Bansoe
MK : Bacaan Skripsi
A. Latar Belakang
Kemiskinan bukanlah masalah baru bagi manusia, dalam kisah-kisah Alkitab sendiri
banyak menggambarkan konteks kemiskinan, mulai dari catatan kitab Perjanjian Lama
hingga kisah dalam Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Baru, khususnya pada kitab-kitab Injil
yang mencatat kisah peristiwa Yesus Kristus, memiliki berbagai persoalan, antara lain soal
kemiskinan. Pada kitab Injil mengisahkan relasi yang sangat mencolok antara Yesus dengan
orang-orang miskin, yaitu mereka yang miskin secara fisik, ekonomis, politis, sosial, dan
religius.1 Kemiskinan banyak terjadi karena bangsa Yahudi di zaman Yesus adalah bangsa
yang dijajah dan ditindas oleh para penjajah Roma. Lewat penjajahan, rakyat bukan hanya
Dunia sampai saat ini masih memiliki masalah besar yang perlu diselesaikan. Antara lain
merupakan salah satu negara berkembang, mempunyai pergumulan serius dalam hal
mengatasi kemiskinan. Hal itu dapat dilihat melalui data penduduk miskin yang diterbitkan
1
J.B. Banawiratma, J. Muller, Berteologi Sosial Lintas Ilmu: Kemiskinan Sebagai Tantangan Hidup Beriman.
(Yogyakarta: Kanisius, 2004), 132.
2
Ibid., 133.
1
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada 15 Juli 2021. Presentase penduduk miskin
pada bulan Maret 2021 berada pada angka 10,14%, lalu menurun 0.05% poin pada bulan
September 2020 kemudian terjadi peningkatan 0,36% poin terhadap Maret 2020. Jika
dijumlahkan dalam bentuk satuan, penduduk miskin pada bulan Maret 2021 berjumlah 27,54
juta orang, menurun 0,01 juta orang pada September 2020 dan terjadi peningkatan sebesar
1,12 juta orang pada bulan Maret 2020.3 Melihat data di atas, kemiskinan di Indonesia cukup
memprihatinkan. Beberapa alasan yang menyebabkan angka kemiskinan di negara ini cukup
tinggi yaitu karena faktor cultural dan structural. Tulisan ini akan membahas kemiskinan
Sebagai bagian dari negara Indonesia, gereja pun tidak terlepas dari problematika
kemiskinan structural, namun ada hal yang tak dapat terelakan dalam persoalan ini yaitu
bahwa masih terdapat hingga saat ini sebagian besar gereja tidak menaruh cukup perhatian
menyebut bahwa yang tertarik dengan isu kemiskinan yaitu pada level individual charity.
Sukamto menambahkan bahwa karena kealpaan atas problem kemiskinan atau masalah-
masalah ekonomi sehingga muncul lah berbagai reaksi (recent fenomena theologi) seperti
Theology of Liberation (Amerika Latin); Black Theology (Afrika Selatan); Minjung Theology
(Korea Selatan); Dalit Theology (India).4 Beberapa negara atau etnis yang telah disebutkan
yaitu mereka yang telah mengalami kondisi yang berat dan berusaha lewat perspektif teologi
untuk mendapatkan jawaban dan keadilan bagi hidup mereka. Tentu bila hanya berteori
belum akan dapat menyelesaikan sebuah masalah, apalagi masalah kemiskinan yang begitu
3
bps.go.id (diakses pada 11 Maret 2021).
4
Sukamto, Kemiskinan=Kutuk? Kepedulian Allah dan Tanggung Jawab Gereja terhadap Kemiskinan (Yogyakarta:
Penerbit ANDI, 2017), 19.
2
pelik. Maka dari itu yang diperlukan adalah “doing theology”, seperti pendapat seorang
Teologi terdiri dari dua tindakan – pertama, keterlibatan atau komitmen hidup seseorang pada
Allah dalam Yesus Kristus; lalu kedua ialah refleksi seseorang atas dampak-dampak dari tindakan
yang pertama. Dengan kata lain, iman pribadi seseorang secara mutlak membuka pada tindakan
dalam masyarakat.
Oleh karenanya gereja masa kini perlu aktif untuk doing theology. Membumikan Injil agar
syalom Allah dirasakan bagi mereka yang miskin dan termarjinalkan. Bagaimana dan apa
patokannya? Yaitu pertama-tama komitmen hidup pada Allah di dalam Yesus Kristus. Dalam
Injil Lukas memberikan kita model pengajaran dan pelayanan Yesus yang begitu menaruh
Injil Lukas begitu gamblang mengisahkan pelayanan Yesus Kristus terhadap orang-orang
yang miskin dan termarjinalkan. Mereka terdiri dari orang miskin, para tawanan, orang buta, dan
mereka yang tertindas. Inilah yang menjadi ciri khas Injil Lukas. Bagi Sukamto, dalam Injil
Lukas terdapat misi Yesus sebagai Mesias yang digambarkan secara jelas menunjuk pada
keadaan sosial.6 Hal itu digambarkan Injil Lukas, dan satu-satunya Injil yang mengutip teks kitab
Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar
baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan
kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan
orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. (Luk. 4:18-
19)
5
Daniel J. Adams, Teologi Lintas Budaya: Refleksi Barat di Asia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019), 90.
6
Sukamto, Kemiskinan=Kutuk? Kepedulian Allah dan Tanggung Jawab Gereja terhadap Kemiskinan (Yogyakarta:
Penerbit ANDI, 2017), 114.
3
Dari salah satu kisah Yesus saat berkhotbah dalam Sinagoge di Nazaret ini, Sukamto
mengatakan bahwa ayat ini sangat fundamental dan dalam ayat ini menegaskan bahwa
Lewat sikap Yesus dalam Injil Lukas yang begitu peduli pada mereka yang miskin, gereja
perhatian-Nya pada umat yang terpinggirkan. Oleh karena itu lewat tulisan ini penulis
mencoba mengkaji soal kemiskinan dalam Injil Lukas dan memberikan model bagi gereja
sebagai aktualisasi diri terhadap konteks kemiskinan sebagai persoalan yang dihadapinya.
B. Kerangka Teori
a. B. Wentsel.8
miskin dapat berarti miskin dalam hal materil, jadi mereka yang lemah,
menderita, yang tidak mempunyai hak, yang cacat; tetapi miskin dapat juga
mengenai kaya raya, misal seorang raja yang hidup di bawah penderitaan
secara tepat dalam kerangka perjanjian alkitabiah (B. Wentsel, 1982, hlm. 608).
Dalam hal ini yang dimaksud oleh Wantsel sebagai kaum miskin yaitu mereka
7
Ibid., 114.
8
A. Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017), 33.
4
b. Jahenos Saragih.9
Menurut Saragih, kemiskinan yaitu gejala sosial dalam hal ketidakberdayaan ataupun
keadaan yang tidak berkecukupan kebutuhan dasarnya. Menurutnya, hal yang sulit untuk
menentukan tolak ukur yang tepat mengenai kemiskinan karena menurutnya kemiskinan
berhubungan dengan hidup yang mempunyai banyak segi juga dimensi, mulai dari yang
c. Sukamto.10
Menurutnya, kata kemiskinan biasanya dipakai untuk menunjuk pada kondisi seseorang
yang income-nya diapndang tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar, yaitu sandang,
pangan, dan papan. Namun bagi Sukamto, orang yang telah dapat mencukupi kebutuhan
dasar tidak selalunya bebas dari sebutan miskin, karena dalam kondisi tertentu mereka
d. J. Milburn Thompson.11
Kemiskinan yaitu bahwa masyarakat tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok
mereka, sehingga kemiskinan mengakibatkan manusia berada dalam keadaan lapar dan
kurang gizi; tidak ada air bersih untuk diminum; tidak punya akses untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan, dll. Kemiskinan baginya berarti harus bekerja berat selama 12 jam
di ladang-ladang tebu yang panas oleh terik matahari hanya demi menambah utang
9
Jahenos Saragih, Suara Hati Anak Bangsa Dengan Solusinya; Tinjauan Etis-Teologis Kristiani, (Jakarta: Suara
Gereja Kristiani Yang Esa Peduli Bangsa, 2006)
10
Sukamto, Kemiskinan=Kutuk? Kepedulian Allah dan Tanggung Jawab Gereja terhadap Kemiskinan
(Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2017), 3.
11
J. Milburn Thompson , Keadilan dan Perdamaian: Tanggung Jawab Kristiani dalam Pembangunan Dunia,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 50.
5
mereka kepada pemilik tanah, atau berkeringat dengan mesin jahit selama 10 jam dan
walau begitu tetap tidak mampu untuk menyediakan makanan sederhana setiap hari.
Pandangan Thompson tentang kemiskinan ini lahir dari apa yang ia temui di negara-
negara berkembang dan pasca perang, seperti di Filipina, Etiopia, dan Afrika bagian
selatan.
e. Norman E. Thomas.12
Kemiskinan, terutama sekali disebabkan oleh struktur-struktur yang tidak adil yang
antara bangsa-bangsa.
Commission for World Mission and Evangelism DGD pada tanggal 12-25
12
Norman E. Thomas, Teks-teks Klasik Tentang Misi dan Kekristenan Sedunia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2000), 276.
13
Christiaan De Jonge, Menuju Keesaan Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 153.
6
3. Kemiskinan menurut Injil Lukas
Peristiwa pada kitab-kitab Injil memuat berbagai konteks, salah satunya yaitu
kemiskinan pada bangsa Yahudi di zaman itu. Perlu diketahui bahwa penulisan
kitab ini diperkirakan sekitar tahun 80-90 M, dimana ditulis setelah Yerusalem
jatuh pada tahun 70 M.14 Bila dilihat kata utama pada orang-orang miskin dalam
Perjanjian Baru adalah ptokhos, penes, dan tumnos. Ketiga istilah yang
a. Ptokhos yaitu orang yang begitu menderita dan miskin, yang berjuang demi
lebih lama lagi. Kata ini juga biasa diartikan dengan jongkok, tunduk. Sikap
malu atau takut yang disebabkan ketiadaan sarana kehidupan karena hidup
menderita (Mat. 5:3; 11:5). Orang itu dapat hidup atas bantuan orang lain
yang menyerahkan hidupnya atas amal sesamanya, tanpa itu orang tersebut
namun masih mempunyai harta tetapi ia harus hemat, orang seperti ini harus
c. Tumnos berarti telanjang, suatu keadaan seseorang yang begitu miskin (Why.
14
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-masalahnya, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2018), 194.
15
Jahenos Saragih, Suara Hati Anak Bangsa Dengan Solusinya; Tinjauan Etis-Teologis Kristiani, (Jakarta: Suara
Gereja Kristiani Yang Esa Peduli Bangsa, 2006), 65.
7
Ptokhos, yang menunjuk pada orang-orang yang begitu miskin sehingga mereka
menjadi pengemis dan membutuhkan pertolongan, istilah ini sering muncul dalam
Injil Lukas dari pada Injil Markus dan Matius, sebagaimana dikemukakan oleh
Thomas D. Hunk yang kemudian dikutip oleh Sukamto dalam “Thomas D. Hunk,
Istilah ptokhos dalam Injil Lukas lebih sering muncul dibandingkan dengan Injil Matius
dan Markus, tercatat sepuluh kali kata ptokhos muncul pada Injil Lukas (4:18; 6:20; 7:22;
14:13, 21; 16:20, 22; 18:22; 19:8; 21:3) sementara di Injil Markus serta Yohanes hanya
muncul lima kali. Dari sepuluh kali kemunculannya dalam Injil Lukas, Lukas memakai
enam kali kata ptokhos yang tidak tergantung pada Markus atau Sumber Q, lima kali
muncul dalam narasi 9:51-19:27; kemudian pada bagian 14:13, 21; 16:20, 22; 19:8. Juga
penggunaan yang unik dalam Lukas 4:18, yang digunakan dalam pendahuluan pelayanan
Tuhan Yesus.16
sebagai seorang yang dekat dengan orang miskin dan kaum marginal yang tidak
diikutsertakan dan tidak memiliki suara dalam segi politis. Menurut J.B.
hidup dan tugas pengutusan Yesus yang terarah pada kaum miskin dengan
melihat pada saat Yesus tampil berkhotbah di Sinagoge dengan mengutip kitab
untuk memulai pelayanan Yesus bagi mereka yang miskin dan termarjinalkan.
16
Sukamto, Kemiskinan=Kutuk? Kepedulian Allah dan Tanggung Jawab Gereja terhadap Kemiskinan
(Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2017), 417.
17
J.B. Banawiratma, J. Muller, Berteologi Sosial Lintas Ilmu: Kemiskinan Sebagai Tantangan Hidup Beriman
(Yogyakarta: Kanisius, 2004), 133-134.
8
Kemiskinan pada zaman Perjanjian Baru disampaikan oleh J. Saragih
disebabkan karena sistem yang menyulitkan rakyat, hal ini diterapkan oleh
memicu timbulnya kemiskinan bagi rakyat jelata.18 Dengan hal ini mengakibatkan
ketimpangan yang lebar, diamana yang kaya dan punya status tinggi memiliki
hidup yang berlimpah harta, sedang si miskin semakin melorot taraf hidupnya
dalam masyarakat.
Istilah ptokhos yang muncul dalam Injil Lukas merupakan gambaran kemiskinan
Peristiwa-peristiwa tersebut antara lain tercatat dalam Lukas 4:18; 6:20; 7:22;
Pada penulisan ini penulis menggunakan metode tafsir historis kritis yang menjadi
salah satu metode tafsir yang digunakan untuk menafsir kitab suci demi menemukan
pesan dan makna yang terdapat pada teks Alkitab yang hendak ditafsir. Berdasarkan
namanya, yakni “historis”, metode tafsir ini berkaitan dengan sejarah, seperti yang
18
Jahenos Saragih, Suara Hati Anak Bangsa Dengan Solusinya; Tinjauan Etis-Teologis Kristiani, (Jakarta: Suara
Gereja Kristiani Yang Esa Peduli Bangsa, 2006), 66.
9
Kritik historis pada dokumen-dokumen didasarkan terhadap pendapat bahwa sebuah teks
bersifat historis minimal diliputi dalam dua pengertian: teks tersebut berkaitan dengan
sejarah dan juga mempunyai sejarahnya sendiri. Atas dasar itu kita bisa membedakan
“sejarah di dalam teks” dan “sejarah dari teks”. Yang pertama mengarah pada hal-hal
yang ada hubungannya dengan sejarah yang teks itu sendiri tuturkan, entah tokoh-tokoh
tertentu, keadaan-keadaan, peristiwa-peristiwa sosial ataupun pemahaman-pemahaman.
Sedangkan “sejarah dari teks” mengarah pada sesuatu yang tidak ada sangkut-pautnya
dengan apa yang teks itu kisahkan maupun gambarkan, yaitu “riwayat” atau sejarah teks
itu sendiri: bagaimana teks itu muncul, di mana, mengapa, kapan, dan dalam keadaan
yang bagaimana; siapa penulisnya dan untuk siapa disusun, disunting, dihasilkan dan
dipelihara; apa alasan sehingga teks itu ditulis, lalu hal apa saja yang memengaruhi
kehadiran, pembuatan, perkembangan, pemeliharaan dan penyebarluasannya? 19
Metode ini saling berhubungan dengan konteks kemudian membahas konteks tersebut.
Artinya, dalam proses hermeneutik dengan memakai kritik historis selalu memperhatikan
situasi yang dideskripsikan dalam teks, sebab kebudayaan atau sejarah membantu
C. Bibliografi
Daftar Buku
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Lukas. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2017.
Bosch, David, Transformasi Misi Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.
19
John H. Hayes dan Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2016),
52.
10
Darmawijaya, Keterlibatan Allah Terhadap Kaum Miskin: Dalam Perspektif Teologi
Edwards Jr., O.C., Injil Lukas Sebagai Cerita. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019.
Hayes, John H., dan Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2016.
Noordegraaf, A., Orientasi Diakonia Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017.
Saragih, Jahenos, Suara Hati Anak Bangsa Dengan Solusinya: Tinjauan Etis-Teologis
Kristiani. Jakarta: Suara Gereja Kristiani Yang Esa Peduli Bangsa, 2006.
Simamora, Ranto G., Misi Kemanusiaan dan Globalisasi: Teologi Misi dalam
Thomas, Norman, Teks-teka Klasik tentang Misi dan Kekristenan Sedunia. Jakarta:
Widyatmadja, Josef P., Yesus dan Wong Cilik: Praksis Diakonia Transformatif dan
11
Teologi Rakyat di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017.
Wilar, Abraham S., Agustina Samosir, dan Hans Harmakapatra. Ziarah Iman Ziarah
2022.
Yewangoe, A.A., Theologia Crucis di Asia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Jurnal
Tololiu, Naomi H.M., “Kemiskinan dan Misi Gereja.” Jurnal Teologi Chosen To
Takene, Anika., Arly Haan. “Gereja dan Tanggung Jawab Sosial: Kajian Lukas
D. Sistematika Penulisan
Bab I: Pendahuluan
Bab ini memaparkan latar belakang masalah yang menjadi alasan dalam pemilihan judul,
rumusan masalah, fokus, tujuan, batasan masalah, metode penelitian serta sistematika penulisan.
Bab ini memaparkan mengenai kemiskinan dalam Injil Lukas dan hasil penelitian atau
12
Bab III: Kajian Teori
Bagian ini mendeskripsikan teori yang mendukung penelitian lapangan yang akan
dilakukan, yakni menguraikan realita kemiskinan dalam jemaat menurut perspektif pada
beberapa teori untuk membedah konteks kemiskinan dalam jemaat dengan menggunakan
ANSOS.
Dalam bab ini penulis akan mendialogkan antara refleksi teologis dari teori perihal
kemiskinan dalam Injil Lukas dan hasil penelitian pada jemaat Imanuel Kayamanya Pamona.
Bab V: Penutup
Bab ini berisi deskripsi dari kesimpulan akhir dan saran yang diusulkan oleh penulis.
13