Anda di halaman 1dari 33

MURJANIANSYAH, SE., MM.

, CFrA
Investigasi Perwakilan BPKP Provinsi Banten
LATAR BELAKANG
 Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2014 tentang Aksi
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014
Lampiran nomor 76:
“BPKP sebagai penanggung jawab Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi melalui implementasi Fraud
Control Plan pada instansi pemerintah dan badan usaha
milik pemerintah”

2
Intruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014
tentang
Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan
Fungsi Pengawasan Intern dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat

Mengintensifkan peran Aparat Pengawasan Intern


Pemerintah di lingkungan masing-masing dalam rangka
meningkatkan kualitas, transparansi, dan akuntabilitas dalam
pengelolaan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional
serta meningkatkan upaya pencegahan korupsi.

Memerintahkan kepada BPKP untuk melakukan evaluasi terhadap


penerapan sistem pengendalian intern dan sistem pengendalian
kecurangan yang dapat mencegah, mendeteksi, dan menangkal
korupsi;

3
Semua organisasi memiliki risiko fraud. Fraud
yang besar telah menyebabkan jatuhnya
organisasi, kerugian investasi besar-besaran, biaya
hukum yang signifikan besar, penahanan individu
kunci organisasi, dan menurunnya kepercayaan
masyarakat terhadap organisasi dan untuk
perusahaan menurunnya kepercayaan pasar
modal.

BPKP khususnya Deputi Bidang Investigasi


tergerak untuk ikut berperan dalam perang
terhadap fraud melalui program Fraud Control
Plan, yang merupakan tindakan pencegahan
terhadap fraud bgi organisasi.
Fraud
ACFE - > “occupational fraud and abuse”
Penggunaan kedudukan seseorang untuk memperkaya
diri sendiri melalui penyalahgunaan yang disengaja
atau penyalahgunaan sumberdaya atau aset organisasi.
KORUPSI
UU Nomor 31 Tahun 19999 tentang TPK “Setiap orang yang
secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau
orang lain, atau suatu korporasi, yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara”
Formula sederhana Korupsi, sesuai buku Executive Roadmap
to Fraud Prevention and Internal Control:
C (oruption) = P(ower) – A(ccountability)
Konflik Kepentingan Kewenangan Desentralisasi Pertanggungjawaban Amanah
Suap Transparan
Gratifikasi Diskresi Kebijakan Akuntabel
Ekonomi Biaya Tinggi Penggunaan Sumber Daya Partisipatif
Taat Hukum
PENYEBAB KORUPSI

Perceived
Opportunity

FraudTriangle

Pressure Rationalization

FRAUD TRIANGLE
Donald R. Cressey, others people money, A study in the social psychology of
Embezzlement.
Penyebab Korupsi
(Hasil Work Shop BPKP)
 Aspek Intitusi/administrasi
 Aspek Manusia
 Aspek Sosial Budaya
Penyebab Korupsi – Aspek Institusi/ Administrasi

 Peraturan perundang-undangan tidak realistis dan


tidak akomodatif thd pencegahan dan
penanggulangan korupsi
 Ketidakjelasan definisi dan standar operasi
 Prosedur administrasi yang rumit
 Kurangnya Keterbukaan Informasi
 Ketiadaan pusat organisasi yang khusus menangani
masalah anti korupsi

9
Penyebab Korupsi – Aspek Manusia

 Rendahnya integritas dan etika


 Sikap dan perilaku egoistik
 Rendahnya penghasilan dan penghargaan
 Krisis kepemimpinan
 Rendahnya kadar ketaqwaan
 Perilaku dapat menular

10
Penyebab Korupsi – Aspek Sosial Budaya

 Hubungan yang erat antara politisi, unsur pemerintah,


dan organisasi non-pemerintah
 Kultur yang cenderung permisif
 Masyarakat kurang peduli terhadap permasalahan
korupsi
 Pergeseran nilai logika, sosial dan ekonomi.

11
Dampak Fraud
 Rusaknya sistem tatanan masyarakat
 Penderitaan sebagian besar masyarakat
 Ekonomi biaya tinggi
 Munculnya berbagai masalah sosial
 Sikat frustrasi, ketidakpercayaan dan apatis terhadap
pemerintah.
MENGAPA PREVENTIF?
 Jika telah terjadi, korupsi mengakibatkan kerugian
keuangan yang besar
 Pengembalian atas uang negara yang dikorupsi
sangat kecil
 Kasus korupsi, merusak reputasi baik institusi
maupun individu
 Proses litigasi menyita waktu dan biaya, baik bagi
aparat hukum maupun calon tersangka
 Semakin lama kejadian korupsi tidak terungkap
semakin memberi peluang pelaku korupsi untuk
menutup-nutupi tindakannya dengan
kecurangan yang lain
PAGAR PENGAMANAN

1 2 3 4
Values

Kualitas Pengendalian Intern

Peran Internal
Auditor

Peran External Auditor

14
APA FCP?
 Pengembangan pengendalian yang dirancang
secara spesifik untuk mencegah, menangkal,
dan memudahkan pengungkapan kejadian
berindikasi fraud
 Program yg dirancang untuk melindungi
organisasi dari kemungkinan kejadian fraud
 Sistem tersebut ditandai dengan adanya atribut-
atribut yang spesifik yang merupakan
pendalaman atau penguatan dari sistem tata
kelola setiap organisasi yang telah ada yang
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi masing-
masing organisasi
FRAMEWORK FCP

INTEGRATED MACRO POLICY

FRAUD
COMMUNITY REPORTING
RISK
ASSESMENT AWARENESS SYSTEM

CONDUCT & DISCIPLINARY STANDARD


Atribut FCP
Kebijakan anti fraud dan
INTEGRATED MACRO
Strutur
POLICY
Pertanggungjawaban

FRAUD RISK Penilaian Risiko Fraud


ASSESMENT
kepedulian pegawai,
kepedulian pelanggan dan
COMMUNITY masyarakat, dan
AWARENESS perlindungan kepada
Pelapor
sistem pelaporan kejadian
REPORTING SYSTEM fraud, pengungkapan
kepada pihak eksternal
dan prosedur investigasi
CONDUCT &
DISCIPLINARY standar perilaku dan
STANDARD disiplin
1. Kebijakan Anti-Fraud
 Secara jelas mengkomunikasikan nilai-nilai
organisasi dan kegiatan utama (core business).
 Mengartikulasikan komitmen pimpinan
terhadap prinsip-prinsip di atas.
 Identifikasi faktor kunci terjadinya risiko fraud.
 Respon yang tepat terhadap fraud.
2. Struktur Pertanggungjawaban
• Setiap tingkatan manajemen perlu dibuat peduli
/bertanggung jawab terhadap pencegahan dan
pendeteksian Fraud
• Tingkat stratejik tercermin dlm rencana strategis.
• Tingkat operasional tercermin pada uraian tugas
dan prosedur
Penilaian Risiko Fraud
 Manajemen harus memutuskan bagaimana harus mengelola
risiko.Kajian atas risiko fraud menghasilkan profil risiko
dan informasi yang diperlukan untuk menyikapi fraud
dengan cara yang tepat.
 Kajian risiko kejadian fraud akan mencakup elemen berikut:
 Mengidentifikasi fungsi-fungsi utama.
 Mengkaji dan merangking sifat dan luasnya kerentanan
fraud setiap bidang/fungsi.
 Mengidentifikasi bentuk ancaman fraud pada setiap
bidang/fungsi.
 Mengkaji probabilitas kejadian ancaman yang
teridentifikasi
 Manajemen harus selalu mengupdate informasi berkaitan
dengan risiko fraud.
Penilaian Risiko Fraud
Kajian yang akan dievaluasi berkaitan hal sebagai
berikut:
1. Pengendalian keuangan terhadap penyimpangan pendapatan dan
penerimaan kas.
2. Pengendalian keuangan atas penyimpangan pembelian dan pengeluaran kas.
3. Pengendalian keuangan atas penyimpangan beban pegawai dan gaji.
4. Pengendalian keuangan atas penyalahgunaan aset lainnya.
5. Pengendalian keuangan dari pihak luar.
6. Pengendalian atas praktek kecurangan dalam pengumpulan dana bantuan.
7. Pengendalian keuangan atas kecurangan dalam pelaporan.
8. Pengendalian untuk kecurangan lain, penyalahgunaan, tindakan illegal,
dilakukan oleh/untuk/melalui organisas.
9. Sistem sumber daya manusia dalam pengendalian kecurangan dan
penyalahgunaan wewenang.
10. Pengendalian administrasi yang digunakan dalam pengendalian kecurangan.
Kepedulian Pegawai
 Pegawai mengetahui lebih banyak dari siapapun
bilamana terdapat kesenjangan, kelemahan dan
kegagalan dalam sistem organisasi.

Detection of Fraud Schemes


Percent of Tips by Source9

9The sum of percentages in this chart exceeds 100 percent because in some cases respondents identified more than one source of the initial tip.
©2008 by the Association of
Certified Fraud Examiners, Inc.
Untuk dapat secara aktif dan positif memberi
kontribusi pada pengendalian fraud, pimpinan dan
staf perlu :
 Mendorong kultur tempat bekerja yang etis.
 Memahami nilai dan pentingnya personil.
 Memberi kontribusi pada pengendalian atas fraud.
 Mengembangkan pemahaman tentang praktik, sistem,
dan pengendalian yang baik.
 Menjaga praktek terbaik mencegah fraud.
 Mewaspadai tipe kecurangan yang berbeda-beda di
tempat kerja dan bagaimana mendeteksinya
Kepedulian Pelanggan dan Masyarakat
 Komunikasi atas informasi mengenai tindakan yang
diharapkan dilakukan dalam hal terdapat fraud yang
diidentifikasi
 manfaat serta peningkatan kinerja sebagai hasil
pengendalian atas fraud bila terdapat informasi dari
masyarakat.
Perlindungan kepada Pelapor
Organisasi harus menyatakan komitmen untuk
mendukung dan melindungi pihak yang pemberi
informasi dalam mengidentifikasi fraud.
Komitmen tersebut dinyatakan secara tertulis dan
didokumentasikan serta dikomunikasikan kepada
pihak-pihak yang potensial.
Sistem Pelaporan Kejadian Fraud
 Pemberi informasi kemungkinan merasa kurang
nyaman membuat laporan dimana tidak ada sarana
untuk melakukannya dan dokumentasi dan distribusi
sistem pelaporan akan meminimalisir ketidakpastian
dan memperjelas tanggungjawab karyawan.
Pemberitahuan Kepada Pihak Eksternal
• Pimpinan hendaknya menjelaskan bahwa tidak ada
pengecualian untuk melaporkan kejadian fraud kepada
penegak hukum. Selain karena telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan, obyektivitas penanganan
fraud oleh pihak yang independen akan lebih terjamin,
namun perlu diatur mekanismenya.
Prosedur Investigasi
Merupakan hal yang sangat penting bahwa
apabila sekali fraud telah terdeteksi, maka
harus ditangani dan diinvestigasi secara
kompeten. Setiap kejadian fraud harus
diinvestigasi sebagai dasar melakukan
tindakan lebih lanjut.
Standar Perilaku dan Disiplin

 Standar mendefinisikan aturan, mengatur


lingkungan etik, memungkinkan memberikan
justifikasi apa yang boleh dan apa yang tidak boleh,
mendefinisikan hukuman dan panduan yang jelas
apabila standar dilanggar. Standar hendaknya jelas
dan dimengerti, tidak boleh berasumsi
TAHAPAN FCP

I T O R
N I
O N
M G
Diagnostic
Sosialisasi
Assessment

Evaluasi Bimtek

T T
I U
J
N N
D TAHAPAN
A K L A
FCP
SOSIALISASI FCP
Memberikan gambaran dan pemahaman kpd pimpinan
organisasi dan pihak lain yang berkepentingan atas
FCP.
Materi: Pemahaman fraud pada umumnya, pengertian
FCP, atribut-atribut FCP, manfaat penerapan FCP.
Hasil yang diharapkan: Adanya komitmen pimpinan
organisasi menerapkan FCP, dalam hal ini tahap
diagnostic assessment.
DIAGNOSTIC ASSESSMENT
 Kegiatan Diagnostic Assessment merupakan pre-
assessment terhadap organisasi dan kegiatan yang
melingkupinya yang ditujukan untuk menentukan
keberadaan (eksistensi) dan implementasi FCP beserta
area of improvement (area yang mempunyai risiko
fraud tinggi) yang dapat digunakan untuk melakukan
perbaikan melalui kegiatan bimbingan teknis
implementasi FCP.
 Kegiatan Diagnostic Assessment menggunakan alat
evaluasi berupa program evaluasi, penilaian risiko
fraud dan kuesioner.
BIMTEK FCP
 Kegiatan Bimtek merupakan tindaklanjut dari hasil
rekomendasi Diagnostic Assessment.
 Inti kegiatan membimbing:
 melakukan penilaian risiko fraud.
 membuat pedoman2 yang diperlukan untuk pengelolaan
risiko.
 penyusunan pedoman yg diperlukan dalam penerapan
atribut2 FCP.
 Bersama Satgas mensosialisasikan pedoman kepada seluruh
pegawai dan pihak terkait.
 pengimplementasian pedoman yang diperlukan dalam
rangka penerapan atribut-atribut FCP
EVALUASI FCP
 menilai sejauh mana organisasi telah mengembangkan
dan mengimplementasikan FCP.
 Media/alat utama yang digunakan dalam pelaksanaan
evaluasi atas Implementasi FCP adalah program
evaluasi, penilaian risiko fraud, dan wawancara secara
detail (in-depth interview).
Monitoring Tindak Lanjut
 untuk mengimplementasikan rekomendasi yang
diberikan dalam penyempurnaan atau perbaikan
menyeluruh atas FCP.
 Monitoring atas implementasi FCP pada organisasi
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
implementasi FCP dan memberikan ruang konsultasi
atas hambatan hambatan dalam implementasi.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai