Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1    Definisi Koordinasi


Koordinasi menurut Chung & Megginson (1981) dapat didefinisikan
sebagai proses motivasi, memimpin, dan mengkomunikasikan bawahan untuk
mencapai tujuan organisasi. Sutisna (1989) mendefinisikan koordinasi ialah
proses mempersatukan sumbangan-sumbangan dari orang-orang, bahan, dan
sumber-sumber lain ke arah tercapainya maksud-maksud yang telah
ditetapkan.
Anonim (2003) mendefinisikan koordinasi ialah suatu sistem dan proses
interaksi untuk mewujudkan keterpaduan, keserasian, dan kesederhanaan
berbagai kegiatan inter dan antar institusi-institusi di masyarakat melalui
komunikasi dan dialog-dialog antar berbagai individu dengan menggunakan
sistem informasi manajemen, dan teknologi informasi.
Berdasarkan pendapat para pakar dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan koordinasi ialah proses mengintegrasikan (memadukan),
mensinkronisasikan, dan menyederhanakan pelaksanaan tugas yang terpisah-
pisah secara terus-menerus untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Tanpa adanya koordinasi, individu-individu dan bagian-bagian akan tidak dapat
melihat peran mereka dalam suatu organisasi.
Mereka akan terbawa untuk mengikuti kepentingan-kepentingan sendiri
(ego sektoral) dan bahkan sampai mengorbankan sasaran-sararan organisasi
yang lebih luas.Koordinasi adalah bagian penting di antara anggota-anggota
atau unit-unit organisasi yang pekerjaannya saling bergantung. Semakin
banyak pekerjaan individu-individu atau unit-unit yang berlainan yang erat
hubungannya, semakin besar pula kemungkinan terjadinya masalah-masalah
koordinasi.Koordinasi adalah penyatuan, integrasi, sinkronisasi upaya anggota
kelompok sehingga memberikan kesatuan tindakan dalam mengejar tujuan
bersama.  Ini adalah kekuatan tersembunyi yang mengikat semua fungsi lain
dari manajemen.Menurut Mooney dan Reelay, "koordinasi adalah Co susunan

1
teratur dari upaya kelompok untuk memberikan kesatuan tindakan dalam
mengejar tujuan bersama".

Menurut Charles Worth, "koordinasi adalah Co integrasi dari beberapa


bagian ke dalam lubang teratur untuk mencapai tujuan
pengertian". Manajemen berupaya untuk mencapai koordinasi melalui fungsi
dasar perencanaan, pengorganisasian, staffing, memimpin dan
mengendalikan. Itulah sebabnya, koordinasi bukan merupakan fungsi yang
terpisah dari manajemen karena mencapai keselarasan antara usaha-usaha
individu terhadap pencapaian tujuan kelompok merupakan kunci keberhasilan
manajemen. Koordinasi adalah inti dari manajemen dan implisit dan melekat
pada semua fungsi manajemen. 

Terdapat 3 (tiga) macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan


organisasi seperti diungkapkan oleh James D. Thompson (Handoko,2003:196),
yaitu:
a. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence)
Bila satuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang
lain dalammelaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada
pelaksanaan kerja setiapsatuan yang memuaskan untuk suatu hasil
akhir.
b. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependece)
Dimana suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih
dulu sebelumsatuan yang lain dapat bekerja.
c. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence)

2.2     Karakter Koordinasi


Karakteristik Koordinasi yang Efektif :
a. Tujuan berkoordinasi tercapai dengan memuaskan semua pihak
terkait.
b. Koordinator sangat proaktif dan stakeholders kooperatif.
c. Tidak ada yang mementingkan diri sendiri atau kelompoknya
(egosektoral).
d. Tidak terjadi tumpang tindih tugas.
e. Komitmen semua pihak tinggi.

2
f. Informasi keputusan mengalir cepat ke semua pihak yang ada dalam
sistem jaringan koordinasi.
g. Tidak merugikan pihak-pihak yang berkoordinasi.
h. Pelaksanaan tepat waKepala Sekolah.
i. Semua masalah terpecahkan.
j. Tersedianya laporan tertulis yang lengkap dan rinci oleh masing-
masing stakeholder.

2.3     Syarat-Syarat Koordinasi


Adapun syarat-syarat khusus umum yang ada dalam koordinasi adalah
sebagai  berikut:
a. Sense of cooperation (perusahaan untuk bekerja sama), ini harus
dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang
per orang.
b. Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan
persaingan antara bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-
lomba untuk mencapai kemajuan
c. Team Spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian saling
menghargai
d. Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikut sertakan atau
dihargai, umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.

Ringkasnya kekuatan suatu organisasi ditentukan oleh spirit-esprit atau


semangatnya. Semangat ini ditentukan oleh tujuans dan cara-cara mencapai
tujuan itu dan ini meliputi doktrin. Selain semangat koordinasi juga harus
mempunyai aspek-aspek formal yaitu metode-metode, teknik yang ditunjukan
untuk mengeja/mencapai sasaran tersebut.

2.4    Fungsi Koordinasi


Koordinasi adalah mengarahkan kegiatan seluruh unit dengan tujuan
memberikan sumbangan yang maksimal unutk tercapainya tujuan tertentu.

3
Kegiatn koordinasi sangat perlu di lakukan hal itu bertujuan agar terciptanya
kopersi yang sebagai berikut :
a. Terkoordinir
b. Harmonis
c. Terarah
d. Terintegrasi
e. Tersinkronisasi
Koordinasi merupakan langkah langkah kerja yang sangat ideal di antara
mereka yang bekerja di berbagai bagian guna menciptakan hasil yang nyata.
Dalam koordinasi sangat di perlukan sikap – sikap sebagai berikut :
-      System komunikasi yang baik
-      Umpan balik yang positif

2.5    Manfaat Koordinasi


a. Untuk mewujudkan KISS (koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan
simplifikasi) agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien;
b. Memecahkan berbagai konflik kepentingan berbagai pihak yang terkait;
c. Agar manajer pendidikan mampu mengintegrasikan dan mensinkronkan
pelaksanaan tugas-tugasnya dengan stakeholders pendidikan yang saling
bergantungan, semakin besar ketergantungan dari unit-unit, semakin
besar pula kebutuhan akan pengkoordinasian;
d. Agar manajer pendidikan mampu mengkoordinasikan pembangunan
sektor pendidikan dengan pengembangan sektor-sektor lainnya
e. Agar manajer pendidikan mampu mengintegrasikan kegiatan fungsional
dinas pendidikan dan tujuan-tujuan dari unit organisasi yang terpisah-
pisah untuk mencapai tujuan bersama dengan sumberdaya yang terbatas
secara efektif dan efisien;
f. Adanya pembagian kerja di mana semakin besar pembagian kerja,
semakin diperlukan pengkordinasian/penyerasian sehingga tidak terjadi
duplikasi atau tumpang tindih pekerjaan yang menyebabkan pemborosan;
g. Untuk mengembangkan dan memelihara hubungan yang baik dan
harmonis di antara kegiatan-kegiatan baik fisik maupun nonfisik dengan
stakeholders;

4
h. Untuk memperlancar pelaksanaan tugas dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan dengan sumberdaya pendidikan yang terbatas;
i. Mencegah terjadinya konflik internal dan eksternal sekolah yang kontra
produktif;
j. Mencegah terjadinya kekosongan ruang dan wakepala Sekolah; dan
k. Mencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat.

2.6 Kebutuhan akan organisasi

Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan


komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan
bermacam-macam satuan pelaksanaannya. Koordinasi sangat dibutuhkan bagi
organisasi-organisasi yang menetapkan tujuan yang tinggi.

Menurut James D. Thompson, ada tiga macam saling ketergantungan di antara


satuan-satuan organisasi, yaitu :

a. Saling ketergantungan yang menyatu ( pooled interdependence ), bila satuan-


satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam
melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja
setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hal akhir.
b. Saling ketergantungan yang berurutan ( sequential interdependence ),
dimana suatu satuan organisasi harus melaksanakan pekerjaannya relebih
dahulu sebelum satuan yang lain dapat bekerja.
c. Saling ketergantungan timbal balik ( reciprocal independence ), merupakan
hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi.

2.7 Masalah-masalah pencapaian koordinasi yang efektif

Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch telah mengemukakan empat tipe


perbedaan dalam sikap dan cara kerja di antara bermacam-macam individu
dan departemen-departemen dalam organisasi yang mempersulit tugas
pengkoordinasian bagian-bagian organisasi yang efektif, yaitu :

5
a. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu. Para anggota dari
departemen yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri
tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik.
Bagian penjualan menganggap bahwa diversifikasi produk harus lebih
diutamakan daripada kualitas produk. Bagian akuntansi melihat
pengendalian biaya sebagai faktor paling penting sukses organisasi.
Bagian pemasaran mengemukakan desain produk sebagai yang paling
esensial.
b. Perbedaan dalam orientasi waktu. Manajer produksi akan lebih
memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam
periode waktu pendek. Bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat
dengan masalah-masalah jangka panjang.
c. Perbedaan dalam orientasi antar pribadi. Kegiatan produksi mengemukakan
komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya lancar,
sedang bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan
setiap orang dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan
yang lain.
d. Perbedaan dalam formalitas struktur. Dalam departemen produksi di mana
kuantitas dan kualitas diawasi secara ketat, proses evaluasi dan balas jasa
dilakukan formal. Dalam departemen personalia standar pelaksanaan dapat
lebih longgar, di mana karyawan dievaluasi kualitas kerjanya selama periode
waktu tertentu.

2.8 Pendekatan-pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif


Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif. Koordinasi secara
langsung tergantung pada perolehan, penyebaran, pemrosesan informasi.
Semakin besar ketidak pastian tugas yang koordinasi , semakin
membutuhkan informasi. Untuk alasan ini, koordinasi pada dasarnya
merupakan tugas pemrosesan informasi.

Ada tiga pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif, yaitu :


Pendekatan 1 : TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN DASAR
 Aturan dan prosedur
 Hirarki manajerial

6
 Penerapan tujuan dan rencana

Pendekatan 2 : MENINGKATKAN KOORDINASI POTENSIAL


 Investasi dalam sistem infrmasi vertikal
 Penciptaan hubungan-hubungan ke samping

Pendekatan 3 : MENGURANGI KEBUTUHAN AKAN KOORDINASI


 Penciptaan sumber daya-sumber daya tambahan
 Penciptaan tugas-tugas yang dapat berdiri sendiri

2.9 Mekanisme-mekanisme pengkoordinasian dasar


Mekanisme-mekanisme dasar untuk pencapaian koordinasi adalah
komponen-komponen vital manajemenyang secara ringkas dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Hirarki manajerial yaitu rantai perintah, aliran informasi dan kerja,
wewenang formal, hubungan tanggung jawab dan akuntabilitas yang jelas
dapat menumbuhkan integrasi bila dirumuskan secara jelas serta
dilaksanakan dengan pengarahan yang tepat.
b. Aturan dan prosedur yaitu keputusan-keputusan manajerial yang dibuat
untuk menangani kejadiankejadian rutin, sehingga dapat juga menjadi
peralatan yang efisien untuk koordinasi dan pengawasan rutin.
c. Rencana dan penetapan tujuan yaitu pengembangan rencana dan tujuan
dapat digunakan untuk pengkoordinasian melalui pengarahan seluruh
satuan organisasi terhadap sasaran-sasaran yang sama.

2.10 Peningkatan koordinasi potensial


Koordinasi potensial dapat ditingkatkan dalam dua cara, vertikal dan
menyamping (horizontal) :
a. Sistem informasi vertikal yaitu peralatan melalui mana data disalurkan
melewati tingkatan-tingkatan organisasi. Komunikasi dapat terjadi di dalam
atau di luar rantai perintah. Sistem informasi manajemen telah
dikembangkan dalam kegiatan-kegiatan seperti pemasaran, keuangan,
produksi dan operasi-operasi internasional untuk meningkatkan informasi
yang tersedia bagi perencanaan, koordinasi dan pengawasan.

7
b. Hubungan-hubungan lateral (horizontal) yaitu melalui pemotongan rantai
perintah, hubungan-hubungan lateral membiarkan informasi di
pertukarkan dan keputusan dibuat pada tingkat hirarki dimana informasi
yang dibutuhkan ada.

Ada beberapa hubungan lateral, yang dapat diperinci sebagai berikut :


a. Kontak langsung antara individu-individu yang dapat meningkatkan
efektifitas dan efisiensi kerja.
b. Peranan penghubung, yang menangani komunikasi antar departemen
sehingga mengurangi panjangnya saluran komunikasi.
c. Panitia dan satuan tugas. Panitia biasanya diorganisasi secara formal
dengan pertemuan yang dijadwalkan teratur. Satuan tugas dibentuk bila
dibutuhkan untuk masalah-masalah khusus.
d. Pengintegrasian peranan-peranan, yang dilakukan oleh misal manajer
produk atau proyek, perlu diciptakan bila suatu produk, jasa atau proyek
khusus memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi dan perhatian yang
terus menerus dari seseorang.
e. Peranan penghubung manajerial, yang mempunyai kekuasaan menyetujui
perumusan anggaran oleh satuan-satuan yang diintegrasikan dan
implementasinya. Ini diperlukan bila posisi pengintegrasian yang
dijelaskan diatas tidak secara efektif mengkoordinasikan tugas tertentu.
f. Organisasi matriks, dikembangkan pertama kali dalam industri ruang
angkasa. Tetapi akhir-akhir ini konsep organisasi matriks banyak
dikembangkan terutama pada perusahaan-perusahaan konstruksi,
kontraktor, perusahaan-perusahaan konsultan, kantor-kantor akuntan dan
organisasi-organisasi lain yang bekerja dengan banyak proyek yang
mempunyai waktu penyelesaian terbatas dan bersamaan, memerlukan
koordinasi dan prestasi teknis tinggi, serta membutuhkan berbagai
keterampilan dan keahlian khusus.

8
2.11 Pengurangan kebutuhan akan koordinasi
Ada dua metode pengurangan kebutuhan koordinasi, yaitu :
a. Penciptaan sumber daya-sumber daya tambahan yaitu memberikan
kelonggaran bagi satuan-satuan kerja. Penambahan tenaga kerja, bahan
baku atau waktu, tugas diperingan dan masalah-masalah yang timbul
berkurang.
b. Penciptaan tugas-tugas yang dapat berdiri sendiri yaitu teknik ini
mengurangi kebutuhan koordinasi dengan mengubah karakter satuan-
satuan organisasi. Kelompok tugas yang dapat berdiri sendiri diserahi
suatu tanggung jawab penuh salah satu organisasi operasi (perusahaan).

9
BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Koordinasi adalah inti dari manajemen dan implisit dan melekat pada
semua fungsi manajemen. Jika tidak ada koordinasi pada suatu manajemen,
maka manajemen itu kita anggap telah gagal. Jika tidak ada koordinasi maka
manajemen tersebut akan berantakan karena tidak nyambungnya informasi
yang di dapat dari individu satu ke individu yang lain yang ada di dalam satu
manajemen.
Koordinasi sangatlah dibutuhkan dalam setiap organisasai ataupun
kelompok apapun, demi tercapainya segala tujuan yang hendak dicapai.
Komunikasi merupakan suatu kunci utama dalam tercapainya suatu koordinasi
yang efektif. Pada dasarnya koordinasi merupakan suatu pemrosesan
informasi. Di sini peranan menejer sangat dibutuhkan dalam melaksanakan
tugasnya dalam bidang pengontrolan, pengawasan dan evaluasi. Kedekatan
hubungan dan kelancaran informasi antara menejer dengan bawahan pun juga
sangat perlu diperhatikan agar dalam pelakasanaan tugas tidak terdapat
kesalahan informasi (miss comunications) ataupun tekanan dalam bekerja.
Sehingga dengan koordinasi yang baik dapat mempermudah suatu
organisasi menjadi lebih maju karena tercapainya tujuan dari organisasi
tersebut.

10

Anda mungkin juga menyukai