dapat dilakukan upaya hukum
(1) Sengketa proses Pemilu melalui pengadilan tata lain.
usaha negara meliputi sengketa yang timbul dalam (8) KPU wajib menindaklanjuti putusan pengadilan
bidang tata usaha negara Pemilu antara calon tata usaha negara sebagaimana dimaksud pada ayat
anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, DPRD (6) paling lama 3 (tiga) hari kerja.
kabupaten/kota, atau partai politik calon Peserta Paragraf 3
Pemilu, atau bakal Pasangan Calon dengan KPU, Majelis Khusus Tata Usaha Negara Pemilu
KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota sebagai Pasal 472
akibat dikeluarkannya keputusan KPU, keputusan
(1) Dalam memeriksa, mengadili, dan memutus (3) Dalam hal pengajuan permohonan sebagaimana
sengketa proses Pemilu sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat (2) kurang lengkap, pemohon
dalam dapat memperbaiki dan melengkapi permohonan
Pasal 470 dan Pasal 471 dibentuk majelis khusus paling lama 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam
yang terdiri atas hakim khusus yang merupakan sejak diterimanya permohonan oleh Mahkamah
hakim karier di lingkungan pengadilan tata usaha Konstitusi.
negara. (4) KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
(2) Hakim khusus sebagaimana dimaksud pada ayat wajib menindaklanjuti putusan Mahkamah Konstitusi.
(1) ditetapkan berdasarkan keputusan Ketua Pasal 475
Mahkamah Agung Republik Indonesia. (1) Dalam hal terjadi perselisihan penetapan
(3) Hakim khusus sebagaimana dimaksud pada ayat perolehan suara hasil Pemilu Presiden dan Wakil
(1) adalah hakim yang telah melaksanakan Presiden,
tugasnya sebagai hakim minimal 3 (tiga) tahun, Pasangan Calon dapat mengajukan keberatan
kecuali apabila dalam suatu pengadilan tidak terdapat kepada Mahkamah Konstitusi dalam waktu paling
hakim yang masa kerjanya telah mencapai 3 (tiga) lama
tahun. 3 (tiga) hari setelah penetapan hasil Pemilu Presiden
(4) Hakim khusus sebagaimana dimaksud pada ayat dan Wakil Presiden oleh KPU.
(1) selama menangani sengketa tata usaha negara (2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pemilu dibebaskan dari tugasnya untuk memeriksa, hanya terhadap hasil penghitungan suara yang
mengadili, dan memutus perkara lain. memengaruhi penentuan terpilihnya Pasangan Calon
(5) Hakim khusus sebagaimana dimaksud pada ayat atau penentuan untuk dipilih kembali pada
(1) harus menguasai pengetahuan tentang Pemilu. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai hakim khusus (3) Mahkamah Konstitusi memutus perselisihan yang
diatur dengan Peraturan Mahkamah Agung. timbul akibat keberatan sebagaimana dimaksud
BAB III pada ayat (1) dan ayat (2) paling lama 14 (empat
PERSELISIHAN HASIL PEMILU belas) hari sejak diterimanya permohonan keberatan
Bagian Kesatu oleh Mahkamah Konstitusi.
Umum (4) KPU wajib menindaklanjuti putusan Mahkamah
Pasal 473 Konstitusi.
(1) Perselisihan hasil Pemilu meliputi perselisihan (5) Mahkamah Konstitusi menyampaikan putusan
antara KPU dan Peserta Pemilu mengenai penetapan hasil penghitungan suara kepada:
perolehan suara hasil Pemilu secara nasional. a. Majelis Permusyawaratan Rakyat;
(2) Perselisihan penetapan perolehan suara hasil b. Presiden;
Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD secara c. KPU;
nasional d. Pasangan Calon; dan
meliputi perselisihan penetapan perolehan suara yang e. Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang
dapat memengaruhi perolehan kursi Peserta mengajukan calon.
Pemilu. BUKU KELIMA
(3) Perselisihan penetapan perolehan suara hasil TINDAK PIDANA PEMILU
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara nasional BAB I
meliputi perselisihan penetapan perolehan suara yang PENANGANAN TINDAK PIDANA PEMILU
dapat memengaruhi penetapan hasil Pemilu Bagian Kesatu
Presiden dan Wakil Presiden. Tata Cara Penanganan Tindak Pidana Pemilu
Bagian Kedua 158 /283
Tata Cara Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilu
157 /283 Pasal 476
(1) Laporan dugaan tindak pidana Pemilu diteruskan
Pasal 474 oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
(1) Dalam hal terjadi perselisihan penetapan Kabupaten/Kota, dan/atau Panwaslu Kecamatan
perolehan suara hasil Pemilu anggota DPR, DPD, dan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia paling
DPRD secara nasional, Peserta Pemilu anggota DPR, lama 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak
DPD, dan DPRD dapat mengajukan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
permohonan pembatalan penetapan basil Kabupaten/Kota, dan/atau Panwaslu Kecamatan
penghitungan perolehan suara oleh KPU kepada menyatakan bahwa perbuatan atau tindakan yang
Mahkamah Konstitusi. diduga merupakan tindak pidana Pemilu.
(2) Peserta Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD (2) Perbuatan atau tindakan yang diduga merupakan
mengajukan permohonan kepada Mahkamah tindak pidana Pemilu sebagaimana dimaksud pada
Konstitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ayat (1) dinyatakan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
paling lama 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam Bawaslu Kabupaten/Kota, dan/atau Panwaslu
sejak diumumkan penetapan perolehan suara hasil Kecamatan setelah berkoordinasi dengan Kepolisian
Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD secara Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan
nasional oleh KPU. Agung Republik Indonesia dalam Gakkumdu.
(3) Laporan dugaan tindak pidana Pemilu (2) Sidang pemeriksaan perkara tindak pidana Pemilu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara oleh majelis khusus.
tertulis dan paling sedikit memuat: Pasal 482
a. nama dan alamat pelapor; (1) Pengadilan negeri memeriksa, mengadili, dan
b. pihak terlapor; memutus perkara tindak pidana Pemilu paling lama 7
c. waktu dan tempat kejadian perkara; dan (tujuh) hari setelah pelimpahan berkas perkara dan
d. uraian kejadian. dapat dilakukan dengan tanpa kehadiran
Pasal 477 terdakwa.
Penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan (2) Dalam hal putusan pengadilan sebagaimana
pemeriksaan tindak pidana Pemilu dilakukan dimaksud pada ayat (1) diajukan banding,
berdasarkan permohonan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang banding diajukan paling lama 3 (tiga) hari setelah
Hukum Acara Pidana, kecuali ditentukan lain dalam putusan dibacakan.
Undang- (3) Pengadilan negeri melimpahkan berkas perkara
Undang ini. permohonan banding kepada pengadilan tinggi paling
Pasal 478 lama 3 (tiga) hari setelah permohonan banding
Untuk dapat ditetapkan sebagai penyelidik dan diterima.
penyidik tindak pidana Pemilu harus memenuhi (4) Pengadilan tinggi memeriksa dan memutus
persyaratan perkara banding sebagaimana dimaksud pada ayat
sebagai berikut: (2)
a. telah mengikuti pelatihan khusus mengenai paling lama 7 (tujuh) hari setelah permohonan
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana Pemilu; banding diterima.
b. cakap dan memiliki integritas moral yang tinggi (5) Putusan pengadilan tinggi sebagaimana dimaksud
selama menjalankan tugasnya; dan pada ayat (4) merupakan putusan terakhir dan
c. tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin. mengikat serta tidak dapat dilakukan upaya hukum
Pasal 479 lain.
Penyelidik dalam melakukan penyelidikan Pasal 483
menemukan bukti permulaan yang cukup adanya (1) Putusan pengadilan sebagaimana dimaksud
dugaan tindak dalam Pasal 482 ayat (1) dan ayat (4) harus sudah
pidana Pemilu, hasil penyelidikannya disertai berkas disampaikan kepada penuntut umum paling lambat 3
perkara disampaikan kepada penyidik paling lama 1 x (tiga) hari setelah putusan dibacakan.
24 (satu kali dua puluh empat) jam. (2) Putusan pengadilan sebagaimana dimaksud
Pasal 480 dalam Pasal 482 harus dilaksanakan paling lambat 3
(1) Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia (tiga) hari setelah putusan diterima oleh jaksa.
menyampaikan hasil penyidikannya disertai berkas Pasal 484
perkara kepada penuntut umum paling lama 14 (1) Putusan pengadilan terhadap kasus tindak pidana
(empat belas) hari sejak diterimanya laporan dan Pemilu yang menurut Undang-Undang ini dapat
dapat dilakukan dengan tanpa kehadiran tersangka. memengaruhi perolehan suara Peserta Pemilu harus
(2) Dalam hal hasil penyidikan belum lengkap, dalam sudah selesai paling lama 5 (lima) hari sebelum
waktu paling lama 3 (tiga) hari penuntut umum KPU menetapkan hasil Pemilu secara nasional.
mengembalikan berkas perkara kepada Penyidik (2) KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
Kepolisian Negara Republik Indonesia disertai wajib menindaklanjuti putusan pengadilan
petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
dilengkapi. (3) Salinan putusan pengadilan sebagaimana
(3) Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dimaksud pada ayat (1) harus sudah diterima KPU,
dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak tanggal KPU
penerimaan berkas sebagaimana dimaksud pada ayat Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota, dan Peserta
(2) harus sudah menyampaikan kembali Pemilu pada hari putusan pengadilan dibacakan.
berkas perkara tersebut kepada penuntut umum. Bagian Kedua
159 /283 Majelis Khusus Tindak Pidana Pemilu
Pasal 485
(4) Penuntut umum melimpahkan berkas perkara 160 /283
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)
kepada pengadilan negeri paling lama 5 (lima) hari (1) Majelis khusus sebagaimana dimaksud dalam
sejak menerima berkas perkara dan dapat Pasal 481 ayat (2) terdiri atas hakim khusus yang
dilakukan dengan tanpa kehadiran tersangka. merupakan hakim karier pada pengadilan negeri dan
Pasal 481 pengadilan tinggi yang ditetapkan secara khusus
(1) Pengadilan negeri dalam memeriksa, mengadili, untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
dan memutus perkara tindak pidana Pemilu tindak pidana Pemilu.
menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Acara (2) Hakim khusus sebagaimana dimaksud pada ayat
Pidana, kecuali ditentukan lain dalam Undang- (1) ditetapkan berdasarkan keputusan Ketua
Undang ini. Mahkamah Agung Republik Indonesia.
(3) Hakim khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Peraturan Bawaslu sebagaimana dimaksud pada
(1) harus memenuhi syarat telah melaksanakan ayat (1) ditetapkan setelah berkonsultasi dengan
tugasnya sebagai hakim minimal 3 (tiga) tahun, DPR dalam forum rapat dengar pendapat.
kecuali dalam suatu pengadilan tidak terdapat hakim BAB II
yang masa kerjanya telah mencapai 3 (tiga) tahun. KETENTUAN PIDANA PEMILU
(4) Hakim khusus sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 488
(1) selama memeriksa, mengadili, dan memutus Setiap orang yang dengan sengaja memberikan
tindak pidana Pemilu dibebaskan dari tugasnya untuk keterangan yang tidak benar mengenai diri sendiri
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara atau diri
lain. orang lain terutang suatu hal yang diperlukan untuk
(5) Hakim khusus sebagaimana dimaksud pada ayat pengisian daftar Pemilih sebagaimana dimaksud
(1) harus menguasai pengetahuan tentang Pemilu. dalam
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai hakim khusus Pasal 203, dipidana dengan pidana kurungan paling
diatur dengan Peraturan Mahkamah Agung. lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Bagian Ketiga Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
Sentra Penegakan Hukum Terpadu Pasal 489
Pasal 486 Setiap anggota PPS atau PPLN yang dengan sengaja
(1) Untuk menyamakan pemahaman dan pola tidak mengumumkan dan/atau memperbaiki daftar
penanganan tindak pidana Pemilu, Bawaslu, pemilih sementara setelah mendapat masukan dari
Kepolisian masyarakat dan/atau Peserta Pemilu sebagaimana
Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan Agung dimaksud dalam Pasal 206, Pasal 207, dan Pasal
Republik Indonesia membentuk Gakkumdu. 213, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
(2) Gakkumdu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (enam) bulan dan denda paling banyak
melekat pada Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah).
Bawaslu Kabupaten/Kota. Pasal 490
(3) Gakkumdu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Setiap kepala desa atau sebutan lain yang dengan
terdiri atas penyidik yang berasal dari Kepolisian sengaja membuat keputusan dan/atau melakukan
Negara Republik Indonesia dan penuntut yang tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah
berasal dari Kejaksaan Agung Republik Indonesia. satu Peserta Pemilu dalam masa Kampanye, dipidana
(4) Penyidik dan penuntut sebagaimana dimaksud dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan
pada ayat (3) menjalankan tugas secara penuh waktu denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas
dalam penanganan tindak pidana Pemilu. juta rupiah).
(5) Penyidik dan penuntut sebagaimana dimaksud Pasal 491
pada ayat (3) diperbantukan sementara dan tidak Setiap orang yang mengacaukan, menghalangi, atau
diberikan tugas lain dari instansi asalnya selama mengganggu jalannya Kampanye Pemilu dipidana
menjalankan tugas di Gakkumdu. dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun
(6) Pihak instansi asal memberikan penghargaan dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas
kepada penyidik dan penuntut yang telah juta rupiah).
menyelesaikan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 492
ayat (4) dan ayat (5) sesuai dengan ketentuan Setiap orang yang dengan sengaja melakukan
peraturan perundang-undangan. Kampanye Pemilu di luar jadwal yang telah ditetapkan
(7) Gakkumdu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh
dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota untuk
sekretariat Gakkumdu. setiap Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam
(8) Sekretariat Gakkumdu sebagaimana dimaksud Pasal 276 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan
pada ayat (7) melekat pada sekretariat Bawaslu, paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota. Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
(9) Anggaran operasional Gakkumdu dibebankan Pasal 493
pada anggaran Bawaslu. Setiap pelaksana dan/atau tim Kampanye Pemilu
(10) Untuk pembentukan Gakkumdu di luar negeri, yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud
Bawaslu, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan dalam
Kejaksaan Agung Republik Indonesia berkoordinasi Pasal 280 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan
dengan Kementerian Luar Negeri. paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai Gakkumdu Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
diatur dengan Peraturan Bawaslu. Pasal 494
Pasal 487 Setiap aparatur sipil negara, anggota Tentara
(1) Peraturan Bawaslu sebagaimana dimaksud dalam Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Pasal 486 ayat (11) disusun secara bersama oleh Indonesia, kepala desa, perangkat desa, dan/atau
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jaksa anggota badan permusyawaratan desa yang
Agung Republik Indonesia, dan Ketua Bawaslu. melanggar
161 /283 larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280
ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1
162 /283 (satu) tahun dan denda paling banyak
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
(satu) tahun dan denda paling banyak Pasal 501
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah). Setiap anggota KPPS yang dengan sengaja tidak
Pasal 495 melaksanakan keputusan KPU Kabupaten/Kota untuk
(1) Pelaksana kampanye dan/atau peserta kampanye pemungutan suara ulang di TPS dipidana dengan
yang dengan sengaja mengakibatkan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan
terganggunya pelaksanaan Kampanye Pemilu di denda
tingkat kelurahan/desa dipidana dengan pidana paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling rupiah).
banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta 163 /283
rupiah).
(2) Pelaksana kampanye dan/atau peserta kampanye Pasal 502
yang karena kelalaiannya mengakibatkan Ketua dan anggota KPPS yang dengan sengaja tidak
terganggunya pelaksanaan Kampanye Pemilu di melaksanakan ketetapan KPU Kabupaten/Kota untuk
tingkat kelurahan/desa dipidana dengan pidana melaksanakan pemungutan suara ulang di TPS,
kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan denda dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
paling banyak Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah). tahun
Pasal 496 dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas
Peserta Pemilu yang dengan sengaja memberikan juta rupiah).
keterangan tidak benar dalam laporan dana Pasal 503
Kampanye Setiap anggota KPPS/KPPSLN yang dengan sengaja
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 334 ayat tidak membuat dan menandatangani berita acara
(1), ayat (2), dan/atau ayat (3) serta Pasal 335 ayat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 354
(1), ayat (2), dan/atau ayat (3) dipidana dengan ayat (3) dan Pasal 362 ayat (3) dan/atau tidak
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan menandatangani berita acara pemungutan dan
denda penghitungan suara serta sertifikat hasil penghitungan
paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta suara
rupiah). sebagaimana dimaksud dalam Pasal 389 ayat (3)
Pasal 497 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
Setiap orang yang dengan sengaja memberikan (satu)
keterangan tidak benar dalam laporan dana tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00
Kampanye, (dua belas juta rupiah) .
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) Pasal 504
tahun dan denda paling banyak Rp24.000.000,00 Setiap orang yang karena kelalaiannya menyebabkan
(dua rusak atau hilangnya berita acara pemungutan dan
puluh empat juta rupiah). penghitungan suara dan/atau sertifikat hasil
Pasal 498 penghitungan suara sebagaimana dimaksud dalam
Seorang majikan/atasan yang tidak memberikan Pasal 389
kesempatan kepada seorang pekerja/karyawan untuk ayat (4) dipidana dengan pidana kurungan paling
memberikan suaranya pada hari pemungutan suara, lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
kecuali dengan alasan bahwa pekerjaan tersebut Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
tidak Pasal 505
bisa ditinggalkan, dipidana dengan pidana kurungan Anggota KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota,
paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak PPK, dan PPS yang karena kelalaiannya
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah). mengakibatkan hilang atau berubahnya berita acara
Pasal 499 rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara
Setiap anggota KPPS/KPPSLN yang dengan sengaja dan/atau sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan
tidak memberikan surat suara pengganti hanya 1 perolehan suara dipidana dengan pidana kurungan
(satu) kali kepada Pemilih yang menerima surat suara paling
yang rusak dan tidak mencatat surat suara yang lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
rusak dalam berita acara sebagaimana dimaksud Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
dalam Pasal 355 ayat (2) dan Pasal 363 ayat (2) Pasal 506
dipidana Setiap anggota KPPS/KPPSLN yang dengan sengaja
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun tidak memberikan salinan 1 (satu) eksemplar berita
dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas acara pemungutan dan penghitungan suara, serta
juta rupiah). sertifikat hasil penghitungan suara kepada saksi
Pasal 500 Peserta
Setiap orang yang membantu Pemilih yang dengan Pemilu, Pengawas TPS/Panwaslu LN, PPS/PPLN,
sengaja memberitahukan pilihan Pemilih kepada dan PPK melalui PPS sebagaimana dimaksud dalam
orang Pasal 390 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan
lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 364 ayat (2) pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 denda
paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta Panwaslu Kelurahan/Desa, dan/atau Panwaslu LN
rupiah). dalam melakukan pemutakhiran data Pemilih,
Pasal 507 penyusunan dan pengumuman daftar pemilih
(1) Setiap Panwaslu Kelurahan/Desa yang tidak sementara, perbaikan dan pengumuman daftar
mengawasi penyerahan kotak suara tersegel dari pemilih
PPS sementara hasil perbaikan, penetapan dan
kepada PPK dan tidak melaporkan kepada Panwaslu pengumuman daftar pemilih tetap, daftar pemilih
Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam tambahan,
Pasal 390 ayat (6) dipidana dengan pidana kurungan daftar pemilih khusus, dan/atau rekapitulasi daftar
paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling pemilih tetap yang merugikan Warga Negara
banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah). Indonesia
(2) Setiap Panwaslu Kecamatan yang tidak yang memiliki hak pilih sebagaimana dimaksud dalam
mengawasi penyerahan kotak suara tersegel dari Pasal 220 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara
PPK paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
kepada KPU Kabupaten/Kota dan tidak melaporkan Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
kepada Bawaslu Kabupaten/Kota sebagaimana Pasal 513
dimaksud dalam Pasal 390 ayat (7) dipidana dengan Setiap anggota KPU Kabupaten/Kota yang sengaja
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan tidak memberikan salinan daftar pemilih tetap kepada
denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta Partai Politik Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud
rupiah). dalam Pasal 208 ayat (5) dipidana dengan pidana
Pasal 508 penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
Setiap anggota PPS yang tidak mengumumkan banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta
salinan sertifikat hasil penghitungan suara dari rupiah).
seluruh TPS Pasal 514
di wilayah kerjanya sebagaimana dimaksud dalam Ketua KPU yang dengan sengaja menetapkan jumlah
Pasal 391, dipidana dengan pidana kurungan paling surat suara yang dicetak melebihi jumlah yang
lama ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 344
1 (satu) tahun dan denda paling banyak ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), dipidana dengan
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah). pidana
164 /283 penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak Rp240.000.000,00 (dua ratus empat puluh
Pasal 509 juta
Setiap orang yang mengumumkan hasil survei atau rupiah).
jajak pendapat tentang Pemilu dalam Masa Tenang Pasal 515
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 449 ayat (2), Setiap orang yang dengan sengaja pada saat
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 pemungutan suara menjanjikan atau memberikan
(satu) uang atau
tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 materi lainnya kepada Pemilih supaya tidak
(dua belas juta rupiah). menggunakan hak pilihnya atau memilih Peserta
Pasal 510 Pemilu tertentu
Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu
orang lain kehilangan hak pilihnya dipidana dengan sehingga surat suaranya tidak sah, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta
rupiah). rupiah).
Pasal 511 165 /283
Setiap orang yang dengan kekerasan, dengan
ancaman kekerasan, atau dengan menggunakan Pasal 516
kekuasaan Setiap orang yang dengan sengaja pada waktu
yang ada padanya pada saat pendaftaran Pemilih pemungutan suara memberikan suaranya lebih dari
menghalangi seseorang untuk terdaftar sebagai satu kali
Pemilih di satu TPS/TPSLN atau lebih, dipidana dengan
dalam Pemilu menurut Undang-Undang ini dipidana pidana penjara paling lama 18 (delapan belas) bulan
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan dan
denda paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh denda paling banyak Rp18.000.000,00 (delapan belas
enam juta rupiah). juta rupiah).
Pasal 512 Pasal 517
Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, KPU Setiap orang yang dengan sengaja menggagalkan
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan/atau PPLN yang pemungutan suara, dipidana dengan pidana penjara
tidak paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
menindaklanjuti temuan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pasal 518
Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, dan/atau KPU badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah
Kabupaten/Kota yang tidak menindaklanjuti temuan. yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan/atau Bawaslu dalam Pasal 280 ayat (3) dipidana dengan pidana
Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan verifikasi partai penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
politik banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta
calon Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam rupiah).
Pasal 180 ayat (3) dan/atau pelaksanaan verifikasi 166 /283
kelengkapan administrasi bakal calon anggota DPR,
DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota Pasal 523
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 251 ayat (3) dan (1) Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim
Pasal 261 ayat (3) dan/atau pelaksanaan verifikasi Kampanye Pemilu yang dengan sengaja menjanjikan
kelengkapan administrasi bakal calon Presiden dan atau
Wakil Presiden dipidana dengan pidana penjara memberikan uang atau materi lainnya sebagai
paling imbalan kepada peserta Kampanye Pemilu secara
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak langsung ataupun tidak langsung sebagaimana
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah). dimaksud dalam Pasal 280 ayat (1) huruf j dipidana
Pasal 519 dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua
perbuatan curang untuk menyesatkan seseorang, puluh empat juta rupiah).
dengan (2) Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim
memaksa, dengan menjanjikan atau dengan Kampanye Pemilu yang dengan sengaja pada Masa
memberikan uang atau materi lainnya untuk Tenang
memperoleh menjanjikan atau memberikan imbalan uang atau
dukungan bagi pencalonan anggota DPD dalam materi lainnya kepada Pemilih secara langsung
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 183 ataupun tidak langsung sebagaimana dimaksud
dipidana dalam Pasal 278 ayat (2) dipidana dengan pidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling
denda paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh banyak Rp48.000.000,00 (empat puluh
enam juta rupiah). delapan juta rupiah).
Pasal 520 (3) Setiap orang yang dengan sengaja pada hari
Setiap orang yang dengan sengaja membuat surat pemungutan suara menjanjikan atau memberikan
atau dokumen palsu dengan maksud untuk memakai uang
atau menyuruh orang memakai, atau setiap orang atau materi lainnya kepada Pemilih untuk tidak
yang dengan sengaja memakai surat atau dokumen menggunakan hak pilihnya atau memilih Peserta
palsu Pemilu tertentu dipidana dengan pidana penjara
untuk menjadi bakal calon anggota DPR, DPD, DPRD paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
provinsi, DPRD kabupaten/kota, untuk menjadi Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Pasal 524
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 254 dan Pasal (1) Anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
260 Kabupaten/Kota, Sekretaris Jenderal KPU, pegawai
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) Sekretariat
tahun dan denda paling banyak Rp72.000.000,00 Jenderal KPU, sekretaris KPU Provinsi, pegawai
(tujuh puluh dua juta rupiah). sekretariat KPU Provinsi, sekretaris KPU
Pasal 521 Kabupaten/Kota, dan/atau pegawai sekretariat KPU
Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim Kampanye Kabupaten/Kota yang terbukti dengan sengaja
Pemilu yang dengan sengaja melanggar larangan melakukan tindak pidana Pemilu dalam pelaksanaan
pelaksanaan Kampanye Pemilu sebagaimana Kampanye Pemilu dipidana dengan pidana
dimaksud dalam Pasal 280 ayat (1) huruf a, huruf b, penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
huruf c, banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta
huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, atau rupiah).
huruf j dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (2) Anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
(dua) tahun dan denda paling banyak Kabupaten/Kota, Sekretaris Jenderal KPU, pegawai
Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah). Sekretariat
Pasal 522 Jenderal KPU, sekretaris KPU Provinsi, pegawai
Setiap Ketua/Wakil Ketua/ketua muda/hakim sekretariat KPU Provinsi, sekretaris KPU
agung/hakim konstitusi, hakim pada semua badan Kabupaten/Kota, dan/atau pegawai sekretariat KPU
peradilan, Kabupaten/Kota yang terbukti karena
Ketua/Wakil Ketua dan/atau anggota Badan kelalaiannya melakukan tindak pidana Pemilu dalam
Pemeriksa Keuangan, Gubernur, Deputi Gubernur pelaksanaan Kampanye Pemilu dipidana dengan
Senior, pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam)
dan/atau deputi gubernur Bank Indonesia serta bulan dan denda paling banyak Rp18.000.000,00
direksi, komisaris, dewan pengawas, dan/atau (delapan belas juta rupiah).
karyawan Pasal 525
(1) Setiap orang, kelompok, perusahaan, dan/atau ditetapkan oleh KPU untuk kepentingan tertentu
badan usaha nonpemerintah yang memberikan dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 345 ayat (1)
Kampanye Pemilu melebihi batas yang ditentukan dipidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 327 ayat (1) dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan
dan Pasal 331 ayat (1) dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling rupiah).
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Pasal 530
(2) Setiap Peserta Pemilu yang menggunakan Setiap perusahaan pencetak surat suara yang tidak
kelebihan sumbangan, tidak melaporkan kelebihan menjaga kerahasiaan, keamanan, dan keutuhan surat
sumbangan kepada KPU, dan/atau tidak suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 345 ayat
menyerahkan kelebihan sumbangan kepada kas (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
negara (dua)
paling lambat 14 (empat belas) hari setelah masa tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00
Kampanye Pemilu berakhir dipidana dengan pidana (lima miliar rupiah).
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling Pasal 531
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan
rupiah). kekerasan, dan/atau menghalangi seseorang yang
Pasal 526 akan
(1) Setiap orang, kelompok, perusahaan, dan/atau melakukan haknya untuk memilih, melakukan
badan usaha nonpemerintah yang memberikan dana kegiatan yang menimbulkan gangguan ketertiban dan
Kampanye Pemilu melebihi batas yang ditentukan ketenteraman pelaksanaan pemungutan suara, atau
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 333 ayat (1) menggagalkan pemungutan suara dipidana dengan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda
tahun dan denda paling banyak paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). rupiah).
(2) Setiap Peserta Pemilu yang menggunakan Pasal 532
kelebihan sumbangan, tidak melaporkan kelebihan Setiap orang yang dengan sengaja melakukan
167 /283 perbuatan yang menyebabkan suara seorang Pemilih
menjadi tidak bernilai atau menyebabkan Peserta
sumbangan kepada KPU, dan/atau tidak Pemilu tertentu mendapat tambahan suara atau
menyerahkan kelebihan sumbangan kepada kas perolehan
negara suara Peserta Pemilu menjadi berkurang dipidana
paling lambat 14 (empat belas) hari setelah masa dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
Kampanye Pemilu berakhir sebagaimana dimaksud dan
dalam Pasal 333 ayat (2) dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp48.000.000,00 (empat puluh
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling delapan juta rupiah).
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Pasal 533
Pasal 527 168 /283
Peserta Pemilu yang terbukti menerima sumbangan
dana Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud Setiap orang yang dengan sengaja pada saat
dalam pemungutan suara mengaku dirinya sebagai orang
Pasal 339 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara lain
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak dan/atau memberikan suaranya lebih dari 1 (satu) kali
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah). di 1 (satu) TPS atau lebih dipidana dengan pidana
Pasal 528 penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan
(1) Peserta Pemilu yang menerima sumbangan dan denda paling banyak Rp18.000.000,00 (delapan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 339 ayat (2) dan belas juta rupiah).
tidak melaporkan kepada KPU dan/atau tidak Pasal 534
menyetorkan ke kas negara, dipidana dengan pidana Setiap orang yang dengan sengaja merusak atau
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda menghilangkan hasil pemungutan suara yang sudah
sebanyak 3 (tiga) kali dari jumlah sumbangan yang disegel dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
diterima. (tiga) tahun dan denda paling banyak
(2) Pelaksana dan tim kampanye yang menggunakan Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
dana dari sumbangan yang dilarang dan/atau tidak Pasal 535
melaporkan dan/atau tidak menyetorkan ke kas Setiap orang yang dengan sengaja mengubah,
negara sesuai batas waktu yang ditentukan merusak, dan/atau menghilangkan berita acara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 339 ayat (2), pemungutan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dan penghitungan suara dan/atau sertifikat hasil
(dua) tahun dan denda sebanyak 3 (tiga) kali dari penghitungan suara sebagaimana dimaksud dalam
jumlah sumbangan yang diterima. Pasal
Pasal 529 398 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling
Setiap perusahaan pencetak surat suara yang dengan lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
sengaja mencetak surat suara melebihi jumlah yang Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
Pasal 536 pengadilan terhadap kasus tindak pidana Pemilu
Setiap orang yang dengan sengaja merusak, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 484 ayat (2)
mengganggu, atau mendistorsi sistem informasi yang
penghitungan telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dipidana
suara hasil Pemilu dipidana dengan pidana penjara dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah). empat juta rupiah).
Pasal 537 Pasal 542
Setiap anggota KPPS/KPPSLN yang tidak menjaga, Dalam hal KPU tidak menetapkan perolehan hasil
mengamankan keutuhan kotak suara, dan Pemilu secara nasional sebagaimana dimaksud
menyerahkan kotak suara tersegel yang berisi surat dalam
suara, berita acara pemungutan suara, dan sertifikat Pasal 411 ayat (3), anggota KPU dipidana dengan
hasil penghitungan suara kepada PPS atau kepada pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
PPLN bagi KPPSLN pada hari yang sama paling banyak Rp60.000.000,00 (enam puluh juta
sebagaimana rupiah).
dimaksud dalam Pasal 390 ayat (4) dan ayat (5) Pasal 543
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) Setiap anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
tahun Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, dan/atau
6 (enam) bulan dan denda paling banyak Panwaslu Kelurahan/Desa/Panwaslu LN/Pengawas
Rp18.000.000,00 (delapan belas juta rupiah). TPS yang dengan sengaja tidak menindaklanjuti
Pasal 538 temuan
PPS yang tidak menyerahkan kotak suara tersegel, dan/atau laporan pelanggaran Pemilu yang dilakukan
berita acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan oleh anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
suara, dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan Kabupaten/Kota, PPK, PPS/PPLN, dan/atau
perolehan suara Peserta Pemilu di tingkat PPS KPPS/KPPSLN dalam setiap tahapan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 393 kepada Penyelenggaraan Pemilu
PPK dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
(dua) tahun dan denda paling banyak Rp24.000.000,00
tahun dan denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua
(dua puluh empat juta rupiah). puluh empat juta rupiah).
Pasal 539 Pasal 544
PPK yang tidak menyerahkan kotak suara tersegel, Setiap orang yang dengan sengaja melakukan
berita acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan perbuatan melawan hukum memalsukan data dan
suara, dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan daftar
perolehan suara Peserta Pemilu di tingkat PPK pemilih, dipidana dengan pidana penjara paling lama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 396 kepada 6 (enam) tahun dan denda paling banyak
KPU Kabupaten/Kota dipidana dengan pidana penjara Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Pasal 545
Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah). Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
Pasal 540 Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan/atau PPLN yang
(1) Pelaksana kegiatan penghitungan cepat yang dengan sengaja
melakukan penghitungan cepat yang tidak menambah atau mengurangi daftar pemilih dalam
memberitahukan bahwa prakiraan hasil penghitungan Pemilu setelah ditetapkannya Daftar Pemilih Tetap,
cepat bukan merupakan hasil resmi Pemilu dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 449 ayat (4) tahun dan denda paling banyak Rp36.000.000,00
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (tiga
(satu) tahun 6 (enam) bulan dan denda paling banyak puluh enam juta rupiah).
Rp18.000.000,00 (delapan belas juta rupiah). Pasal 546
169 /283 Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan/atau PPLN yang
(2) Pelaksana kegiatan penghitungan cepat yang dengan sengaja
mengumumkan prakiraan hasil penghitungan cepat membuat keputusan dan/atau melakukan tindakan
sebelum 2 (dua) jam setelah selesainya pemungutan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
suara di wilayah Indonesia bagian barat Peserta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 449 ayat (5) Pemilu dalam masa Kampanye, dipidana dengan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
(satu) tahun 6 (enam) bulan dan denda paling banyak paling
Rp18.000.000,00 (delapan belas juta rupiah). banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta
Pasal 541 rupiah).
Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, dan/atau KPU Pasal 547
Kabupaten/Kota yang tidak melaksanakan putusan Setiap pejabat negara yang dengan sengaja membuat
keputusan dan/atau melakukan tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu Peserta banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
Pemilu dalam masa Kampanye, dipidana dengan rupiah).
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda Pasal 553
paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta (1) Setiap calon Presiden atau Wakil Presiden yang
rupiah). dengan sengaja mengundurkan diri setelah
170 /283 pemungutan suara putaran pertama sampai dengan
pelaksanaan pemungutan suara putaran kedua,
Pasal 548 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
Setiap orang yang menggunakan anggaran tahun dan denda paling banyak
pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
negara, (2) Pimpinan Partai Politik atau gabungan pimpinan
badan usaha milik daerah (BUMD), Pemerintah Desa Partai Politik yang dengan sengaja menarik calonnya
atau sebutan lain dan badan usaha milik desa untuk dan/atau Pasangan Calon yang telah ditetapkan oleh
disumbangkan atau diberikan kepada pelaksana KPU sampai dengan pelaksanaan pemungutan
kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 339 suara putaran kedua, dipidana dengan pidana penjara
ayat paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
(4), dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
(tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Pasal 554
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 171 /283
Pasal 549
Dalam hal KPU kabupaten/kota tidak menetapkan Dalam hal Penyelenggara Pemilu melakukan tindak
pemungutan suara ulang di TPS sebagaimana pidana Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
dimaksud 488, Pasal 491, Pasal 492, Pasal 500, Pasal 504,
dalam Pasal 373 ayat (3) sementara persyaratan Pasal 509, Pasal 510, Pasal 511, Pasal 518, Pasal
dalam Undang-Undang ini telah terpenuhi, anggota 520,
KPU Pasal 523, Pasal 525 ayat (1), Pasal 526 ayat (1),
kabupaten/kota dipidana dengan pidana penjara Pasal 531, Pasal 532, Pasal 533, Pasal 534, Pasal
paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak 535,
Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah). dan Pasal 536, pidana bagi yang bersangkutan
Pasal 550 ditambah 1/3 (satu pertiga) dari ketentuan pidana
Setiap pelaksana atau peserta kampanye yang yang
terbukti dengan sengaja atau lalai yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini.
mengakibatkan BUKU KEENAM
terganggunya tahapan Penyelenggaraan Pemilu, PENUTUP
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) BAB I
tahun KETENTUAN LAIN-LAIN
dan paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh Pasal 555
empat juta rupiah). (1) Apabila terjadi hal yang mengakibatkan KPU tidak
Pasal 551 dapat melaksanakan tahapan Penyelenggaraan
Anggota KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Pemilu sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini,
PPK, dan/atau PPS yang karena kesengajaannya Sekretaris Jenderal KPU melaksanakan
mengakibatkan hilang atau berubahnya berita acara tahapan Penyelenggaraan Pemilu untuk sementara
rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara waktu sampai dengan KPU dapat melaksanakan
dan/atau sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan tugasnya kembali.
perolehan suara, dipidana dengan pidana penjara (2) Dalam hal KPU tidak dapat melaksanakan
paling tahapan Penyelenggaraan Pemilu sebagaimana
lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak dimaksud
Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah). pada ayat (1), Presiden dan. DPR mengambil
Pasal 552 keputusan dan/atau tindakan yang bersifat strategis
(1) Setiap calon Presiden atau Wakil Presiden yang agar KPU dapat melaksanakan tugasnya kembali
dengan sengaja mengundurkan diri setelah paling lambat 30 (tiga puluh) hari.
penetapan calon Presiden dan Wakil Presiden sampai (3) Apabila terjadi hal yang mengakibatkan KPU
dengan pelaksanaan pemungutan suara Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota tidak dapat
putaran pertama, dipidana dengan pidana penjara melaksanakan tugasnya, KPU setingkat di atasnya
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling melaksanakan tahapan Penyelenggaraan Pemilu
banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar untuk sementara waktu sampai dengan KPU Provinsi
rupiah). atau KPU Kabupaten /Kota dapat menjalankan
(2) Pimpinan Partai Politik atau gabungan pimpinan tugasnya kembali.
Partai Politik yang dengan sengaja menarik calonnya Pasal 556
dan/atau Pasangan Calon yang telah ditetapkan oleh (1) Apabila terjadi hal yang mengakibatkan Bawaslu
KPU sampai dengan pelaksanaan pemungutan tidak dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan
suara putaran pertama, dipidana dengan pidana ketentuan Undang-Undang ini, Sekretaris Jenderal
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling Bawaslu melaksanakan pengawasan tahapan
Penyelenggaraan Pemilu untuk sementara waktu Sekretariat Jenderal Bawaslu tetap melaksanakan
sampai dengan Bawaslu dapat melaksanakan tugasnya dalam membantu DKPP sampai dengan
tugasnya kembali. dibentuknya Sekretariat DKPP berdasarkan Undang-
(2) Dalam hal Bawaslu tidak dapat melaksanakan Undang ini.
tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Presiden Pasal 562
dan DPR mengambil keputusan dan/atau tindakan Struktur organisasi, tata kerja, dan penganggaran
yang bersifat strategis agar Bawaslu dapat Penyelenggara Pemilu pada satuan pemerintahan
melaksanakan tugasnya kembali paling lambat 30 daerah
(tiga puluh) hari. yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang
(3) Apabila terjadi hal yang mengakibatkan Bawaslu diatur dengan Undang-Undang wajib menyesuaikan
Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota tidak dapat dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
melaksanakan tugasnya, Bawaslu atau Bawaslu Pasal 563
Provinsi melaksanakan tahapan pengawasan (1) Keanggotaan:
Penyelenggaraan Pemilu untuk sementara waktu a. KPU;
sampai dengan Bawaslu Provinsi atau Bawaslu b. KPU Provinsi/Komisi Independen Pemilihan
Kabupaten/Kota dapat menjalankan tugasnya Provinsi Aceh;
kembali. c. KPU Kabupaten/Kota/Komisi Independen Pemilihan
Pasal 557 Kabupaten/Kota;
(1) Kelembagaan Penyelenggara Pemilu di Aceh d. Bawaslu;
terdiri atas: e. Bawaslu Provinsi/Panitia Pengawas Pemilihan
a. Komisi Independen Pemilihan Provinsi Aceh dan Provinsi Aceh; dan
Komisi Independen Pemilihan Kabupaten/Kota f. Panwaslu Kabupaten/Kota/Panitia Pengawas
merupakan satu kesatuan kelembagaan yang Pemilihan Kabupaten/Kota,
hierarkis dengan KPU; dan yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor
b. Panitia Pengawas Pemilihan Provinsi Aceh dan 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara
Panitia Pengawas Pemilihan Kabupaten/Kota Pemilihan Umum tetap melaksanakan tugasnya
merupakan satu kesatuan kelembagaan yang sampai dengan berakhir masa keanggotaannya.
hierarkis dengan Bawaslu. 173 /283
(2) Kelembagaan Penyelenggara Pemilu di Aceh
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib (2) Dalam hal keanggotaan:
172 /283 a. KPU Provinsi/Komisi Independen Pemilihan
Provinsi Aceh;
mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya b. KPU Kabupaten/Kota/Komisi Independen
berdasarkan Undang-Undang ini. Pemilihan Kabupaten/Kota;
Pasal 558 c. Bawaslu Provinsi/Panitia Pengawas Pemilihan
(1) Apabila terjadi hal yang mengakibatkan DKPP Provinsi Aceh; dan
tidak dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan d. Panwaslu Kabupaten/Kota/Panitia Pengawas
ketentuan Undang-Undang ini, Sekretaris DKPP Pemilihan Kabupaten/Kota,
melaksanakan penanganan pelanggaran kode etik yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor
untuk sementara waktu sampai dengan DKPP dapat 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan
melaksanakan tugasnya kembali. Umum berakhir masa tugasnya pada saat
(2) Dalam hal DKPP tidak dapat melaksanakan tugas berlangsungnya tahapan penyelenggaraan pemilihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Presiden kepala daerah dan wakil kepala daerah sampai
dan DPR mengambil keputusan dan/atau tindakan dengan pelantikan kepala daerah dan wakil kepala
yang bersifat strategis agar DKPP dapat daerah terpilih, masa keanggotaannya tidak dapat
melaksanakan tugasnya kembali paling lambat 30 diperpanjang.
(tiga puluh) hari. Pasal 564
BAB II Dalam hal proses seleksi anggota KPU Provinsi dan
KETENTUAN PERALIHAN KPU Kabupaten/Kota serta Bawaslu Provinsi dan
Pasal 559 Bawaslu Kabupaten/Kota yang sedang berlangsung
Segala kewajiban dengan pihak lain yang belum pada saat Undang-Undang ini diundangkan,
selesai dilaksanakan oleh KPU dan Bawaslu periode persyaratan dan proses seleksi yang sedang
sebelumnya atau yang telah berakhir masa tugas berlangsung tersebut tetap dilaksanakan berdasarkan
tetap berlangsung dan dinyatakan tetap berlaku ketentuan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011
menurut tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
Undang-Undang ini. Pasal 565
Pasal 560 (1) Hasil seleksi berdasarkan Undang-Undang Nomor
Keanggotaan DKPP yang mewakili unsur KPU dan 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan
Bawaslu yang telah ditetapkan oleh Presiden sebelum Umum dapat ditetapkan menjadi anggota Bawaslu
Undang-Undang ini diundangkan dinyatakan tidak Kabupaten/Kota sepanjang memenuhi persyaratan
berlaku. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Pasal 561 (2) Tata cara pemenuhan persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Bawaslu. BAB III
Pasal 566 KETENTUAN PENUTUP
(1) Proses peralihan status sekretaris KPU Provinsi, Pasal 569
sekretaris KPU Kabupaten/Kota, pegawai sekretariat Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku,
KPU Provinsi, dan pegawai sekretariat KPU keikutsertaan partai politik lokal di Aceh dalam Pemilu
Kabupaten/Kota menjadi pegawai Sekretariat anggota
Jenderal DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota sepanjang
KPU dilakukan secara bertahap sesuai dengan tidak diatur khusus dalam Undang-Undang yang
ketentuan peraturan perundang-undangan. mengatur mengenai Pemerintahan Aceh, dinyatakan
(2) Proses peralihan status kepegawaian berlaku ketentuan dalam Undang-Undang ini.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pasal 570
Sekretariat Jenderal KPU dengan terlebih dahulu Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua
memberikan pilihan kepada pegawai yang peraturan perundang-undangan yang merupakan
bersangkutan dan berkoordinasi dengan pemerintah peraturan pelaksanaan dari:
daerah. a. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang
(3) Proses peralihan status sekretaris Bawaslu Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
Provinsi dan pegawai sekretariat Bawaslu Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
menjadi pegawai Sekretariat Jenderal Bawaslu Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara
dilakukan secara bertahap sesuai dengan ketentuan Republik Indonesia Nomor 4924);
peraturan perundang-undangan. b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
(4) Proses peralihan status kepegawaian Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101,
Sekretariat Jenderal Bawaslu dengan terlebih dahulu Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
memberikan pilihan kepada pegawai yang Nomor
bersangkutan dan berkoordinasi dengan pemerintah 5246); dan
daerah. c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai peralihan status Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD
kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dalam Peraturan Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara
Pemerintah. Republik Indonesia Nomor 5316),
Pasal 567 dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
(1) Masa jabatan anggota. KPU Provinsi dan KPU bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-
Kabupaten/Kota serta Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Undang ini.
Kabupaten/Kota yang terpilih sebelum berlakunya
Undang-Undang ini adalah tetap 5 (lima) tahun. Pasal 571
(2) Penambahan jumlah anggota KPU Provinsi dan Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
KPU Kabupaten/Kota serta Bawaslu Provinsi dan a. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Bawaslu Kabupaten/Kota harus melalui proses seleksi Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
174 /283 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4924);
ini. b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
(3) Penambahan jumlah anggota KPU Provinsi dan Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara
KPU Kabupaten/Kota serta Bawaslu Provinsi dan Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101,
Bawaslu Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
pada ayat (2) dilaksanakan paling lambat 1 (satu) Nomor
tahun sejak tanggal pengundangan Undang-Undang 5246);
ini. 175 /283
Pasal 568
(1) Dalam hal keanggotaan KPU Provinsi atau KPU c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Kabupaten/Kota belum memenuhi jumlah Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD
keanggotaan sebagaimana dimaksud dalam Undang- (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Undang ini, rapat pleno KPU Provinsi atau KPU Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara
Kabupaten/Kota sah jika dihadiri oleh paling sedikit Republik Indonesia Nomor 5316);
2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota KPU d. Pasal 57 dan Pasal 60 ayat (1), ayat (2), serta ayat
Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota yang dibuktikan (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006
dengan daftar hadir. tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara
(2) Keputusan rapat pleno KPU Provinsi atau KPU Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62,
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat Tambahan
(1) Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633),
sah jika disetujui oleh lebih dari 50% (lima puluh dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
persen) dari jumlah anggota KPU Provinsi atau KPU Pasal 572
Kabupaten/Kota yang hadir.
Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus
ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak
Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal 573
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Disahkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 15 Agustus 2017
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 16 Agustus 2017
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2017 NOMOR 182

Anda mungkin juga menyukai