Anda di halaman 1dari 5

VULNERABILITY TO FRAUD, THEFT AND

CORRUPTION

Oleh:

Nurita Fauzia

196020300111021

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Audit Sektor Publik

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI

PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
CHAPTER 10
KERENTANAN TERHADAP FRAUD, PENCURIAN DAN KORUPSI
Sistem birokrasi dirancang untuk menertibkan kedalam pelaksanaan
administrasi publik. Tetapi kepercayaan yang ditempatkan dalam suatu
regulasi dan prosedur dari birokrasi seringkali justru menjadi adanya suatu
kesempatan untuk melakukan hal fraud, pencurian maupun korupsi.
Birokrasi membuat hubungan antara informasi personal dengan identitas
aktual personal yang dapat dengan mudah untuk diakses dan
disalahgunakan melalui exploitasi. Setiap teknik dari perkembangan
administrasi dengan menggunakan sebuah teknologi dalam
penerapannya justru mempermudah atau membuat asimetri antara
adminitrasi yang baik dengan hal yang melanggar seperti fraud, pencurian
dan korupsi sehingga penggunaannya harus ditekan dengan adanya
regulasi.
TIPE DARI FRAUD, PENCURIAN DAN KORUPSI
Fraud, pencurian dan korupsi dapat ditemui dari beberapa tingkatan,
diantaranya:
 Ketika adanya pembayaran dibawah standar yang diterima
pegawai pelayanan publik yang membutuhkan dana sehingga
adanya kesempatan, rasionalitas dan tekanan untuk
melakukkannya (contoh: pembuatan pasport)
 Ketika dalam suatu struktur otoritas publik memperkaya diri sendiri
untuk kemaslahatannya agar dapat memberikan kedigdayaan bagi
dirinya
 Ketika adanya suap menyuap terkait dengan komersialitas dan
kontrak yang terjadi, misalnya suap untuk proyek kegiatan
 Ketika perekonomian disalahgunakan dengan melakukan kegiatan
yang bersifat ilegal, misalnya saja penjualan yang tidak
diperbolehkan secara regulasi atau diatur penjualannya tetapi
masih dapat diperualbelikan secara bebas.
APA ITU FRAUD, PENCURIAN DAN KORUPSI
Fraud adalah suatu bentuk penipuan yang disengaja/direncakan demi
keuntungan dan kemakmuran pribadi/perseorangan atau untuk
merusak/mengganggu kehidupan dan kekayaan orang lain. Pencurian
adalah sebuah proses pengambilan properti milik orang lain secara tidak
sah tanpa seizin pemilik. Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara
(perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Sehingga dari ketiga pengertian tersebut, ketiganya sama-sama bersifat
akuisisi terhadap apa yang bukan menjadi haknya dan hal tersebut
merupakan tidak beretika.
DEFINISI ISTILAH
Dalam kondisi saat ini, istilah-istilah tersebut memiliki makna yang sama
meskipun berbeda dalam pengartian umumnya, dari istilah yang sudah
dipaparkan melalui sumber-sumber yang relevan dengan sumber utama,
maka istilah dari ketiga hal tersebut dapat ditelaah secara mudah
perbedaannya.
Peran auditor eksternal dalam mendeteksi fraud, dipaparkan dalam
Standar Audit Internasional yang salah satu poin penting menyebutkan
bahwa Tanggung jawab seorang auditor adalah untuk mempertimbangkan
fraud dalam audit laporan keuangan.
Untuk menentukan apakah sebuah tingkatan manajemen tersebut
melakukan fraud atau tidaknya, maka terdapat suatu pengujian sehingga
dapat membuka suatu permasalahan agar fraud tersebut dapat terdeteksi.
Perilaku pelaku dianggap memiliki kapabilitas berkata yang sebenarnya
ketika pelaku dapat memberikan argumen yang relevan dengan yang
senyatanya dan taat terhadap hukum yang berlaku. Sistem, hukum dan
lingkungan yang berbeda bisa saja mempengaruhi atau memiliki dampak
yang berbeda pula dalam penerapannya dan interpretasi terhadap
ketiganya juga bisa berbeda tergantung dari persepsi masing-masing
yang memiliki kepentingan didalamnya.
KRIMINAL DAN HUKUMAN
Ketika risiko deteksi tinggi dan skala hukuman cukup proporsional untuk
mencegah aktivitas fraud atau kriminal maka kemungkinan tidak ada
insentif bagi pelaku untuk berhenti. Kriminal dan hukuman yang diberikan
harus sesuai kadar kejahatan yang dilakukan, jangan sampai kriminal
bertambah justru hukuman yang diberikan justru berkurang, harus tetap
proporsional diantara keduanya, sebisa mungkin kriminal tersebut
dikurangi angka terjadinya sehingga aturan yang ada atau hukuman yang
ada hanyalah tinggal menunggu datangnya kriminal.
MASALAH YANG DIHADAPI OLEH UK: DIAGNOSIS DAN
MENYEMBUHKAN
NAO telah mengidentifikasi tiga jenis fraud, pencurian dan resiko
terjadinya korupsi dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat
disosialisasikan secara luas dan dibagi dalam beberapa kategori:
 Kelemahan makro, seperti yang dalam sistem manfaat UK,dimana
kompleksitas sistem membuat mereka rentan terhadap penipuan.
 Kelemahan mikro, di mana individu menyalahgunaka kepercayaan
yang diberikan, atau kurangnya pemeriksaan yang tepat atau
pemisahan tugas.
 Kegagalan untuk menguji skema pilot yang bena, seperti yang
dialami oleh tiap individu dalam masalah akun, menciptakan suatu
sistem di abaikan di mana fraud dapat terjadi.
KELEMAHAN MAKRO: MANFAAT PROGRAM JAMINAN SOSIAL DAN
KREDIT PAJAK
Kompleksitas dalam skema yang dirancang untuk menangani dan
menyalurkan dana pada masyarakat dapat meningkatkan risiko fraud
terjadi. Kerumitan manfaat perumahan, khususnya pengolahan yang
berakibat pada kesulitan dalam pemerintah setempat yang harus
mengecek klaim dan melakukan pembayaran, hal tersebut merupakan
kelemahan. Desain sistem kredit pajak juga telah memberikan
kesempatan terjadinya bentuk fraud yang lain, sistem yang kompleks yang
bergantung pada penilaian sementara yang dibuat berdasarkan pada data
yang tidak akurat, sering berubah dan banyak terjadi manipulasi.
KELEMAHAN MIKRO: PENYALAHGUNAAN KEPERCAYAAN
Kegagalan dalam mempertahankan internal control yang tepat dapat
menimbulkan bagi seseorang untuk memanfaatkan kelemahan tersebut
untuk melakukan fraud. Namun, dalam beberapa tahun terakhir kesadaran
yang jauh lebih besar terhdapa risiko yang ditimbulkan oleh individu untuk
menyalahgunakan sistem pengendalian, dan banyak dorongan terhadap
perlunya dilakukan mendeteksi dan mencegah kegiatan kriminal yang
sama di masa depan agar tidak terjadi lagi.
KEGAGALAN DALAM MENGARAHKAN: FRAUD DAN PENGABAIAN
Jika fraud dan korupsi harus dihindari, atau setidaknya meminimalkan
risiko terjadinya, maka pentingnya dilakukan pengujian yang ketat
terhadap sistem dan prosedur sebelum fraud dan korupsi tersebut
merajalela. Sebelumnya pada kasus fraud yang banyak terjadi pada
pencurian identitas dalam hal kredit pajak yang disebabkan oleh lemahnya
tingkat keamanan yang diterapkan.
PERUBAHAN SIFAT FRAUD: IDENTITAS PELAKU FRAUD,
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KRIMINALITAS TEORGANISASI
Ciri khas pandangan trandisional mengenai fraud dan korupsi fokus pada
kesalahan atau informasi menyesatkan, dan bersandar pada
“backhanders”, komisi, dan suap dalam memperlancar transaksi
perdagangan. Namun, sifat ancaman yang dihadapi oleh pemerintah dan
perusahaan telah berubah secara cepat, melalui teknologi baru dan cara
baru mendapatkan dana melalui tindakan kriminal. Peningkatan
penggunaan teknologi berarti bahwa pelaku kriminal mampu mencegat
dan mengeksploitasi informasi yang sebelumnya dilakukan secara aman
melalui penggunaan hard copy. Kemampuan untuk melakukan pencucian
uang melalui transfer dana elektronik juga berarti bahwa fraud dapat
dilakukan lintas batas.
Penggunaan teknologi informasi untuk tujuan fraud dan pencucian uang
menunjukkan kebutuhan pemerintah untuk menjamin legalitas tindakan
untuk melawan tindakan kriminal tersebut. Antara tahun 1996 sampai
1998, staf PBB dalam misi di Bosnia, Charles Kim, telah melakukan fraud
terhadap organisasi sampai dengan $500,000 dengan menyetujui tagihan
pembayaran yang dia ketahui salah. Tindakan fraud ini kemudian
dilakukan kembali oleh staf kedutaan Inggris di Tel Aviv dan kejadian ini
dilaporkan ke NAO. Kim kemudian dihukum dengan peraturan US yang
mencakup fraud semacam itu, karena pembayaran yang dia otorisasi
dilakukan dari akun bank US.

Anda mungkin juga menyukai