Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN

QURAN HADIS
Strategi Pembelajaran Countextual Teaching Learning (CTL)

Disusun oleh :

KELOMPOK 10

1. WINDA

2. ALI RISWAN

Dosen Pembimbing :

SYUKRI, M.Pd

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

DINIYAH PEKANBARU

T.P 2020 / 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat Nya penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah Strategi
Pembelajaran yang membahas “Strategi Pembelajaran CTL”.Secara khusus
pembahasan dalam makalah ini diatur sedemikian rupa sehingga materi yang
disampaikan sesuai dengan mata kuliah. Dalam penyusunan tugas atau materi ini,
tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan
dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi .
oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak dosen Syukri, M.Pd mata kuliah Strategi Pembelajaran yang telah
memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dan
menyelesaikan tugas makalah ini.

2.  Orang tua, teman dan kerabat  yang telah turut membantu, membimbing, dan
mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas makalah ini selesai.

Kami sadar, bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak


kesalahan. Untuk itu kami meminta maaf apabila ada kekurangan. Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna meningkatkan kualitas
makalah penulis selanjutnya. Kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah-lah  yang
punya dan maha kuasa .Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat
memberikan manfaat tersendiri bagi generasi muda islam yang akan datang,
khususnya dalam bidang Strategi pembelajaran

Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1

BAB II......................................................................................................................2

PEMBAHASAN......................................................................................................2

A. Pengertian dan Karakteristik Strategi Contextual Teaching Learning.........2

B. Kelebihan Dan Kekuranganya......................................................................5

C. Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi.......................................................6

D. Langkah-langkah Pendekatan Contextual Teaching Learning.....................7

E. Upaya Pemecahanya.....................................................................................9

BAB III................................................................................................................111

PENUTUP............................................................................................................111

A. Kesimpulan...............................................................................................111

B. Saran..........................................................................................................111

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................122

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar, guru menjadi subjek penting untuk
mencapai tujuan belajar. Ada banyak cara dilakukan guru untuk dapat
memberikan informasi terhadap siswa (transfer knowledge), namun sepertinya hal
ini sudah tidak sesuai dengan kondisi siswa, proses transfer ilmu dengan model
konvensional sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Terobosan baru yang dilakukan
oleh para pemerhati pendidikan adalah dengan konsep baru yaitu model
pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL), model
pembelajaran kontekstual tidak hanya proses transfer ilmu dari guru ke siswa,
melainkan siswa dapat melakukan, mencoba dan mengkontruksi sendiri materi
ajar yang didapat dari guru dengan kehidupan nyata siswa dengan harapan siswa
dapat memecahkan berbagai macam persoalan baik dalam dirinya, keluarga dan
masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan strategi CTL dan karakteristik strategi CTL?
2. Apa kelebihan dan kelemahan strategi CTL?
3. Apa pertimbangan pemeilihan strategi CTL?
4. Bagaimana langkah-langkah strategi CTL?
5. Bagaimana upaya pemecahan masalah strategi CTL?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui strategi CTL dan karakteristik strategi CTL.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan strategi CTL.
3. Untuk mengetahui pertimbangan pemeilihan strategi CTL.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah strategi CTL.
5. Untuk mengetahui upaya pemecahan masalah strategi CTL.
6.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Karakteristik Strategi Contextual Teaching Learning
Pembelajaran kontekstual atau lebih dikenal dengan Contextual Teaching
and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran
kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta
didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan
social dan budaya masyarakat1
Menurut Jonhson dalam Sugiyanto (2007) CTL adalah sebuah proses
pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat makna didalam
materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-
subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.
Menurut Tim Penulis Depdiknas, Pendekatan Kontekstual adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
mereka.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat penulis simpulkan pengertian dari
model pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
adalah model pendekatan yang membantu guru dalam menghubungkan pelajaran
atau materi ajar yang sudah dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari
serta mendorong siswa untuk mampu menerapkan pengetahuannya dalam
kehidupan nyata sehingga siswa mampu mengatasi berbagai persoalan yang akan
diahadapi dimasa yang akan datang baik dalam keluarga maupun masyarakat.
Pengetahuan siswa didapat melalui keterampilan yang dimiliki sedikit demi
sedikit dan mengkontruksikan sendiri. Maka peran guru sangat berpartisipasi,
guru menjadi fasilitator yang mengarahkan siswa dan mendorong siswa untuk
1
Agus Suprijono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi Paikem (Yogyakarta: pustaka
pelajar, 2014, cet XIII), 5

2
dapat mengkontruksi sendiri pengetahuannya, sehingga siswa mampu
memecahkan masalahnya sendiri dalam masyarakat. Dalam pembelajaran
kontekstual siswa tidak hanya menjadi peserta pasif yang hanya menerima materi
dari seorang guru tetapi lebih dari itu interaksi yang terjadi antara guru dan siswa
sangat membantu terhadap siswa dalam menyerap pelajaran dan menerapkannya
lebih mudah dalam kegiatan nyata sehari-hari. Tentu hal ini lebih banyak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba dan
mengalami sendiri, tidak hanya sekedar mendapat ceramah dari guru dan kondisi
siswa pada waktu dikelas menjadi pasif.
Menurut Johnson dalam Nurhadi (2003 : 13), ada 8 komponen yang
menjadi karakteristik dalam pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut :2
1.      Melakukan hubungan yang bermakna (Making Meaningfull Connection).
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari
pembelajaran kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata
pelajaran akademik tertentu dengan pengalaman mereka sendiri, mereka
menemukan makna dan makna memberikan alasan untuk belajar.
Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses
belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL.
2.      Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work).
Siswa membuat hubungan-hubungan antar sekolah dan berbagai
konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai
anggota masyarakat. Jadi pembelajaran harus memiliki arti bagi siswa.
3.      Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning).
Pembelajaran yang diatur sendiri merupakan pembelajaran yang aktif,
mandiri, melibatkan kegiatan yang menghubungkan masalah dengan
kehidupan sehari-hari dengan cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran
yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan
gaya belajarnya sendiri.

4.      Bekerja sama (collaborating).


2
Nurhadi. Pendekatan Kontekstual. ( Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
2003)h. 13.

3
Siswa dapat bekerja sama. Guru dan siswa bekerja secara efektif
dalam kelompok, guru membantu siswa memahami bagaimana mereka saling
mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
5.      Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking).
Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara
kritis dan kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur,
kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik
keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencairan ilmiah.
Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian,
ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.
6.      Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual).
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan
kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga aspek-
aspek kepribadian seperti integritas pribadi, sikap, minat, tanggung jawab,
disiplin, motif berprestasi, dan sebagainya. Guru dalam pembelajaran
kontekstual juga berperan sebagai konselor dan mentor. Tugas dan kegiatan
yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan
kemampuannya.
7.      Mencapai standar yang tinggi (reaching high standar).
Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara
optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai
keunggulan tersebut, asalkan dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi
dan kekuatannya.
8.      Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment).
Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia
nyata untuk suatu tujuan yang bermakna. Misalnya, siswa boleh
menggambarkan informasi akademis yang telah mereka pelajari untuk
dipublikasikan dalam kehidupan nyata. Penilaian autentik memberi
kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka
sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.

4
B. Kelebihan Dan Kekuranganya
Adapun beberapa keunggulan dari pembelajaran Kontekstual adalah:3
b. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut
untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,
sehingga tidak akan mudah dilupakan.
c. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
d. Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas
siswa secara penuh, baik fisik maupun mental
e. Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk
memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil
temuan mereka di lapangan
f. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian
dari guru.
g. Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang  bermakna.

Sedangkan kelemahan dari pembelajaran Kontekstual adalah sebagai


berikut:4
h. Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual
berlangsung.
i. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi
kelas yang kurang kondusif

3
Rusman, Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru),
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006, cet- 6), 187
4
Ibid. h. 1188

5
j. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL,  guru
tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang
sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang
akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman
yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur
atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah
pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya.
k. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan
dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar.
Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan
bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai
dengan apa yang diterapkan semula.
l. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak
merata.

C. Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi.


Tiga hal yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan strategi yaitu:
Pertama,CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan
materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara
langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa
hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri
materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubunganya antara
materi yang di pelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu
akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan
tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupkan.

6
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami
materi yang di pelajarinya, kn tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat
mewarnai prilakunya dalam khidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks
CTL bukan untuk di tumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai
bekal mereka dalam mengurangi kehidupan nyata.5

D. Langkah-langkah Pendekatan Contextual Teaching Learning


Sebelum masuk kelangkah – lngkah pembelajaran sang guru harus
mengetahui prinsip – prinsip dari strategi CTL sebagai berikut:6
1.      Konstruktivisme (constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofis)
pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas
dan tidak seakan-akan. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep atau kaidah yang siap diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengamatan
nyata, karena pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman
nyata.
2.      Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan berbasis CTL.
Metode inquiry merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada
situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang
terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu
dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan
yang ditemukan siswa lain.
3.      Bertanya (questioning)
Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis
kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk menggali informasi, menggali

5
Wina Sanjaya, Strategi Pembejaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2
6
Wina Sanjaya, Strategi Pembejaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2

7
pemahaman siswa, membangkitkan respon kepada siswa, mengetahui sejauh
mana keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa,
memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, serta
membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa untuk menyegarkan
kembali pengetahuannya.
4.      Masyarakat belajar (learning community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh
dari kerjasama dengan orang lain. Guru dalam pembelajaran kontekstual
(CTL) selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok yang
anggotanya heterogen. Siswa yang pandai mengajari yang lemah, yang sudah
tahu memberi tahu ke yang belum tahu, dan seterusnya. Sehingga kelompok
siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, keanggotaannya, jumlah bahkan bisa
melibatkan siswa di kelas atasnya atau guru melakukan kolaborasi dengan
mendatangkan ahli ke kelas.
5.      Pemodelan (modeling)
Proses pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu perlu ada
model yang bisa ditiru. Tugas guru memberi model tentang bagaimana cara
bekerja. Guru bukan satu-satunya model dalam pembelajaran CTL karena
model dapat juga didatangkan dari luar untuk dihadirkan di dalam kelas.
Pemodelan disini adalah bahwa sebuah pembelajaran selalu ada model yang
bisa ditiru oleh para peserta didik.
6.      Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu.
Siswa mendapatkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan
yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan
sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau
pengetahuan yang baru diterima (Depdiknas, 2003).
Refleksi dilakukan ketika pembelajaran berakhir, siswa merenung
tentang kesalahannya dalam belajar lalu dia memperbaiki kesalahan tersebut
dengan pengetahuan yang baru dia ketahui.

8
7.      Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat
memberikan perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar
perlu diketahui oleh guru agar bisa mengetahui bahwa siswa mengalami
proses pembelajaran dengan benar. Gambaran proses dan kemajuan belajar
siswa perlu diketahui sepanjang proses pembelajaran. Karena itu penilaian
tidak hanya dilakukan pada akhir periode sekolah, tetapi dilakukan bersama
secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran. Focus
penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta
penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

E. Upaya Pemecahannya
Dalam menggunakan pendekatan pengajaran konekstual seorang guru perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut ;7
1. merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental
siswa (developmentally appropriate)
2. 2membentuk group belajar yang saling ketergantungan (interdependent learning
group)
3. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self regulated
learning) yang mempunyai karakteristik : kesadaran berfikir, penggunaan
strategi, dan motivasi berkelanjutan.
4. Mempertimbangkan keragaman siswa (disversity of student)
5. Memperhatikan multi-intelegensi siswa (mltiple intelligences), spasial-verbal,
linguistic-verbal, interpersonal, musikal ritmik, naturalis, badan-kinestetika,
intrapersonal, dan logismatematis. (Gardner, 1993)
6. Menggunakan teknik-teknik bertanya yang meningkatkan pembelajaran siswa,
perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan berfikir tingkat tinggi.
7. Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).

Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama. Kelas dikatakan


menerapkan CTL jika menerapkan ke tujuh komponen tersebut dalam
pembelajarannya. Secara garis besar langkah-langkah penerapatan CTL dalam
kelas sebagai berikut.

7
Agus Suprijono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi Paikem, 83

9
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4. Ciptakan masyaraka belajar (belajar dalam kelompok)
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning/CTL)
merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke
dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah memberikan
kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana
dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi
pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.

B. Saran
Guru harus dapat menyajikan dunia nyata atau benda-benda konkret saat
pembelajaran sehingga siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang
diperolehnya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, agar tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nurhadi. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta : Departemen Pendidikan


Nasional.
Suprijono, Agus. 2014. Cooperative Learning: Teori Dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Bandung: Fajar Interpratama Offset
Rusman. 2006. Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

12

Anda mungkin juga menyukai