Anda di halaman 1dari 7

Hipertensi kehamilan

Obstetri > 20 minggu: Hipertensi gestasional, preeklampsia, eclampsia.


Non obstetric : Hipertensi kronik
Keluhan utama : Pusing, mual.

Preeklampsia PNPK 2016


s HTN + proteinuria >1 dipstik /CEPIRIT dengan kondisi
gawat darurat ≥ 20 minggu.

Anamnesis :
 Gg. Neurologi : Sakit kepala/scotoma perifer/dispneu/mual/muntah.
Mnemonic: CePIrIT  Cephalic, Pulmo oedem (Sesak, RR>>, Ronkhi seluruh paru, Xray PA), Insuficiensy renal,
impaired liver function, Trombositopenia.
 Tanda impending: Nyeri kepala, Nyeri eoigastrium, pandangan kabur, sesak nafas, nyeri dada, bengkak
seluruh tubuh Kontraksi/kenceng-kenceng, nyeri abdomen, pengeluaran pervaginam (cairan, jaringan, lendir
darah).
 Usia < 20 atau > 40 tahun
 Paritas > 3
 Gemelli
 RPD: hipertensi dalam kehamilan, penyakit autoimun, penyakit hepar dan penyakit ginjal, DM, hipertensi kronik
dan APS (sindroma antifosfolipid
 RPK preeklampsia- riw obstetri ibu dan saudara perempuannya
 Jarak kehamilan > 10 tahun
Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan penunjang :
 TTV : 140/90 mmHg  Proteinuria : > 300 mg (24 jam)/ urin dipstik > (+).
 Gangguan airway, breathing dan  Darah rutin
circulation  Trombositopenia (<100.000 mg/dl)
 Penilaian kesadaran dengan skor  Darah hapus-Hemolisis mikroangiopati
GCS  Ur/Cr >1,1mg/dL (Insufisiensi renal; hiperuricemia)
 Gangguan serebral  USG/NST (TBJ, Amnion, DJJ)
 Gangguan penglihatan  OT/PT 2x normal (≥ 70IU) /LDH (kerusakan hepar)
 Kardiovaskuler : evaluasi tekanan  Sirkulasi: Oligohidramnion, FGR.
darah, suara jantung,   Uteroplasenta (ARDV)
 Paru : auskultasi paru untuk
mendiagnosis edema paru
 Abdomen : palpasi untuk
menentukan adanya nyeri pada Tatalaksana Preeklampsia
hepar 1. Faktor resiko (+) : pencegahan primer kalsium 1,5 – 2 gr/hari (pada
 Ekstremitas : evaluasi lateralisasi
daerah yang terbukti defisiensi kalsium) dan aspirin 75 mg/hari.
 Refleks : adanya klonus
2. Monitor BB, TTV, proteinuria, kondisi janin tiap minggu.
 Penilaian saturasi oksigen
3. Edukasi impending eklampsia (sakit kepala, nyeri ulu hati, mual,
 Pemeriksaan obstetri dasar
 Refleks patella (+)
muntah, buta mendadak, kejang dan sesak nafas.
 IUGR, hipoksia janin - DJJ 4. Terminasi kehamilan 37 mgg
 Oligohidramnion – Palpasi/USG
 Inspekulo : Solusio plasenta
PEB PNPK 2016 Eklampsia PPK Kariadi 2015
HTN + proteinuria + kerusakan PEB dg kejang/koma, Tidak ditemukan ada penyebab kejang yang
organ, ≥ 20 minggu. lain seperti epilepsi, meningitis atau perdarahan subarakhnoid.

Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan fisik :


 TTV : ≥ 160/110 mmHg  Kejang klonus
 Sama seperti preeklampsia
 Perhatikan tanda impending
Pengelolaan kejang
eklampsia  Jika belum ada akses intravena maka kejang dibiarkan
sampai berhenti jika belum ada akses intravena. Jaga agar
Tatalaksana 3B pasien tidak jatuh dengan memasang pengaman tempat
1. Rujuk segera bila ditemukan tidur dan mencederai lidahnya dengan pemasangan spatel
tanda PEB, hematemesis, lidah. Jaga agar tidak terjadi aspirasi dengan memiringkan
hematuri, skotoma dan oliguri. ibu ke satu sis. Jika kejang tidak berhenti atau ada henti
2. MgSO4 nafas maka dilakukan intibasi endotracheal.
 Dosis loading 4 g selama 5 – 10  Jika sudah ada akses intravena maka dapat diberikan
menit MgSO4 2 gr yang dapat diulang sampai 2 kali pemberian.
 Dosis pemeliharaan 1-2 g/jam. Jika tidak berespon terhadap MgSO4 maka dapat diberikan
 Syarat : refleks patela +, diuresis phenitoin, diazepam atau midazolam.
0,5 cc/kgBB dalam 4 jam Pengelolaan antepartum pasca kejang teratasi Obervasi dan
terakhir, respirasi > 16x/menit, manajemen inisial di UGD :
dan harus tersedia -     Evaluasi ibu: gejala, temuan klinis (sesuai pemeriksaan
antidotumnya (Ca glukonas fisik), saturasi oksigen dan pemeriksaan laboratorium 
10% ampul 10cc) -     Monitor denyut jantung janin dan kontraksi 
3. AntiHTN awal bila tekanan -     Pemberian oksigen dengan masker rebreathing 6 – 8
darah ≥ 160/110 mmHg, L/menit
setengah jam setelah pemberian -     Pemberian MgSO4 
MgSO4.       Dosis loading MgSO4 4 g selama 5 – 10 menit, dilanjutkan
 Nifedipin 10 mg PO dapat dengan dosis pemeliharaan 2 g/jam. Perhatikan syarat
diulang 15 –30 menit, maksimal pemberian MgSO4.
30 mg.  Komplikasi edem paru hampir sering ditemukan. Bila
 Metildopa 500 mg tiap 6 – 8 ditemukan ada takipnea, takikardi dan saturas1 < 93
jam. persen dan ditemukan adanya ronkhi basal halus pada
 Jika PO gagal - Nicardipin infus paru maka dapat diberikan furosemid 20 – 40 mg IV.
5 mg/jam, dan dapat dititrasi 2.5  Komplikasi edem otak juga dapat ditemukan. Bila
mg/jam tiap 5 menit hingga terjadi penurunan kesadaran, kejang berulang dan ada
maksimum 10 mg/jam atau defisit neurologi maka diperlukan konsultasi dengan
hingga penurunan tekanan neurologi.
arterial rata –rata sebesar 25% -     Pemberian antihipertensi awal bila tekanan darah ≥ 160/110
tercapai. Kemudian dosis dapat mmHg, setengah jam setelah pemberian MgSO4.
dikurangi dan disesuaikan sesuai       Pilihan pertama antihipertensi adalah Nifedipin 10 mg oral
dengan respon. dapat diulang 15 – 30 menit dengan dosis maksimal 30 mg. 
4. Kortikosteroid (UK<34 mgg) Terapi oral yang lain adalah metildopa 500 mg tiap 6 – 8
 Dexametason dosis 2x6 jam.                                                                Jika terapi oral
mgIM/12 jam, selama 2 hari, gagal maka dapat diberikan preparat lain secara intravena
harus ranap. yaitu nicardipin.
 Betametason 1x12 mgIM 2 hari
Eklampsia PPK Kariadi 2015
PEB dg kejang/koma, Tidak ditemukan ada penyebab kejang yang
lain seperti epilepsi, meningitis atau perdarahan subarakhnoid.

Pengelolaan antepartum pasca kejang teratasi Obervasi dan manajemen inisial di UGD :
- Nicardipin infus yaitu 3 mg/jam, dan dapat dititrasi 0,5 mg/jam hingga maksimum 10 mg/jam atau hingga
penurunan tekanan arterial rata –rata sebesar 25% tercapai. Kemudian dosis dapat dikurangi dan disesuaikan sesuai
dengan respon.
- USG: pertumbuhan janin, jumlah cairan ketuban dan bila memungkinkan penilaian kesejahteraan janin. Gangguan
denyut jantung janin dapat ditemukan pada 15 menit pasca kejang.
- Dapat dimulai pemberian kortikosteroid di UGD pada usia kehamilan 28 – 34 minggu.
- Jika kehamilan telah mencapai 34 minggu maka dilakukan terminasi kehamilan setelah kondisi ibu stabil. Pilihan
cara terminasi kehamilan berdasarkan ada tidaknya inpartu, kondisi janin, presentasi janin dan kondisi penilaian
pematangan serviks.
- Perawatan di HCU / ICU atau kamar bersalin sesuai kondisi klinis pasien.

Observasi dan manajemen lanjutan di ruang perawatan untuk memberikan waktu untuk pematangan paru :
 Beri kortikosteroid :
Deksametason 2 x 6 mg IM selama 2 hari
Betametason 2 x 12 mg IM selama 1 hari
 Pemberian MgSO4 dosis pemeliharaan :
Selama 24 jam post partum atau setelah kejang terakhir, kecuali terdapat alasan tertentu untuk melanjutkan
pemberian magnesium sulfat. Perhatikan syarat-syarat pemberian MgSO4.
 Pemberian antihipertensi:
Nifedipin 10 mg tiap 8 jam, tapering off setelah bayi lahir atau tekanan darah < 140/90 mmHg. Dosis maksimal
120 mg perhari
Metildopa 250-500 mg tiap 6 – 8 jam. Dosis maksimal 3 gram perhari.
 Penilaian kondisi ibu :
 Tanda vital, input cairan, diuresis setiap 8 jam
 Gejala yang berupa nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, nafas pendek, mual, muntah,
nyeri  atau tekanan pada daerah retrosternal setiap 8 jam
 Kontraksi dan pecahnya ketuban setiap 8 jam
 Pemeriksaan laboratorium : darah rutin, platelet, enzim hepar dan kreatinin serum setiap hari. Rentang
pemeriksaan bisa diperjarang bila kondisi ibu stabil dan pasien asimptomatik.
 Penilaian kondisi fetal :
 Skor biofisik 2 kali perminggu atau sesuai kondisi ibu dan janin yang didapatkan
 Pemantauan pertumbuhan janin setiap 2 minggu dan penilaian Doppler umbilikalis setiap 2 minggu bila
dicurigai IUGR

Pengelolaan intrapartum
 Analgesia 
 Pengawasan kemajuan persalinan berdasarkan partograf
Pengelolaan postpartum
 Pengawasan nifas
 Pemberian MgSO4 diberikan dalam 24 jam post partum
 Antihipertensi tetap diberikan bila tekanan darah ≥ 150/100
 Pengawasan tanda dan gejala perburukan setiap saat selama 72 jam postpartum.
 Diit sesuai kondisi pasien
 Mobilisasi dapat dilakukan secara bertahap
 Pemberian ASI eksklusif jika tidak ditemukan penyulit decomp cordis kiri akut NYHA IV.
 Perhatikan variasi klinik yang kemungkinan akan banyak ditemukan.
1. Preeklampsia  Nifedipin 10 mg tiap 8 jam, tapering off setelah
 Etiologi blm disepakati bayi lahir atau tekanan darah < 140/90 mmHg.
 Patofisiologi Dosis maksimal 120 mg perhari
 Fetus : kegagalan invasi sel trophoblast pada  Metildopa 250-500 mg tiap 6 – 8 jam. Dosis
dinding arteri spiralis pada awal kehamilan dan maksimal 3 gram perhari.
awal trimester 2 sehingga arteri spiralis tidak 4. Penilaian kondisi ibu :
dapat melebar dengan sempurna  akibat • Tanda vital, input cairan, diuresis setiap 8 jam
penurunan aliran darah (hipoksia plasenta) • Gejala yang berupa nyeri kepala, gangguan
dalam ruangan intervilus di plasent  kronik penglihatan, nyeri epigastrium, nafas pendek,
menyebabkan pelepasan sitokin, radikal bebas mual, muntah, nyeri atau tekanan pada daerah
dalam bentuk lipid peroksidase dalam sirkulasi retrosternal setiap 8 jam
darah ibu (oxidative stress - akan mengaktifkan • Pemeriksaan laboratorium : darah rutin,
sistem koagulasi, sehingga terjadi agregasi platelet, enzim hepar dan kreatinin
trombosit dan pembentukan thrombus) yang serum setiap hari. Rentang pemeriksaan bisa
menyebar ke banyak organ (disfungsi endotel) diperjarang bila kondisi ibu stabil dan pasien
 produksi zat-zat yang bertindak sebagai asimptomatik.
vasodilator (prostasiklin dan nitrat oksidan) < 5. Penilaian kondisi fetal :
dibandingkan dengan vasokonstriktor seperti • Skor biofisik 2 kali perminggu atau sesuai kondisi
(endothelium I, tromboxan, dan angiotensin II) ibu dan janin yang didapatkan
sehingga akan terjadi vasokonstriksi yang luas • Pemantauan pertumbuhan janin setiap 2
(hipertensi). minggu dan penilaian Doppler
-drug abuse. umbilikalis setiap 2 minggu bila dicurigai IUGR
2. PEB Terapi konservatif tidak diteruskan bila selama
 Tatalaksana KGD
evaluasi ditemukan hal – hal dibawah ini dan
 Indikasi terminasi kehamilan
terminasi kehamilan dilakukan setelah terapi
1. Usia kehamilan ≥ 34 minggu
pematangan paru janin:
2. Eklampsia
3. Edem pulmonum - Usia kehamilan mencapai 33 minggu 5 hari
4. DIC - Trombositopenia
5. Preeklampsia berat yang tidak terkontrol dalam - Peningkatan enzim hepar yang menetap
evaluasi 24 – 48 jam - IUGR
6. Penilaian kesejahteraan janin yang buruk - Oligohidramnion
7. Solusio plasenta - Reversed end diastolic flow
- Inpartu
 Indikasi SC : - Ketuban pecah
Indikasi ibu , bila belum dalam keadaan inpartu : - Disfungsi renal secara signifikan ( baru muncul
• PEB/eklampsia primigravida dengan kegagalan atau meningkat)
terapi medisinalis dan janin viabel
• PEB/ eklampsia multigravida dengan Bishop’s Terapi konservatif tidak diteruskan bila selama
score rendah (unripe cervix) dan janin viabel evaluasi ditemukan hal – hal dibawah ini dan
• PEB/eklampsia janin preterm dengan kegagalan terminasi dilakukan tanpa menunggu terapi
terapi medisinalis pematangan paru janin :
Indikasi janin : Non reassuring - HTN berat yang tidak terkontrol
Indikasi obstetri : Sesuai PPK bedah sesar
- Eklampsia
Selama dilakukan bedah sesar, MgSO4 dosis
- Edem pulmonum
pemeliharaan tetap diberikan untuk mencegah
kejang selama operasi. - Solusio plasenta
- DIC
 Tatalaksana ruang perawatan bila konservatif - Nonreassuring fetal status
1. KS -Dexa/meta - Fetal distress intrapartum
2. MgSO4 dosis pemeliharaan 1 gr/jam selama 6 jam
dilanjutkan setelah 24 jam post partum atau 3. KOMPLIKASI PEB
setelah kejang terakhir, kecuali terdapat alasan 1. Sindrom HELLP
tertentu untuk melanjutkan - Hemolisis : kadar LDH ≥ 600 mg/dL atau hemolisis
3. Antihipertensi: dari preparate darah hapus
- Elevated liver enzyme : kadar OT/PT ≥70IU
- trombositopenia < 100.000 mg/dL
Tatalaksana :
- Pengelolaan preeklampsia seperti yang tertera di
atas
- Dexamethason rescue 10 mg / 12 jam IV / IM dan
tappering off setelah kadar trombosit 3 100.000/uL
- Terminasi kehamilan
2. Edema paru
Pengelolaan sebelum dirujuk :
- Posisi setengah duduk
- Pemberian oksigen
- Pemberian cairan infus dengan tetesan minimal
- Pemberian Furosemide 40 mg IV
- Ukur diuresis dan keseimbangan cairan
-
Hipertensi Kronik HTN Gestasional
HTN tanpa proteinuri HTN tanpa Superimposed
yang timbul pada usia
kehamilan < 20 minggu
proteinuria yang Preeklampsia
dan menetap 12 timbul > 20 minggu
HTN Kronik +
minggu pasca dan menghilang 3
persalinan bulan pasca Preeklamsia > 20
persalinan. Atau minggu
Pemeriksaan fisik : kehamilan dg
TTV : 140/90 mmHg (2x-

tanda
15mnt-lengan yg sama).
Diastolik korotkoff fase 5. preeklampsia
tanpa proteinuria
Tatalaksana 3B
 ACE inhibitor, ARB dan
kliritiazid tidak boleh
diberikan.
 Pencegahan sekunder
superimposed
preeklampsia : kalsium
1.5 – 2 gram/hari dan
aspirin 75mg/hari sejak
usia kehamilan 20
minggu.

Anda mungkin juga menyukai