Kerajaan Allah Dan Kemiskinan
Kerajaan Allah Dan Kemiskinan
I. PENDAHULUAN
Kemiskinan adalah sebuah masalah dalam dunia secara menyeluruh. Kemiskinan
dipandang sebagai suatu masalah yang perlu ditangani secara mendalam. Dalam dunia ini,
banyak orang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan primer dan juga kebutuhan
sekundernya. Oleh karena itu, muncullah istilah orang miskin atau dalam bahasa sekarang
dikenal dengan istilah Pra Sejahtera.
Kemiskinan merupakan salah-satu masalah yang kompleks sehingga penyebab
kenaikan jumlah penduduk miskin sesungguhnya sangat banyak dan bermacam-macam.
Kemiskinan pada dasarnya adalah ungkapan untuk menunjukan suatu keadaan tidak
terpenuhinya kebutuhan pokok dan pendapatan juga yang masih rendah. Demikian halnya
orang yang dianggap miskin adalah gelandangan, pengemis, buruh harian dan sebagainya.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kemiskian memiliki beberapa faktor penyebab
antara lain, yang pertama, kemiskinan itu terjadi karena ketidakmampuan seseorang untuk
bekerja dan tingkat pendidikan yang rendah. Kedua, kemiskinan itu terjadi karena Struktur
yang menindas atau biasanya disebut dengan kemiskinan struktural.Mereka adalah orang-
orang yang miskin dan tetap miskin karena struktur masyarakat yang menindas atau yang
timpang serta yang tidak menguntungkan bagi golongan yang lemah.
Dari konsep diatas maka kita dapat mengetahui bahwa ada banyak faktor terjadinya
kemiskinan maka tanggungjawab kita adalah menghadirkan kerjaan Allah ditengah
kehidupan mereka.
Kerajaan Allah telah terjadi perkembangan dari zaman Perjanjian Lama sampai
kepada Perjanjian Baru atau sampai masa Yesus. Dalam perkembangan Perjanjian Lama,
Kerajaan Allah awalnya dipahami secara ekslusif bahwa Allah adalah Allah bangsa Israel
saja. Tetapi kemudian, pemahaman Kerajaan Allah berkembang lebih terbuka bahwa Allah
dapat memakai bangsa-bangsa lain untuk menyatakan kuasa-Nya. Dalam dimensi yang
universal ini, pemahaman ini berkembang dalam aspek eskatologi yaitu pemerintahan Allah
belum termanifestasi di dalam dunia ini di masa kini, tetapi di masa depan.Pengharapan
eskatologi tersebut dikembangkan di dalam satu petunjuk apokaliptik, dimana pemerintahan
Allah yang Baik dapat diwujudnyatakan dalam realitas dunia tentang kejahatan dan
penderitaan. Perkembangan kemudian, Kerajaan Allah sebagai realitas yang hadir dan efektif
dimanapun, melalui ketaatan dan kesetiaan penuh pada hukum-hukum Allah.
Dalam Perjanjian Baru, Yesus sangat sadar sepenuhnya tentang gagasan Kerjaan
Allah dimana Allah dipahami dan diyakini sebagai raja yang kekal, yang pemerintahannya
diwujudkan di masa kini melalui kesediaan manusia untuk menerima dan menaklukkan diri
di bawah kehendak Allah, maupun dimensi eskatologi dari gagasan tersebut. Kerajaan Allah
yang hadir di dalam dan melalui Yesus Kristus dan pelayanan-Nya, diterima oleh manusia,
sebagai anugerah Allah, di masa kini. Untuk itu, dibutuhkan kerendahan hati dan kesediaan
untuk menaklukkan diri di bawah pemerintahan Allah melalui ketaatan terhadap perintah
Yesus.
Paper ini mencoba untuk mendialogkan kedua konsep tersebut bagaimana Kerajaan
Allah itu dapat diwujudnyatakan dalam realitas kehidupan khususnya kemiskinan. Dalam
paper ini pandangan/pendapat dari anggota jemaat menjadi bahan analisa untuk menjawab
hal di atas.
Bentuk-bentuk kemiskinan menjadi beragam ketika dilihat dari sudut pandang yang
berbeda-beda. Jika dilihat dari sudut pandang pendapatan, kemiskinan dibagi menjadi dua
antara lain:
3
illon H.S dan Hermanto, Kemiskinan di Negara Berkembang Masalah Krusial Global, (Jakarta: LP3ES, 1993),
hlm. 10.
4
Parsudi Suparlan,Kemiskinan di Perkotaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993),hlm. x.
1. Kemiskinan Absolut. Seseorang dikategorikan termasuk ke dalam golongan miskin
absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, yaitu: pangan, sandang, kesehatan,
papan, dan pendidikan
2. Kemiskinan Relatif. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah
hidup di atas garis kemiskinan tetapi masih berada di bawah kemampuan
masyarakat sekitarnya5.
Jika dilihat dari sisi penyebabnya, kemiskinan dibagi menjadi dua yaitu:
1. Kemiskinan Kultural. Kemiskinan ini berkaitan erat dengan sikap seseorang atau
sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat
kehidupannya, sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
2. Kemiskinan struktural. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan
oleh sistem pembangunan yang tidak adil dan juga disebabkan oleh faktor-faktor
rekayasa manusia6.
Kemiskinan tidak hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan
pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang,
dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di
dalam kondisi kekurangan sandang, pangan, dan papan. Akan tetapi, kemiskinan juga berarti
akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk memperoleh kebutuhan-
kebutuhan hidup, antara lain ilmu pengetahuan, informasi, teknologi, dan modal.
Aspek Pendidikan
Pendidikan secara luas merupakan dasar pembentukan kepribadian, kemajuan ilmu,
kemajuan teknologi dan kemajuan kehidupan sosial pada umumnya. Dampak kemiskinan
terhadap pendidikan memang sangat merugikan sekali karena telah menghilangkan
pentingnya pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehingga tidak sedikit yang
belum mengenal pendidikan.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara.
5
Soedjatmoko, Dimensi Manusia dalam Pembangunan, (Jakarta: LP3ES, 1995), hlm. 157.
6
Soedjatmoko, Dimensi Manusia dalam Pembangunan, (Jakarta: LP3ES, 1995), hlm. 157.
Dari definisi diatas, dapat dilihat beragam pemahaman tentang kemiskinan. Dari hasil
wawancara, narasumber kami juga memiliki pemahaman yang selaras dengan pendapat para
ahli diatas. Misalnya, tindakan dari NH yang berusaha membuka usaha. Guna memperbaiki
taraf kehidupannya. Penyebab yang dikemukakan oleh para ahli juga memiliki kesamaan
dengan narasumber yang mengatakan bahwa kemiskinan bukanlah sebuah takdir namun ada
faktor-faktor lain yang mengakibatkan, salah-satunya adalah karena struktur yang menindas.
Hal ini sama dengan pandangan para ahli yang mengatakan bahwa kemiskinan itu disebabkan
karena sistem pembangunan yang tidak adil dan juga disebabkan oleh faktor-faktor rekayasa
manusia atau disebut dengan istilah kemiskinan struktural.
10
Ludji, Barnabas,Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2(Bandung: BMI, 2009), hlm. 52.
11
Bergant, Dianne., Robert J. Karris,Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. (Yogyakarta: Kanisius, 2006), hlm. 655-
656.
Yesus tidak hanya miskin ekonomi juga menghadapi kemiskinan secara sosial, politik dan
juga religius12 yang biasanya disebut sebagai anawim.13
Yesus dalam konteks itu, juga memberikan perhatian kepada orang miskin. Perhatian
Yesus terlihat dalam proses pelayanannya.14 Dalam proses inilah biasanya kita sebut sebagai
Kerajaan Allah bagi orang miskin dan melalui Yesus, pekerjaan pemberitaan Kerajaan Allah
itu dilakukan.
Perhatian kepada orang miskin; orang tidak berdaya tanpa pertolongan adalah wujud
dari cinta kepada sesama manusia. Dalam Lukas 10:25-37 Yesus mendefenisikan sesama itu
sebagai orang yang tidak berdaya; yang telah dipukul dan telah dtitinggalkan setengah mati.
Menurut Banawiratma, dalam orientasi tiu dapat dikatakan bahawa, jika seorang itu tidak
peduli dengan sesame yang miskin maka ia juga tidak peduli dengan Allah dan dia sama
dengan Atheisme Praksis.
Dalam beberapa proses pemberitaan Yesus seringkali ia menghubungkannya dengan
orang yang miskin. Misalnya tentang Zakheus yang diperintahkan untuk mengembalikan
harta orang yang telah dia peras itu. Hal tersebut merupakan salah-satu tanda kepedulian
Yesus dengan orang miskin.
Persitiwa kematian Yesus juga adalah salah-satu alternatif baru yang dipakai oleh
Yesus untuk mengatasi persoalan kemiskinan. Yesus mati di kayu salip adakah sebuah tanda
bahwa Dia termiskin dari antara kaum miskin15. Namun Allah membangkitkan Yesus dari
antara orang mati. Hal ini juga harus menjadi tanda agar orang-orang miskin juga harus
dibebaskan dari kemiskinannya mereka.
Matius 5:3 adalah sebuah teks yang biasanya yang digunakan untuk mengatakan
bahwa Yesus turut memperdulikan sesama-Nya yang miskin. Matius 5:3 “Berbahagialah
orang yang miskin dihadapan Allah, karena merekalah yang empunya kerajaan Allah”.
Kata miskin dalam ungkapan Yesus ini menggunakan kata pthokos. Dalam bahasa
Yunani terdapat dua ungkapan untuk menggambarkan kata miskin. Kata yang ke-satu adalah
penes yang menunjuk kepada orang yang harus bekerja untuk memperoleh nafkah hidup dan
kata penes ini biasanya digunakan oleh masyarakat Yunani utnuk menyebut orang yang
autodiakonos, yaitu orang-orang yang mencari keperluannya melalui tangan dan tenaganya
12
J, B, Banawiratma., J, Muller, Berteologi Sosial Lintas Ilmu, (Yogayakarta: Kanisius, 1993), hlm. 132.
13
Josef, Widiatmadja,Yesus dan Wong Cilik, (Jakarta: BPK Gunung Mulia), hlm. 20.
14
Josef, Widiatmadja,Yesus dan Wong Cilik, (Jakarta: BPK Gunung Mulia), hlm. 26.
15
J, B, Banawiratma., J, Muller, Berteologi Sosial Lintas Ilmu, (Yogayakarta: Kanisius, 1993), hlm. 133.
sendiri.16 Namun dalam teks kita bukanlah memakai kata penes melainkan memakai kata
pthokos. Pthokos adalah ungkapan yang menerangkan bahwa kemiskinan mutlak dan yang
mengharukan dan kata ini memiliki hubungan erat dengan kata ptossein yang berarti
membungkuk atau berjongkok. Oleh sebab itu, kata ini ingin menakankan bahwa miskin yang
dimaksud adalah miskin yang tidak punya apa-apa dan hal ini berbeda dengan arti dari kata
penes tersebut. Namun, yang harus diingat adalah bahwa kata ungkapan miskin yang
disampaikan di bukit itu bukanlah memakai bahasa Yunani melainkan memakai bahasa
Aram.
Dalam bahasa Ibrani kata yang merujuk pada kata miskin adalah ani dan ebion yang
menerangkan bahwa keadaan hidup yang tidak memiliki apa-apa atau harta benda di dunia
dan menaruh kepercayaannya penuh hanya kepada Allah.Oleh sebab itu, dapat dikatakan
bahwa orang-orang miskin adalah orang-orang yang mengetahui bahwa harta benda tidak
memiliki makna apa-apa namun hanya Allah yang mempunyai segala sesuatu.
Ucapan tentang orang miskin ini juga bertujuan untuk memberi kekuatan kepada
mereka agar supaya mereka tabah menanggung penderitaan mereka, sebab kedatangan Tuhan
Yesus ke dunia menjadi tanda bahwa Tuhan berada dipihak mereka dan sedang bekerja untuk
membebaskan mereka dari penderitaan. Orang-orang miskin juga adalah orang-orang yang
berbahagia karena di dalam kemiskinannya mereka bergantung hanya kepada Tuhan. Oleh
karena itu, Tuhan sendirilah yang sedang bekerja melepaskan mereka dari beban kemiskinan
yang mereka pikul.Inilah makna dari kerajaan surga, yaitu suasana di mana semua orang
termasuk para miskin merasakan pemerintahan Tuhan yang berkeadilan.17
16
William, Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Matius Pasal 1-10, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2003), hlm. 149.
17
Ajaran Gereja GPM
Dalam Injil, kita menemukan Lukas 19:1-10 tentang Zakheus yang kaya yang
berjumpa dengan Yesus dan mengubah hidupnya. Pada teks itu dikatakan bahwa Yesus ingin
menumpang di rumahnya Zakheus. Menurut hemat kelompok, ini salah-satu cara yang
dipakai Yesus untuk memberantas kemiskinan. Yaitu dengan cara, membimbing orang kaya
untuk bertobat dan dapat kembali ke jalan yang baik. Sikap Yesus ini adalah sebuah kritikan
untuk mendorbrak konteks yang penuh penganiyaan dan juga kepemimpinan yang menindas
kaum yang lemah atau dengan kalimat lain sturktur yang menindas itu. Oleh sebab itu, Yesus
hadir sebagai transformator untuk mengubah struktur masyarakat saat itu. Yesus hadir dan
menumpang di rumah Zakheus adalah sebuah upaya pembimbingan yang dipakai Yesus agar
dapat membimbing Zakheus untuk bertobat dari jalan yang salah itu yaitu jalan yang terus
meindas hak para janda dan juga anak yatim piatu. Akhirnya, Zakheus bertobat dan
mengembalikan harta orang kepada pemilik mereka yang pernah dirugikan seperti janda dan
anak yatim piatu.
Bagi Conrad, Allah tidak akan berpihak bagi orang-orang kaya jika dengan
kekayaannya itu orang lain menjadi miskin. Bahkan bagi Julio hal tersebut melanggar otoritas
Yesus. Bagi Julio, Yesus menginginkan agar kita tidak mengabdi bagi dua tuan. Kekayaan
yang telah kita dewakan itu akan menjadi perusak hubungan kita dengan sesama. Uang juga
melambangkan suatu nafsuh manusia yang memperbudak dan memerintah. Sebagai suatu
symbol, uang menunjukan kekuatan yang salah bertentangan dengan otoritas Yesus.
Keberpihakan Allah/Kerajaan Allah itu akan dirasakan oleh orang kaya apabila
kekayaan yang dia punya digunakan sebagai alat untuk memuliakan Tuhan. Karena itu,
kekayaan haruslah diperoleh dengan tidak membuat sesama kita menjadi sengsara namun
kekayaan yang kita dapat itu harus digunakan untuk melayani sesama, sebab kesitulah
Kerajaan Allah itu nyata.
Hal ini terlihat berbeda dengan pandangan jemaat tentang apakah orang kaya dapat
masuk kerajaan surga?. Para narasumber beranggapan bahwa mereka sukar masuk kerajaan
Surga hal ini karena alasan-alasan yang telah dikemukakan yaitu: Orang Kaya adalah orang
yang kikir dan juga terdapat dalam teks Alkitab. Oleh sebab itu, pandangan ini haruslah
diubah dengan alasan bahwa orang kaya akan dapat merasakan Kerajaan Allah/Surga itu dan
milik orang seama. jika apa yang dimiliki olehnya itu digunakan demi kemuliaan nama
Tuhan dan juga kekayaan yang dia punya itu untuk melayani sesama.
DAFTAR PUSTAKA
FRISKILIA MATTINAHORUW
JIMI MAWETARZ
BERNHARD MARANTIKA
FAKULTAS TEOLOGI
2020