REPUBLIK INDONESIA
No.1404, 2017 DKPP. Kode Etik Penyelenggara Pemilu. Pedoman
Beracara. Pencabutan.
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -2-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA
PEMILIHAN UMUM TENTANG PEDOMAN BERACARA KODE
ETIK PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Dewan ini yang dimaksud dengan:
1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah
sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah,
Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
2. Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota adalah
Pemilihan untuk memilih gubernur, bupati, dan wali kota
secara demokratis dalam Negara Kesatuan Republik
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-3-
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -4-
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-5-
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -6-
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-7-
BAB II
PRINSIP PERSIDANGAN KODE ETIK
Pasal 2
(1) Persidangan kode etik diselenggarakan dengan prinsip
cepat, terbuka, dan sederhana.
(2) Pengaduan dan/atau Laporan serta persidangan dugaan
pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu tidak
dipungut biaya.
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -8-
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 3
(1) Setiap Penyelenggara Pemilu wajib mematuhi kode etik.
(2) Penegakan kode etik dilaksanakan oleh DKPP.
BAB IV
PENGADUAN DAN/ATAU LAPORAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4
(1) Dugaan pelanggaran kode etik dapat diajukan kepada
DKPP berupa :
a. Pengaduan dan/atau Laporan; dan/atau
b. Rekomendasi DPR.
(2) Pengaduan dan/atau Laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a diajukan oleh:
a. Penyelenggara Pemilu;
b. Peserta Pemilu;
c. tim kampanye;
d. masyarakat; dan/atau
e. pemilih.
(3) Rekomendasi DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b disampaikan oleh DPR kepada DKPP sesuai
dengan Peraturan Tata Tertib DPR.
Bagian Kedua
Persyaratan dan Tata Cara
Pasal 5
(1) Pengaduan dan/atau Laporan dugaan pelanggaraan kode
etik disampaikan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia
sebanyak 2 (dua) rangkap disertai dokumen Pengaduan
dan/atau Laporan dalam format digital yang disimpan
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-9-
Pasal 6
(1) Pengaduan dan/atau Laporan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 diajukan dengan mengisi formulir dan
melampirkan:
a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau identitas lain
Pengadu dan/atau Pelapor;
b. surat pernyataan yang ditandatangani oleh Pengadu
dan/atau Pelapor; dan
c. alat bukti.
(2) Selain melampirkan kelengkapan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pengaduan dan/atau Laporan yang
disampaikan melalui kuasa hukum Pengadu dan/atau
Pelapor wajib melampirkan surat kuasa khusus.
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -10-
Pasal 7
(1) Pengaduan dan/atau Laporan diajukan dengan disertai
paling sedikit 2 (dua) alat bukti.
(2) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. keterangan saksi;
b. keterangan ahli;
c. surat atau tulisan;
d. petunjuk;
e. keterangan para pihak; atau
f. data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca,
dan/atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan
atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang
di atas kertas, benda fisik apa pun selain kertas,
maupun yang terekam secara elektronik atau optik
yang berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,
foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang
memiliki makna.
Pasal 8
(1) Pengaduan dan/atau Laporan dapat disampaikan secara:
a. langsung; atau
b. tidak langsung.
(2) Pengaduan dan/atau Laporan langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a disampaikan kepada
petugas penerima Pengaduan.
(3) Pengaduan dan/atau Laporan tidak langsung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
disampaikan melalui:
a. media elektronik; dan/atau
b. media non-elektronik.
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-11-
Pasal 9
Dalam hal Teradu dan/atau Terlapor yaitu Penyelenggara
Pemilu yang menjabat sebagai:
a. anggota KPU;
b. anggota Bawaslu;
c. anggota KPU Provinsi atau KIP Aceh;
d. anggota Bawaslu Provinsi;
e. anggota KPU Kabupaten/Kota atau KIP Kabupaten/Kota;
f. anggota Bawaslu Kabupaten/Kota;
g. anggota PPLN;
h. anggota Panwaslu LN; atau
i. anggota KPPSLN,
Pengaduan dan/atau Laporan diajukan langsung kepada
DKPP atau Bawaslu.
Pasal 10
Dalam hal Teradu dan/atau Terlapor yaitu Penyelenggara
Pemilu yang menjabat sebagai:
a. anggota PPK;
b. anggota Panwaslu Kecamatan;
c. anggota PPS;
d. anggota Panwaslu Kelurahan/Desa;
e. anggota KPPS; atau
f. Pengawas Tempat Pemungutan Suara,
Pengaduan dan/atau Laporan diajukan langsung kepada
DKPP atau Bawaslu Kabupaten/Kota.
Pasal 11
(1) KPU, KPU Provinsi atau KIP Aceh, KPU Kabupaten/Kota
atau KIP Kabupaten/Kota atau Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota menemukan dugaan
pelanggaran kode etik pada jajaran di bawahnya,
Pengaduan dan/atau Laporan disampaikan kepada DKPP
setelah melalui pemeriksaan secara berjenjang.
(2) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) KPU, KPU Provinsi atau KIP Aceh, KPU
Kabupaten/Kota atau KIP Kabupaten/Kota atau
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -12-
Pasal 12
Dalam hal KPU, KPU Provinsi atau KIP Aceh, KPU
Kabupaten/Kota atau KIP Kabupaten/Kota, PPK, PPS, atau
Peserta Pemilu tidak menindaklanjuti putusan Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota maka
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
mengadukan ke DKPP.
BAB V
PEMERIKSAAN PENGADUAN DAN/ATAU LAPORAN
Bagian Kesatu
Verifikasi Administrasi
Pasal 13
(1) Pengaduan dan/atau Laporan pelanggaran kode etik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10
dilakukan verifikasi administrasi oleh DKPP.
(2) Verifikasi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) untuk memastikan kelengkapan syarat Pengaduan
dan/atau Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,
Pasal 6, dan Pasal 7.
(3) Dalam hal Pengadu dan/atau Pelapor hanya
menguraikan dugaan pelanggaran kode etik anggota PPK,
anggota PPS, anggota KPPS, DKPP menyampaikan
kepada KPU Kabupaten/Kota atau KIP Kabupaten/Kota.
(4) Dalam hal Pengadu dan/atau Pelapor hanya
menguraikan dugaan pelanggaran kode etik anggota
Panwaslu Kecamatan, anggota Panwaslu
Kelurahan/Desa, dan/atau Pengawas TPS, DKPP
menyampaikan kepada Bawaslu Kabupaten/Kota.
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-13-
Pasal 14
(1) Pengaduan dan/atau Laporan pelanggaraan kode etik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, dilakukan
verifikasi administrasi oleh Bawaslu.
(2) Verifikasi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) untuk memastikan kelengkapan syarat Pengaduan
dan/atau Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,
Pasal 6, dan Pasal 7.
(3) Dalam hal Pengaduan dan/atau Laporan belum
memenuhi syarat administrasi, Bawaslu wajib
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -14-
Pasal 15
(1) Pengaduan dan/atau Laporan pelanggaraan kode etik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dilakukan
verifikasi administrasi oleh Bawaslu Kabupaten/Kota.
(2) Dalam hal Pengadu dan/atau Pelapor hanya
menguraikan dugaan pelanggaran kode etik anggota PPK,
PPS dan/atau KPPS, Bawaslu Kabupaten/Kota
menyampaikan kepada KPU Kabupaten/Kota atau KIP
Kabupaten/Kota untuk dilakukan verifikasi dengan
berpedoman pada mekanisme internal KPU
Kabupaten/Kota atau KIP Kabupaten/Kota.
(3) Dalam hal Pengadu dan/atau Pelapor hanya
menguraikan dugaan pelanggaran kode etik anggota
Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa,
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-15-
Pasal 16
(1) Setiap Pengaduan dan/atau Laporan yang disampaikan
secara langsung telah dinyatakan lengkap dan memenuhi
persyaratan diberikan surat tanda terima.
(2) Formulir surat tanda terima Pengaduan dan/atau
Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Dewan ini.
Bagian Kedua
Verifikasi Materiel, Registrasi, dan Penjadwalan Sidang
Pasal 17
(1) Pengaduan dan/atau Laporan yang telah memenuhi
verifikasi administrasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7 dilakukan verifikasi materiel
oleh DKPP.
(2) Verifikasi materiel sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
untuk menentukan kelayakan pengaduan dan/atau
laporan untuk disidangkan.
(3) Dalam hal verifikasi materiel menyatakan Pengaduan
dan/atau Laporan belum memenuhi syarat untuk
disidangkan, DKPP wajib memberitahukan kepada
Pengadu dan/atau Pelapor dan diberi kesempatan untuk
melengkapi.
(4) Pengadu dan/atau Pelapor wajib melengkapi atau
memperbaiki Pengaduan dan/atau Laporan dalam waktu
paling lama 7 (tujuh) Hari setelah menerima
pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Dalam hal Pengadu dan/atau Pelapor tidak melengkapi
dan/atau memperbaiki dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), Pengaduan dan/atau Laporan
gugur dan dapat diajukan kembali sebagai Pengaduan
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -16-
Pasal 18
Pengaduan dan/atau Laporan yang telah memenuhi Verifikasi
Administrasi dan Verifikasi Materiel dicatat dalam buku
registrasi perkara oleh DKPP.
Pasal 19
Dalam hal Pengaduan dan/atau Laporan yang telah dicatat
dalam Berita Acara Verifikasi Materiel dicabut oleh Pengadu
dan/atau Pelapor, DKPP tidak terikat dengan pencabutan
Pengaduan dan/atau Laporan.
Pasal 20
(1) DKPP menetapkan jadwal sidang paling lama 2 (dua) Hari
setelah Pengaduan dan/atau Laporan dinyatakan
memenuhi syarat verifikasi materiel dan dicatat dalam
buku registrasi perkara.
(2) Penetapan Hari sidang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberitahukan kepada Pengadu dan/atau Pelapor dan
diumumkan kepada masyarakat.
(3) Dalam hal Pengaduan dan/atau Laporan dinyatakan
sidang, Pengadu dan/atau Pelapor wajib menyerahkan
dokumen Pengaduan dan/atau Laporan sebanyak 8
(delapan) rangkap disertai dokumen Pengaduan dan/atau
Laporan dalam format digital yang disimpan secara
elektronik dalam media penyimpanan berupa disket,
cakram padat (compact disk) atau yang serupa dengan
itu.
(4) Dalam hal Pengadu dan/atau Pelapor belum
menyerahkan dokumen Pengaduan dan/atau Laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), DKPP menunda
pelaksanaan sidang.
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-17-
BAB VI
PERSIDANGAN
Bagian Kesatu
Persiapan Persidangan
Pasal 21
(1) Sekretariat menyediakan anggaran, sarana dan
prasarana serta keperluan lainnya guna mendukung
penyelenggaraan Persidangan.
(2) Pemeriksaan dugaan pelanggaran kode etik di daerah
dilaksanakan di kantor KPU Provinsi atau KIP Aceh atau
Bawaslu Provinsi atau tempat lainnya.
Pasal 22
(1) Sekretariat menyampaikan panggilan sidang kepada
Pengadu dan/atau Pelapor, Teradu dan/atau Terlapor
paling singkat 5 (lima) Hari sebelum pelaksanaan
Persidangan.
(2) Dalam hal Pengadu dan/atau Pelapor tidak memenuhi
panggilan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tanpa keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan,
berdasarkan hasil persidangan, DKPP dapat menetapkan
putusan.
(3) Dalam hal Teradu dan/atau Terlapor tidak memenuhi
panggilan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Sekretariat menyampaikan panggilan kedua dalam waktu
paling lama 5 (lima) Hari sebelum pelaksanaan
Persidangan.
(4) Dalam hal Teradu dan/atau Terlapor tidak hadir
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), DKPP dan/atau
TPD tetap dapat melaksanakan pemeriksaan dan
menetapkan putusan.
Pasal 23
Dalam keadaan tertentu DKPP dapat menyelenggarakan
sidang jarak jauh.
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -18-
Pasal 24
Penyelenggara Pemilu yang diadukan tidak dapat memberi
kuasa kepada orang lain untuk mewakili dalam Persidangan.
Bagian Kedua
Tata Tertib Persidangan
Pasal 25
(1) Persidangan dilaksanakan dengan tertib, khidmat, aman,
lancar dan berwibawa.
(2) Pengunjung Persidangan wajib menjaga ketertiban,
ketenangan, dan kesopanan dalam Persidangan.
(3) Pengadu dan/atau Pelapor, Teradu dan/atau Terlapor,
saksi, ahli dan Pihak Terkait serta pengunjung
Persidangan dilarang:
a. membawa senjata dan/atau benda lain yang dapat
membahayakan atau mengganggu jalannya
Persidangan;
b. melakukan perbuatan atau tingkah laku yang dapat
mengganggu Persidangan dan/atau merendahkan
kehormatan serta kewibawaan Persidangan; dan
c. merusak dan/atau mengganggu fungsi sarana,
prasarana, atau perlengkapan Persidangan lainnya.
Pasal 26
Pengadu dan/atau Pelapor, Teradu dan/atau Terlapor, saksi,
ahli dan Pihak Terkait serta pengunjung Persidangan wajib:
a. menjaga ketertiban, ketenangan, dan kesopanan.
b. menempati tempat duduk yang telah disediakan; dan
c. menunjukkan sikap hormat kepada Majelis/Tim Pemeriksa.
Pasal 27
(1) Dalam hal Pengadu dan/atau Pelapor, Teradu dan/atau
Terlapor, saksi, ahli dan Pihak Terkait serta pengunjung
melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 dan/atau tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, Ketua
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-19-
Bagian Ketiga
Tata Cara Sidang Pemeriksaan
Pasal 28
(1) Setiap anggota Majelis/Tim Pemeriksa menandatangani
daftar hadir sebelum dimulainya Persidangan.
(2) Petugas membacakan tata tertib Persidangan.
(3) Ketua dan Anggota Majelis/Ketua dan Anggota Tim
Pemeriksa memasuki ruangan.
(4) Menyanyikan lagu Indonesia Raya.
(5) Ketua Majelis/Ketua Tim Pemeriksa menyatakan
Persidangan dibuka dan terbuka untuk umum sebelum
Persidangan dimulai.
(6) Ketua Majelis/Ketua Tim Pemeriksa mengetukkan palu 3
(tiga) kali untuk membuka Persidangan.
(7) Ketua Majelis/Ketua Tim Pemeriksa menanyakan kepada
para pihak apakah diminta atau memberi uang kepada
Majelis/Tim Pemeriksa atau jajaran staf sekretariat pada
setiap Persidangan.
(8) Ketua Majelis/Ketua Tim Pemeriksa menyampaikan
agenda Persidangan setelah Persidangan dibuka.
(9) Ketua Majelis/Ketua Tim Pemeriksa mempersilahkan
Pengadu dan/atau Pelapor, Teradu dan/atau Terlapor
untuk memperkenalkan diri.
(10) Ketua Majelis/Ketua Tim Pemeriksa mempersilahkan
Pengadu dan/atau Pelapor, Teradu dan/atau Terlapor
untuk memperkenalkan saksi dan/atau ahli dan/atau
Pihak Terkait yang diajukan.
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -20-
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-21-
Bagian Keempat
Pelaksanaan Persidangan
Pasal 29
(1) Persidangan dilaksanakan oleh Ketua dan Anggota DKPP.
(2) Dalam hal tertentu persidangan dapat dilaksanakan
secara panel oleh 2 (dua) orang anggota DKPP.
Pasal 30
(1) Anggota DKPP yang berasal dari unsur KPU atau
Bawaslu menjadi Teradu dan/atau Terlapor, anggota
yang bersangkutan tidak dapat menjadi Majelis.
(2) Anggota DKPP dari unsur KPU atau Bawaslu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat digantikan
oleh anggota KPU atau anggota Bawaslu lainnya yang
ditunjuk oleh KPU atau Bawaslu.
(3) Dalam hal Ketua dan seluruh anggota KPU menjadi
Teradu dan/atau Terlapor, pemeriksaan dilakukan oleh
anggota DKPP tanpa melibatkan unsur KPU.
(4) Dalam hal Ketua dan seluruh anggota Bawaslu menjadi
Teradu dan/atau Terlapor, pemeriksaan dilakukan oleh
anggota DKPP tanpa melibatkan unsur Bawaslu.
(5) Dalam hal Ketua dan seluruh anggota KPU serta Ketua
dan seluruh Anggota Bawaslu menjadi Teradu dan/atau
Terlapor, pemeriksaan dilakukan oleh anggota DKPP
tanpa melibatkan unsur KPU dan Bawaslu.
Pasal 31
(1) Sidang DKPP dipimpin oleh Ketua Majelis/Ketua Tim
Pemeriksa.
(2) Dalam hal sidang dilaksanakan oleh TPD, Tim Pemeriksa
dipimpin oleh anggota DKPP.
(3) Majelis/Tim Pemeriksa sidang tidak dapat mengajukan
pertanyaan di luar pokok aduan yang diajukan dalam
pokok perkara.
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -22-
BAB VII
SIDANG PEMERIKSAAN DI DAERAH
Pasal 32
(1) DKPP membentuk TPD untuk melakukan pemeriksaan
dugaan pelanggaran kode etik oleh:
a. anggota KPU Provinsi atau anggota KIP Aceh,
anggota Bawaslu Provinsi, anggota KPU
Kabupaten/Kota atau anggota KIP Kabupaten/Kota,
anggota Bawaslu Kabupaten/Kota; dan/atau
b. anggota PPK, anggota Panwaslu Kecamatan, anggota
PPS, anggota Panwaslu Kelurahan/Desa, anggota
KPPS, Pengawas TPS jika dilakukan bersama
anggota KPU Provinsi atau anggota KIP Aceh,
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-23-
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -24-
(9) Dalam hal Ketua dan seluruh anggota KPU Provinsi atau
KIP Aceh serta Ketua dan seluruh anggota Bawaslu
Provinsi menjadi Teradu, pemeriksaan dugaan
pelanggaran kode etik dilakukan oleh TPD tanpa
melibatkan unsur KPU Provinsi atau KIP Aceh dan
Bawaslu Provinsi.
(10) Pemeriksaan dugaan pelanggaran kode etik
menghadirkan Teradu dan/atau Terlapor, Pengadu
dan/atau Pelapor, dan dapat menghadirkan saksi, ahli
dan/atau Pihak Terkait.
Pasal 33
(1) Dalam hal Ketua Tim Pemeriksa berhalangan, Ketua
DKPP dapat menugaskan anggota DKPP lainnya sebagai
pengganti.
(2) Dalam hal Ketua dan seluruh Anggota DKPP berhalangan
menjadi TPD, pelaksanaan sidang pemeriksaan ditunda
dan dilakukan penjadwalan ulang.
Pasal 34
(1) Dalam hal TPD dari unsur KPU Provinsi atau KIP Aceh
dan/atau Bawaslu Provinsi berhalangan, KPU Provinsi
atau KIP Aceh dan/atau Bawaslu Provinsi dapat
mengajukan pengganti.
(2) Dalam hal anggota TPD dari unsur masyarakat
berhalangan, DKPP dapat menugaskan anggota TPD
unsur masyarakat lainnya.
Pasal 35
(1) Dalam hal sidang pemeriksaan dianggap cukup, Ketua
Tim Pemeriksa menyatakan sidang pemeriksaan selesai
dan ditutup.
(2) Setelah sidang pemeriksaan ditutup, Tim Pemeriksa
Daerah dapat melaksanakan rapat.
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-25-
BAB VIII
PENETAPAN PUTUSAN
Pasal 36
(1) Rapat Pleno penetapan putusan dilakukan paling lama
10 (sepuluh) Hari setelah sidang pemeriksaan dinyatakan
ditutup.
(2) Rapat Pleno DKPP dilakukan secara tertutup yang
dihadiri oleh 7 (tujuh) orang anggota DKPP, kecuali
dalam keadaan tertentu dihadiri paling sedikit 5 (lima)
orang anggota DKPP.
(3) Rapat pleno DKPP mendengarkan penyampaian hasil
Persidangan.
(4) DKPP mendengarkan pertimbangan para anggota DKPP
untuk selanjutnya menetapkan putusan.
(5) Dalam hal anggota DKPP tidak dapat menghadiri Rapat
Pleno DKPP, anggota DKPP yang tidak hadir
menyampaikan pendapat tertulis untuk dibacakan dalam
Rapat Pleno DKPP.
(6) Dalam hal anggota DKPP sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) tidak menyampaikan pendapat secara tertulis,
dianggap menyetujui keputusan Rapat Pleno.
(7) Penetapan keputusan dalam Rapat Pleno DKPP
dilakukan secara musyawarah untuk mufakat.
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -26-
Pasal 37
(1) Sidang pembacaan putusan dilakukan paling lambat 30
(tiga puluh) Hari sejak Rapat Pleno penetapan putusan
(2) Putusan yang telah ditetapkan dalam Rapat Pleno DKPP
diucapkan dalam Persidangan dengan memanggil pihak
Teradu dan/atau Terlapor, pihak Pengadu dan/atau
Pelapor, dan/atau Pihak Terkait.
(3) Amar putusan DKPP menyatakan:
a. Pengaduan dan/atau Laporan tidak dapat diterima;
b. Teradu dan/atau Terlapor terbukti melanggar; atau
c. Teradu dan/atau Terlapor tidak terbukti melanggar.
(4) Dalam hal amar putusan DKPP menyatakan Teradu
dan/atau Terlapor terbukti melanggar, DKPP
menjatuhkan sanksi berupa :
a. teguran tertulis;
b. pemberhentian sementara; atau
c. pemberhentian tetap.
(5) Dalam hal amar putusan DKPP menyatakan Pengaduan
dan/atau Laporan tidak terbukti, DKPP merehabilitasi
Teradu dan/atau Terlapor.
(6) Dalam hal Pengadu dan/atau Pelapor atau Pihak Terkait
yang merupakan Penyelenggara Pemilu terbukti
melanggar kode etik dalam pemeriksaan persidangan,
DKPP dapat memerintahkan jajaran KPU dan/atau
Bawaslu untuk melakukan pemeriksaan.
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-27-
Pasal 38
(1) Dalam hal pengaduan dan/atau laporan telah
diregistrasi, sidang pemeriksaan terhadap Teradu
dan/atau Terlapor yang tidak lagi sebagai Penyelenggara
Pemilu dapat tetap dilanjutkan.
(2) Teradu dan/atau Terlapor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) apabila terbukti melakukan pelanggaran kode
etik yang sanksinya pemberhentian tetap, DKPP dapat
menjatuhkan sanksi untuk tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Penyelenggara Pemilu.
Pasal 39
(1) Putusan DKPP bersifat final dan mengikat.
(2) Penyelenggara Pemilu wajib melaksanakan putusan
DKPP paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak putusan
dibacakan.
(3) Dalam hal putusan DKPP menjatuhkan sanksi
pemberhentian tetap, jajaran KPU dan/atau Bawaslu
memberhentikan sementara sebelum surat keputusan
pemberhentian tetap diterbitkan.
(4) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
Panwaslu Kecamatan mengawasi pelaksanaan Putusan
DKPP.
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -28-
Pasal 40
(1) Salinan Putusan DKPP disampaikan kepada :
a. Teradu dan/atau Terlapor;
b. Pengadu dan/atau Pelapor; dan
c. Pihak Terkait lainnya.
(2) Penyampaian salinan putusan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), untuk ditindaklanjuti.
BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 41
(1) KPU melakukan pemeriksaan dugaan pelanggaran kode
etik anggota PPLN dan KPPSLN dengan berpedoman pada
asas transparansi dan akuntabilitas.
(2) KPU Kabupaten/Kota atau KIP Kabupaten/Kota
melakukan pemeriksaan dugaan pelanggaran kode etik
anggota PPK/PPD, PPS, dan KPPS dengan berpedoman
pada Peraturan KPU.
(3) Bawaslu melakukan pemeriksaan dugaan pelanggaran
kode etik anggota Panwaslu LN dengan berpedoman pada
asas transparansi dan akuntabilitas.
(4) Bawaslu Kabupaten/Kota melakukan pemeriksaan
dugaan pelanggaran kode etik anggota Panwaslu
Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, dan Pengawas
TPS berpedoman pada Peraturan Bawaslu.
Pasal 42
(1) Dalam hal Rapat Pleno KPU memutus pemberhentian
anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1),
yang bersangkutan diberhentikan sementara sebagai
PPLN, dan KPPSLN sampai dengan diterbitkannya
keputusan pemberhentian.
(2) Dalam hal Rapat Pleno KPU Kabupaten/Kota atau KIP
Kabupaten/Kota memutus pemberhentian anggota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2), yang
bersangkutan diberhentikan sementara sebagai anggota
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-29-
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 43
Penyelesaian pelanggaran kode etik yang masih diproses dan
belum diputus sebelum berlakunya Peraturan Dewan ini,
dilaksanakan berdasarkan Peraturan Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Pedoman Beracara Kode Etik Penyelenggara Pemilihan Umum
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun
2017 tentang Pedoman Beracara Kode Etik Penyelenggara
Pemilihan Umum.
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -30-
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Pada saat Peraturan Dewan ini mulai berlaku, Peraturan
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1
Tahun 2013 tentang Pedoman Beracara Kode Etik
Penyelenggara Pemilihan Umum (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 1603) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2017 tentang Pedoman
Beracara Kode Etik Penyelenggara Pemilihan Umum (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 810), dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-31-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Oktober 2017
ttd
HARJONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 9 Oktober 2017
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -32-
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-33-
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -34-
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-35-
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -36-
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-37-
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -38-
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-39-
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404 -40-
www.peraturan.go.id
2017, No. 1404
-41-
www.peraturan.go.id