Anda di halaman 1dari 38

LITERATUR

ARSITEKTUR
JAWA
Kelompok 10 - Kelas C
Dr. Ir. Hardiyati, MT
DAFTAR
ISI
Perkenalan Tim Sejarah

Pendahuluan Ciri - ciri

Definisi Kesimpulan
Lexa Maulvi Yonan TIM
I0220055
KAMI
Kemal Wirayuda
I0220053

Alifiah Azzahra
I0220116
PENDAHULUAN
Rumah merupakan salah satu dari tiga kebutuhan utama
dalam kehidupan. Demikan bagi masyarakat Jawa, rumah
adalah tempat tinggal dengan salah satu tujuan hidup
idealnya (Ronald 1990, 185). Rumah sendiri memiliki arti
penting dalam kehidupan masyarakat Jawa. Arti penting
ini dapat ditelusuri dari filosofi orang Jawa sendiri yaitu,
sandhang, pangan, dan papan. Ketiga unsur tersebut
diartikan sebagai pakaian, makanan, dan tempat tinggal.
DEFINISI
PRAMANA
Rumah bagi orang Jawa merupakan perlambang
hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Oleh karena
itulah, bentuk bahkan isi di dalam rumah merupakan
sesuatu yang berhubungan dengan nilai-nilai filosofis.
Hubungan yang terjalin merupakan hasil dari pandangan
hidup masyarakat Jawa itu sendiri. Bahkan dalam proses
pembuatan sebuah rumah, masyarakat Jawa selalu
mengedepankan unsur-unsur konstruktif dan juga
metafisik yang terlihat dari tahapan awal konstruksi
bangunan (Pramana 2000, 37). Unsur ini meliputi tata
ruang, ornamentasi dan bentuk bangunan.
SEJARAH
Arsitektur Jawa merupakan suatu perjalanan pengalaman
sejarah yang tidak dapat dipisahkan sehingga kita harus
memandangnya secara integral agar tidak menyebabkan
kerancuan dan kesalahan mendasar.

Arsitektur Tradisional Jawa tidak hanya memandang


bangunan sebagau objek fisik saja namun juga interpelasi
simbol-simbol dan ritual.

Menurut periode waktu


Zaman neolitik dan megalitik
Zaman purba
Zaman madya
Zaman VOC dan penjajahan Belanda
Zaman kemerdekaan
KARAKTERISTIK
Patokan untuk ukuran bangunan tradisional
menggunakan manusia sebagai ukuran beda dan alat
masing-masing.
Pandangan hidup masyarakat terbagi atas alam dewa-
dewi, alam menengah, dan alam barzah atau neraka.
Satuan horizontal selalu panjang salah satu anggota
badan pemilik rumah. contoh hasta, kilan, tumbak, kaki
dan jempol.
Orientasi terhadap sumbu kosmis;
Utara-Selatan : tempat Ratu Kidul, dewi Laut Selatan, dan dewi
pelindung Kerajaan Mataram.
Barat-Timur : Rakyat biasa.
LATAR BELAKANG DAN KEPERCAYAAN ORANG JAWA
Menurut Suseno (1984) kepercayaan jawa didasarkan atas pandangan Kesatuan Numinus menunjuk pada suatu keadaan jiwa (state of mind) yang
dunia Jawa, yaitu keyakinan deskriptif orang Jawa tentang realitas sejauh mampu menghubungkan realitas dengan gejala-gejala adikodrati yang
mana merupakan suatu kesatuan dari padanya manusia memberi struktur dialami dengan perasaan penuh misteri, kekaguman, takut dan cinta.
yang bermakna kepada pengalamannya. Magnis Suseno membedakan 4
unsur pandangan dunia Jawa yang berhubungan dengan Illahi atau
Adikodrati.
Unsur pertama merupakan kesatuan numinus antara alam, masyarakat,
dan alam adikodrati. Orang jawa terutama petani mengenal irama alam
seperti siang dan malam, dsb. Mereka percaya ada sesuatu kekuatan
gaib yang mengendalikan alam. Berdasarkan pendapat Revianto Budi
Santosa, 2000 mereka merasa "ketidakpastian" saat berjalan keluar
rumah.

Unsur yang kedua yaitu kesatuan numinus dengan kekuasaan. Pusat


kekuatan itu ada pada raja. Konsep kerajaan jawa merupakan suatu
lingkaran konsentris mengelilingi Sultan sebagai pusat.
Unsur ketiga merupakan dasar numinus keakuan. Keakuan manusia
manunggal dengan dasar Illahi dari mana ia berasal, karea itu orang
Jawa sepanjang hidupnya akan berusaha untuk menemukan dasar Illahi.

manunggaling kawulo lan gusti atau mencari sangkan paraning


dumadi.

Unsur keempat adalah kepercayaan atau kesadaran akan takdir bahwa


hidup manusia sudah ditetapkan dan tidak bisa dihindari. Menentang
nasib hanya akan mengacaukan keselarasan kosmos

Konsep di atas merupakan konsep yang mencerminkan sikap orang jawa


terhadap dunia, manusia wajib memperindah dunia dengan tidak
mengganggu keselarasannya.
KONSEP
Pengertian rumah bagi orang Jawa dapat ditelusuri dari kosa kata Jawa. Menurut
Koentjaraningrat (1984) dan Santosa (2000) kata omah-omah berarti berumah
tangga, ngomahake membuat kerasan atau menjinakkan, ngomah-ngomahake

RUANG
menikahkan, pomahan pekarangan rumah, pomah penghuni rumah betah
menempati rumahnya.
Bentuk dasar rumah Jawa menurut Dakung
(1982), Ismunandar (1986), Hamzuri (-) ada 5.
Bentuk yang paling sederhana adalah bentuk
Panggang Pe, terdiri dari satu ruangan terbuka
dengna atap satu bidang datar yang dipasang
miring satu arah. Penggunaan rumah bentuk ini
bersifat sementara, misal sebagai tempat
istirahat petani di sawah.
Sebuah rumah tinggal Jawa setidak-tidaknya
terdiri dari satu unit dasar yaitu omah yang
terdiri dari dua bagian, bagian dalam terdiri dari
deretan sentong tengah, sentong kiri, sentong
kanan dan ruang terbuka memanjang di depan
deretan sentong yang disebut dalem
sedangkan bagian luar disebut emperan.
Rumah tinggal yang ideal terdiri dari 2
bangunan atau bila mungkin 3, yaitu pendopo
dan peringgitan, bangunan pelengkap lainnya
adalah gandok, dapur, pekiwan, lumbung dan
kandang hewan.
Rumah tinggal yang ideal terdiri dari 2
bangunan atau bila mungkin 3, yaitu pendopo
dan peringgitan, bangunan pelengkap lainnya
adalah gandok, dapur, pekiwan, lumbung dan
kandang hewan.
PEMBAGIAN
RUANGAN
Rumah induk:
Pendopo
berfungsi sebagai tempat berkumpul orang banyak dan menerima tamu. Ruang ini bersifat terbuka.
Dalem Agung
merupakan pusat susunan ruang-ruang lain. Fungsi utamanya sebagai ruang keluarga yang bersifat pribadLSuasana di dalamnya
tenang dan berwibawa.
Sentong
merupakan tiga buah kamar yang berjajar. Pada sentong kiwo dan sentong tengen terdapat pintu berdaun dua. Kondisi udaranya
cukup segar karena ubang penghawaan cukup.
Peringgitan
bentuknya seperti serambi yang terdiri atas tiga persegi yang menghadap pendopo.
Tratag
merupakan gang di antara pendopo dan peringgitan. Rumah tambahan
Gandok
adalah rumah-rumah di samping dalem agung. Gandokkiwo (wetan omah) untuk tidur kaum laki-Iaki dan gandok ten'gen (kulon
omah) untuk kaum perempuan.
Gadri atau ruang makan
terletak di belakang sentong dalem agung.
Dapur dan pekiwan
sebagai bagian pelayanan terletak paling belakang.
1. Lawang
2. Pendopo
3. Peringgitan
4. Emperan
5. Dalem
6. Sentong
7. Gendok
8. Dapur
9. Kamar mandi
JOGLO MAS
FOODCOURT
LOKASI
Jalan Mangesti Raya No. 100 Blok

M, Desa Mayang, Kecamatan

Gatak, Kabupaten Sukoharjo,

Jawa Tengah
PROFIL
Objek Pengamatan merupakan
sebuah tempat makan dan
foodcourt yang didirikan pada
maret 2022 yang dibangun dari
copotan bangunan joglo tua dan
limasan. Copotan joglo ini berasal
dari Pacitan Jawa, Timur berumur
lebih dari 50 tahun. Sedangkan,
bangunan limasan merupakan
hasil copotan dari Bojonegoro,
Jawa Timur berumur lebih dari 30
tahun.
SEJARAH
sebuah rumah makan dan
foodcourt dijadikan sebagai
tempat wirausaha bagi
masyarakat sekitar yang
membuka tenant di tempat ini.

Daerah di sekitar masih banyak


ditemukan persawahan dan
cukup jauh dari pusat kota,
namun bangunan masih dilewati
oleh jalan raya alternatif Solo-
Jogja.
PROSES

PEMBANGUNAN
Proses perencanaan bangunan
Foodcourt Joglo mas dilakukan
secara bertahap karena
menunggu stok gudang dari
copotan bangunan Joglo dan
Limasan. Realisasi pembangunan
selesai dilakukan pada bulan
Maret 2022 dengan melakukan
beberapa penyesuain sesuai
dengan stok barang yang ada.
3 1

4
2

TATA RUANG Bangunan merupakan gabungan dari joglo dan limasan yang
disambung. Bangunan terdiri dari beberapa bagian

1. Joglo ; Area lobby dan Area Makan


2. Peracik dan Konsol ; Tempat Makan
3. Limasan utama ; Area Makan dan Sirkulasi Pengunjung
4. Limasan samping ; Area Tenant dan Kasir
5. Area Belakang ; Area Makan Outdoor
STRUKTUR

Objek penelitian merupakan


bangunan asli (Original) yang masih
menggunakan kayu jati sebagai
struktur dan hiasan didalamnya
DETAIL SAMBUNGAN

Tuliskan topik atau ide Tuliskan topik atau ide Tuliskan topik atau ide
Uraikan secara singkat hal yang
Uraikan secara singkat hal yang
Uraikan secara singkat hal yang

ingin Anda bahas. ingin Anda bahas. ingin Anda bahas.


BENTUK ATAP

Bentuk atap bangunan ini


merupakan atap joglo pada
bagian depan dan atap limasan
yang digunakan untuk area
foodcourt dan area servis rumah
makan.
ELEMEN ATAP

Gording, Usuk, dan Reng


menggunakan material jati
dengan jenis dan kualitas yang
lebih rendah jika dibandingkan
dengan jati yang ada pada
bagian soko guru
MATERIAL
Seluruh elemen bangunan masih
menggunakan material kayu jati
dengan berbagai ukuran dan
berasal dari daerah jawa timur
juga.

Proses pengaplikasian kayu jati


sebelum dibangun ulang, pemilik
melakukan beberapa treatment
dengan varnish ulang dan
finishing sebanyak 2 kali.
BATU ANDESIT TAGEL MOTIF BATIK TAGEL SEMEN
Umpak dari batu andesit utuh yang
Tagel dengan motif batik ditemukan
Tagel semen berada di area joglo

dikikis dan diukir menyesuaikan


pada area Konsol sebagai area
dengan 2 warna berbeda dan

ukuran kolom / soko guru sirkulasi pengunjung menuju tenant mengelilingi seluruh permukaan
BATU BATA

MERAH
terdapat pengaplikasiaan
material bata unfinished untuk
menciptakan kesan alami dan
tradisional dalam bangunan
ORNAMEN

Pada Bangunan banyak


ditemukan berbagai ornamen
yang teraplikasikan pada bagian
struktur seperti tumpang sari,
ander, dada besi, dan sunduk.
Selain itu, ornamen penunjang
juga terdapat pada pintu gebyok
dan pintu belanda dengan
bentuk dan makna yang berbeda
pula
ORNAMEN Pada Bangunan banyak ditemukan berbagai ornamen yang teraplikasikan pada
bagian struktur seperti tumpang sari, ander, dada besi, dan sunduk. Selain itu,
TUMPANG ornamen penunjang juga terdapat pada pintu gebyok dan pintu belanda dengan

SARI bentuk dan makna yang berbeda pula


ORNAMEN Pada Bangunan banyak ditemukan berbagai ornamen yang teraplikasikan pada
bagian struktur seperti tumpang sari, ander, dada besi, dan sunduk. Selain itu,
PINTU ornamen penunjang juga terdapat pada pintu gebyok dan pintu belanda dengan

GEBYOK bentuk dan makna yang berbeda pula


BUKAAN
Pintu Gebyok dengan ukuran
lebar 1,5 meter di aplikasikan
pada area joglo depan sebagai
pintu masuk foodcourt. Jumlah
pintu di area depan berjumlah 3
buah, namun pintu yang berada
di tengah saja yang difungsikan
sebagai area sirkulasi.
BUKAAN
terdapat area semi terbuka pada
area samping yang hanya
dibatasi oleh tembok setinggi 1
meter sehingga cahaya dan
udara dapat masuk secara
maksimal.
KESIMPULAN
Rumah tradisional Jawa merupakan sebuah karya seni arsitektur yang diambil
berdasarkan filosofi masyarakat Jawa akan kehidupan. Pandangan ini terwujud
lewat segala aspek bangunan, tata ruang dan fungsi serta makna setiap
bangunan. Masyarakat Jawa juga berpandangan bahwa hidup ini adalah sebuah
proses keselarasan antara manusia dengan alam dan semesta. Maka hal itu
terlihat dengan jelas pada pembagian rumah tradisional Jawa. Dualisme
kehidupan dan titik pusat semesta diwujudkan dengan baik dengan perhitungan
yang didasarkan pada diri sang pemilik rumah sebagai tanda bahwa rumah
bukan hanya sebuah bangunan melainkan juga badan manusia itu sendiri.
MATUR NUWUN

Anda mungkin juga menyukai