Anda di halaman 1dari 33

RANGKUMAN MATERI MATA KULIAH

PELAYANAN KAUM MARGINAL


Dosen Pengampu: Dr. Antonius Misa

Disusun Oleh:

Pipit Hastari Budiarto

NIM: 0155-1-008-21

PROGRAM STUDI TEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI MORIAH

TANGERANG 2022
Pertemuan ke-1

Pengertian Pelayanan dan Marginal

I. Pendahuluan
Gereja sebagai umat Allah memiliki tanggung jawab dalam menyampaikan kabar
baik, melayani, membimbing, dan menolong semua orang sesuai dengan perintah
Allah. Tanggung jawab inii bukan sekedar untuk menunjukkan bahwa gereja bagian
dari masyarakat, melainkan hal ini adalah perintah Allah dan peran gereja di dunia.
Jika melayani merupakan sebuah perintah Allah untuk gereja, sudahkan gereja
memahami tentang apa itu pelayanan? Dan siapa saja yang perlu mendapatkan
pelayanaan?
II. Pembahasan
Definisi Pelayanan
Secara umum definisi dari pelayanan adalah menolong sesama yang
membutuhkan bantuan. Namun jika dalam bahasa asli dalam PB di dapati istilah
Diakonia yang memiliki arti melayani. Dalam kebudayaan Yunani, yang
dimaksudkan dengan melayani ialah tindakan membantu yang dilakukan untuk
mendapatkan keuntungan dan hal ini dikerjakan ileh orang-orang yang memiliki
status rendah dalam strata sosial masyarakat, seperti budak, perempuan dan anak-
anak. Pemahaman ini muncul karena bagi orang-orang Yunani, melayani sesame
merupakan hal yang hina atau tidak layak, ka, melayani sesame merupakan hal yang
hina atau tidak layak, ka, melayani sesame merupakan hal yang hina atau tidak layak,
karena melayani sesama merupakan hal yang hina atau tidak layak, karena satu-
satunya yang harus diayani adalah diri sendiri.
Akan tetapi dalam Alkitab diakonia dipahami secara berbeda. Menurut Alkitab,
diakonia merupakan tindakan membantu yang dilakukan orang percaya kepada semua
orang atas dasar kasih yang diajarkan oleh perintah-Nya. Sehingga pelayanan
diakonia tidak memandang status seseorang, semua orang harus dilayani dan setiap
orang percaya bertanggung jawab melakukannya. Pelayanan yang dapat kita teladanui
adalah pelayanan yang seperti Yesus kerjakan, yaitu pelayanan yang tumbuh dari
kasih serta kepedulian bagi mereka kepadanya. Yesus memberi kesempatan kepada
yang membutuhkan, termasuk kepada orang-orang yang terpinggirkan
(termarginalkan) pada jaman Yesus.
Definisi Marginal
Kaum marginal adalah orang-orang yang terpinggirkan atau kurang diperhatikan
karena memiliki kekurangan dalam aspek-aspek kehidupan. Dalam ilmu sosiologi
terdapat tujuh aspek kehidupan yang keterkaitan dengan marginalisasi, yaitu: aspek
ekonomi, pendidikan, sosial, moral, agama, kebiasaan dan politik.
Dalam konteks Indonesia beberapa pekerjaan yang dilakukan kaum margina,
yaitu pedagang kaki lima, pekerja seks komersial, buruh, tukang kebun, pemulung,
pengamen dan beberapa pekerjaan lainnya yang dikerjakan oleh mayoritas rakyat
miskin. Dan pekerjaan tersebut banyak ditemukan di daerah perkotaan.

III. Kesimpulan
Sumber
https://www.churchofjesuschrist.org/study/manual/gospel-principles/chapter-28-
service?lang=ind
http://eprints.unsri.ac.id/5265/1/buku_pembangunan_marginal.pdf
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta:Rajawali Pres), 312.
Pae, Keun-Joo Christine. 2013. Asian Liberatives Ethics dalam buku Ethichs: A
Liberative Approach (Mineapolis: Fotress Press), 48.

Pertemuan ke-2

Budaya Kemiskinan

I. Pendahuluan

Kemiskinan menjadi masalah bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia, salah satu


diantaranya bangsa Indonesia. Kemiskinan sangat berpengaruh terhadap seluruh aspek
kehidupan suatu bangsa. Kemiskinan seringkali dijumpai di negara-negara berkembang,
yang memiliki angka pengangguran cukup tinggi. Di Indonesia sendiri, menurut Badan
Pusat Statistik mencatat penduduk miskin pada September 2020 sebanyak 27,55 juta jiwa
atau meningkat 2,76 juta dibandingkan tahun sebelumnya. Pada periode September 2020,
tingkat kemiskinan menjadi 10,19% atau meningkat 0,97 poin persentase dari 9,22%
periode September 2019. Dampak pandemi ini mulai dirasakan pada kuartal I/2020 yaitu
persentase penduduk miskin naik menjadi 9,78% atau naik 0,37 pp sejak Maret 2019.
Secara jumlah orang, penduduk miskin naik pada September 2020 sebesar 27,55 juta
orang meningkat 2,76 juta orang dibandingkan tahun lalu.

Berbicara mengenai kemiskinan, banyak orang yang memahami bahwa


kemiskinan adalah tiadanya kemampuan untuk memperoleh kebutuhan pokok yang
diperlukan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kehadiran gereja di dunia jelas, yaitu
berfungsi untuk memuliakan Tuhan melalui pertisipasi aktif dalam mewujudkan tujuan
penyelamatan Allah terhadap manusia dan dunia (Andreas, 2010, p. 25). Orang percaya
ataupun gereja harus hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan secara konsisten
mengajarkan perhatian dan tindakan menolong mereka yang hidup dalam kemiskinan.
Melalui hal tersebut sudah seharusnya kemiskinan menjadi tanggung jawab dan perhatian
khusus bagi gereja. Kemiskinan yang merupakan persoalan bagi semua negara membuat
penulis tertarik untuk membahasnya. Lalu, apa yang dimaksud dengan budaya
kemiskinan?

II. Pembahasan
Pengertian Budaya Kemiskinan

Memahami kemiskinan, maka perlujuga memahami nilai-nilai yang diant oleh


masyarakat miskin tersebut. Sepertitelah dijelaskan sebelumnya, bahwa kemiskinan
menyangkut kultur ataubudaya yang dianut oleh masyarakat miskin itu sendiri.
Budaya kemiskinanjuga mencoba melihat kehidupan si miskin itu sendiri pada tingkat
individu. Pada tingkat individu, budaya kemiskinan dicirikan dengan kuatnya
perasaan tidak berharga, tak berdaya, ketergantungan dan rendah diri, serta pasrah.
Merekahanya mengetahui kesulitan-kesulitan, kondisi setempat, lingkungan
tetanggadan cara hidup mereka sendiri saja. Mereka berusaha menyesuaikan
dengankondisi yang ada pada mereka saat ini.Perasaan tidak berharga ini tergambar
dari sikap-sikap mereka yang selalu mengikuti saja apapun yang menjadi keputusan
bersama.Jarangdiantara orang-orang yang kondisi ekonominya lemah ini
mampumenyuarakan aspirasinya.Mereka merasa tidak pantas menyampaikan usulan.
Meskipun hal ini tidak selalu ada dan terjadi diantara mereka, namun hal ini sering
terjadi.Sering mereka meng-amin-ni segala usulan, meski pada akhirnya membuat
mereka kadang tidakselalu setuju dengan hasil keputusan tersebut.

Beberapa diantaranya merasa minder, sangat tergantung dan pasrah.Hal ini


tergambar dari keseharianmereka.Ketergantungan di sini tergambar jelas pada
kebiasaan mereka yang sangat menggantungkan diri dan nasibnya pada bantuan.
Kemiskinan yang membelit sebagian banyak masyarakat ini, memang membuat
banyak sekali bantuan yang di berikan, sehingga hal ini dijadikan oleh sebagian
warga untuk menggantungkan nasib mereka demi membantu kelangsungan hidupnya
dan keluarganya. Kepasrahan juga tercermin dalam keseharian mereka. Pada
akhirnya kepasrahan ini mendorong mereka untuk beradaptasi dan mencoba
berdamaidengan kondisi yang ada.
Budaya kemiskinan di tingkat komunitas juga menimbulkan sebuah bentuk
sharing poverty (berbagikemiskinan). Hal ini tergambar dari bentuk saling berbagi di
antara merekayang sama-sama berada dalam kondisi kekurangan. Budaya
kemiskinan ditingkat komunitas ditandai dengan adanya rumah-rumah yang bobrok,
penuh sesak dan bergerombol. Tingkat pengorganisasian dalam kehidupan
dikomunitas seperti ini sangatlah rendah.
III. Kesimpulan
Budaya kemiskinan menunjukkan bahwa orang-orang yang berada dalam
komunitas yang cenderung miskin, berpendapatan rendah, akan memiliki kualitas
hidup yang kurang baik yang disebabkan oleh rasa apatis dan tidak peduli terhadap
kondisi sekitarnya. Seperti telah dijelaskan diatas, mereka terlalu sibuk untuk
memenuhi segala kebutuhan mereka, bekerja mencari nafkah untuk pemenuhan hidup
keluarga sehingga tidak lagi terlalu peduli pada lingkungan sekitarnya.

Sumber
https://jip.ejournal.unri.ac.id
https://ejournal.kemsos.go.id
https://news.okezone.com/read/2013/07/11/95/835193/budaya-kemiskinan-atau-
kemiskinan-akibat-kebijakan

Pertemuan ke-3

Kemiskinan Dalam Alkitab Perjanjian Lama

I. Pendahuluan
Kemiskinan menjadi masalah bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia, salah satu
diantaranya bangsa Indonesia. Kemiskinan sangat berpengaruh terhadap seluruh
aspek kehidupan suatu bangsa. Kemiskinan seringkali dijumpai di negara-negara
berkembang, yang memiliki angka pengangguran cukup tinggi. Di Indonesia sendiri,
menurut Badan Pusat Statistik mencatat penduduk miskin pada September 2020
sebanyak 27,55 juta jiwa atau meningkat 2,76 juta dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada periode September 2020, tingkat kemiskinan menjadi 10,19% atau meningkat
0,97 poin persentase dari 9,22% periode September 2019. Dampak pandemi ini mulai
dirasakan pada kuartal I/2020 yaitu persentase penduduk miskin naik menjadi 9,78%
atau naik 0,37 pp sejak Maret 2019. Secara jumlah orang, penduduk miskin naik pada
September 2020 sebesar 27,55 juta orang meningkat 2,76 juta orang dibandingkan
tahun lalu.
Berbicara mengenai kemiskinan, banyak orang yang memahami bahwa kemiskinan
adalah tiadanya kemampuan untuk memperoleh kebutuhan pokok yang diperlukan
dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kehadiran gereja di dunia jelas, yaitu berfungsi
untuk memuliakan Tuhan melalui pertisipasi aktif dalam mewujudkan tujuan
penyelamatan Allah terhadap manusia dan dunia (Andreas, 2010, p. 25). Orang
percaya ataupun gereja harus hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan
secara konsisten mengajarkan perhatian dan tindakan menolong mereka yang hidup
dalam kemiskinan. Melalui hal tersebut sudah seharusnya kemiskinan menjadi
tanggung jawab dan perhatian khusus bagi gereja. Kemiskinan yang merupakan
persoalan bagi semua negara membuat penulis tertarik untuk membahasnya. Penulis
tertarik akan membahas
II. Pembahasan
Definisi Kemiskinan

Kemiskinan adalah masalah sosial yang sifatnya global dan telah menjadi
problema sosial baik bagi masyarakat modern maupun masyarakat tradisional.
Menurut ginanjar Kartasasmita, kemiskinan dapat didefinisikan sebagai situasi serba
akekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, melainkan
karena tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Robert Chamber
menggunakan istilah integrated poverty (kemiskinan yang terpadu) untuk kemiskinan
yang melingkari orang-orang miskin, yaitu kemiskinan itu sendiri.

Tetapi menurut beberapa Ahli yang dikutib oleh Andre Bayo Ala, antara lain:

1. Sar. A Levitan, mendefinisikan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan


pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai standart hidup yang layak.
Karena tidak adanya standart hidup yang sama maka tidak ada definisi kemiskinan
yang secara universal.
2. Menurut Bradley R Schiller, bahwa kemiskinan adalah ketidaksanggupan untuk
mendapatkan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang memadai untuk
memednuhi kebutuhan sosial yang terbatas.
3. Menurut Emil Salim yang dikutip oleh Andre Bayo Ala, ia mengatakan bahwa
kemiskinan biasanya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang pokok.

Sedangkan bank dunia mendefinisikan kemiskinan dikarenakan kurangnya dalam


kesejahteraan hidup. Menurutnya kemiskinan terdiri dari banyak dimensi, hal ini
termasuk pendapatan rendah dan ketidakmampuan untuk mendapatkan barang dan
layanan dasar yang diperlukan untuk bertahan hidup dengan martabat. Tidak hanya itu,
kemiskinan juga mencakup tingkat kesehatan dan pendidikan rendah, akses buruk
terhadap air bersih dan sanitasi, kemanan fisik yang tidak memadai, kurangnya suara
dan kesempatan yang tidak memadahi untuk kehidupan seseorang yang jauh lebih baik.

Kemiskinan Dalam PL
Dalam Perjanjian Lama kemiskinan disbut sebagai ebyon, artinya orang yang
menginginkan dan membutuhkan sesuatu. Kemiskinan juga disebut dal, artinya orang
yang lemah dan tidak berdaya. Kemiskinan adalah ani, orang yang terbungkuk, yang
diinjak dan diperas oleh orang lain, orang yang hina dan memikul beban berat.
Kemiskinan juga disebut sebagai anaw, yang mempunyai arti lebih religius, orang
yang rendah hati dihadapan Allah.
Penyebab Kemiskinan Dalam PL
Kitab Perjanjian Lama sangat murah hati dan realistis dalam menguraikan penyebbab
dari kemiskinan:
a. Kemiskinan adalah akibat dari kemalasan (Ams 6:9-11; 24:30-34; 19:15),
kemabukan, kebodohan dan kerakusan (Ams. 23:20-21; 21:17; 13:18, 28; 2:19).
Artinya orang pemalas yang suka menghabiskan waktunya diatas tempat tidur pasti
akan tidak sempat bekerja mencari nafkah yang akibatnya kemiskinan yang tak
terelakan.
b. Kemiskinan adalah akibat dari pemabukan dan kerasukan. Orang yang sika minum
alkohol tanpa batas dan makan rakus serta lahap menderita kemiskinan yang tak
terhingga. Pemabukan dan kelahapan akan mengakibatkan orang mengantuk,
sehingga tidak mungkin lagi bekerja (Ams. 23:20)
c. Kemiskinan adalah akibat dari keserakahan dan kekkikiran. Keserakahan berbentuk
penekanan, pemerasan dan pengisapan manusia oleh manusia itu sendiri yang
mempunyai akibat langsung dan lebih membahayakan kepada semua manusia (2
Sam. 11-12)
d. Kemiskinan karena penjajahan, tekanan dan pemerasan. Hal ini bisa dilihat dalam
kitab keluaran 1, ketika bangsa Israel berada di Mesir. Kemiskinan juga akibat
penindasan oleh orang-orang yang berkuasa; mereka menjual orang benar karena
uang dan orang miskin karena sepasaang kasut, mereka menginjak-injak kepala orang
yang lemah ke dalam debu dan membelokkan jalan orang sengsara… (Amos 2:6-7)
e. Kemiskinan disebabkan oleh malapetaka, bencana alam, wabah, perang, penyakit
menular, si korban tidak berbua apa-apa (bnd. Kel. 10:4-5)
f. Imamat 26:14-46 dan Ulangan 24:15-68 melihat kemiskinan dan kemelaratan
terutama dari segi ketidaktaatan kepada Allah. bencana-bencana akan menimpa orang
yang tidak patuh terhadap Allah; manusiakan bercocok tanam, tetapi tidak akan
memakan hasilnya semua jerih payahnya akan sia-sia, hujan tak turun dan tanah
menjadi kering, keras dan tidak memberi hasil, penyakit demi penyakit akan
menimpa, peperangan dan penaklukan akan terjadi dan sebagainya.

III. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam masa Perjanjian Lama,
penyebab kemiskinan itu terletak pada manusia itu sendiri, pada hubungan manusia
dengan manusia, golongan dengan golongan, masyarakat dengan masyarakat yang
tidak mengindahkkan hukum keadilan.

Sumber

Kartasasmiita, Ginanjar. 1994. Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan


dalam PJP IIMelalu Inpres Desa Tertinggal, Makalah (Jakarta: Persekutuan Injili
Indonesia), 5.

Ala, Andre Bayo. 1981. Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan


(Yogyakarta: Liberty), 3-12.

Hammedi, Wafa, Raymon P dkk. 2019. Transformative Service Research and


Poverty (Texas: Texas State University)

Brownlee Malcolm, Op-Cit, 81

Pertemuan ke-4

Penyebab Dari Kemiskinan

I. Pendahuluan
Kemiskinan menjadi masalah bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia, salah satu
diantaranya bangsa Indonesia. Kemiskinan sangat berpengaruh terhadap seluruh
aspek kehidupan suatu bangsa. Kemiskinan seringkali dijumpai di negara-negara
berkembang, yang memiliki angka pengangguran cukup tinggi. Di Indonesia sendiri,
menurut Badan Pusat Statistik mencatat penduduk miskin pada September 2020
sebanyak 27,55 juta jiwa atau meningkat 2,76 juta dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada periode September 2020, tingkat kemiskinan menjadi 10,19% atau meningkat
0,97 poin persentase dari 9,22% periode September 2019. Dampak pandemi ini mulai
dirasakan pada kuartal I/2020 yaitu persentase penduduk miskin naik menjadi 9,78%
atau naik 0,37 pp sejak Maret 2019. Secara jumlah orang, penduduk miskin naik pada
September 2020 sebesar 27,55 juta orang meningkat 2,76 juta orang dibandingkan
tahun lalu.
Berbicara mengenai kemiskinan, banyak orang yang memahami bahwa kemiskinan
adalah tiadanya kemampuan untuk memperoleh kebutuhan pokok yang diperlukan
dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kehadiran gereja di dunia jelas, yaitu berfungsi
untuk memuliakan Tuhan melalui pertisipasi aktif dalam mewujudkan tujuan
penyelamatan Allah terhadap manusia dan dunia (Andreas, 2010, p. 25). Orang
percaya ataupun gereja harus hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan
secara konsisten mengajarkan perhatian dan tindakan menolong mereka yang hidup
dalam kemiskinan. Melalui hal tersebut sudah seharusnya kemiskinan menjadi
tanggung jawab dan perhatian khusus bagi gereja. Kemiskinan yang merupakan
persoalan bagi semua negara membuat penulis tertarik untuk membahasnya. Penulis
tertarik akan membahas apa yang menjadi penyebab?
II. Pembahasan
Penyebab Kemiskinan
Adapun beberapa hal yang menjadi faktor penyebab kemiskinan, yaitu:
1. Tingkat pendidikan Rendah
Faktor penyebab kemiskinan yang pertama bisa dikarenakan tingkat pendidikan
yang rendah. Tingkat pendidikan yang rendah bisa membuat seseorang kurang
memiliki keterampilan, wawasan, serta pengetahuan yang memadai untuk
kehidupannya.
Jika dilihat lebih jauh lagi, dalam dunia kerja atau dunia usaha, pendidikan adalah
modal untuk bersaing jika ingin mendapatkan kesejahteraan nantinya. Maka tidak
heran, jika banyak pengangguran yang dikarenakan faktor penyebab kemisikinan
yaitu tingkat pendidikan rendah.
2. Malas Kerja
Selanjutnya, faktor penyebab kemiskinan yaitu malas bekerja. Faktor penyebab
kemiskinan ini, punya hubungan faktor penyebab kemiskinan sebelumnya yaitu
tingkat pendidikan yang rendah. Seseorang dengan tingkat pendidikan rendah
membuat dirinya malas bekerja karena tidak punya keterlampilan dan
pengetahuan. Orang yang malas usaha bisa berdampak pada tingkat pengangguran
yang makin tinggi.
3. Kualitas kesehatan yang buruk
Selanjutnya, faktor penyebab kemiskinan bisa dikarenakan kualitas kesehatan
suatu negara yang buruk. Pasalnya, akses layanan kesehatan yang sulit dan mahal
bisa jadi masalah utama bagi masyarakat ekonomi rendah.
Mengingat, jasa dokter atau membeli obat ketika sakit tidak murah. Masyarakat
tidak mampu, justru terus sakit dan sulit melakukan pekerjaan. Hingga hal ini bisa
menjadi faktor penyebab kemiskinan
4. Sumber daya alam tidak ada
Faktor penyebab kemiskinan ini banyak terjadi di tiap negara, terutama negara
berkembang serta negara dengan tingkat kemiskinan yang tinggi. Saat sumber
daya alam tidak ada atau tidak dapat diolah, maka hal ini bisa jadi salah satu
faktor penyebab kemiskinan.
5. Modal terbatas
Kemudian, terbatasnya modal juga bisa menjadi penghambat seseorang untuk
berkembang. Belum lagi jika orang yang tersebut memiliki tingkat pendidikan
rendah. Mengingat, banyak penyebab rendahnya pendidikan karena faktor
ekonomi keluarga.
6. Harga kebutuhan tinggi
Harga kebutuhan tinggi adalah faktor penyebab kemiskinan yang kerap terjadi
dan jadi alasan mengapa masyarakat miskin merasa kurang dan tidak cukup
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Padahal, kian hari harga bahan makan
melambung tinggi. Konsekuensinya, mereka harus memotong pengeluaran untuk
kebutuhan lain dan dialihkan pada konsumsi makanan.
7. Lapangan kerja terbatas
Faktor penyebab kemiskinan selanjutnya karena terbatasnya lapangan kerja.
Meski seseorang bisa menciptakan lapangan kerja baru, namun peluangnya cukup
kecil untuk masyarakat miskin karena keterbatasan keterampilan serta modal
III. Kesimpulan
Penyebab kemiskinan selalu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah,
adanya rasa malas (pasrah) atau tidak memiliki daya juang, kondisi kesehatan
seseorang, tidak adanya sumber daya, terbatasnya modal dan kesempatan, harga
kebutuhan yang tinggi dan terbatasnya lapangan pekerjaan.
Sumber
https://hot.liputan6.com/read/4488975/7-faktor-penyebab-kemiskinan-pengertian-
dan-dampaknya
https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/620636c38eedf/penyebab-kemiskinan-dan-
dampak-yang-ditimbulkan

Pertemuan ke-5

Jenis-jenis Kemiskinan

I. Pendahuluan

Kemiskinan menjadi masalah bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia, salah satu


diantaranya bangsa Indonesia. Kemiskinan sangat berpengaruh terhadap seluruh aspek
kehidupan suatu bangsa. Kemiskinan seringkali dijumpai di negara-negara berkembang, yang
memiliki angka pengangguran cukup tinggi. Di Indonesia sendiri, menurut Badan Pusat
Statistik mencatat penduduk miskin pada September 2020 sebanyak 27,55 juta jiwa atau
meningkat 2,76 juta dibandingkan tahun sebelumnya. Pada periode September 2020, tingkat
kemiskinan menjadi 10,19% atau meningkat 0,97 poin persentase dari 9,22% periode
September 2019. Dampak pandemi ini mulai dirasakan pada kuartal I/2020 yaitu persentase
penduduk miskin naik menjadi 9,78% atau naik 0,37 pp sejak Maret 2019. Secara jumlah
orang, penduduk miskin naik pada September 2020 sebesar 27,55 juta orang meningkat 2,76
juta orang dibandingkan tahun lalu.

Berbicara mengenai kemiskinan, banyak orang yang memahami bahwa kemiskinan


adalah tiadanya kemampuan untuk memperoleh kebutuhan pokok yang diperlukan dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Kehadiran gereja di dunia jelas, yaitu berfungsi untuk
memuliakan Tuhan melalui pertisipasi aktif dalam mewujudkan tujuan penyelamatan Allah
terhadap manusia dan dunia (Andreas, 2010, p. 25). Orang percaya ataupun gereja harus
hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan secara konsisten mengajarkan perhatian
dan tindakan menolong mereka yang hidup dalam kemiskinan. Melalui hal tersebut sudah
seharusnya kemiskinan menjadi tanggung jawab dan perhatian khusus bagi gereja.
Kemiskinan yang merupakan persoalan bagi semua negara membuat penulis tertarik untuk
membahasnya. Penulis tertarik akan membahas apa saja jenis-jenis kemiskinan?

II. Pembahasan
Jenis-Jenis kemiskinan
Secara umum, ada didapati enam jenis kemiskinan, yaitu:
1. Kemiskinan Subjektif
Pertama, jenis-jenis kemiskinan absolut, di mana hal ini dapat dideskripsikan
sebagai kondisi ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan primer
hidup mereka, mulai dari pangan, sandang, dan papan.
Hal ini biasanya disebabkan karena upah kerja yang mereka terima jauh berada di
bawah garis kemiskinan atau di bawah Upah Minimum Kerja (UMK) daerah
masing-masing. Sedangkan seperti yang kita tahu, Indonesia mengalami inflasi
sebesar 1-5 persen tiap tahunnya.
2. Kemiskinan Mutlak
Kemiskinan jenis ini merupakan bentuk kemiskinan di mana pendapatan individu
atau keluarga berada di bawah persyaratan kelayakan atau dibawah garis
kemiskinan. Pendapatan tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan,
sandang, papan, pendidikan dan kesehatan.
3. Kemiskinan Relatif
Selanjutnya ada kemiskinan relatif yang dapat didefinisikan sebagai bentuk
kemiskinan yang terjadi karena pembangunan yang kurang merata atau tidak
mencapai semua lapisan masyarakat. Hal ini membuat munculnya ketimpangan
pendapatan antara masyarakat di suatu daerah dengan daerah lain yang
berdekatan.
Contoh kemiskinan relatif dapat berupa seseorang yang tinggal di lingkungan elit
dengan penghasilan sebatas UMR atau bisa juga ketika seseorang itu berada di
sekitar orang-orang yang berpenghasilan lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan
orang tersebut merasa kurang mampu jika dibandingkan circle di sekitarnya.
4. Kemiskinan Alamiah
Kemsikinan yang disebabkan oleh kurangnya sumber daya alam. Hal ini
menyebabkan turunnya produktivitas masyarakat modern.
5. Kemiskinan Kultural
Lalu ada jenis-jenis kemiskinan kultural yang merupakan bentuk kemiskinan yang
seakan sudah menjadi budaya di masyarakat. Jenis kemiskinan ini bahkan dapat
kita temui di kehidupan sehari-hari dengan mudah, baik dari nilai yang dianut,
pemikiran, atau etos kerja seseorang.
Contoh dari kemiskinan kultural meliputi: seseorang yang malas dan memiliki
etos kerja yang rendah, pikiran konservatif yang menolak kemajuan zaman dan
teknologi, mudah menyerah, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Biasanya, jenis kemiskinan kultural terjadi karena kurangnya edukasi dan
ketidakmauan seseorang dalam mengembangkan potensi dalam diri. Sehingga,
jika hal ini terus dilakukan, maka hanya akan memperpanjang siklus kemiskinan
kultural yang ada hingga anak cucu.
6. Kemiskinan Struktural
Jenis kemiskinan yang satu ini terbentuk karena struktur sosial yang ada di
kelompok masyarakat tertentu, sehingga memicu timbulnya kondisi di mana
masyarakat tersebut tidak mampu mengelola sumber daya yang ada dan
sebenarnya tersedia untuk mereka.
Contoh paling mudah dari keberadaan kemiskinan struktural adalah masyarakat di
daerah tertentu yang memiliki sumber daya alam melimpah, namun tidak dapat
menikmati kekayaan tersebut. Salah satu contoh paling mudah yang bisa kita
temukan adalah penduduk di Papua yang tidak mendapatkan manfaat dari
perusahaan emas daerah setempat karena digarap oleh asing.
III. Kesimpulan
Didak dapat dipungkiri, di Indonesia sendiri memang terdapat enam jenis
kemiskinan yang dapat diidentifikasikan, yaitu: kemiskinan subjektif, mutlak,
relative, alamiah, kultural dan structural.
Sumber
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5882126/kemiskinan-pengertian-penyebab-
hingga-jenis-jenisnya
https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/24/172143169/kemiskinan-definisi-
jenis-dan-faktor-penyebabnya?page=all
https://blog.danain.co.id/jenis-jenis-kemiskinan-dan-penyebabnya/

Pertemuan ke-6

Kemiskinan Di Kota dan Di Desa

I. Pendahuluan
Kemiskinan menjadi masalah bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia, salah satu diantaranya
bangsa Indonesia. Kemiskinan sangat berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupan suatu
bangsa. Kemiskinan seringkali dijumpai di negara-negara berkembang, yang memiliki angka
pengangguran cukup tinggi. Di Indonesia sendiri, menurut Badan Pusat Statistik mencatat
penduduk miskin pada September 2020 sebanyak 27,55 juta jiwa atau meningkat 2,76 juta
dibandingkan tahun sebelumnya. Pada periode September 2020, tingkat kemiskinan menjadi
10,19% atau meningkat 0,97 poin persentase dari 9,22% periode September 2019. Dampak
pandemi ini mulai dirasakan pada kuartal I/2020 yaitu persentase penduduk miskin naik
menjadi 9,78% atau naik 0,37 pp sejak Maret 2019. Secara jumlah orang, penduduk miskin
naik pada September 2020 sebesar 27,55 juta orang meningkat 2,76 juta orang dibandingkan
tahun lalu.

Berbicara mengenai kemiskinan, banyak orang yang memahami bahwa kemiskinan


adalah tiadanya kemampuan untuk memperoleh kebutuhan pokok yang diperlukan dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Kehadiran gereja di dunia jelas, yaitu berfungsi untuk
memuliakan Tuhan melalui pertisipasi aktif dalam mewujudkan tujuan penyelamatan Allah
terhadap manusia dan dunia (Andreas, 2010, p. 25). Orang percaya ataupun gereja harus
hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan secara konsisten mengajarkan perhatian
dan tindakan menolong mereka yang hidup dalam kemiskinan. Melalui hal tersebut sudah
seharusnya kemiskinan menjadi tanggung jawab dan perhatian khusus bagi gereja.
Kemiskinan yang merupakan persoalan bagi semua negara membuat penulis tertarik untuk
membahasnya. Penulis tertarik akan membahas terkait bagaimana kemiskinan yang terjadi di
kota dan di desa?

II. Pembahasan
Di Indonesia sendir, menurut data dari BPS yang dirilis pada tahun 2018, tingkat
penduduk miskin lebih banyak berada di desa daripada di kota. Menurut berita media
online ekonomi.kompas.com, presentasi angka kemiskinan di desa sebanyak 13%
sedangkan di kota 7,02%.
Kemiskinan di Desa
Tingkat kemiskinan di desa bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, mmisalnya
kurangnya lapangan pekerjaan, daerah yang masih terisolir, dan minimnya informasi
dan rendahnya pendidikan serta pengetahuan masyarakat desa. Beberapa alasan
tersebut biasanya juga menyebabkan kemiskinan menjadi identic dengan lingkungan
yang kotor, kumuh dan sulit diatur.
Selain itu, sector industry yang berkembang di perkotaan sebagai pengaruh
globalisasi di negara berkembang ternyata tidak mampu memberikan efek penetasan
ke wilayah pedesaann, sehingga kecenderungan yang terjadi adalah semakin
melebarnya kesenjangan sosial dan special antara kota besar dan pedesaan.
Kesenjangan pendapatan dan disparitas antara perkotaan dan pedesaan semamkin
memperburuk kesejahteraan penduduk di wilayah perdesaan.
Namun, dalam beberapa kurun waktu terakhir, tingkat kemiskinan di pedesaan
mengaami penurunan seiring dengan penambahan anggaran desa. Walaupun tingkat
kemiskinan di desa sudah muali menurun, masalah kemiskinan ini tidak boleh
diabaikan, pemerintah harus tetap memantau dan mencari solusi untuk mengentaskan
kemiskinan. Karena tingkat kemiskinan di desa akan mempengaruhi kualitas
pemerintahan pusat. Bahkan, kemiskinan juga mampu menjadi parameter untuk
mengukur kemajuan sebuah negara.
Kemiskinan di Kota
Kemiskinan di perkotaan juga disebabkan karena rumah tangga miskin memiliki
pendidikan yang lebih rendah disbanding yang tidak miskin, dengan satu pertiganya
memiliki pendidikan yang kurang dari pendidikan Primer (Baker, 2008).
Namun disisi lain yang menjadi penyebab kemiskinan di sebagian besar perkotaan
adalah akibat dari rendahnya kualitas kesehatan yang disebabkan karena
permasalahan infrastruktur dan pelayanan dasar yang menjadi semakin akut pada
penduduk miskin perkotaan. Ketika akses terhadap kedua hal tersebut sangat mudah
pada daerah perkotaan dibandingkan dengan pedesan, akan tetapi sangat sulit bagi
masyarakat perkotaan. Selain itu kemiskinan diperkotaan juga disebabkan oleh
tingkat pendidikan yang rendah, bekerja di sector informal, hidup di pemukiman
kualitas rendah, kurang memiliki jaminan pekerjaan yang tetap, dan membpunyai
akses yang lebih rendah terhadap layanan dasar.
Sub kelompok masyarakat miskin perkotaan yang sangat rentan meliputi
pendatang baru di perkotaan, tenakga kerja anak, anak jalanan dan mereka yang hidup
di pemukiman informal (Baker 2013). Kemiskinan di perkotaan bersifat komplek dan
multi-dimensional yang tidak hanya meliputi akses terhadap tanah perumahan,
pelayanan dan infrastruktur dasar, sumber ekonomi, fasilitas pendidikan dan
kesehatan, jaringan pengaman sosial dan pemberdayaan.
III. Kesimpulan
Dalam kemiskinan perdesaan maupun perkotaan didapati sebuah kesamaan dalam
mayoritas profesi yang dimiliki oleh mereka. Kebnayakan mereka bekerja di sector
informal seperti buruh, aktivitas tradisional dalam skala kecil, pedagang kaki lima,
dan sebagainya. Sayangnya sector informal ini tidak memiliki kesempatan masuk
dalam ekonomi pasar karena cenderung memiliki pendapatan kecil, sehingga tidak
ada aliran capital dari kota ke desa.
Sumber
http://scholar.unand.ac.id/18922/1/2.%20BAB%20I.pdf
https://www.kompasiana.com/ilmanaili/5d56b178097f362e5d376362/mengulas-
kemiskinan-di-tingkat-desa?page=all&page_images=1

Pertemuan ke-7
Anak Jalanan

I. Pendahuluan
Fenomena anak jalanan menjadi suatu permasalahan sosial yang cukup kompleks
bagi kota-kota besar di Indonesia. Apabila dicermati dengan baik, ternyata anak
jalanan sangat mudah ditemukan di kota-kota besar. Mulai dari perempatan lampu
lalu lintas, stasiun kereta api, terminal, pasar, pertokoan, bahkan mall, menjadi tempat
anak-anak jalanan melakukan aktivitasnya. Lalu sebenarnya, siapa anak jalanan itu?
Dan apa penyebab munculnya anak jalanan
II. Pembahasan
Pengertian Anak Jalanan
Istilah anak jalanan pertama kali diperkenalkan di Amerika selatan, tepatnya di
Brazilia, dengan nama Meninos de Ruas untuk menyebut kelompok anak-anak yang
hidup di jalanan dan tidak memiliki tali ikatan dengan keluarga (B.S. Bambang,
1993.9). istilah anak jalanan yang digunakan di beberapa tempat lainnya, berbeda-
beda. Di Kolombia mereka disebut gamin/urchin (melarat), dan Chhinches (kutu
kasur. Di Rio de Jenairo disebut Marnigain (Kriminal atau marginal), di Peru disebut
pa’jaros frutero (burung pemakan buah), di Bolivia disebut Polillas (ngengat), di
Honduras disebut resistoleros (perampok kecil), di Vietnam disebut bui doi (anak
dekil), di Rwanda disebut saligoman (anak menjijikkan), di Kamerun disebut
Poussing (anak ayam), dan di Zaire dan Kongo disebut balados (pengembara).
Jika kita perhatikan istilah-istilah itu secar tidak langsung menggambarkan posisi
anak jalanan dalam masyarakat. Meskipun memiliki hak penghidupan yang layak
seperti anak-anak pada umumnya, tetapi realitanya berbeda dan hampir semua anak
jalanan mengalami marginalisasi pada aspek-aspek kehidupannya.
Istilah-istilah tersebut kemudian didefinisikan sesuai dengan kondisi dan situasi yang
melingkupi anak jalanan. Beberapa definisi anak jalanan, antara lain:

1. UNICEF (1986) dalam S.Sumardi (1996:2), mendefinisikan anak jalanan sebagai


childrenwho work on the streets of urban area, withoutreference of the time they
spend there or reasons for being there.
2. A. Sudiarja (1997:13), menyatakan bahwa sulit menghapus anggapan umum bagi
anak
jalanan, yang sudah terlanjur tertanam dalam masyarakat dimana mereka itu maling
kecil,
anak nakal, pengacau ketertiban, jorok dan mengotori kota.
3. Indrasari Tjandraningsih (1995:13), mengungkapkan bahwa anak yang bekerja
secara informal di perkotaan yang lebih dikenal dengan anak jalanan, juga dilaporkan
dalam kondisi yang lebih rentan terhadap eksploitasi, kekerasan, kecanduan obat bius,
dan pelecehan seksual.
4. Teresita L. Silva (1996:1), memberikan tiga kategori untuk mengidentifikasi anak
jalanan sebagai berikut: a) Children who actually live and work on the street and are
abandoned and neglected or have run away form their families; b) Children who
maintain regular contact with their families, but spend a majority of their time
working on the street; dan c) Children of families living on the streets.

Dari beberapa definisi tersebut dapat dilihat denan jelas adanya perbedaan dalam
memandang tentang anak jalanan ini. Ada yang menganggap anak jalanan sebagai area
pekerja, namun ada juga yang menentang pandangan ini. Secara konseptual anak jalanan
memang masuk Dallam pekerja anak, namun secara praktik anak jalanan banyak
dianggap sebagi kelompok khusus yang memjliki banyak perbedaan dari pekerja anak.

Faktor Penyebab Anak Jalanan

Abu Huraerah (2006:78) menyebutkan beberapa penyebab munculnya anak jalanan,


antara lain:

1. Orang tua mendorong anak bekerja dengan alasan untuk membantu ekonomi keluarga
2. Kasus kekerasan dan perlakuan salah terhadp anak oleh orang tua semakin meningkat
sehingga anak lari ke jalananan.
3. Anak terancam putus sekolah karena orang tua tidak mampu membayar uang sekolah.
4. Makin banyak anak yang hidup di jalanan karena biaya kontrak rumah mahal. Meningkat
5. Timbulnya persaingan dengan pekerja dewasa di jalanan, sehingga anak terpuruk
melakukan pekerjaan berisiko tinggi terhadap keselamatannya dan ekploitasi anak oleh
orang dewasa di jalanan.
6. Anak menjadi lebih lama di jalananan sehingga timbul masalah baru
7. Anak jalanan jadi korban pemerasan dan eksploitasi sesksual terhadap anak jalanan
perempuan.
III. Kesimpulan

Menjadi anak jalanan bukan pilihan hidup yang diinginkan setiap orang, dan bukan
pilihan yang menyenangkan bagi anak. Namun karena kondisi, tuntutan, kebutuhan dan
juga keadaan yang membuat mereka tumbuh bebas di jalanan.

Sumber

https://ojs.unm.ac.id
https://jurnal.dpr.go.id

Pertemuan ke-8

Kemiskinan Dalam Alkitab Perjanjian Baru (Yesus dan Orang Miskin)

I. Pendahuluan
Kemiskinan merupakan problematika yang tidak terselesaikan dari jaman dahulu
bahkan sampai masa sekarang. Meskipun tidak terlalu jelas, dalam kitab perjanjian
lama seringkali menyinggung terkait kemiskinan. Lalu bagaimana pandangan
kemiskinan dalam perjanjian baru? Dan bagaimana pelayanan Yesus terhadap orang
miskin atau kaum marginal?
II. Pembahasan
Kemiskinan Dalam Alkitab Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru istilah Yunani yang paling sering diggunakan untuk
menggambarkan kemiskinan adalah istilah ptocos dan yang lain penes. Kata Ptochos
berasal dari akar kata Pte yang yang digabung dengan kata Ptesso yang artinya dalam
situasi ketakutan. Kecenderungan pemakaian istilah ini untuk menjelaskan
kemiskinan, mempunyai dasar dalam situasi kehidupan nyata dari manusia yang
bersangkutan. Mereka adalah orang yang sangat miskun, yang berjuang mengatasi
penderitaannya demi mempertahankan hidup yang lebih lama lagi.

Maka Ptochos dalam Matius 5:3 melukiskan orang yang betul-betul miskin
dan mendarita dan karena menyadari kesengsaraanya sendiri yang sungguh tidak
kepalang. Dia mempercayakan seluruh jiwa raganya kepada Tuhan. Mereka tidak
mempunyai apa-apa di dunia ini dan tidak mengharapkan segala-galanya dari Tuhan.
Mereka adalah orang-orang yang membaktikan diri kepada Tuhan dan juga berserah
kepada Tuhan. Ucapan dalam kitab Matius “orang yang miskin di hadapan Allah”
adalah orang-orang yang miskin secara rohani. Mereka adalah orang-orang yang
rendah hati, yang terbuka kepada Allah, yang menggantungkan diri secara mutlak
kepada Allah. kemiskinan rohani inilah yang diperlukan sebelum seseorang dapat
percaya kepada Yesus. Injil Matius lebih ditekankan sifat rohani orang-orang miskin
itu; mereka disebut “miskin dalam hati”
Miskin dalam hati berarti bahwa mereka tahu dalam hati bahwa hanya
Tuhanlah yang dapat menolong mereka. Mereka disebut juga “orang yang
berdukacita” yang Yesus maksudkan orang yang bersedih, sebab anggota-anggota
umat Tuhan mengalami ketidakadilan serta disudutkan (Selama kerajaan Mesias
belum datang secara penuh). “orang yang lemah lembut” mempunyai dua pengertian
dengan serentak: mereka adalah orang yang (ditengah-tengah kesesakan dan
penindasan) dengan rendah hati mengharapkan pertolongan dari Tuhan, dan justru
sebab mereka mengharapkan pertolongan dari Tuhan, maka mereka dapat menjadi
lemah lembut terhadap sesama manusia serta hidup tanpa membalas dendam.

Yesus dan Orang Miskin (Marginal)

Alkitab mencatat banyak peristiwa dimana Yesus melayani kaum marginal. Pada
zaman Yesus, mayoritas populasi adalah rakyat miskin yang tinggal di perkebunan atau
kampung nelayan atau masyarakat kota yang masuk dalam golongan ekonomi bawah.
Para pengemis dan budak mencakup jumlah paling banyak dari kaum marginal. Selain itu
banyak janda-janda miskin beserta anak-anak mereka. Yesus berkata bahwa Dia datang
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin (Lukas 4:18-19) dan kita
menyaksikan bagaimana Yesus mempraktekkan-Nya. Kita membacaberbagai contoh di
Alkitab bagaimana Yesus melayani mereka yang sakit. Pada zaman Yesus, penyakit
seringkali dianggap sebagai hukuman dari Allah atau akibat dari dosa, jadi mereka yang
sakit terkadang dikucilkan. Selain itu, keterbatasan fisik membuat mereka tidak dapat
berkontribusi bagi masyarakat. Kita pun membacaberbagai kisah dimana Yesus melayani
mereka yang dianggap pengkhianat atau pendosa dan oleh karena itu dijauhi oleh
mayoritas masyarakat. Dalam hal ini, contohnya adalah pemungut cukai, pelacur, dan
perempuan Samaria. Lalu, bagaimanakah sikap/tindakan Yesus dalam melayani kaum
marginal?

Pertama, Yesus membangun relasi dengan mereka.Dalam beberapa kisah


Alkitab, merekalah yang mendekati Yesus terlebih dahulu, namun ada juga kejadian
dimana Yesus menghampiri mereka untuk memulai pembicaraan (seperti dalam kisah
Zakheus dan perempuan Samaria). Lebih daripada itu, Yesus juga bergaul, berkunjung ke
rumah, dan makan bersama dengan mereka (Lukas 7:34, Lukas 15:2) dimana tindakan-
Nya ini memicu kritik pedas terutama dari kalangan pemimpin agama.

Kedua, Yesus menyembuhkan mereka.Banyak dari mereka menerima


kesembuhan jasmani. Dalam beberapa kasus, Yesus bahkan menyatakan diri sebagai
Allah yang berotoritas mengampuni dosa (Markus 2:5, Lukas 7:48), dan hal ini berujung
pada kesembuhan rohani bagi sang penerima pengampunan.

Ketiga, Yesus memulihkan relasi atau mengintegrasikan mereka kembali


kepada keluarga mereka serta masyarakat luas. Dalam kisah kesembuhan orang yang
lumpuh, Yesus memerintahkan orang tersebut untuk “pulang ke rumahnya”(Markus
2:11). Selain itu dalam kisah penyembuhan sepuluh orang kusta, Yesus memerintahkan
mereka untuk pergi kepada para imam (Lukas 17:14). Tujuan dari perintah Yesus ini
adalah agar para imam bisa menyatakan bahwa mereka sudah sembuh sehingga mereka
bisa kembali kepada aktivitas normal mereka di tengah masyarakat. Melalui dua kisah ini
kita melihat bahwa Yesus ingin memastikan bahwa orang-orang yang disembuhkan-Nya
juga tidak lagi dipinggirkan oleh keluarga atau masyarakat. Yesus mengundang kita
orang-orang yang percaya untuk menjadi murid-murid-Nya, mengikut Dia, mencontoh
teladan-Nya. Bagaimana meneladani Yesus dalam pelayanan kaum marginal di masa
kini? Kita perlu mengidentifikasi siapa saja yang termasuk kaum marginal. Mereka
adalah masyarakat kelas ekonomi bawah, bahkan yang sangat berkekurangan seperti
pengemis, pemulung, anak jalanan, dsb. Selain itu, kaum yangterpinggirkandari
kehidupan masyarakat masa kini bisa berarti penyandang cacat, penderita penyakit
tertentu seperti HIV/AIDS, penderita gangguan kesehatan mental, pekerja seks, kaum
LBGT, pecandu narkotika atau alkohol atau judi, narapidana, atau korban human
trafficking.

III. Kesimpulan

Dalam perjanjian baru miskin menggunakan istilah ptesso Kecenderungan


pemakaian istilah ini untuk menjelaskan kemiskinan, mempunyai dasar dalam situasi
kehidupan nyata dari manusia yang bersangkutan. Mereka adalah orang yang sangat
miskun, yang berjuang mengatasi penderitaannya demi mempertahankan hidup yang
lebih lama lagi. Setelah mengidentifikasi siapa yang termasuk kaum marginal, kita bisa
mengikuti beberapa pola pelayanan Yesus di atas yang disesuaikan dengan konteks masa
kini: membangun relasidan menjadi sahabat dalam proses perawatan atau pemulihan,
memberitakan Injil, memberikan bantuan materi, serta membantu dalam proses integrasi
kembali kepada keluarga dan masyarakat.

Sumber
Hauck: Ptochos(art), dalam G.Kittel (ed): Theological Dictionary of The New
Testament Vol VI, Michigan Rapids.
Stagemann, Wolfgang. 1989. Injil dan Orang-Orang Miskin (Jakarta: BPK Gunung
Mulia), 2
Brownlee, Malcolm. Op-cit, 84.
Heer, J.J.de. 1992. Tafsuran Alkitab Injil Matius 1 (Jakarta: BPK gunung Mulia), 72-
73.
https://hokimtong.org/pembinaan/yesus-dan-kaum-marginal/

Pertemuan ke-9

Pelayanan Gereja Terhadap Orang Miskin

I. Pendahuluan
Kemiskinan menjadi masalah bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia, salah satu
diantaranya bangsa Indonesia. Kemiskinan sangat berpengaruh terhadap seluruh aspek
kehidupan suatu bangsa. Kemiskinan seringkali dijumpai di negara-negara berkembang, yang
memiliki angka pengangguran cukup tinggi. Di Indonesia sendiri, menurut Badan Pusat
Statistik mencatat penduduk miskin pada September 2020 sebanyak 27,55 juta jiwa atau
meningkat 2,76 juta dibandingkan tahun sebelumnya. Pada periode September 2020, tingkat
kemiskinan menjadi 10,19% atau meningkat 0,97 poin persentase dari 9,22% periode
September 2019. Dampak pandemi ini mulai dirasakan pada kuartal I/2020 yaitu persentase
penduduk miskin naik menjadi 9,78% atau naik 0,37 pp sejak Maret 2019. Secara jumlah
orang, penduduk miskin naik pada September 2020 sebesar 27,55 juta orang meningkat 2,76
juta orang dibandingkan tahun lalu.

Berbicara mengenai kemiskinan, banyak orang yang memahami bahwa kemiskinan


adalah tiadanya kemampuan untuk memperoleh kebutuhan pokok yang diperlukan dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Kehadiran gereja di dunia jelas, yaitu berfungsi untuk
memuliakan Tuhan melalui pertisipasi aktif dalam mewujudkan tujuan penyelamatan Allah
terhadap manusia dan dunia (Andreas, 2010, p. 25). Orang percaya ataupun gereja harus
hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan secara konsisten mengajarkan perhatian
dan tindakan menolong mereka yang hidup dalam kemiskinan. Melalui hal tersebut sudah
seharusnya kemiskinan menjadi tanggung jawab dan perhatian khusus bagi gereja.
Kemiskinan yang merupakan persoalan bagi semua negara membuat penulis tertarik untuk
membahasnya. Penulis tertarik akan membahas pelayanan dalam bentuk apa yang dapat
gereja lakukan untuk orang-orang miskin?

II. Pembahasan

Kata gereja berasal dari bahasa portugis igreya. Penggunaan kata gereja pada saat ini
adalah terjemahan dari kata Yunani Kyriake , yang berarti menjadi milik Tuhan. Terjemahan
iini merujuk kepada orang-orang yang percaya kepada Yesus sebagai juru selamatnya. Istilah
ini belum terdapat dalam perjanjian baru, istilah ini dipergunakan pada zaman sesudah rasul-
rasul. Dalam perjanjian baru kata yang dipakai untuk menyebutkan persekutuan orang
beriman adalah Ekklesia yang berarti perkumpulan yang terdiri dari orang-orang yang
dipanggil keluar untuk berkumpul.

Gereja merupakan sebuah komunitas orang berimaan yang berjalan menuju kerajaan
Allah, apabila di dalam perjalanan tersebut sunggguh-sungguh peduli terhadap sesama
manusia , terlebih terhadap mereka yang miskin, menderita, tertindas dan terpinggirkan.
Gereja digunakan untuk sebutan kelompok orang percaya kepada Kristus yang dipanggil
keluar dan diutus untuk mewartakan Injil keselamatan. Yesus Kristus. Gereja merupakan
jebatan antara Allah dan orang percaya, namun juga menjadi jembatan antara Allah dan
dunia.
Kemiskinan di Indonesia

Menurut Sri Bintang Pamungkas, terdapat enama kelompok orang miskin di Indonesia, yaitu:

1. Orang yang disebut fakir miskin, yaitu keluarga-keluarga dan anak-anak yang hidupnya
terlantar

2. Kelompok informal, yaitu pedagang asongan, dan pedagang kaki lima

3. Para petani dan nelayan , terutama yang tinggal di pedalaman dan daerah tertinggal

4. Para pekerja kasar, yaitu buruh tani, tukang bangunan, buruh pelabuhan dan pekerja
lepas.

5. Pegawai negri sipil dan ABRI yang berada di golongan bawah

6. Pengangguran termasuk para sarjana yang tidak bekerja.

Kemiskinan di Indonesia lebih diperparah lagi dengan budaya korupsi. Pembangunan


ekonomi memang berhasil menekan angka kemiskinan, tetapi jurang pemisah antar golongan
elite dan masyarakat biasa semakin lebar. Bahkan di perkotaan besar di Indonesia, tidak
sedikit warga yang hidup tanpa kepastian akan hari esok, selalu takut dan khawatir akan
penggusuran. Pembangunan menghasilkan orang-orang tersingkir dan melahirkan kaum
marginal. sekali lagi, kemiskinan memiliki aspek yang luas dan lapisan yang kompleks. Lalu
apakah kemiskinan masih menjadi bagian dari kepedulian pelayanan gereja?

Upaya Mengatasi Kemiskinan pada Masa PL dan PB

Pada zaman PL dari kisah Keluaran 2:23, 24; 3:7-9, kita dapat melihat bahwa Allah
sendiri sangat peduli terhadap orang miskin yang tertindas.kepedulian Allah dinyatakan dengan
membebaskan dan membimbing sebuah umat Israil dari perbudakan di Mesir menuju tanah
Kanaan. Selama perjalanan di padang gurun, Allah tetap melindungi mereka dan memelihara
dengan kasih yang kekal, sehingga mereka dapat memasuki tanah perjanjian. Setelah bangsa
Israel tiba di tanah Kanaan , mereka dapat mengusahakan pertaniannya secara mandiri dan di
sana pula terjadi perubahan status ekonomi . Dulu sebelum di bebaskan, mereka budak yang
miskin dan tertindas, setelah pembebasan mereka mengalami kemakmuran. Maka, ketika mereka
mempersembahkan hasil panen pertama mereka, mereka merefleksikan kembali sebagai mana
Allah membebaskan mereka (Ul. 24:6-9)

Pada zaman PB, Lukas mencatat (Luk. 17:11-19) sebuah peristiwa di mana Tuhan
Yesus, dalam perjalan-Nya ke Yerusalem, Ia lebih memilih untuk menyusur daerah perbatasan
Samaria dan galilea. Rupanya daerah perbatasan atau pinggiran tersebut, merupakan tempat
pembuangan orang-orang Kusta. Daerah itu yang dipilih Tuhan dan benar di sana Ia berjumpa
dengan 10 orang kusta. Ia benar-benar mengarahkan perhatiannya kepada kelompok-kelompok
yang terpinggirkan.
Sepanjang sejarah gereja, memang terdapat pemahamam yang berbeda-beda mengenai
ungkapan Tuhan Yesus. “Berbahagialah orang yang miskin .... karena merekalah yang empunya
kerajaan Sorga” sehingga ada golongan yang sangat menekankan soal kemiskinan sebagai suatu
usaha kesalehan. Pada pihak lain ada yang memahaminya secara dualistis artinya bahwa gereja
cukup menangani hal-hal rohani saja dan aspekaspek sosial bukanlah merupakan tanggung jawab
gereja. Pemahaman yang demikian tentu akan sangat mempersempit ruang pelayanan dan
kesaksian gereja.

Pelayanan Gereja Terhadap Orang Miskin

Menurut tradisi, gereja hadir di tengah dunia ini dengan mengemban tiga tugas utama
yaitu “Koinonia, Marturia dan Diakonia” (bersekutu, bersaksi dan melayani). Dari ketiga tugas
pokok ini kemudian dijabarkan lebih lanjut lagi ke dalam keseluruhan tugas dan pelayanan
gereja di dunia. Rumusan ketiga tugas utama tersebut tentu mengalami suatu proses yang
panjang, namun paling tidak rumusan tugas utama tersebut telah diinspirasi dari laporan
penginjil Matius tentang pelayanan Tuhan Yesus. Dalam bagian pelayanan Yesus, ada hal yang
juga Ia Kerjakan. Yaitu melenyapkan segala kelemahan.Melenyapkan

Segala kelemahan, dapat kita pahami sebagai kepedulian Tuhan Yesus terhadap mereka
yang terbelenggu oleh berbagai ikatan kehidupan, seperti sakit penyakit, penindasan dan
himpitan kemiskinan. Maka kehadiran Tuhan Yesus adalah kehadiran yang memberi kelepasan
terhadap mereka yang tersisih dan terbuang. Dari gambaran singkat ini saya melihat bahwa
pelayanan Tuhan Yesus menyentuh keseluruhan dari kebutuhan pokok manusia yaitu masalah
moral, keselamatan dan kehidupan jasmani. Pelayanan yang utuh menyeluruh.

Dalam pelayanan gereja dan penggembalaan tentu memiliki fungsi pelayanan yang
cakupannya cukup luas, meliputi lima bidang pelayanan, yaitu penyembuhan, penopangan,
bimbingan, pendamaian dan memberi makan atau pendidikan. Dan memang gereja sudah
melakukan itu untuk orang miskin. Namun apakah cukup hanya dengan itu?

Pelayanan Transformatif Gereja Sebagai Sarana Pengentasan Kemiskinan di Indonesia

Kehadiran gereja adalah untuk melaksanakan misi Allah, yaitu untuk memberitakan
Firman Allah dan juga menghadirkan damai sejahtera Allah di tengah-tengah kehidupan dunia.
Gereja harus berkarya dalam Kristus serta hidup di dalam Yesus Kristus sebagai misinya. Di
dalam pengustusan gereja, gereja tidak hanya bertanggung jawab untuk mewartakan kabar Injil
saja, tetapi gereja juga harus membawa damai melalui pelayanannya. Gereja ataupun orang
percaya harus hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan secara konsisten mengajarkan
perhatian dan tindakan menolong mereka yang hidup dalam kemiskinan. Melalui hal tersebut
sudah seharusnya kemiskinan menjadi perhatian dan beban khusus bagi Gereja, maka dari itu
gereja harus hadir dengan bentuk pelayanan transformatif untuk mengupayakan pengentasan
kemiskinan yang masih terjadi hingga sekarang.
Gereja perlu peka dengan keadaan sosial yang hidup di masyarakat Indonesia. Apabila
melihat keadaan Indonesia sekarang ini, masalah sosial begitu mendominasi kehidupan sebagian
besar masyarakat. Kemiskinan, ketidakadilan, aniaya, pemaksaan kehendak, pelecehan,
manipulasi hukum dan begitu banyak kejahatan yang terjadi di negara ini akibat tidak
terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Di tengah realitas sosial semacam ini, gereja perlu terlibat
untuk menguraikan masalah kemiskinan sehingga menemukan solusi dan jalan keluar yang
terbaik. Jika melihat dalam kitab Yeremia 29:7 yang berisi “Usahakanlah kesejahteraan kota ke
mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteaanya
adalah kesejahteraanmu”, maka dapat dipahami bahwa gereja memiliki tanggung jawab yang
besar terhadap kesejahteraan umat manusia di bangsa ini. Gereja harus terjun langsung melalui
berbagai program transformatif dalam pelayanan mereka terhadap sesama nggota jemaat maupun
di tempat gereja itu berada

Pelayanan Transformatif merupakan praksis teologi yang membutuhkan pengalaman


manusia dalam ruang dan waktu tertentu. Praksis teologi dalam wujud pelayanan transformatif
mau atau tidak mau harus berhadapan dengan dunia yang kompleks dan penuh dengan konflik.
Pelayanan Transformatif sebagai sarana pengentasan kemiskinan bukan merupakan sebuah hal
yang mudah, dalam hal ini memerlukan perencanaan yang serius dan tidak bisa dikerjakan
sembarangan. Pelayanan terhadap orang miskin harus berbasis data, artinya gereja harus
memiliki data dan pemetaan wilayah kantong-kantong kemiskinan, selain itu dalam pelayanan
ini harus memiliki perencanaan yang jelas, kerjasama dan kemitraan yang baik. Menurut
Widyatmadja dalam bukunya, untuk melakukan pelayanan transformatif perlu diperhatikan
beberapa hal penting sebagai berikut:

 Rakyat tidak boleh menjadi obyek, mereka adalah subyek dari sejarah kehidupan ini.

 Yang diperlukan adalah usaha-usaha preventif dan bukan karitatif.

 Usaha mewujudkan keadilan harus menjadi dasar.

 Rakyat harus didorong untuk berpatisipasi aktif.

 Sebelum melakukan tindakan maka perlu dilakukan analisis sosial.

 Perlunya penyadaran rakyat atas apa yang menjadi hak-hak mereka.

 Rakyat perlu diorganisir untuk melakukan ini secara bersama.

Saran Bentuk Pelayanan Transformatif Dalam Lingkup Sempit

 Pemberdayaan Jemaat

 Menyediakan Lapangan Pekerjaan

 Memberikan Beasiswa atau Pendidikan Gratis


Saran Bentuk Pelayanan Transformatif Dalam Lingkup Luas

 Bergabung dalam Organisasi Non-Government

 Berpartisipasi dalam dunia pendidikan sebagai tenaga didik

 Berpartisipasi dalam dunia kesehatan

 Terjun dalam politik dan pemerintahan

III. Kesimpulan

Kemiskinan merupakan pergumulan masyarakat yang selalu menjadi pemikiran strategis


secara nasional untuk diselesaikan. Dalam pengentasan masalah sosial, terutama perihal
kemiskinan sebagai mandataris Tuhan di tengah dunia, gereja perlu berani menghadirkan
pelayanan transformatif dalam bentuk yang nyata terutama di Indonesia. Peningkatan
spiritual di dalam jemaat perlu ditingkatkan, sampai jemaat mempunyai kesalehan sosial dan
kepedulian sosial di tengah masyarakatnya. Kesalehan ini menjadi praksis bergereja, yang
bukan hanya mempunyai spiritualitas yang baik kepada Tuhan, tetapi harus mampu juga
merefleksikan spiritualitasnya kepada lingkungan masyarakat di sekitarnya, sehingga
masyarakat dapat merasakan Tuhan hadir pula di tengah-tengah pergumulannya melalui
pelayanan gereja.

Sumber

 http://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/tumoutou/article/view/16/118

 http://sttaletheia.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/Pelayanan-Gereja-Kepada-Orang-
Miskin.pdf

 https://www.researchgate.net/publication/348136318_Peran_Gereja_dalam_Transformasi
_Pelayanan_Diakonia

Pertemuan ke-10

Dampak Yang Ditimbukan Oleh Kemiskinan

I. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara yang masih berpernag
melawan kemiskinan. Pasalnya, apabila kemiskinan itu tidak segera diatasai, maka
bisa berdampak pada negara itu sendiri. kendati beragam upaya dari pemerintag
sudah dikerjakan untuk mengatasi masalah kemiskinan. Dengan banyaknya faktor
yang ternilai kompleks, menyebabkan pemerintah harus terus berupaka mengatasi
masalah kemiskinan tersebut. Lalu apa saja dampak kemiskinan jika terus dibiarkan?
II. Pembahasan
Dampak Kemiskinan
1. Tingkat Pengangguran Tinggi
Dampak kemiskinan yang pertama, bisa membuat angka pengangguran semakin
banyak. Pasalnya, pengangguran erat kaitannya dengan pendidikan yang rendah.
Masyarakat miskin sangat sulit mendapatkan akses pendidikan, hingga membuat mereka
kurang keterampilan dan bekal untuk mendapatkan pekerjaan layak.
Selain bertindak sebagai salah satu faktor penyebab kemiskinan, pengangguran
juga nyatanya ikut termasuk ke dalam daftar panjang dampak negatif kemiskinan.
Individu yang „nganggur‟ otomatis tidak memperoleh penghasilan, yang kemudian
mengakibatkan yang bersangkutan menjadi miskin.
2. Kriminalitas tinggi
Dampak kemiskinan yang cukup penting diketahui adalah naiknya kriminalitas.
Masyarakat miskin cenderung melakukan apa saja untuk memenuhi kebuhtuhan hidup,
bagaimanapun caranya. Karena keterbatasan ekonomi, masyarakat miskin akan
cenderung menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Termasuk dalam hal ini melakukan tindak kejahatan seperti merampok, mencuri,
melakukan penipuan, begal, hingga pembunuhan.
3. Tertutupnya akses pendidikan
Tertutupnya akses pendidikan menjadi dampak kemiskinan yang bisa dirasakan. Biaya
pendidikan cukup tinggi mengakibatkan masyarakat miskin tidak bisa menjangkau dunia
pendidikan. Jika mereka kekurangan pendidikan, maka tidak bisa bersaing dan tidak bisa
bangkit dari keterpurukan.
4. Angka kematian tinggi
Yang terakhir, dampak kemiskinan membuat angka kematian tinggi. Dampak tersebut
berhubungan dengan faktor penyebab kemiskinan yaitu kualitas kesehatan yang belum
baik. Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan banyak yang tidak bisa
mendapat akses kesehatan memadai. Hal ini bisa menjadi penyebab angka kematian
tinggi. Kemudian, kekurangan gizi di tengah masyarakat miskin juga jadi momok
menakutkan, sebab berhubungan langsung dengan kesehatan.

III. Kesimpulan
Dampak dari kemiskinan akan menjadi sangat menyulitkan jika tidak diatasi,
terutama pada bagian tingginya tindak kriminalitas. Karena orang yang kelaparan
akan rela melakukan apa saja demi mereka dapat makan, sekalipun itu harus
membunuh dan merampas milik sesamanya. Jika kemiskinan tidak diatasi maka, akan
mengganggu stabilitas keamanan dan ekonomi yang berlangsung.
Sumber
http://pm.unida.gontor.ac.id/dampak-kemiskinan-bagi-masyarakat/
https://hot.liputan6.com/read/4488975/7-faktor-penyebab-kemiskinan-pengertian-
dan-dampaknya
https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/620636c38eedf/penyebab-kemiskinan-dan-
dampak-yang-ditimbulkan

Pertemuan ke-11

Pemberdayaan Kaum Marginal

I. Pendahuluan

Masyarakat marginal merupakan kehidupan realitas yang dalam sebuah lingkup


lingkungan masyarakat kurang mendapat respon positif dalam segi hubungan sosialnya.
Secara tegas norma yang ada dalam sebuah kehidupan masyarakat marginal dinilai
kurang sesuai dengan aturan norma pada kehidupan bersosial pada umunya. Dalam
kondisi tersebut, mereka tentu berada dalam kondisi tidak nyaman dan dipenuhi rasa
khawatir, dalam perasaan cemas yang mereka hadapi itulah, mereka butuh akan adanya
bimbingan yang berguna untuk kesehatan jiwa mereka, agar lebih tenang dalam berbagai
macam kondisi. Masalah mereka sekarang ini tidak hanya dapat ditangani dengan teori
semata, namun juga praktik yang harus dilakukan dalam merubah jiwa menjadi lebih
religius. Lalu bagaimana wujud religiusitas dalam pelayanan kaum marginal?
II. Pembahasan
Pemberdayaan Kaum Marginal

Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong,


memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkannya. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang
dimiliki masyarakat (empowering).

Pemberdayaan masyarakat yang diartikan sebagai tujuan adalah keadaan yang


ingin dicapai baik dari suatu perubahan sosial yang mana menjadi masyarakat yang lebih
berdaya, memiliki kekuasaan juga pengetahuan dan kemampuan untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya lebih baik lagi.

Kaum marjinal

Dalam hal ini masyarakat marginal disebut sebagai sekelompok orang yang
terpinggirkan oleh sebuah tatanan masyarakat baik dalam ekonomi, pendidikan dan
budaya yang tidak mendukungnya. Orang-orang yang tergolong dalam kelompok ini
ialah buruh, petani, pedagang kecil dan kaum miskin perkotaan.

Pemberdayaan Kaum Marginal di Desa

Undang – undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mendorong partisipasi
seluruh unsur masyarakat untuk membangun desa. Namun demikian, upaya tersebut
masih mengalami kendala terutama pada identifikasi kebutuhan dan kepentingan
masyarakat desa, lebih – lebih kelompok masyarakat marjinal desa, yang tidak memiliki
daya dan relasi secara kuat dalam kerangka perencanaan dan penganggaran pembangunan
desa.
Kelompok masyarakat marjinal dapat dikatakan hampir tidak pernah mendapatkan
perhatian lebih dari berbagai pihak, baik masyarakat maupun pemerintah desa.
Masyarakat marjinal desa mengalami hambatan dalam berekspresi, bersuara, dan
mengajukan pendapat atas hal – hal yang dialami mereka, mereka terlihat tidak berdaya
di lingkungan bear masyarakat. Kelompok marjinal adalah warga di desa yang selama ini
terpinggirkan dan tidak memiliki akses pada penentuan kebijakan desa. Kelompok
marjinal desa dapat berupa kelompok perempuan, warga miskin, dan kelompok difabel.
Ketidakberdayaan ini, membuat kelompok marjinal kurang paham keberadaan dan
situasi mereka di lingkungan sekitar. Ketidak pahaman tersebut membuat mereka
cenderung menerima begitu saja kondisinya, karena menjadi dianggap lumrah saja terjadi
adanya. Selama ini kelompok marjinal tidak terlihat oleh pemerintah desa, oleh karena itu
keputusan pembangunan desa yang diambil seringkali mengabaikan keberadaan kaum
marjinal. Hal ini membuat kelompok marjinal tidak mendapatkan manfaat dari
pembangunan desa.
Masyarakat marjinal yang miskin itu diakibatkan oleh dampak pembangunan,
kurangnya perhatian pemerintah setempat terhadap keberlangsungan kehidupan
masyarakat pedesaan, pergeseran pekerjaan serta gagalnya mendapat lapangan pekerjaan
dan membuka usaha menjadikan masyarakat semakin miskin.

Cara memberdayakan masyarakat marginal di desa dan kota

UU Desa memiliki dorongan memandirikan desa untuk menyelesaikan


permasalahan yang ada di desa, termasuk kelompok marjinal, yang dapat diatur dan
diurus oleh desa sesuai kewenangannya. Sebelum ada UU Desa banyak program untuk
pembangunan desa, tidak peduli program itu sesuai dengan kebutuhan atau tidak. Namun
kini dengan UU Desa, desa dapat menyusun rencana pembangunan desa secara mandiri
dengan partisipasi masyarakat.

Dalam teorinya, Goran Thereborn (2007) terdapat 5 (lima) tahap untuk mendorong
inklusi sosial di masyarakat. Kesempatan kelompok marjinal berpartisipasi secara aktif
dalam pembangunan desa dapat terpenuhi apabila secara bertahap elemen ini
diimplementasikan:

- Mengidentifikasi Keberadaan Kelompok Marjinal di Desa

Kelompok marjinal terlihat seperti orang biasa di sehari – hari, tetapi tidak dianggap
ada. Sehingga meski mereka memiliki kebutuhan, mereka tidak pernah dihadirkan dalam
proses – proses yang menata masyarakat formal, salah satunya dalam perencanaan
pembangunan desa. Oleh karena itu, keberanian untuk melihat dan mengakui keberadaan
kelompok marjinal adalah prasyarat mendasar.

- Menjaring Kebutuhan dan Kepentingan Kelompok Marjinal dalam


Pembangunan Desa

Kelompok marjinal perlu dipertimbangkan sebagai bagian dari pemangku


kepentingan dalam membuat kebijakan pembangunan desa. Seringkali kebutuhan dan
kepentingan kelompok marjinal tidak disejajarkan dengan warga lainnya atau pemenuhan
kebutuhannya, jadi dianggap sudah tertangani.

- Pelibatan Kelompok Marjinal dalam Aktivitas Kemasyarakatan

Setiap orang harus dapat terlibat dengan aktivitas kemasyarakatan dan jaringan sosial
dalam kehidupan sehari – hari mereka, termasuk di dalam aktivitas ekonomi, sosial,
budaya, agama, dan aktivitas politik.

- Memenuhi Hak – Hak Kelompok Marjinal

Setiap orang memiliki hak untuk bertindak dan mengemukakan pendapat, hak untuk
berbeda, hak atas hukum, hak untuk mengakses pelayanan sosial, dan hak untuk
berpartisipasi dalam kehidupan sosial.

- Sumber Daya Manusia yang Sepenuhnya Berpartisipasi di Masyarakat

Apabila seseorang yang tidak memiliki akses dalam pemenuhan terhadap hak –
haknya, maka orang tersebut menjadi tidak dapat berpartisipasi penuh di dalam
masyarakat.

III. Kesimpulan

Pemberdayaan daerah marginal dalam mencapai hidup yang sejahtera membutuhkan


perhatian khusus dari berbagai pihak, utamanya masyarakat setempat. Baik secara
individu maupun kelompok, secara bersama-sama berusaha mencari apa yang harus
dilakukan untuk dapat mencapai hal tersebut dan menjadikan masyarakat menjadi
madani. Secara fisik, kondisi masyarakat marginal telah dapat diketahui dengan mudah
oleh orang-orang karena pengalaman dan dapat diketahui secara teoretis oleh para ahli di
bidang tersebut. Dengan demikian tidak ada satu alasan pun yang dapat dibenarkan, kalau
tidak ada perhatian pada daerah marginal oleh pihak-pihak di luar masyarakat marginal
serta individu dari masyarakat marginal itu sendiri. Namun, secara nonfisik perlu ada
suatu perhatian dan motivasi terhadap kepedulian masyarakat sendiri pada
lingkungannya, antara lain melalui bimbingan sosial dalam berbagai forum. Alternatif
yang dapat ditawarkan untuk membangun kepedulian masyarakat satu sama lain serta
keberperanan pihak lain yaitu melalui pemberdayaan. Pemberdayaan ini akan menjadikan
masyarakat terlibat secara langsung dalam transformasi sosial.

Sumber

https://www.feb.ui.ac.id › 2020/11/17

@ 2022 masterplandesa.com https://www.masterplandesa.com

https://binus.ac.id › 2021/02 ›

Pertemuan ke-12

Tanggung Jawab Pemerintah Terhadap Kaum Marginal

I. Pendahuluan

Kemiskinan menjadi masalah bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia, salah satu diantaranya
bangsa Indonesia. Kemiskinan sangat berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupan suatu
bangsa. Kemiskinan seringkali dijumpai di negara-negara berkembang, yang memiliki angka
pengangguran cukup tinggi. Di Indonesia sendiri, menurut Badan Pusat Statistik mencatat
penduduk miskin pada September 2020 sebanyak 27,55 juta jiwa atau meningkat 2,76 juta
dibandingkan tahun sebelumnya. Pada periode September 2020, tingkat kemiskinan menjadi
10,19% atau meningkat 0,97 poin persentase dari 9,22% periode September 2019. Dampak
pandemi ini mulai dirasakan pada kuartal I/2020 yaitu persentase penduduk miskin naik
menjadi 9,78% atau naik 0,37 pp sejak Maret 2019. Secara jumlah orang, penduduk miskin
naik pada September 2020 sebesar 27,55 juta orang meningkat 2,76 juta orang dibandingkan
tahun lalu.
Berbicara mengenai kemiskinan, banyak orang yang memahami bahwa kemiskinan
adalah tiadanya kemampuan untuk memperoleh kebutuhan pokok yang diperlukan dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Kehadiran gereja di dunia jelas, yaitu berfungsi untuk
memuliakan Tuhan melalui pertisipasi aktif dalam mewujudkan tujuan penyelamatan Allah
terhadap manusia dan dunia (Andreas, 2010, p. 25). Orang percaya ataupun gereja harus
hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan secara konsisten mengajarkan perhatian
dan tindakan menolong mereka yang hidup dalam kemiskinan. Melalui hal tersebut sudah
seharusnya kemiskinan menjadi tanggung jawab dan perhatian khusus bagi gereja.
Kemiskinan yang merupakan persoalan bagi semua negara membuat penulis tertarik untuk
membahasnya. Penulis tertarik akan membahas bagaimana tanggung jawab pemerintah
terhadap kaum marginal?

II. Pembahasan

Dalam UUD 1945 ppasal 28H ayat (3) menyebutkan bahwa “setiap orang berhak atas
jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia
yang bermartabat”, kemudian pasal 34 ayat (2) UUD RI 1945 menyebutkan “Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”.

Pelaksanaan kedua pasal tersebut dapat memenuhi amanat pasal 27 ayat (2) UUD
RI 1945 yang menyatakan bahwa, “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, dan pasal 34 ayat 1 berbunyi “Fakir miskin
dan anak terlantar dipelihara negara”.

Berdasarkan pasal-pasal inilah yag secara material menjadi tanggung jawab dari
pada pemerintah untuk mengembangkan pelayanan di bidang jaminan sosial demi
menolong masyarakat miskin dan kaum marginal. Dimana jaminan sosial itu merupakan
hak dari masyarakat miskin.

Dengan demikian tanggung jawab negara ialah mengembangkan kebijakan negara


di berbagai bidang kesejahteraan serta meningkatkan kualitas pelayanan umum yang baik
melalui penyediaan berbagai fasilitas yang diperlukan oleh masyarakat. Konsep jaminan
sosial dalam arti yang luas meliputi setiap usaha di bidang kesehjahteraan sosial untuk
menaikkan taraf hidup manusia dalam mengatasi keterbelakangan, ketergantungan,
ketelantaran, dan kemiskinan.

Secara nyata pemerintah dapat mendorong kaum marginal terlibat dalam bisnis
inklusif, dimana sebuah model bisnis yang melibatkan kelompok berpenghasilan rendah
dan komunitas marginal dalam rantai bisnis agar meraih keuntungan secara bersama.
Model bisnis ini menawarkan lebih banyak keuntungan dan peluang investasi, membantu
membuat mitigasi risiko, memperluas pasar, serta mendorong inovasi.

Untuk pemerintah, bisnis inklusif akan menciptakan peluang kerja dan membantu
memenuhi kebutuhan serta menambah pendapatan bagi kelompok berpenghasilan rendah
dan komunitas marginal. Serta bagi kelompok miskin, bisnis inklusif bukan hanya
menyediakan kesempatan kerja yang sama, tetapi juga memberdayakan mereka melalui
pelatihan, vokasi, magang, coaching dan program mentoring.

Namun sayangnya, konsep tanggung jawab ini belum dapat diterapkan secara
optimal di Indonesia, dikarenakan keterbatasan pemerintah di bidang pembiayaan dan
sifat ego sektoral dari beberapa pihak yang berkepentingan dalam jaminan sosial.

III. Kesimpulan
Pemerintah bertangung jawab menaikkan taraf kehidupan kaum marginal, usaha
mereka harus dinyatakan melalui wujud nyata pengembangan kebijakan negara dalam
berbagai bidang. Konsep jaminan sosial itu harus diwujudkan dalam program yang
diusahakan untuk mengupayakan kesejahteraan sosial untuk mengatasi
keterbelakangan, ketergantungan, ketelantaran dan kemiskinan.
Sumber
https://sumut.kemenkumham.go.id/berita-kanwil/berita-utama/jaminan-sosial-
sebagai-tanggungjawab-negara
https://dip.fisip.unair.ac.id/id_ID/pemberdayaan-literasi-kaum-marginal/
https://news.detik.com/adv-nhl-detikcom/d-5600106/upaya-pemerintah-melibatkan-
kelompok-marjinal-dalam-rantai-bisnis

Anda mungkin juga menyukai