Anda di halaman 1dari 10

MASYARAKAT HUKUM ADAT

Disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah : Hukum Adat
Dosen Pengampu : Dr. Diah Arimbi, S.Si.T., M.H.

Disusun oleh :
1. Oki Renaldi (20210212008)
2. Irma Nur Khalisah (20210212021)
3. Aisyah Rizky Oktaviani (20210212016)
4. Fahrudin Al Mubarok (20210212024)
5. Wakhid Nurdin Sa’bana (20210212032)

PROGRAM STUDI HUKUM SYARIAH


FAKULTAS SOSIAL, EKONOMI DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA PURWOKERTO
2022
BAB I
A. LATAR BELAKANG
Istilah hukum adat adalah suatu istilah dimasa lampau mengenai
pemberian ilmu pengetahuan hukum kepada sekelompok hingga beberapa
pedoman serta kenyataan yang mengatur dan menerbitkan kehidupan
masyarakat.
Menurut Supomo mengatakan hukum adat merupakan hukum tidak
tertulis didalam peraturan tidak tertulis, meliputi peraturan-peraturan hidup
yang meskirpun tidak ditetapkan oleh yang berwajib tetapi ditaati dan
didukung oleh rakyat berdasarkan atas keyakinan bahwasannya peraturan-
peraturan tersebut mempunyai kekuatan hukum.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud Masyarakat Hukum Adat ?
b. Ada berapa unsur yang membentuk suatu Masyarakat Hukum Adat ?
c. Bagaimana pembagian Masyarakat Hukum Adat dilihat dari Bentuk
dan Susunannya ?
C. TUJUAN
a. Mengetahui apa yang dimaksud Masyarakat Hukum Adat
b. Mampu menjelaskan Unsur yang terkandung dalam Masyarakat
Hukum Adat
c. Memahami pembagian Masyarakat Hukum Adat
BAB II

A. PENGERTIAN MASYARAKAT HUKUM ADAT


1. Pengertian Masyarakat
Masyarakat berasal dari bahasa arab, yaitu syaraka yang
berarti ikut serta atau berpartisipasi sedangkan dalam bahasa inggris,
masyarakat merupakan society yang pengertiannya mencangkup
interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan. Masyarkat
juga berarti bahwa kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang
terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
2. Pengertian adat
Adat berasal dari bahasa Arab, yang diterjemahkan dalam
bahasa indonesia yang berarti “ kebiasaan”. Adat atau kebiasaan
merupakan tingkah laku seseorang yang dilakukan secara terus
menerus dengan cara tertentu serta diikuti oleh masyarakat luar dalam
waktu yang lama. Unsur-unsur adat seperti, adanya tingkah laku
seseorang, adanya dimendi waktu, dilakukan secara terus menerus,
diikuti oleh orang lain, dan tidak diketahui asal usulnya.
3. Pengertian masyarakat hukum adat
Masyarakat hukum adat menurut van vallen hoven
meruapakan suatu masyarakat hukum yang menujuk pengertian-
pengertian kesatuan-kesatuan manusia yang mempunyai tata susunan
yang teratur, daerah yang tetap, penguasa-penguasa atau pengurus,
dan mempunyai harta, baik harta berwujud (tanah,pusaka) maupun
harta tak berwujud (gelar bangsawan)1. Berdasarkan pendapat Ter
Haar masyarakat hukum adat adalah pertama kesatuan masyarakat
yang terstuktur, kedua menetap disutau daerah tertentu, ketiga
mempunyai atau memiliki penguasa, dan keempat mempunyai
kekayaan yang berwujud ataupun tidak berwujud, dimana para
1
Nandang Alamsah deliarnoor, “ masyarakat hukum adat diindonesia dalam hubungannya
dengan praktek berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat”
anggota kseatuan masing-masing mengalami kehidupan dalam
masyarakat sebagai hal yang wajar menurut kodrat alam dan para
anggota MHA tidak mempunyai fikiran atau kecenderungan untuk
membubarkan iktan atau melepaskan diri dari ikatan itu selama-
lamanya.
B. Unsur Masyarakat Hukum Adat
Dari pengertian Masyarakat hukum adat yang disampaikan oleh van
vallen hoven maka kita dapat menarik beberapa unsur yang ada pada
masyarakat hukum adat, yaitu :
1. Adanya suatu masyarakat yang hidup teratur
2. Adanya Wilayah
3. Adanya Penguasa
4. Adanya harta Materil dan In Materil
5. Mereka tidak akan melepaskan diri dari masyarakat itu
C. Pengakuan Hukum atas Masyarakat Hukum Adat
Pengakuan MHA dilakukan sejak indonesia berdiri. Yang terdapat
dalam pasal 18 UUD yaitu pengakuan gelombang petama dalam konteks
nasional Indonesia. Pengakuan gelombang ke dua dilakukan dalam UU no
5 tahun 1960 tentang pokok-pokok agraria. Pengakuan ke tiga yaitu yang
dilakukan oleh rezim orde baru. Sedangkan pengakuan gelombang ke
empat dilakukan setelah amandemen UUD dengan memunculkan beberapa
Undang-undang. Pengakuan atas keberadaan MHA dalam UUD sebelum
amandemen merupakan mengakui masyarakat yang sudah ada dengan
segala sistem yang berlaku didalamnya. Hal tersebut merujuk pada
pemaknaan kata “susunan asli”. Karena keaslian ini maka dianggap
sebagai suatu hal yang istimewa.
D. Pembagian Masyarakat Hukum Adat
Masyarakat hukum adat itu dapat dilihat dari dua sisi, yang pertama
dari Bentuknya dan yang kedua dari susunan atau strukturnya.

1. Bentuk
Bentuk masyarakat mukum adat (dari luar) menurut Hazairin dibagi
menjadi tiga, yaitu :
a) Masyarakat hukum adat tunggal
- Dalam 1 wilayah, hanya terdapat 1 masyarakat hukum adat
- Setiap individu yang tinggal diwilayah tersebut memiliki 1
kesatuan nilai, pandangan hidup dan kepercayaan yang sama
- Hanya memiliki 1 penguasa, wakil masyarakat hukum adat
bertugas mengatur ke dalan dan berhubungan dengan dunia
luar
- Dalam 1 wilayah dibagi menjadi sub-sub wilayah, dan setiap
sub wilayah memiliki pemimpin. Pemimpin sub wilayah ini
hanya perpanjangan tangan si penguasa masyarakat hukum
adat itu
- Tidak ada otonmi, pemimpin-pemimpin pada sub wilayah
bekerja atas nama penguasa
b) Masyarakat hukum adat bertingkat
- Dalam 1 wilayah, ada 2 atau lebih masyarakat hukum adat
- Ada masyarakat hukum adat atasan dan ada masyarakat hukum
adat bawahan
- Kekuasaan dan kewenangan ada 2 (atasan dan bawahan0
- Masyarakat hukum adat bawahan terbentuk apabila ada 4 suku
yang berbeda dalam 1 wilayah. Sebelum menjadi nagari, ada
tahapannya. Mulai dari taratak (1 suku menggunakan tanah
untuk berladang) ketika belum ada hak dan kewajiban, lalu
berkembang menjadi dusun (ketika suku-suku lain juga , dan
kemudian nagari, kemudian memilih wali nagari (penguasa)
- Kekuasaan wali nagari terbagi-bagi menjadi kekuasaan-
kekuasaan di bawahnya, yaitu kepala-kepala suku. Kepala suku
biasanya dipilih dari yang paling dihormati dan paling tua.
- Kepala suku memiliki otoritas penuh untuk mengatur sukunya
(kekuasaan ke dalam), namun dibatasi wali nagari untuk
bertindak ke luar. Sebaliknya, wali nagari dibatasi oleh kepala
suku untuk bertindak ke dalam dan punya otoritas penuh untuk
bertindak ke luar. (Konsep Negara Federal : kepala suku
mengatur urusan-urusan ada, tanah, perkawinan)
- Suku-suku tersebut hidup berdampingan, tidak ada batas yang
jelas. Batasannya hanya berdasarkan keefektifan
penggunaannya (effective occupation).
c) Masyarakat hukum adat berangkai
- Terdapat 2 atau lebih masyarakat hukum adat setingkat yang
melakukan kerjasam (sama-sama bawhan lain atasan, atau
sama-sama atasan)

2. Susunan/ Strukturnya
Struktur masyarakat hukum adat (dari dalam) menurut Soepomo
a) Teritorial
Masyarakat hukum adat yang strukturnya bersifat teritorial
yaitu masyarakat hukum adat yang disusun berazaskan lingkungan
daerah, yaitu masyarakat hukum adat yang para anggotanya merasa
bersatu dan bersama-sama merupakan kesatuan masyarakat hukum
adat yang bersangkutan. Oleh karena itu, merasa ada ikatan antara
mereka masing-masing dengan tanah tempat tinggal mereka.
Landasan yang mempersatukan para anggota masyarakat hukum
adat yang strukturnya bersifat teritorial adalah ikatan antara orang
yang anggota masing-masing masyarakat tersebut dengan tanah
yang didiami sejak kelahirannnya, yang didiami oleh orang tuanya,
yang didiami oleh neneknya, yang dialami oleh nenek moyangnya,
secara turun-temurun ikatan dengan tanah menjadi inti azas
teritorial.
Ada 3 jenis masyarakat hukum adat yang strukturnya
bersifat teritorial :
1) Masyarakat hukum desa
Masyarakat hukum desa adalah segolongan atau
sekumpulan orang yang hidup bersama berazaskan
pandangan hidup, cara hidup dan sistim kepercayaan
yang sama, yang menetap pada suatu tempat kediaman
bersama, merupakan satu kesatuan tata susunan yang
tertentu, baik keluar maupun kedalam.
2) Masyarakat hukum wilayah (persekutuan wilayah)
Masyarakat hukum wilayah adalah suatu kesatuan
sosial yang teritorial yang melingkupi beberapa
masyarakat hukum desa yang masing-masingnya tetap
merupakan kesatuan-kesatuan yang berdiri tersendiri.
3) Masyarakat hukum serikat desa (perserikatan desa)
Masyarakat hukum serikat desa adalah suatu
kesatuan sosial yang teritorial, yang selalu dibentuk atas
dasar kerjasama diberbagai-bagai lapangan demi
kepentingan bersama masyarakat hukum desa yang
tergabung dalam masyarakat hukum serikat desa
tersebut.
b) Geneologis
Masyarakat hukum adat yang strukturnya berdasarkan azas
keturunan ialah masyarakat hukum adat yang anggota-anggotanya
merasa terikat dalam suatu ketertiban berdasarkan kepercayaan
bahwa mereka semua berasal satu keturunan yang sama. Artinya,
seseorang menjadi anggota masyarakat hukum adat yang
bersangkutan karena ia menjadi atau menganggap diri keturunan
dari seorang bapak asal (nenek moyang dari laki-laki), tunggal
melalui garis keturunan laki-laki atau dari seorang ibu asal (nenek
moyang dari perempuan), tunggal melalui garis keturunan
perempuan, sehingga menjadi semua anggota-anggota masyarakat
tersebut sebagai satu kesatuan dan tunduk pada peraturan-peraturan
hukum adat yang sama.
Dalam masyarakat hukum adat yang ditentukan
berdasarkan keturunan, terdapat 4 macam pertalian keturunan,
yaitu :

1) Patrilineal
Struktur masyarakat Patrilineal, yaitu susunan
masyarakat yang menarik garis keturunan dalam hubungan
diri dengan orang lain melalui garis laki-laki.
2) Matrilineal
Struktur masyarakat Matrilineal, yaitu struktur
masyarakat yang menarik garis keturunan dengan
menggabungkan diri dengan orang lain melalui garis
perempuan.
3) Patrilineal Beralih-alih
Struktur masyarakat Patrilineal Beralih-alih, yaitu
struktur masyarakat yang menarik garis keturunan secara
bergiliran atau berganti-ganti sesuai dengan bentuk
perkawinan yang dialami oleh orang tua, yaitu bergiliran
kawin jujur, kawin semendo maupun kawin semendorajo-
rajo.
4) Parental/Bilateral
Struktur masyarakat Parental/Bilateral, yaitu pertalian
keturunan yang ditarik secara garis keturunan melalui
garis ayah maupun garis ibu. Pada masyarakat terstruktur
secara bilateral tidak ada perkawinan khusus, begitu juga
dengan tempat tinggal dalam perkawinan tidak ditentukan
dengan jelas. Contoh masyarakat bilateral/Parental dalam
mayarakat Aceh, Jawa, Sunda, Makasar.
c) Teritorial-Geneologis
Masyarakat hukum adat Teritorial-Geneologis adalah
kesatuan masyarakat yang tetap dan teratur, dimana anggotanya
bukan saja terikat pada tempat suau kediaman di daerah tertentu,
tetapi juga terikat dalam hubungan keturunandalam ikatan pertalian
darah dan/atau kekerabatan.

BAB III
KESIMPULAN
Masyarakat hukum adat adalah masyarakat yang memiliki 5 unsur yaitu
Adanya suatu masyarakat yang hidup teratur, adanya wilayah, adanya penguasa,
adanya harta materil dan in materil serta mereka tidak akan melepaskan diri dari
masyarakat tersebut.
Masyarakat hukum adat itu dapat dilihat dari dua sisi, yang pertama
dari Bentuknya dan yang kedua dari susunan atau strukturnya.
1. Bentuk
a. Tunggal
b. Bertingkat
c. Berangkai
2. Susunan/ Strukturnya
a. Teritorial
b. Geneologis
c. Teritorial-Geneologis
DAFTAR PUSTAKA
1. Yulia, 2016, Buku Ajar HUKUM ADAT, Cet. I.Lhokseumawe: Unimal
Press
2. Soetoto Erwin Owan Hermansyah.2021.BUKU AJAR HUKUM ADAT
Cet. I. Malang: Madza Media.

Anda mungkin juga menyukai