Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL SKRIPSI

EFEKTIVITAS PENYALURAN PROGRAM BANTUAN


SOSIAL TUNAI (BST) DI MASA PANDEMI COVID-19
(STUDI KASUS KELURAHAN KALABBIRANG
KECAMATAN PATTALASSANG KABUPATEN
TAKALAR)

Rahmah Indawati
2018.11.1.044

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


ADMINISTRASI PEMBANGUNAN NEGARA

POLITEKNIK STIA LAN MAKASSAR


2021

i
PROPOSAL SKRIPSI

HALAMAN PERSETUJUAN

EFEKTIVITAS PENYALURAN PROGRAM BANTUAN SOSIAL TUNAI


(BST) DI MASA PANDEMI COVID-19 OLEH DINAS SOSIAL PROVINSI
SULAWESI-SELATAN (STUDI KASUS KECAMATAN PATTALASSANG
KABUPATEN TAKALAR)

Disusun dan diajukan oleh :


Rahmah Indawati
Nomor Pokok Mahasiswa : 2018.11.1.044

Akan dipertahankan dalam seminar proposal / ujian skripsi


Pada tanggal
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui
Pembimbing

Dr. Wahyu Nurdiansyah Nurdin,S.Sos.,M.Si


Pembimbing

Mengetahui,
Direktur Politeknik STIA LAN Makassar

Prof. Amir Imbaruddin, MDA., Ph.D


NIP. 19640706 199303 1 001

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................8
C. Tujuan Penelitian..............................................................................8
D. Manfaat Penelitian............................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................10
A. Landasan Teori...............................................................................10
1. Efektivitas......................................................................................10
a. Definisi Efektivitas.....................................................................10
b. Pendekatan Efektivitas..............................................................11
c. Ukuran Efektivitas......................................................................11
d. Efektivitas Pelaksanaan Program Bantuan Sosial Tunai..........13
2. Kebijakan Publik...........................................................................15
a. Defenisi Kebijakan.....................................................................15
b. Defenisi Kebijakan Publik..........................................................16
c. Jenis-Jenis Kebijakan Publik.....................................................17
d. Model-Model Kebijakan Publik..................................................18
B. Program Bantuan Sosial Tunai.......................................................21
1. Konsep Bantuan Sosial Tunai......................................................21
2. Mekanisme Penerimaan Bantuan Sosial Tunai...........................22
3. Dasar Hukum Bantuan Sosial.......................................................24
C. Kerangka Berpikir............................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN................................................................31
A. Pendekatan Penelitian....................................................................31
B. Desain Penelitian............................................................................31
C. Sumber Data...................................................................................32
D. Teknik Pengumpulan Data..............................................................34
E. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data............................................35
F. Keabsahan Data.............................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................37

iii
DAFTAR TABEL

Table 1 Data Penduduk Miskin Di Kabupaten Takalar................................6


Table 2 Data Penerima BST yang tersalurkan Di Kecamatan Pattallassang
Kelurahan Kallabirang..................................................................................7
Table 3 Tahapan Kegiatan Penelitian........................................................32

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Konsep Pemikiran.....................................................................30

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar,

sehingga perlu adanya peningkatan pembangunan untuk mendukung

kesejahteraan pada penduduknya. Sebagaimana yang telah dijelaskan,

pembangunan nasional adalah upaya meningkatkan kualitas manusia dan

masyarakat Indonesia secara berkelanjutan dengan memanfaatkan

kemajuan teknologi dan memperhatikan tantangan pembangunan global.

Selain itu, tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat

adil dan makmur yang merata materil dan spiritual, serta

menyelenggarakan perekonomian untuk mencapai kesejahteraan sosial.

Menurut Pasal 33 UUD 1945, pasal ini merupakan dasar untuk

mewujudkan keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran rakyat melalui

peran dan koordinasi negara dalam meningkatkan taraf hidup rakyat.

Akan tetapi pada era sekarang perekonomian indonesia serta

pembangunan nasional saat ini sedang melemah dikarenakan adanya

wabah virus corona (covid-19) yang melanda indonesia.

Virus corona (covid-19) ini pertama kali dideteksi di Kota Wuhan,

Provinsi Hubei, Tiongkok pada Desember 2019. Coronavirus ini ialah virus

yang besar yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada

1
2

manusia virus ini menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan,

mulai flu biasa hingga bisa menyebabkan penyakit yang serius seperti

sindrom pernafasan akut berat. Pandemi Covid-19 ini telah berdampak

buruk pada ekonomi nasional sepnjang tahun 2020 serta mengharuskan

masyarakat beraktivitas dirumah, menjaga jarak mengenakan masker

saaat bepergian sehingga kebaanykan maysrakat kehilangan

pekerjaannya akibat pandemi ini. Oleh karena itu pemerintah diseluruh

dunia tak terkecuali Indonesia telah menanggapi krisis ekonomi tersebut

dengan memberikan bantuan darurat kepada rumah tangga, dengan

bantuan tunai dan non tunai mewakili sebagian besar intervensi Bantuan

Sosial, yaitu melalui Kementerian Sosial (selanjutnya di tulis Kemensos)

mencanangkan program Bantuan Sosial Tunai (selanjutnya ditulis dengan

BST) kepada masyarakat yang terdampak wabah Covid-19 ini. Bantuan

tersebut senilai Rp. 600.000 / kepala keluarga (selanjutnya ditulis KK)

pada Gelombang 1 (April-Juni 2020), sebesar Rp. 300.000 pada

gelombang 2 ( Juli-Desember 2020), Gelombang 3 ( Maret 2020 ) sebesar

Rp.300.00, Gelombang 4 ( Mei 2020 ) sebesar Rp. 300.00 dan saat ini

sudah ketahap gelombang 5 dan 6 (Juli-Agustus 2021).

Fenomena yang dirasakan dalam penyaluran BST kepada

masyarakat adalah tidak memenuhi standar atau kriteria yang telah

ditetapkan, sehingga masyarakat yang seharusnya menerima bantuan

masih hidup dalam kemiskinan akibat perilaku yang tidak adil dalam

penyaluran BST yang seharusnya di kecamatan pattalassang yang


3

dibawah garis kemiskinan menerima bantuan sosial tunai secara

keseluruhan akan tetapi 20% yang penerima bantuan dikecamatan

pattalassang Kabupaten Takalar tersebut diatas garis kemiskinan atau

keluarga yang mampu,fenomena ini dapat menimbulkan konflik antar

masyarakat dan menyebabkan masyarakat tidak mempercayai

pemerintah sebagai pemimpinnya. Serta juga pelaksanaannya masih

terdapat beberapa permasalahan yang muncul sehingga bantuan sosial

tidak tepat sasaran dikarenakan di Kabupaten Takalar data penerima

bantuan sosial tidak akurat. Ketidakakuratan data selalu menjadi

permasalahan klasik di setiap penyaluran bantuan sosial. Beberapa faktor

diduga menjadi penyebab ketidakakuratan data, yaitu belum semua Data

Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial terintegrasi

dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang dikelola Kementerian

Dalam Negeri, contohnya di Kecamatan Pattalassang Kabupaten Takalar

yang seharusnya dalam tiap kecamatan penerima BST ini sebanyak 100

kepala keluarga menjadi setengah dari penerima di akibatkan tidak

validnya data kartu keluarga penerima.

Selain itu, fenomena lain yang sering terjadi adalah banyak

masyarakat yang menerima bantuan membelanjakan uangnya untuk hal-

hal yang tidak dibutuhkan, misalnya saat lebaran kemarin, banyak

masyarakat yang menggunakan uang bantuan tersebut untuk membeli

baju lebaran, kue lebaran, dll. (Merdeka.com, 2/3/21). Fenomena ini dapat

menimbulkan ketidakadilan ekonomi bagi mereka yang membutuhkan dan


4

menimbulkan konflik sosial antar masyarakat. Meski tujuan dari rencana

BST ini di masa pandemi ini, diharapkan dapat membantu masyarakat

untuk hidup normal di tengah ketidakstabilan ekonomi yang terjadi. Serta

yang menghambat penyaluran BST ialah masalah data yang tidak

akuntabel dan pemerintah kesulitan mengumpulkan data masyarakat

miskin yang belum masuk data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS).

Bantuan Sosial Tunai sendiri juga tertera pada pasal 14 UU Nomor

11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial menngenai proteksi sosial

ialah: (1) Proteksi sosial dimaksudkan buat menghindari serta

menanggulangi resiko dari guncangan serta kerentanan sosial seseorang,

keluarga, kelompok, serta/ ataupun warga supaya kelangsungan hidupnya

bisa dipadati cocok dengan kebutuhan dasar minimun, (2) Proteksi sosial

sebagaimana diartikan pada ayat (1) dilaksanakan lewat, (a) Dorongan

sosial, (b) Advokasi sosial; serta/ ataupun, (c) Dorongan hukum. (Jaringan

Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) BPK )

Pembangunan kesejahteraan sosial, khususnya penanggulangan

kemiskinan, merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah

pusat dan daerah. Dalam Pasal 34 “Anak-anak terlantar dan fakir miskin

dipelihara oleh negara”. Artinya, pemerintah bertanggung jawab atas anak

terlantar dan fakir miskin. Penanggulangan kemiskinan adalah rencana

prioritas nasional, sehingga pemerintah di semua tingkatan membutuhkan

pemahaman dan komitmen yang sama. Pemahaman dan komitmen yang

sama tentunya dapat mengurangi kemiskinan. Kemiskinan merupakan


5

tanggung jawab seluruh komponen bangsa dan negara, dan memerlukan

kerja keras yang terorganisir untuk mewujudkan cita-cita masyarakat

Indonesia yang adil dan makmur. Di Indonesia, peran penting negara

dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan publik di bidang

kesejahteraan rakyat didasarkan pada sejarah, ideologi, logika, dan

pandangan universal.

Tujuan dari rencana tersebut adalah untuk menjaga daya beli

masyarakat selama masa pandemi. Namun, keberadaan program ini

membawa banyak masalah. Seperti penempatan penerima bantuan yang

tidak tepat, pemotongan dana BST secara sepihak, penciptaan peluang

korupsi, konflik sosial, dan penyalahgunaan dana bantuan oleh

masyarakat.

Pemberian dana BST ini diberikan oleh pemerintah kepada seluruh

masyarakat yang terdampak wabah Covid-19 ini. Termasuk di Kecamatan

Pattalassang Kabupaten Takalar. Dimana angka kemiskinan yang

menlonjak di masa pandemi ini. Perekonomian masyarakat menurun yang

mengakibatkan kemiskinan meningkat akibat dengan adanya aturan-

aturan pemerintah yang bediam diri dirumah,sehingga merupakan

masalah utama di negara berkembang dan memerlukan penanggulangan

yang serius, kreatif, komprehensif dan berkelanjutan. Masalah kemiskinan

masih menjadi agenda serius yang harus dihadapi dan diatasi di kawasan

perkotaan Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penduduk


6

miskin Kabupaten Takalar dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 -

2021 adalah sebagai berikut

Table 1
Data Penduduk Miskin Di Kabupaten Takalar

Indikator Kemiskinan Kabupaten Takalar


Kemiskinan
2018 2019 2020
Jumlah penduduk 26,57 25,93 25,38
miskin (Ribu
Jiwa)
Presentasi 9,00 8,70 8,44
penduduk miskin
(%)
Indeks kedalam 1,61 1,08 1,09
kemiskinan
Indeks keparahan 0,39 0,19 0,21
kemiskinan
Garis kemiskinan 335,989 356,973 364,378
(Rupiah)
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik
Kabupaten Takalar (Statistics of Takalar Regency)

Serta adapun data Penyaluran Bantuan sosial tunai (BST) Di

Kabupaten Takalar kecamatan pattalassang kelurahan kalabirang sebagai

berikut
7

Table 2
Data Penerima BST yang tersalurkan Di Kecamatan Pattallassang
Kelurahan Kallabirang

Kabupaten Kecamatan Desa Jumlah BST


yg
Tersalurkan
Bajeng 108 / Kk
Kallabirrang 55 / Kk
Maradekaya 98 / Kk
Pallantikang 99 / Kk
Takalar Pattalassang
Pappa 91 / Kk
Pattallassang 112 / Kk
Sabintang 105 / Kk
Salaka 78 / Kk
Sombalabella 209 / Kk
Jumlah : 955
Sumber : Data Dinas Sosial Kabupaten Takalar

Pemberian BST pada masa pandemi ini pun menuai banyak

hambatan dan pertayaaan, apakah pemberian BST ini sudah efektif

pelaksanaanya atau tidak. Dan apakah dengan pemberian BST ini

penyaluranya kepada masyarakat di Kabupaten Takalar sudah

menyeluruh kepada keluarga yang dibawah garis kemiskinan dan dapat

memanfaatkan bantuan ini dengan baik atau tidak.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, peneliti tertarik buat melakukan

penelitian dengan judul “Efektivitas Penyaluran Program Bantuan

Sosial Tunai ( BST ) Di masa Pandemi covid-19 Oleh (Studi Kasus

Kec Pattalassang Kab Takalar) " karena dalam penyaluran bantuan

sosial menjadi upaya penanggulangan kemiskinan di masa pandemi

covid-19 ini
8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Bagaimana efektivitas penyaluran program bantuan

sosial tunai sebagai upaya penanggulangan kemiskinan di masa pandemi

di kecamatan pattalassang kabupaten takalar?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai adalah Untuk

mengetahui efektivitas penyaluran program bantuan sosial tunai oleh

dinas sosial dalam regulasi startegi dalam penyaluran bantuan sosial

sebagai upaya penggulangan kemiskinan dimasa pandemi covid-19 di

Kabupaten Takalar khususnya di kecamatan pattalassang

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat atau kegunaan yang diharapkan dari hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan

maupun sebagai sumber informasi bagi para pengkaji ilmu

administrasi dan ilmu sosial ataupun rekan-rekan mahasiswa lain

yang ingin melakukan penelitian dalam bidang yang sama.


9

2. Manfaat Praktis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk

mengetahui bagaimana peran peran Dinas Sosial yang

sebenarnya dalam kehidupan bermasyarakat, serta memberikan

pedoman dalam pengurusan penyaluran penerimaan bantuan

sosial tunai.
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Efektivitas

a. Definisi Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris efektif, yang berarti sukses,

atau sesuatu yang berhasil dicapai Tika (Rosadi 2021, 33 ).Efektivitas

juga dapat di definisikan sebagai kemampuan untuk memilih tujuan atau

sasaran yang tepat dan mencapainya (Rosadi 2021, 33 ). H. Emerson,

yang dikutip oleh Soewarno Handayaningrat S., juga mengatakan hal

yang sama, mengatakan bahwa “efektivitas adalah ukuran pencapaian

suatu tujuan yang telah ditentukan (Emerson dalam Saputra 2017, 3 )

Efektivitas adalah derajat keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan

atau sasaran yang telah ditetapkan. Efektivitas juga merupakan konsep

yang lebih luas, termasuk berbagai faktor internal dan eksternal. Oleh

karena itu, efektivitas tidak hanya tercermin dalam produktivitas, tetapi

juga dalam pandangan dan sikap pribadi. Dalam hal ini, efektivitas dicapai

melalui penggunaan sumber daya organisasi secara efektif untuk

mencapai tujuan organisasi, melalui tinjauan input, proses, dan output.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan sumber daya meliputi ketersediaan

anggota, sarana dan prasarana, serta metode dan model yang digunakan
11

Berdasarkan pengertian diatas bisa disimpulkan kalau daya guna

merupakan kondisi yang membuktikan sepanjang mana rencana bisa

dicapai ataupun tingkatan keberhasilan yang sudah dicapai lewat sesuatu

metode ataupun usaha yang cocok dengan tujuan rencana tersebut. Tidak

hanya itu daya guna merujuk pada kaitan antara hasil yang sudah dicapai,

telah cocok dengan tujuan serta rencana yang sudah diresmikan

b. Pendekatan Efektivitas

Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana

kegiatan yang dilakukan sudah efektif. Ada beberapa pendekatan yang

dapat digunakan untuk mengukur efektivitas (Rosadi 2021, 34)

1) Pendekatan Sumber
Metode ini digunakan untuk mengukur efektivitas input.
Pendekatan ini juga mengutamakan keberhasilan organisasi
untuk memperoleh sumber daya fisik dan non fisik sesuai
dengan kebutuhan organisasi.
2) Pendekatan Proses
Implementasi metode ini untuk melihat efektivitas
pelaksanaan rencana dari seluruh rangkaian kegiatan dalam
proses internal dan mekanisme organisasi.
3) Pendekatan sasaran
Tujuan dari metode ini adalah untuk melihat apakah keluaran
atau hasil program sudah sesuai dengan rencana.

c. Ukuran Efektivitas

Tingkat efektivitas dapat dilihat dari hasil yang telah dicapai, artinya

jika hasil tersebut dapat dicapai sesuai dengan rencana semula, maka

kegiatan tersebut dapat dikatakan efektif. Sebaliknya jika suatu kegiatan

tidak dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan semula atau terjadi

kesalahan dalam pelaksanaannya, maka kegiatan tersebut dapat


12

dikatakan tidak valid. Menurut pernyataan Ducan tentang pengukuran

efektivitas yang dikutip dalam buku “Efektivitas Organisasi” (Rosadi 2021,

34)

1) Pencapaian Tujuan
Segala upaya untuk mencapai tujuan harus dipandang
sebagai suatu proses. Terwujudnya tujuan meliputi beberapa
faktor yaitu jangka waktu dan tujuan yang merupakan tujuan
khusus dari rencana.
2) Integrasi
Integrasi berkaitan dengan proses sosialisasi. Hal ini menjadi
ukuran apakah suatu organisasi dapat bersosialisasi dan
menjalin komunikasi dengan organisasi lain.
3) Adaptasi
Adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Oleh karena itu, gunakan tolok ukur untuk proses pengadaan
dan pengisian

Ukuran efektivitas dapat dilihat dari beberapa segi kriteria efektivitas

yakni sebagai berikut (Mingkid dkk 2017, 3)

1) Ketepatan Waktu
Waktu yang menentukan keberhasilan serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh suatu organisasi. Menggunakan waktu
yang tepat akan benar-benar mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2) Ketepatan Perhitungan Biaya
Hal ini terkait dengan penggunaan biaya yang tepat. Artinya
tidak ada kekurangan dan kelebihan dalam proses
pembiayaan hingga kegiatan dapat dilaksanakan dan
diselesaikan dengan benar. Ketepatan penentuan biaya juga
merupakan bagian dari efektivitas
3) Ketepatan dalam Pengukuran
Digunakan untuk mengukur kegiatan atau tugas yang
menjadi tanggung jawab organisasi.
4) Ketepatan dalam menentukan pilihan
Hal ini terkait dengan pilihan kebutuhan dan perilaku yang
diinginkan seseorang, yang bukan merupakan tugas yang
mudah.
5) Ketepatan bepfikir
Ketepatan berpikir berkaitan dengan banyak aspek, seperti
kehidupan diri sendiri, kehidupan orang lain, dan kehidupan
alam semesta, aspek-aspek tersebut dapat berdampak
13

positif atau negatif. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian


untuk mendapatkan hasil yang diharapkan secara maksimal.
6) Ketepatan dalam Melakukan Perintah
Tidak dapat di pungkiri bahwa keberadaan seorang
pemimpin akan mempengaruhi keberhasilan organisasi.
Perintah pemimpin membutuhkan komunikasi yang baik agar
anggota dapat memahami perintah dengan baik.
7) Ketepatan dalam Menentukan Tujuan
Suatu organisasi pasti memiliki tujuan, sehingga organisasi
akan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan
berbagai cara yang memenuhi tujuan yang telah ditetapkan.
8) Ketepatan sasara

Berdasarkan indikator diatas, peneliti akan menggunakan indikator

yang lebih mengarah ke masalah yang akan diteliti yakni ukuran yang

dikemukakan oleh Richard M. Steers di mana ukurannya yakni,

pencapaian tujuan (waktu dan sasaran), intergrasi (sosialisasi) serta

adaptasi (Rosadi 2021, 38)

d. Efektivitas Pelaksanaan Program Bantuan Sosial Tunai

Penilaian terhadap tingkat kesesuaian program merupakan salah

satu cara untuk mengukur efektivitas program. Efektivitas program dapat

diketahui dengan membandingkan tujuan program dengan output program

(Ditjen Binlantas Depnaker, 1983, dalam Setiawan,1998). Sementara itu

pendapat peserta program dapat dijadikan sebagai ukuran untuk

menentukan efektivitas program.

Untuk melihat seberapa efektif pelaksanaan program BST di masa

pandemi covid-19 dapat di ukur menggunakan 4 indikator menurut

(Budiani 2007, 4 ) diantaranya yaitu :


14

1) Ketepatan Sasaran
Ketepatan sasaran program ialah sejauh mana peserta
program memenuhi tujuan yang telah ditentukan.
Masyarakat yang saat ini menjadi sasaran utama adalah
masyarakat yang biasa disebut dengan KPM (rumah tangga
penerima manfaat). Ketepatan pemilihan target KPM dapat
mencapai target program BST. Hal ini sebagai upaya untuk
mengukur kesesuaian rencana untuk kelompok sasaran atau
KPM. Hal ini berdasarkan perubahan Keputusan Dirjen
Masyarakat Miskin Nomor 22/6/Sk/Hk.02.02/6/2020 tentang
Revisi Keputusan Dirjen Untuk Masyarakat Miskin dan Revisi
Petunjuk Teknis untuk penyaluran uang tunai guna
merespond dampak bantuan sosial corona (Covid-19).
2) Sosialisasi Program BST
Sebagai langkah awal dalam pelaksanaan program BST
tersebut, tentunya sosialisasi harus dilakukan terlebih
dahulu. Pada tahap ini, memberikan informasi kepada
masyarakat tentang program BST selama pandemi COVID-
19. Proses sosialisasi merupakan salah satu proses penting
dalam pelaksanaan rencana, karena melalui sosialisasi,
masyarakat akan mengetahui dengan jelas maksud dan
tujuan dari rencana tersebut. Aspek ini mengukur
pemahaman pemerintah terhadap rencana BST dan
pemahaman KPM terhadap rencana tersebut.
3) Tujuan Program
Tujuan program ialah, sejauh mana kesesuaian antara hasil
pelaksanaan program dengan tujuan yang telah di tetapkan
sebelumnya. Tujuan dari program BST adalah untuk
membantu perekonomian masyarakat yang terdampak
wabah covid-19 dan belum sepenuhnya tercapai.
4) Pemantauan Program
Pemantauan Program merupakan kegiatan yang dilakukan
setelah pelaksanaan program BST dengan fokus bagaimana
peserta program BST berinteraksi dengan masyarakat
terdampak Covid-19. Pengawasan juga dianggap sebagai
kegiatan untuk mengamati kemajuan pelaksanaan rencana,
mengidentifikasi dan memprediksi masalah untuk mengambil
tindakan sesegera mungkin

Berdasarkan teori diatas peneliti memlih 4 indikator menurut Budiani

karena menurut peneliti teori tersebut sesuai dengan fenomena yang

ditemukan dilapangan.
15

2. Kebijakan Publik

a. Defenisi Kebijakan

Menurut Noeng Muhadjir kebijakan merupakan upaya memecahkan

problem sosial bagi kepentingan masyarakat atas asas keadilan dan

kesejaheraan masyarakat. Dan dalam kebijakan setidaknya harus

memenuhi empat hal penting yakni; (1)tingkat hidup masyarakat

meningkat, (2)terjadi keadilan : By the law, social justice, dan peluang

prestasi dan kreasi individual, (3)diberikan peluang aktif partisipasi

masyarakat (dalam membahas masalah, perencanaan, keputusan dan

implementasi), dan (4)terjaminnya pengembangan berkelanjutan.

Kemudian Gerston menyatakan bahwa kebijakan publik merupakan

upaya yang dilakukan oleh pejabat pemerintah pada setiap tingkatan

pemerintahan untuk memecahkan masalah publik.9 Lebih lanjut

menjelaskan bahwa proses penentuan suatu kebijakan mencakup lima

tahapan, yaitu (1)mengidentifikasikan isu-isu kebijakan public,

(2)mengembangkan proposal kebijakan public, (3)melakukan advokasi

kebijakan public, (4)melaksanakan kebijakan public, (5)mengevaluasi

kebijakan yang dilaksanakan. Sedangkan menurut Dunn kebijakan publik

merupakan pola yang kompleks dari pilihan kolektif yang saling

begantungan yang dilakukan oleh badan dan lembaga pemerintah.

(Gerston, 2014)
16

b. Defenisi Kebijakan Publik

Oxford Learner’s Pocket Dictionary mendefenisikan kebijakan

sebagai suatu perencanaan dari berbagai tindakan yang telah disetujui

atau dipilih oleh sebuah partai politik, bisnis dan lain-lain.

Secara umum, istilah “kebijakan” atau policy digunakan untuk

menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya pejabat, kelompok, ataupun

suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam bidang tertentu.

Menurut Ealau dan Prewitt dalam suharto, kebijakan adalah ketetapan

yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang,

baik dari pihak yang membuatnya maupun pihak yang menaatinya.

Titmuss mendefenisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang mengatur

tindakan yang diarahkan pada tujuan-tujuan tertentu. (Kusuma Dewi 2016,

16)

Oleh karena itu, kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan

yang dijadikan pedoman atau petunjuk bagi setiap usaha untuk mencapai

tujuan sehingga setiap kegiatan memiliki kejelasan dalam bergerak.

Dengan kata lain kebijakan adalah ketetapan yang memuat berbagai

prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara

terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tetentu. Adapun Istilah

Publik (public) memiliki pengertian yang sangat bervariasi menurut

pengertian umum, masyarakat, dan negara. Publik dalam pengertian

“umum” atau masyarakat, misalnya public offering (penawaran umum),


17

public ownership (milik umum), public untility (perusahaan umum), public

relations ( hubungan masyarakat), public service ( pelayanan masyarakat)

dan public interest (kepentingan umum). Adapun dalam pengertian

“negara” adalah public authorities (otoritas negara), public building

(bangunan negara), public revenue ( penerimaan negara), dan public

sector (sektor negara).

c. Jenis-Jenis Kebijakan Publik

Banyak pakar yang mengajukan jenis kebijakan publik berdasarkan sudut

pandang masing-masing. Menurut James Anderson sebagaimana dikutip

Suharno (2010: 24-25) menyampaikan jenis kebijakan yaitu seebagai

berikut :

1) Kebijakan substantif versus kebijakan prosedural Kebijakan


substantif yaitu kebijakan yang menyangkut apa yang akan
dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan kebijakan prosedural
adalah bagaimana kebijakan substantif tersebut dapat
dijalankan.
2) Kebijakan distributif versus kebijakan regulatori versus
kebijakan redistributif Kebijakan distributif menyangkut
distribusi pelayanan atau kemanfaatan pada masyarakat
atau individu. Kebijakan regulatori merupakan kebijakan
yang berupa pembatasan atau pelarangan terhadap perilaku
individu atau kelompok masyarakat. Sedangkan, kebijakan
redistributif merupakan kebijakan yang mengatur alokasi
kekayaan, pendapatan, pemilikan atau hak-hak diantara
berbagai kelompok dalam masyarakat.
3) Kebijakan materal versus kebijakan simbolik Kebijakan
materal adalah kebijakan yang memberikan keuntungan
sumber daya komplet pada kelompok sasaran. Sedangkan,
kebijakan simbolis adalah kebijakan yang memberikan
manfaat simbolis pada kelompok sasaran.
4) Kebijakan yang barhubungan dengan barang umum (public
goods) dan barang privat (privat goods) Kebijakan public
goodsadalah kebijakan yang mengatur pemberian barang
18

atau pelayanan publik. Sedangkan, kebijakan privat goods


adalah kebijakan yang mengatur penyediaan barang atau
pelayanan untukpasar bebas.

d. Model-Model Kebijakan Publik

Model kebijakan publik dapat diartikan sebagai teori, proses berpikir yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah kebijakan publik. Beberapa
model kebijakan publik secara teori yaitu :
1) Model Kebijakan ditinjau dari aspek corak
Salisbury dan Heiz (Sharkansky, 1975) membagi model
kebijakan ini menjadi empat corak sebagai beikut :
a. Kebijakan Distributif, yaitu kebijakan yang memberikan
hasil kepada suatu kelompok atau lebih. Kebijakan ini
dibuat atas dasar adanya proses permintaan atau
permohonan yang terjadi atau permasalahan yang
dipandang relevan dengan kebutuhan sasaran
kebijakan. Contohnya, kebijakan pemerintah dalam
memberinkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada
warga miskin, atau kebijakan pemerintah tentang
pendidikan gratis untuk tingkat sekolah dasar dan
menengah.
b. Kebijakan Redistributif, yaitu kebijakan yang membagi
kembali sehingga memberikan hasil terhadap satu atau
beberapa kelompok sehingga merugikan kelompok lain.
Dengan kata lain, satu pihak diberi keuntungan, tetapi
pihak lain harus dikorbankan. Contohnya, kebijakan
pengurangan pajak bagi suatu perusahaan yang
merugikan bagi perusahaan lain.
c. Kebijakan Regulatory, yaitu kebijakan yang mengatur
pemberian pembatasam terhadap tindakan atau tingkah
laku dari satu atau lebih kelompok sehingga
meniadakan atau membenarkan perolehan hasil
tertentu untuk kelompok tertentu meskipun secara tidak
langsung. Contohnya, kebijakan kuota, yang
sebenarnya merupakan kebijakan yang secara tidak
langsung perolehan hasil bagi para jamaah haji sebab
memberikan jaminan atas pengaturan yang baik.
d. Kebijakan Self-regulatory, yaitu kebijakan yang
mengatur diri sendiri menentukan juga pembatasan
terhadap tingkah laku atau tindakan dari satu atau lebih
19

kelompok. Contohnya kebijakan desentralisasi dalam


penyelenggaraan otonomi daerah.

2) Model Kebijakan ditinjau dari aspek bentuk


Model menurut Dunn (1981) adalah representasi sederhana
mengenai aspek-aspek yang terpilih dari suatu kondisi
masalah yang disusun untuk tujuan-tujuan tertentu. Dalam
pengertian tersebut, model kebijakan menurut limdblom
(1959) terbagi atas dua yaitu :
a. Kebijakan Sinopsis, yaitu kebijakan yang
memperlihatkan perbandingan yang rasional. Model
kebijakan ini memandang segala sesuatu selalu
didasarkan pada pertimbangan rasional.
b. Kebijakan Inkremental, yaitu kebijakan yang dominan
dalam praktik, tetapi dalam literatur tidak banyak
dijelaskan. Inkremental artinya bertambah berangsur-
angsur. Kebijakan Inkremental dalam praktiknya dapat
dipahami pada kebijakan penyusunan kebijakan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daera yang
dilakukan atas dasar pertimbangan keterbatasan
pengetahuan tentang sumber penerimaan yang pasti
dan besarnya penerimaan sehingga berkesan adanya
keragu-raguan.
3) Model Kebijakan ditinjau dari aspek tipologi
Model Kebijakan yang dianalisis dari sudut proses, yaitu
mengambarkan perumusan dan berlangsungnya suatu
kebijakan . Henry (1980) menyebutkan bahwa model-model
yang tergolong pada tipe ini adalah sebagai berikut :
a. Model Institusional adalah model yang memusatkan
perhatian pada struktur organisasi pemerintah.
Contohnya, kebijakan pemerintah dalam bentuk
peraturan pemerintah atau undang-undang.
b. Model elite-massa adalah model kebijakan yang
berasal dari dominasi kelompok elite tertentu terhadap
kepentingan dan kedudukan kelompok masyarakat
yang lebih banyak.
c. Model Kelompok adalah kebijakan yang mendasarkan
isi pada kepentingan kelompok sehingga pembuatan
atau pelaksanaan kebijakan yang disebabkan pengaruh
kepentingan yang berbeda-beda memungkinkan
terjadinya konflik kepentingan.
d. Model Sistem adalah kebijakan yang didasarkan pada
pendekatan sistem dalam arti dinamis, bahwa suatu
20

kebijakan dibentuk harus diawali oleh adanya masukan


(input) untuk kemudian berproses menjadi luaran
(output).
Model kebijakan yang dianalisis dari dari sudut hasil, yaitu
model penyelidikan atau pemeriksaan campuran.Model-
model yang tergolong dalam tipe ini adalah sebagai berikut :
a. Model deskriptif, yaitu model yang menjelaskan dan
memprediksi sebab dan konsekuensi dari pilihan
kebijakan. Model ini digunakan untuk memantau hasil
dari aksi-aksi kebijakan.
b. Model normatif adalah model yang tidak hanya
didasarkan atas penyajian apa adanya, tetapi juga
memberikan pernyataan-pernyataan yang seharusnya
dilakukan.
4) Model Kebijakan ditinjau dari aspek perubahan isi
Dilihat dari perubahan isi yang dikehendaki, model kebijakan
dapat terjadi dalam perubahan secara menyeluruh
menyeluruh dalam waktu yang cepat dan model perubahan
secara gradual dan perlahan. Peubahan dalam waktu yang
cepat disebut kebijakan dengan model radikal yaitu model
perubahan yang secara menyeluruh atau seluruh sistem
yang berlaku dalam semua aspek yang menjadi jangkauan
isi kebijakan. Sedangkan perubahan secara gradual disebut
model reformis yaitu model perubahan yang berlangsung
secara perlahan dalam beberapa aspek, perubahan tersebut
menyangkut perubahan fungsi, posisi sebagaimana yang
ditentukan kebijakan pemerintah reformis,kebijakan
pemerintah persatuan nasional.
5) Model kebijakan ditinjau dari aspek pengambilan keputusan
Menurut Dror(1968), Model kebijakan ditinjau dari aspek
perumusan atau pengambilan keputusan, meliputi tujuh
model kebijakan yaitu sebagai berikut :
a. Economically rational model, model ini sama dengan
model rasional tetapi lebih menekankan pertimbangan
ekonomis.
b. Squential decision model, model ini dilakukan atas
dasar hasil eksperiman atau penelitian terhadap
berbagai alternatif yang dapat dipilih untuk
merumuskan kebijakan yang paling efektif.
c. Satisfying model, model ini didasarkan atas proses
pemilihan alternatif yang paling memuaskan tanpa
menilai alternatif-alternatif lainnya.
21

d. Extra rational model, model ini tergolong sangat


rasional sehingga diharapkan menghasilkan kebijakan
yang paling optimal.
e. Optimal model, model ini didasarkan atas gabungan
beberapa model yang memfokuskan pada identifikasi
nilai, kegunaan praktis dan masalah-masalah
kebijakan, seperti kebijakan mixed scanning yang
substansi model rasional komprehensif digabung
dengan model inkremental.
6) Model Kebiajakan ditinjau dari aspek implementasi
a. Model Mazmanian dan Sabatier (Model MS). Model ini
disusun atas dasar proses implementasi kebijaksanaan.
Sebagai suatu proses, bahwa dalam tahapan
implementasi kebiajakan terdapat tiga variabel bebas
yaitu : (1) mudah/tidaknya masalah yang dikendalikan;
(2) kemampuan penentu kebijaksanaan untuk
menstrukturkan proses implementasi; (3) variabel di
luar kebijaksanaan yang mempengaruhi proses
implementasi. Di antara ketiga variabel bebas tersebut,
variabel pertama berpengaruh secara langsung
terhadap variabel kedua dan ketiga.
b. Model Hogwood dan Gunn, Model ini menerangkan
bahwa pengimplementasian kebiajksanaan negara
secara sempurna memerlukan beberaprapa syarat.
c. Model Grindle, Model ini menjelaskan bahwa
implementasi kebijakan ditentukan oleh isi dan konteks
implementasinya yang didukung oleh program aksi
proyek individu yang didesain dan dibiayai bedasarkan
tujuan kebijakan.
d. Model Meter dan Horn, Model ini menjelaskan bahwa
perbedaan dalam proses implementasi dipengaruhi
oleh sifat kebijaksanaan yang akan dilaksanakan

B. Program Bantuan Sosial Tunai

1. Konsep Bantuan Sosial Tunai

Kementerian Sosial mengeluarkan kebijakan yaitu berupa program

bantuan sosial untuk di berikan kepada masyarakat miskin dan

masyarakat yang terkena dampak sosial ekonomi akibat pandemi covid-


22

19 ini. Salah satu bentuk programnya ialah bantuan sosial tunai (BST),

yang diberikan kepada masyarakat miskin, pengangguran, dan

masyarakat kurang mampu yang terkena dampak merebaknya pandemi.

Bantuan tersebut diberikan kepada 9 juta kepala keluarga

(selanjutnya disebut KK) dengan nilai Rp. 600.000 /bulan untuk jangka

waktu 3 bulan, mulai April 2020 sampai Agustus 2021 senilai Rp.

300.000/Bulan . Daerah penerima BST sebanyak 9 juta KK di 33 provinsi

di Indonesia. Kriteria yang mendapatkan BST adalah KK dan usulan

lainnya dari berbagai daerah yang telah tercatat dalam Data Komprehensif

Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI (selanjutnya disebut DTKS).

Penyaluran BST ada dua cara yaitu dengan Himbara (Himpunan Bank

Milik Negara) melalui rekening KPM (keluarga penerima manfaat) kedua,

Penyaluran BST oleh PT POS Indonesia melalui saluran BST kantor pos,

saluran BST dilakukan di tingkat masyarakat, bansos akan Tunai diantar

langsung ke tempat tinggal.

2. Mekanisme Penerimaan Bantuan Sosial Tunai

Proses Bantuan Sosial tunai yang perlu dipahami oleh stakeholder

dan masyarakat adalah :

1) Mendafarkan diri ke kantor kelurahan/desa setempat dengan

krtiteria sebagai berikut:

a) Calon Penerima adalah masyarakat yang berada di

dalam Pendataan Rukun Tetangga (RT) /Rukun Warga


23

(RW) dan berada di lingkup desa tersebut.

b) Calon penerima adalah masyarakat yang kehilangan

mata pencaharian di tengah Pandemi virus Corona.

c) Calon Penerima tidak terdaftar sebagai penerima

bantuan sosial lainnya. Contohnya masyarakat yang

telah menerima bantuan langsung tunai desa (BLT) tidak

bisa lagi mandaftar untuk menerima BST.

d) Jika calon penerima tidak mendapatkan BST dari

program lainnya, tetapi belum terdaftar oleh RT/RW,

maka dapat langsung menginformasikan ke aparat

desa/kelurahan.

e) Jika calon penerima memenuhi syarat, tetapi tidak

memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan kartu

Penduduk (KTP), tetap bisa mendapatkan bantuan tanpa

harus membuat KTP terlebih dulu, dengan syarat

penerima adalah warga dari desa tersebut dibuktikan

dengan memberikan alamat lengkapnya.

2) Data yang telah masuk ke desa/kelurahan akan disampaikan

lurah/kepala desa kepada bupati/walikota melalui camat.

3) Data yang sudah diterima oleh bupati/walikota akan

dilakukan verifikasi dan validasi yang dilakukan oleh dinas

sosial kabupaten/kota. Berdasarkan hasil verifikasi dan


24

validasi data, tidak semua usulan dapat valid dan masuk ke

dalam DTKS.

4) Bupati/walikota menyampaikan hasil verifikasi dan validasi

ke kementerian sosial melalui Gubernur.

5) Data yang telah masuk ke Kementerian Sosial Republik

Indonesia akan ditetapkan sebagai DTKS.

a) Skema Penyaluran Bantuan Sosial Tunai

BST akan disalurkan melalui Kemensos, Pos Indonesia

dan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dan akan

diberikan kepada warga negara (WNI) yang sudah atau

terdaftar atau belum dalam DTKS milik Kemensos.

b) BST akan ditransfer langsung ke rekening masing- masing

penerima atau melalui PT POS Indonesia.

c) Bagi yang memilih sistem transfer rekening berikut daftar

rekeningnya: BRI, BNI, Mandiri dan BTN

d) Bagi yang tidak memiliki rekening bank, pengambilan

uang BST dapat dilakukan melalui Kantor POS. Proses

pencairan langsung penerima BST secara nontunai

(transfer) tidak dikenakan biaya dan bunga.

3. Dasar Hukum Bantuan Sosial

Pelaksanaan rencana BST ini berdasarkan Keputusan Menteri Sosial

Republik Indonesia No. 54/HUK/2020 tentang Penyelenggaraan Bantuan

Sosial Sembako dan Bantuan Sosial Tunai Sebagai Penanganan Dampak


25

Mewabahnya Virus Corona. 2019 (Covid-19). Keputusan tersebut meliputi:

(Kepmensos, 16/4/2020):

1) Menetapkan pelaksanaan bantuan sosial sembako dan

bantuan sosial tunai dalam penanganan dampak Corona

Virus Disease 2019 (Covid-19).

2) Penanggung jawab pelaksanaan bantuan sosial sembako

sebagaimana dimaksud dalam diktum dilaksanakan oleh

Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial.

3) Penanggung jawab pelaksanaan bantuan sosial tunai

sebagaimana dimaksud dalam diktum kesatu dilaksanakan

oleh Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin

4) Petunjuk teknis pelaksanaan bantuan sosial sembako dan

bantuan sosial tunai ditetapkan oleh Direktur Jenderal

Perlindungan dan Jaminan Sosial dan Direktur Jenderal

Penanganan Fakir Miskin.

5) Penyaluran bantuan sosial sembako dan bantuan sosial

tunai dalam penanganan dan dampak Corona Virus

Disease 2019 (Covid-19) sebagaimana dimaksud dalam

diktum kesatu dilaksanakan dengan memperhatikan

protokol kesehatan.

6) Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah

kabupaten/kota menyampaikan laporan pertanggung

jawaban penyaluran bantuan sosial sembako kepada


26

menteri sosial melalui Direktur Jenderal Perlindungan dan

Jaminan Sosial.

7) Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah

kabupaten/kota melakukan sosialisasi serta pemantauan

dan evaluasi pelaksanaan penyaluran bantuan sosial

sembako dan bantuan sosial tunai sesuai dengan

wilayahnya dan menyampaikan laporan secara tertulis

kepada menteri sosial melalui Direktur Jenderal

Perlindungan dan Jaminan Sosial serta Direktur Jenderal

Penanganan Fakir Miskin.

8) Data keluarga penerima manfaat bantuan sosial sembako

berasal dari usulan :

a. Pemerintah Daerah Kota Makassar oleh Gubernur

Daerah

b. Pemerintah Daerah Kabupaten Takalar oleh Bupati

Takalar

9) Data keluarga penerima manfaat bantuan sosial tunai

diprioritaskan berasal dari data terpadu kesejahteraan

sosial dan dapat berasal dari usulan pemerintah daerah

kabupaten/kota dengan melampirkan surat pernyataan

tanggung jawab mutlak mengenai kebenaran data keluarga

penerima manfaat yang diusulkan sebagai keluarga

penerima bantuan sosial tunai.


27

10) Pelaksanaan bantuan sosial sembako dan bantuan sosial

tunai dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara tahun 2021

11) Keputusan menteri ini berlaku pada tanggal ditetapkan

dengan ketentuan apabila di kemudian hari terdapat

kekeliruan dalam penetapannya akan diperbaiki

sebagaimana mestinya.

Peraturan tersebut mengalami perubahan menjadi

Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor

86/Huk/2020 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri

Sosial Nomor 54/Huk/2020 Tentang Pelaksanaan Bantuan

Sosial Sembako Dan Bantuan Tunai Dalam penanganan

dampak corona virus (Covid-19) Menteri Sosial Republik

Indonesia yang berisi penetapan mengenai :

1) Mengubah sumber usulan data keluarga penerima manfaat

bantuan sosial sembako dan sumber usulan data keluarga

penerima manfaat bantuan sosial tunai sebagaimana

ditetapkan dalam Keputusan Menteri Sosial Nomor

54/HUK/2020 tentang Pelaksanaan Bantuan Sosial

Sembako dan Bantuan Sosial Tunai dalam Penanganan

Dampak Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) menjadi

sumber usulan data penerima manfaat bantuan sosial

sembako dan sumber usulan data keluarga penerima


28

manfaat bantuan sosial tunai sebagaimana ditetapkan

dalam Keputusan Menteri ini.

2) Sumber usulan data penerima manfaat bantuan sosial

Sembako sebagaimana dimaksud dalam Diktum kesatu

berasal dari:

a. Pemerintah Daerah Kota Makassar oleh Gubernur

Daerah

b. Pemerintah Daerah Kabupaten Takalar oleh Bupati

Takalar

3) Sumber data lain sebagaimana dimaksud dalam Diktum

kedua huruf g didaftarkan pada masing-masing unit kerja

eselon I dan selanjutnya diajukan kepada Direktorat

Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial.

4) Sumber usulan data keluarga penerima manfaat bantuan

sosial tunai sebagaimana dimaksud dalam Diktum kesatu,

berasal dari: a. data terpadu kesejahteraan sosial; bay

pemerintah daerah kabupaten/kota; Dan/Atao digital data

5) Sumber usulan data dari pemerintah daerah

kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Diktum

keempat huruf b dan sumber data lain sebagaimana

dimaksud dalam Diktum keempat huruf c disampaikan

kepada dalam data terpadu kesejahteraan sosial


29

6) Pada saat Keputusan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan

Menteri Sosial Nomor 54/HUK/2020 tentang Pelaksanaan

Bantuan Sosial Sembako dan Bantuan Sosial Tunai dalam

Penanganan Dampak Corona Virus Disease 2019 (COVID-

19) masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan

dengan Keputusan Menteri ini.

7) Keputusan Menteri ini berlaku pada tanggal 28 April 2020

dengan ketentuan apabila di kemudian hari terdapat

kekeliruan dalam penetapannya akan diperbaiki

sebagaimana mestinya

C. Kerangka Berpikir

Gambar 1
30

Konsep Pemikiran

PENYALURAN
PROGRAM INDIKATOR
BANTUAN EFEKTIVITAS PROGRAM PENYALURAN
SOSIAL TUNAI Ketepatan Sasaran BANTUAN
SOSIAL TUNAI
(BST) DI Sosialisasi Program
(BST) YANG
KECAMATAN Tujuan Program
TEPAT
PATTALASANG Pemantauan Program
SASARAN
KABUPATEN
TAKALAR

Sumber: (Budiani 2007, 4 )


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian merupakan instrumen dalam menentukan

prosedur penelitian yang akan dilakukan. Jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan

analisa kualitatif. Metode deskriptif memusatkan perhatian pada masalah-

masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian atau

masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta

tentang masalah yang diteliti diiringi dengan interpretasi rasional yang

akurat. Penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan

keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta sebagaimana

adanya dan mencoba menganalisa untuk memberi kebenarannya

berdasarkan data yang diperoleh.

B. Desain Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kallabirang Kecamatan

Pattalassang, Kabupaten Takalar Prov Sulawesi Selatan.

31
32

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September 2021

hingga selesainya penelitian ini dilakukan. Adapun jadwal

pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Table 3
Tahapan Kegiatan Penelitian

Waktu
Kegiatan
Agustus Septembe Oktober November Desember
r
Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal
Penelitian
Pengolahan
Data
Ujian Skripsi

C. Sumber Data

1. Menurut Jenisnya

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

penelitian deskriptif-kualitatif. Dimana penelitian ini dilakukan

untuk mengungkapkan fakta atau kejadian dan keadaan yang

terjadi untuk mendapatkan kesimpulan penelitian dan saran

yang berguna bagi Kantor Dinas Sosial Kabupaten Takalar.


33

2. Menurut Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Data primer, yaitu data yang di dapat langsung melalui

wawancara dan observasi langsung terkait kegiatan-

kegiatan pelayanan bantuan sosial tunai. Sumber data

primer yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan

dengan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan

program bantuan sosial dan beberapa masyarakat yang

pernah mendapatkan rpgram bantuan sosial tunai. . Adapun

yang menjadi sumber data penelitian ini, sebagai berikut:

Pegawai Seksi Fakir Miskin 1 Orang

Pegawai Bagian Data di Kelurahan 1 Orang

Kepala Linkungan 1 Orang

Masyarakat Penerima BST 5 Orang

Jumlah 8 Orang

b. Data sekunder, adalah data-data yang didapatkan dari asal

penafsiran dalam bentuk printnan dan softcopy sampai

dengan dokumen–dokumen resmi dari berbagai instansi

pemerintah. Peneliti memakai data sekunder ini untuk

memperteguh penemuan dan menambah informasi yang


34

telah dikumpulkan melalui observasi langsung dengan

Bagian Fakir miskin, dan Masyarakat.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini

digunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Wawancara

Teknik wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh data atau informasi secara mendalam mengenai

pelaksanaan penyaluran program bantuan sosial tunai di

kabupaten takalar. Teknik ini dilakukan dengan menyiapkan

pedoman wawancara yang berisi pertanyaan atau pernyataan

yang memuat pokok-pokok permasalahan yang diteliti.

Wawancara dilakukan secara mendalam dengan pihak-pihak

yang terkait tentang penyaluran bantuan sosial tunai.

2. Observasi

Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data

dengan melakukan observasi atau pengamatan secara

langsung di lapangan. Teknik ini untuk mengamati pelaksanaan

atau pembagian program Bantuan Sosial Tunai kepada

masyarakat.
35

3. Studi Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang

menghasilkan catatan-catatan penting sehingga akan diperoleh

data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan

dengan mengambil data yang sudah ada dan tersedia dalam

catatan dokumen. Penulis menggunakan media dokumentasi

seperti struktur organisasi, visi dan misi Kantor Dinas Sosial

Kabupaten Takalar, foto-foto tentang kegiatan pelayanan

admnistrasi, sarana dan prasarana, Standard Operating

Procedure (SOP).

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan penulis adalah model analisis

interaktif. Adapun proses menganalisa data yang dilakukan mengadopsi

dan mengembangkan pola interaktif yang dikembangkan oleh Miles &

Huberman (1992:16), yaitu:

1. Reduksi data merupakan suatu kegiatan proses pemilihan,

memusatkan perhatian pada penyederhanaan pengabstrakan

dan transformasi data mentah yang didapat dari catatan-catatan

tertulis dilapangan. Reduksi data dimulai pada awal kegiatan

penelitian sampai dilanjutkan selama kegiatan pengumpulan

data dilaksanakan.
36

2. Penyajian data merupakan proses penyusunan informasi secara

sistematis dalam rangka memperoleh kesimpulan. Data yang

didapat berupa kalimat, kata-kata yang berhubungan dengan

fokus penelitian, sehingga sajian data merupakan sekumpulan

informasi yang tersusun secara sistematis yang memberikan

kemungkinan untuk ditarik kesimpulan.

3. Pada saat kegiatan analisis data berlangsung secara terus

menerus selesai dikerjakan, baik data yang berlangsung

dilapangan maupun setelah selesai dilapangan, langkah

selanjutnya adalah melakukan penerikan kesimpulan untuk

mengarah pada hasil kesimpulan. Hal ini tentunya berdasarkan

dari hasil analisis data, baik yang berasal dari catatan lapangan,

observasi maupun dokumentasi.

F. Keabsahan Data

Untuk mendapatkan kepercayaan atau kredibilitas yang sesuai

dengan fakta di lapangan, orang yang diwawancarai menggunakan

teknologi inspeksi untuk memverifikasi hasil setelah mencatat hasil

wawancara dalam daftar data. Membercheck mempertanyakan penerapan

interpretasi data wawancara kepada satu atau dua orang dalam kunci

untuk mengetahui apakah hasil interpretasi konsisten dengan maksud

orang dalam kunci.


37

DAFTAR PUSTAKA

Al-Zikrillah. (2020). Sistem Ekonomi Indonesia. Jurnal Berkala Ilmiah


Efisiensi, 1, 5.

Alviyanzah, F. (2019). Peran Dinas Sosial Terhadap Penyaluran Bantuan


Sosial Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten
Sumbawa.

Amalia R, 2015. Efektivitas Pelayanan Program Penanganan Anak


Jalanan di Dinas sosial kota makassar

Apdal, M.Si. 2015. “Kebijakan Publik (Memahami Konsep Kebijakan


Publik).” Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

CNN Indoensia. 2020. Update Corona per 24 Agustus : 155.412 Positif,


111.060 Sembuh. Inform Database :
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200824090837

Kusuma, Rahayu. 2016. Studi Analisis Kebijakan. Bandung: CV Pustaka


Setia.

Emerson dalam saputra 2017 efektivitas pelayanan pada dinas


kependudukan dan pencatatan sipil kota palangka raya

Erfly Fernando Maun, Carly. 2020. Efektivitas Bantuan Langsung Tunai


Dana Desa bagi Masyarakat Miskin Terkena Dampak Covid-19 di
Desa Talaitad Kecamatan Suulun Tareran Kabupaten Minahasa
Selatan. Manado : Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakulttas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi.

Gerston 2014,dalam Islamy, Irfan. 2014. “Definisi Dan Makna Kebijakan


Publik.” ADPU4410/Modul 1: 1–41.
38

Harwidiansyah. 2011. Dampak Bantuan Langsung Tunai terhadap


Kesejahteraan Masyarakat Desa Maccini Baji Kecamatan Bajeng
Kabupaten Gowa. Makassar: Program Studi Kesejahteraan Sosial
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.

Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 54/HUK/2020


Penyelenggaraan Bantuan Sosial Sembako dan Bantuan Sosial
Tunai

Merdeka.com. 2021. Bima Arya : Ada Penerima Bansos Tunai Pakai Uang
untuk Beli Baju Lebaran. Inform Database :
https://m.merdeka.com/uang/bima-arya-ada-penerima- bansos-tunai-
pakai-uang-untuk-beli-baju-lebaran.html

Menteri Sosial Republik Indonesia. Keputusan Menteri Sosial Republik


Indonesia Nomor 86/Huk/2020 Tentang Perubahan Atas Keputusan
Menteri Sosial Nomor 54/Huk/2020 Tentang Pelaksanaan Bantua
Sosial Sembako Dan Bantuan Sosial Tunai Dalam Penanganan
Dampak Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Juga dapat diunduh
pada:https://jdih.kemsos.go.id/pencarian/www/storage/docume
nt/86%20HUK%202020.pdf

Miles, B. M. & Huberman, M., 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber
Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP -20-538515/update-
corona-24-agustus-155412-positif- 111060-sembuh

Noeng Muhadjir 2020, KEBIJAKAKAN NON PENAL PIHAK SEKOLAH


TERHADAP PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DIKALANGAN PELAJAR SMA DI KUBU RAYA Dalam Nuryadi

Nindya Cahya Rosadi. 2021. “EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN


SOSIAL TUNAI (BST) PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI
PERUMAHAN TAMAN CIKANDE, JAYANTI – TANGERANG.”
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA.
39

Publicuho, J. 2021. EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN SOSIAL TUNAI


PADA MASA, 4(1), 19–26. https://doi.org/10.35817/jpu.v4i1.16021

Putra, Agung Aldino. 2018. Efektivitas Pelaksanaan Program Bantuan


Sosial Pada Masyarakat Di Kota Palu (Studi Tentang Kelompok
Usaha Bersama. Palu : Program Studi Magister Administrasi Publik
Program Pascasarjana Universitas Tadulako.

Publik, Kebijakan. 2012. Salemba Humanika. Edisi2 ed. Jakarta.


http://library.stik-ptik.ac.id/viewer.jsp?id=50023.

Undang-Undang Dasar Tahun Pasal 33 1945 merupakan fundamen


sistem perekonomian nassional.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 34


ayat 1

Anda mungkin juga menyukai