Anda di halaman 1dari 3

1. Dalam putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN.

SMD masuk dalam KTUN yang dapat


digugat karena
a. Konkret : Surat Keputusan Tergugat (Objek TUN) tersebut yang diterbitkan
oleh Tergugat tersebut merupakan sebuah keputusan Tata Usaha yang
mempunyai maksud tertentu untuk keperluan tertentu dan juga menimbulkan
akibat hukum yang merugikan Penggugat secara nyata dan konkret.
b. Individual : Surat Keputusan Tergugat (Objek TUN) tersebut berkaitan
langsung dengan hak dan kepentingan hukum Penggugat. Surat Keputusan a
quo tidak ditujukan untuk umum, melainkan untuk subjek hukum tertentu,
dalam hal ini PT. SENYIUR SUKSES PRATAMA (Penggugat).
c. Final : Surat Keputusan Tergugat (Objek TUN) tersebuttelah berlaku definitif
atau tidak memerlukan persetujuan instansi lain lagi dan sudah menimbulkan
akibat hukum pada Penggugat, yang nyata-nyata telah mengakibatkan
kerugian bagi kepentingan Penggugat yaitu berkurangnya luasan WIUP
Penggugat seluas 2.229 Ha atau menjadi 6.534 Ha, yang seharusnya dapat
dilakukan kegiatan penambangannya (operasi produksi) batubaranya pada
WIUP seluas 8.763 Ha.

2. Terdapat penetapan tertulis, yaitu


a. Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor:
26/PEN-DIS/2016/PTUN.SMD tentang Penetapan Lolos Dismissal;
b. Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor:
26/PEN/2016/PTUN.SMD tentang Penunjukkan Majelis Hakim;
c. Surat Penunjukkan Panitera Pengganti dan Jurusita Pengganti Nomor :
26/PEN/2016/PTUN.SMD ;
d. Surat Penunjukkan Panitera Pengganti dan Jurusita Pengganti Nomor :
26/PEN/2016/PTUN.SMD ;
e. Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda
Nomor: 26/PEN.PP/2016/PTUN.SMD. tentang Pemeriksaan Persiapan;
f. Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda
Nomor : 26/PEN-HS/2016/PTUN.SMD tentang Penentuan Hari Sidang;
g. Putusan Sela Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda
Nomor : 26/G/2016/PTUN-SMD ;
h. Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor :
26/PEN.A/2016/PTUN.SMD tentang Perubahan Penunjukkan Majelis Hakim ;
3. Akibat hukum yang ditimbulkan dari sengketa tersebut adalah :
a. Peta acuan dalam mengeluarkan izin pemanfaatan ruang pembangunan
(yang telah ditandatangani bersama oleh seluruh Bupati dan Walikota Se
Provinsi Kalimantan Timur bersama-sama dengan Gubernur Kalimantan
Timur, Ketua BKPRD Kalimantan Timur, Ketua DPRD Tingkat I Kalimantan
Timur serta TIM Teknis Provinsi Kalimantan timur yang terdiri dari beberapa
lembaga yakni Bapeda, BPN, Dinas Kehutanan, Dinas Pertambangan &
Energi, Dinas Perkebunan, Dinas Perikanan & Kelautan, Biro Hukum);
b. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor : 1603
K/40/MEM 2003, tentang Pedoman Pencadangan Wilayah Pertambangan,
tanggal 24 Desember 2003 Pasal 4 ayat (1) dan (2), yang menyatakan : “ (1)
Peta Dasar Wilayah Pertambangan digunakan sebagai dasar bagi pengujian
dan pemetaan wilayah usaha pertambangan umum. (2) Peta Dasar Wilayah
Pertambangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan peta digital
SIWP yang berpedoman pada peta Rupabumi/Topografi dan sistem
penomoran lembar peta secara nasional dengan skala yang memadai.”
c. Pasal 74 Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014, tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, yang
menyatakan : “ (1) Pemegang IUP sewaktu-waktu dapat mengajukan
permohonan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya untuk menciutkan sebagian atau mengembalikan seluruh
WIUP. (2) Pemegang IUPK sewaktu-waktu dapat mengajukan permohonan
kepada Menteri untuk menciutkan sebagian atau mengembalikan seluruh
WIUPK. (3) Pemegang IUP atau IUPK dalam melaksanakan penciutan atau
pengembalian WIUP atau WIUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) harus menyerahkan:
a) laporan, data dan informasi penciutan atau pengembalian yang
berisikan semua penemuan teknis dan geologis yang diperoleh pada
wilayah yang akan diciutkan dan alasan penciutan atau pengembalian
serta data lapangan hasil kegiatan;
b) peta wilayah penciutan atau pengembalian beserta koordinatnya;
c) bukti pembayaran kewajiban keuangan;
d) laporan kegiatan sesuai status tahapan terakhir; dan
e) laporan pelaksanaan reklamasi pada wilayah yang diciutkan atau
dilepaskan.
(4) WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk:
a) mineral logam dan batubara dapat ditetapkan kembali menjadi WIUP atau
WIUPK, dan/atau diusulkan menjadi wilayah pencadangan negara
berdasarkan evaluasi Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
b) mineral bukan logam dan batuan dikembalikan kepada Menteri, gubernur,
atau bupati walikota sesuai dengan kewenangannya.

(4a) WIUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat ditetapkan kembali
menjadi WIUPK dan/ atau diusulkan menjadi wilayah pencadangan negara
berdasarkan evaluasi Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; (4b) WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf
a ditawarkan kembali dengan cara lelang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (3). (4c) WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b
diberikan kembali dengan cara mengajukan permohonan wilayah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4). (4d) WIUPK sebagaimana
dimaksud pada ayat (4a) ditawarkan kembali dengan cara prioritas atau
lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dan Pasal 52. (5)
Dihapus.”serta melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik meliputi
asas kepastian hukum, tertib penyelenggaraan Negara, keterbukaan,
proporsionalitas, profesionalitas dan akuntabilitas, sebagaimana dimaksud
dalam UU PEMDA. Selain itu keputusan Tergugat tersebut juga telah
menimbulkan akibat hukum yang merugikan kepentingan Penggugat yaitu
berkurangnya luasan WIUP milik Penggugat, yang seharusnya adalah 8.763
Ha menjadi hanya seluas 6.534 Ha. Selain itu, Penggugat juga telah
membayarkan kewajiban Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) atas
nama Penggugat sampai dengan akhir Desember 2012 untuk areal seluas
8.763 Ha, sehingga karenanya, Objek TUN tersebut yang merupakan
keputusan Tergugat harus di nyatakan batal atau tidak sah.

4. Tindakan hukum pemerintah adalah (tuntutan)

Anda mungkin juga menyukai