Laporan Praktek Kerja Lapangan
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Disusun Oleh :
KELAS A
Makassar.
Laporan ini disusun oleh penulis sebagai salah satu syarat pemenuhan tugas
Penulis menyadari bahwa laporan hasil Praktek Kerja Lapangan di Balai Besar
Laboratorium Makassar ini, tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya
bantuan dari pihak-pihak tertentu yang telah turut membantu dalam penyusunan
1. Bapak dr. Aswan Usman, M.Kes selaku kepala Balai Besar Laboratorium
2. Ibu Hasni Latif, SKM selaku seksi bimbingan teknis yang telah menerima
3. Bapak Erfan AR Lainjong, SKM., M.Epid selaku ketua program prodi D-III
Analis Kesehatan
laporan ini.
i
5. Neneng Dwi Septiani, SKM., M.Epid selaku dosen pembimbing II praktek
ini.
Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan
dan kelemahan. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan.
serta apabila terdapat kekurangan dengan segala kerendahan hati penulis mohon
maaf.
Penulis
DAFTAR IS
ii
I
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................4
1.3 Manfaat......................................................................................................4
3.1 Kesimpulan............................................................................................145
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................146
LAMPIRAN........................................................................................................154
BAB I
PENDAHULUAN
3.1 Latar Belakang
ekonomi masyarakat untuk hidup sehat dan mendapat pelayanan kesehatan yang
antara lain adalah meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang
yang teliti dan akurat tentang aspek laboratorium terhadap spesimen yang diuji.
Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan merupakan satu dari sekitar 20 jenis
Mengacu pada Kurikulum Diploma III Analis Kesehatan tahun 2002, Pendidikan
1
kebutuhan masyarakat dalam bidang pelayanan kesehatan masyarakat secara
umum yang di dalamnya terkait dengan pelayanan medis. Pendidikan Diploma III
Analis Kesehatan ini harus dapat menjawab tuntutan pelayanan kesehatan dan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan hal yang penting bagi mahasiswa
untuk belajar dari pengalaman kerja praktis di suatu institusi. Dengan adanya
analis kesehatan.
keterampilan secara utuh dari seorang mahasiswa yang telah mendapat pelajaran
teori pada proses belajar mengajar di kampus. F-STIK program studi DIII Analis
pembaruan calon tenaga analis kesehatan dengan penerapan ilmu dan teknologi
2
yang dilaksanakan mulai pada tanggal 13 Januari 2020 sampai dengan tanggal 8
Februari 2020.
(Sulawesi, Maluku dan Papua) dengan tugas dan fungsi selain untuk pemeriksaan
pemantapan mutu, jejaring kerja dan kemitraan, rujukan, pendidikan dan pelatihan
17025:2005.
laboratorium yang lebih baik dan terpercaya serta mengantisipasi era globalisasi
yang penuh dengan persaingan bebas, maka keberadaan Balai Besar Laboratorium
pemeriksaan menjadi lebih cepat dan akurat serta mutu yang dapat dipercaya,
sesuai Visi dan Misi Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar sehingga
3
diadakannya praktek kerja lapangan untuk meningkatkan pengetahuan dan
3.2 Tujuan
dalam perkuliahan.
lainnya.
3.3 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
menangani pasien.
4
3. Menambah kemampuan mahasiswa tentang metode-metode pada
laboratorium kesehatan.
laboratorium kesehatan.
kesehatan.
5
BAB II
HASIL PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
558. Menkes/VII/PER/2006).
profesional, cepat, tepat, terdepan dalam mutu dan terpercaya. Dan Misi BBLK
Makassar yaitu :
6
Adapun tugas pokok Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar
2. Rujukan
sebagai berikut :
laboratorium klinik.
pelatihan teknis.
pengembangan.
7
2. Bertanggung jawab kepada Dirjen Bina Pelayanan Medik.
pihak manapun.
laboratorium yang lebih baik dan terpercaya serta mengantisipasi era globalisasi
(Sulawesi, Maluku dan Papua); dengan tugas dan fungsi selain untuk
8
pemeriksaan laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat, juga
untuk pemantapan mutu, jejaring kerja dan kemitraan, rujukan, pendidikan dan
17025:2005.
pemeriksaan menjadi lebih cepat dan akurat serta mutu yang dapat dipercaya,
9
Struktur Organisasi Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar
10
3.7 Instalasi Pengambilan Spesimen
Darah Tabung
1 40 20 35 20 115
EDTA
Darah Tabung
2 45 60 65 40 210
tutup merah
3 Urin 25 37 30 23 115
Darah Tabung
1 25 33 28 20 106
tutup merah
2 Urin 20 25 35 19 99
JUMLAH SPESIMEN
JENIS SETIAP PEKAN
NO. JUMLAH
SPESIMEN
I II III IV
11
1 Sputum 25 30 20 15 90
2 Pus (nanah) 5 8 6 4 23
3 Raitz serum 2 1 1 0 4
4 Makanan 20 15 25 15 75
5 Minuman 2 3 2 0 7
Darah tabung
6 2 3 4 0 9
EDTA
1 Makanan 2 10 5 3 20
2 Air 5 10 20 5 40
Patologi klinik adalah bagian dari ilmu kedokteran klinik yang ikut
perjalanan penyakit pada seorang penderita atau bahan yang berasal dari
seorang penderita. Pada instalasi patologi klinik yang ada di BBLK (Balai
12
Secara garis besar, pemeriksaan di instalasi ini terbagi menjadi beberapa
tahapan yaitu tahapan persiapan sampel dimana pada tahap ini adalah untuk
pelaksanaan control alat dan reagen (Quality control) yaitu tahap untuk
mendapatkan larutan pereaksi dan kurva kontrol yang baik, dan tahapan
analisa sampel untuk mengetahui dan menetapkan nilai atau range suatu
patologi klinik.
13
Hasil dan Pembahasan
yaitu :
a. Hematologi
padat yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit),
1) Darah Lengkap
14
dan LED. Jadi, Istilah CBC yang benar merujuk pada pemeriksaan
2) Darah rutin
dan high.
15
Gambar 2.3. Alat Nihon Konden Feltac F
16
d) Bahan : Darah dengan antikoagulan EDTA 10%
e) Cara Kerja :
menyala.
Priming .
6. Masukkan sampel pada rak tabung lalu tekan tombo start dan
17
Gambar 2.4. Hasil Print Out Hasil Pemeriksaan Hematologi
Darah Rutin
Adapun tolak ukur untuk melihat normal atau abnormalnya hasil
♂ : 13 – 17
Hemoglobin (HGB) g/dl
♀ : 12 – 15
♂ : 4,5 – 5,5
Eritrosit (RBC) Juta/mm3
♀ : 3,8 – 4,8
♂ : 40 – 50
Hematokrit (HCT) %
♀ : 36 – 46
MCV (Mean
Corpuscular 83 – 101 fL
Volume)
MCH (Mean
Corpuscular 27 – 32 Pg
Hemoglobin)
Corpuscular
Hemoglobin
18
Consentration)
Neutrofil (NE) 20 – 40 %
Limfosit (LY) 2 – 10 %
Melihat hasil yang diterima setelah print out hasil keluar dapat
Darah terdiri dari sekitar 45% komponen sel dan 55% plasma.
Komponen sel tersebut adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah
berjumlah 99% dari total komponen sel, sisanya1% sel darah putih
dan platelet. Plasma terdiri dari air 90% dan 10% sisanya dari
19
Pada range 4,5 – 5,5 jt/dl (normal eritrosit) kondisi viskositas
dalam keadaan sehat namun, jika ada suatu kelainan dalam tubuh
seperti pada penyakit thalasemia dimana kadar atau jumlah sel darah
ml darah).
Sel darah merah, sel darah putih dan platelet dibentuk di hati
dan limpa pada janin dan di dalam sumsung tulang setelah lahir.
disumsung tulang dengan sel induk. Sel induk adalah sumber semua
habisnya.
20
Peningkatan terjadi pada sistem imun yaitu antibodi sehingga
dipertanggung jawabkan.
penyakit kronik.
kesehatan).
21
Laju endap darah adalah menurunnya atau mengendapnya sel
sampai tanda batas. Pada alat semi automatic hasil akan keluar
setelah 20 menit.
22
Sebagai control pembanding cara pemeriksaan yang mendapat
23
7. Catat hasilnya
f) Hasil :
Tabel 2.2.6 Hasil Pemeriksaan Hematologi LED
Sampel Satuan
20 mm/jam
b. Urine Lengkap
jumlah air di dalam tubuh agar sesuai dengan kebutuhan. Jika air dalam
tubuh berlebih, maka ginjal akan mengeluarkan air lebih banyak selain
itu ginjal juga berfungsi untuk mengeluarkan racun dan obat-obatan dari
dalam tubuh yang diproduksi tubuh dalam bentuk urin yang kemudian
Tes ini terdiri dari dua macam, yaitu : tes makroskopik dan tes
dalam urine lalu mengamati perubahan warna yang terjadipada strip dan
24
membandingkannya dengangrafik warna standar. Tes ini bertujuan
kristal, garam amorf elemen lain bakteri, sel jamur, parasit Trichomonas
sp, spermatozoa.
25
porfiria, malignant melanoma (sangat jarang ditemukan) Urin yang
normal adalah 4,8 – 7,4. pH di bawah 7,0 disebut asam (acid) dan
tingkat keenceran air seni. Pada orang normal, berat jenis urine
0,004.
26
gangguan atau penyakit. Jika glukosuria bersama hiperglikemia
jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi (Kumar, 2007).
27
Gambar 2.7. Alat Optima Plus
a) Prinsip : “Urine analyzer mengevaluasi carik celup dengan
d) Cara Kerja :
ml
3. Ambil satu strip urine dan celup kedalam sampel tidak lebih
28
6. Hasil berupa print out akan keluar secara otomatis.
Gambar 2.8. Hasil Print Out Control normal dan abnormal serta hasil
Pemeriksaan Kimia Urine
2) Pemeriksaan Sedimen Urine
akan mengendap”.
29
b) Alat : Tabung reaksi, rak tabung, mikroskop, objek
d) Cara Kerja :
endapan).
2. Supernatant dibuang
objektif 40 x.
adalah sel leukosit, eritrosit, epitel, sel ragi, benang lender, dan
Nilai normal :
30
netral / agak asam : triple fosfat, dikalsium fosfat , dalam urine
untuk hasil kimia urine hasil print out diarsipkan karena hasil yang
laboratorium.
c. Kimia Klinik
kimia dapat digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat
lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi
pankreas, elektrolit dan dapat pula dipakai beberapa uji kimia yang
2012).
atau medis biokimia, adalah bagian dari patologi klinis yang umumnya
31
Pemeriksaan yang biasanya dilakukan di ruangan kimia klinik
Indiko”
32
b) Metode : Metode yang digunakan pada masing-masing
full automatic berbeda-beda.
d) Bahan : Serum
e) Prosedur Kerja :
dapat digunakan
melanjutkan pemeriksaan.
dengan permintaan
8. Setelah masuk, tutup kembali dan klik start maka akan muncul
33
Hasil yang keluar pada saat melakukan pemeriksaan pada sampel
Parameter Hasil
HDL-Cholestrol 30
LDL-Cholestrol 50
Trigliserida 92
Urea 19
Kreatinin 0,58
Chlorida 83
Natrium 119
Kalium 3,5
HbA1C 7,2
tidak maka diberlakukan nilai rujukan yang ada pada instalasi patologi
34
Trigliserida 10-140 Mg/dl
Laki-laki : 3.5-7.2
Asam Urat Mg/dl
Perempuan : 2,6-6,0
Laki-laki : 0,9-1,3
Creatinin Mg/dl
Perempuan : 0,6-1,1
SGOT (Serum
glutamate
8-20 Pada suhu 30o C
oxaloasetic
transmirase)
SGPT (Serum
Laki-laki : 7-28
glutamate pyruvic Pada suhu 30o C
Perempuan : 5-25
transmirase)
35
Asam urat adalah penyakit dari sisa metabolisme zat purin yang
berasal dari sisa makanan yang kita konsumsi. Asam urat disintesis
dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Zat asam urat
ini biasanya akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urin dalam kondisi
kelebihan dalam darah. Kelebihan zat asam urat ini biasanya akhirnya
menjadi urea di hati. Ini adalah jalur katabolisme yang paling penting
dalam cairan intra sel dan ekstrasel. Zat ini dipekatkan dalam urin
36
protein dalam makanan atau ekspansi volume plasma. Namun, bila
hemodialisis.
berotot kekar memiliki kadar kreatinin yang lebih tinggi daripada yang
tidak berotot.
37
Untuk mengetahui profil lemak darah seseorang, umumnya
aliran darah dan juga merupakan zat yang disimpan di dalam jaringan
sebagai hasil dari konversi sebagian besar jenis lemak di dalam tubuh.
Jadi hdl akan membersihkan ldl yang terlalu tinggi dalam pembuluh
darah arteri untuk kembali ke hati dan dicoba untuk didaur ulang
kembali. Jika kadar hdl tinggi resiko penyakit jantung sangat kecil
sebagai kolesterol jahat. Kandungan ldl yang tepat dalam tubuh sekitar
38
yang membutuhkan melalui jaringan arteri. Dia akan mengirimkan
kapan saja ketika sel tersebut membutuhkan. Tetapi ketika ldl terlalu
dijumpai dalam konsentrasi yang tinggi di sel hati dan miokard serta
AST (GOT) akan meningkat apabila terjadi kerusakan sel yang akut
39
ginjal dan pancreas. GOT banyak terdapat dalam mitokondria dan
sitoplasma sel hati, otot jantung, otot lurik dan ginjal (Sagita, 2006).
pada jaringan terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak. Enzim
terbagi menjadi :
1) Pra analitik
2) Analitik
a. Persiapan sampel
40
5. Input data pasien berdasarkan Lhus.
b. Running sampel
3) Pasca analitik
melihat :
a. Kondisi sampel
berkaitan.
41
4) Setelah semua telah dilaksanakan maka dapat dilakukan
publikai hasil.
Media KIA
1. 70 tabung
(Kliger Iron Agar)
Larutan PBS (Phosphate Buffer Saline)
2. 130 tabung
pH 7,2
Media BHIB
3. 60 tabung
(Brain Heart Infusion Broth)
Media BAP
4. 40 tabung
(Blood Agar Plate)
Media LSB
5. 150 tabung
(Lauryl Sulfate Broth)
Media BGLB
6. 150 tabung
(Brillian Green Lactose Broth)
Media MCA
9 50 tabung
(Mac Conkey Agar)
42
Pembahasan
a. Alat Milli-Q
bar maka air secara otomatis mengalir dari tangki ke Milli-Q dan
43
aliran akan berhenti apabila tekanan kurang dari 0,75 bar (Dahlan,
2016).
sampai tertulis “stand by” di layar, pilih “ready” maka aquadest siap
untuk ditampung.
44
debu dan spora-spora yang jatuh kedalam media pada waktu
keluar melalui filter yang sangat halus yang disebut HEPA (High
(Putri, 2010).
Prinsip kerja dari Laminar Air Flow (LAF) yaitu sebagai meja
45
c. Alat Autoclave
Prinsip kerja alat ini yaitu uap air dan bertekanan untuk mensterilkan
46
d. Alat Inspissator
47
e. Alat Neraca Analitik
dasar satuan banyak kurang. Cara kerja neraca digital hanya bisa
Selain itu, dengan adanya tingkat ketelitian yang tinggi maka hal
48
f. Alat Hot Plate Stirer dan Magnetik Stirer
dan Stirrer bar (magnetic stirrer) adalah sebuah alat yang mirip
pengadukan yang teartur. Plate yang terdapat dalam alat ini dapat
2016).
49
Gambar 2.13 Alat Magnetik Stirer
(Sumber : Data Primer, 2020)
g. Oven
gelas lainnya. Bahan-bahan seperti kapas, kain dan kertas juga dapat
50
Media Yang Dibuat Di Innstalasi Media dan Reagensia
penyangga adalah larutan yang terdiri dari asam lemah dan garamnya
2008).
Karena sifat itulah PBS biasa digunakan dalam beberapa hal yaitu
untuk uji kandungan virus atau bakteri, pembuatan RBC, isolasi virus
AI isolasi virus IB, dan isolasi virus lainnya, isolasi bakteri, isolasi
kedalam beaker glass 1000 ml. Tambahkan 800 ml air suling, kocok
air suling hingga volume akhir 2000 ml. Cek pH PBS dengan pH
51
menunjukkan 7,2 - 7,4. Bila pH PBS > 7,4, maka tambahkan HCl 0,1
N. Bila pH PBS < 7,2, maka tambahkan NaOH 0,1 N. Bila pH telah
menit.
52
c. Media Citrat
2018).
miring 10°.
53
d. Media BHIB (Brain Heart Infusion Broth)
Tujuan dan ruang lingkup Media BAP yaitu isolasi dan media
aureus.
10,0 gram, Pepton 10,0 gram, Sodium Chloride 5,0 gram, Agar 15,0
54
steril yang bebas fibrin 50-70 ml (5-7%), campur dengan baik,
ini digunakan pada tahap uji penguat. Media ini digunakan dengan
55
bantuan pemanasan dan pengadukan. Pelarutan tidak boleh sampai
gram, Bacto Lactose 10,0 gram, Bacto Bile Salt 1,5 gram, Sodium
Chloride 5,0 gram, Neutral Red 0,05 gram, Bacto Crystal Violet
56
sterilkan dalam autoklaf 121°C selama 15 menit, kemudian bagi
Tujuan dan ruang lingkup media isolasi jamur dan ragi. Alat
Peptone 10,0 gram, D (+) Glucose, 40,0 gram, Agar˗agar 15,0 gram,
gram, Bile salt mixture 1,5 gram, Sodium Chloride 5 gram, Di-
larut sempurna, atur pH 6,9 ± 0,1. Bagi dalam tabung yang sudah
berisi tabung durham 8-10 ml. Kemudian sterilkan pada suhu 121°C
selama 15 menit.
57
1) Penentuan Kadar Gula Pereduksi dan Kadar Sukrosa
menjadi Cu+ oleh gula. Larutan Luff Schoorl mengandung ion Cu2+.
berikut :
2 CuI2 Cu2I2 + I2
fruktosa dari hasil hidrolisis sukrosa ini disebut juga gula invert.
58
pengukuran kadar gula dengan metode Luff Schoorl adalah sebesar
kadar karbohidrat.
basa.
59
4. Kemudian menambahkan 15 ml larutan natrium fosfat 10 %
larutan.
larutan.
60
9. Menambahkan 15 ml laruta KI 30 % dan 25 ml H2SO4 25
Rumus :
W 1 X fp
Gula Pereduksi = X 100 %
W
b. Kadar Sukrosa
ml tambahkan 5 ml HCl 25 %.
kontrol suhu.
3. Dinginkan.
pereduksi.
Rumus :
0,95
61
dengan berat molekul 30.03 yang pada suhu normal dan tekanan
sangat reaktif (mudah terbakar). Bahan ini larut dalam air dan sangat
mudah larut dalam etanol dan eter. Dalam larutan formalin juga
(Arifin, 2005).
O
Rumus struktur H C
H
Formalin adalah senyawa formaldehida yang terkandung kurang
dengan berat molekul 30.03 yang pada suhu normal dan tekanan
sangat reaktif (mudah terbakar). Bahan ini larut dalam air dan sangat
mudah larut dalam etanol dan eter. Dalam larutan formalin juga
62
mengawetkan mayat. Formalin biasa digunakan sebagai pengawet
(Arifin, 2005).
didalam sel tubuh dan dapat bereaksi degan protein seluler (enzim)
(Mahdi, 2008).
63
adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan yang dibolehkan
hasil iji klinis, dosis toleransi tubuh manusia pada ngan formalin
spektrofotometer.
neraca analitik, pipet volume, ball pipet, gelas ukur. Adapun bahan-
sebagai berikut :
64
2. Tambah 20 ml asam phospat
3. Destilasi
8. Homogenkan
Hasil :
teliti dan freaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar
65
pada sampel dengan menggunakan metode refluks terbuka yang
pengaduk, pipet ukur, pipet gondok, labu ukur, tabung COD, rak
identitas (ID).
Kalium bikromat menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion
66
maka perlu ditambahkan merkuri sulfat untuk menghilangkan
2001).
67
bilangan oksidasi. Karena inilah metode refluk terbuka digolongkan
sama–sama reduktor.
lalu 0,04
Hg2SO4 0,04 (gram) 0,04 (gram)
(gram)
Homogenkan larutan. Reagen pereaksi telah selesai dibuat.
Aquabidem 2 - -
STD - 2 -
Sampel - - 2
Homogenkan larutan.
68
dihomogenkan dengan hati-hati, dimasukkan ke COD reaktor
dibiarkan 2 jam.
erlenmeyer
sebagai berikut :
Keterangan :
COD = Kadar Chemical Oxygen Demand (mg/L O2)
A = Volume titrasi FAS untuk blanko (mL)
B = Volume titrasi FAS untuk sampel (mL)
N = Normalitas FAS (N)
V = Volume sampel (mL)
Menurut Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan No. 69 Tahun
69
sebesar 25 mg/L O2, golongan ketiga III (budidaya ikan air tawar)
70
Prinsip kerja DO berdasarkan Satndar Nasional Indonesia SNI 06-
yang lebih tinggi (Mn IV). Dengan adanya ion yodida (I) dalam
suasana asam, ion managn (IV) akan kembali menjadi ion mangan
71
d Setelah terbentuk endapan kuning kecoklatan kemudian
endapan larut
tidak berwarna
DO ( mgL O )= V1000 ×V
2
Sampel
Titran × N Titran × 8
4 mg/L O2.
72
yang diteruskan dan sebagian lainnya diserap oleh larutan.
penyerap (C) dan jarak yang ditempuh sinar (a) dalam larutan
perairan adalah sumber nitrat itu sendiri. Nitrat di badan air dapat
73
pertanian memungkinkan nitrat yang sebelumnya terjebak dalam
Prinsip analisa kadar nitrat (NO3) yaitu ion NO3 dengan cara
yaitu labu ukur, pipet tetes, pipet skala, karet penghisap, tabung
dan nyalakan.
74
Homogenkan
d. Tutup dengan penutup tabung neisser.
menit.
standar (kerja) nitrat 0.2 ppm, 0.4 ppm, 0.6 ppm, 0.8 ppm, 1.6 ppm,
75
Gambar 2. Kurva Kalibrasi Analisa Kadar Nitrat
3) Uji Warna Secara Visual
Warna alami dari air yang dapat disebabkan oleh adanya ion
dari contoh uji dengan warna larutan baku yaitu larutan platina
yaitu tabung nessler, rak tabung, pipet skala, karet penghisap, labu
100 ml dan encerkan dengan air bebas mineral hingga 100 ml.
76
Adapun cara pembuatan larutan standar dari uji warna secara
10 Pt.Co 1,0 49
20 Pt.Co 2,0 48
larutan baku.
C. Pemeriksaan Toksikologi
77
Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan,
(formulated product).
78
Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan
metal klorida.
sulfat.
biarkan terpisah.
heksan.
79
2) Uji Analisa Kadar Clorida (Cl)
Beberapa persyaratan tersebut antara lain air harus jernih atau tidak
satu syarat yang harus dipenuhi dalam kualitas air minum dengan
akar tanaman dan dapat di serap pula berupa gas atau larutan ole
bagian atas tanaman, misalnya daun. Kadar, Cl- yang terbaik pada
mobil dan mudah tercuci oleh air dranaise. Sumber Cl- Sering
berasal dari air hujan. Oleh karena itu, hara Cl- kebanyakan bukan
80
keracunana tanaman. Klor berfungsi sebagai pemindah hara
tidak seimbang.
anion-anion halogen yang lain. Ion klorida Cl- dalam larutan bisa
Kelebihan ion klorida dalam air minum dapat merusak ginjal. Akan
Prinsip :
AgNO3 + Cl- → AgCl (s) + NO3-
(Endapan putih)
c Dihomogenkan.
81
e Lakukan perlakuan yang sama dengan balanko.
mg Cl/l =
( V . titrasi sampel – V . titrasi Blanko ) x NAgNO 3× 35450
V
82
mikroba air, mikroba makanan dan minuman, mikrobiologi klinis, biologi
a. Tahap Pra-Pengayaan
83
Setelah sampel diinkubasi, maka selanjutnya melakukan tahap
pada media B.E Coli dan dilakukan pewarnaan gram pada koloni
tadi pada media KIA lalu diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu
370 C.
d. Uji Biokimia
media Urea, Sitrat, BEA, LIA, PAD, SIM, MR, VP, Malonat,
84
Selanjutnya, dilakukan pengamatan reaksi pada uji biokimia
a. Pewarnaan gram
pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram
dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel
(Karmana, 2008).
85
dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif
oleh bakteri. Di bilas dengan air mengalir dan ditetesi alkohol 96%
dan keringkan.
b. Uji kultur
86
Bahkan pemeriksaan yang sudah selesai dapat mengeluarkan hasil
Vitek-2 dan larutan salin steril tidak ada lagi zat pereaksi
1. Persiapan alat
menunjukkan status OK
2. Persiapan Sampel
87
bakteri, buat suspense larutan NaCl dan homogenisasi. Untuk
gram negative atau 280 µl untuk bakteri gram positif dari tabung
3. Memasukan data
FILL”
88
b) Pengisian akan memerlukan waktu beberapa menit
incubator
3. Pemeriksaan TB ( Tuberculosis)
a. Pengamatan mikroskopis
kasus secara pasif untuk pasien BTA positif. Bagi pasien yang
89
minggu , dahak diperiksa tiga kali (sewaktu pagi sewaktu/SPS)
alat dan bahan yaitu, kaca sediaan yag baru, bersih jangan
Bahan pemeriksaan dibuat sediaan pada obyek glass yang baru dan
dengan lidi apuskan dhak diatas kaca sedian pada permukaan yang
90
Sediaan yang sudah kering difiksasi dan dilakukan pengecatan
buang sisa air pada sediaan, tuang asam alkohol 3% pada sediaan
biarkan selama 3 menit , lalu bilas dengan air sampai bersih, bila
91
Tabel 2.1 Interpretasi Hasil Untuk Pemeriksaan Secara
Mikroskopis
92
sedikit , seperti si dikasus anak dan koinfeksi Human
Tube (MGIT).
93
Sebelum dilakukan kultur harus didekontaminasi dahulu
(Yuni, 2008).
94
Tabel 2.2 Pembacaan Hasil Biakan Media Padat (LJ)
95
Menurut WHO (2013) teknik/ metode geneXpert MTB/RIF
96
proses pemisahan satu untai ganda DNA menjadi dua untai
Ikhsan, 2016).
1. Prinsip Kerja
97
menggunakan catridge, reagen atau pereaksi, cairan buffer
2017).
98
tambahkan sampel buffer dengan perbandingan 1 bagian
Hasil Interpretasi
terhadap rifampisin
99
dapat ditemukan karena sinyal
terdeteksi
PCR terhambat
tidak mencukupi.
menggunakan GeneXpert.
terdapat dalam air yaitu bakteri Coliform dan E. coli. Maka dari itu
100
Bakteri coliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim
untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau
etionin yang dapat menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri pembusuk ini
(Pracoyo, 2006).
gas pada suhu 35°C-37°C. Contoh bakteri coliform antara lain Escherichia
(Hajna, 1943).
101
berbentuk batang, gram negatif, dan non-sporulasi. Coliform fekal mampu
tumbuh dan menghasilkan asam dan gas dari laktosa dalam waktu 48 jam
kontak dengan air yang tercemar juga dapat membantu mencegah infeksi.
Sarung tangan harus selalu dipakai ketika melakukan tes coliform fecal.
Rekomendasi EPA dan untuk suplai air rumah tangga, untuk pengobatan,
jumlah Coliform fekal kurang dari 2000 colonies/100 mL, dan untuk
102
a. Pemeriksaan MPN bakteri Coliform dan E. coli metode membran
filter
yang sangat tipis dan memiliki pori-pori yang lebih kecil dari ukuran
sel mikroba sehingga sel yang ada pada sampel akan terjebak pada
Coliform dan E. coli maka digunakan alat membran filter namun jika
pembacaan hasil utuk metode ini yaitu setelah media CCA diinkubasi
selama 24 jam akan terbentuk koloni pada media dimana koloni untuk
secara manual.
103
Keuntungan metode membran filter ialah mempunyai proses yang
2002).
atau enzim ONPG dan MUG. Jika uji positif coliform, senyawa
biru yang berpendar pada sinar UV apabila dalam air positif terdapat
E. coli.
yang sudah berisi sampel diletakkan pada alat quanty tray sealer. Lalu
menggunakan alat quanty tray sealer. Alat ini memiliki dua cetakan
yaitu cetakan berwarna merah dengan jumlah tabel, 49 tabel atas dan
104
48 tabel bawah yang digunakan untuk pemeriksaan air baku sebelum
mahal.
diagnosa suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui antibodi dalam tubuh
yang terbentuk akibat antigen yang masuk ataupun mendeteksi antigen itu
sendiri.
dapat dilakukan setiap saat karena jumlah reagen yang terbatas ataupun
105
Pembahasan
1. Pemeriksaan Widal
pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15 - 41oC (suhu
A.Y, 2008).
spectrum klinis yang luas. Insidensi demam tifoid berbeda pada tiap
daerah. Demam tifoid lebih sering menyerang anak usia 5-15 tahun.
Menurut laporan WHO tahun 2003, insidensi demam tifoid pada anak
106
dengan prevalensi mencapai 61,4/1000 kasus pertahun.(Sutedjo A.Y,
2008).
gejala klinis yang timbul pada semua penderita demam tifoid ini.
Namun, pada anak manifestasi klinis demam tifoid tidak khas dan
typhii dapat di isolasi dari darah dan kadang-kadang feses dan urin
Uji Widal ada dua macam yaitu uji Widal tabung yang
107
lebih banyak digunakan uji Widal cara meluncurkan, karena
peneliti uji Widal yang menggunakan antigen yang dibuat dari jenis
antigen yang berasal dari strain kuman asal luar daerah endemis
(impor).
108
dalam memeriksa bakteri di negara berkembang (WHO 2016 dalam
tifoid, ambang atas titer rujukannya baik anak maupun orang dewasa
(Widodo. D, 2015).
dapat bereaksi dengan khas. Sifat antigenik dapat ditentukan oleh berat
109
molekulnya. Salmonella dan jenis-jenis lainnya dalam family Entero
2015).
Salmonella typhi dan atau paratyphi pada sampel akan bereaksi dengan
dilakukan dengan menggunakan uji hapusan (slide test) atau uji tabung
(tube test). Uji hapusan dapat dilakukan secara cepat dan digunakan
yang lebih rumit, tetapi dapat digunakan untuk konfirmasi hasil dari uji
hapusan.
110
b. 1 tetes antigen O, H, HA dan HB
80 μl 1/20
40 μl 1/40
20 μl 1/80
10 μl 1/160
5 μl 1/320
111
Sedangkan pada sampel ID 19001243 didapatkan titer O: 1/640
satu bentuk infeksi menular seksual. Selain sifilis, terdapat tiga jenis
infeksi lain pada manusia yang disebabkan oleh treponema, yaitu: non
dan pinta (T. careteum di Amerika Selatan). Sifilis secara umum dapat
(ditularkan melalui hubungan seks atau jarum suntik dan produk darah
1. Tes Non-Treponema
reaksi terhadap infeksi sifilis. Namun antibodi ini juga dapat timbul
pada berbagai kondisi lain, yaitu pada infeksi akut (misalnya infeksi
112
virus akut) dan penyakit kronis (misalnya: penyakit otoimun kronis).
Oleh karena itu, tes ini bersifat non-spesifik, dan bisa menunjukkan
Karena tes non spesifik ini jauh lebih murah dibandingkan tes
spesifik treponema, maka tes ini sering dipakai untuk skrining. Jika
Absorption).
sifilis telah berhasil. Tes jenis ini tidak dapat digunakan untuk
apakah seseorang sedang mengalami infeksi aktif. Tes ini juga tidak
113
lainnya. Anamnesis mengenai perilaku seksual, riwayat pajanan dan
sepanjang aksis panjang heliks, fleksi sel, dan maju seperti gerakan
114
Pemeriksaan VDRL merupakan pemeriksaan penyaring atau
negatif palsu pada tahap late sifilis dan kurang sensitif dari RPR.
hasil non reaktif. Hasil serologi akan menunjukan positif 1-4 minggu
akan selalu positif dengan titer yang terus meningkat. Pasien yang
3. Prinsip
RPR karbon antigen, RPR positif control dan RPR negatif control.
115
1. Pipet sampel serum sebanyak 50µl
menit
hasil positif bila terjadi aglutinasi pada area lingkaran test dan positif
lemah jika terjadi aglutinasi kecil pada area lingkaran test sedangkan
negatif tidak terjadi aglutinasi pada area lingkaran test. Yang dapat
penyakit sifilis.
116
golongan darah B yaitu golongan darah yang memiliki antigen B dan
pada dinding sel atau melekat pada rangkaian protein yang menonjol
Y, 2015).
117
Komposisi serum sama dengan plasma yaitu 91% air, 8% protein,
dan 0,9% mineral. Akan tetapi didalam serum tidak ada faktor
alkohol 70%.
lingkaran.
118
Golongan darah Antigen Antibody
A A Anti B
B B Anti A
AB AB -
O - Anti A – Anti B.
119
autoimun yang menyebabkan kerusakan jaringan.Serangan pertama
demam reumatik akut terjadi paling sering antara umur 5 –15 tahun.
2015).
ASTO, yaitu:
120
1. Netralisasi atau penghambat hemolysis
2. Aglutinasi pasif
121
Streptolisin O – anti Strepolisin O (SO – ASO).(Pradeep. A. M,
IU/ml, maka sisa ASO yang tidak terikat oleh Streptolisin O akan
kurang dari 200 IU / ml, maka tidak ada sisa ASO bebas yang
B.B, 2015).
B.B, 2015).
dan rotator.
122
Adapun bahan yang akan digunakan dalam pemeriksaan ini
a. Uji kualitatif
100 rpm.
semi kuantitatif.
5. Pemeriksaan HBsAg
123
Hepatitis virus adalah radang hati yang disebabkan oleh virus.
dengan mata dan badan yang menjadi kuning. Salah satu parameter
(Rosida. A, 2016).
hepatitis B, terlepas apakah itu sifatnya akut atau kronik, aktif atau
menjadi sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B akut jika perjalanan
124
atau pada gambaran patologi anatomi selama 6 bulan. (Pearce,
Evelyn. C. 2006).
interprestasi hasil negatif jika terdapat satu garis pink pada deret C
(kontrol) dan positif pada dua garis pink, 1 pada deret C (kontrol)
dan 1 pada test (T). Sedangkan hasil invalid jika tidak terjadi garis
125
menyebabkan infeksi jika masuk ke tubuh melalui luka terbuka di
kulit atau lapisan dalam yang terdapat pada kelamin. Sifilis paling
dari ibu hamil ke bayinya. Jika tidak ditangani segera, sifilis bisa
Karena itu, penting bagi orang yang berisiko tinggi terkena sifilis
sifilis tahap awal bisa mencapai 75% hingga 85% (Vanila, 2011).
2011).
bakteri ini, maka hasil tes positif. Tes ini akan menjadi negatif
selain keluarga treponema tidak dapat membuat hasil tes ini menjadi
126
Pemeriksaan TPHA dilakukan berdasarkan adanya
1993).
(Boedina, S. K. 2001).
127
bebas dari sel darah dan kontaminasi mikrobiologi. Jika terdapat
dapat bertahan selama 7 hari dan bila disimpan pada suhu -20 ℃ ,
mikropipet 190 μL, 25 μL, 10 μL, tip kuning, mikro plate dan
pemeriksaan TPHA ialah serum dan Plasmatec TPHA test kit yang
128
19001355 Negatif Negatif
Tabel II.I Hasil Pemeriksaan TPHA
Berdasarkan interprestasi hasil dari pemeriksaan TPHA ialah
C-Reaktif Protein adalah salah satu dari protein fase aktif yang
2009).
akan terjadi penurunan kadar CRP secara cepat oleh karena CRP
129
sejalan dengan derajat peradangan dan derajat penyembuhan yang
terjadi. Oleh karena itu CRP sangat baik untuk menilai aktivitas
sebab lain. Protein ini terdapat dalam darah seseorang yang sehat.
2015)
130
CRP dissent didalam hati, peningkatan sintesa CRP dalam
2009).
131
Menurut Handojo (2009) beberapa hal yang diketahui
terhadap limfosit
C-Reaktif Protein.
132
Cara kerja dalam pemeriksaan CRP terdiri dari uji kualitatif
1. Uji kualitatif
100 rpm
semi kuantitatif
radang.
8. Pemeriksaan HIV/AIDS
133
HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus
makrofag dan sel dendritik. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya
134
mengetahui adanya antibodi spesifik secara kualitatif terhadap
melewati membrane selulosa pada strip tes anti HIV yang telah
yang rata.
135
5. Memegang loop spesimen secara vertikal, menyentuhnya ke
ke bantalan spesimen.
dengan baik.
dua garis yaitu pada garis C (kontrol) dan pada garis T (tes).
136
metode yang paling peka dibandingkan yang terdahulu.
(Suryaatmadja 2010).
137
FT4 yang melapisi bagian dalam SPR. Kemudian dibaca pada
phase Receptacle (SPR) berguna sebagai reaksi fase padat dan alat
Cara kerja dalam pemeriksaan FT4 terdiri dari uji kualitatif dan
uji semi kualitatif dimana cara kerjanya ialah berikut :
1. Siapkan standar, control dan sampel.
dibagian.
ini belum banyak dibicarakan walau pun TSH ikut berperan dalam
138
yang penting pada pengaturan aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid
(Decorli. E, 2017).
Sintesis dan sekresi dari TSH diatur oleh faktor dari hipotalamus
139
glikoprotein yang baru teridentifikasi, yang dinamakan tirostimulin.
2017).
140
Dampak klinis TSH pada kelenjar hipofisis anterior adalah
mikropipet 100µl, vidas dan tip kuning. Bahan yang digunakan ialah
dibagian atas.
141
11. Pemeriksaan Narkoba
142
memerlukan tenaga trampil dan cepat (hasil dapat diperoleh dalam 3-
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini
4. Tempatkan test strip itu pada bidang datar. Lalu baca hasil
positif jika hanya terbentuk pita pink pada Control (C) dan negatif
jika terbentuk dua pita pink pada Control (C) dan pada Test (T) dan
Invalid tidak terbentuk pita pink pada Control (C) dan pada Test (T).
143
atau terbentuk pita pink pada Test (T) sedangkan pada Control (C)
144
BAB III
PENUTUP
3.13 Kesimpulan
145
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta : ANDI.
Aditiawan, Wahyu. 2016. Pembuatan Media dan Sterilisasi. Fakultas Teknologi
Dan Industri Pertanian Universitas Halu Oleo. Kendari
Alaert, G. dan Sri, S. 1987. Metode Penelitian Air: Surabaya : Usaha Nasional.
Alashty, 2011 Change Of Ph, Organic Carbon (OC), Electrical Conductivity (EC),
Nickel (Ni) And Chrome (Cr) In Soil And Concentration Of Ni And Cr In
Radish And Lettuce Plants As Influenced By Three Year Application Of
Municipal Compost. Journal of Agricultural Research Vol. 6(16)
Andarewari, 2015. Penetapan Kadar CRP Secara Kualitatif. Kementerian Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto. Jawa Tengah
Andriani Yuni, 2015. Golongan Darah Pada Manusia. Universitas Jember. Jawa Timur.
Anisful Laili Munawaroh, Dwi Yuni Nur Hidayati, Yulian Wiji Utami, 2015.
Studi Komparasi Media Kultur Coco Blood Malachite Green (CBM)
Dengan Lowenstein Jensen (LJ) Untuk Diagnosis Cepat, Spesifik, Dan
Sensitive Pada Sputum Pasien Suspek Tuberkulosis. Volume 2. No. 2 Jurnal
Kesehatan .
Arifin, Z., Murdiati, T.B. Dan Firmansyah, R. 2005. Deteksi Formalin Dalam
Ayam Broiler Dipasaran. Balai Penelitian Veteriner. Bogor
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Yogyakarta :
Gajah Mada University Press
Ayu W.E, Purwiyanto A.I.S, Fauziyah, Agutriani F Dan Suteja Y. 2019. Kondisi
Nitrat, Nitrit, Amonia, Fosfat, Dan BOD Di Muara Sungai Banyuasin,
Sumatera Selatan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Vol 11. No
1.
Basset, J, et al 1994.Buku Ajar Vogel:Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Terjemahan A. Hadyana Pudjaatmaka dan L. Setiono.Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Belanti, J.A. 1993 Imunologi III. Yogyakarta : UGM Press.
Boedina, S. K. 2001. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta :
FKUI Press.
146
Boyd, C.E. 1982. Water Quality in Warm Water Fish Pond. Alabama, USA :
Auburn University Agricultural Experimenta Satation.
Budiharjo, T., Purjanto, KA, 2016.“Buku Panduan Pemeriksaan Sputum BTA”.
EGC: Jakarta.
Cahyono JBSB. 2009. Hepatitis A. Yogyakarta : Kanisius Yogyakarta
Candra,Bidiman.2007.Pengantar kesehatan lingkungan.Buku kedokteran
EGC.:Jakarta
Chairlan dan Lestari, Estu (Alih bahasa), 2011. “Pedoman Teknik Dasar Untuk
Laboratorium Kesehatan. Edisi 2. EGC: Jakarta.
Chohiriyah Ika, 2009. Pengambilan sampel darah
vena.https://www.academia.edu/31290834/cara_pengambilan_sampel_dara
h_vena_punctie_dengan_vacutainer. di akses pada tanggal 4 februari 2020.
Concise International Chemical Assesment Document (CICAD). 2002,
Formaldehyde, The Inter-Organization Programmer For The Sound
Management Of Chemicals. WHO. Geneva
Coruoan, J. Elizabeth. 2000. Patofisiologi. EGC: Jakarta.
Corwin, Elizabeth. 2009. Patofisiologi: buku saku/ alih bahasa: Nike Budhi
Subekti; editor edisi bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha (et al). Jakarta :
EGC.
Dahlan, Andi. 2016. Pembuatan Media Dan Sterilisasi. Fakultas Teknologi Dan
Industri Universitas Halu Oleo. Kendari.
Day, R. A. and A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi
Keenam. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Decorli, E., 2017 Dampak klinik Thyroid-Stimulating Hormone. Jurnal
Kesehatan Andalas.Universitas Andalas Padang. Sumatera Barat
Departemen Kesehatan RI, 2013. Buku pedoman pelayanan Gizi Rumah Sakit,
Dirijen Pelayanan Medik. Direktorat Rumah Sakit khusus dan swasta.
Jakarta
Depkes RI. 2010. Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010. Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. Depkes RI, Jakarta.
Desmawati, 2013.“Sistem Hematologi dan Imunologi”.EGC: Jakarta.
Diana, Haryani. 2013. Penanganan Limbah Infeksius. Poltekkes : Semarang.
147
Doraja, 2012. Biodegradasi Limbah Domestik Dengan Menggunakan Inokulum
Alami Dari Tangki Septik. Jurnal Sains dan Seni Vol :1 (1)
Dr. Gunawan yamin, Pengambilan dan pengiriman specimen untuk pemeriksaan
pada wanita kelompok RISTI.
Dung. G. R., 2011. Kolerasi Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness
Terhadap Kadar High Sensitivity C-Reactive Protein pada Satf Wanita
Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. Jawa Tengah
Eckenfelder, W.W. 1989. Industrial Water Pollution Control, 2nd ed. New York :
Mc Graw Hill Inc.
Effendi, H. 2003.Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.
Fajar, Elizabeth. 2013. Hubungan Antara Stadium Klinis, Viral Load Dan Jumlah
CD4 Pada Pasien Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immuno
Deficiency Syndrome (AIDS) Di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Universitas
Diponegoro. Semarang
Faoziyah. C dkk, 2013.Pemeriksaan Laboratorium TPHATreponemahttp://
nothingweyy.blogspot.com/2013/02/pemeriksaan-laboratorium-tpha-
treponema.html Diakses Tanggal 04 Febuari 2020
Fitria, Bayu. 2009. Pewarnaan Gram (Gram positif dan Gram Negatif).
Hajna, A.A., Perry, C.A. 1943. Comparative Study Of Presumptive And
Confirmative Media For Bacteria Of The Coliform Group And For Fecal
Streptococci. Am J Publ Hlth 33, hal. 550-556.
Handojo. I, 2009. Diktat Kuliah FK UNAIR Serologi Klinik. Surabaya: Bagian
Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UNAIR.
Haris Zainal. 2005. SNI 06-6989 [1]. 24-2005 Warna Visual.
https://www.academia.edu. Di akses pada tanggal 4 Februari 2020.
Harti, Agnes S., Amalia A., Siti M., Estuningsih, dan Heni N. K. 2014.
Pemeriksaan HIV 1 Dan 2 Metode Imunokromatografi Rapid Test Sebagai
Screening Test Deteksi AIDS. STIKES Kusuma Husada dan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surakarta.
Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi Jilid I. Yrama Widya. Bandung.
Karmana. 2008 . Biologi. PT. Grafindo Media Pratama.Jakarta. (halaman : 56)
148
Kemenes 2016. Laporan Tahunan. Kementerian Kesehatan Ri Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan Laporan Tahunan.
Kemenkes.2012.Pedoman Penggunaan Insektisida (Dalam Pengendalian Vektor).
DirjenPengendalianPenyakitdanLingkungan. Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia No : 370/Menkes/SK/III/2007.
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
149
Modul Pelatihan teknis tenaga laboratorium Puskesmas Tingkat dasar Dep Kes,
RI., Puslabkes., 1995
Mudana, 2017. Buku Pedoman Pelaksanaan Program Praktik Kerja Lapangan
(Pkl). Lembaga Pengembangan Pembelajaran Dan Penjaminan Mutu
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.
Mukhtar Ikhsan, 2016. Deteksi Mycobacterium Tuberculosis Dan Resistensinya
Dengan Teknik Pcr (Polymerase Chain Reaction) Dan Genexpert Mtb/Rif.
Proposal, Pusat Penelitian Dan Penerbitan (Puslitpen) Lp2m Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ngibad K. dan Herawati D. Analisis Kadar Klorida Dalam Air Sumur Dan Pdam
Di Desa Ngelom Sidoarjo. Jurnal Kimia Dan Pendidikan Kimia. Vol 4, No
1, Tahun 2019. Jawa timur
Novizan. 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agro Media Pustaka.Jakarta.
Nugraha, Gilang. 2018. Pedoman Teknik Pemeriksaan Laboratorium Klinik
Untuk Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medic. Jakarta. TIM.
Octaviani, C. P., E. M. Tania., I. Widiastuti., I. F. Arifin., R. Dwijayanti., R. C.
Alfarisi., S. Komaria. 2015. Pemeriksaan Narkoba Metode ICT. Makalah.
Jurusan Analis Kesehatan. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Bandung. Bandung
Oktari. A dan Silvia. N. D. 2016. Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO
Metode Slide Dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O. Vol, 5 no. 2.
Sekolah Tinggi Analis Bakti Asing Bandung.
Pearce, Evelyn. C. (2006); “Anatomi dan Fisiologi Untuk
Paramedis”,PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Pelczar, Michael J dan Chan, E. C. S. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I.
Jakarta: UI Press.
Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan No. 69 tahun 2010. Baku Mutu Dan Kriteria
Kerusakan Lingkungan Hidup. Makassar
150
Prescott,L.M. 2002. Prescott-Harley-Klein: Microbiology 5th Edition. USA: The
McGrawth-Hill Companies
Putri. 2010. Cara Membuat Medium. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Raisuli Ramadhan, Eka Fitria, Rosdiana, 2017. Deteksi Mycobacterium
Tuberculosis dengan Pemeriksaan Mikroskopis dan Teknik PCR Pada
Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Darul Imarah. Aceh. Volume 4
No. 2 Jurnal Penelitian Kesehatan
Rodiani, T., & Suprijadi. 2013. Analisis Titrimetri dan Gravimetri. Departemen
Pendidikan Nasional : Jakarta.
151
Taufik, M., H. Marpaung., J. Gulton., dan S. L. Raja. 2017. Pemeriksaan
Narkotika Menggunakan Sampel Urine. Jurnal STIKNA (Sains, Teknologi,
Farmasi dan Kesehatan 1(1): 1-10
Vanilla, 2011. Treponema pallidum.:http://primavanilla.blogspot.com/2011/06/
treponema-pallidum-penyebab-penyakit.html Tanggal 04 Febuari 2020.
Velina. V.R., Akmal. Hanif. A. M., Erfrida, 2016. Gambaran Hasil Uji Widal
Berdasarkan Lama Demam pada Pasien Suspek Demam Tifoid. Jurnal
Kesehatan Andalas Vol. 5. Universitas Andalas Padang. Sumatera Barat.
Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press.
Waluyo. 2008. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang.
Wardhana, Wisnu. 2001. Dampak pencemaran lingkungan. Penerbit Andi.
Yogyakarta
Widodo. D, 2015. Demam Tifoid. In: Siti, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit
DalamEdisi 6. Jakarta: Interna Publishing, pp. 549-558.
World Health Organization. Global tuberculosis report 2013. Geneva,2013
(WHO/HTM/TB/2013.11):6-67.
Wulandari D. D. Analisa Kesadahan Total Dan Kadar Klorida Air Di Kecamatan
Tanggulangin Sidoarjo. MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun
2017.surabaya
Yulia. R. I., Kabul L. P., Kinaish. R., Herrupawan. P. P. W, 2017. Tes Widal.
Poltekkes Kemenkes Semarang. Jawa Timur.
Yuni,2008. Uji Kepekaan Obat Anti Tuberculosis Lini Keduan Menggunakan
BACTEC Mycobacterium Growth Indicator Tube (MGIT). Pusat Biomedis
dan Teknologi Dasar Kesehatan. Jurnal Kefarmasian Indonesia.
Zahra, 2016.Pengambilan Specimen. EGC, Jakarta.
152
Zulfiana amalia, 2017. Profil Hasil Pemeriksaan Mycobacterium Tuberculosis
Menggunakan GENEXPERT Pada Pasien Di Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang selatan Periode Juni 2016-Juni 2017. Proposal, Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
l
153
LAMPIRAN
A. Instalasi Pengambilan Spesimen
154
B. Instalasi Media dan Reagensia
155
C. Instalasi Kimia Kesehatan
156
D. Instalasi Mikrobiologi
157
E. Instalasi Imunologi
158