CBR Dasar Seni Dan Desain Semester 1
CBR Dasar Seni Dan Desain Semester 1
DISUSUN
O
L
E
H
NIM : 5182143009
FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN TATA BUSANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkatnya saya dapat
menyelesaikan critical book ini. Meskipun banyak hambatan yang saya alami dalam proses
pengerjaannya, tapi saya berhasil menyelesaikan critical book ini tepat pada waktunya. Tidak
lupa saya sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing. Karena itu saya berharap semoga
critical book ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Saya menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna sempurnanya makalah ini. Saya berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN...........................................................................................1
B. TUJUAN….........................................................................................................1
C. MANFAAT.........................................................................................................1
A. KESIMPULAN….............................................................................................13
B. SARAN…..........................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosiologi Desain sebagai suatu ilmu belumlah mantap, seperti halnya keilmuan
desain sendiri yang masih mengalami kontraksi dalam metodologi dan epistemologinya.
Sosiologi Desain sebagai cabang ilmu baru, telah dirintis oleh Victor Papanek dalam
buku The design for real world (1976) yang memaparkan fenomena desain di Negara-
negara berkembang dengan segala permasalahannya, dan juga dalam bukunya yang lain
Green Imperative (1993) . Di berbagai perguruan tinggi terkemuka di Negara-negara
maju pun, istilah Sosiologi desain dipergunakan secara hati-hati, karena riset-riset yang
berkaitan dengan desain dan fenomena social masih terbatas, umumnya masih berkisar
tentang gaya hidup, dampak social karya desain, budaya massa, sejarah social,
komunikasi social, persoalan gender, dan perubahan social akibat penggunaan teknologi.
B. Tujuan
1. Untuk memahami kaitan antara ilmu sosiologi dan ilmu desain dan pengaruhnya
terhadap kehidupan masyarakat
2. Untuk menambah wawasan tentang sosiologi desain
3. Untuk mengetahui kelebihan buku dan mengkritik kekurangan buku
C. Manfaat
Pemantapan Sosiologi Desain sebagai suatu cabang ilmu social ataupun ilmu
desain, masih memerlukan waktu yang cukup lama. Selama ini, pendekatan-pendekatan
yang dilakukan masih cenderung mengadopsi teori ilmu social umum. Sudah sejak lama
masyarakat teknologi dan senirupa kurang memiliki ‘hubungan yang mesra’ dengan
masyarakat ilmu-ilmu social. Hal itu ditunjukkan oleh masyarakat teknologi di ITB yang
harus membangun wacana keilmuan baru untuk ‘memanusiakan’ teknologi melalui
pengembangan kajian Sosio-Teknologi serta menyelenggarakan berbagai perkuliahan
1
ilmu social untuk berbagai disiplin keilmuan. Jauh sebelumnya, hal itu telah terjadi
didalam masyarakat senirupa.
Kesadaran yang begitu tinggi terhadap pentingnya ilmu social dalam wacana
kesenirupaan dan desain telah terbentuk sejak tahun 1970-an, terutama terlihat pada
sebagian besar penelitian skripsi mahasiswa, ataupun penelitian yang dilakukan oleh para
pengajar di lingkungan perguruan tinggi senirupa. Kebutuhan yang begitu mendesak
berdasar keterlibatan social yang semakin kompleks itulah yang kemudian digagas untuk
membentuk perkuliahan Kajian Desain dan Dinamika Sosial. Akhirnya berkembang
kebutuhan untuk melakukan kajian interdisiplin berbagai bidang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identitas buku
1. Judul buku : Sosiologi Desain
2. Pengarang : Agus Sachari
3. Penerbit : ITB
4. Tahun terbit : 2002
5. Kota terbit : Bandung
6. Tebal buku : 133 halaman
7. Ukuran : 24,5 x 16,5 cm
3
fenomena social melalui pencatatan lapangan yang kemudian dipaparkan dalam
bentuk terolah.
Kajian sosiologi terapan : kajian yang bertujuan untuk menyusun strategi pemecahan
suatu persoalan social tertentu atau menyusun kebijakan social berkaitan dengan
pembangunan yang hendak dijalankan.
4
menengah terampil untuk mengisi lowongan di sector industri kecil kurang terisi.
Hal itu ditunjukkan semakin tingginya angka pengangguran professional ditingkat
sarjana.
b) Dinamika Sosial Ekonomi
Kecenderungan konsumsi masyarakat dan system nilai yang terbangun, karena
konsentrasi penduduk di kota-kota besar semakin memiliki kecenderungan untuk
‘tertular’ oleh situasi yang sama atau lebih rumit yang terjadi diberbagai belahan
dunia. Diberlakukannya otonomi daerah dan lahirnya propinsi-propinsi baru di
Indonesia, memperkuat tumbuhnya jalur-jalur social baru yang sulit diprediksi.
Hal itu menyebabkan kota-kota dalam propinsi baru tersebut akan berusaha
mengimbangi kota-kota besar lainnya, baik membentuk replica kota seperti Jakarta
ataupun membentuk kota-kota baru seperti halnya kota di Negara-negara maju.
c) Fenomena Konsumen
Dalam kajian-kajian utama sosiologi desain, disamping factor-faktor dasar yang
menjadi arena kehidupan manusia, juga selalu memiliki keterkaitan tumbuhnya
masyarakat konsumen dan gaya hidup masyarakat. Desain dapat diamati sebagai
sebuah fenomena gaya hidup dan perilaku social masyarakat, serta dapat dijadikan
indicator tingkat dan minat konsumsi masyarakat terhadap suatu barang atau
kelompok barang tertentu. Menurut Modigliani, individu merencanakan perilaku
konsumsi dan tabungan mereka untuk pendanaan konsumsi di masa depan.
d) Kesenjangan Ekonomi
Dalam situasi pemerosotan intelektualitas anak bangsa secara social telah
menumbuhkan konflik-konflik budaya yang diakibatkan oleh media elektronik dan
cetak yang selalu menayangkan gaya hidup Negara-negara maju, di lain pihak
masyarakat mengalami ‘sakit ekonomi’ yang akut. Situasi tersebut tentu saja
menciptakan anomali social yang menumbuhkan angka kriminalitas yang semakin
tinggi. Desain dengan berbagai bentuk perwujudan fisiknya menjadi bagian yang
menumbuhkan kecemburuan sosial.
5
e) Mentalitas Sosial
- Mentalitassosial yang positif seperti :Tumbuhnya jiwa perjuangan, tidak mudah
menyerah, tahan uji, serta optimisme yang kuat.
- Mentalitas sosial yang kurang positif yaitu :Desain mimpi ; yaitu jika masyarakat
melihat suatu bangsa dapat mendesain mobil tanpa proses penguasaan teknologi
secara bertahap lalu mengamati secara nyata bahwa hal-hal yang selama ini
ditekstualisasi kebenarannya hanyalahbersifatsemu.
- Desain gender ; yaitu adanya pemikiran perbedaan derajat antara laki-laki dan
wanita.
- Desain horror ; yaitu bentuk desain yang membahayakan namun dianggap
sebagai hiburan atau ditekstualisasikan sebagai ‘bacaan’ dan perilaku yang
menyenangkan. Contohnya, iklan rokok yang menampilkan gadis sensual.
- Desain kriminal ; yaitu adanya penyimpangan kegunaan desain dalam
masyarakat. Contohnya, pelanggaran lalu lintas, pembuangan sampah di sungai
dll.
Berdasarkan letak geografis, kota baru di Indonesia memiliki ciri sebagai berikut :
- Kota baru yang tumbuh dari kota induk yang meluas dengan skala yang besar ke
wilayah pinggiran yang berbatasan langsung dengan kota induk.
- Kota satelit, yaitu terbentuk bagi peruntukkan tempat tinggal yang letaknya
terpisah dari kota induk namun secara fungsional tergantung pada kota induk.
Contohnya Kebayoran Baru (1953), Banjar Baru (1953), Bale Endah (1976).
- Kota mandiri, yaitu kota yang mandiri dalam memenuhi kehidupan dan kegiatan
usaha penduduknya. Contohnya Jabodetabek.
6
- Kota yang terbentuk karena kegiatan yang spesifik seperti pariwisata,militer,
pusat rekreasi dan sejenisnya. Contohnya Lhoukseumawe, Batam, Cilegon.
3. Bangunan yang didirikan oleh investor asing atau bantuan luar negeri.
2. Arsitektur perumahan baru baik berupa ‘BTN’, rumah mewah, ruko, maupun villa.
Permasalahan kondisi arsitektural yang ada di kota-kota Indonesia pada umumnya yaitu:
a) Tumbuh secara organic, dengan bentuk yang tak beraturan.
7
b) Setiap individu dapat membangun rumah sekehendak hati dengan gaya dan luas yang
bebas.
c) Izin bangunan diberikan secara tidak konsisten dan tanpa pengawasan lapangan.
d) Bentuk pertokoan hamper-hampir tenggelam dalam iklan dan ‘perang’ verbal.
e) Bentuk pagar hunian amatlah bebas, bahkan cenderung menutupi bangunan.
f) Di berbagai kota tampak terjadi bauran antara perumahan mewah dan kumuh.
g) Kurang diperhatikannya aspek sanitasi dan pembuangan sampah.
h) Tidak terdapat kebiasaan menanam pohon sebagai bagian penghijauan perkotaan.
i) Tumbuhnya para pedagang kaki lima di berbagai ruas jalan dan kompleks hunian.
j) Simpang siurnya kabel listrik dan telepon diantara atap-atap rumah dan tampak tak
tertata dengan baik.
k) Berkembangnya penggunaan portal dan ‘polisi tidur’ di berbagai hunian tanpa
memperhatikan pemakai jalan.
l) Tak tertibnya ketinggian bangunan di berbagai ruas jalan utama.
m) Terbatasnya lahan parkir baik secara pribadi maupun umum sehingga banyak
kendaraan parkir di badan-badan jalan secara tak tertib.
n) Kacaunya sistem informasi jalan dan penomoran rumah.
8
Keberhasilan pembangunan menumbuhkan pula berbagai dampak sosial yang baru yaitu:
a) Tidak adanya pemerataan hasil-hasil pembangunan
b) Berlangsungnya praktik korupsi dalam menjalankan program pembangunan
c) Hukum telah menjadi barang komoditas yang dapat dipermainkan
d) Jumlah hutang luar negeri berkembang sedemikian besar
e) Terjadinya pelanggaran HAM dan eksploitasi SDA di beberapa daerah tanpa
memakmurkan masyarakat setempat.
9
Desain bagi kemanusiaan ; dalam hal ini kajian desain meliputi persoalan yang
berkaitan dengan nilai-nilai sosial, hubungan antarbangsa, hubungan
antarkebudayaan, hubungan antaragama, dan juga termasuk didalamnya perang,
terror, kriminalitas, dan juga komunikasi.
10
e) Sifat yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh.
Upaya-upaya yang ditempuh dalam proses percepatan nilai-nilai estetis modern yaitu :
1) Meniru nilai-nilai estetis dari Negara-negara yang dinilai lebih modern, fenomena ini
lazim terutama pada generasi muda yang secara cepat menyerap kebudayaan Barat yang
dinilai lebih modern.
2) Mengadopsi nilai-nilai modernitas untuk disesuaikan dengan situasi sossial dan ekonomi
masyarakat, terutama pemikiran dan gaya estetis
3) Modifikasi nilai-nilai modernitas, terutama dalam bidang teknologi
4) Mengembangkan nilai-nilai modernitas sebagai bagian terselenggaranya masyarakat
modern yang bersifat universal.
11
C. Penilaian Terhadap Buku
Kelemahan buku :
1. Kajian konsep kata dan kalimat yang disajikannya sulit dimengerti oleh pembaca atau
tidak mudah dipahami saat dibaca.
2. Kata-katanya sangat baku dan hampir banyak pengulangan kata-kata.
3. Bahasa dan kalimat yang digunakan dalam buku lumayan susah untuk dimengerti dan
dicerna, kata-katanya tidak begitu mudah untuk dipahami sehingga pembaca harus
lebih serius dan berkonsentrasi saat membacanya.
4. Tidak secara mendalam membahas mengenai kaitan Sosiologi dengan desain.
5. Sampul/cover kurang menarik karena gambar yang ada disampul terlihat abstrak dan
sulit untuk dimengerti secara jelas.
Kelebihan buku :
1. Penjelasan pokok masalah dibahas secara luas.
2. Cakupan Materi isi buku sudah lumayan lengkap.
3. Terdapat bagan, ataupun diagram yang dapat memperjelas pembahasan dan mudah
diketahui secara langsung dan singkat tanpa membaca lagi isi kalimat.
4. Terdapat lampiran-lampiran yang berisi mengenai keadaan-keadaan sosial yang
terjadi dimasyarakat sehingga dapat menambah wawasan pembaca karena bernilai
historis yang tinggi.
5. Penjelasan dan contoh-contoh kasus yang terdapat didalam isi buku lebih banyak
diambil dari permasalahan dan kejadian sosial yang berada di Indonesia sehingga
dapat menambah wawasan pembaca mengenai sejarah dan keadaan nyata dari bangsa
Indonesia sehingga dapat memberi motivasi untuk memperbaiki Negara Indonesia
dalam bidang sosial dan yang berkaitan dengannya.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makna desain dalam kegiatan sosial secara luas, merupakan wujud dari upaya-
upaya pemecahan persoalan-persoalan fisik manusia. Namun juga dapat menjadi
persoalan sosial baru bagi manusia lainnya. Untuk kajian-kajian sosiologi desain,
bagaikan siklus yang selalu kembali ke awal ataupun seperti spiral yang berputar. Dari
situlah akhirnya tumbuh kesadaran bahwa desain hakikatnya ‘hidup’ dan merupakan
bagian dari sistem sosial itu sendiri. Keteragaan yang dapat diamati oleh mata, tidak
sepenuhnya benar karena nilai-nilai yang menyertainya melingkupi wilayah abstrak dan
bersifat konseptual, dan dapat berkembang menjadi apa saja tatkala sistem sosial itu
‘hidup’ tanpa dapat diawasi.
Dari segi komunikasi, desain dapat mengkomunikasikan berbagai hal, baik
sebagai ekspresi masyarakat tertentu yang berkaitan dengan gaya hidupnya, pendalaman
kebudayaan sebuah bangsa ataupun sebagai komunikasi praktis nonverbal. Sedangkan
dari segi ekonomi, desain dapat berperan sebagai peningkat kualitas produk ataupun
upaya penyelaras cita rasa dengan penggunaannya. Dari segi budaya, desain dapat pula
merupakan wujud ‘memanusiakan’ benda pakai agar memiliki kepatutan dalam
lingkungan sosial, disamping juga sebagai tanda-tanda keadaban artifak yang dibuat pada
kurun waktu tertentu.
Desain dapat dipandang sebagai sosok apapun dalam kacamata sosiologi. Desain
dapat pula menjadi biang pemicu kecemburuan sosial, dapat menjadi biang munculnya
gaya hidup baru, dapat menjadi pemecahan masalah sosial, dan dapat pula menjadi
pemicu lahirnya wacana besar dalam kebudayaan material. Substansinya yang absolute
adalah desain sebagai ‘media’ manusia untuk menjasmani dan membangun dunianya.
Didalamnya telah memuat aspek penciptaan, mimpi-mimpi, kreativitas, teknologi,
keindahan dan juga unsur-unsur yang mendukungnya menjadi bagian dari peradaban.
13
Saran
Selaku penulis makalah ini saya menyadari masih banyaknya kesalahan baik
dalam penyampaian atau pun pada format penulisan Critical book Report ini. Maka dari
itu saya mengharapkan saran yang bersifat membangun agar kedepannya didapati Critical
Book Report yang lebih baik.
14