Anda di halaman 1dari 11

HERMENEUTIK PERJANJIAN BARU III

KRITIK SOSIO-LITERER TEOLOGIS (PENDEKATAN KRITIK NARATIVE)


TERHADAP INJIL LUKAS 12: 49-53

OLEH:

THERESSA CH. KAIMAREHE

12175201180078

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

FAKULTAS TEOLOGI

2020
PENDAHULUAN

Pembahasan yang akan dibangun dalam Makala ini ialah menggali makna sebenarnya dari
pada teks Lukas 12: 49-53. Dimana metedo tafsir yang digunakan adalah metode tafsir Kritik
Sosio-Literer yang didalamnya juga melibatkan pendekatan kritik naratif untuk
mempermudah kita dalam menggali makna teks.
PEMBAHASAN

A. PERTANYAAN HERMENEUTIK (PRAPAHAM)

I. Kenapa teks ini diberi perikop “ Yesus membawa pemisahan” (Lukas 12:49-53)
II. Siapa yang dimaksud dengan Aku….? (Lukas 12: 49-51)
III. Melempar api ke bumi, kenapa ….? (Lukas 12: 49)
IV. Kenapa harus api …. ? (Lukas 12: 49)
V. Kenapa berharap api itu menyala ….? (Lukas 12: 49)
VI. Baptisan seperti apa yang harus diterima ….? (Lukas 12: 50)
VII. Kenapa hati-Nya susah kerena baptisan, padahal baptisan itu belum berlangsung ….?
(Lukas 12: 50)
VIII. Apa yang dimaksud dengan bukan damai tetapi pertentangan ….? (Lukas 12: 51-53)

KAJIAN KONTEKS SOSIAL

Konteks Alkitab

Kitab lukas adalah kitab ke-3 dalam Alkitab Kristen. Injil lukas adalah injil sinopsis bersama-
sama dengan Matius dan Markus. Mengapa Matius, Markus dan Lukas dikatakan injil
sinoptik? Karena mereka memiliki kesamaan, gaya sastra dan bahasa. Kesamaan ketiga injil
ini tidak hanya terletak pada gaya sastra dan bahasa, tetapi seringkali ditentukan perikop-
perikop, kalimat atau kata-kata yang sulit dibedakan atau memilikikesamaan(Mat 4 : 1-11 =
Mrk 1 : 1-13 = Luk 4 : 1-13). Injil Lukas dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : Bagian
pengantar, Pasal 1 – 21 disusun dari pelbagai tradisi, Kisah penderitaan, 22 – 23
memperlihatkan bagaimana lukas mengubah sumbersumbernya dan dengan tegas
mengalihkan tekanannya, Bagian penutup, pasal 24 mengandung kisah tentang penguburan
dan kisah-kisah yang berkaitan dengan paskah dan kematian.

Lukas menulis Kisah dengan tujuan ini. Dari banyak peristiwa yang dapat ia tuliskan
ia mengambil beberapa yang paling penting atau paling layak untuk menjadi contoh
kehidupan Kristen. Ia memusatkan perhatian pada sejumblah kisah dan melukiskannya secara
mendalam. ia memadukan antara kidah-kisah dengan wejangan-wejangan, menjelaskannya
dengan cara meringkas uraian dan catatan-catatan perjalanan Lukas juga menunjukan dalam
kitab Kisah bagaimana peristiwa-peristiwa dan perkembangan-perkembangan di dalamnya
adalah jawaban yang sah atas harapan dan janji-janji kepada Israel. Ia menjelaskan apa yang
terjadi, bahkan juga kematian Yesus yang mengerikan, sebagai yang sesuai dengan rencana
Allah. Dalam Kisah ia menunjukan bagaimana Petrus, Paulus dan misionaris Kristen yang
lain menjalankan karya Yesus sesuai rencananya. Ia menunjukan kesinambungan antara apa
yang terjadi pada Yesus dan para rasul dengan apa yang dinubuatkan Perjanjian Lama. Ia
juga menjelaskan bahwa tradisi yang ia pergunakan adalah autentik(yang dapat
dipercaya/asli). Tradisi-tradisi itu ditunjukan pada para saksi mata tidak hanya mendengar
dari mulut ke mulut, dan dengan seksama diteruskan dalam gereja. Ia menunjukan bagaimana
Allah, teristimewa melalui Roh kudusnya aktif dalam peristiwa-peristiwa Itu.

Di antara ketiga Injil Sinoptis, Lukaslah yang paling banyak memberikan keterangan
mengenai asal usulnya sendiri. Sang penulis yang tidak memberitahukan namanya,
menyertakan suatu bab pembukaan yang menyatakan tujuannya dalam menulis Injil ini,
metode yang ia gunakan dan hubungannya dengan rekan-rekan sezamannya yang sudah
mencoba melakukan hal yang sama. Kata pembuka ini (Lukas 1:1-4) adalah kunci bagi kitab
ini, dan juga bagi kitab Kisah Para Rasul, bila Injil dan Kisah Para Rasul dianggap
merupakan suatu kesatuan. Dari kata pembuka ini dapat ditarik beberapa kesimpulan:

1. Di zaman penulis sudah ada karya-karya lain yang hanya mengisahkan suatu
bagian dari kehidupan Yesus atau yang memberikan laporan yang tidak benar
tentang kehidupan dan pekerjaan Yesus. Sang penulis tentu tidak akan menulis
Injilnya sendiri bila ia sudah benar- benar puas dengan karya penulis lainnya
yang ia kenal.
2. Catatannya sudah mengenal usaha penyusunan yang sistematis atas fakta-fakta
yang ada ("menyusun suatu berita"-1:1).
3. Fakta-fakta ini sudah dikenal baik di kalangan umat Kristen dan diterima
secara terpisah dari berita tertulis yang ada. Lukas mengatakan bahwa fakta-
fakta ini "telah terjadi di antara kita" (1:1).
4. Penulis merasa setidak-tidaknya dirinya mempunyai pengetahuan yang sama
banyaknya dan mempunyai kemampuan yang sama baiknya dengan yang
lainnya untuk membuat laporan atas tanggung jawabnya sendiri ("Karena
itu....aku mengambil keputusan untuk membukukannya").
5. Keterangan yang diperolehnya. berasal dari sumber resmi yang dapat
dipercaya ("yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman"-1:2).
6. Ia mengenal baik fakta-fakta itu, baik melalui pengamatan atau penyelidikan,
dan tentu saja ia hidup sezaman dengan kegiatan utama dalam kisahnya, dalam
arti ia berada dalam satu generasi dengan mereka yang menyaksikannya. Kata-
kata yang diterjemahkan menjadi: "setelah aku menyelidiki segala peristiwa
itu, adalah sama seperti yang digunakan dalam II Timotius 3:10-11, di mana
Paulus mengatakan bahwa Timotius telah "mengikuti ajaranku (nya), cara
hidupku (nya ). . . seperti yang telah ku (ia) derita di Antiokhia dan di Ikonium
dan di Listra." Dari kata-kata ini tidak tersirat bahwa Timotius hadir bersama
Paulus pada setiap kesempatan di kota-kota ini, tetapi bahwa ia adalah rekan
seangkatan Paulus dan ia mempunyai pengetahuan tentang pelbagai perkara
ini dari tangan pertama.
Berdasarkan alasan ini dapatlah dimengerti bahwa sang pengarang
menegaskan suatu pengetahuan kontemporer tentang fakta-fakta yang bukan
baru saja terjadi. Pengetahuannya tentang Kristus dikumpulkan dalam
beberapa tahun dari masa hidupnya, selama masa itu ia telah berhubungan
dengan para rasul, saksi mata, dan mungkin dengan teman pribadi atau sanak
saudara Tuhan Yesus. Dorongan Roh Kudus yang membuatnya menjadi
seorang pengarang mempengaruhi pilihan kejadian-kejadian yang direkamnya
dan bahasa yang digunakannya dalam menulis.
7. Pengetahuan Lukas meliputi semua fakta penting. Injilnya mengandung
banyak keterangan yang tidak terdapat dalam Injil lainnya dan yang paling
mewakili kehidupan Kristus.
8. Ia mempunyai kemampuan untuk menulis dengan benar dan dalam urutan
yang logis. Istilah "dengan teratur" yang digunakannya tidak harus diartikan
sebagai aturan kronologis, tetapi berarti bahwa ia memiliki suatu rencana
prosedur penulisan yang pasti dan ia berniat untuk tidak menyimpang
daripadanya.
9. Tulisan Lukas ini mungkin ditujukan pada seorang pria dari kalangan atas dan
nama yang digunakan di sini mungkin adalah nama baptisannya, Teofilus,
yang secara harafiah berarti "kekasih Tuhan" atau "dikasihi Tuhan." Julukan
"yang mulia pada pejabat pemerintah atau kaum bangsawan. Mungkin ia
adalah seorang murid Lukas, atau seorang pendukung yang bertugas
menyebarluaskan karya Lukas.
10. Penerima tulisan ini sudah permah diberi tahu secara lisan tentang Kristus,
mungkin dari suatu khotbah yang pernah didengarnya, tetapi ia membutuhkan
keterangan lebih lanjut untuk memantapkan pengetahuannya dan
memperbesar keyakinannya pada kebenaran.
11. Tujuan Lukas yang sesungguhnya adalah untuk memberi kawan- nya ini
pengetahuan yang lengkap tentang kebenaran. Dari uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengarang adalah seseorang yang mempunyai bakat sastera
dan tahu bagaimana harus memanfaatkannya untuk menyampaikan berita
tentang Kristus.

Lukas bukanlah seorang penonton biasa, yang melihat kebenaran kekristenan


dari luar kalangannya, tetapi ia sendiri adalah seorang pengkhotbah dan penginjil
yang aktif. Ia adalah seorang penulis sejarah gereja dan seorang sasterawan
pendukung agama Kristen yang pertama. Karena ia adalah seorang rekan Paulus
dapatlah dimengerti bila karyanya mencerminkan pengetahuan kristiani yang
biasa digunakan untuk mengajar umat yang bukan Yahudi.

(Waktu penulisan kitab ini mungkin berlangsung pada masa generasi ketiga, sekitar tahun 90
M.)

ANALISA UNSUR-UNSUR NARATIF

Disini narrator memperkenalkan teks ini dengan perikop “Yesus membawa pemisah”.
Kenapa narrator memaparkan perikop yang membuat para pembaca bertanya-tanya, kenapa?
Karena yang pembaca tahu bahwa kehadiran Yesus adalah sebagai mesias yang membawa
damai sejaterah. Narator disini memberi gambaran 3 peristiwa kepada para pembacanya yaitu
; 1. Yesus datang untuk melemparkan Api ke bumi, Yesus harus menerima baptisan yang
membuat hatiNya susah, 3. Pertentangan. Dari peristiwa yang digambarkan oleh Narator
dapat kita pahami sebagai berikut.

Peristiwa pertama berada pada awal Teks ini “Aku datang untuk melemparkan api ke bumi
dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!” . Aku disini, sudah jelas adalah Yesus,
seperti yang telah tertera pada perikop teks. Jika dibaca kalimat yang di lontarkan Yesus
merupakan Sebuah pernyataan, dimana kalimat “melemparkan api ke bumi” yang dimana
kata “melempar” berarti mendatangkan atau menghadirkan (sesuatu), dan kata Api
digambarkan sebagai Roh Kudus yang datang untuk memurnikan umat Allah atau sebagai
berita injil dan dapat juga digambarkan sebagai akar pertentangan atau perselisihan. Dan ada
“Harapan” untuk “Api” itu menyala, kenapa? Dapat kita lihat dari beberapa perikop dan ayat-
ayat sebelum teks ini bahwa, bagaimana Yesus melakukan banyak mujizat (mujizat ini ada
karena kuasa roh kudus), Yesus memperlihatkan kemaha kuasaan Allah melalui roh kudus
yang berkuasa atas Dia (Lukas 4: 31-41; 5: 12-26; 6: 6-11, 17-19 ; 7: 1-17; 8: 22-56 ; 9: 10-
17). Dapat ditarik kesimpulan bahwa Yesus berharap bahwa berita injil dapat diterima semua
orang atau Yesus berharap semua orang percaya dan mau menerima roh kudus dalam hidup
mereka. Dan Peristiwa berikutnya “ Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya
hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung!” kalimat ini merupakan pernyataan yang kedua yang
dilontarkan oleh Yesus. Kata “baptisan” pada pernyataan ini yang dimaksud oleh Yesus
adalah penyaliban yang akan terjadi pada dirinya, sebuah peristiwa yang sudah ditetapkan
atas diriNya. Dan Yesus tidak dapat menghindar atau lari dari tanggung jawabNya itu sebagai
wujud penebusan dosa, itulah kenapa Yesus bersusah hati (gelisa). Dan pada ayat berikutnya
berisi pertanyaan “Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas
bumi?” yang kemudian diikuti dengan sebuah ungkapan yang mengguncang “Bukan, kata-
Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan”. Melalui pernyataanNya yang
terdengar mengguncang ini, dapat dilihat, Yesus secara terang-terangan mengungkapkan
bahwa kedatanganNya membawa konflik, yang artinya Yesus tahu bahwa realita yang akan
terjadi Ketika tidak semua orang akan percaya atas kemaha kuasaan Allah dan mau menerima
roh kudus. Peristiwa yang terakhir Pertentangan. Pertentangan yang di masksudkan ada pada
kalimat berikutnya “ Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang
di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga.” Kalimat “mulai dari
sekarang” merujuk pada keputusan yang diambil untuk menggambarkan situasi yang akan
terjadi. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan detail akan pertentangan yang di maksud
“Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki
melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya,
ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu
mertuanya.” Kata “melawan” disini menggambarkan adanya dua kubu yang saling
berargumen untuk sebuah komitmen. Dimana jika kita lihat pada perikop sebelumnya Lukas
9: 22-27, 57-62, di situ di ungkapkan adanya pengambilan keputusan untuk mengikut Yesus,
dimana orang yang percaya dan mau menerima roh kudus haruslah menyangkal diri atau
memberi diri sepenuhnya untuk dikuasai roh kudus, yang berarti Siap menerima segala resiko
yang akan datang, salah satunya yaitu pertentangan dengan orang yang tidak percaya akan
kemaha kuasaan Allah. Pada ayat ini Yesus menyebutkan anggota keluarga, kata “keluarga”
disini merujuk pada Yudaisme yang merupakan agama keluarga, dimana mereka beribada
berdasarkan persekutuan keluarga-keluarga bukan beribadah perorangan. Keluarga ini akan
menjadi pecah belah jika, setiap anggota mengambil keputusan sendiri-sendiri dalam hal ini
keputusan mengikut Yesus. Dimana akan ada penerimaan dan penolakan akan berita injil
yang resikonya adalah cek-cok satu dengan yang lain.

Disini Narator menggambarkan beberapa tokoh, dimana Yesus sebagai pemeran


utama dalam kisah ini, kemudian narator juga menyebutkan kata kamu sebagai tokoh yang
menjadi objek kemarahan Yesus, yang dimana kamu yang dimaksud iyalah, orang-orang
Yahudi pada masa itu. Bahkan disitu narator dengan jelas memaparkan Anggota keluarga;
Ayah, Ibu dan anak, mertua dan menantu, yang menjadi tokoh dalam Yesus memberikan
contoh, bisa dikatakan anggota keluarga menjadi contoh gambaran terhadap Yudaisme. Dari
kisah ini dapat ditarik Sudut pandang evaluative Dari Teks Lukas 12 : 49-53, narrator mau
mengungkapkan akan ada perselisihan atau pertentangan yang terjadi dengan kehadiran
Yesus beserta tujuannya, yaitu; untuk memisahkan antara orang yang percaya dengan orang
yang menolak percaya. Dimana Yesus menginginkan adanya komitmen atau pengambilan
keputusan yang mutlak dalam kepercayaannya akan kuasa Allah dan menerima roh kudus
dalam kehidupan setiap orang, dan kesiapan akan resiko dalam mengikuti Yesus
memberitakan Injil keselamatan, yang menjadi akar damai sejahterah. Dari sini dapat saya
simpulkan bahwa narator adalah narator yang maha tahu karena, narator ini mengambarkan
dengan jelas perkataan Yesus pada saat itu, yang membuat saya yakin bahwa pada saat Yesus
mengatakannya sang Narator juga ada pada saat itu, atau bisa dibilang narator menjadi salah
satu saksi yang menerima dan mendengar perkataan Yesus.

A. MAKNA BAGI PEMBACA ASLI DI MASA ALKITAB


Lukas mau menegaskan akan kehadiran Yesus yang sebenarnya, dimana Yesus hadir
sebagai mesias yang membawa damai atas umat manusia. Namun, misi Yesus itu
tidak akan terpenuhi jika tidak ada keputusan mutlak akan kepercayaan yang
dibangun dalam diri setiap orang untuk percaya akan kehadirannya. Yesus menuntut
respon yang merupakan sebuah komitmen, Ketika kita berkomitmen untuk percaya
kepadaNya. Akan ada pengambilan keputusan oleh masing-masing orang. Dan hal ini
menimbulkan pertentangan antara orang yang percaya dan orang yang tidak percaya,
Yesus menginginkan agar semua orang dapat menerima roh kudus dalam
kehidupannya agar Penyertaan damai sejahtera akan turun atas dia yang percaya.

B. MAKNA BAGI PEMBACA MASA KINI


Makna yang ingin Lukas ungkapkan kepada kita, pembaca dimasa kini adalah kita
menyadari akan kehadiran dan kemaha kuasaan Allah dalam hidup kita, bagaimana
kita merespon ketulusan Yesus untuk memberi rasa damai sejahterah kepada kita.
Kita bahkan sering lupa bersyukur akan setiap penyertaanNya dalam hidup kita.
Dalam teks ini Lukas menggambarkan sosok Yesus yang menginginkan respon akan
kehadirannya dalam hidup kita, Yesus telah melakukan segalahnya untuk kita bahkan
dia harus terpaku pada kayu salib untuk menebus dosa kita, yang berarti Yesus
menuntut sebua keputusan dalam berkomitmen denganNya. Ketika berkomitmen,
mengambil keputusan untuk ikut Yesus berarti kita siap dengan segala resiko yang
akan menghapiri kita, termasuk rela meninggalkan apapun demi Tuhan. Bahkan
mecintai Yesus lebih dari diri sendiri.
Dalam situasi kondisi yang kita alami saat ini yaitu menghadapi pandemic covid-19
kita tidak sibuk untuk terus mengucap syukur tapi kita malah sibuk mempertanyakan
kehadiran Yesus kristus, kita mempertanyakan penyertaannya atas kita. Lukas disini
ingin menyadarkan kita bahwa, Yesus selalu ada dalam setiap situasi dan kondisi kita.
Jadi jangan meragukan kemaha kuasaanNya jika kita telah berkomitmen untuk
percaya kepadaNya. Dan ketika keputusan telah kita ambil maka kita tidak bisa
mundur dari padanya yang berarti kita tidak berhak meragukan kuasaNya.
KESIMPULAN
Lukas mau mengingatkan kita akan kehadiran Yesus sebagai juruselamat yang
membawa damai sejahterah. Namun damai sejaterah itu dapat terwujut jika kita
dengan sikap tegas mengambil keputusan berdasarkan kepercayaan diri kita untuk
benar-benar percaya dan menerima roh kudus untuk berkarya dalam kehidupan kita.
Siap menerima semua resiko dalam pengambilan keputusan itu. Lukas mengingatkan
kita juga akan penolakan dan penerimaan dalam pengambilan keputusan yang kita
buat untuk mengikut Yesus.
Daftar Pustaka
Teney,M. "Survey Perjanjian Baru" . Jawa Timur : Penerbit Gandum Mas.
Willi Marxen, Pengantar Perjanjian Baru. Pendekatan Kritik terhadap Masalah-
masalahnya (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994).
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan seri: Life Application Study Bible. (Jawa
Timur : Penerbit Gandum Mas)

Anda mungkin juga menyukai