Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 8 Audit Bank DJ-2 :

1. Thoriq Aqil (152010783001)


2. Fitri Rachmawati Toeryono (152010783025)
3. Revinna Radillya Tama (152010783039)

STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK

(SPFAIB)

A. Kebijakan Umum
Pengertian “standar” dalam SPFAIB adalah ukuran minimal yang digunakan sebagai
acuan bank dalam melaksanakan fungsi Audit Intern. Standar tersebut dimaksudkan juga
sebagai kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dan mengukur efektivitas
kegiatan SKAI.
Berdasarkan peraturan BI bank wajib menerapkan fungsi audit intern bank sebagaimana
telah ditetapkan dalam SPFAIB yang merupakan lampiran tidak terpisahkan dari
peraturan Bank Indonesia ini. Dalam suatu hal telah mempunyai standar audit intern
sendiri maka standar tersebut harus sekurang-kurangnya memenuhi SPFAIB. SPFAIB
merupakan standar yang memuat ukuran minimal tentang fungsi audit intern yang perlu
diselenggarakan oleh bank umum serta aspek-aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan
audit intern tersebut. Berdasarakan SPFAIB, Bank wajib :
 Menyusun Piagam Audit Intern (Internal Audit Charter)
 Membentuk Satuan Kerja Audit Intern (SKAI)
 Menyusun panduan audit intern
SKAI merupakan satuan kerja yang bertanggung jawab langsung kepada direktur utama.
Dalam melaksanakan tugasnya SKAI menyampaikan laporan kepada direktur kepatuhan.
SKAI bertugas dan bertanggung jawab untuk :
 Membantu tugas direktur utama dan dewan komisaris dalam melakukan
pengawasan dengan cara menjabarkan secara operasional baik perencanaan,
pelaksanaan maupun pemantauan hasil audit;
 Membuat analisis dan penilaian di bidang keuangan, akuntansi, operasional dan
kegiatan lainnya melalui pemeriksaan langsung dan pengawasan secara tidak
langsung;
Mengidentifikasi segala kemungkinan untuk memperbaiki dan meningkatkan
 Efisiensi penggunaan sumber daya dan dana;
 Memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan yang
diperiksa pada semua tingkatan manajemen.
Pengertian “standar” dalam SPFAIB adalah ukuran minimal yang digunakan sebagai
acuan bank dalam melaksanakan fungsi Audit Intern. Standar tersebut dimaksudkan juga
sebagai kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dan mengukur efektivitas
kegiatan SKAI.
B. Independensi dan Obyektifitas
Fungsi audit intern tidak dapat diperkenankan memiliki tanggung jawab operasional
secara langsung atau wewenang terhadap kegiatan yang diaudit. Auditor intern tidak
diperkenankan untuk melaksanakan pengendalian intern, membuat prosedur, pemasangan
sistem, membuat pencatatan atau melakukan kegiatan lain yang dapat menganggu
penilaian.
Audit intern harus mengungkapkan ganggaun independensi atau objetivitas, jika ada,
kepada presiden direktur dan komite Audit.
Dalam rangka memlihara objektivitas dalam pemberian jasa asurans di dalam fungsi
audit intern, setiap anggota tim audit intern diwajibkan untuk melakukan rotasi
penugasan pekerjaan secara berkala dengan mempertimbangkan masa tunggu yang
memadai (minimal 1 tahun sejak penugasan terakhir).
Auditor intern yang direkrut secara intern harus menahan diri untuk tidak memeriksa
kegiatan secara spesifik sebelumnya mereka terlibat atau bertanggung jawab selama
periode masa tunggu 1 tahun.
Auditor intern yang karena situasi khusus mendapat tugas/proyek sementara dari direksi
untuk membantu/mendukung jalannya aktivitas operasional cabang atau unit kerja
tertentu, harus melewati masa tunggu 1 tahun sebelum melaksanakan pemeriksaan
terhadap unit yang ditugaskan
C. Tugas, Wewenang, dan Tanggung jawab
1. Satuan Kerja Audit Intern (SKAI)
5 Dalam PBI Nomor: 1/6/1999 tentang “Penugasan Direktur Kepatuhan (Compliance
Director) dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum”.
Dalam pasal 9 dijelaskan bahwa SKAI merupakan fungsi yang wajib dimiliki oleh bank
umum. Selain itu, peraturan tersebut menjelaskan bahwa fungsi audit intern yang efektif
diperlukan untuk menjaga dan mengamankan kegiatan usaha bank yang melibatkan dana
dari masyarakat luas.
Tugas utama SKAI adalah melakukan pemeriksaan / audit, dimana SKAI menilai
kembali kegiatan perusahaan secara independen dan mendorong kegiatan pengendalian
internal di setiap divisi agar berjalan dengan baik dan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2. Struktur dan Kedudukan SKAI
Struktur organisasi SKAI dari satu bank dengan bank lainnya tidak selalu sama. Di dalam
menyusun struktur organisasi, sangat perlu untuk dilihat kondisi organisasi SKAI
masing- masing bank.
3. Tugas dan Tanggung Jawab SKAI
Tugas utama SKAI adalah melakukan pemeriksaan/audit. Dalam rangka menjaga dan
mengamankan kegiatan usaha bank, maka diperlukannya suatu fungsi audit internal yang
efektif (PBI Nomor 1/6/1999). Untuk mendukung hal tersebut, SPFAIB telah
menjabarkan tugas dan tanggung jawab SKAI.
Wewenang SKAI menurut PBI 1/6/1999 harus diberi wewenang, kedudukan, dan
tanggung jawab dalam organisasi sedemikian rupa sehingga dapat dan mampu
melaksanakan tugasnya sesuai dengan ukuran – ukuran standar pekerjaan yang dituntut
oleh profesinya.
Menurut Tugiman Hiro (1996 : 22) dalam Andika Riyatna (1999) menyebutkan bahwa
wewenang yang dapat ditetapkan bagi audit internal adalah :
 Menyusun program pemeriksaan intern secara menyeluruh atas semua aktivitas
dalam perusahaan.
 Menguji keandalan Sistem Pengendalian Manajemen.
 Tanpa batasan untuk memasuki semua bagian perusahaan, meneliti catatan,
pelaporan, serta harta milik perusahaan.
D. Contoh Kasus SPFAIB di Bank
Kepala Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tapung Raya, Masril (40) ditahan polisi. Ia
terbukti melakukan transfer uang Rp 1,6 miliar dan merekayasa dokumen laporan
keuangan. Perbuatan tersangka diketahui oleh tim penilik/pemeriksa dan pengawas dari
BRI Cabang Bangkinang pada hari Rabu 23 Februari 2011 Tommy saat melakukan
pemeriksaan di BRI Unit Tapung. Tim ini menemukan kejanggalan dari hasil
pemeriksaan antara jumlah saldo neraca dengan kas tidak seimbang. Setelah dilakukan
pemeriksaan lebihlanjut dan cermat, diketahui adanya transaksi gantung yaitu adanya
pembukuan setoran kas Rp 1,6 miliar yang berasal BRI Unit Pasir Pengaraian II ke BRI
Unit Tapung pada tanggal 14 Februari 2011 yang dilakukan Masril, namun tidak disertai
dengan pengiriman fisik uangnya. Kapolres Kampar AKBP MZ Muttaqien yang
dikonfirmasi mengatakan, Kepala BRI Tapung Raya ditetapkan sebagai tersangka dan
ditahan di sel Mapolres Kampar karena mentransfer uang Rp 1,6 miliar dan merekayasa
laporan pembukuan. Kasus ini dilaporkan oleh Sudarman (Kepala BRI Cabang
Bangkinang) dan Rustian Martha pegawai BRI Cabang Bangkinang. “Masril telah
melakukan tindak pidana membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam
pembukuan atau laporan maupun dalam dokumen laporan kegiatan usaha, laporan
transaksi atau rekening Bank (TP Perbankan). Tersangka dijerat pasal yang disangkakan
yakni pasal 49 ayat (1) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun
1992 tentang Perbankan dengan ancaman hukuman 10 tahun,” kata Kapolres. Polres
Kampar telah melakukan penyitaan sejumlah barang bukti dokumen BRI serta melakukan
koordinasi dengan instansi terkait, memeriksa dan menahan tersangka dan 6 orang saksi
telah diperiksa dan meminta keterangan ahli
DAFTAR PUSTAKA

BTPN, B. (2020). surat keputusan direksi .

Indonesia, b. (2014). PERATURAN BANK INDONESIANOMOR: 1/ 6 /PBI/1999 TENTANG


PENUGASAN DIREKTUR KEPATUHAN (COMPLIANCE DIRECTOR) DAN
PENERAPAN STANDAR PELAKSANAAN AUDIT INTERN BAGI BANK UMUM.

Januliya, A. V. (2012). Peran Efektivitas SKAI Dalam Melaksanakan Fungsi Audir Internal.
Perbanas Institutional Repository, 4-5.

Anda mungkin juga menyukai