Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA”

Tugas Terstruktur Mata Kuliah Pemeriksaan Keuangan Daerah

OLEH
NAMA : ANGGRI K.Y NDUN
NPP : 24.1369
KELAS : D-5
DOSEN : H. BASUKI RAHMAT,MM.,M.Si

FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada

waktunya. Makalah ini membahas tentang Badan Pemeriksa Keuangan yang ada

di  Indonesia dan eksistensinya dalam kehidupan bangsa yang.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan

akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu,

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang

setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk

penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan

untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

                                                               

Jatinangor, Oktober 2016

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

       Badan pemeriksa keuangan (BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam system

ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan

tanggungjawab keuangan negara. BPK bersifat bebas dan mandiri. BPK memiliki tugas yang

begitu besar seperti memeriksa seluruh keuangan negara yang berasal dari berbagai lembaga.

Banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengetahui apa tugas, fungsi dari BPK itu sendiri.

Sehingga dalam makalah ini kami akan menjelaskan lebih rinci mengenai BPK agar

masyarakat Indonesia khususnya mahasiswa mengetahui apa BPK yang sebenarnya.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana awal mula adanya BPK?

2.      Apa yang dimaksud dengan BPK?

3.      Apa fungsi dan tugas BPK?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui sejarah BPK

2.      Memahami definisi BPK

3.      Mengetahui fungsi dan tugas dari BPK

D.    Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah agar para pembaca makalah ini

mengetahui sejarah BPK, definisinya, fungsi dan tugas dari BPK. Sehingga masyarakat

Indonesia paham mengenai BPK.


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Sejarah Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

        Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggung

jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang

peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada

Dewan Perwakilan Rakyat.

Berdasarkan amanat UUD Tahun 1945 tersebut dikeluarkan Surat Penetapan Pemerintah

No.11/OEM tanggal 28 Desember 1946 tentang pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan,

pada tanggal 1 Januari 1947 yang berkedudukan sementara dikota Magelang. Pada waktu itu

Badan Pemeriksa Keuangan hanya mempunyai 9 orang pegawai dan sebagai Ketua Badan

Pemeriksa Keuangan pertama adalah R. Soerasno. Untuk memulai tugasnya, Badan

Pemeriksa Keuangan dengan suratnya tanggal 12 April 1947 No.94-1 telah mengumumkan

kepada semua instansi di Wilayah Republik Indonesia mengenai tugas dan kewajibannya

dalam memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara, untuk sementara masih

menggunakan peraturan perundang-undangan yang dulu berlaku bagi pelaksanaan tugas

Algemene Rekenkamer (Badan Pemeriksa Keuangan Hindia Belanda), yaitu ICW dan IAR.

Dalam penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember 1948 tempat kedudukan Badan

Pemeriksa Keuangan dipindahkan dari Magelang ke Yogyakarta. Negara Republik Indonesia

yang ibukotanya di Yogyakarta tetap mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23

ayat (5) UUD Tahun 1945; Ketuanya diwakili oleh R. Kasirman yang diangkat berdasarkan

SK Presiden RI tanggal 31 Januari 1950 No.13/A/1950 terhitung mulai 1 Agustus 1949.

Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat (RIS) berdasarkan

Piagam Konstitusi RIS tanggal 14 Desember 1949, maka dibentuk Dewan Pengawas
Keuangan (berkedudukan di Bogor) yang merupakan salah satu alat perlengkapan negara

RIS, sebagai Ketua diangkat R. Soerasno mulai tanggal 31 Desember 1949, yang sebelumnya

menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta. Dewan Pengawas

Keuangan RIS berkantor di Bogor menempati bekas kantor Algemene Rekenkamer pada

masa pemerintah Netherland Indies Civil Administration (NICA).

Dengan kembalinya bentuk negara menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia pada

tanggal 17 Agustus 1950, maka Dewan Pengawas Keuangan RIS yang berada di Bogor sejak

tanggal 1 Oktober 1950 digabung dengan Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUDS

1950 dan berkedudukan di Bogor menempati bekas kantor Dewan Pengawas Keuangan RIS.

Personalia Dewan Pengawas Keuangan RIS diambil dari unsur Badan Pemeriksa Keuangan

di Yogyakarta dan dari Algemene Rekenkamer di Bogor.

Pada tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan Dekrit Presiden RI yang menyatakan berlakunya

kembali UUD Tahun 1945. Dengan demikian Dewan Pengawas Keuangan berdasarkan UUD

1950 kembali menjadi Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan Pasal 23 (5) UUD Tahun

1945.

Meskipun Badan Pemeriksa Keuangan berubah-ubah menjadi Dewan Pengawas Keuangan

RIS berdasarkan konstitusi RIS Dewan Pengawas Keuangan RI (UUDS 1950), kemudian

kembali menjadi Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUD Tahun 1945, namun

landasan pelaksanaan kegiatannya masih tetap menggunakan ICW dan IAR.

Dalam amanat-amanat Presiden yaitu Deklarasi Ekonomi dan Ambeg Parama Arta, dan di

dalam Ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960 serta resolusi MPRS No. 1/Res/MPRS/1963

telah dikemukakan keinginan-keinginan untuk menyempurnakan Badan Pemeriksa

Keuangan, sehingga dapat menjadi alat kontrol yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu maka

pada tanggal 12 Oktober 1963, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-undang No. 7 Tahun 1963 (LN No. 195 Tahun 1963) yang kemudian
diganti dengan Undang-Undang (PERPU) No. 6 Tahun 1964 tentang Badan Pemeriksa

Keuangan Gaya Baru.

Untuk mengganti PERPU tersebut, dikeluarkanlah UU No. 17 Tahun 1965 yang antara lain

menetapkan bahwa Presiden, sebagai Pemimpin Besar Revolusi pemegang kekuasaan

pemeriksaan dan penelitian tertinggi atas penyusunan dan pengurusan Keuangan Negara.

Ketua dan Wakil Ketua BPK RI berkedudukan masing-masing sebagai Menteri coordinator

dan Menteri.

Akhirnya oleh MPRS dengan Ketetapan No.X/MPRS/1966 Kedudukan BPK RI

dikembalikan pada posisi dan fungsi semula sebagai Lembaga Tinggi Negara. Sehingga UU

yang mendasari tugas BPK RI perlu diubah dan akhirnya baru direalisasikan pada Tahun

1973 dengan UU No. 5 Tahun 1973 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan telah mendapatkan dukungan

konstitusional dari MPR RI dalam Sidang Tahunan Tahun 2002 yang memperkuat

kedudukan BPK RI sebagai lembaga pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu

dengan dikeluarkannya TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali

kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal

keuangan negara dan peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen

dan profesional.

Untuk lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK RI dalam UUD

Tahun 1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen, BPK RI hanya diatur dalam satu ayat

(pasal 23 ayat 5). Kemudian dalam Perubahan Ketiga UUD 1945 dikembangkan menjadi satu

bab tersendiri (Bab VIII A) dengan tiga pasal (23E, 23F, dan 23G) dan tujuh ayat.

Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat Undang-Undang di

bidang Keuangan Negara, yaitu;

1.      UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara


2.      UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara

3.      UU No.15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan  dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara

B.     Definisi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

      Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam system

ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan

taggungjawab keuangan negara (Pasal 23E UUD 1945 dan Pasal 2 UU No.15 Tahun 2006

tentang badan pemeriksa Keuangan).  Menurut uud 1945, bpk merupakan lembaga yang

bebas dan mandiri.

Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyatdengan memperhatikan

pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh Presiden.  Hasil pemeriksaan

keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD(sesuai dengan kewenangannya).

C.    Tugas, Fungsi, Jenis-Jenis Pemeriksaan dan Laporan Hasil Pemeriksaan Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK)

1.      Tugas Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan

oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, Badan

Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),

dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara (Pasal 6 ayat (1) UU No. 15

tahun 2006).

Yang dimaksud “keuangan negara” meliputi semua unsur keuangan negara sebagaimana

dimaksud dalam undang-undang keuangan negara yakni semua hak dan kewajiban negara

yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang

yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut. Yang dimaksud “lembaga atau badan lain” antara lain badan hukum milik negara,

yayasan yang mendapat fasilitas negara, komisi-komisi yang dibentuk dengan undang-

undang, dan badan swasta yang menerima dan/atau mengelola uang negara.

2.      Fungsi Badan Pemeriksa Keuangan

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keuangan negara, fungsi

BPK dapat dikategorikan ke dalam empat fungsi yakni fungsi pemeriksaan, fungsi

rekomendasi, fungsi quasi yudisial dan fungsi legislasi.

1)      Fungsi pemeriksaan, tercemin dalam tugas BPK melakukan pemeriksaan terhadap

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dengan semua aspeknya.

2)      Fungsi rekomendasi, tercermin dari konsekuensi bahwa hasil pemeriksaan atas pengelolaan

dan tanggung jawab keuangan negara selalu diikuti dengan rekomendasi yaitu saran

berdasarkan hasil pemeriksaannya, yang ditujukan kepada orang dan/atau badan yang

berwenang untuk melakukan tindakan dan/atau perbaikan. (Pasal 1 butir 12, Pasal 16 ayat

(2)  dan Pasal 20 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2004).

3)      Fungsi quasi yudisial, tercermin dari tugas BPK mengenakan ganti kerugian negara/daerah

terhadap bendahara dan pengelola perusahaan negara/daerah menurut tata cara yang

ditetapkan, yakni tata cara berupa proses penuntutan yang menyerupai layaknya proses

peradilan (Pasal 62 ayat (1) UU No. 1 Tahun 2004 dan Pasal 22 UU No. 15 Tahun 2004).

4)      Fungsi legislasi, tercermin dari kewenangan BPK untuk menetapkan peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

negara dalam bentuk peraturan BPK, yang mempunyai kekuatan yang mengikat pihak-pihak

yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang BPK (Pasal 6 ayat (6) UU No. 15

tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan).

3.      Jenis-jenis Pemeriksaan BPK


Pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara terdiri atas

pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

1)      Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Laporan hasil

pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah memuat opini.

2)      Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas

pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan aspek efektivitas. Laporan hasil

pemeriksaan kinerja memuat temuan, kesimpulan, dan rekomendasi.

3)      Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi antara lain pemeriksaan atas hal-hal lain di

bidang keuangan, pemeriksaan investigative, dan pemeriksaan atas system pengendalian

intern pemerintah. Pemeriksaan investigative adalah pemeriksaan dengan tujuan untuk

mengungkap adanya indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana. Laporan hasil

pemeriksaan dengan tujuan tertentu memuat kesimpulan.

4.      Laporan Hasil Pemeriksaan

Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah, laporan hasil

pemeriksaan kinerja pemerintah daerah, dan laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu

di daerah disampaikan kepada DPRD dan gubernur/bupati/walikotaa bersangkutan sesuai

dengan kewenangannya.
BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) lembaga tinggi negara dalam system ketatanegaraan Indonesia
yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan taggungjawab keuangan negara. Menurut uud 1945, bpk

merupakan lembaga yang bebas dan mandiri.BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga

negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Layanan

Umum, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan lembaga atau badan lain yang mengelola

keuangan negara.

B.     SARAN

BPK adalah lembaga tertinggi di Indonesia yang memiliki tanggung jawab mengenai

keuangan negara. Jadi sangatlah penting apabila para pejabat yang ada di lingkungan BPK

bekerja dengan baik tidak melakukan penyimpangan. Karena menyangkut hajat orang

banyak. Mahasiswa saat ini adalah penerus dimasa yang akan datang, mahasiswa adalah

agent of change sehingga tugas mahasiswalah supaya membuat Indonesia sejahtera tanpa

korupsi.  
DAFTAR PUSTAKA

Sumber: http://www.bpk.go.id/page/sejarah

Veronicasandhyputra.blogspot.com/2013/03/tugas-dan-wewenang-bpk-badan-

pemeriksa.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai