Anda di halaman 1dari 19

Makalah Studi Al-Qur’an

MAKKI DAN MADANI

Dosen Pembimbing:

Dr. H. Mohammad Darwis, M.Pd.I.

Disusun oleh:

Ain Siti Aisyah

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM SYARIFUDDIN
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, taufiq, serta
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makki dan Madani”.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW. Ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Mohammad Darwis, M.Pd.I selaku
dosen mata kuliah Studi Al-Qur’an Program Pasca Sarjana IAI Syarifuddin yang telah
memberikan tugas ini.

Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan kita
terhadap Makki dan Madani. Oleh sebab itu penting bagi kami adanya kritik, saran, dan
usulan untuk memperbaiki makalah yang kami buat diwaktu yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat dipahami dengan mudah bagi siapapun yang
membacanya dan juga dapat berguna bagi kami pribadi. Demikian yang dapat kami
sampaikan. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata.

Lumajang, 27 September 2022


Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... 2
DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………….….. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................... 5
C. Tujuan ....................................................................................... 6
BAB II: PEMBAHASAN
A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah ................................... 7
B. Dasar Penetapan Makkiyah dan Madaniyah ............................ 12
C. Macam Makkiyah dan Madaniyyah .......................................... 13
D. Pengelompokan Surah Al-Qur’an Berdasarkan Teori
Makkiyah dan Madaniyyah ........................................................ 13
E. Ciri-ciri dari Surah atau Ayat yang Menandakan
Al-Makkiyah ……………………………………….…………... 14
F. Ciri-ciri dari Surah atau Ayat yang Menandakan
Al-Madaniyah ………………………………………………….. 16
G. Kegunaan Studi Makkiyah dan Madaniyyah dalam
Penafsiran Al-Qur’an.................................................................. 16
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 18
B. Saran ........................................................................................ 18
C. Daftar Pustaka ................................................................. 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam perkembangan dan dinamika persoalan baik menyangkut aqidah, syariat,
hingga akhlak tentunya ditangani dengan metode, pola, serta pendekatan yang sesuai
dengan karakter setiap persoalan. Pemikiran seperti inilah yang melandasi konsep Makki
dan madani. Pun secara obyektif orang yang membaca ayat-ayat yang secara kronologi-
historis nyata turun di Makkah akan menemukan karakter yang berbeda dengan ayat-ayat
yang turun di Madinah.1
Munculnya istilah ini juga merupakan sebuah gambaran tentang besarnya
keantusiasan para ulama terhadap Alquran sebagaimana keantusiasan ini juga dilakukan
oleh para sahabat seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Mas’ud yang artinya:
“Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain-Nya, setiap surat Al-Qur’an aku tahu
dimana surat itu diturunkan, dan tiada satu ayat pun dari kitab Allah kecuali pasti
kuketahui mengenai apa ayat itu diturunkan, sekiranya aku tahu ada seseorang yang lebih
tahu dari padaku mengenai kitab Allah, dan dapat kujangkau orang itu dengan untaku
pasti aku pacu untaku untuk bertemu dengannya”.2

Demikian itu pula dalam kitabnya Al-Tanbîh ‘ala Fadhl ‘Ulum Al-Quran
mengatakan: “Di antara ilmu-ilmu Alquran yang paling mulia adalah ilmu tentang nuzul
Alquran dan tempat turunnya, urutan turunnya di Mekkah dan di Madinah, tentang yang
diturunkan di Mekkah tetapi masuk dalam kategori Madaniyah dan diturunkan di
Madinah tetapi masuk dalam kategori Makkiyah.3
Maka dari penjelasan di atas, dapat dikemukakan bahwa bias digambarkan
dalam pengkajian atau studi al-Qur’an tentang istilah Makki dan Madani. Kedua kata
tersebut di ambil dari dua nama kota besar di Jazirah Arab yaitu kota Makkah dan
kota Madinah. Kata Makki dan Madani atau yang biasa disebut dengan Makkiyah
dan Madaniyah merupakan salah satu dari penjelasan jenis ayat-ayat / surah-surah yang
ada dalam al-Qur’an.

1
Manna’ Al-Qatthan, “Mabahits Fi Ulumil Quran” (Riyadh: Masyurat Al-Asr Al-Hadits, 1973). 52
2
Ahmad bin’Ali bin Hajar al ‘Asqalany, Fath Al-Bâry Bi Syarh Shahîh Al- Bukhâry (Cairo: Dar al-Hadis,
2004). kitab:Fadhâil al -Qur’an, bab: al -Qurrâ’ min Ashâbi an-Nabi Saw, Hadis nmr 5002, juz 8, h. 58
3
al Qattâan, Mabâhits, 53
4
Makki dan Madani merupakan salah satu disiplin ilmu al-Qur’an yang
membahas dua periode penting tentang turunnya ayat atau surat dalam al-Qur’an. Dan
dalam menetapkan ayat atau surah mana yang termasuk Makki dan Madani terdapat
beberapa teori yang telah dikemukakan oleh para ulama’.
Para Ulama’ mengemukakan empat perspektif dalam mendefinisikan
terminology Makkiyah dan Madaniyah. Keempat perspektif itu adalah Masa turun
(zaman an-nuzul), tempat turun (makan an-nuzul), obyek pembicaraan (mukhatab)
dan tema pembicaraan (maudu’).
Dalam perspektif masa turun, para ulama’ mendefinisikan bahwa Makkiyah
ialah ayat-ayat yang diturunkan sebelum Rasulullah Saw hijrah ke Madinah,
meskipun bukan turun di Mekkah. Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang
diturunkan sesudah Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, walaupun turun di Mekkah
atau Arafah.
Dalam perspektif tempat turun, didefinisikan bahwa Makkiyah ialah ayat-ayat
yang diturunkan di Mekkah dan sekitarnya. Sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat
yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya. Namun dari perspektif tersebut terdapat
kelemahan dalam pendefinisiannya karena ada ayat-ayat tertentu yang tidak di turunkan
di Mekkah dan Madinah ataupun sekitarnya, seperti Surah Az-Zukhruf [43]:
45 yang diturunkan di Baitul Muqaddas, Surah At-Taubah [9]: 42 yang diturunkan di
Tabuk. Sehingga jika melihat definisi dari perspektif tempat turun maka ayat-ayat
tersebut tidak dapat dikategorikan kedalam surah Makkiyah atau Madaniyah.
Di sisi lain, dalam perspektif obyek pembicaraan didefinisikan bahwa
Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Mekkah, sedangkan
Madaniyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Madinah. Definisi
tersebut dirumuskan oleh para ulama’ berdasarkan atas asumsi bahwa banyak ayat- ayat
al-Qur’an yang dimulai dengan“yaaayyuhaa an-naas” yang menjadi kriteria
Makkiyah, dan ungkapan“yaaayyuhaa al-lazina”yang menjadi kriteria Madaniyah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi Makkiyah dan Madaniyah menurut beberapa teori?
2. Bagaimana dasar penetapan Makkiyah dan Madaniyah?
3. Apa saja macam-macam Makkiyah dan Madaniyah?
4. Bagaimana pengelompokan surah Al-Qur’an berdasarkan teori Makkiyah dan
Madaniyah ?
5
5. Apa saja ciri-ciri yang menandakan surah Al-Makkiyah ?
6. Apa saja cirri-ciri yang menandakan surag Al-Madaniyah ?
7. Apa kegunaan studi Makkiyah dan Madaniyah dalam penafsiran Al-Qur’an ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi-definisi Makkiyah dan Madaniyah dari berbagai teori.
2. Untuk mengetahui dasar penetapan Makkiyah dan Madaniyah.
3. Untuk mengetahui macam-macam Makkiyah dan Madaniyah.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengelompokan surah Al-Qur’an berdasarkan teori
Makkiyah dan Madaniyah.
5. Untuk mengetahui ciri-ciri yang terdapat dalam surah atau ayat-ayat Al-Makkiyah
6. Untuk mengetahui ciri-ciri yang terdapat dalam surah atau ayat-ayat Al-
Madaniyah
7. Untuk mengetahui kegunaan studi Makkiyah dan Madaniyah dalam penafsiran Al-
Qur’an.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah

Ada beberapa defenisi tentang Makkiyah dan Madaniyah yang dikemukakan oleh ulama
yang masing-masing berbeda satu sama lain. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan
kriteria yang ditetapkan oleh setiap ulama dalam menetapkan Makkiyah atau
Madaniyahnya sebuah ayat atau surat. 4
Kata Makki berasal dari Makkah dan Madani berasal dari kata Madinah. Kedua kata
tersebut dinisbahkan sehingga terkadang diistilahkan Makkiyah dan Madaniyah.
Para Ulama mengatakan bahwa setiap ayat yang di mulai dengan redaksi Ya Ayyuhan
Naasu (wahai manusia) dikategorikan ayat Makkiyah. Sedangkan ayat yang dimulai
dengan Ya Ayyuhal Ladzina Aamanu (Wahai orang-orang yang beriman) dikategorikan
Madaniyah.5
Dalam mendefinisikan makki dan madani, ada beberapa teori yang berbeda-beda.
Setidaknya ada 4 teori dalam menentukan kriteria untuk memisahkan nama bagi ayat
makkiyah dan madaniyah, yaitu:
1. Teori Geografis
Menurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah ayat yang turun di Makkah, baik
waktu turunnya sebelum Rasulullah SAW hijrah maupun sesudahnya. Sedangkan
pengertian Madaniyah adalah ayat yang turun di Madinah baik waktu turunnya
sebelum Rasulullah SAW hijrah maupun sesudahnya.6

4
Muhammad ’Abd al-’Azim Zarqani, Manahil Al ’Irfan Fi ’Ulum Al-Qur’an (Beirut: Dar el-Hadith, 2001),
53
5
Supiana, dkk. Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Islamika, 2002),101
6
Tim Penyusun UIN Sunan Ampel, Studi Al-Qur’an, 2018. 156
7
Namun, pada kenyataanya ada beberapa ayat Al-Qur’an yang tidak turun di wilayah
Makkah ataupun Madinah, seperti tempat turunnya Q.S At-Taubah: 42 adalah di
Tabuk, Q.S Az-Zukhruf: 45 di Baitul Maqdis (Palestina) pada malam Isra Mi’raj.7

Hal ini merujuk pada H.R At-Thabrani dari Abu Umamah: Rasulullah Saw.
bersabda; Al-Quran di turunkan di 3 tempat: Makkah, Madinah, dan Sham. Walid
berkata: Maksudnya Baitul Maqdis? Kathir Berkata; Tetapi penafsirannya di
Tabuk adalah lebih baik
Berikut QS. At-Taubah: 42:

َّ ‫ت َعلَْي ِه ُم ٱلش‬ ۢ ‫وك وَٰلَ ِك‬ ِ َ‫ضا قَ ِريبا وس َفرا ق‬


ُ‫ُّقة‬ ْ َ ُ َ َ َ ُ‫اص ًدا لَّٱتَّبَ ع‬
‫د‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ن‬ ً َ َ ً ً ‫لَ ْو َكا َن َعَر‬
َُّ ‫ٱستَطَ ْعنَا ََلََر ْجنَا َم َع ُك ْم يُ ْهلِ ُكو َن أَن ُف َس ُه ْم َو‬
‫ٱّلل‬ ْ ِ
‫و‬ ‫ل‬
َ َِّ ِ‫وسيحلِ ُفو َن ب‬
‫ٱّلل‬ ْ ََ َ
‫يَ ْعلَ ُم إِ ََّّنُْم لَ ََٰك ِذبُو َن‬
Artinya: Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah
diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu,
tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah
dengan (nama) Allah: "Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-
samamu". Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa
sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.

2. Teori Historis
Menurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah ayat yang turun sebelum
Rasulullah Saw. hijrah meskipun ayat tersebut turun di luar kota Makah, semisal
di Mina, Arafah atau Hudaibiyah dan lainnya. Sedangkan pengertian Madaniyah
adalah ayat yang turun sesudah Rasulullah Saw hijrah, meskipun ayat tersebut
diturunkan di Badar, Uhud, Arafah atau Makah.8

7
Studi Al-Qur’an, 158.
8
Studi Al-Qur’an, 159.
8
Banyak sekali yang mendukung Teori ini. Mulai dari Ulama Klasik, Modern, hingga
ulama kontemporer saat ini. Adapun yang menjadi kelebihan rumusan teori ini
adalah karena mencakup keseluruhan ayat atau surah Al-Qur’an, sehingga dapat
dijadikan ketentuan dan rujukan yang memadai.

Adapun Teori ini merujuk pada H.R Abu Amr Uthman bin Sa’id ad-Darimi yang
disandarkan pada Yahya bin Salam:9
Ayat yang diturunkan di Makkah dan ayat yang diturunkan dalam perjalanan
menuju Madinah sebelum Nabi SAW tiba di Madinah, maka ia termasuk kategori
ayat Makkiyah. Dan ayat yang diturunkan kepada Nabi SAW dalam

perjalanannya setelah beliau tiba di Madinah, maka ia masuk kategori ayat


Madaniyah.

Sedangkan kelemahannya hanya terletak pada kejanggalan beberapa ayat atau surah
Al- Qur’an yang nyata-nyata turun di Makkah tetapi karena turun sesudah Hijrah,
lalu ia dianggap Madaniyah. Seperti Q.S Al-Maidah; 3, Q.S An-Nisa; 8. Ayat
tersebut turun di kota Makkah sewaktu Nabi saw berada di dalam Ka’bah.

QS. Al-Maidah: 3

َّ ِ‫ُه َّل لِ غَ ْْي‬


‫اّللِ بِ ِه‬ ِ ‫اَلِ ْن زِي ِر و م ا أ‬
ََ َّ ‫ت َع لَ ْي ُك ُم ا لْ َم يْ تَ ةُ َو‬
ْ ‫الد ُم َو ََلْ ُم‬ ْ ‫ُح رِ َم‬
‫الس بُ ُع إِ ََّّل َم ا‬
َّ ‫يح ةُ َو َم ا أَ َك َل‬ ِ ِ ِ
َ ‫َوا لْ ُم ْن َخ ن َق ةُ َوا لْ َم ْو قُوذَ ةُ َوا لْ ُم ََتَد يَةُ َوال نَّط‬
‫ب َوأَ ْن تَ ْس تَ ْق ِس ُم وا ِِب ْْل َْزََّل ِم ََٰذ لِ ُك ْم فِ ْس ق‬ ُ ‫ذَ َّك يْ تُ ْم َو َم ا ذُ بِ َح َع لَ ى ال ن‬
ِ ‫ُّص‬
‫اخ َش ْو ِن ا لْ يَ ْو َم‬ ِِ ِ ِ َّ ِ‫ا لْ ي و م ي ئ‬
ْ ‫ين َك َف ُروا م ْن د ين ُك ْم فَ ََل ََتْ َش ْو ُه ْم َو‬ َ ‫س ال ذ‬ َ َ ََْ
ِ ْ ‫يت لَ ُك م‬ ِ ِ ِ
‫اْل ْس ََل َم‬ ُ ُ ‫ت َع لَ ْي ُك ْم ن ْع َم ِِت َو َرض‬ ُ ‫ت لَ ُك ْم د ينَ ُك ْم َو أ َْْتَ ْم‬ ُ ‫أَ ْك َم ْل‬
‫اّللَ َغ ُف ور َر ِح يم‬ ٍ ِ‫اض طُ َّر ِِف َمَْ م ص ٍة َغ ْْي م تَ ج ان‬
َّ ‫ف ِِْل ٍْْث ۙ فَ ِإ َّن‬ َ ُ َ َ َ ْ ‫ِد ينً ا فَ َم ِن‬
Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang
jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu

9
Studi Al-Qur’an, 160.
9
menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan
(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan
anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa
untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan
takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

10
3. Teori Subjektif
Menurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah ayat yang berisi pangilan kepada
penduduk Mekkah dengan panggilan “wahai manusia”, “wahai orang-orang yang
ingkar”, “wahai anak adam”. Sedangkan pengertian Madaniyah adalah ayat yang
berisi panggilan kepada penduduk Madinah dengan panggilan “wahai orang-orang
yang beriman”.10

Kelebihan teori ini ialah rumusannya dimengerti, dan lebih cepat dikenali dengan
kriteria panggilan (nida, khitab) yang khas dari keduanya tersebut.
Namun, teori ini banyak kelemahan pula di antaranya: Rumusan pengertiannya
tak dapat dijadikan ketentuan, karena tak dapat mencakup seluruh ayat Al-
Qur’an. Dari keseluruhan ayat Al- Qur’an yang berjumlah 6236 ayat, hanya ada
511 ayat yang dimulai dengan panggilan (nida), dan dari 511 ayat tersebut, yang
dimulai dengan panggilan (nida) yang khas Makkiyah berjumlah 292 ayat, dan yang
khas Madaniyah berjumlah 219 ayat.11

Selain itu, ada beberapa ayat yang dimulai dengan panggilan (nida) bukan
termasuk ayat Makkiyah seperti: Q.S Al- Baqarah: 21, Q.S An-Nisa : 1, Q.S An-
Nisa: 133

4. Teori Content Analysis


Menurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah ayat yang memuat cerita umat dan
para Nabi terdahulu. Sedangkan pengertian Madaniyah adalah ayat yang berisi
tentang hudud, faraid, dan sebagainya.12
Teori ini didasarkan pada salah satunya Riwayat Hisham dari ayahnya, Al-
Hakim;13

10
UIN Sunan Ampel, Studi Al-Qur’an, 161
11
UIN Sunan Ampel, Studi Al-Qur’an, 161
12
UIN Sunan Ampel, Studi Al-Qur’an, 164
13
UIN Sunan Ampel, Studi Al-Qur’an, 165
11
Semua surah yang memuat aturan-aturan, ketentuan-ketentuan, maka ia termasuk
Surah Madaniyah, dan semua surah yang memuat tentang peristiwa masa
lampau, maka ia masuk kategori Makkiyah.

Namun, melalui pengamatan cermat, nampak bagi kita bahwa kebanyakan surat al-
Qur‟an tidak selalu dibuka dengan salah satu seruan itu. Dan ketentuan demikian pun
tidak konsisten. Al-Qur‟an adalah seruan ilahi terhadap semua makhluk. Ia dapat juga
menyeru orang yang beriman dengan sifat, nama, atau jenisnya. Begitu pula orang yang
tidak beriman dapat diperintah untuk beribadah, sebagaimana orang yang beriman
diperintahkan konsisten dan menambah ibadahnya.14

B. Dasar Penetapan Makkiyah dan Madaniyah

Ada dua cara untuk mengenali ayat yang termasuk kategori Makkiyah dan
Madniyyah.
1. Cara sima’iy: adalah pengetahuan ayat Makkiyah dan Madaniyah yang diperoleh
berdasarkan riwayat.
2. Cara qiyasiy: adalah pengetahuan ayat Makkiyah dan Madaniyyah berdasarkan
kriterianya yang menonjol, kandungannya, redaksi dan uslubnya, dan lain
sebagainya.15
Dalam menentukan kategori Makkiyah dan Madaniyyah menurut cara Qiyasiy ada
dua dasar yaitu:16
a. Dasar Aghlabiyah (mayoritas)
Bila mayoritas ayat-ayatnya adalah Makkiyah. Maka surah tersebut disebut
Makkiyah. Begitu juga sebaliknya.
b. Dasar Tabi’iyah (Kontinuitas)
Bila didahului dengan ayat-ayat yang turun di Makkah (sebelum hijrah), maka
surah tersebut disebut Makkiyah. Begitu juga sebaliknya.

14
Nurdin, Ulumul Qur’an, Ulumul, vol. III (Banda Aceh: CV. Bravo, 2015). 28
15
UIN Sunan Ampel, Studi Al-Qur’an, 171
16
Abdul Jalal. Ulumul Qur’an. (Surabaya: Dunia Ilmu), 100.
12
C. Macam Makkiyah dan Madaniyyah
1. Surah Makkiyah Murni
Yang termasuk kategori Surah Makkiyah murni adalah surah yang berisi ayat-ayat
yang seluruhnya berstatus Makkiyah secara ijma’ dan tidak ada perbedaan tentang
status tersebut.
2. Surah Madaniyah Murni
Yang termasuk kategori surah Madaniyah murn adalah surah yang berisi ayat-ayat
yang seluruhnya berstatus Madaniyah secara ijma’ dan tidak ada perbedaan
tentang status tersebut.

3. Surah Makkiyah yang berisi ayat Madaniyyah


Yang termsuk kategori surah Makkiyah yang berisi ayat Madaniyah adalah surah
yang memuat ayat-ayat yang kebanyakan berstatus Makkiyah, akan tetapi
didalamnya juga memuat ayat-ayat Madaniyah atau ada perbedaan tentang status
tersebut.

4. Surah Madaniyah yang berisi ayat-ayat Makkiyah


Yang termsuk kategori surah Madaniyah yang berisi ayat Makkiyah adalah surah
yang memuat ayat-ayat yang kebanyakan berstatus Madaniyah, akan tetapi
didalamnya juga memuat ayat-ayat Makiyyah atau ada perbedaan tentang status
tersebut.

D. Pengelompokan Surah Al-Qur’an Berdasarkan Teori Makkiyah dan


Madaniyyah

Penulisan mushaf Al-Qur’an telah dilakukan pada masa pemerintahan


sahabat Utsman bin Affan yang didasarkan pada modifikasi Al-Qur’an melalui dua
tahap, yaitu tahap penelusuran melalui dat tulisan ayat-ayat Al-Qur’an yang
mendapat legalitas dari Rasulullah SAW dan tahap penelusuran melalui data
hafalan para sahabat yang telah ditashih oleh Rasulullah SAW.17

17
Zarqani, Muhammad ’Abd al-’Azim. Manahil Al ’Irfan Fi ’Ulum Al-Qur’an. (Beirut: Dar el-Hadit, 2001),
175.
13
Adapun dasar yang dapat menentukan sesuatu surah Makkiyah dan
Madaniyah ada dua hal, diantaranya:
1. Dasar Aghlabiyah (mayoritas), yaitu kalua surat
2. Dasar taba’iyah (kontinuitas)

E. Ciri-ciri dari Surah atau Ayat yang Menandakan Al-Makkiyah


1. Ciri-ciri Umum Surat Makkiyah18
a. Surat yang di dalamnya terdapat sajdah
b. Surat yang di dalamnya terdapat kalla (sekali-kali tidak)
c. Kata seruan, seperti Ya Ayyuhalladzina Amanu
d. Surat yang di dalamnya terdapat kisah Nabi dan umat terdahulu kecuali surat
Al-Baqarah
e. Dakwah mengenai pokok-pokok keimanan, hari akhirat, gambaran surga dan
neraka.
2. Kata-kata atau Kalimat yang digunakan
Surah atau ayat-ayat Al-Makkiyah memiliki ayat atau suku kata yang pendek-
pendek dan kata-kata yang digunakan dalam ayat tersebut sangat mengesankan
karena penuh dengan sajak-sajak atau syair serta ungkapan perasaan. Kalimat
yang dipergunakan juga tergolong fasih dan baligh. Banyak qasam, tasybih, dan
amtsal. Gaya bahasa dalam surah atau ayat-ayat Al-Makkiyah pun juga sering kali
bersifat kongkrit maupun realitis materialis. Dan juga di dalam setiap surah atau
ayat-ayat AL-Makkiyah terdapat lafadz Kalla dan Yaa Ayyuhannass.

3. Kandungan atau Isi


Ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Mekkah banyak berisikikan tentang
ajakan untuk bertauhid, beribadah kepada Allah SWT, serta meninggalkan segala
bentuk peribadatan kepada yang selain Allah SWT. Ayat-ayat Al-Makkiyah juga
mengisahkan tentang para nabi dan kehidupan umat-umat terdahulu, pembuktian
tentang risalah Allah SWT, kebenaran akan adanya hari kebangkitan dan hari
pembalasan, kedatangan hari kiamat dan segala keringanannya, penjelasan tentang

18
Amroeni Drajat, “Ulumul Qur’an; Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an” (Depok: Kencana, 2017). 67
14
surga dan segala kenikmatannya, serta neraka dan segala siksaannya. Dan juga
berisikan tentang argumentasi yang ditujukan untuk orang-orang musyrik yaitu
dengan mempergunakan bukti-bukti rasional serta ayat-ayat kauniyah.

15
F. Ciri-ciri dari Surah atau Ayat yang Menandakan Al-Madaniyah

1. Kata-kata atau Kalimat yang digunakan


Ayat atau surah-surah yang menandakan Al-Madaniyah menggunakan kata-kata
atau kalimat yang bermakna mendalam, kuat, dan juga kokoh. Kata-kata atau
kalimat dalam surah Al-Madaniyah juga menggunakan kalimat-kalimat ushul
serta ungkapan-ungkapan syariah. Serta dalam surat atau ayat-ayat tersebut
terkandung seruan “Yaa Ayyuhalladzina aamanuu” dan identik dengan ayat
yang panjang-panjang dengan menggunakan gaya bahasa yang dapat
menjelaskan tujuan dari ayat tersebut serta dapat memantapkan syariat.

2. Kandungan dan Isi


Di dalam surah atau ayat-ayat Al-Madaniyah mengandung kewajiban bagi setiap
makhluk serta sanksi-sanksinya, seperti; perintah untuk beribadah serta beramal
sholeh, perintah untuk berjihad, perintah kepada ahli kitab untuk masuk islam,
perintah untuk berdakwah, dsb. Dan juga di dalam surah-surah Al-Madaniyah
disebutkan tentang orang-orang munafik, kecuali dalam QS. Al-Ankabut serta
di dalam surah Al-Madaniyah terdapat dialog yang terjadi dengan para ahli
kitab yang berisi tentang hukum dan perundang-undangan.

G. Kegunaan Mempelajari Teori Makkiyah dan Madaniyyah

Kegunaan mempelajari Teori Makkiyah dan Madanniyah banyak sekali.


Dalam hal ini, al-Zarqani di dalam kitabnya Manahilul ’Irfan menerangkan
sebagian daripada kegunaan teori ini, ialah19:

a. Dengan ilmu ini kita dapat membedakan dan mengetahui ayat mana yang
Mansukh dan Nasikh. Yakni apabila terdapat dua ayat atau lebih mengenai suatu
masalah, sedang hukum yang terkandung di dalam ayat-ayat itu bertentangan.
Kemudian dapat diketahui bahwa ayat yang satu Makkiyah, sedang ayat lainnya
Madaniyah; maka sudah tentu ayat yang Makkiyah itulah yang di nasakh oleh

19
Supiana dan M. Karman, Ulumul Qur’an, (Bandung, Pustaka Islamika:2002), 103-104.
16
ayat yang Madaniyah, karena ayat yang Madaniyah adalah yang terakhir
turunnya.
b. Dengan ilmu ini pula, kita dapat mengetahui Sejarah Hukum Islam dan
perkembangannya yang bijaksana secara umum. Dan dengan demikian, kita
dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap ketinggian kebijaksanaan islam di
dalam mendidik manusia baik secara perorangan maupun secara masyarakat.
c. Ilmu ini dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian, dan
keaslian al-Qur’an, karena melihat besarnya perhatian umat islam sejak turunnya
terhadap hal-hal yang berhubungan dengan al-Qur’an, sampai hal-hal yang
sedetail-detailnya; sehingga mengetahui ayat-ayat yang mana turun sebelum
hijrah dan sesudahnya; ayat-ayat yang diturunkan pada waktu Nabi berada
di kota tempat tinggalnya (domisilinya) dan ayat yang turun pada waktu
Nabi sedang
dalam bepergian atau perjalanan; ayat-ayat yang turun pada malam hari dan
siang hari; dan ayat-ayat yang turun pada musim panas dan musim
dingin dan sebagainya.
d. Dapat mengetahui situasi dan kondisi lingkungan masyarakat pada waktu
turunnya Al Qur’an, khususnya masyarakat Makkah dan Madinah.
Adapun faedah lainnya dalam mempelajari ilmu Makkiyah dan Madaniyah
yaitu membantu merasakan keindahan bahasa Al-Qur’an dan menjadikan bahan pelajaran
dalam bidang dakwah.20 Maka dari itu ilmu ini memberi kita pelajaran dalam eksistensi
tentang bagaimana menyampaikan pesan atau gagasan selaras dengan kondisi obyektif
sosial yang dihadapinya. Seperti yang telah diterapkan Rasulullah Saw dalam
menyampaikan dakwahnya berdasarkan situasi dan kondisi masyarakatnya.

20
Abad Badruzaman, “Dialektika Langit Dan Bumi” (PT Mizan Pustaka, 2018). 38
17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Ilmu Makkiyah dan Madaniyah merupakan suatu kajian yang membedakan fase
penting yang memiliki andil dalam membentuk teks, baik dalam tataran maupun
dalam struktur. Sehingga dapat membuktikan bahwa teks merupakan hasil dari
interaksinya dengan realitas yang dinamis-historis.
2. Ada empat teori dalam menentukan pengertian Makkiyah dan Madaniyah;
a. Teori Mulahazah Makan an-Nuzul (Teori Geografis).
b. Teori Mulahazah Zaman an-Nuzul (Teori Historis).
c. Teori Mulahazah Mukhatabin fi an-Nuzul (Teori Subjektif).
d. Teori Mulahazah Ma Tadammanat an-Nuzul (Teori Konten Analisis).

3. Ada dua cara untuk mengenali ayat dan surah yang termasuk dalam kategori
Makkiyah dan Madaniyah; yaitu cara sima’iy dan qiyasiy. Dan dalam menentukan
suatu surah masuk dalam kategori Makkiyah dan Madaniyah menurut cara qiyasiy
ada dua yaitu:
a. Dasar Aghlabiyah (mayoritas)
b. Dasar Tabi’iyah (kontinuitas)

4. Ada empat macam kategori surah dalam Al Qur’an menurut perspektif Makkiyah
dan Madaniyah, yaitu:
a. Surah Makkiyah murni
b. Surah Madaniyah murni
c. Surah Makkiyah yang berisi ayat Madaniyah
d. Surat Madaniyah yang berisi ayat Makkiyah
B. SARAN
Demi kesempurnaan makalah ini, kami mengharapkan masukan yang
membangun. Semoga bermanfaat dan senantiasa menjadi manusia yang selalu
menjaga atau memelihara Al-Qur’an dengan baik. Sebagai bahan kajian yang baik maka
perlu untuk mengkaji setiap apa yang disajikan di dalamnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

al ‘Asqalany, Ahmad bin’Ali bin Hajar. Fath Al-Bâry Bi Syarh Shahîh Al- Bukhâry. Cairo: Dar
al-Hadis, 2004.

Al-Qatthan, Manna’. “Mabahits Fi Ulumil Quran.” Riyadh: Masyurat Al-Asr Al-Hadits, 1973.

Ampel, Tim Penyusun UIN Sunan. Studi Al-Qur’an, 2018.

Badruzaman, Abad. “Dialektika Langit Dan Bumi.” PT Mizan Pustaka, 2018.

Drajat, Amroeni. “Ulumul Qur’an; Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an.” Depok: Kencana, 2017.

Jalal, Abdul. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu, 2000

Nurdin. Ulumul Qur’an. Vol. III. Banda Aceh: CV. Bravo, 2015.

Supiana, dkk. Ulumul Qur'an. Bandung: Pustaka Islamika, 2022

Zarkasyi, Badruddin Muhammad Ibn Abdullah. Burhan Fi Ulumil Quran. Libanon: Dar Al-
Kutub Al-Ilmiyah, 2006.

Zarqani, Muhammad ’Abd al-’Azim. Manahil Al ’Irfan Fi ’Ulum Al-Qur’an. Beirut: Dar el-
Hadith, 2001.

19

Anda mungkin juga menyukai