Anda di halaman 1dari 3

Nama: BENNY DESISKA

Nim : 856582419

1. Negara kesejahteraan adalah negara dengan konsep pemerintahan yang


mengambil peran penting dalam perlindungan dan pengutamaan
kesejahteraan ekonomi dan sosial warga negaranya. Konsep ini didasarkan
pada prinsip kesetaraan kesempatan, distribusi kekayaan yang setara, dan
tanggung jawab masyarakat kepada orang-orang yang tidak mampu
memenuhi persyaratan minimal untuk menjalani kehidupan yang layak. Istilah
ini secara umum bisa mencakup berbagai macam organisasi ekonomi dan
sosial.[1] Sosiolog T.H. Marshall mengidentifikasi negara kesejahteraan
sebagai gabungan demokrasi, kesejahteraan, dan kapitalisme. Para pakar
menaruh perhatian khusus pada cara Jerman, Britania Raya dan negara-
negara lain mengembangkan sistem kesejahteraannya secara historis.

Negara-negara kesejahteraan saat ini meliputi negara Nordik seperti Islandia,


Swedia, Norwegia, Denmark, dan Finlandia.[2] Mereka menerapkan sistem yang
dikenal dengan istilah model Nordik. Esping-Andersen mengelompokkan sistem
negara kesejahteraan paling maju menjadi tiga kategori: Demokratik Sosial,
Konservatif, dan Liberal.[3]

Negara kesejahteraan memerlukan transfer dana dari negara ke jasa-jasa yang


disediakan (misalnya layanan kesehatan dan pendidikan) dan perorangan (dalam
bentuk tunjangan). Dana tersebut berasal dari sistem pajak redistribusionis dan
sering disebut sebagai contoh "ekonomi campuran".[4] Perpajakan semacam itu
biasanya meliputi pajak pendapatan yang lebih besar bagi orang-orang
berpendapatan tinggi, yaitu pajak progresif. Ini dapat membantu mengurangi
kesenjangan pendapatan antara penduduk kaya dan miskin.

2. Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan uangkapan “ untuk hal-hal yang


sama diperlakukan secara sama, dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak
sama, secara proporsional” (justice consists in treating equals equally and
unequalls unequally, in proportion to their inequality”.
3. Di dalam buku “Tumpuan Keadilan Rawls” fokus tulisannya adalah mengenai
keadilan sebaran, bukan mengkaji persoalan keadilan ganjaran. Dengan
mengadopsi pemikiran Rawls dalam “Theory of Justice” buku ini
membicarakan tentang keadilan social yang disebut sebagai ‘struktur dasar
masyarakat.’

Pada bab 2 “Mengurai Kontrak Sosial,” penulis memahami bahwa Rawls


mendasarkan pemikirannya dengan menganalisa permasalahan mendasar dan
merekonsiliasikan antara prinsip kebebasan dan prinsip persamaan (Tarigan, 2018,
p. 60). Rawls menyadari bahwa karyanya tersebut memiliki kesamaan pemikiran
dengan tradisi kontrak sosial (social contract) yang pada awalnya diusung oleh
pemikir kenamaan, seperti John Locke, Jean Jacques Rousseau, dan Immanuel
Kant. Namun demikian, gagasan kontrak sosial yang diusung oleh Rawls sedikit
berbeda dengan para pendahulunya, bahkan merevitalisasi kembali teori-teori
kontrak klasik yang bersifat utilitarianistik dan intuisionistik (Faiz, 2009).

Dalam hal ini, kaum utilitarian mengusung konsep keadilan sebagai keadaan di
mana masyarakat dapat memperoleh kebaikan dan kebahagiaan secara sama rata.
Rawls berpendapat bahwa keadilan adalah kebajikan utama dari hadirnya institusi-
institusi sosial (social institutions). Akan tetapi, menurutnya, kebaikan bagi seluruh
masyarakat tidak dapat mengesampingkan atau mengganggu rasa keadilan dari
setiap orang yang telah memperoleh rasa keadilan, khususnya masyarakat lemah.
Oleh karena itu, sebagian kalangan menilai cara pandang Rawls sebagai perspektif
“liberal-egalitarian of social justice” (Faiz, 2009).

4. Jenis demokrasi ini dapat dipraktikkan hanya dalam kota kecil dan komunitas
yang secara relatif belum berkembang, di mana secara fisik memungkinkan
untuk seluruh elektrokat untuk bermusyawarah dalam satu tempat, walaupun
permasalahan pemerintahan tersebut bersifat kecil.

Demokrasi langsung berkembang di negara kecil seperti Yunani Kuno dan


Roma. Demokrasi ini tidak dapat dilaksanakan di dalam masyarakat yang
komplek dan negara yang besar. Demokrasi murni yang masih bisa diambil
contoh terdapat di wilayah Switzerland.

Mengubah bentuk demokrasi murni ini masih berlaku di Switzerland dan


beberapa negara yang di dalamnya terdapat bentuk referendum dan inisiatif.
Di beberapa negara sangat memungkinkan bagi rakyat untuk memulai dan
mengadopsi hukum, bahkan untuk mengamendemenkan konstitusional dan
menetapkan permasalahan publik politik secara langsung tanpa campur
tangan representatif.

5 . Demokrasi ini adalah demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem perwakilan, artinya rakyat
menyerahkan kedaulatan kepada para wakil yang telah dipilih melalui pemilihan umum.
Demokrasi tidak langsung dikenal di negara-negara di dunia secara modern. Aspirasi rakyat
disalurkan melalui lembaga perwakilan.
Dalam kenyataannya, tidak setiap warga negara dapat terlibat dalam sistem ini, sehingga mereka
tidak memiliki kesempatan untuk menentukan hak-haknya sebagai warga negara.

Tujuan Demokrasi Tidak Langsung


Tujuan dari adanya demokrasi tidak langsung, diantaranya:

 Menjamin Hak-hak dasar


 Adanya kesetaraan hak tiap warga negara
 Pemenuhan kebutuhan umum
 Pembaharuan kebijakan sosial
 Kebebasan menyampaikan pendapat.
Contoh Demokrasi Tidak Langsung
 Pembuatan Undang-undang
 Pemilihan Ketua Umum DPR
 Pemilihan ketua RT.

Anda mungkin juga menyukai