Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH YANG MENJELASKAN TENTANG MODEL PEMBELAJARAN

MASTERY LEARNING

Guru pembimbing:
Achmad Mubarok, M.Pd

Kelompok 5 :
Muhammad Mukhlis Ferdiansyah

MADRASAH DINIYAH DARUT TAQWA


MDMM Lughoh 3
2022
Model Belajar Tuntas (Mastery Learning)

A. Pengertian Mastery Learning

Belajar tuntas mastery learning adalah proses belajar mengajar yang bertujuan
agar bahan ajar dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Jadi, dalam
menggunakan model pembelajaran mastery learningini peserta didik dapat menguasai
penuh materi ajar yang sudah diajarkan guru dalam proses pembelajaran.
Mastery learning (belajar tuntas) adalah satu filsafat yang mengatakan bahwa
dengan sistem pengajaran yang tepat semua siswa dapat belajar dengan hasil yang baik
dari hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan disekolah. Pandangan ini jelas
menolak anggapan bahwasanya tingkat keberhasilan siswa disekolah sangat ditentukan
oleh tingkat kecerdasan bawaanya.
Sistem belajar tuntas merupakan suatu pola pengajaran terstruktur yang bertujuan
untuk mengadaptasikan pengajaran kepada kelompok siswa yang besar (pengajaran
klasikal) sedemikian rupa, sehingga diberikan perhatian secukupnya pada perbedaan-
perbedaan yang terdapat diantara siswa, khususnya yang menyangkut laju kemajuan atau
kecepatan dalam belajar.

Sistem ini diharapkan mampu mengatasi kelemahan-kelemahan yang sering


melekat pada pengajaran klasikal; antara lain hanya siswa pandai yang akan mencapai
semua tujuan pembelajaran, sedangkan siswa-siswi yang tidak begitu cerdas hanyalah
mencapai sebagian dari tujuan-tujuan intruksional, bahkan boleh jadi sama sekali tidak
mencapai apa-apa. Bagi siswa yang terakhir ini, belajar disekolah merupakan sumber
frustasi, motivasi belajar menghilang, dan rasa percaya diri lenyap.

Dengan adanya individualisasi pengajaran, terutama dilaksanakan melalui


individualisasi kecepatan belajar, yang berarti setiap siswa diberi waktu secukupnya untuk
belajar, dan pertolongan secukupnya sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa dalam
hal jumlah waktu belajar dan pertolongan atau pendampingan individual, diusahakan
setiap siswa mencapai semua tujuan pembelajaran, dan kelompok siswa sebagai satuan
pun dapat melaju dalam mempelajari materi pelajaran dengan tempo yang layak dan wajar.
B. Ciri mastery learning

Adapun ciri-ciri belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran mastery


learning antara lain adalah:

1) Memperhatikan perbedaan individu siswa (asal perbedaan) terutama dalam


kemampuan dan kecepatan belajarnya
2) Menggunakan prinsip belajar siswa aktif
3) Menggunakan suatu pelajaran kecil
4) Menggunakan sistem evaluasi yang kontiniu dan berdasarkan atas kriteria, agar
guru maupun siswa dapat segera memperoleh balikan.

C. Prinsip mastery learning

Pengembang model pembelajaran mastery learning (belajar tuntas) mendasarkan


pengembangan pengajaranya kepada prinsip-prinsip dibawah ini:
a. Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat
menguasai sebagian terbesar bahan yang diajarkan.
b. Dalam menyusun pembelajaran tuntas, guru memulai dengan merumuskan tujuan-
tujuan khusus yang harus dikuasai oleh siswa. Guru juga menetapkan tingkat
penguasaan yang harus dicapai oleh siswa
c. Sejalan dengan tujuan-tujuan khusus tersebut, guru merinci bahan ajar kembali
menjadi satuan-satuan bahan ajar yang kecil yang mendukung pencapaian
sekelompok tujuan khusus tersebut. Selain disediakan bahan ajar untuk kegiatan
belajar utama, disusun juga bahan ajar untuk kegiatan perbaikan dan pengayaan.
Konsep belajar tuntas sangat menekankan pentingnya peranan umpan balik.
Kemajuan belajar siswa harus segera dinilai, dan hasil penilaian tersebut menjadi
umpan balik bagi kegiatan perbaikan daan pengayaan.
d. Penilaian hasil belajar tidak menggunakan acuan norma, tetapi menggunakan
acuan patokan. Hal ini karena acuan norma menggunakan pegangan penguasaan
rata-rata kelas, jadi lebih bersifat relative. Sedangkan acuan patokan berpegang
pada sesuatu yang telah ditetapkan, umpamanya menguasai 80% atau 85% dari
tujuan belajar. Dengan demikian, acuan penilaian konsep belajar tuntas absolute.
e. Konsep belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan
individual.
f. Konsep belajar tuntas dapat dilaksanakan dengan beberapa model pengajaran,
tetapi yang paling tepat adalah dengan model-model sistem pengajaran seperti
pengajaran berprogram, pengajaran modul, paket belajar, model satuan pelajaran,
dan sejenisnya.

D. Model Belajar Tuntas (Mastery Learning)

Model belajar tuntas (Mastery Learning) adalah pencapaian taraf penguasaan minimal
yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun
kelompok, dengan kata lain apa yang dipelajari siswa dapat dikuasai sepenuhnya.

Model belajar tuntas (Mastery Learning) ini dikembangkan oleh John B. Caroll (1971)
dan Benjamin Bloom (1971). Di Indonesia model belajar tuntas (Mastery Learning) ini
dipopulerkan oleh Badan Pengembangan Penelitian Pendidikan dan Kebudayaan. Belajar
tuntas menyajikan suatu cara yang sistematik, menarik dan ringkas untuk meningkatkan
unjuk kerja siswa ke tingkat pencapaian suatu pokok bahasan yang lebih memuaskan.

Model belajar tuntas ini terdiri atas lima tahap, yaitu orientasi (orientation), penyajian
(presentation), latihan terstruktur (structured practice), latihan terbimbing (guided
practice) dan latihan mandiri (independent practice).

E. Tahap Model Belajar Tuntas (Mastery Learning)

1) Orientasi
Pada tahap ini dilakukan penetapan suatu kerangka isi pembelajaran. Guru akan
menjelaskan tujuan pembelajaran, tugas-tugas yang akan dikerjakan dan
mengembangkan tanggung jawab siswa selama proses pembelajaran.
2) Penyajian
Pada tahap ini guru menjelaskan konsep-konsep atau keterampilan baru disertai
dengan contoh-contoh. Jika yang diajarkan adalah konsep baru, maka penting untuk
mengajak siswa mendiskusikan karakteristik konsep, definisi serta konsep. Jika yang
diajarkan berupa keterampilan baru, maka penting untuk mengajar siswa
mengidentifikasi langkah-langkah kerja keterampilan dan berikan contoh untuk setiap
langkah-langkah keterampilan yang diajarkan.
3) Latihan Terstruktur
Pada tahap ini guru memberi siswa contoh praktik penyelesaian masalah/tugas.
Dalam tahap ini, siswa perlu diberi beberapa pertanyaan, kemudian guru memberi
balikan atas jawaban siswa.
4) Latihan Terbimbing
Pada tahap ini guru memberi kesempatan pada siswa untuk latihan menyelesaikan
suatu permasalahan, tetapi masih dibawah bimbingan dalam menyelesaikannya.
Melalui kegiatan terbimbing ini memungkinkan guru untuk menilai kemampuan siswa
dalam menyelesaikan sejumlah tugas dan melihat kesalahan-kesalahan yang dilakukan
siswa. Jadi peran guru dalam tahap ini adalah memantau kegiatan siswa dan
memberikan umpan balik yang bersifat korektif jika diperlukan.
5) Latihan Mandiri
Tahap latihan mandiri adalah inti dari strategi ini. Latihan mandiri dilakukan
apabila siswa telah mencapai skor unjuk kerja antara 85%-90% dalam tahap latihan
terbimbing. Tujuan latihan terbimbing adalah memperkokoh bahan ajar yang baru
dipelajari, memastikan daya ingat, serta untuk meningkatkan kelancaran siswa dalam
menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam tahap ini siswa menyelesaikan tugas tanpa
bimbingan ataupun umpan balik dari guru. Kegiatan ini dapat dikerjakan di kelas
ataupun berupa PR (Pekerjaan Rumah). Adapun peran guru pada tahap ini adalah
memberi nilai hasil kerja siswa setelah selesai mengerjakan tugas secara tuntas. Guru
perlu memberikan umpan balik kembali jika siswa masih ada kesalahan dalam
pengerjaannya.

F. Keuntungan Penerapan Model Belajar (Mastery Learning)

a) Model ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern yang berpegang
pada prinsif perbedaan individual, belajar kelompok.
b) Model ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif yang memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah sendiri
dengan menemukan dan bekerja sendiri.

c) Dalam model ini guru dan siswa diminta bekerja sama secara partisipatif dan
persuasif, baik dalam proses belajar maupun dalam proses bimbingan terhadap
siswa lainnya.

d) Model ini berorientasi kepada peningkatan produktifitas hasil belajar.


e) Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa mengandung unsur
objektivitas yang tinggi.

G. Kelemahan Penerapan Model Belajar (Mastery Learning)


a) Para guru umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan
belajar tuntas karena penyusunan satuan-satuan pelajaran yang lengkap dan
menyeluruh.
b) Model ini sulit dalam pelaksanaannya karena melibatkan berbagai kegiatan, yang
berarti menuntut macam-macam kemampuan yang memadai.
c) Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan
untuk menyelenggarakan model ini yang relatif lebih sulit dan masih baru.
d) Model ini membutuhkan berbagai fasilitas, perlengkapan, alat, dana. Dan waktu
yang cukup besar.
e) Untuk melaksanakan model ini mengacu kepada penguasaan materi belajar secara
tuntas sehingga menuntut para guru agar menguasai materi tersebut secara lebih
luas, menyeluruh, dan lebih lengkap. Sehingga para guru harus lebih banyak
menggunakan sumber-sumber yang lebih luas.
RENCANA PELAKSANA PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Nahwu (Alfiyah Ibnu Malik)


Kelas :WIB
Materi Pokok : BAB FA’IL
Alokasi Waktu : 1 x 105 menit
Pertemuan :1
Deskripsi Mata Pelajaran :

lmu yang mempelajari tentang jabatan kata dalam kalimat dan harakat akhirnya, baik
berubah (i'rab) atau tetap (bina). kaidah-kaidah yang dengannya diketahui hukum-hukum
akhir-akhir kata bahasa arab dalam keadaan tersusun. Nahwu adalah ilmu yang
mempelajari kaidah untuk mengenal fungsi-fungsi kata yang masuk pada kalimat,
mengenal hukum akhir kata, dan untuk mengenal cara mengi’rob.

Kitab Alfiyah Ibnu Malik adalah kitab nahwu shorof yang lengkap, ditulis dalam bentuk
nadhom (syair). Kenapa dinamakan Alfiah? Karena terdiri atas 1.002 bait. Kitab ini umum
dipelajari di Pondok Pesantren bersama dengan Kitab Al-ajurumiyah dan Imriti.

Kitab Alfiyah Ibnu Malik berisi tentang kaidah gramatika Bahasa Arab, disusun oleh
Syekh Muhammad bin Abdullah bin Malik–lebih familiar disebut Imam Ibnu Malik–
dalam bentuk nadham. Untuk membaca nadham Alfiah, biasanya butuh waktu sekitar satu
setengah jam untuk dapat menyelesaikan 1002 baitnya.

Capaian Pembelajaran

 Agar siswa lebih bisa memahami Bab Fail.

 Agar siswa memahami macam-macam Fail.

Kompetensi Dasar

 Mengenal Pengertian Fail.

 Mengenal macam-macam Fail.


 Mengenal Contoh Fail

Metodelogi Pembelajaran:

implementasi teori melalui pendekatan stratategi pembelajaran

Pertemuan Kegiatan Waktu Kemampuan akhir


yang di rencanakan
1 Perkenalan: 5 menit
Guru akan menjelaskan tujuan
pembelajaran, tugas-tugas yang akan
dikerjakan dan mengembangkan tanggung
jawab siswa selama proses pembelajaran.
Menjelaskan :
Guru membacakan kitab yang 10 menit Agar siswa mengerti

dibacakan adalah kitab Alfiyah Ibnu tentang pembagian-

Malik dengan bab Fail, Guru pembagian Fail, contoh

menjelaskan materi yang sudah fail dan pengertian fail,


20 menit dan supaya siswa bisa
dibacakan akan dijelaskan kepada
siswa. mengerti tentang

Mempraktekan: perbedaan fail dan fiil.

Guru memberi siswa contoh tugas.


40 menit
Dalam tahap ini, siswa perlu diberi
beberapa contoh pertanyaan tentang
bab yang sudah di jelaskan secara
individu dan kelompok untuk
mengukur sampai mana penguasaan
materi siswa tentang bab Fail.

Anda mungkin juga menyukai