Anda di halaman 1dari 18

MODUL PERKULIAHAN

AUDIT
INTERNAL
Fraud Risks and Controls

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Fakultas Ekonomi dan S1 Akuntansi 01610004 Mirna Dianita, SE., MM., Ak., CA
Bisnis
09
Abstract Kompetensi
Modul ini membahas mengenai Mahasiswa dapat mengembangkan
Overview and Definition of Fraud, definisi Fraud, Risk, and Control
The Fraud Triangle, Implications serta menyesuaikan dengan peran
for Internal Auditors and others Audit Internal
MAPPING

FRAUD RISK FRAUD


ASSESSMENT PREVENTION

GOVERNANCE FRAUD
OVERTHE FRAUD DETECTION
RM PROGRAM

FRAUD
KEYPRINCIPLES INVESTIGATION
FOR MANAGING
AND CORRECTIVE
FRAUD RISKS ACTION

THE FRAUD UNDERSTANDING


TRIANGLE FRAUDSTERS

FRAUD
DEFINITIONS OF IMPICATION FOR
FRAUD RISKS AND IAAND OTHER
CONTROLS
DEFINISI FRAUD
Definisi Fraud yang diadopsi dari The IIA’s Board of Directors (Reding, et. al., 2009:
8-7) yaitu:
“Any illegal act characterized by deceit, concealment, or violation of trust. These acts
are not dependent upon the threat of violance or physical force. Frauds are
perpetrated by parties and organizations to obtain money, property, or services; to
avoid payment or loss of services; or to secure personal or business advantages.”

(Fraud adalah setiap tindakan ilegal meliputi penipuan, penyembunyian, atau


pelanggaran kepercayaan. Tindakan ini tidak tergantung pada ancaman kekerasan atau
kekuatan fisik. Tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu dan organisasi untuk
memperoleh uang, properti, atau jasa; untuk menghindari pembayaran atau kerugian
jasa; atau untuk mengamankan keuntungan pribadi atau bisnis)

Jenis-jenis penipuan, meliputi:


1. Fraudulent Financial Reporting

Kecurangan pelaporan keuangan melibatkan salah saji disengaja atau kelalaian


dari jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang dirancang untuk menipu
pengguna laporan keuangan, tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum
(Generally Accepted Accounting Principle/ GAAP).
Kecurangan pelaporan keuangan meliputi:
a. memanipulasi, memalsukan, atau mengubah catatan akuntansi atau dokumen
pendukung dalam penyusunan laporan keuangan.
b. Salah saji, atau sengaja menghilangkan peristiwa, transaksi, atau informasi
penting lainnya dari laporan keuangan.
c. sengaja manyalahgunakan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan laporan keuangan.
2. Misstatements Arising From Misappropriation of Assets

Salah saji yang timbul dari penyalahgunaan aset (pencurian, penggelapan,


penyalahgunaan kepercayaan) melibatkan pencurian aset organisasi di mana efek dari
pencurian menyebabkan laporan keuangan tidak disajikan dengan benar, dalam semua
hal yang material, sesuai dengan GAAP.
3. Occupational Fraud

Penipuan kerja, penipuan di tempat kerja. Ex: pencurian kas kecil


THE FRAUD TRIANGLE

THE FRAUD TRIANGLE


 Root Causes of Fraud

Pressure

Opportunity Rationalization

Gambar 1
The Fraud Triangle

The Fraud Triangle merupakan kerangka kerja konseptual yang sangat penting dalam
rangka untuk memahami mengenai fraud. Dalam kerangka fraud triangle ini memiliki 3
elemen yang disebut sebagai “root causes of fraud” yang terdiri dari:
1. Perceived need or pressure  adanya kebutuhan atau tekanan
2. Perceived opportunity  adanya kesempatan
3. Rationalization  pembenaran diri sendiri atas tindakan fraud

Contoh fraud berdasarkan motif di atas yaitu mengenai tindakan melakukan earning
management:
1. Jika motifnya adalah tekanan, misal karena adanya beban hutang yang harus
ditanggung oleh karyawan, maka karyawan X melakukan tindakan fraud.
2. Jika motifnya adalah adanya kesempatan, misal lemahnya atau tidak adanya
pengawasan yang ketat dari supervisor mengenai kontrol atas penetapan harga jual
produk sehingga karyawan dengan mudah melakukan tindakan earning management
dalam pelaporan penjualannya.
3. Jika motifnya adalah rasionalisasi, misal karena di lingkungan kerja hampir semua
karyawan melakukan earning management sehingga bagi karyawan X wajar jika dia
melakukan hal yang sama walaupun melanggar standar atau prosedur yang ada.

PRINSIP-PRINSIP KUNCI MENGENAI PENGELOLAAN RISIKO FRAUD

Organisasi harus mampu dan berusaha keras untuk melindungi dari berbagai aktivitas
fraud. Agar terhindar dari fraud maka organisasi harus menerapkan The Fraud Guide yang
mengatur mengenai 5 prinsip kunci dalam pengelolaa risiko fraud, meliputi:
1. Principle 1: Fraud Risk Governance

Sebagai bagian dari struktur governance organisasi, fraud risk management program
harus diterapkan, termasuk prosedur atau kebijakannya secara tertulis untuk mencapai
tujuan dan harapan BOD dan senior management dalam pengelolaan risiko fraud.

2. Principle 2: Fraud Risk Assessment

Fraud risk exposure harus dinilai secara periodik oleh organisasi dalam rangka
menyaring risiko untuk mengidentifikasi pola-pola atau kejadian-kejadian potensial
terjadinya fraud.

3. Principle 3: Fraud Prevention

Teknik pencegahan dalam rangka untuk menghindari risiko kunci fraud yang
berpotensi terjadi harus disusun secara memadai untuk meminimalisir dampak yang
akan terjadi jika risiko tersebut terjadi di dalam organisasi.
4. Principle 4: Fraud Detection

Teknik deteksi harus disusun secara memadai jika fraud prevention dan penyaringan
risiko gagal mengatasi risiko untuk mengatasi aktivitas-aktivitas fraud tersebut.

5. Principle 5: Fraud Reporting, Investigation, and Resolution

Proses pelaporan pun harus disusun dan diterapkan dalam mengidentifikasi fraud yang
berpotensi terjadi dan melakukan investigasi yang terkordinasi dan tindakan korektif
pun harus dapat membantu dalam memastikan potential fraud dapat diatasi secara baik
dan tepat.
GOVERNANCE OVER THE FRAUD RISK MANAGEMENT PROGRAM

Governance yang kuat didalam organisasi harus memiliki fraud risk managemen
program yang efektif. Beberapa organisasi harus mengembangkan budaya organisasi yang
dapat meninfkatkan peran BOD dalam governance dalam rangla peningkatan kepekaan dan
ekspektasi dari para stakeholder kunci, meliputi:
a. Kepemilikan BOD mengenai agenda dan arus informasi,
b. Akses ke beberapa lapisan manajemen dan kontrol yang efektif dari akses
whistleblower,
c. Proses nominasi secara independen
d. Efektivitas tim senior management dalam mengevaluasi, kinerja manajemen,
kompensasi, dan keberhasilan perencanaan
e. Kode etik khusus untuk manajemen senior, yang juga masuk sebagai kode perilaku
organisasi.
f. Fokus pada efektivitas independensi dan proses BOD mengenai evaluasi, sesi eksekutif,
dan partisipasi aktif dalam pengawasan yang bersifat strategis dan melakukan
penyaringan risiko.

Peran dan Tanggung Jawab

1. BOD

Melakukan pengawasan yang berkenaan dengan:


 Memahami fraud secara umum berkaitan dengan kebijakan-kebijakannya,
prosedur-prosedurnya.
 Memahami mengenai risiko kunci fraud secara keseluruhan.
 Mengawasi mengenai fraud risk management program termasuk internal control
yang telah diterapkan untuk mengatasi risiko-risiko fraud.
 Menerima dan memonitor laporan-laporan mengenai informasi tentang kejadian
fraud, proses investigasi dan sanksi-sanksinya.
 Menggunakan konsultan dan ahli (experts) jika dibutuhkan.
 Mengatur fungsi audit internal dan independen auditor eksternal untuk
menyediakan layanan assurance tekait dengan risiko fraud.
2. Management

Manajemen bertanggung jawab penuh atas fraud risk management program termasuk
di dalamnya mengenai pengaturan dan pengawasan terhadap sistem internal control
yang disusun dan diimplementasikan dalam rangka melakukan pencegahan dan
mengatasi risiko fraud secara tepat.

Selain itu manajemen harus memonitor dan melaporkan mengenai sistem fraud risk
management program untuk dievaluasi keefektifannya. Hal tersebut akan membantu
dalam memberikan informasi kepada BOD secara tepat dan relevan dalam membuat
suatu keputusan atas laporan tersebut.

3. Employees

Fraud risk management program harus benar-benar diimplementasikan melalui


aktivitas harian dalam rangka pencegahan dan mengatasi masalah fraud yang dilakukan
oleh semua orang yang terlibat di dalam organisasi (pegawai), meliputi:
 Memahami dasar dari fraud dan peka terhadap adanya red flags
 Memahami peran masing-masing didalam kerangka internal control. Pegawai
harus memahami mengenai job desc. nya masing-masing yang dirancang untuk
meminimalisir risiko fraud.
 Mengetahui dan memahami kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur
organisasi.
 Jika dibutuhkan, turut serta dalam proses pembuatan strong environment yang
kuat dan diimplementasikan misalnya berperan dalam aktivitas monitoring.
 Melaporkan kejadian-kejadian yang mencurigakan terkait fraud.
 Koperatif dalam proses investigasi.

4. The Internal Audit Function

The internal audit function mempunyai peran penting dalam fraud risk management
program yaitu dalam pencarian bukti utama yang dibutuhkan dalam penugasan audit
secara independen dengan memberikan keyakinan yang memadai kepada BOD dan
management terkait dengan kontrol-kontrol yang ada di dalam organisasi.
Komponen dari Fraud Risk Management Program

Program Fraud Risk Management dapat dikatakan berhasil jika semua komponen kunci
di bawah ini terlaksana, meliputi:
a. Commitment oleh BOD dan senior management. Komitmen ini harus
didokumentasikan secara formal (tertulis dan sah) dan disosialisasikan kepada seluruh
pihak di dalam organisasi.

b. Fraud Awareness Activities merupakan aktivitas untuk meningkatkan kepekaan akan


fraud yang dapat membantu pegawai memahami tujuan, kebutuhan, dan tanggung
jawab mereka dalam program tersebut. Aktivitas-aktivitas tersebut contohnya adalah
pelatihan, disosialisasikan pada website, komunikasi baik formal misalnya rapat
ataupun komunikasi non formal seperti memo.

c. An Affirmation Process yang dibutuhkan pegawai untuk mengafirmasi secara periodik,


biasanya tahunan, apa yang mereka pahami dan ketidaksesuaian dengan kebijakan dan
prosedur yang ada.

d. Fraud Risk Assessment membantu mengidentifikasi semua pola fraud.

e. Reporting Procedures and Whisleblower Protection untuk menyediakan pelaporan


mengenai kecurigaan kejadian-kejadian terkait fraud.

f. An Investigation Process untuk memastikan semua proses dapat berlangsung secara


tepat termasuk dalam proses investigasi.

g. Diciplinary And/ Or Corrective Actions untuk menyediakan kualitas assurance dimana


program tersebut sebagai alat untuk pencapaian tujuan organisasi.

h. Continuous Monitoring untuk memastikan program beroperasi secara konsisten.


FRAUD RISK ASSESSMENT

Terdapat tiga langkah kunci dalam melakukan penilaian risiko fraud yaitu:
1. Fraud Risk Identification

Cara yang efektif yaitu mengidentifikasi pola-pola risiko fraud yang berpotensi terjadi
dengan melakukan brainstorming. Beberapa elemen yang menjadi dasar pertimbangkan
dalam mengidentifikasi risiko yaitu:
a. Incentives, Pressures, dan Opportunities  dalam melakukan brainstorming hal
pertama yang dilakukan yaitu mengidentifikasi motif seseorang dalam melakukan
fraud yang sangat banyak sekali. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada
chapter ini mengenai pembahasan The Fraud Triangle.
b. Risk of Management’s Override of Controls  Walaupun internal control telah
diterapka dalam organisasi namun adanya risiko penolakan terhadap adanya
kontrol.
c. Population of Fraud Risks  populasi dari risiko fraud apakah besar atau tidak?
Jenis populasi risiko fraud apakah berkenaan dengan organisasi industri/
kumpulan para profesional/ perusahaan konsultan, dsb.?
d. Fraudulent Financial Reporting  sudah dijelaskan sebelumnya.
e. Missappropriation of Assets  sudah dijelaskan sebelumnya.
f. Corruption  merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu yang
menyalahgunakan pengaruh mereka dalam transaksi bisnis dengan tujuan untuk
mendapatkan manfaat untuk kepentingan mereka sendiri ataupun orang lain.
g. Other Fraud Risk  conflict of interest, insider trading, theft of competitor
trade secrets, environment violations, trade & customs regulations in areas of
import/ export.

2. Assessment of Impact and Likelihood of Fraud Risks

Mengelola risiko dengan melakukan penilaian risiko dengan cara menilai dampak yang
akan ditanggung jika risiko fraud tersebut terjadi dan menilai kemungkinan terjadinya
risiko fraud tersebut.
3. Response to Fraud Risk

Proses ini dilakukan setelah melakukan risk assessment, apakah akan dihindari? Atau
dikurangi? Atau dibagi? Atau diterima?
FRAUD PREVENTION

Di dalam Fraud Guide terdapat elemen-elemen dasar yang mempunyai peranan penting
dalam fraud preventing:
1. Performing Background Investigations

Beberapa individu lebih rentan dalam menyebabkan penipuan. Individu yang pernah
melakukan fraud sekali maka akan lebih rentan untuk melakukan fraud yang lain. Maka
dari itu dilakukan investigasi terhadap latar belakang calon karyawan, dan juga
beberapa organisasi juga akan melakukan penyelidikan pada vendor, pelanggan, dan
mitra bisnis untuk mengurangi risiko penipuan dari pihak luar.

2. Providing Anti-Fraud Training

Walaupun pegawai yang dipekerjakan berkompeten dan jujur, tetapi mereka haus
memahami mengenai fraud, red flags yang harus diperhatikan, bagaimana cara
melaporkan mengenai dugaan atas tindakan fraud, dan bagaimana konsekuensi
melakukan tindakan fraud. Untuk mengatasi hal di atas, salah satu solusinya adalah
dengan memberikan pelatihan terkait dengan pembahasan fraud.

3. Evaluating Performance And Compensation Programs

Organisasi harus berhati-hati untuk tidak menciptakan perilaku yang salah.


Compensation program harus diteliti dengan hati-hati untuk memastikan bahwa mereka
tidak hanya mendorong perilaku yang benar, tetapi untuk mendapatkan reward.
4. Conducting Exit Interviews

Melakukan wawancara bagi para mantan pegawai perusahaan dengan tujuan untuk
melakukan kontrol deteksi dalam mendapatkan “informasi” yang dibutuhkan dari
mantan pegawai tersebut yang dianggap tidak memiliki keterlibatan dengan pegawai
lainnya dan juga exit interviews ini bisa dijadikan sebagai kontrol pencegahan.
5. Authority Limits

Dengan menetapkan batas-batas kewenangan, transaksi yang berpotensi fraud dapat


dicegah melalui batas kewenangan yang ditetapkan.

6. Transaction-Level Procedures

Banyak pola fraud yang melibatkan pihak ketiga, termasuk pihak yang mempunyai
hubungan dengan organisasi. Dengan melakukan pemeriksaan atas transaksi-transaksi
secara teliti maka organisasi dapat mencegah terjadinya transaksi-transaksi yang tidak
akurat.

FRAUD DETECTION

Di dalam Fraud Guide terdapat beberapa metode-metode yang digunakan dalam fraud
detection:
1. Whistleblower Hotlines  mencari orang untuk menjadi whistleblower atau yang bisa
dan mau untuk memberikan keterangan terkati dengan fraud biasanya dari pihak ketiga
yang tidak mempunyai keterlibatan dengan organisasi  peran seperti “saksi”

2. Process Controls  Auditor internal harus memonitoring kontrol-kontrol setiap proses


dari mulai kontrol aktivitas harian.

3. Proactive Fraud Detection Procedures  Prosedur deteksi untuk fraud harus dibuat
proaktif supaya tidak kaku terhadap adanya perubahan baik eksternal maupun internal.

FRAUD INVESTIGATION AND CORRECTIVE ACTION

Terdapat beberapa langkah dalam fraud investigation and corrective action:


1. Receiving The Allegation

Dugaan-dugaan (allegation) datang dari berbagai sumber dengan berbagai cara.


Sehingga untuk mengatasi dugaan-dugaan tersebut akan dikelola pada sistem
investigasi dan sistem respon harus meliputi proses:
 Mengkategorikan permasalahan-permasalahan/ isu-isu yang ada
 Mengkonfirmasi keabsahan dari dugaan-dugaan
 Mencari kepemilikan dugaan-dugaan
 Memperluas isu-isu atau cakupan investigasi ijka diperlukan
 Merujuk pada isu-isu diluar cakupan dari program
 Melakukan investigasi dan penemuan fakta-fakta
 Menyelesaikan proses investigasi
 Membuat daftar informasi mana yang harus dirahasiakan
 Menetapkan bagaimana pendokumentasian proses investigas
 Mengatur dokumen-dokumen dan informasi yang ada.

2. Evaluating The Allegation

Mengevaluasi dugaan-dugaan yang ada karena tidak semua dugaan fraud menjadi
sebuah tindakan fraud, maka dari itu harus dievaluasi informasi-informasi yang
diperoleh dalam membuat suatu keputusan. Langkah-langkah dalam mengevaluasi
termasuk dalam pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
 Apakah dugaan atau tuduhan tersebut membutuhkan proses investigasi secara
formal atau hanya cukup memperoleh informasi untuk menggambarkan sebuah
penyelesaian?
 Siapa yang akan memimpin proses investigasi?
 Apakah ada kemampuan atau alat khusus untuk melakukan proses investigasi
tertentu?
 Siapa yang membutuhkan pemberitahuan (informasi hasil investigasi) dan kapan?

3. Investigation Protocols

Protoler investigasi yang disahkan oleh manajer dan BOD untuk memastikan bahwa
investigasi yang dilakukan sesuai dalam pencapaian tujuan organisasi. Dalam Fraud
Guide dalam mengembangkan investigasi, berikut hal-hal yang harus dipertimbangkan:
 Time Sensitivity  Investigasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan waktunya
untuk menyaring kerugian-kerugian/ kerusakan-kerusakan potensial yang
berkemungkinan terjadi atau mengenai klaim asuransi sehingga membutuhkan
suatu waktu khusus/ deadline tertentu.
 Notification  tuduhan-tuduhan tertentu membutuhkan pemberitahian kepada
pembuat peraturan, petugas hukum, penjaminan asuransi, atau auditor eksternal.
 Confidentiality  Informasi yang diperoleh harus dijaga kerahasiaannya dan
didistribusikan hanya kepada pihak-pihak yang membutuhkan dan telah diberi
wewenang untuk mendapatkan informasi tersebut.
 Legal Privilage  Dalam pelaksanaan atau awal proses pelaksanaan investigasi
terkadang dilibatkan konsultan legal yang dapat membantu menjaga kerja produk
dan membantu komunikasi antara pengacara dengan kliennya.
 Compliance  Dalam pelaksanaan investigasi harus sesuai dengan peraturan dan
hukum yang berlaku dalam hal pengumpulan informasi dan melakukan
wawancara dengan para saksi.
 Securing Evidence  Bukti-bukti harus dijaga dan dilindungi dari kerusakan
sehingga dapat diterima pada proses hukum.
 Objectivity  Tim investigasi harus dijauhkan dari isu-isu yang tidak berdasar
dan dari indicidu-individu yang terkait dalam kasus investigasi agar
menghasilkan penilaian yang objektif.
 Goals  Isu-isu/ permasalahan-permasalahan dan tujuan-tujuan yang spesifik
harus mempengaruhi terhadap fokus, ruang lingkup, dan deadline dari proses
investigasi.

4. Corrective Action

Langkah terakhir adalah menentukan tindakan yang tepat berdasarkan hasil-hasil


investigasi, yang meliputi:
 Tindakan legal (bertindak sesuai peraturan yang berlaku) baik untuk hukum
pidana maupun perdata.
 Tindakan disiplin seperti adanya peringatan, demosi, teguran, skorsing, atau
bahkan pemberhentian.
 Klaim asuransi jika mengalami kerugian akibat dari tindakan fraud tersebut
ditanggung oleh polis asuransi (yang memberikan asuransi).
 Buat ulang atau memperbaiki proses-proses dan kontrol-kontrol yang sebelumnya
dibuat tidak memadai dan tidak efektif dalam beroperasi.

UNDERSTANDING FRAUDSTERS

Pelaku kecurangan umumnya terdiri dari 2 tipe yaitu:


1. Tipe 1 “greater good oriented”: Individu/ kelompok yang jujur yang melakukan hal
yang keliru atas apa yang mereka perbuat namun berorientasi pada kebaikan
perusahaan.
2. Tipe 2 “scheming, self-centered”: individu/ kelompok yang mengabaikan kejujuran,
menyadari apa yang mereka lakukan salah.
Red Flags  Sinyal atas ketidakberesan, individual yang:
 Menampilkan lifestyle yang jauh lebih tinggi daripada kemampuan aslinya
 Mempunyai pengalaman masalah dalam financial yang signifikan atau punya hutang
pribadi yang material
 Punya sifat yang cenderung menghabiskan uang secara berlebihan
 Menderita depresi/ permasalahan emosi
 Mempunyai obsesi akan perjudian
 Punya kebutuhan/ idaman akan status  uang bisa beli “status”

IMPLICATIONS FOR INTERNAL AUDITORS AND OTHERS

Auditor internal dalam penugasan audit harus mempertimbangkan beberapa hal, terkait
dengan pertanyaan di bawah ini:
 Risiko fraud yang seperti apa harus dimonitor oleh manajemen secara periodik/ rutin?
Risiko tersebut terjadi apakah sering atau berkelanjutan?
 Prosedur khusus yang seperti apa yang akan digunakan oleh Auditor Internal terhadap
manajemen yang menolak implementasi internal control?
 Apakah telah terjadi sesuatu yang dapat menyebabkan Auditor Internal merubah
penilaian risiko terhadap manajemen yang menolak internal control?
 Kompetensi dan skill yang seperti apa yang dibutuhkan dalam penugasan audit internal
untuk mengatasi risiko fraud dalam organisasi? Apakah sudah waktunya membutuhkan
spesialis dari luar?
 Independensi Auditor Internal dalam melakukan pekerjaannya apakah sudah kuat atau
masih lemah?
 Bagaimana seharusnya Auditor Internal melakukan pencegahan, penghindaran,
pendeteksian, dan investigasi fraud?

Professional Skepticism, Professional Judgement, and Forensic Technology

Professional Skeptism  pernyataan pemikiran dimana auditor internal bekerja tanpa pamrih,
secara berkelanjutan mereka akan mempertanyakan apa yang mereka dengar dan lihat dan
secara kritis akan melakukan penilaian bukti audit.
Professional Judgment  dalam membuat keputusan didasarkan dengan adanya bukti yang
kuat sehingga keputusan yang diambil akan akurat, lengkap, dan tepat.
Forensic Technology  menginvestigasi berbasis teknologi sehingga dapat meningkatkan
akurasi bukti.

Use of Fraud Specialist

Menggunakan spesialis fraud CFE (Certified Fraud Examiners)  sertifikasi perorangan


sebagai spesialis dalam melakukan penyelidikan akuntansi forensik dan memberikan
rekomendasi atas risiko-risiko fraud dan fraud lainnya karena mereka memiliki kemampuan
untuk memahami masalah-masalah seperti:
 Cara spesifik untuk menginvestigasi pola fraud tertentu
 Mampu menilai kualitas dan kuantitas bukti yang dibutuhkan
 Mampu mengevaluasi bukti yang dapat diterima dalam konsultasi legal/ hukum dengan
pengacara dari luar
 Mampu menjaga bukti dan rangkaian pemeliharaannya
 Jika dibutuhkan, bisa bertindak sebagai saksi atau saksi ahli

Communicating Fraud Audit Outcomes

Dalam mengkomunikasikan hasil audit fraud, Audit Internal harus mengidentifikasi apa-apa
saja yang menjadi kriteria, kondisi, penyebab, dan efek untuk merangkum temuan-temuan
hasil investigasi fraud secara tertulis secara sistematis dan terorganisir agar jelas dan mudah
dipahami:
 Singkat, jelas
 Relevan dengan kebijakan, peraturan-peraturan, standar, regulasi yang berlaku
 Menganalisis bukti dengan bantuan opini dari yang profesional di bidangnya
 Solusinya: temuan-temuan yang ada dibuatkan rekomendasinya.

Daftar Pustaka

Reding, et., al. 2009. Internal Auditing: Assurance & Consulting Services. The Institute of
Internal Auditors Research Foundation (IIARF): Second Edition. Florida.

Anda mungkin juga menyukai