Anda di halaman 1dari 4

Marginalisasi adalah fenomenaketidakseimbangan dalam

pemerolehan peluang dalam aspekekonomi


, sosial dan pendidikan oleh sekumpulan masyarakat (Alcock
1993). Ialah bersumber daripada berbagai faktor yang saling berkait
dan kompleks. Akibat dari marginalisasi
inilah, masyarakat tersebut menjadi miskin dan berada dalam
keadaan serba naif.Masyarakat yang marginal ini mendapat
peluang yang terbatas akibat daripada ketidakupayaan mereka
dalam beberapa aspek yang akhirnya memberi kesan negatif
kepada akuisisi hasil kemajuan
negara.
Konsep marginalisasi juga boleh dikaitkan dengan fenomena
penyingkiran sosial yang berlaku kerana ketidakseimbangan dalam
program pembangunan masyarakat dan juga peluang pendidikan
yang tidak menyeluruh. Lazimnya masyarakat marginal seringkali
dikaitkan dengan kemiskinan dan hidup serba naif. Demi
menampung keperluan, mereka mempunyai kecenderungan untuk
terlibat dalam aktiviti yang tidak bermoral, menyalahi etika dan
norma, dan pelbagai aktiviti negatif seperti terlibat dalam penagihan
narkoba, pengedaran narkoba, pelacur dan individu yang terlibat
dengan jenayah (Perlman 1976: 92).
Masyarakat marginal juga dirujuk kepada masyarakat luar
bandar yang memiliki akses pemodenan yang terhad. Biarpun telah
banyak program yang dilakukan oleh pemerintah namun
masyarakat marginal tetap hidup dalam keadaan serba
kekurangan. Mereka mendapat peluang yang terhad dalam bidang
ekonomi negara. Masyarakat marginal di kebanyakan negara Asia
Tenggara masih lagi marginal ekoran daripada kelemahan
prasarana termasuklah kekurangan bekalan air paip, bekalan
elektrik dan jalan raya yang terhad.
Begitu juga mereka marginal daripada mendapat bantuan
kewangan dan bukan kewangan daripada agensi-agensi kerajaan,
marginalisasi pekerjaandi sektor awam serta marginalisasi daripada
memiliki tanah.Keadaan ini telah membawa kepada kemiskinan dan
kemunduran dalam pelbagai aspek. (Endicott dan Dentan 2004;
Nicholas 1999).

http://eprints.unsri.ac.id/5265/1/buku_pembangunan_marginal.pdf
Pengantar

Gereja di Keuskupan Agung Semarang dalam bulan Agustus 2010 akan membahas tentang Ajaran
Sosial Gereja (ASG). Apa itu ASG?
Selamat menyimak...

Arti kemiskinan

Gereja Katolik selalu menyebut kemiskinan sebagai kemiskinan struktural. Artinya, orang miskin
bukan miskin karena nasib, takdir atau kemalasan, tapi karena proses pemiskinan yang dilakukan
oleh negara. Orang miskin kehilangan akses sosial, politik dan ekonomi karena hak-haknya direnggut
oleh negara. Seluruh daya, karsa dan cipta orang miskin seketika mati saat akses-akses itu tertutup.
Tujuan didirikannya sebuah bangsa adalah untuk kesejahteraan warganya, maka segala peraturan,
keputusan dan kebijakan penguasa haruslah berdampak pada semua lapisan masyarakat secara adil.
Soal pendidikan, misalnya, negara harus membuat peraturan dan kebijakan yang adil dan merata
agar setiap warga negara memperoleh kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan. Seperti
tertulis dalam UUD'45, negara wajib menyediakan pendidikan dan pekerjaan yang layak bagi warga
negaranya. Tidak seperti sekarang, biaya pendidikan mahal sehingga orang miskin semakin sulit
mengangkat derajat hidupnya karena berpendidikan rendah. Di negara maju atau yang biasa disebut
negara kesejahteraan (welfare state), ada dana sosial yang disediakan untuk mensubsidi biaya
kesehatan, pendidikan dan jaminan pensiun bagi warga negaranya. Di Indonesia, 60% APBN setiap
tahun habis untuk membayar bunga utang luar negeri saja. Subsidi kebutuhan bagi orang miskin
(BBM, listrik) dicabut oleh negara demi mencukupi pembayaran utang. Anggaran untuk pembayaran
utang sebesar 2,8 kali anggaran pendidikan, 10,6 kali anggaran kesehatan, 32,7 kali anggaran
perumahan dan fasilitas umum, 119,8 kali anggaran tenaga kerja, dan 27,7 kali anggaran lingkungan
hidup.
Inilah yang disebut kemiskinan struktural yaitu saat negara menyebabkan warganya menjadi
semakin miskin. Kemiskinan struktural ini sudah lama diserukan oleh Gereja Katolik lewat ensiklik-
ensiklik yang biasa disebut Ajaran Sosial Gereja (ASG). Sayangnya, ASG tidak populer di kalangan
umat meski ajaran-ajarannya selalu berlaku universal alias kontekstual dengan jaman sekarang.

Latar Belakang Munculnya Ajaran Sosial Gereja

Ajaran Sosial Gereja dalam dunia modern berawal pada tahun 1891, ketika Paus Leo XIII dalam
ensikliknya Rerum Novarum dengan tegas menentang kondisi-kondisi yang tidak manusiawi yang
menjadi situasi buruh dalam masyarakat industri. Dalam ensiklik itu Paus menyatakan 3 faktor kunci
yang mendasari kehidupan ekonomi, yaitu buruh, modal dan negara. Paus juga menunjukkan
keterkaitan ketiga hal itu sebagai masalah pokok Ajaran Sosial Gereja. Karena prinsip-prinsip yang
dikemukakan adalah petunjuk-petunjuk untuk menciptakan masyarakat yang adil, dokumen itu
terkenal sebagai Magna Charta untuk membangun kembali tatanan ekonomi dan sosial.
Ajaran Sosial Gereja muncul mulai dari perhatian pada hak-hak pekerja dalam ensiklik Rerum
Novarum, selanjutnya meluas pusat perhatiannya pada masalah-masalah perkembangan dan
keadilan ekonomis antar bangsa, teknologi dan perlombaan senjata, makin melebarnya jurang
antara kaum kaya dan kaum miskin dan kritik terhadap komunisme maupun kapitalisme. Dan inti
dari Ajaran Sosial Gereja dan pendasaran sikap pro-life adalah keyakinan yang mendalam tentang
nilai luhur setiap manusia yang diciptakan menurut citra Allah (GS 12). Maka perlu sekali Ajaran
Sosial Gereja dikenal oleh setiap orang Katolik.

Siapa Orang Miskin dalam Kitab Suci

Banyak gambar mengenai orang miskin dan kemiskinan tampil dalam Kitab Suci. Sangat mencolok
dalam Kitab Suci Perjanjian Lama gambar orang miskin dalam hubungannya dengan Allah. Allah
memperhatikan, melindungi, dan membela orang miskin dan malang. Allah berbelas kasih terhadap
orang-orang miskin, orang lemah, anak yatim piatu, para janda dan pengungsi. Kepada Allah
semacam itu orang-orang miskin menaruh harapan. Dalam Injil sangat mencolok hubungan orang-
orang miskin dengan Yesus. Kaum miskin yang dihadapi Yesus adalah orang-orang miskin secara fisik,
ekonomis, sosial, politis dan religius. Mereka berdiri dalam barisan terdepan, sebagai alamat yang
dituju oleh kabar gembira Yesus. Bangsa Yahudi pada zaman Yesus merupakan bangsa yang dijajah
dan ditindas oleh penjajah Roma. Penderitaan rakyat miskin juga dialami dalam bentuk banyak
penyakit. Yesus dekat dengan orang-orang sakit, dengan kaum marginal yang tidak diikutsertakan
dan tidak mempunyai suara dalam kehidupan politis. Mereka adalah miskin dalam arti
sesungguhnya, yakni fisik material, dan karena itu juga secara sosial tersingkir. Termasuk yang secara
sosial miskin adalah mereka yang dijauhi dan disingkirkan dari pergaulan masyarakat, karena mereka
dianggap pendosa. Kepada orang-orang berdosa Yesus tidak membawa pengadilan, melainkan
pengampunan. Yesus dekat dengan mereka yang mengalami kemiskinan religius. Melalui Yesus dan
dalam diri Yesus, orang-orang miskin dan menderita mengalami tanda-tanda datangnya Kerajaan
Allah, yakni bahwa Allah sedang hadir dan bertindak, sedang memperlihatkan kuasa dan kasih yang
menyelamatkan mereka. Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir,
orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik
(Luk. 7:22).
Mendahulukan Kaum Miskin
Dalam perumpamaan mengenai orang Samaria yang baik hati (Luk. 10: 25-37) tampak jelas sekali,
bahwa mendahulukan orang tak berdaya tanpa pertolongan adalah wujud cinta kepada sesama.
Pertanyaan seorang ahli Taurat siapakah sesamaku manusia dijawab oleh Yesus, siapakah sesama
bagi orang yang jatuh ke tangan penyamun, dirampok habis-habisan, dipukuli dan ditinggalkan
setengah mati itu. Bukanlah seorang imam dan seorang Levi yang dianggap suci oleh masyarakat.
Melainkan orang Samaria, yang dianggap kafir, yang menunjukkan belas kasih. Mencintai sesama
berarti menjadi sesama bagi orang yang setengah mati, tak berdaya, tanpa pertolongan.
Mendahulukan orang miskin tidak lain adalah wujud mencintai sesama sebagaimana Yesus
mencintai sesamanya.

Pilihan mendahulukan orang miskin bukanlah pilihan mengecualikan orang kaya dari rencana
penyelamatan Allah. Pilihan mendahulukan orang miskin adalah sikap dan tindakan mengikuti Yesus
yang memaklumkan Kerajaan Allah. Pemakluman itu merupakan suatu undangan untuk siapa saja,
agar terjadi persaudaraan di antara semua orang, di mana jurang antara yang kaya dan miskin
terjembatani, di mana tidak ada lagi pemeras dan yang diperas, penindas dan yang ditindas, di mana
semua orang makan bersama. Orang kaya dapat bergembira dan berbahagia menemukan
solidaritas Allah sendiri dalam solidaritasnya dengan kaum miskin.
Dengan demikian kita dapat mengerti mengapa Allah melalui Yesus memilih dan mendahulukan
kaum miskin. Dalam orientasi dan kesetiakawanan terhadap orang miskinlah persaudaraan semua
orang dibangun. Pilihan kita mendahulukan kaum miskin berakar pada Allah sendiri, Allah itulah
yang memilih dan menyelamatkan, bukan kekayaan, kuat-kuasa dan prestasi manusia. Tidak peduli
terhadap kaum miskin dengan demikian berarti tidak peduli terhadap Allah, adalah atheisme praktis.
Perjuangan mengatasi kemiskinan merupakan jalan mengikuti rencana Allah melalui Yesus, jalan
murid-murid Yesus

Kesaksian Iman Gereja

Ajaran Sosial Gereja memberikan ikhtisar tentang arah utama ajaran Sosial Gereja, yang
memperkokoh dasar-dasar pandangan sosial Katolik. Dari ajaran sosial Gereja ini dapat ditemukan
hubungan dinamis antara Gereja dan dunia, termasuk di Indonesia. Maka di tengah situasi konkret di
Indonesia ini bagaimana mungkin ajaran sosial Gereja dapat diterapkan di bidang sosial, ekonomi,
politik, dan kebudayaan sehingga iman menjadi hidup dan melahirkan tindakan kasih di tengah
dunia yang sedang berubah.
Sejauh mana pula pentingnya ajaran Sosial Gereja bagi umat beriman dalam mencermati masalah-
masalah sosial yang ditemukan? Dan apakah ada kelompok orang beriman yang sedang dan mau
mencari ajaran-ajaran sosial di sekitar persoalan-persoalan atau masalah-masalah sosial? Lalu di
antara sekian dokumen tentang ajaran sosial Gereja, manakah yang paling berbicara langsung
mengenai masalah-masalah sosial yang konkret dan aktual?

Kesimpulan
Kata-kata Paus Paulus VI dalam Syahadat Imannya, mengungkapkan dengan sangat jelas iman
terhadap Gereja. Orang tidak dapat menyimpang darinya tanpa menimbulkan kemalangan-
kemalangan baru dan bentuk-bentuk baru perbudakan, di samping malapetaka rohani.
"Kami menyatakan iman kami bahwa Kerajaan Tuhan, mulai di dunia ini dalam Gereja Kristus, tidak
berasal dari dunia, yang bentuknya sementara, dan bahwa pertumbuhannya tidak boleh dianggap
sama dengan kemajuan peradaban, ilmu pengetahuan atau teknologi manusia tapi menampakkan
diri dalam semakin memahami kekayaan Kristus yang tak dapat diukur, dalam mempunyai
pengharapan yang semakin kokoh terhadap hal-hal abadi, dengan semakin bersemangat menjawab
cinta Tuhan, dengan menyebarkan rahmat Tuhan seluas mungkin dan kesucian di antara orang-
orang. Oleh cinta kasih yang sama Gereja digerakkan agar supaya terus menerus memperhatikan
pula kesejahteraan umat manusia. Dengan tiada henti-hentinya mengingatkan anak-anaknya bahwa
mereka tidak punya tempat tinggal abadi di dunia ini, Gereja mendorong mereka untuk juga ikut
menyumbang, masing-masing orang sesuai dengan situasi dan sarana yang dimilikinya, untuk
kesejahteraan kota duniawi ini, untuk memajukan keadilan, perdamaian dan persaudaraan di antara
umat manusia, untuk memperbesar bantuan mereka kepada saudara-saudara mereka, lebih-lebih
kaum miskin dan orang yang paling menderita. Keprihatinan Gereja yakni mempelai Kristus, yang
mendalam terhadap kebutuhan-kebutuhan umat manusia, kegembiraan dan harapan mereka,
penderitaan dan perjuangan mereka, tidak lain merupakan ungkapan keinginan yang besar untuk
hadir bersama mereka guna menyinari mereka dengan cahaya Kristus, dan menggabungkan mereka
semua pada Dia, Penebus mereka. Namun tidaklah berarti bahwa Gereja menyesuaikan diri dengan
hal-hal duniawi, pun pula bahwa Gereja mengendorkan semangatnya, dengan mana Gereja
menantikan Tuannya dan Kerajaan yang abadi. Yesus telah bersabda :"Barangsiapa merawat
saudaraku yang paling hina ini...ia telah merawat Aku".

Anda mungkin juga menyukai