Full
Full
SKRIPSI
Disusun Oleh :
KORNELLIUS ENDI MARWANTO
Nomer Induk : 155214018
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FINAL PROJECT
By :
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Meningkatnya volume kendaraan bermotor dan makin maraknya
pembangunan yang menggunakan alat berat di daerah-daerah serta perkotaan,
berdampak pada munculnya kebisingan. Kebisingan yang terjadi terus-menerus
dapat menggangu kesehatan pendengaran serta komunikasi verbal. Kebisingan
dapat dikurangi dengan penggunaan material peredam bunyi. Tujuan utama dalam
penelitian ini adalah dapat mengetahui koefisien penyerapan bunyi, kekuatan
tarik, regangan serta modulus elastisitas pada setiap variasi penyusunan arah serat
komposit serat batang bambu petung.
Penelitian ini menggunakan serat batang bambu petung yang telah
direndam dengan proses alkalisasi (NaOH) sebesar 5% selama 2 jam. Matriks
yang digunakan adalah resin Polyester dan katalis (MEPOXE). Komposit dibuat
dengan variasi penyusunan serat acak, searah, dan anyam dengan volume serat
25% diatas cetakan berbahan kaca dengan ukuran 30 cm x 25 cm x 0,5 cm dengan
metode Hand Lay Up. Pengujian yang dilakukan pada komposit guna
memperoleh data adalah pengujian redaman bunyi dan pengujian tarik.
Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan nilai koefisien penyerapan
bunyi terbesar terdapa pada komposit dengan variasi serat acak dengan nilai
koefisien sebesar 0,49 pada frekuensi 6500 Hz, sesuai dengan standar ISO 11654.
Nilai rata-rata kekuatan tarik tertinggi terjadi pada komposit dengan variasi serat
searah yaitu 34,18 MPa. Nilai rata-rata regangan tertinggi terjadi pada komposit
dengan variasi serat searah yaitu 0,0123. Nilai rata-rata modulus elastisitas
tertinggi terjadi pada komposit dengan variasi serat anyam yaitu 3,42 GPa.
Kata Kunci : Komposit, Orientasi arah serat, Serat bambu petung, Koefisien
penyerapan bunyi.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Increasing the volume of motorized vehicles and the increasingly
widespread development using heavy equipment in the regions and cities, has an
impact on the emergence of noise. Continuous noise can interfere with hearing
health and verbal communication. Noise can be reduced by the use of
soundproofing materials, one of which is composite. The main objective in this
study was to be able to determine the sound absorption coefficient, tensile
strength, strain and elastic modulus in each variation in the direction arrangement
of fiber fibers of petung bamboo stems.
This research uses a fiber of bamboo petung that has been soaked with an
alkalization (NaOH) process of 5% for 2 hours. The matrix used is Polyester resin
and catalyst (MEPOXE). Composites are made by varying the composition of
random, unidirectional, and woven fibers with 25% fiber volume over glass molds
with a size of 30 cm x 25 cm x 0.5 cm using the Hand Lay Up method. Tests
performed on composites to obtain data are sound attenuation and tensile testing.
From the research that has been done, the highest sound absorption
coefficient is obtained in composites with random fiber variations with a
coefficient of 0.49 at a frequency of 6500 Hz, in accordance with ISO 11654
standard. The highest average tensile strength occurs in composites with direct
fiber variation which is 34.18 MPa. The highest average value of strain occurs in
composites with unidirectional fiber variation which is 0.0123. The highest
average modulus of elasticity occurs in composites with a variation of woven fiber
which is 3.42 GPa.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang
berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan tepat
waktu. Skripsi ini merupakan salah satu syrat wajib untuk memenuhi persyaratan
dalam menyelesaikan program studi sarjana di Program Pendidikan Teknk Mesin
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Jogjakarta.
Berkat doa, bimbingan serta nasihat yang diberikan oleh berbagai pihak
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan maksimal, maka dengan
segala kerendahan hati, penulis menghaturkan terima kasih kepada :
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi tumbuhan bambu ..................................................... 5
Gambar 2.2 Klasifikasi jenis-jenis Komposit ............................................ 8
Gambar 2.3 Ilustrasi Matrik dan Fiber penyusun Komposit ...................... 8
Gambar 2.4 Klasifikasi Matrik berdasarkan material pengisinya .............. 9
Gambar 2.5 Fiberglass sebagai contoh Polymers Matrix Composite ....... 9
Gambar 2.6 Insulator pada busi sebagai contoh Ceramiks Matrix
Composite ............................................................................... 10
Gambar 2.7 Baja ringan sebagai contoh Metals Matrix Composite ........... 10
Gambar 2.8 Ilustrasi Fibrous Composite ................................................... 12
Gambar 2.9 Ilustrasi Laminated Composite ............................................... 12
Gambar 2.10 Ilustrasi Particular Composite ............................................... 13
Gambar 2.11 Pembuatan komposit dengan metode Spray Up ..................... 14
Gambar 2.12 Pembuatan komposit dengan metode Hand Lay Up ............. 14
Gambar 2.13 Pembuatan komposit dengan metode Injection molding ....... 15
Gambar 2.14 Mikromekanik dan Makromekanik pada Komposit ............... 15
Gambar 2.15 Tumbuhan untuk serat alami .................................................. 19
Gambar 2.16 Serat pada batang kayu ........................................................... 19
Gambar 2.17 Serat dari bagian bulu domba ................................................. 20
Gambar 2.18 Serat Fiberglass ...................................................................... 20
Gambar 2.19 Serat dari bahan baja .............................................................. 20
Gambar 2.20 Serat Karbon ........................................................................... 21
Gambar 2.21 Serat polivinyl alkohol (PVOH) ............................................. 21
Gambar 2.22 Serat polivinyl khlorida (PVC) ............................................... 22
Gambar 2.23 Bahan serat Elastromer .......................................................... 22
Gambar 2.24 Ilustrasi Continuous Fiber Composite .................................... 23
Gambar 2.25 Ilustrasi Woven Fiber Composite ........................................... 23
Gambar 2.26 Ilustrasi Aligned discontinuous fiber ...................................... 23
Gambar 2.27 Ilustrasi Off-axis aligned discontinuous fiber ........................ 24
Gambar 2.28 Ilustrasi Randomly oriented discontinuous fiber .................... 24
Gambar 2.29 Ilustrasi Hybrid Fiber Composite ........................................... 25
Gambar 2.30 Resin Polyester ....................................................................... 26
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 3.29 Dimensi Standar Uji Tarik ASTM D638-02 type 1 ............... 53
Gambar 4.1 Grafik nilai penyerapan bunyi resin tanpa serat ..................... 61
Gambar 4.2 Grafik nilai penyerapan bunyi komposit dengan variasi arah
serat acak ................................................................................ 61
Gambar 4.3 Grafik nilai penyerapan bunyi komposit dengan variasi arah
serat searah ............................................................................. 62
Gambar 4.4 Grafik nilai penyerapan bunyi komposit dengan variasi arah
serat anyam ............................................................................. 62
Gambar 4.5 Grafik intesitas penyerapan bunyi pada resin tanpa serat dan
komposit dengan variasi arah serat ........................................ 63
Gambar 4.6 Grafik koefisien penyerapan bunyi pada resin tanpa serat
dan komposit dengan variasi arah serat .................................. 63
Gambar 4.7 Grafik nilai kekuatan tarik pada spesimen resin tanpa serat .. 69
Gambar 4.8 Grafik nilai regangan spesimen resin tanpa serat ................... 69
Gambar 4.9 Grafik nilai modulus elastisitas spesimen resin tanpa serat ... 70
Gambar 4.10 Grafik nilai kekuatan tarik komposit dengan variasi serat
acak ......................................................................................... 70
Gambar 4.11 Garfik nilai regangan komposit dengan variasi serat acak ..... 71
Gambar 4.12 Grafik nilai modulus elastisitas komposit dengan variasi
serat acak ................................................................................ 71
Gambar 4.13 Grafik nilai kekuatan tarik komposit dengan variasi serat
searah ......................................................................................
72
Gambar 4.14 Grafik nilai regangan komposit dengan variasi serat searah .. 72
Gambar 4.15 Grafik nilai modulus elastisitas komposit dengan variasi
serat serah ............................................................................... 73
Gambar 4.16 Grafik nilai kekuatan tarik komposit dengan variasi serat
anyam ..................................................................................... 73
Gambar 4.17 Grafik nilai regangan komposit dengan variasi serat anyam . 74
Gambar 4.18 Grafik nilai modulus elastisitas komposit dengan variasi
serat anyam ............................................................................. 74
Gambar 4.19 Grafik rata-rata kekuatan tarik pada spesimen resin tanpa
serat dan komposit dengan variasi arah serat ......................... 75
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.20 Grafik rata-rata regangan pada spesimen resin tanpa serat
dan komposit dengan variasi arah serat .................................. 75
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sifat mekanika bambu petung .......................................... 7
Tabel 2.2 Dimensi spesimen D 638-02 ............................................ 29
Tabel 3.1 Karakteristik bambu petung ............................................. 49
Tabel 4.1 Data pengujian redaman bunyi pada kondisi tanpa sekat
komposit ........................................................................... 57
Tabel 4.2 Data pengujian redaman bunyi pada kondisi dengan
sekat resin tanpa serat ...................................................... 58
Tabel 4.3 Data pengujian redaman bunyi pada kondisi dengan
sekat komposit serat acak ................................................ 58
Tabel 4.4 Data pengujian redaman bunyi pada kondisi dengan
sekat komposit serat searah .............................................. 59
Tabel 4.5 Data pengujian redaman bunyi pada kondisi dengan
sekat komposit serat anyam ............................................. 59
Tabel 4.6 Data rata-rata penyerapan bunyi pada kondisi tanpa
sekat dan dengan sekat komposit ..................................... 60
Tabel 4.7 Koefisien penyerapan bunyi komposit dengan variasi
arah serat dan tanpa serat ................................................. 60
Tabel 4.8 Dimensi spesimen resin tanpa serat ......................................... 65
Tabel 4.9 Kekuatan tarik dan regangan spesimen resin tanpa serat ......... 65
Tabel 4.10 Modulus elastisitas spesimen resin tanpa serat ........................ 65
Tabel 4.11 Dimensi komposit dengan variasi serat acak ................... 66
Tabel 4.12 Kekuatan tarik dan regangan komposit dengan variasi
serat acak .......................................................................... 66
Tabel 4.13 Modulus elastisitas komposit dengan variasi serat acak .......... 66
Tabel 4.14 Dimensi komposit dengan variasi serat searah ........................ 66
Tabel 4.15 Kekuatan tarik dan regangan komposit dengan variasi serat
searah ....................................................................................... 66
Tabel 4.16 Modulus elastisitas komposit dengan variasi serat searah ....... 67
Tabel 4.17 Dimensi komposit dengan variasi serat anyam ........................ 67
Tabel 4.18 Kekuatan tarik dan regangan komposit dengan variasi serat
anyam ....................................................................................... 67
Tabel 4.19 Modulus elastisitas komposit dengan variasi serat anyam ....... 67
Tabel 4.20 Rata-rata kekuatan tarik pada spesimen komposit ................... 68
Tabel 4.21 Rata-rata regangan pada spesimen komposit ........................... 68
Tabel 4.22 Rata-rata modulus elastisitas spesimen komposit .................... 68
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Spesimen Uji Redaman Bunyi ..................................................... 86
Lampiran 2. Spesimen Uji Tarik Komposit Serat Acak ................................... 87
Lampiran 3. Spesimen Uji Tarik Komposit Serat Searah ................................ 87
Lampiran 4. Spesimen Uji Tarik Komposit Serat Anyam ............................... 88
Lampiran 5. Spesimen Uji Tarik Bahan Resin Tanpa Serat ............................ 89
Lampiran 6. Hasil Grafik Mesin Uji Tarik Komposit Serat Acak ................... 89
Lampiran 7. Hasil Grafik Mesin Uji Tarik Komposit Serat Searah ................. 89
Lampiran 8. Hasil Grafik Mesin Uji Tarik Komposit Serat Anyam ................ 90
Lampiran 9. Hasil Grafik Mesin Uji Tarik Bahan Resin Tanpa Serat ............. 90
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Bambu
Bambu merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang sangat penting
bagi pembangunan Indonesia. Bambu telah menjadi bahan baku produk seperti
mebel, anyaman, ukiran, perabot rumah tangga, alat musik dan konstruksi. Secara
umum bambu memiliki anatomi tumbuhan seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.1.
b. Bagian arah melintang bahan. Kekuatan tarik maksimum bagian luar batang
bambu paling besar dibandingkan dengan bagian-bagian yang lain.
Kekuatan tarik maksimum yang besar diiringi oleh persentase serabut
sklerenkim yang besar pula
c. Ada tidaknya nodia, didalam inter nodia selnya berorientasi kearah sumbu
aksialnya, sedang didalam nodia selnya berorientasi kearah sumbu
transfersal. Oleh sebab itu batang yang bernodia memiliki kekuatan lebih
besar dari batang yang tidak bernodia.
Penelitian sifat fisika dan mekanika bambu dari bahan bambu petung
dalam kurun waktu 10 tahun terakhir dilakukan oleh mahasiswa S1,S2 dan S3
JTSL UGM yang dirangkum oleh Irawati dan Saputra (2012). Bambu petung yang
digunakan memiliki kadar air rata-rata 15,38% dengan usia bambu 3-5 tahun.
Melalui penelitian serta analisa statistik sifat mekanika bambu petung didapatkan
hasil seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sifat mekanika bambu petung (Irawati dan Saputra, 2012)
2.1.2 Komposit
Komposit adalah suatau sistem material yang merupakan gabungan atau
kombinasi dari dua atau lebih bahan pada skala mikro untuk membentuk material
ketiga yang lebih bermanfaat (Jones, 1975). Klasifikasi Komposit ditunjukan pada
Gambar 2.2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Sumber : http://artikel-teknologi.com/pengertian-material-komposit/)
A. Matrik
Matriks adalah bagian komposit yang berfungsi sebagai pengisi dan pengikat
yang mendukung, melindungi serta dapat mendistribusikan beban ke material
penguat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Gambar 2.6 Insulator pada busi sebagai contoh Ceramiks Matrix Composite
(Sumber : https://totalotomotif.com/konstruksi-busi/)
MMC (Metals Matrix Composite)
Merupakan komposit yang menggunakan material logam (metal) sebagai
fasa pengisi dan pengikat matrik. Contoh : Boron/Aluminium. Gambar 2.7
menunjukan contoh penggunaan Metals Matrix Composite pada pembuatan baja
ringan.
11
Melepas ikatan
Tetap stabil setelah proses manufaktur
B. Fiber
Salah satu bagian utama dari komposit adalah reinforcement (penguat)
yang berfungsi sebagai penanggung beban utama pada komposit.
Adanya dua penyusun komposit atau lebih menimbulkan beberapa daerah dan
istilah penyebutannya; Matrik (penyusun dengan fraksi volume terbesar), Penguat
(Penahan beban utama), Interphase (pelekat antar dua penyusun), interface
(permukaan phase yang berbatasan dengan phase lain). Secara struktur mikro
material komposit tidak merubah material pembentuknya (dalam orde kristalin)
tetapi secara keseluruhan material komposit berbeda dengan material
pembentuknya karena terjadi ikatan antar permukaan antara matriks dan filler.
Syarat terbentuknya komposit: adanya ikatan permukaan antara matriks dan filler.
Ikatan antar permukaan ini terjadi karena adanya gaya adhesi dan kohesi Dalam
material komposit gaya adhesi-kohesi terjadi melalui 3 cara utama:
1) Interlocking antar permukaan → ikatan yang terjadi karena kekasaran
bentuk permukaan partikel.
2) Gaya elektrostatis → ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik-menarik
antara atom yang bermuatan (ion).
3) Gaya vanderwalls → ikatan yang terjadi karena adanya pengkutupan antar
partikel.
Kualitas ikatan antara matriks dan filler dipengaruhi oleh beberapa variabel antara
lain:
Ukuran partikel
Rapat jenis bahan yang digunakan
Fraksi volume material
Komposisi material
Bentuk partikel
Kecepatan dan waktu pencampuran
Penekanan (kompaksi)
Pemanasan (sintering)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
13
14
15
Komposit merupakan material yang tersusun dari dua atau lebih bahan
material,sehingga perancangan dan analisa sifat mekanik bahan komposit berbeda
dengan bahan – bahan konvensional seperti logam. Menurut Gibson (1994) sifat
mekanik komposit dapat dilihat dari dua sisi yaitu mikromekanik dan
makromekanik. Mikromekanik berkaitan dengan perilaku mekanik bahan
penyusun, interaksi yang ditimbulkan antara bahan penyusun dan geometri atau
cara penyusunan komposit. Sedangkan Makromekanik berkaitan dengan pengaruh
ketebalan pada komposit dan strukturnya tanpa memperhatikan bahan penyusun
dan interaksi yang ditimbulkan. Sifat makromekanik dapat dicirikan berdasarkan
tegangan dan regangan rata-rata, sifat mekanik dalam bahan homogen setara.
Ilustrasi Mikromekanik dan Makromekanik komposit ditunjukan dalam Gambar
2.14.
16
Dengan :
17
Dengan :
Dengan :
2.1.5 Polimer
Polimer secara struktur jauh lebih rumit dibandingkan dengan logam dan
keramik. Menurut Surdia (1999), polimer memiliki sifat-sifat khas antara lain :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
a. Kemampuan cetak yang baik. Pada temperatur relatif rendah, polimer dapat
dicetak dengan sistem injection, penekanan, ekstruksi dan sebagainya.
b. Produk yang ringan dan kuat dapat dibuat. Berat jenis polimer lebih rendah
dibandingkan logam dan keramik.
c. Banyak di antara polimer bersifat isolasi listrik yang baik.
d. Baik dalam katahanan air dan ketahanan zat kimia.
e. Kurang tahan terhadap temperatur tinggi.
f. Beberapa bahan tahan terhadap abrasi.
A. Polimer Thermoset dan Thermoplastic
Polimer yang serng dipakai adalah polimer yang disebut dengan plastik.
Berdasrkan sifat-sifatnya terhadap suhu, plastik dibagi dalam dua kategori yaitu :
a. Thermosetting
Merupakan polimer yang tidak dapat mengikuti perubahan suhu
(irreversible). Jika pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat
ditunakkan kembali. Pemanansan dengan suhu tinggi tidak akan melunakkan
thermoset melainkan akan membentuk arang dan sukar didaur ulang. Contoh
dari thermoset adalah Epoksida, Bismaliemida, dan Poli-imida.
b. Thermoplastic
Merupakan polimer atau plastik yang dapat ditunakkan berulang kali
dengan menggunakan panas. Thermoplasric akan meleleh pada suhu tertentu
dan dapat kembali ke sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila didinginkan.
Contoh dari Thermoplastic adalah Poliester, Nylon 66, PP, PTFE, PET,
Polieter Sulfon, PES dan Polieter Erketon (PEEK).
2.1.6 Serat
19
Serat dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alami dan serat
sintetis (serat buatan manusia). Serat sintetis dapat diproduksi secara murah dalam
jumlah yang besar. Namun, serat alami memiliki berbagai kelebihan khususnya
dalam hal kenyamanan.
A. Serat Alami
Serat alami meliputi serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan, hewan,
dan proses geologis. Serat jenis ini bersifat dapat mengalami pelapukan.
a. Jenis Serat Alami
Serat alami dapat digolongkan ke dalam :
Serat tumbuhan/serat pangan; biasanya tersusun atas selulosa, hemiselulosa,
dan kadang-kadang mengandung pula lignin. Contoh dari serat jenis ini
yaitu katun dan kain ramie. Serat tumbuhan digunakan sebagai bahan
pembuat kertas dan tekstil. Serat tumbuhan juga penting bagi nutrisi manusia.
Ilustrasi serat pada tumbuhan sebagai bahan serat alami ditunjukkan pada
Gambar 2.15 di bawah.
20
bulu domba (wol). Ilustrasi bulu domba sebagai bahan serat alami ditunjukkan
dengan Gambar 2.17.
21
Serat karbon
Merupakan salah satu contoh serat sintetis atau buatan dengan ilustrasi
seperti pada Gambar 2.20.
b. Serat polimer
Serat polimer adalah bagian dari serat sintetis. Serat jenis ini dibuat
melalui proses kimia. Bahan yang umum digunakan untuk membuat serat
polimer:
Serat polivinyl alkohol (PVOH)
Gambar 2.21 menunjukan serat polivinyl alkohol (PVOH) sebagai salah satu
bahan pembuatan serat polimer.
22
.
Gambar 2.23 Bahan serat Elastromer
23
24
25
2.1.7 Resin
Salah satu bahan pengeras komposit yang memiliki sifat kental seperti
lem. Resin juga merupakan salah satu bahan pembuat fiberglass. Resin memiliki
berbagai tipe dari yang keruh, berwarna hingga yang bening dengan berbagai
kelebihannya seperti kekerasan, lentur, kekuatan dan lain-lain. Resin juga banyak
digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan. Karena memiliki beberpa keunggulan
diantaranya bersifat biokompatibel, kualitas bentuk yang baik, penyerapan air
yang rendah, mudah diproses.
a. Resin Poliester
Adalah bahan matriks polimer yang paling sering digunakan sebagai
matriks pengikat. Resin poliester memiliki kekuatan mekanis yang cukup
baik, ketahanan terhadap bahan kimia dan harga yang relatif murah. Dalam
mempercepat pembuatan komposit,dilakukan penambahan katalis pada resin
poliester. Resin ini biasanya dipakai sebagai matriks pada komposit polimer
dengan penguat serat gelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
b. Resin Epoksi
Resin ini memiliki harga yang cukup mahal, namun memiliki keunggulan
yaitu sangat kuat dan penyusutan relatif kecil setelah proses curing. Resin ini
banyak dipakai sebagai matriks pada komposit polimer berpenguat serat
karbon.
Persyaratan di bawah ini perlu dipenuhi sebagai bahan matrik untuk pencetakan
bahan komposit :
a. Resin yang dipakai perlu memiliki viskositas rendah, dapat sesuai dengan
bahan penguat dan permeable.
Tidak ada bahan yang dapat memenuhi semua persyaratan di atas tetapi pada saat
ini paling banyak dipakai adalah polyester tak jenuh seperti yang ditunjukan pada
Gambar 2.30.
27
Sifat alami serat yang dapat menyerap air, pengaruh perlakuan alkalisasi
terhadap sifat permukaan serat alam selulosa telah diteliti dimana kandungan
optimum air mampu direduksi sehingga sifat serat dapat memberikan ikatan
permukaan dengan matrik secara optimal (Bismarck dkk 2002).
NaOH merupakan larutan basa yang tergolong mudah larut dalam air dan
termasuk basa kuat yang dapat terionisasi dengan sempurna. Menurut teori
Arrhenius basa adalah zat yang dalam air menghasilkan ion OH negatif dan ion
positif. Larutan basa memiliki rasa pahit, dan jika mengenai tangan terasa licin
(seperti sabun). Sifat licin terhadap kulit itu disebut sifat kaustik basa.
Salah satu indikator yang digunakan untuk menunjukkan kebasaan adalah lakmus
merah. Bila lakmus merah dimasukkan ke dalam larutan basa maka berubah
menjadi biru.
NaOH tidak digunakan sebagai bahan makanan karena sifatnya yang sangat
berbahaya. Soda api akan terasa panas dan perih jika terkena kulit. Hal ini
disebabkan karena sifatnya yang korosif.
2.1.9 Katalis
28
kembali dalam bentuk zat semula. Dalam suatu reaksi, katalis tidak mengalami
perubahan kimia (tidak ikut bereaksi). Katalis juga tidak dapat memicu reaksi,
tetapi hanya membantu reaksi yang berlangsung lambat menjadi cepat. Katalis
bekerja dengan cara turut terlibat dalam setiap tahap reaksi dengan cara mengubah
mekanisme reaksi, tetapi pada akhir tahap, katalis terbentuk kembali. Katalis yang
memperlambat reaksi disebut inhibitor. Terkusus untuk penelitian pada komposit
serat batang bambu petung menggunakan katalis MEPOXE seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.31 dibawah.
29
30
(Sumber : http://www.infometrik.com/2009/09/mengenal-uji-tarik-
dan-sifat-sifat-mekanik-logam/)
(2.4)
G : Gravitasi (m/s²)
(2.5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
/(1000) (2.6)
e : regangan
: tegangan (kg/mm2)
32
(1) Secara fisis, bunyi adalah penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam
medium elastik seperti udara.
Ketika bunyi menumbuk suatu batas dari medium yang dilewatinya, maka
energi dalam gelombang bunyi dapat diteruskan, diserap atau dipantulkan oleh
batas tersebut. Pada umumnya ketiganya terjadi pada derajat tingkat yang
berbeda, tergantung pada jenis batas yang dilewatinya (Lord, 1980). Manusia
mendengar bunyi saat gelombang bunyi sampai ke gendang telinga manusia.
Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia dari 20 Hz
sampai 20 kHz. Suara di atas 20 kHz disebut ultrasonik dan di bawah 20 Hz
disebut infrasonik. Bunyi kereta lebih nyaring daripada bunyi bisikan, sebab bunyi
kereta menghasilkan getaran lebih besar di udara. Kenyaringan bunyi juga
bergantung pada jarak kita ke sumber bunyi. Kenyaringan diukur dalam satuan
desibel (dB) yaitu satuan untuk mengukur intensitas suara. Bunyi pesawat jet yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
lepas landas mencapai sekitar 120 dB. Sedangkan bunyi desiran daun sekitar 33
dB
Menurut Lewis dan Douglas (1993) material akustik dapat dibagi ke dalam tiga
kategori dasar, yaitu:
Pada penelitian ini dipilih jenis barrier material untuk sebagai material pengujian
untuk diketahui tingkat peredaman bunyi.
(2.7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Keterangan :
Menurut Gabriel (2001), bising atau noise dalam konteks akustik memiliki
beberapa arti yaitu :
1. Bunyi atau suara yang keras, tidak disenangi, tidak terprediksi, tidak
diinginkan.
2. Gangguan dalam bentuk acak dan terus menerus, yang membuat sinyal menjadi
tidak jelas atau tereduksi.
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep
48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan menyebutkan bahwa
kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan.
Jenis – jenis kebisingan:
a. Kebisingan yang terus-menerus dengan jangkauan frekuensi yang sempit,
misalnya, mesin gergaji
b. Kebisingan yang terputus-putus, misalnya, suara arus lalu lintas atau pesawat
terbang
c. Kebisingan impulsif, misalnya, tembakan, bom, atau suara ledakan
d. Kebisingan impulsif berulang, misalnya, suara mesin tempa
Untuk mengetahui intensitas suatu kebisingan atau noise di suatu
lingkungan atau daerah digunakan alat Sound Level Meter (SLM) yang dipasang
pada Resonator seperti pada Gambar 2.34. Nilai ambang untuk batas kebisingan
adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam per hari. Sound Level
Meter (SLM) adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila ada
benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara
yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakkan meter
penunjuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
36
elastisitas terbesar terdapat pada spesimen berpenguat eceng gondok 20% dengan
nilai 3,90 Gpa. Pada pengujian tersebut bahan yang ideal dipergunakan sebagai
material peredam adalah komposit dengan serat eceng gondok sebesar 25%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Gagal
1. Uji Redaman
bunyi
2. Uji Tarik
3.
Lulus
Selesai
38
A. Alat
a. Timbangan
Berfungsi untuk mengukur volume resin, katalis dan serat batang bambu pada
pembuatan komposit serat batang bambu. Timbangan guna mengukur volume
dari resin, katalis serta serat dapat dilihat pada Gambar 3.2.
39
40
e. Gelas ukur
Sebagai wadah untuk mencampur cairan Polyester dengan katalis sesuai
dengan kompsosisi dan ukuran yang telah ditentukan. Gelas ukur guna
mencampur resin dengan katalis ditampilkan pada Gambar 3.6.
41
42
43
B. Bahan
44
45
46
47
Alat pengujian redaman bunyi merupakan alat yang memiliki bentuk box
seperti pada Gambar 3.22 diatas, dengan mekanisme alat-alat pendukung seperti
berikut :
a) Amplifier
48
c) Multimeter
Multimeter merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur temperatur,
frekuensi, induktansi dan sebagainya. Multimeter dapat dilihat pada
Gambar 3.25.
49
50
51
e. Memasang serat bambu petung yang telah disusun sesuai variasi arah
serat kedalam campuran resin dan katalis yang telah dituangkan
sebelumnya kedalam cetakan. ( Proses ini diulangi sebanyak 3 kali sesuai
variasi arah serat acak, searah, serta campuran) pastikan tidak ada void
pada komposit
h. Material komposit yang telah kering keluarkan dari cetakan dan bentuk
semua spesimen sesuai dengan standar pengujian tarik ASTM D638-02
Type 1, standar pengujian impak ASTM D6110-04, dan standar spesimen
uji redaman bunyi.
a. Pemotongan kayu yang digunakan sebagai rangka dari kotak uji dan
pemtongan papan triplex sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Komposit sebagai benda uji redaman bunyi serta benda uji tarik harus
dibentuk sesuai dengan standar pengujian yang ada dimana pada uji redaman
bunyi, komposit dibentuk dengan ukuran 23 cm x 22,5 cm x 0,5 cm sedangkan
untuk uji tarik komposit dibentuk sesuai dengan standar ASTM D638-02 Type 1.
Dalam pengujian peredaman bunyi ini, ukuran benda uji menggunakan luas
penampang melintang bagian dalam alat uji peredaman bunyi dengan luas
penampang adalah 23cm x 22,5cm x 0.5cm seperti pada Gambar 3.28. Komposit
serat batang bambu petung yang digunakan dalam pengujian redaman bunyi
ditampilkan pada lampiran 1 di halaman 86.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
54
Komposit dibentuk sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan dan diuji
menggunakan alat uji peredaman bunyi. Pengujian dilakukan di Laboratorium
Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma dengan langkah sebagai berikut :
55
56
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian
Dari hasil pengujian redaman bunyi yang dilaksakan di Lab Tenaga Listrik
Teknik Elektronika serta pengujian tarik Lab Pengolahan Logam Teknik Mesin
Univeritas Sanata Dharma pada komposit serat batang bambu petung dengan
variasi arah serat acak, searah serta anyam. Dilakukan pengolahan data,
perhitungan serta pembahasan. Hasil data dan perhitungan yang diperoleh
selanjutnya ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
4.1.1 Hasil Pengujian Redaman Bunyi
Pengujian redaman bunyi dilakukan pada komposit dengan variasi arah serat
acak, searah serta anyam dengan presentase serat 25% ditambah pengujian
redaman bunyi pada komposit tanpa serat dan dalam kondisi tanpa sekat sebagai
pembanding data yang didapatkan. Pengujian redaman bunyi yang dilakukan pada
komposit baik tanpa serat maupun dengan variasi arah serat dibentuk dengan
standar ukuran 23 cm x 22,5 cm x 0,5 cm, yang diletakan di tengah resonator
sebagai sekat. Pengujian dilakukan dengan kondisi tanpa sekat dan dengan sekat
komposit, untuk mendapat perbandingan rata-rata intesitas bunyi yang diterima
sound level meter pada kedua kondisi tersebut serta mendapatkan nilai koefisien
(α) penyerapan bunyi pada komposit dengan variasi arah serat serta tanpa serat.
Berikut merupakan langkah pengujian redaman bunyi :
a. Kompsoit serta alat pengujian yang digunakan diseting sesuai dengan
kegunaan.
b. Pengujian diawali dengan kondisi tanpa sekat pada rentang frekuensi 100
Hz – 7000Hz.
c. Sesudah data pengujian tanpa sekat didapat, dilakukan pengujian dengan
kondisi komposit dipasang pada bagian tengah resonator sebagai peredam
dengan rentang frekuensi 100Hz – 7000Hz.
d. Setelah data pada pengujian dengan kondisi tanpa sekat dan dengan
dipasang sekat komposit didapat maka nilai koefisisen penyerapan bunyi
bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Data hasil pengujian redaman bunyi pada kondisi tanpa sekat dan kondisi dengan
sekat pada setiap variasi arah serat dan resin tanpa serat, data rata-rata serta nilai
koefisien penyerapan bunyi ditunjukkan pada Tabel 4.1 – 4.7.
Tabel 4.1 Data pengujian redaman bunyi pada kondisi tanpa sekat komposit
58
Tabel 4.2 Data pengujian redaman bunyi pada kondisi dengan sekat
resin tanpa serat
Tabel 4.3 Data pengujian redaman bunyi pada kondisi dengan sekat
komposit serat acak
59
Tabel 4.4 Data pengujian redaman bunyi pada kondisi dengan sekat
komposit serat searah
Tabel 4.5 Data pengujian redaman bunyi pada kondisi dengan sekat
komposit serat anyam
60
Tabel 4.6 Data rata-rata penyerapan bunyi pada kondisi tanpa sekat dan
dengan sekat komposit
Tabel 4.7 Koefisien penyerapan bunyi komposit dengan variasi arah serat
dan tanpa serat
61
Grafik nilai penyerapan bunyi pada resin tanpa serat dan komposit dengan variasi
arah serat ditunjukkan pada Gambar 4.1 – 4.4.
Gambar 4.1 Grafik nilai penyerapan bunyi spesimen resin tanpa serat
Gambar 4.2 Grafik nilai penyerapan bunyi komposit dengan variasi arah serat
acak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Gambar 4.3 Grafik nilai penyerapan bunyi komposit dengan variasi arah serat
searah
Gambar 4.4 Grafik nilai penyerapan bunyi komposit dengan variasi arah serat
anyam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Grafik nilai intesitas penyerapan bunyi serta koefisien penyerapan bunyi pada
spesimen resin tanpa serat dan komposit dengan variasi arah serat ditunjukkan
pada Gambar 4.5 - 4.6.
Gambar 4.5 Grafik intesitas penyerapan bunyi pada spesimen resin tanpa serat dan
komposit dengan variasi arah serat
Gambar 4.6 Grafik koefisien penyerapan bunyi pada komposit tanpa serat dan
komposit dengan variasi arah serat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Pengujian tarik dilakukan pada spesimen resin tanpa serat dan kompsoit serat
batang bambu dengan variasi arah pemasangan serat, fraksi komposit serat batang
bambu yang digunakan sebesar 25% volume serat dari total volume komposit.
Dari pengujian tarik tersebut didapatkan printout grafik hubungan antara beban
dan pertambahan panjang, dari data tersebut dapat digunakan untuk menentukan
nilai kekuatan tarik, regangan dan modulus elastisitas dari komposit serat batang
bambu petung tanpa serat dan dengan variasi arah pemasangan serat.
Data dan grafik hasil pengujian diurutkan mulai dari spesimen resin tanpa
serat, komposit dengan variasi serat acak, searah dan yang terakhir komposit
dengan serat anyam. Berikut adalah langkah-langkah pengujian tarik serta
perhitungan yang digunakan :
= 32,48 MPa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
= 0,0228
Modulus Elastisitas (E) =( )/1000
=( )/1000
= 1,42 GPa
Data hasil perhitungan kekuatan tarik, regangan, modulus elastisitas serta
rerata perhitungan pada spesimen resin tanpa serat dan komposit serat batang
bambu dengan variasi pemasangan acak,searah, dan anyam disajikan pada Tabel
4.8 - 4.22 dibawah.
Tabel 4.8 Dimensi spesimen resin tanpa serat
DIMENSI SPESIMEN TANPA SERAT
Tanpa Serat
Komposit
Tabel 4.9 Kekuatan tarik dan regangan spesimen resin tanpa serat
KEKUATAN TARIK DAN REGANGAN SPESIMEN TANPA SERAT
Luas Penampang Grafitasi Kekuatan
Kode Beban (Kg) L0 (mm) L (mm) ΔL (mm) Regangan
(mm²) (m/s²) Tarik (MPa)
TS_1 250,3 75,60 57,00 58,30 9,81 1,30 32,48 0,0228
TS_2 243,3 71,93 57,00 58,40 9,81 1,40 33,18 0,0246
TS_3 231,9 69,30 57,00 58,40 9,81 1,40 32,83 0,0246
Rata - rata 32,83 0,0240
66
Tabel 4.12 Kekuatan tarik dan regangan komposit dengan variasi serat acak
KEKUATAN TARIK DAN REGANGAN SPESIMEN KOMPOSIT SERAT ACAK
Luas Penampang Gravitasi Kekuatan
Kode Beban (Kg) L0 (mm) L (mm) ΔL (mm) Regangan
(mm²) (m/s²) Tarik (MPa)
AC_1 77,6 69,56 57,00 57,45 9,81 0,45 10,94 0,0079
AC_2 76,7 69,48 57,00 57,40 9,81 0,40 10,83 0,0070
AC_3 71,7 70,20 57,00 57,35 9,81 0,35 10,02 0,0061
Rata - rata 10,60 0,0070
Tabel 4.15 Kekuatan tarik dan regangan komposit dengan variasi serat searah
KEKUATAN TARIK DAN REGANGAN SPESIMEN KOMPOSIT SERAT SEARAH
Luas Penampang Grafitasi Kekuatan
Kode Beban (Kg) L0 (mm) L (mm) ΔL (mm) Regangan
(mm²) (m/s²) Tarik (MPa)
SE_1 259,4 71,00 57,00 57,56 9,81 0,56 35,84 0,0098
SE_2 245,4 71,84 57,00 57,45 9,81 0,45 33,51 0,0079
SE_3 226,1 66,83 57,00 58,10 9,81 1,10 33,19 0,0193
Rata - rata 34,18 0,0123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel 4.18 Kekuatan tarik dan regangan komposit dengan variasi serat anyam
KEKUATAN TARIK DAN REGANGAN KOMPOSIT SERAT ANYAM
Luas Penampang Grafitasi Kekuatan
Kode Beban (Kg) L0 (mm) L (mm) ΔL (mm) Regangan
(mm²) (m/s²) Tarik (MPa)
AN_1 258,0 69,94 57,00 57,65 9,81 0,65 36,19 0,0114
AN_2 215,6 69,27 57,00 57,55 9,81 0,55 30,53 0,0096
AN_3 234,1 74,03 57,00 57,45 9,81 0,45 31,02 0,0079
Rata - rata 32,58 0,0096
68
69
Grafik nilai kekuatan tarik, regangan serta modulus elastisitas pada spesimen resin
tanpa serat ditunjukkan pada Gambar 4.7 – 4.9.
Gambar 4.7 Grafik nilai kekuatan tarik pada spesimen resin tanpa serat
0,0246 0,0246
0,0240
0,0228
70
1,42
1,35 1,34 1,37
Gambar 4.9 Grafik nilai modulus elastisitas spesimen resin tanpa serat
Grafik nilai kekuatan tarik, regangan serta modulus elastisitas pada spesimen
komposit dengan variasi serat acak ditunjukkan pada Gambar 4.10 – 4.12.
10,94 10,83
10,02 10,60
Gambar 4.10 Grafik nilai kekuatan tarik komposit dengan variasi serat acak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
0,0079
0,0070 0,0070
0,0061
Gambar 4.11 Garfik nilai regangan komposit dengan variasi serat acak
1,63
1,54
1,52
1,39
Gambar 4.12 Grafik nilai modulus elastisitas komposit dengan variasi serat acak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Grafik nilai kekuatan tarik, regangan serta modulus elastisitas pada spesimen
komposit dengan variasi serat searah ditunjukkan pada Gambar 4.13 – 4.15.
35,84
33,51 33,19 34,18
Gambar 4.13 Grafik nilai kekuatan tarik komposit dengan variasi serat searah
0,0193
0,0123
0,0098
0,0079
Gambar 4.14 Grafik nilai regangan komposit dengan variasi serat searah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
4,23
3,65
3,20
1,72
Gambar 4.15 Grafik nilai modulus elastisitas komposit dengan variasi serat serah
Grafik nilai kekuatan tarik, regangan serta modulus elastisitas pada spesimen
komposit dengan variasi serat anyam ditunjukkan pada Gambar 4.16 – 4.18.
36,19
31,02 32,58
30,53
Gambar 4.16 Grafik nilai kekuatan tarik komposit dengan variasi serat anyam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
0,0114
0,0096 0,0096
0,0079
Gambar 4.17 Grafik nilai regangan komposit dengan variasi serat anyam
3,93
3,42
3,17 3,16
Gambar 4.18 Grafik nilai modulus elastisitas komposit dengan variasi serat anyam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Grafik nilai rata-rata kekuatan tarik, regangan serta modulus elastisitas pada
spesimen resin tanpa serat dan komposit dengan variasi pamasangan arah serat
ditunjukkan pada Gambar 4.19 – 4.21.
34,18
32,83 32,58
10,60
Gambar 4.19 Grafik rata-rata kekuatan tarik pada spesimen resin tanpa serat dan
komposit dengan variasi arah serat
0,0240
0,0123
0,0096
0,0070
Gambar 4.20 Grafik rata-rata regangan pada spesimen resin tanpa serat dan
komposit dengan variasi arah serat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
3,42
3,06
1,52
1,37
Gambar 4.21 Grafik rata-rata modulus elastisitas pada spesimen resin tanpa serat
dan komposit dengan variasi arah serat
77
500 Hz, 750 Hz, 1000 Hz, 1250 Hz, 3500 Hz, 4000 Hz dan 6000 Hz. Untuk
komposit dengan variasi serat anyam memilki tujuh data dibawah nilai koefisien
0,3 yaitu pada frekuensi 100 Hz, 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 4000 Hz, 5000 Hz dan
6000 Hz. Untuk komposit dengan variasi serat acak memiliki enam data yang
berada dibawah nilai koefisien 0,3 yaitu pada frekuensi 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz,
3000 Hz, 5000 Hz dan 6000 Hz. Komposit dengan variari serat searah memilki
paling sedikit nilai koefisien yang berada dibawah 0,3 sebanyak empat data yaitu
pada frekuensi 4000 Hz, 5000 Hz, 5500 Hz dan 6000 Hz. Dapat dilihat pula
frekuensi 6000 Hz menjadi frekuensi yang paling sulit untuk diredam karena baik
spesimen tanpa serat maupun komposit dengan variasi arah serat memiliki angka
koefisien dibawah 0,3.
Dari data hasil percobaan dapat dilihat bahwa komposit dengan variasi serat
acak memiliki nilai koefisien penyerapan bunyi paling tinggi yaitu 0,49 pada
frekuensi pengujian 6500 Hz sedangkan nilai koefisien penyerapan bunyi
terendah terjadi pada dua variasi arah serat yaitu komposit dengan variasi serat
searah dan serat acak sebesar 0,22 dengan frekuensi pengujian 6000 Hz.
Pada Tabel 4.9 dan 4.10 ditampilkan data hasil pengujian dan didapatkan
nilai kekuatan tarik, regangan serta modulus elastisitas dari spesimen resin tanpa
serat. Selanjutnya ditampilkan grafik kekuatan tarik, regangan dan modulus
elastisitas resin tanpa serat yang ditunjukan pada Gambar 4.7 – 4.9. Dilihat dari
Tabel 4.9 data yang diperoleh, diketahui bahwa kekuatan tarik rata-rata spesimen
resin tanpa serat adalah 32,83 MPa, dapat dilihat pula untuk nilai kekuatan tarik
terendah terdapat pada spesimen TS_1 yaitu 32,48 MPa sedangkan nilai kekuatan
tarik tertinggi terdapat pada spesimen TS_2 yaitu 33,18 MPa. Selanjutnya dapat
dilihat juga pada Tabel 4.9 untuk nilai regangan rata-rata pada spesimen resin
tanpa serat sebesar 0,0240, diketahui pula nilai regangan terendah terdapat pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
spesimen TS_1 sebesar 0,0228, untuk nilai regangan pada spesimen TS_2 dan
TS_3 keduanya memiliki nilai regangan yang sama yaitu 0,0246. Selanjutnya
berdasarkan tabel 4.10 didapatkan data untuk nilai modulus elastisitas dari
spesimen resin tanpa serat dimana nilai rata-rata modulus elastisitasnya adalah
1,37 GPa, untuk nilai modulus elastisitas terendah terdapat pada spesimen TS_3
sebesar 1,34 GPa sedangkan nilai tertinggi terdapat pada spesimen TS_1 sebesar
1,42 GPa.
Untuk Tabel 4.12 dan 4.13 ditampilkan data hasil pengujian dan
didapatkan nilai kekuatan tarik, regangan serta modulus elastisitas dari komposit
serat batang bambu dengan variasi serat acak. Selanjutnya data ditampilkan pada
grafik yang ditunjukan pada Gambar 4.10 – 4.12. Dilihat dari Tabel 4.12 data
yang diperoleh, diketahui bahwa kekuatan tarik rata-rata komposit serat batang
bambu dengan variasi serat acak adalah 10,60 MPa, dapat dilihat pula untuk nilai
kekuatan tarik terendah terdapat pada spesimen AC_3 yaitu 10,02 MPa sedangkan
nilai kekuatan tarik tertinggi terdapat pada spesimen AC_1 yaitu 10,94 MPa.
Selanjutnya dapat dilihat juga pada Tabel 4.12 untuk nilai regangan rata-rata pada
komposit serat batang bambu dengan variasi serat acak adalah sebesar 0,0070,
diketahui pula nilai regangan terendah terdapat pada spesimen AC_3 sebesar
0,0061, untuk nilai regangan tertinggi terdapat pada spesimen AC_1 yang
memiliki nilai regangan sebesar 0,0079. Selanjutnya berdasarkan tabel 4.13
didapatkan data untuk nilai modulus elastisitas dari komposit serat batang bambu
dengan variasi serat acak dimana nilai rata-rata modulus elastisitasnya adalah 1,52
GPa, untuk nilai modulus elastisitas terendah terdapat pada spesimen AC_1
sebesar 1,39 GPa sedangkan nilai tertinggi terdapat pada spesimen AC_3 sebesar
1,63 GPa.
Untuk Tabel 4.15 dan 4.16 ditampilkan data hasil pengujian dan
didapatkan nilai kekuatan tarik, regangan serta modulus elastisitas dari komposit
serat batang bambu dengan variasi serat searah. Selanjutnya nilai kekuatan tarik,
regangan serta modulus elastisitas ditampilkan pada grafik yang disajikan pada
Gambar 4.13 – 4.15. Dilihat dari Tabel 4.15 data yang diperoleh, diketahui bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
kekuatan tarik rata-rata komposit serat batang bambu dengan variasi serat searah
adalah 34,18 MPa, dapat dilihat juga untuk nilai kekuatan tarik terendah terdapat
pada spesimen SE_3 sebesar 33,19 MPa sedangkan nilai kekuatan tarik tertinggi
terdapat pada spesimen SE_1 yaitu 35,84 MPa. Selanjutnya dapat dilihat juga
pada Tabel 4.15 untuk nilai regangan rata-rata pada komposit serat batang bambu
dengan variasi serat searah adalah sebesar 0,0123, diketahui juga nilai regangan
terendah terdapat pada spesimen SE_2 yaitu 0,0079, untuk nilai regangan
tertinggi terdapat pada spesimen SE_3 yang memiliki nilai regangan sebesar
0,0193. Selanjutnya berdasarkan tabel 4.16 diperoleh data untuk nilai modulus
elastisitas dari komposit serat batang bambu dengan variasi serat searah dimana
nilai rata-rata modulus elastisitasnya sebesar 3,20 GPa, untuk nilai modulus
elastisitas terendah terdapat pada spesimen SE_3 sebesar 1,72 GPa sedangkan
untuk nilai tertinggi terdapat pada spesimen SE_2 sebesar 4,24 GPa.
Untuk Tabel 4.18 dan 4.19 ditampilkan data hasil pengujian dan
didapatkan nilai kekuatan tarik, regangan serta modulus elastisitas dari komposit
serat batang bambu dengan variasi serat anyam. Selanjutnya data ditampilkan
pada grafik yang ditunjukan pada Gambar 4.16 – 4.18. Dilihat dari Tabel 4.18
data yang didapat, diketahui bahwa kekuatan tarik rata-rata komposit serat batang
bambu dengan variasi serat anyam adalah 32,58 MPa, dapat dilihat juga untuk
nilai kekuatan tarik terendah terdapat pada spesimen AN_2 sebesar 30,53 MPa
sedangkan nilai kekuatan tarik tertinggi terdapat pada spesimen AN_1 yaitu 36,19
MPa. Selanjutnya dapat dilihat juga pada Tabel 4.18 untuk nilai regangan rata-rata
pada komposit serat batang bambu dengan variasi serat anyam adalah sebesar
0,0096, diketahui pula nilai regangan terendah terdapat pada spesimen AN_3
yaitu 0,0079, sedangkan untuk nilai regangan tertinggi terdapat pada spesimen
AN_1 yang memiliki nilai regangan sebesar 0,0114. Selanjutnya berdasarkan
tabel 4.19 diperoleh data untuk nilai modulus elastisitas dari komposit serat
batang bambu dengan variasi serat anyam dimana nilai rata-rata modulus
elastisitasnya adalah sebesar 3,42 GPa, untuk nilai modulus elastisitas terendah
terdapat pada spesimen AN_2 sebesar 3,16 GPa sedangkan untuk nilai tertinggi
terdapat pada spesimen AN_3 yaitu sebesar 3,93 GPa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
81
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari semua hasil pengujian, perhitungan serta analisa data maka diperoleh
bebarapa kesimpulan baik untuk pengujian redaman bunyi dan pengujian tarik.
Kesimpulan tersebut antara lain :
1. Hasil pengujian redaman bunyi yang dilakukan pada spesimen resin tanpa
serat dan spesimen komposit dengan variasi arah serat, didapatkan nilai
koefisien penyerapan bunyi yang berada diatas 0,3 (α > 0,3) untuk setiap
variasi pada frekuensi 1500 Hz, 2000 Hz, 2500 Hz, 4500 Hz, 6500 Hz, dan
7000Hz. Sedangkan frekuensi 6000 Hz menjadi frekuensi yang paling sulit
diredam karena semua spesimen baik resin tanpa serat maupun komposit
dengan variasi arah serat memiliki nilai koefisien penyerapan bunyi lebih
rendah dari 0,3 (α < 0,3). Koefisien penyerapan bunyi tertinggi terjadi di
frekuensi 6500 Hz yaitu 0,49 pada spesimen komposit dengan variasi serat
acak.
2. Pada setiap variasi komposit dengan arah serat dan spesimen resin tanpa
serat memiliki nilai kekuatan tarik dengan selisih yang tidak terlalu jauh
pada setiap pengujiannya, dimana komposit dengan nilai rata-rata
kekuatan tarik tertinggi terdapat pada komposit dengan variasi serat searah
yaitu 34,18 MPa.
3. Dari ketiga komposit dengan variasi arah serat, nilai rata-rata regangan
terbaik dihasilkan oleh komposit dengan variasi serat searah dengan nilai
sebesar 0,0123. Untuk spesimen resin tanpa serat memiliki nilai rata-rata
sebesar 0,0240.
4. Modulus elastisitas komposit dengan variasi arah serat cenderung
mengalami kenaikan pada setiap variasi arah seratnya dibanding dengan
spesimen resin tanpa serat dimana nilai modulus elastisitas tertinggi terjadi
pada komposit dengan variasi serat anyam yaitu 3,42 GPa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
5.2 Saran
Dalam pengujian redaman bunyi maupun pengujian tarik ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh sebab itu Peneliti memberikan saran yang dapat
digunakan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya. Adapun saran tersebut
adalah :
1. Pada saat pembuatan komposit harus diperhatikan pada proses
penggabungan serat dengan resin, sehingga saat proses penekanan bisa
lebih merata dan dapat mengurangi terbentuknya void yang akan
menggangu pengujian tariknya.
2. Lebih memperhatikan proses penggabungan serat dan resin karena resin
dan serat memiliki massa jenis yang sedikit berbeda sehingga saat
penuangan akan sedikit bergeser pada posisi seratnya.
3. Untuk resonator bisa dimodifikasi lagi dengan penambahan lubang yg
ditutup kaca atau akrilik untuk memudahkan pengambilan data uji
redaman.
4. Untuk penelitian selanjutnya bisa ditambah dengan pengujian Impak untuk
mendapat nilai lebih banyak dari sifat mekanis komposit yang dibentuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
DAFTAR PUSTAKA
Ardhyananta, Hosta, dkk. (2012). Karakterisasi dan Sifat Mekanik Bambu Ori
dan Bambu Petung. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
ASTM, D638. 2002. America Society For Testing of Material. Philadelphia: PA
Bismarck, dkk. (2002). Influence of Alkali Treatment on Surface Properties of
Fibers. New York: McGraw hill.
Callister, William D. (2001). Fundamentals of Materials Science and
Engineering, New York: John Wiley & Sons, Inc.
Davis, H.E., Troxell, G.E., Wiskocil, C.T. (1955). The Testing and Inspection Of
Engineering Materials. McGraw Hill Book Company. New York.
Deborah. (2009). Composites Materials. State University of New York, Buffalo
Dept. Mechanical and Aerospace. Engineering: USA.
Dieter, G. E., (1987). Metalurgi Mekanik, terj. Sriati D. Jakarta: Erlangga.
Dransfield, S. dan Widjaya E.A,. (1995). Bamboo Plant Resources of South East
Asia 7thedition. Bekhays, Leiden.
Fatkhurohman, M. Aji. dan Suoriyadi. (2013). Tingkat Redaman Bunyi Suatu
Bahan (Triplek, Gypsum dan Styrofoam), Semarang: Jurusan Pendidikan
IPA Konsentrasi Fisika, PPs UNNES.
Gabriel, J.F., (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.
Gibson, R.F. (1994). Principles of Composite Material Mechanics. Singapore:
Mc.Graw Hill, Inc.
Hartanto, L. (2009). Study Perlakuan Alkali dan Fraksi Volume Bermatrik
Polyester BQTN 157, Skripsi. Surakarta : Universitas Muhamadiyah
Surakarta.
Irawati, I. S. dan Saputra, A. (2012). Analisis Statistik Sifat Mekanika Bambu
Petung, prosiding Simposium Nasional Rekayasa dan Budidaya Bambu I
2012, Rekayasa Bambu sebagai solusi pelestarian lingkungan. ISBN:978-
602-95687-6-9, 30 Januari 2012, JTSL FT UGM, Yogyakarta.
Janssen, J. J. A. (1981). Bamboo In Building Structures Eindhoven: Technische
Hogeschool Eindhoven DOI: 10.6100/IR11834.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
85
86
LAMPIRAN
Lampiran 1. Spesimen Uji Redaman Bunyi
a. Komposit dengan variasi serat acak
87
88
89
Dari lima kali pengujian dipilih hasil pengujian dengan nilai kekuatan tarik paling
baik untuk pengujian I, III, dan IV.
Dari lima kali pengujian dipilih hasil pengujian dengan nilai kekuatan tarik paling
baik untuk pengujian II, III, dan IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Dari lima kali pengujian dipilih hasil pengujian dengan nilai kekuatan tarik paling
baik untuk pengujian II, III, dan IV
Lampiran 9. Hasil Grafik Mesin Uji Tarik Bahan Resin Tanpa Serat
Dari lima kali pengujian dipilih hasil pengujian dengan nilai kekuatan tarik paling
baik untuk pengujian I, II, dan III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91