Anda di halaman 1dari 2

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah yuridis

normatif dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan


konseptual (conceptual approach), dan pendekatan sejarah (historycal approach).
Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Data yang digunakan berupa
data sekunder dengan bahan utama berupa bahan hukum primer (peraturan
perundang-undangan) dan bahan hukum sekunder berupa literatur buku-buku teks
dan jurnal ilmiah mengenai Asesmen Terpadu dalam tindak pidana narkotika.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif.

Asesmen terpadu adalah strategi agar penegakan hukum terkait narkoba


lebih efektif dengan mengurangi permintaan melalui upaya rehabilitasi
penyalahguna dan pecandu narkotika.

Secara umum, ada tiga strategi utama untuk mengatasi kejahatan terkait
narkotika lintas negara, yaitu, pengurangan permintaan (demand reduction),
pengurangan bahaya (harm reduction), dan pengurangan pasokan (supply
reduction).1

Oleh karena itu, pemerintah dewasa ini menekankan juga pada aspek
demand reduction, yakni menekan angka permintaan. Langkah diambil guna
menekan angka permintaan tersebut adalah melalui penanganan pecandu dan
penyalahguna perkara narkotika yang lebih serius

Pemerintahan mulai menekankan aspek pengurangan permintaan (demand


reduction). Langkah-langkah yang kemudian diambil untuk mengurangi jumlah
permintaan adalah dengan penanganan pecandu dan penyalahguna narkotika yang
lebih serius.

Guna melancarkan langkah tersebut, dikeluarkanlah Peraturan Bersama


Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia, Menteri Republik Indonesia, Menteri Sosial
Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, Kepala Kepolisian
Republik Indonesia, Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia
1
Yeni Handayani, “Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Narkotika”, Jurnal Rechtsvinding,
(2015): hlm. 1–5.
tentang Penanganan Pecandu Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi.
Peraturan tersebut mendasari dibentuk Tim Asesmen Terpadu, yang terdiri dari
anggota BNN, Kepolisian, Kejaksaan dan Bappas.

Untuk memfasilitasi langkah ini, maka dikeluarkan Peraturan bersama


oleh Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia, Menteri Kesehatan Republik Indonesia dan
Menteri Sosial Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, Kepala
Kepolisian Republik Indonesia, Kepala Badan Narkotika Nasional Republik
Indonesia Nomor 01/PB/MA/III/2014, Nomor 03 Tahun 2014, Nomor 11 Tahun
2014, Nomor 03 Tahun 2014 Per-005/A/JA/03/2014, Nomor 1 Tahun 2014
Perber/01/III/2014/BNN tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi. Peraturan ini menjadi
dasar pembentukan tim asesmen terpadu yang terdiri dari anggota Badan
Narkotika Nasional, Kepolisian, Kejaksaan, dan Bappas.

Anda mungkin juga menyukai