Anda di halaman 1dari 13

KERAMBA JARING APUNG SEBAGAI MEDIA USAHA

BUDIDAYA IKAN

DOSEN PENGAMPU : MAHDALIANA S.Pi.,M.Si

NAMA : SAKINAH HSB


NIM : 180330033
KELAS: REKAYASA AKUAKULTUR VB

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Keramba
jaring apung untuk budidaya ikan ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Rekayasa Akuakultur. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Rekayasa wadah akuakultur bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Mahdaliana S.Pi.,M.Si, selaku dosen
mata kuliah Rekayasa akuakultur yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Makalah yang saya tulis ini mungkin masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Huraba, 10 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1...............................................................................................................................iii
PENDAHULUAN............................................................................................................iii
1.1 Latar Belakang........................................................................................................iii
1.2 Rumusan masalah....................................................................................................iv
1.3 Tujuan Pembahasan................................................................................................iv
1.4 Hipotesis..................................................................................................................iv
BAB 2................................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................1
2.1 Pengertian Keramba Jaring Apung ( KJA )..............................................................1
2.2 Faktor Tekhnik Keramba Jaring Apung ( KJA).......................................................1
2.2.1 Arus...................................................................................................................1
2.2.2 Kedalaman Keramba Jaring Apung...................................................................2
2.3 Faktor non Teknik....................................................................................................2
2.3.1 Faktor Pencemaran............................................................................................2
2.3.2 Faktor Keamanan..............................................................................................3
2.3.3 Dasar Perairan...................................................................................................3
2.4 Kelebihan dan kelemahan Budidaya dengan system Keramba Jaring Apung...........4
2.4.1 Kelebihan..........................................................................................................4
2.4.2 Kelemahan........................................................................................................5
BAB 3................................................................................................................................6
PENUTUP.........................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................6
3.2 Saran........................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................7

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keramba jaring apung adalah salah satu wadah budidaya perairan yang cukup
ideal, yang ditempatkan di badan air dalam, seperti waduk, danau, dan laut.
Keramba jaring apung merupakan salah satu wadah untuk penerapan budidaya
perairan sistem intensif. Prinsipnya semua jenis ikan laut dan ikan air tawar
dapat dipelihara pada keramba jaring apung (Abdul kadir, 2010). Budidaya
ikan dalam keramba jaring apung dapat menggunakan sistem monokultur
maupun
polikultur. Monokultur merupakan pola budidaya satu jenis komoditas
sedangkan polikultur merupakan pola budidaya 2 jenis komoditas berbeda
dengan kebiasaan makan yang berbeda dan bertujuan untuk mendapatkan hasil
yang lebih dengan biaya yang rendah (Murachman dkk, 2010).

Usaha budidaya perikanan air tawar banyak dikembangkan dengan jenis usaha
budidaya kolam dengan keramba jaring apung (KJA) . Usaha budidaya ikan
air tawar sudah dilakukan dengan skala kecil. Saat ini beberapa pembudidaya
ikan sudah menunjukkan perkembangan usaha yang baik dengan manajemen
usaha yang mengarah pada usaha bisnis. Pada tahun 2013 produksi budidaya
perikanan air tawar khususnya budidaya ikan dalam kolam sebesar 11.134,04
ton, keramba sebesar 13.769,80 ton, KJA sebesar 23.060,41 ton, KJT sebesar
586,43 ton. (Laporan Statistik Perikanan Budidaya Kalimantan Barat Tahun
2013). Keberhasilan budidaya ikan didukung oleh biaya investasi dan biaya
operasional. Penerimaan (inflow) budidaya ikan pada KJA akan menghasilkan
nilai tambah sebagai produk utama, selanjutnya akan dianalisis kelayakannya
sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial
usaha budidaya ikan air tawar system KJA.
1.2 Rumusan masalah
1) Apa itu Keramba jaring apung
2) Bagaimana penerapan keramba jaring apung untuk usaha budidaya
ikan?

iii
3) Apakah keramba jaring apung dapat merusak lingkungan perairan?
1.3 Tujuan Pembahasan
1) Mengetahui tentang media budidaya ikan dengan keramba jaring apung
2) Mengetahui penerapan usaha budidaya ikan di keramba jaring apung
3) Mengetahui bagaimana keramba jaring apung memberikan manfaat bagi
manusia dan pengaruh buruk terhadap lingkungan.
1.4 Hipotesis
Keramba jaring apung adalah media untuk usaha budidaya ikan di air laut,
waduk, dan jaringan irigasi. Keramba jaring apung dapat memberikan manfaat
terhadap manusia karena persediaan air tercukupi, namun jika dalam
penggunaannya tidak memperhatikan aturan pemerintah yang berlaku dalam
penggunaan hal ini akan t memberikan dampak negative terhadap lingkuhan

iv
v
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Keramba Jaring Apung ( KJA )


Keramba jaring apung adalah salah satu wadah budidaya perairan yang cukup
ideal, yang ditempatkan di badan air dalam, seperti waduk, danau, dan laut.
Keramba jaring apung merupakan salah satu wadah untuk penerapan budidaya
perairan sistem intensif. Prinsipnya semua jenis ikan laut dan ikan air tawar dapat
dipelihara pada keramba jaring apung (Abdul kadir, 2010). Berikut ini adalah
gambar keramba jaring apung

Gambar 1.1 Keramba jaring apung dengan rumah jaga

Lokasi yang dipilih bagi usaha pemeliharaan ikan dalam KJA relatif tenang
terhindar dari badai dan mudah dijangkau. KJA juga merupakan proses yang
luwes untuk mengubah nelayan kecil tradisional menjadi pengusaha agribisnis
perikanan
(Abdulkadir, 2010).
2.2 Faktor Tekhnik Keramba Jaring Apung ( KJA)
2.2.1 Arus
Adanya arus di laut disebabkan oleh perbedaan densitas masa air laut,Tiupan
angin terus menerus diatas permukaan laut dan pasang-surut terutama di daerah
pantai (Raharjo dkk, 2004). Pasang surut juga dapat menggantikan air secara total
dan terus menerus sehingga arus mempunyai pengaruh positif dan negatif bagi

1
kehidupan biota perairan. Arus dapat menyebabkan hausnya jaringan jasad hidup
akibat pengikisan atauteraduknya substrat dasar berlumpur yang berakibat pada
kekeruhan sehinggaterhambatnya fotosintesa. Pada saat yang lain, manfaat dari
arus adalah menyuplaimakanan, kelarutan oksigen, penyebaran plankton dan
penghilangan CO2 maupun sisa-sisa produk biota laut (Romimohtarto, 2003).
Kenyataan yang tidak dapat ditoleransi terhadap kuat maupun lemahnya arus akan
menghambat kegiatan budidaya laut (Ghufron dan Kordi, 2005). Arus juga sangat
penting dalam sirkulasi air, pembawa bahan terlarut dan padatan tersuspensi
(Dahuri, 2003), serta dapat berdampak pada keberadaan organisme penempel
(Akbar et al, 2001).Kecepatan arus perairan untuk budidaya keramba jaring apung
di laut tidak boleh lebih dari 100 cm/detik (Gufron dan Kordi, 2005) dan
kecepatan arus bawah 25cm/dt.
2.2.2 Kedalaman Keramba Jaring Apung
Menurut Wibisono (2005), menyatakan bahwa kedalaman suatu perairan didasari
pada relief dasar dari perairan tersebut. Perairan yang dangkal kecepatan arus
relatif cukup besar dibandingkan dengan kecepatan arus pada daerah yang lebih
dalam (Bambang, 2011). Semakin dangkal perairan semakin dipengaruhi oleh
pasang surut, yang mana daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut mempunyai
tingkat kekeruhan yang tinggi. Kedalaman perairan berpengaruh terhadap jumlah
dan jenis organisme yang mendiaminya, penetrasi cahaya, dan penyebaran
plankton. Dalam kegiatan budidaya variabel ini berperan dalam penentuan
instalasi budidaya yang akan dikembangkan dan akibat-akibat yang ditimbulkan
oleh kegiatan tersebut. Kedalaman perairan merupakan faktor yang diperlukan
dalam kegiatan baik terhadap organisme yang membutuhkan kedalaman rendah
sampai cukup dalam.Beberapa biota seperti rumput laut membutuhkan perairan
yang tidak terlalu dalamdibandingkan dengan budidaya ikan kerapu dan tiram
mutiara. Ikan kerapu sangattergantung dari pakan buatan (artificial food), maka
untuk menjaga terakumulasinya sisa pakan pada dasar perairan, diharapkan ada
perbedaan jarak antara dasar perairan dengan dasar jaring. Akumulasi yang terjadi
berupa proses dekomposisidari sisa pakan yang menghasilkan senyawa organik.
Kedalaman yang dianjurkan adalah berkisar 5-25 meter (Wibisono, 2005)

2
2.3 Faktor non Teknik
2.3.1 Faktor Pencemaran
Dalam memilih lokasi yang tepat untuk kegiatan budidaya KJA di laut
Harus memperhatikan faktor pencemaran baik dari kegiatan budidaya itu sendiri
maupun kegiatan lain yang akan menimbulkan pencemaran sehingga akan
mengganggu aktifitas budidaya di KJA.Dalam dunia perikanan, yang dimaksud
dengan pencemaran perairan adalah penambahan sesuatu berupa bahan atau
energy ke dalam perairan yang menyebabkan perubahan kualitas air sehingga
mengurangi atau merusak nilai guna air dan sumber air perairan tersebut
(Wibisono, 2005).
Wibisono (2005), mengemukakan bahwa bahan pencemar yang biasa masuk
kedalam suatu badan perairan pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu bahan pencemar yang sulit terurai dan bahan pencemar yang mudah terurai.
Contoh bahan pencemar yang sulit terurai berupa persenyawaan logam berat,
sianida, DDT atau bahan organik sintetis.Contoh bahan pencemar yang mudah
terurai berupa limbah rumah tangga, bakteri,limbah panas atau limbah organik.
2.3.2 Faktor Keamanan
Lokasi budidaya KJA di perairan harus terhindar dari hal-hal yang dapat
menimbulkan gangguan keamanan baik pencurian maupun gangguan dari hama
seperti hama competitor (penyaing), predator (pemangsa), dan perusak yang
Dapat mengganggu keamanan biota budidaya. Selain itu lokasi KJA juga harus
aman dari kondisi gelombang yang besar karena jika gelombang terlalu besar
maka akan menimbulkan kerusakan pada KJA.Lokasi yang memiliki gelombang
yang tidak terlalu besar saperti pada daerah teluk(Widodo, 2001).
2.3.3 Dasar Perairan
Kondisi dasar perairan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas air diatasnya.
Dasar perairan yang mengalami pelumpuran, bila terjadi gerakan air oleh arus
maupun gelombang akan membawa partikel dasar ke permukaan
(Upwelling )yang akan menyebabkan kekeruhan, sehingga penetrasi cahaya
matahari menjadi berkurang dan partikel lumpur ini berpotensi menutup insang
ikan. Arus air sangat membantu pertukaran air dalam keramba, membersihkan
timbunan sisa-sisa metabolisme ikan dan membawa oksigen terlarut yang
dibutuhkan ikan. Sebaliknya apabila kecepatan arus tinggi akan sangat berpotensi

3
merusak konstruksi keramba serta dapat menyebebkan stress pada ikan, selera
makan ikan akan berkurang dan energi banyak yang terbuang (Achmad, 2008).

2.4 Kelebihan dan kelemahan Budidaya dengan system Keramba Jaring Apung
2.4.1 Kelebihan
 Mempermudah Proses Penyortiran Pada pembudidayaan ikan terutama
proses pembesaran ukuran dan besar ikan tidak akan memiliki kesamaan
walaupun sudah dibantu dengan pemberian Probiotik , ini dikarenakan
adanya rebutan makanan pada saat petani menaburkan pakan dan hal
inipun terjadi sekalipun dilakukan dikolam tanah. Dengan menggunakan
sistem Jaring Apung ini akan mempermudah dan mempercepat proses
penyortiran karena bagi yang memiliki kolam didataran rendah khususnya
yang kesulitan membuang air dalam kolam akan sangat terbantu sekali
ketika akan melakukan proses penyortiran lele.
 Mempercepat Proses Panen. Dalam proses pemanenanpun dengan
menggunakan Jaring Apung petani tidak susah payah membuang air,
pemanenan dilakukan sama halnya ketika melakukan proses penyortiran
yang tentunya proses panen akan lebih cepat dan tidak perlu mengeluakan
tenaga ekstra.
 Menjaga Benih Dari Predator Lain. Pada kolam tanah sering kali
ditemukan berkeliaran hama yang memakan benih lele yang ditabur
terutama ketika benih masih berukuran kecil, predator-predator atau hama
tersebut biasanya adalah ular, belut, ikan sapu dan lainnya. Apabila
menggunakan Jaring Apung ini kemungkinan benih dimangsa oleh hama
tersebut diatas bisa dicegah yang tentunya ketika panen tiba hasil yang
didapat bisa maksimal.
 Megurang Tingkat Penyebaran Penyakit. Dari beberapa informasi yang
didapat banyak petani yang mengeluhkan ikan yang mereka tanam banyak
yang terserang penyakit seperti bintik, jamur dan borok (budug) pada
permukaan luar kulit dan untuk penyembuhannya membutuhkan waktu
yang lama bisa sampai berminggu-minggu walaupun sudah diberi obat.

4
 Selama mencoba Jaring Apung ikan yang terdapat dalam jaring ternyata
lebih kebal dibandingkan dengan yang ada dikolam lepas, bahkan ketika
ada ikan yang terserang penyakit tersebut diatas ketika dipindahkan
kedalam jaring bisa sembuh dalam hitungan hari tanpa pemberian obat. ,
 Sebagai Antisipasi Banjir. Kelebihan yang terakhir ini adalah hal yang
membanggakan dari Jaring Apung yaitu sebagai antisipasi ketika terjadi
banjir.
2.4.2 Kelemahan
 Butuh Modal Tambahan. Untuk menggunakan Jaring Apung hal pertama
yang paling penting adalah memiliki jaringnya, untuk mendapatkannya
tentu saja butuh biaya selain jaring dibutuhkan pula bambu yang
digunakan sebagai tiang jaring.
 Tambahan Pakan. Selain adanya tambahan biaya yang harus dikeluarkan
untuk membeli jaring dibutuhkan pula sedikit tambahan biaya lagi untuk
persediaan pakan. Ketika Ikan berada dikolam ikan bisa bergerak dengan
bebas yang memungkinkan mencari makanan sendiri, namun ketika ikan
dipindahkan kedalam jaring secara otiomatis pergerakan ikan dibatasi oleh
jaring sehingga sulitnya untuk mencari makanan sendiri, tambahan pakan
ini diperlukan sebagai cadangan makanan agar ikan tidak saling memakan
(kanibal), cadangan makanan ini berupa limbah pasar seperti limbah
sayuran dan buah-buahan serta limbah dapur seperti nasi basi dsb.
 Harus Melakukan Pengecekan Jaring. Sedikit agak ribet memang, selain
harus mengeluarkan biaya dibuthkan juga ketelitian. Hal ini dilakukan
agar tidak adanya jaring yang bocor atau sobek akibat tergerus oleh benda
tajam seperti batu yang ada didasar kolam ataupun bisa diakibatkan oleh
kepiting.

5
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Laut, Danau, dan Waduk tidak hanya untuk lingkungan ikan yang bebas
namun kita juga bisa mengkontrol ikan di dalam perairan tersebut
sehingga memperoleh keuntungan.Namun dalam budidaya ikan
menggunakan Keramba Jaring Apung harus tetap memperhatikan
lingkungan tersebut agar tidak tercemar oleh sisa bahan –bahan organic
dari ikan budidaya .
2) Pada dasarnya segala sesuau yang dikembangkan selalu memiliki
kelebihan serta kekurangan, begitupun dengan sistem Keramba Jaring
Apung ini dan sama halnya dengan menggunakan kolam terpal, kolam
tembok ataupun kolam tanah sebagai media tanamnya. Namun
3.2 Saran
Pemerintah daerah harus lebih memperhatikan masyarakat dengan bantuan
finansial seperti modal maupun akademik seperti penyuluhan oleh lembaga
kelautan dan perikanan di daerah –daerah tersebut untuk masyarakat mampu
melakukan budidaya dengan mengunakan media keramba jaring apung untuk
meningkatkan tarap hidup masyarakat sekitar serta pemenuhan pangan ikan bagi
masyarakat Indonesia

6
DAFTAR PUSTAKA

https://www.jurnalasia.com/bisnis/kelebihan-dan-kekurangan-keramba-jaring-
apung/
Rochdianto. 2000. Budidaya Ikan di Jaring Apung, Penebar
Swadaya, Jakarta,97 hal
Rochdianto, A. 2003. Budidaya Ikan Jaring Terapung. Penebar Swadaya,
Jakarta. 97 Halaman, Skripsi,Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan,
Universitas Riau.
Rochdianto. A. 1995. Budidaya Ikan di Saluran Irigasi. Kanisasi, Yogyakarta. 72
Hal.
Haris Perdana. 2008. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran
Ikan Mas dan Nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Jaring
Kolor di KJA Waduk Cikoncang, Kecamatan Wanasalam Kabupaten
Lebak Banten. Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai