Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM MINGGUAN

BIOKIMIA

ACARA II

UJI KUALITATIF PROTEIN

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD NAUFAL AS’AD

G1A020041

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

2022
ACARA II

UJI KUALITATIF PROTEIN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Mengidentifikasi sifat kimia protein melalui reaksi pengendapan dan rekasi
perubahan warna.
2. Waktu Praktikum
Kamin, 19 Mei 2022.
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Ruang C. 2.1, Laboratorium Kimia Lanjut, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Protein merupakan salah satu kelompok makanan yang paing penting di
dunia. Istilah Protein sendiri berasal dari bahasa yunani “protos” yang memiliki
makna ‘yang paling utama’. Protein merupakan makromolekul paling banyak yang
terdapat di dalam sel serta memiliki peranan yang penting sehingga diartikan
sebagai ‘yang paling utama’. Peranan penting protein dalam kehidupan dapat
dicontohkan misalnya pada proses kimia dalam tubuh yang dapat berlangsung
dengan baik dikarenan adanya enzim (terbentuk dari protein) yang berfungsi
sebagai biokatalis. Disamping itu hemoglobin dalam butir-butir darah merah atau
eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh
bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein. Demikian pula zat-zat yang berperan
untuk melawan bakteri penyakit atau disebut antigen, juga suatu protein
(Wahyudiati, 2017 : 78).
Protein tersusun atas gabungan sejumlah asam amino (polimer asam
amino) yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Berdasarkan strukturnya, protein
diklasifikasikan menjadi struktur primer, struktur sekunder, struktur tersier, dan
struktur kuartener. Protein dengan struktur primer dibentuk dari asam amino-asam
amino yang berikatan sederhana dan berantai lurus dengan ikatan peptida. Struktur
sekunder terbentuk dari ikatan hidrogen yang terjadi antara gugus amin dengan
atom hidrogen pada rantai samping asam amino, sehingga membentuk lipatan
dengan struktur α-helix atau ß-sheet. Struktur protein tersier merupakan interaksi
antara protein dengan struktur sekunder dengan rantai samping asam amino lain
melalui ikatan hidrogen, ion, atau ikatan disulfida. Struktur kuartener terjadi
apabila banyak polipeptida yang berikatan secara komplek untuk membentuk
suatu protein dan terkadang terdapat molekul lain misalnya ion Fe pada
hemoglobin. Berdasarkan banyaknya asam amino, protein dapat dibedakan
menjadi peptida (2-10 asam amino), polipeptida (10-100 asam amino), dan protein
(>100 asam amino). Jenis protein lainnya adalah glikoprotein, yaitu gabungan
protein dengan glukosa; dan lipoprotein (Despal et al., 2021 : 50).
Protein yang terdapat dalam makanan hewani seperti telur dikatakan
sebagai protein sempurna. Telur terbagai atas bagian kuning dan putih yang
mempunyai nilai protein yang berbeda. Analisis kualitatif protein dapat dilakukan
dengan berbagai macam metode seperti metode pereaksi warna biuret yang
termasuk ke dalam analisis kualitatif protein, sedangkan analisis kuantitatif dapat
menggunakan spektrofotometri sinar tampak (Ramadhani et al., 2018).
Kebutuhan protein tergantung pada umur, ukuran tubuh dan tingkat
aktivitas seseorang. Metode standar yang digunakan oleh ahli gizi untuk
menghitung asupan protein setiap hari adalah dengan Berat Badan (kg) x 0,8.
Dimana 0,8 (0,8 g/kg BB) adalah angka yang ditetapkan oleh WHO (organisasi
kesehatan dunia) untuk kebutuhan protein orang dewasa. Dengan mengkonsumsi
Kacang Hazel 100 gr dalam sehari, maka akan mencukupi 20% (0,2 gr) kebutuhan
protein dari 0,8 gr kebutuhan protein yang disarankan dan selebihnya dengan
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein tinggi seperti susu, ikan,
daging dan telur (Syarifuddin et al., 2020).
Asupan protein makanan merangsang sintesis protein otot. Respon
sintetik protein otot asupan protein dapat bervariasi secara substansial antara jenis
atau sumber protein makanan. Respon sintetik protein sebagian besar tergantung
pasca ketersediaan prandial asam amino esensial ke otot. Ketersediaan asam amino
esensial postprandial diatur oleh sejumlah proses fisiologis, termasuk pencernaan
protein, penyerapan asam amino, komposisi asam amino, kandungan asam amino
esensial, dan adanya factor anti nutrisi (Gorissen et al., 2018).
Asam amino berfungsi sebagai blok pembangunan protein, metabolisme
intermediet, dan substrat untuk produksi energi. Asam amino mengandung gugus
amino dan gugus karboksil, dan sering mengandung gugus fungsi lain. Protein
terdiri dari 20 asam amino yang berbeda, setengah dari yang disintesis secara
endogen (non-esensial), sedangkan asam amino yang tersisa diperoleh dari sumber
makanan yang penting. Deteksi asam amino bergantung pada ninhydrin, bahan
kimia yang bereaksi secara spesifik dengan amino primer dan sekunder untuk
menghasilkan warna ungu yang dapat diukur secara spektrofotometri (Sharer et
al., 2018).
Analisis protein dalam berbagai bahan pangan dilakukan menggunakan
dua metode yakni metode kualitatif dan metode kuantitatif. Analisis protein
dengan metode kualitatif dapat dilakukan dengan uji pengendapan protein dan uji
warna protein. Uji warna protein diantaranya adalah reaksi Biuret (untuk ikatan
peptide), reaksi Millon-Nasse (untuk tirosin), reaksi Hopkins-Cole (untuk
triptofan), reaksi Xantoprotein (untuk asam amino cincin benzena), reaksi uji
sulfur, reaksi Nitroprusida dan reaksi Sakaguchi. Sedangkan analisis protein secara
kuantitatif adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui kadar protein dalam
suatu bahan pangan. Identifikasi protein dengan metode kuantitatif dapat
dilakukan dengan metode kjedhal, metode biuret dan metode lowry (Afkar et al.,
2020).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-Alat Praktikum
a. Gelas Kimia 600 mL
b. Penangas air
c. Penjepit kayu
d. Pipet tetes
e. Pipet volume 2 mL
f. Pipet volume 5 mL
g. Rak tabung reaksi
h. Rubber bulb
i. Spatula
j. Tabung reaksi
2. Bahan-Bahan Praktikum
a. Aquades
b. Larutan α-naftol (Molisch 10%)
c. Larutan CuSO 4 pekat 1%
d. Larutan formaldehyde encer
e. Larutan H 2 SO4 pekat
f. Larutan HNO3 pekat
g. Larutan NaNO 2 1%
h. Larutan NaOH 40%
i. Larutan NH 3
j. Larutan Pb asetat
k. Larutan putih telur
l. Larutan ZnSO 4 encer
m. Reagen merkuri ( HgSO 4 1% dilarutkan dalam H 2 SO 4 10%)

D. SKEMA KERJA
1. Uji Protein dengan Pengendapan
a. Pengendapan oleh logam berat

Larutan protein encer

 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


 + 1 tetes larutan ZnSO4
Hasil

 +Larutan ZnSO4 encer berlebih


Hasil

b. Pengendapan oleh asam

3 mL HNO3 pekat

 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


 + 3 mL larutan protein melalui dinding tabung

Hasil

2. Uji warna protein


a. Reaksi biuret (untuk ikatan peptide)
3 mL larutan protein

 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


 + 2 mL larutan NaOH 40%
 + CuSO4 1% tetes demi tetes

Hasil

b. Reaksi Millon-Nasse (untuk tirosin)


2 mL larutan protein

 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


 + 1 mL reagen merkuri sulfat (HgSO4 1% dalam
H2SO4 10%)
 Δ (kemungkinan terbentuknya endapan kuning)

Hasil

 Didinginkan tabung reaksi pada air mengalir


 + beberapa tetes larutan NaNO2 1%
 Δ hingga larutan menjadi merah

Hasil
c. Reaksi Hopskin-Cole (untuk tripofan)
1 mL larutan protein

 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


 + 1 tetes larutan formaldehid
 + 1 tetes reagen merkuri sulfat

Hasil

 Digojok
 + 1 mL larutan H2SO4 pekat melalui dinding tabung
yang dimiringkan
 Digojok
Hasil

d. Reaksi Xanthoprotein (untuk uji asam amino benzene)


3 mL larutan protein

 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


 + 1 mL larutan HNO3 pekat
 Δ dalam penangas air mendidih hingga larutan menjadi
warna kuning
Hasil

 Didinginkan tabung reaksi pada air yang mengalir


 + larutan NH3

Hasil

e. Reaksi Uji Sulfur


1 mL larutan protein

 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


 + 1 mL larutan NaOH 40%
 Dimasak 1 menit (untuk mengubah S organik menjadi
Na-sulfida
Hasil

 + 1 tetes larutan Pb asetat


Hasil

f. Reaksi Molisch
1 mL larutan protein

 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


 Tetes demi tetes larutan α-naftol (pereaksi molisch
 Dikocok
Hasil

 + 1 mL H2SO4 pekat perlahan-lahan melalui dinding


tabung sehingga terbentuk lapisan dibawah campuran
 Dikocok
Hasil

E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan
Langkah kerja Hasil Pengamatan
1. Uji Protein dan Pengendapan
a. Pengendapan oleh logam berat
 Larutan protein encer  Warna awal protein putih
dimasukkan dalam tabung kebeningan
reaksi  Warna ZnSO4 bening
 + 1 tetes ZnSO4  Setelah ditambahkan 1 tetes
 + Larutan ZnSO4 encer ZnSO4 terdapat endapan
berlebih (berwarna putih )
 Setelah ditambahkan larutan
ZnSO4 encer berlebih tetap
terdapat endapan (berwarna
putih ) di tengah tabung reaksi
b. Pengendapan oleh asam
 3 mL HNO3 pekat
dimasukkan dalam tabung  Warna HNO3 pekat bening
reaksi  Warna larutan protein kuning
 + 3 mL larutan protein kebeningan
 Setelah ditambahkan larutan
melalui dinding tabung
protein terdapat endapan
berwarna putih
2. Uji warna protein
a. Reaksi biuret (untuk ikatan
peptida)
 3 mL larutan protein  Warna awal larutan protein
dimasukkan ke dalam tabung kuning kebeningan
reaksi  Warna NaOH 40% bening
 + 2 mL larutan NaOH 40%  Warna CuSO4 1% biru
 + CuSO4 1% tetes demi tetes  Setelah ditambahkan NaOH
larutan tetap bening
 Setelah ditambahkan CuSO4
terdapat endapan, di atas
berwarna biru tosca, di bawah
berwarna ungu

b. Reaksi Millon-Nasse (untuk


tirosin)
 2 mL larutan protein  Warna larutan protein kuning
dimasukkan ke dalam tabung bening
reaksi  Warna reagen merkuri silver
 + 1 mL reagen merkuri sulfat  Warna NaNO2 putih
 Dipanaskan  Setelah ditambahkan reagen
 Didinginkan merkuri dan dipanaskan, larutan
 + Beberapa tetes NaNO2 berubah menjadi putih susu dan
 Dipanaskan terdapat endapan
 Setelah didinginkan kemudian
ditetesi NaNO2 dan dipanaskan,
pada bagian atas berubah
menjadi berwarna kuning, di
bagian bawah tetap berwarna
putih
a. Reaksi Hopkins Cole (untuk
tripofan)
 1 mL larutan protein  Warna awal larutan protein
dimasukkan ke dalam tabung kuning bening
reaksi  Warna formaldehid bening
 + 1 tetes larutan formaldehid  Warna reagen merkuri silver
encer  Warna H2SO4 tidak berwarna
 + 1 tetes reagen merkuri (bening)
sulfat  Setelah ditetesi formaldehide
 Digojok laruta menjadi keruh
 + 1 mL larutan H2SO4 pekat  Setelah ditambahkan reagen
 Digojok merkuri semakin keruh
 Digojok, berwarna putih
 Setelah ditambahkan H2SO4
pekat berwarna putih keruh dn
terdapat endapan

b. Reaksi Xanthoprotein (untuk uji


asam amino dengan cincin
benzene)
 3 mL larutan protein  Warna awal larutan protein
dimasukkan ke dalam tabung kuning bening
reaksi  Warna HNO3 pekat terdapat
 + 1 mL larutan HNO3 pekat endapan berwarna putih, pada
 Dipanaskan bagian atas berwana bening
 Didinginkan  Setelah ditambahkan HNO3
 + larutan NH3 pekat terdapat endapan
berwarna putih, sedangkan di
bagian bawah berwarna kuning
 Setelah ditambahkan NH3,
terdapat 3 warna, di bagian
bawah berwarna kuning, tengah
berwarna putih, dan dibagian
atas berwarna bening

c. Reaksi sulfur  Warna awal larutan protein


 1 mL larutan protein kuning bening
dimasukkan ke dalam tabung  Warna awal NaOH bening
reaksi  Warna pb asetat kuning
 +1 mL larutan NaOH 40%  Setelah ditambahkan NaOH dan
 Dimasak 1 menit dipanaskan, pada bagian atas
 + 1 tetes pb asetat berwarna sedikit kuning,
kemudian ditengah terdapat
gumpalan berwarna putih, di
bawah gumpalan terdapat
larutan bening
 Setelah ditambahkan pb asetat,
bagian atas berwarna coklat
kehitaman dan terdapat
gumpalan berwarna putih
d. Reaksi Molisch
 1 mL larutan protein  Warna awal larutan protein
dimasukkan ke dalam tabung kuning bening
reaksi  Ditetesi L - naftanol berubah
 Ditetesi larutan L - naftanol warna menjadi coklat
 Dikocok keorangenan dan terdapat
 + 1 mL H2SO4 pekat melalui gumpalan berupa lendir yang
dinding tabung berwarna putih

 Dikocok  Setelah ditambahkan H2SO4


terbentuk 2 lapisan yang
dibatasi oleh gumpalan lendir
berwarna putih dengan lapisan
atas berwarna coklat
keorangenan dan lapisan bawah
berwarna putih pekat

F. ANALISIS DATA
1. Uji protein dengan pengendapan
a. Pengendapan oleh logam berat
b. Pengendapan oleh Asam

2. Uji Warna Protein


a. Reaksi Biuret
b. Reaksi Millon-Nasse

c. Reaksi Hopskin-Cole

d. Reaksi Xanthoprotein

e. Reaksi Uji Sulfur


f. Reaksi Molisch

OH3

OH3

G. PEMBAHASAN
Protein merupakan senyawa polipeptida kompleks yang disusun oleh
kumpulan asam amino dan dihubungkan oleh suatu ikatan peptide atau amida.
Protein merupakan senyawa yang sangat penting dalam sistem kehidupan karena
protein memainkan peran yang sangat vital dalam semua aktivitas sel-sel tubuh
mahluk hidup. Protein dapat tersusun dari kumpulan 20 macam asam amino
dimana sifat asam amino ini ditentukan oleh gugus R nya. Berfungsi sebagai
penyusun unit structural dan fungsional tubuh misalnya bahan baku enzim,
hormone dan penyusun sel.
Praktikum kali ini membahas tentang uji kualitatif protein yang bertujuan
untuk mengidentifikasi sifat kimia protein melalui reaksi pengendapan dan reaksi
perubahan warna. Pada uji kualitatif menggunakan reaksi pengendapan dilakukan
dua jenis pengendapan, yaitu pengendapan oleh logam berat dan pengendapan
oleh asam. Sedangkan pada uji kualitatif menggunakan reaksi perubahan warna
dilakukan beberapa uji, yaitu reaksi biuret (untuk ikatan peptide), reaksi millon-
nasse (untuk tirosin), reaksi Hopkins-cole (untuk triptopan), reaksi xanthoprotein,
reaksi uji sulfur, dan reaksi Molisch. Bahan utama yang digunakan yaitu putih
telur karena putih telur mengandung protein dan albumin. Albumin merupakan
protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas sehingga
putih telur dapat dengan mudah diencerkan.
Pada percobaan pertama, dilakukan uji kualitatif protein dengan
pengendapan logam berat. Uji pengendapan protein ini didasarkan pada sifat
protein yang mudah mengalami denaturasi. Jenis logam yang digunakan adalah
ZnSO4, jenis logam ini dapat mendenaturasi protein karena memiliki berat atom
yang besar, sehingga reaksi yang terjadi antara garam logam berat akan
mengakibatkan terbentuknya garam protein-logam yang tidak larut atau
mengendap. Pada tabung reaksi yang berisikan larutan protein encer lalu
ditambahan 1 tetes larutan ZnSO4, didapatkan hasil bahwa larutan terdapat
endapan berwarna putih. Kemudian ditambahkan lagi larutan ZnSO 4 encer
berlebih, didapatkan hasil setelah ditambahkan tetap terdapat endapan berwarna
putih ditengah tabung. Hal ini terjadi akibat semakin banyak volume/konsentrasi
logam berat yang ditambahkan dalam larutan putih telur, maka semakin banyak
protein yang terdenaturasi, yang mengakibatkan kelarutan berkurang dan
membentuk endapan.
Pada percobaan kedua pengendapan oleh asam, dimana asam yang
digunakan disini yaitu HNO3 pekat yang merupakan asam mineral. Didapatkan
hasil warna HNO3 pekat bening dan warna larutan protein kuning kebeningan
setelah ditambahkan terdapat endapan berwarna putih. Apabila asam bereaksi
dengan protein, maka akan membentuk endapan. Endapan ini terjadi karena
adanya reaksi asam dengan gugus amino dari protein yang menyebabkan
terbentuknya endapan.
Pada uji warna protein dilakukan percobaan sebanyak enam reaksi.
Percobaan pertama yaitu menggunakan reaksi biuret. dilakukan untuk
menunjukkan adanya ikatan peptida yang ditandai dengan terbentuknya warna
merah muda atau ungu. Berdasarkan hasil pengamatan, pada saat penambahan
NaOH 40%, terbentuk larutan bagian bawah yang keruh. Fungsi penambahan
larutan NaOH disini adalah agar suspense protein menjadi suasana alkalis. Uji
protein ini dilakukan dengan memasukkan 3 mL larutan protein pada tabung
reaksi dan 2 mL larutan NaOH 40%, setelah dicampurkan didapatkan hasil warna
CuSO4 1% biru setelah ditambahkan NaOH larutan tetap bening. Hal tresebut
menunjukkan sampel putih telur positif mengandung protein. Terbentuknya
warna ungu dikarenakan Cu2+¿ ¿ dari pereaksi biuret dalam suasana basa akan
bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptide. Selanjutnya ditambahkan
CuSO4 1% tetes demi tetes didaptakan hasil terdapat endapan, diatas berwarna
biru tosca dan dibawah berwarna ungu.
Selanjutnya pada reaksi Milon-Nasse (untuk tirosin), yang pertama 2 ml
larutan protein ditambahkan 1 ml reagen merkusi sulfat pada tabung reaksi.
Penambahan reagen merkuri sulfat berupa HgSO4 dan H2SO4 dalam sampel uji
bertujuan untuk menghidrolisa protein yang mengandung tirosin hingga
terbentuklah endapan putih pada sampel.tabung reaksi dipanaskan, kemudian
tabung reaksi didinginkan pada air mengalir dan ditambahkan beberapa tetes
larutan NaNO2 1%. kemudian dipanaskan sehingga terbentuk endapan atau
gumpalan putih didasar tabung. Setelah dipanaskan terbentuk endapan putih susu.
Selanjutnya setelah ditambahkan NaNO2 dan dipanaskan warna larutan berubah
menjadi kuning pada bagian atas dan bagian bawah tabung tetap berwarna putih.
Reaksi Hopkins-Cole, juga dikenal sebagai reaksi asam glioksilat adalah
uji yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan triptofan dalam protein. Pada
reaksi Hopskin-cole, dilakukan dengan menambahkan 1 tetes larutan formaldehid
encer. Setelah ditambahkan formaldehid larutan menjadi keruh ditambahkan 1
tetes reagen merkuri sulfat dan digojok warna larutan menjadi semakin keruh.
Setelah ditambahakan H2SO4 menjadi putih keruhdan terdapat endapan putih.
Uji Xanthoprotein didasarkan pada reaksi kimia antara gugus aromatic
dalam asam amino dengan HNO3 pekat dengan pemanasan untuk menghasilkan
turunan nitro yang berwarna kuning pekat. Pada reaksi xanthoprotein dilakukan
dengan menambahkan 1 mL larutan HNO3 pekat pada larutan protein terdapat
endapan putih dan pada bagian atas tabung berwarna bening. Setelah ditambahkan
HNO3 pekat terdapat endapan putih sedangkan pada bagian bawah berwarna
kuning. Kemudian di didinginkan dan di tambah NH 3, terdapat tiga warna
dibagian bawah berwarna kuning, tengah tabung berwarna putih, dan pada bagian
atas tabung terdapat warna bening.
Pada reaksi Uji sulfur, dilakukan dengan menambahkan 1 mL larutan
NaOH 40% pada larutan protein encer yang ada dalam tabung reaksi, kemudian
dipanaskan 1 menit. Hasil yang di dapatkan yaitu warna larutan pada bagian atas
berwarna sedikit kuning, kemudin ditengah terdapat gumpalan berwarna putih di
bawah gumpalan terdapat larutan bening. Setelah ditetesi pbasetat terjadi
peruubahan warna menjadi cokelat kehitaman dan terdapat endapan berwarna
putih.
Percobaan keenam yaitu reaksi Molisch untuk mengetahui adanya
sakarida dan glikosida pada suatu senyawa protein yang ditandai dengan
terbentuknya endapan coklat dan cincin ungu. Berdasarkan hasil pengamatan,
pada saat ditambahkan larutan Molisch menghasilkan gumpalan berupa lender
berwarna putih. Selanjutnya ditambahkan dengan larutan H 2 SO 4 terjadi perubahan
yaitu terbentuk dua lapisan yang dibatasi oleh gumpalan lender berwarna putih
dengan lapisan atas berwarna coklak keorangean dan lapisan bawah berwarna
putih pekat. Molisch berfungsi untuk memberikan suasana asam dan
menghidrolisis ikatan pada sakarida sehingga menghasilkan furfural. Furfuran ini
kemudia bereaksi dengan reagent Molisch, α.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telat dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa pengidentifikasian protein secara kualitatif dapat dilakukan dengan
pengendapan oleh logam berat dan pengendapan oleh asam. Uji warna dilakukan
untuk mengidentifikasi adanya ikatan peptida dan beberapa sifat spesifik asam
amino yang dikandungnya. Uji bioret menghasilkan warna ungu yang artinya
positif mengandung protein. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dari
percobaan-percobaan yang telah dilakukan bahwa putih telur mengandung protein
karena pada percobaanpercobaan tersebut terjadi perubahan-perubahan warna dari
percobaan terebut.
DAFTAR PUSTAKA

Afkar, M., Nisah, K., Sa’diah, H. (2020). Analisis Kadar Protein Pada TepungJagung,
Tepung Ubi Kayu dan Tepung Labu Kuning dengan Metode Kjedhal.
Jurnal AMINA, 1 (3) : 108-113.

Despal, Zahera, R., Nuraina, N., Rosmalia, A., Anzhany, D., Agustiyani, I. (2021).
Ternak Perah Presisi. Bogor : IPB Press.

Gorissen, S.H.M., Crombag, J.J.R., Senden, J.M.G., Waterval, W.A.H., Bierau, J.,
Verdijk, L.B., Loon, L.J.C.V. (2018). Protein Content and Amino Acids
Composition of Commercially Available Plant-Based Protein Isolates.
Amino Acids. 50 (1): 1685-1695.

Syarifuddin K.A., M. Aris, Awaliah Rahmat. (2020). Analisis Kandungan Protein


pada Biji Kacang Hazel (Corylus avellanna) yang Berasal dari Kabupaten
Sinjai dengan Menggunakan Metode Kjeldahl. Journal Pharmacy and
Sciences, 12 (1) : 39-50.

Sharer, J.D., Biase, I.D., Matern, D., Young, S., Bennett, M., Tolun, A.A. 2018.
Laboratory Analysis of Amino Acids, (2018) Revision: A Technical
Standard of The American College of Medical Genetics and Genomics
(ACMG). Genetics in Medicine. 20 (12): 1499-1507.

Ramadhani, N., Herlina, Pratiwi, A.C. (2018). Perbandingan Kadar Protein Pada
Telur Ayam Dengan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak. Jurnal
Ilmiah Farmasi. 6 (2): 53-56.

Wahyudiati, D. (2017). Biokimia. Mataram: LEPPIM MATARAM.

Anda mungkin juga menyukai