Anda di halaman 1dari 18

III.

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di PLTA yang telah memperoleh sertifikat ISO 14001
yaitu PLTA Cirata dan PLTA Saguling yang berada di Provinsi Jawa Barat,
PLTA Tanggari I dan PLTA Tanggari II yang berada di Provinsi Sulawesi Utara.
Penelitian dilaksanakan selama 14 (empat belas) bulan. Objek penelitian di
Provinsi Jawa Barat terdiri dari PLTA Saguling dan PLTA Cirata. Sehingga lokasi
wilayah penelitian yang dikaji terhadap DAS (daerah aliran sungai) Waduk
Saguling dan DAS Waduk Cirata (Gambar 8). Sementara objek penelitian di
Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari PLTA Tanggari I dan PLTA Tanggari II.
Lokasi wilayah penelitian disajikan pada Gambar 9 yang merupakan wilayah
DAS Tondano yang melingkupi DAS PLTA Tanggari I dan II.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan desain model kebijakan
dan strategi perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela di
PLTA. Tidak semua PLTA di Indonesia menerapkan sistem manajemen
lingkungan ISO 14001, sehingga teknik sampling yang digunakan adalah
purposive sampling. Dari 55 PLTA yang ada di Indonesia, berdasarkan data yang
diperoleh dari Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan yang
terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), Januari 2011, terdapat 6
PLTA yang telah disertifikasi berdasarkan ISO 14001 (telah diadopsi Indonesia
menjadi SNI ISO 14001). Kemudian dari 6 PLTA tersertifikasi ISO 14001,
peneliti mengambil PLTA yang memanfaatkan sumberdaya air yang berasal dari
aliran sungai yang mengikuti pola kaskade. Dari 6 PLTA ada sebanyak 4 PLTA
yang memenuhi yaitu air dari daerah aliran sungai yaitu PLTA Saguling, PLTA
Cirata, PLTA Tanggari I dan PLTA Tanggari II. Sehingga penelitian dilakukan
terhadap 4 PLTA tersebut.
49

(a)

(b)
Gambar 8 Lokasi penelitian: (a) DAS PLTA Saguling dan (b) DAS PLTA Cirata
di Provinsi Jawa Barat.
50

Gambar 9 Lokasi penelitian PLTA Tanggari di Provinsi Sulawesi Utara.

3.2. Tahapan Penelitian


Penelitian ini dirancang dalam empat tahapan yang bertujuan untuk
mengkaji berbagai permasalahan yang terkait (Gambar 10). Pada tahap awal
dilakukan kajian terhadap data sekunder yang terdapat di perpustakaan umum dan
instansi yang terkait dengan kegiatan penilaian dan perlindungan lingkungan
terkait kualitas dan kuantitas sumber daya air pensuplai PLTA. Pada tahap ini
dilakukan kajian deskriptif mengenai implementasi sistem manajemen lingkungan
dalam perlindungan lingkungan dan pemenuhan persyaratan lingkungan yang
51

berlaku terkait dengan pengendalian aspek lingkungan penting PLTA. Keempat


PLTA yang diteliti menetapkan pemanfaatan sumberdaya air merupakan aktivitas
yang memiliki aspek lingkungan penting.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan kajian deskriptif terhadap
pemenuhan persyaratan perundang-undangan lingkungan terkait sumberdaya air.
Peneliti mengumpulkan data sekunder kualitas air sungai sebelum dan sesudah
dimanfaatkan PLTA, mulai dari tahun 2005 hingga tahun 2010. Selain itu,
dilakukan analisis perubahan penggunaan lahan (landuse change) berdasarkan
data citra satelit di sekitar DAS di mana PLTA berada. Hal ini dilakukan dengan
bantuan perangkat lunak SIG (sistem informasi geografis) yang diklarifikasi
dengan data lapangan melalui observasi. Kedua langkah analisis ini mampu
menggambarkan kondisi aktual lingkungan dan sumber daya air terkait PLTA
yang dikaji.
Tahap kedua, melakukan kajian terhadap regulasi (legal review) terkait
pengelolaan sumberdaya air PLTA. Pada tahap ini juga dilakukan kajian terhadap
akseptasi stakeholder terhadap program sistem manajemen lingkungan. Kajian
dilakukan untuk mengetahui tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder
terhadap program lingkungan PLTA.
Tahap ketiga melakukan kajian program sistem manajemen lingkungan
PLTA dalam rangka konservasi sumberdaya air untuk melestarikan fungsi
sumberdaya air. Manfaat lingkungan dianalisis dengan pendekatan Nilai Ekonomi
Total (Total Economic Value -TEV) .
Tahap terakhir, dilakukan kajian kebijakan prioritas menggunakan AHP
(analitycal hierarchy process), serta analisis kebijakan guna menggambarkan
kebijakan aktual yang ada, serta prioritas pengelolaan sumber daya air PLTA.
Semua hasil analisis di atas menjadi bahan perumusan model dinamik kebijakan
pengelolaan sumberdaya air PLTA. Proyeksi kebijakan ke depan berdasarkan
kondisi aktual yang ada bisa disimulasikan dalam model dinamik tersebut. Hal ini
akan menjadi bahan rumusan pengembangan kebijakan perlindungan dan
pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela dan skenario penerapannya.
52

Gambar 10 Tahapan pelaksanaan penelitian.


53

3.3 Penentuan Responden


3.3.1 Responden Pakar
Responden untuk keperluan kajian akseptasi stakeholder merupakan para
pakar yang mewakili struktur stakeholder PLTA yang berasal dari wakil
pemerintah, asosiasi/profesi di bidang penilaian kesesuaian, wakil shareholder
wakil masyarakat, dan wakil konsumen. Sementara responden pakar untuk AHP
merupakan para pakar yang mengetahui seluk beluk pengelolaan sumberdaya air
berbasis sukarela di PLTA.
Dasar pertimbangan dalam pemilihan pakar digunakan kriteria sebagai
berikut :
a. Keberadaan dan kesedian pakar/responden untuk dimintakan pendapat.
b. Memiliki kredibilitas sebagai ahli pada substansi yang diteliti.
c. Memiliki pengalaman dalam bidangnya.
d. Keterwakilan stakeholder.
Berdasarkan hal ini, maka pakar yang dimintakan pandangannya minimal
berjumlah 5 responden.

3.3.2 Responden Valuasi Ekonomi


Analisisis TEV bertujuan untuk mengetahui seberapa besar benefit dari
penerapan kebjakan perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air di PLTA
dilihat dari value yang dapat diperoleh dari ekosistem yang dilindungi. Value yang
diperoleh bisa berupa use value maupun non-use value sebagai output dari
program manajemen lingkungan. Kedua value ini dapat dirasakan baik secara
langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat di sekitar PLTA, baik
masyarakat di hulu, sepanjang aliran sungai maupun di hilir sungainya. Maka dari
itu, dalam analisis TEV ini, responden yang akan menjadi target analisis adalah
masyarakat yang berada di sekitar PLTA yang tinggal di sepanjang daerah aliran
sungai. Tentunya tidak semua warga diikutkan menjadi target survei dalam
analisis TEV ini, karena warga yang berada di daerah yang sama dengan
karakteristik lingkungan yang hampir sama akan memiliki pola pikir dan kondisi
yang sama akibat dari program lingkungan ini. Secara statistik, dalam teori
pengambilan sampel untuk suatu survei, perlu mengambil minimal 30 responden
54
agar hasil penelitian bisa dikatakan valid. Maka dari itu, pada saat survei, penulis
mengambil sebanyak 30 responden dari masing-masing PLTA untuk menjadi
responden dalam penelitian analisis TEV ini. Sehingga jumlah responden yang
menjadi target sampel dalam penelitian ini sebanyak 4 x 30 responden yaitu 120
responden.

3.4 Jenis dan Sumber Data


Data penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan sekunder, yang meliputi data kualitas air PLTA, program perlindungan dan
pengelolaan sumberdaya air di PLTA, pendapat pakar, persepsi masyarakat,
stakeholder, dan data kelembagaan. Jenis dan sumber data yang dianalisis secara
ringkas disajikan matriks rangkuman metode penelitian pada Tabel 2.

3.5 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran dan observasi langsung
terhadap data-data yang terkait dengan kebijakan perlindungan dan pengelolaan
sumberdaya air berbasis sukarela di PLTA. Dalam tahap implementasi rancangan,
data yang akurat diperoleh melalui (1) studi literatur, (2) observasi lapangan (3)
kuisioner survei pakar (expert survey methods). Penggunaan ketiga metode ini
dapat saling menutupi kelemahan/melengkapi informasi yang dibutuhkan
sehingga dalam menangkap realitas masalah lebih bisa diandalkan (Eriyatno dan
Sofyar, 2007). Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari penelusuran
data-data yang terkait dengan kebijakan pemerintah. Data primer diperoleh
melalui observasi langsung dan wawancara melalui pengisian kuesioner tentang
karakteristik sosial ekonomi, masyarakat yang memanfaatkan keberadaan PLTA
serta melalui diskusi dengan pihak terkait seperti pihak instansi pemerintah, pihak
PLTA, Perguruan Tinggi dan masyarakat.
55

Tabel 2 Matriks rangkuman metode penelitian


Metode Pengumpulan Data
Tujuan Parameter Metode Analisis Data Output
Primer Sekunder
Menganalisis kondisi perubahan  Ground check  Data citra satelit  Perubahan penggunaan lahan  Observasi  Peta penggunaan lahan
penggunaan lahan dan kualitas point (GCP)  Parameter fisika air  Analisis SIG
sumberdaya air yang dimanfaatkan landuse  Data kualitas SD Air  Parameter kimia air  Analisis Deskriptif  Grafik kualitas air
PLTA
Menganalisis tingkat pengaruh dan  Kuisioner  Tingkat kepentingan &  Analisis Stakeholder  Pemetaan stakeholder
kepentingan stakeholder, serta  Dokumen peraturan pengaruh stakeholder
landasan regulasi terkait dan perundangan  Pemetaan regu  Legal review  Gambaran regulasi
pengelolaan sumberdaya air
terkait  lasi terkait saat ini
berbasis sukarela di PLTA
Menganalisis nilai jasa lingkungan  Kuisioner  Data produksi listrik  Kapasitas power listrik  Analisis valuasi  Nilai ekonomi total
yang diberikan sumberdaya air  Data potensi perikanan  Biaya produksi listrik ekonomi (TEV) jasa lingkungan
PLTA secara berkelanjutan
 Data wisata  Produksi budidaya ikan
 Data potensi serapan  Biaya produksi budidaya ikan
karbon  Jumlah penduduk
 Data Curah hujan  Jumlah pengunjung wisata
 Data laju sedimentasu  Biaya perjalanan wisata
 Data limpasan  Luas lahan penghijauan
permukaan  Nilai simpanan karbon
 Luas DAS
Merumuskan model kebijakan  Kuisioner  Struktur hierarki  AHP  Prioritas kebijakan
perlindungan dan pengelolaan  Kompilasi data  Aspek lingkungan  Analisis Sistem  Model dinamik
sumberdaya air berbasis sukarela di  Aspek ekonomi Dinamik
PLTA  Aspek Sosial
 Sintesa hasil analisis  Analisis kebijakan  Model konseptual
kebijakan
56
3.6 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, digunakan tujuh teknik analisis utama yaitu analisis
kualitas air, analisis perubahan penggunaan lahan, nilai manfaat konservasi
sumberdaya air oleh PLTA dapat dinilai melalui Nilai Ekonomi Total (NET),
legal review, analisis stakeholder, AHP (Analytical Hierarchy Process dan
analisis sistem dinamik.

3.6.1 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan


Perubahan penggunaan lahan diteliti untuk melihat besarnya tekanan
penduduk dan aktifitasnya terhadap penggunaan lahan pada wilayah yang
mempengaruhi sumberdaya air PLTA. Analisis perubahan penggunaan lahan
dilakukan terhadap perubahan penggunaan lahan pada tahun 2001 hingga tahun
2007. Data yang digunakan adalah citra satelit Landsat-7 ETM+ yang
diinterpretasi penggunaan lahannya. Perubahan penggunaan lahan bisa dikaji
menggunakan kombinasi metode penginderaan jauh (analisis citra digital), SIG
dan pemodelan (Weng 2002; Wu et al. 2006; Azo’car 2007).
Analisis citra digital adalah kegiatan penguraian dan atau penelaahan data
serta hubungan antar komponen data itu sendiri, dalam hal ini adalah nilai
kecerahan (brightness value, BV) atau nilai digital (digital number, DN) (Jaya
2006). Data citra digital setiap tahun perekaman akan diuraikan menjadi nilai
digital yang akan dibandingkan perubahannya secara temporal. Hasil analisis
didigitasi dan dianalisis perubahan luasan spasialnya dengan perangkat sistem
informasi geografis (SIG) (Kurniawan 2010). Menurut Prahasta (2002),
perangkat ini bisa digunakan untuk menyimpan, memperbaharui, menganalisis
dan menyajikan kembali semua bentuk informasi spasial tersebut.

3.6.2 Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value)


Total Economic Value (TEV) yaitu analisis kebijakan untuk menilai
manfaat lingkungan secara ekonomis dengan menggabungkan unsur dari berbagai
disiplin ilmu yang bersifat deskriptif, valuatif, dan normatif. Dalam konsep
penilaian nilai ekonomi total, nilai lingkungan tidak hanya bergantung pada nilai
pemanfaatan langsung, namun juga pada seluruh fungsi sumberdaya lain yang
57

memberi nilai (ekonomis dan non ekonomis) yang setinggi-tingginya. Model ini
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaataan sumberdaya yang dapat
diukur secara nyata berdasarkan tolok ukur nilai moneter. Secara generik model
TEV dirumuskan sebagai berikut :

TEV = UV + NUV = (DUV + IUV + OV) + (XV + BV)


Keterangan :
UV = Use value
NUV = Non use value
DUV = Direct use value
IUV = Indirect use value
OV = Option value
EV = Existensi value
BV = Bequest value

Penggunaan TEV dalam penelitian ini dikaitkan pada penilaian manfaat dan
biaya lingkungan atas penerapan sistem manajemen lingkungan berbasis sukarela
(voluntary) dalam mendukung kebijakan perlindungan lingkungan.

3.6.3. Analisis Legal Review


Metoda yang digunakan untuk menelaah regulasi adalah metode legal
review yang merupakan pendukung dalam analisis kebijakan (policy analysis).
Analisis legal review dilakukan untuk mengkaji restriksi dan peluang yang bisa
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan dan kondisi yang diharapkan dari aspek
legal (Hermawan et al. 2005). Analisis ini dilakukan terhadap berbagai regulasi
terkait pengelolaan sumberdaya air secara umum dan pengelolaan sumberdaya air
di wilayah sekitar PLTA. Hal ini dilakukan untuk memberikan landasan regulasi
serta peluang perbaikannya di masa mendatang dalam menerapkan kebijakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan sumberdaya air berbasis sukarela secara
berkelanjutan

3.6.4. Analisis Stakeholder


Analisis stakeholder adalah sistem pengumpulan informasi dari individu
atau sekelompok orang yang berpengaruh dalam memutuskan, mengelompokkan
58
informasi dan menilai kemungkinan konflik yang terjadi antara kelompok-
kelompok berkepentingan dengan areal dimana akan dilakukan trade-off (Brown
et al. 2001). Analisis stakeholder dilakukan dengan mengidentifikasi aktivitas
stakeholder kunci dan melakukan penilaian terhadap tingkat pengaruh dan
kepentingan stakeholder dalam program perlindungan lingkungan PLTA berbasis
sukarela. Peran stakeholder digambarkan dalam bentuk hubungan dengan
aktivitas yang direncanakan, mengemukakan masalah, mengidentifikasi
kepentingan dan pengaruh setiap stakeholder, mengidentifikasi hubungan yang
akan dibangun antar stakeholder, dan usaha/tindakan bersama (koalisi) guna
mencapai sasaran bersama yang kooperatif.
Alat analisis yang digunakan adalah ”stakeholder grid” dengan bantuan
perangkat lunak komputer program Microsoft Excel XLSTAT 7.1 yang telah
dimodifikasi menjadi software Analisis Stakeholder. Stakeholder dikategorikan
menurut kepentingan dan pengaruhnya dalam perlindungan dan pengelolaan
sumberdaya air berbasis sukarela di perusahaan listrik pembangkit tenaga air
(PLTA). Tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder diilustrasikan pada
Gambar 11.

Tingkat Pengaruh

Gambar 11 Tingkat pengaruh dan kepentingan pada stakeholder.


59

Tingkat kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholder diberi skor


berdasarkan justifikasi pakar dan dikelompokkan menurut jenis indikatornya
kemudian disandingkan sehingga membentuk koordinat. Selanjutnya
diterjemahkan ke dalam klasifikasi stakeholder. Posisi pada kuadran dapat
menggambarkan ilustrasi mengenai posisi dan peranan yang dimainkan oleh
masing-masing stakeholder.
Pengelompokan stakeholder tergantung pada tingkat kepentingan dan
pengaruhnya terhadap proses pengambilan keputusan, yakni: primary
stakeholders, secondary stakeholders, dan external stakeholders (Gambar 11).
a. Primary stakeholders, dimana tingkat kepentingan tinggi dengan pengaruh
yang rendah dalam proses (penentuan kebijakan);
b. Secondary stakeholders, dimana tingkat kepentingan dan pengaruh dalam
proses (penentuan kebijakan) dengan proporsi sama;
c. External stakeholders, dimana tingkat kepentingan rendah dengan pengaruh
yang tinggi dalam proses (penentuan kebijakan).

3.6.5 Analytical Hierarchy Process (AHP)


Penggunaan AHP dimaksudkan untuk membantu pengambilan keputusan
memilih strategi terbaik dengan cara: (1) mengamati dan meneliti ulang tujuan
dan alternatif strategi atau cara bertindak untuk mencapai tujuan, dalam hal ini
kebijakan yang baik; (2) membandingkan secara kuantitatif dari segi
biaya/ekonomis, manfaat dan resiko dari setiap alternatif; (3) memilih alternatif
terbaik untuk diimplementasikan, dan (4) membuat strategi secara optimal,
dengan menentukan prioritas kegiatan. Tahapan AHP dimulai dengan yang
bersifat umum, yaitu menjabarkan ke dalam sub tujuan yang lebih rinci yang
dapat menjelaskan apa yang dimaksud dalam tujuan umum. Penjabaran terus
dilakukan hingga diperoleh tujuan yang bersifat operasional. Pada setiap hierarki
dilakukan proses evaluasi atas alternatif. Tahap terpenting dari AHP adalah
melakukan penilaian perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) guna
mengetahui tingkat kepentingan suatu kriteria terhadap kriteria lain. Penilaian
dilakukan dengan membandingkan sejumlah kombinasi elemen yang ada pada
setiap hierarki sehingga dapat dilakukan penilaian kuantitatif untuk mengetahui
60
besarnya nilai setiap elemen. Penilaian perbandingan berpasangan dilakukan
melalui pendapat pakar.
Prinsip kerja AHP adalah: (1) penyusunan hierarki, (2) penilaian kriteria dan
alternatif, (3) penentuan prioritas, (4) konsistensi logis. Proses perbandingan
berpasangan dilakukan pada setiap level (Gambar 12), yaitu level 1 (goal) , level 2
(faktor), level 3 (aktor), level 4 (tujuan), dan level 5 (alternatif).
Menurut Saaty (1994) bahwa tahapan analisa data dengan AHP adalah
sebagai berikut :
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi masalah;
2. Membuat struktur hierarki yang dimulai dengan penentuan tujuan umum, sub-
sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkat kriteria yang
paling bawah. Penyusunan hierarki dilakukan melalui diskusi mendalam
dengan pakar yang mengetahui persoalan yang sedang dikaji. Adapun struktur
hierarki disain kebijakan perlindungan lingkungan berbasis sukarela di PLTA
seperti pada Gambar 12.

Gambar 12 Desain struktur proses hierarki analitik kebijakan perlindungan dan


pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela.

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh


relatif setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat diatasnya,
perbandingan berdasarkan judgement dari para pengambil keputusan dengan
menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya,
61

Untuk mengkuantifikasi data kualitatif digunakan nilai skala 1-9, Skala


perbandingan secara berpasangan seperti Tabel 3.

Tabel 3 Matrik perbandingan berpasangan berdasarkan skala Saaty


Tingkat
Definisi Penjelasan
Kepentingan
1 Kedua elemen sama Dua elemen mempunyai pengaruh yang
pentingnya sama besar terhadap tujuan

3 Elemen kunci satu sedikit Pengalaman dan penilaian sangat kuat


lebih penting dari pada mendukung satu elemen dibanding
elemen yang lainnya elemen lainnya

5 Elemen yang satu lebih Pengalaman dan penilaian sangat kuat


penting dari pada elemen mendukung satu elemen dibanding
yang lainnya elemen lainnya

7 Satu elemen jelas lebih Stau elemen dengan didukung dan


penting daripada elemen didominasi terlihat dalam praktek
yang lainnya

9 Nilai-nilai antara dua Bukti yang mendukung elemen yang satu


pertimbangan yang terhadap elemen yang lain memiliki
berdekatan tingkat penegasan tertinggi yang mungkin
menguatkan

2,4,6,8 Nilai diberikan jika ada dua kompromi


antara dua pilihan
Sumber : Saaty (1993).

4. Melakukan pengolahan perbandingan berpasangan. Pengolahan dilakukan


untuk menyusun prioritas setiap elemen dalam hierarki terhadap sasaran
utama.

Jika NPpq didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada
tingkat ke-q terhadap sasaran utama, maka :

NPpq =  NPHpq(t , q  1) xNPTt (q  1)


t 1
Keterangan
p = 1,2,....,r
T = 1,2,.....,s
NPpq = Nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap
sasaran utama
62
NPHpq = Nilai prioritas elemen ke-p pada tingkat ke-q
NPTt = Nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat q-1

5. Mengisi konsistensi judgment stakeholder dengan menghitung Consistency


Ratio. Nilai konsistensi yang dianggap baik adalah < 0,1 Jika tidak konsisten
(nilainya > 0,1) maka pengambilan data diulangi atau dikoreksi. Consistency
Ratio merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah
perbandingan berpasangan yang dilakukan oleh pakar telah dilakukan dengan
konsekuen atau tidak (Marimin, 2004). Nilai Consistency Ratio dihitung
dengan rumus :

CI
CR = RI

Dimana : CI = Indeks konsistensi


RI = Indeks Random

CI = (p – n) / (n – 1)
Dimana : p = rata-rata Consistensy Vector
n = Banyak alternatif

Sedangkan RI merupakan nilai random indeks sebagaimana yang


ditetapkan oleh Oarkridge laboratory (Marimin 2004) seperti pada Tabel 4.

Tabel 4 Nilai indeks random


N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56

Setelah diperoleh alternatif kebijakan sebagai kebijakan prioritas yang


perlu diterapkan dalam pengembangan PLTA berbasis sukarela, selanjutnya
disusun skenario kegiatan sebagai program-program yang dapat dilakukan untuk
masa yang akan datang. Penyusunan skenario dilakukan dengan menggunakan
metode analisis sistem dinamik.

3.6.6 Analisis Kebijakan


63

Kebijakan merupakan perangkat pedoman yang memberikan arah terhadap


pelaksanaan strategi pembangunan dan berfungsi untuk memberikan rumusan
mengenai berbagai pilihan tindakan dan prioritas agar dapat mencapai tujuan
pembangun dengan efektif (Suharto 2008). Kebijakan dapat dinyatakan dalam
berbagai bentuk: 1) instrumen legal (hukum), seperti peraturan perundangan, 2)
instrumen ekonomi, seperti kebijakan fiskal, subsidi dan harga, 3) petunjuk,
arahan ataupun ketetapan, 4) pernyataan politik, dan 5) kebijakan dapat
dituangkan dalam garis-garis besar arah pembangunan, strategi, maupun program.
Keberhasilan kebijakan sangat ditentukan oleh proses pembuatannya dan
implementasinya (Djogo et al. 2003).
Kebijakan publik adalah apapun yang akan dilakukan atau tidak dilakukan
oleh pemerintah, mengapa pemerintah mengambil tindakan tersebut dan apa
akibat dari tindakan tersebut terkait dengan suatu isu atau persoalan publik (Dye
1992). Pengertian ini mengandung makna bahwa kebijakan publik dibuat oleh
badan pemerintah, baik pusat maupun daerah dan kebijakan publik menyangkut
pilihan.
Analisis kebijakan didefinisikan oleh Dunn (2003) sebagai suatu bentuk
analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi yang relevan untuk dapat
memberikan landasan bagi para pengambil kebijakan dalam membuat suatu
keputusan yang terkait dengan masalah-masalah publik. Dalam analisis kebijakan,
kata analisis digunakan dalam pengertian yang luas, termasuk penggunaan intuisi
dan pengungkapan pendapat serta mencakup tidak hanya pengujian kebijakan
dengan memilah-milahkannya ke dalam sejumlah komponen melainkan juga
perancangan dan sintesis alternatif-alternatif baru. Analisis kebijakan juga
didefinisikan sebagai aktifitas yang produknya adalah saran yang dapat digunakan
oleh pengambil keputusan untuk pembuatan kebijakan publik (Weimer & Vining
1989).
Dalam melakukan analisis kebijakan diperlukan identifikasi masalah
kebijakan dan kebutuhan masyarakat penerima, mengevaluasi respon pemerintah
terhadap masalah, pengembangan alternatif kebijakan, rekomendasi, implementasi
dan evaluasi kebijakan (Hogwood & Gunn 1984; Soebarsono 2008). Dunn (2003)
64
menyebutkan analisis kebijakan dapat dilakukan dengan menggunakan 3
pendekatan, yaitu pendekatan prospektif, retrospektif dan integratif.

3.6.7 Analisis Sistem Dinamik


Analisis model dinamik dilakukan terhadap variabel-variabel yang telah
teridentifikasi yang meliputi aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Analisis model
dinamik dilakukan melalui 2 tahap, yaitu pembuatan diagram sebab akibat dan
diagram alir. Diagram simpal kausal menunjukkan hubungan antar variabel dalam
proses sistem yang dikaji. Prinsip dasar pembuatannya adalah suatu proses
sebagai sebab yang akan menghasilkan keadaan, atau sebaliknya suatu keadaan
sebagai sebab akan menghasilkan proses. Sedangkan diagram alir dibuat
berdasarkan persamaan model dinamik yang mencakup variabel keadaan (level),
aliran (rate), auxiliary, dan konstanta (constant). Variabel tersebut berupa
lambang-lambang yang digunakan dalam pembuatan model dengan menggunakan
piranti lunak Powersim. Model yang dikembangkan selanjutnya digunakan
sebagai alat simulasi. Simulasi ini dilakukan setelah uji validitas dan hasil
pengujian menunjukkan adanya kesesuaian atau keabsahan antara hasil simulasi
dengan data empiris (Sushil 1993; Muhammadi et al. 2001). Analisis dan simulasi
sistem dinamik dilakukan dengan bantuan program powersim studio 2005E untuk
memproyeksikan kecenderungan kondisi perlindungan dan pengelolaan sumber
daya air PLTA.

3.6.8 Verifikasi dan Validasi


Verifikasi model dilakukan sebagai proses uji sahih untuk mengetahui
berbagai kelemahan maupun kekurangan, serta identifikasi berbagai persoalan
yang harus diantisipasi dalam kaitan penerapan kebijakan yang dihasilkan
(Eriyatno & Sofyar 2007). Verifikasi diartikan sebagai menyatakan kebenaran,
ketepatan atau kenyataan (to establish the truth, accuracy or reality), sedangkan
kata valid didefinisikan sebagai mendapatkan hasil kesimpulan yang benar,
berdasarkan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan (Hartrisari 2007)
Keabsahan suatu hasil simulasi dapat dilakukan melalui tiga pendekatan.
Setiap pendekatan memerlukan tim pengembangan model yang melakukan
65

verifikasi dan validasi sebagai bagian dari proses pengembangan model.


Pendekatan yang digunakan untuk menentukan suatu model yang valid dalam
kajian ini disebut sebagai independent verification and validation (IV and V).
Pendekatan ini menggunakan pihak ketiga (independent) untuk memutuskan
validitas suatu model (Sargent 1998).
Validitas adalah salah satu kriteria penilaian keobyektifan yang ditunjukkan
dengan sejauh mana model dapat menirukan fakta (Muhammadi et al. 2001).
Sementara validasi model menurut Sargent (1998) memiliki berbagai teknik untuk
melaksanakannya. Kajian ini memanfaatkan face validity terhadap para pakar
guna memeriksa kesesuaian antara prilaku model dengan prilaku sistem yang
diwakilinya. Validasi soft system dilakukan terhadap beberapa pakar yang dipilih
secara purposif mewakili keahlian memahami sinergitas konvensi internasional
bidang lingkungan hidup dan implementasinya. Validasi dilakukan secara face
validity terhadap para pakar guna memeriksa kesesuaian antara perilaku model
hasil kajian dengan perilaku sistem yang diwakilinya.
Untuk model dinamik, kinerja beberapa variabel dilakukan dengan uji
statistik. Uji statistik dimaksudkan untuk melihat penyimpangan antara keluaran
simulasi dengan data aktual. Pengujian statistik meliputi uji penyimpangan rata-
rata absolut (AME), penyimpangan variasi absolut (AVE), saringan Kalman (KF),
koefisien diskrepansi (U-Theils) dan Durbin Watson (DW) (Barlas 1998).
Absolute means error (AME) adalah penyimpangan antara nilai rata-rata
simulasi terhadap data aktual. Sedangkan absolute variation error (AVE) adalah
penyimpangan nilai variasi simulasi terhadap data aktual. U-Theils adalah
koefisien diskrepansi antara nilai simulasi dengan data aktual. U-Theils dapat
menggambarkan ada tidaknya penyimpangan yang menonjol. Batas
penyimpangan yang dapat diterima untuk AME, AVE dan U-Theils adalah antara
5-10%.

Anda mungkin juga menyukai