Anda di halaman 1dari 2

Kpercayaan wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

Kerangka lereng licin oleh Kirchler et al. (2008) menjelaskan bahwa kepercayaan terhadap pemerintah
memberikan pengaruh yang besar terhadap kepatuhan sukarela wajib pajak. Hubungan antara wajib
pajak dan pemerintah menghasilkan kontrak tidak tertulis yang disebut kontrak psikologis. Kontrak ini,
berdasarkan pandangan Feld dan Frey (2002), melibatkan ikatan emosional dan loyalitas yang kuat. Oleh
karena itu, kontrak psikologis hanya dapat dipertahankan jika masing-masing pihak dalam kontrak
bertindak untuk membangun kepercayaan satu sama lain. Hanya mengandalkan pendekatan tradisional
penegakan hukum tidak akan membangun kepatuhan pajak yang efektif. Konsekuensinya, pemerintah
perlu mendapatkan kepercayaan dari wajib pajak untuk membentuk kepatuhan pajak (Walsh, 2012).
Kepercayaan wajib pajak dapat dipengaruhi antara lain oleh kualitas pelayanan prima oleh otoritas pajak
(Alm, Jones, Cherry, & McKee, 2011), penegakan hukum yang adil (Kirchler et al., 2008), peraturan
perpajakan yang mendukung wajib pajak (Chandarasorn, 2012), penerapan tata kelola yang baik
(Sitardja & Dwimulyani, 2016), dan penggunaan uang publik oleh pemerintah (Lucio & Scartascini, 2013).
Olson (2013) memiliki pandangan dimana hubungan antara wajib pajak dan pemerintah adalah urusan
kontrak. Olson (2013) ingin memaparkan adanya kontrak tidak tertulis, dimana wajib pajak harus
memenuhi kewajibannya membayar pajak yang terutang, sedangkan pemerintah setuju untuk
memberikan pelayanan dan pengawasan agar wajib pajak bebas melakukan kewajibannya. Kontrak
sosial menggambarkan komitmen sukarela dan penyerahan kepercayaan kepada pemerintah. Hal ini
menekankan bahwa kepercayaan dibangun ketika pemerintah memahami bagaimana memperlakukan
wajib pajak dengan hormat (Feld & Frey, 2002), seiring dengan penerapan sistem perpajakan yang
kondusif (Walsh, 2012), dan oleh transparansi dan akuntabilitas pemerintah. , yaitu jujur dan
bertanggung jawab dalam mengelola sistem perpajakan dan keuangan negara (Nkundabanyanga,
Mvura, Nyamuyonjo, Opiso & Nakabuye, 2017). Berdasarkan kerangka tersebut, maka hipotesis
keempat dalam penelitian ini adalah: H4a: Kepercayaan Wajib Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak.

Proposisi awal oleh kerangka lereng licin menyatakan bahwa kepercayaan pada otoritas memprediksi
kepatuhan pajak sukarela (Kirchler, et al., 2008). Dalam sintesa logis, juga disimpulkan oleh
Muehlbacher dan Kirchler (2010) dan Lisi (2011) bahwa kepercayaan sangat penting dalam menjelaskan
kepatuhan pajak. Bukti empiris pertama dari kerangka lereng licin mengungkapkan dukungan kuat untuk
postulat bahwa kepercayaan adalah prediktor kepatuhan pajak sukarela (Wahl, et al., 2010). Secara
khusus, hal itu ditegaskan oleh Wahl, et al. bahwa kepatuhan pajak sukarela tinggi dalam skenario ketika
pihak berwenang dapat dipercaya. Temuan lain juga mengungkapkan bahwa kepercayaan pada otoritas
meningkatkan kepatuhan sukarela, dan kepatuhan pajak sukarela memiliki hubungan negatif yang kuat
dengan penghindaran pajak (Muehlbacher, Kirchler, & Schwarzenberger, 2011). Temuan ini juga
dikonfirmasi di Italia (Kastlunger, et al., 2013). Di Austria, Hungaria, Rumania, dan Rusia, bukti empiris
dari pengujian kerangka kerja mengungkapkan bahwa kepercayaan adalah prediktor signifikan
kepatuhan pajak sukarela (Kogler, et al., 2013). Temuan Pellizzari dan Rizzi (2014) juga menegaskan
pengaruh tersebut. Bukti empiris terbaru menggunakan pembayar pajak wiraswasta di Austria juga
menegaskan pengaruh langsung kepercayaan otoritas pada kepatuhan pajak (Kogler, Muehlbacher, &
Kirchler, 2015). Baru-baru ini, Faizal et al., (2017) mengusulkan dan mengkonfirmasi pengaruh
kepercayaan otoritas terhadap kepatuhan pajak di Malaysia, serta Siglé, et al., (2018) di antara wajib
pajak badan di Belanda; Damayanti dan Martono (2018) dan Andyarini, dkk., (2019) antara wajib pajak
orang pribadi di Indonesia; Ayuba, et al (2018) di antara UKM di Nigeria dan da Silva et al (2019).
Sebaliknya, menggunakan data lintas negara yang melibatkan 37 negara di Afrika, ditemukan bahwa
kepercayaan pada otoritas, meskipun berkorelasi dengan kepatuhan pajak, tidak memiliki efek
penyebab yang signifikan (Mas' ud, et al., 2015). Demikian pula, temuan dari data yang terdiri dari 29
negara Afrika menunjukkan bahwa kepercayaan pada otoritas secara individual tidak mempengaruhi
kepatuhan pajak tetapi melalui interaksi dengan kekuatan otoritas (Mas’ud, et al., 2014). Terlepas dari
semua bukti yang tersedia di seluruh dunia, validasi empiris dari kerangka lereng licin masih belum
seperti yang diharapkan dalam literatur yang ada. Selain itu, ada kekurangan bukti dalam literatur
kepatuhan pajak mengenai analisis lintas negara global tentang pengaruh kepercayaan pada otoritas
terhadap kepatuhan pajak; oleh karena itu, hipotesis berikut diajukan.

Anda mungkin juga menyukai