Anda di halaman 1dari 9

Peran Pendidikan Kewirausahaan dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Indonesia ‐‐ Sukidjo

PERAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN DI INDONESIA

Sukidjo
Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia
sukidjo@uny.ac.id

Abstract: The Role of Entrepreneurship Education in the Empowerment of the Poor


in Indonesia. Poverty has become an international problem. Poverty reduction effort
is a major commitment of all countries that have ratified the Millennium
Development Goals. The nature of poverty involves many aspects such as economic,
political, and social and cultural. Therefore, poverty reduction programs consisting of
financial/economic support as well as empowerment program i.e. entrepreneurship
education. This empowerment program focuses on shaping an independent mental
attitude, creative, and persistent so that the individuals’ potential and provided
facilities can be utilized optimally. Furthermore, “the charity programs” should be
addressed specific to the poor who are elderly.

Keywords: poverty, empowerment and entrepreneurship

Abstrak: Peran Pendidikan Kewirausahaan dalam Pemberdayaan Masyarakat


Miskin di Indonesia. Kemiskinan telah menjadi masalah internasional, dan upaya
pengurangan kemiskinan merupakan komitmen utama semua negara yang telah
meratifikasi Milenium Development Goals. Hakikat kemiskinan bersifat multi aspek,
baik ekonomi, politik maupun social budaya. Oleh sebab itu program pengurangan
kemiskinan tidak dapat hanya diberikan bantuan ekonomi melainkan perlu dilakukan
pemberdayaan berupa pendidikan kewirausahaan, untuk membentuk sikap mental
yang mandiri, pantang menyerah, kreatif serta mengembangkan need for
achievement, sehingga potensi yang dimiliki maupun fasilitas yang diperoleh dapat
dikembangkan. Sebaliknya program‐program yang bersifat belas kasihan sebaiknya
hanya diberikan kepada warga miskin yang berusia lanjut. Bantuan yang bersifat
belas kasihan yang selama ini diberikan ternyata kurang mendidik karena
menyebabkan malas bekerja, dan pemanfaatannya kurang produktif.

Keywords : kemiskinan, pemberdayaan dan kewirausahaan

Pendahuluan berada dalam kemiskinan, maka wajar jika


Salah satu masalah yang harus dihadapi kemiskinan menjadi masalah internasional.
oleh negara‐negara sedang berkembang Hal ini terbukti, PBB telah menetapkan
adalah banyaknya penduduk yang hidup Millenium Development Goals (MDGs) di
dalam kemiskinan. Oleh sebab itu, mana salah tujuan yang hendak dicapai
pengurangan kemiskinan merupakan adalah mengurangi tingkat kemiskinan.
prioritas pada pelaksanaan pembangunan Sebagai peserta Konferensi Tingkat
ekonomi. Bagi Indonesia, pengurangan Tinggi Milenium PBB, Indonesia secara
kemiskinan merupakan salah satu ukuran sungguh‐sungguh untuk mengurangi jumlah
keberhasilan pembangunan. Mengingat penduduk miskin hingga mencapai 50%
masih banyaknya penduduk dunia yang pada tahun 2015. Sebenarnya, kesungguhan

33
Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012

Indonesia mengurangi kemiskinan telah kewirausahaan, guna mengubah sikap


dilakukan sejak decade 1970‐an, jauh mental ketergantungan serta
sebelum adanya MDGs, yakni melalui menumbuhkembangkan etos kerja,
program Inpres Desa Tertinggal hingga kini sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
dengan Program Nasional Pemberdayaan kemandirian. Dengan cara demikian,
Masyarakat (PNPM) Mandiri. Kesungguhan diharapkan memunculkan kesadaran bahwa
Indonesia dalam mengurangi kemiskinan untuk menghilangkan kemiskinan harus
dituangkan dalam sasaran umum Program ditempuh melalui usaha produktif yang
Pembangunan Nasional (Propenas) di dilakukan oleh mereka sendiri.
bidang ekonomi yang berupa (a)
mempercepat pemulihan ekonomi, (b) Karakteristik Kemiskinan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Menurut Mudrajat Kuncoro (2006: 112)
secara bertahap, (c) mengendalikan laju kemiskinan merupakan kondisi ketidak‐
inflasi, (d) menurunkan pengangguran, dan mampuan untuk memenuhi standar hidup
(e) mengurangi jumlah penduduk miskin minimum. Definisi ini sesuai dengan
(Propenas, 2004: 12). pendapat yang disampaikan oleh Affandi
Program pengentasan kemiskinan yang Subari dkk., yang menyatakan kemiskinan
dilakukan selama ini dinilai kurang sebagai suatu keadaan dengan tingkat
menekankan pemberdayaan, bermotif pendapatan masyarakat yang tidak dapat
belas kasihan sehingga dampaknya justru memenuhi kebutuhan minimum untuk
membuat masyarakat menjadi manja, malas hidup layak (Subari, 2000: 31). Dalam
dan selalu mengharapkan bantuan belas pengertian ini, kemiskinan hanya dimaknai
kasihan dari pihak lain. Keadaan demikian sebagai permasalahan pendapatan
tidak dapat dibiarkan sehingga perlu individu, kelompok, komunitas yang berada
dilakukan upaya mengubah “mindset” di bawah garis kemiskinan. Seseorang
penduduk miskin agar memiliki kemampuan dikatakan miskin apabila pendapatan
dan keberanian mencoba usaha yang mereka berada di bawah garis kemiskinan
bersifat produktif guna memperoleh (poverty line).
pendapatan dari hasil usaha sendiri serta Jika ditelaah secara mendalam,
mampu keluar dari keterbelakangan dan kemiskinan bukan hanya merupakan
kemiskinan. masalah ekonomi, melainkan bersifat
Perlu disadari bahwa masalah multidimensional, sehingga kemiskinan
kemiskinan bukan hanya masalah ekonomi, harus dilihat dari berbagai aspek. Dari aspek
melainkan merupakan masalah yang ekonomi, kemiskinan akan tampak pada
kompleks, sehingga penanggulangannya rendahnya pendapatan, terbatasnya
memerlukan pendekatan dari berbagai pemilikan alat produksi, daya tawar rendah,
aspek, baik aspek ekonomi, politik maupun tabungan rendah, serta lemahnya
sosial budaya. Salah satu alternative mengantisipasi peluang. Dilihat dari aspek
pemecahan adalah melalui kegiatan sosial, orang miskin mengalami
pemberdayaan, dan pendidikan keterbatasan interaksi sosial dan

34
Peran Pendidikan Kewirausahaan dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Indonesia ‐‐ Sukidjo

penguasaan informasi. Dilihat dari aspek memenuhi kebutuhan minimumnya.


psikologi, kemiskinan akibat dari rasa Sedangkan kemiskinan relatif merupakan
rendah diri, fatalisme, malas, rasa terisolir. keadaan kemiskinan dengan cara
Dari aspek politik, terlihat dari kecilnya membandingkan pendapatan antar
akses terhadap berbagai fasilitas dan kelompok dalam masyarakat. Oleh sebab
kesempatan, posisi lemah dalam proses itu, dalam kemiskinan relative, seseorang
pengambilan keputusan, adanya mungkin tidak miskin karena
kecenderungan diskriminatif (Rujito, 2003: pendapatannya berada di atas garis
75‐81). kemiskinan, namun mereka dikelompokkan
Selanjutnya Rujito (2003: 124), dalam kategori miskin karena mereka
membedakan kemiskinan menjadi tiga berada dalam posisi yang lebih rendah
kelompok, yakni kemiskinan absolut, relatif dibandingkan dengan pendapatan
dan kultural. Sedangkan dilihat dari faktor masyarakat di sekitarnya.
penyebabnya, kemiskinan dapat dibedakan Ada berbagai ukuran yang digunakan
menjadi tiga macam yakni kemiskinan dalam menetapkan garis kemiskinan,
alamiah (natural), kemiskinan buatan atau misalnya ; (1) Bank Dunia menetapkan
struktural (structural poverty) dan pendapatan US $ 2 per hari per kapita
kemiskinan kultural (Namba: 2003:10; sebagai batas kemiskinan menengah dan
Muttaqin: 2006: 4). Kemiskinan natural US $ 1 untuk kemiskinan absolut; (2)
merupakan kemiskinan yang terjadi akibat Sayogya menetapkan pendapatan setara
kondisi lingkungan yang miskin, sumber beras 320 kg untuk pedesaan dan 480 kg
daya alam yang terbatas, serta bencana untuk perkotaan, sedangkan Biro Pusat
alam. Kemiskinan struktural merupakan Statistik (2008) menggunakan 14 kriteria
kemiskinan yang terjadi akibat dari adanya untuk menetapkan rumah tangga miskin.
kesalahan kebijakan ekonomi, korupsi, Keempat belas kriteria tersebut meliputi: (a)
kondisi politik yang tidak stabil, kesalahan Luas rumah kurang dari 8 meter persegi per
pengelolaan sumber alam yang membuat orang; (b) Lantai rumah dari tanah; (c)
sebagian anggota masyarakat tidak mampu Dinding rumah bambu; (d) Tidak
menguasai sarana ekonomi dan fasilitas, mempunyai WC; (e) Penerangan tidak
sehingga mereka berada dalam kondisi menggunakan listrik; (f) Air minum dari
miskin. Sedangkan kemiskinan kultutral sumur atau sungai; (g) Memasak
merupakan kemiskinan yang disebabkan menggunakan kayu bakar; (h) Makan daging
oleh faktor budaya atau mental misalnya sekali dalam seminggu; (i) Membeli pakaian
perilaku malas bekerja, mudah menyerah, baru sekali dalam setahun; (j) Makan satu
putus asa, dan senang judi . atau dua kali sehari; (k) Tidak mampu
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi membayar berobat di Puskemas /dokter; (l)
kemiskinan absolut dan relatif. Kemiskinan Pendapatan kurang dari Rp600.000,00 /
absolut terjadi apabila tingkat pendapatan bulan; (m) Pendidikan hanya SD, dan (n)
yang diterima lebih rendah dari garis Tidak mempunyai barang yang dijual di atas
kemiskinan sehingga tidak cukup untuk Rp500.000,00. Menurut BPS, rumah tangga

35
Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012

miskin dikatakan miskin apabila minimal bahwa kemiskinan bukan merupakan takdir,
memenuhi sembilan dari empat belas dan nasib dapat diubah; (d) perumusan
kriteria tersebut. pembangunan dengan melibatkan
Menurut Loekman Soetrisno (1999:18‐ masyarakat miskin secara penuh; (e)
19) dalam memahami substansi kemiskinan pembangunan sosial dan budaya
di Indonesia terdapat dua jenis ’school of masyarakat miskin menuju perubahan nilai‐
thought’ yakni kelompok pertama adalah nilai positif misalnya optimisme, perubahan
kelompok agrarian populism dan kelompok kebiasaan hidup dan peningkatan
kedua yang biasanya terdiri dari para produktivitas; dan (f) redistritribusi
pejabat. Menurut kelompok agrarian infrastruktur yang lebih merata.
populism, kemiskinan timbul sebagai akibat
dari campur tangan yang terlalu luas dari Pendidikan Kewirausahaan
negara. Oleh sebab itu, kelompok agrarian Pendidikan merupakan usaha yang
populism berpendapat bahwa untuk dilakukan secara sadar untuk mengubah
memberantas kemiskinan dilakukan dengan tingkah laku seseorang. Kegiatan pendidikan
’empowerment’. Sedangkan kelompok dirancang, diatur, dimonitor dan dievaluasi
kedua yang terdiri dari para pejabat agar mampu mencapai tujuan yang telah
berpendapat bahwa inti dari masalah ditentukan. Manusia memiliki berbagai
kemiskinan adalah masalah budaya, orang potensi yang dapat dikembangkan melalui
miskin karena tidak memiliki etos kerja pendidikan. Dengan pendidikan, kekuatan
tinggi, tidak memiliki jiwa wiraswasta, dan intelektual, daya moral maupun daya sosial
pendidikan rendah. Pendapat kelompok dapat dikembangkan Dengan pendidikan,
kedua ini sejalan dengan pendapat Heru pengetahuan, sikap dan keterampilan dapat
Nugroho (1999: 29) bahwa kemiskinan yang ditingkatkan. Apapun rumusannya, pada
dialami oleh sekelompok orang sebagai dasarnya pendidikan mempunyai tujuan
akibat nilai‐nilai sosial‐budaya yang menjadi untuk perbaikan manusia, untuk
orientasi tindakannya. Oleh sebab itu, untuk mengetahui apa yang baik bagi manusia
mengatasi kemiskinan diperlukan (Hutchin, 1998: 113). Bahkan, Paulo Friere
perubahan nilai‐nilai sosial budaya. menyatakan pendidikan harus jauh dari
Sementara itu, Moeljarto Tjokrowinoto penindasan, melainkan pendidikan harus
(1993: 254) berpendapat bahwa untuk mampu membebaskan diri , pendidikan
mengatasi kemiskinan ditempuh strategi: yang memanusiakan (1998: 434‐445). Oleh
(a) pemberdayaan merupakan prasyarat sebab itu pelaksanaan pendidikan harus
mutlak untuk menumbuhkan kesadaran mengutamakan dialog dan bukan
kritis untuk mengubah sifat tidak berdaya dehumanisasi.
maupun menyerah diri pada nasib; (b) Kewirausahaan merupakan semangat,
pemutusan hubungan‐hubungan yang sikap, perilaku dan kemampuan seseorang
bersifat eksploitatif terhadap orang miskin; dalam menangani kegiatan yang mengarah
(c) menanamkan rasa kesamaan pada upaya mencari, menciptakan dan
(egalitarian) dan memberikan pengertian menerapkan cara kerja, teknologi dan

36
Peran Pendidikan Kewirausahaan dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Indonesia ‐‐ Sukidjo

produk baru secara efisiensi guna kewirausahaan dalam tulisan ini adalah
memberikan pelayanan yang lebih baik atau usaha yang dilakukan secara sadar untuk
memperoleh keuntungan yang lebih besar. menumbuhkembangkan jiwa dan semangat
Kegiatan kewirausahaan merupakan kewirausahaan sehingga mereka memiliki
semangat dan sikap seseorang dalam nilai dan ciri kewirausahaan dalam rangka
menangani kegiatan usaha dengan meningkatkan usahanya untuk mengatasi
berlandaskan ciri dan watak wirausahawan kemiskinan.
yang handal. Menurut Suryana ( 2001: 15‐
19) ciri kewirausahaan yang merupakan nilai Pemberdayaan Masyarakat
hakiki yang penting meliputi (a) percaya diri; Secara ringkas, kemiskinan merupakan
(b) berorientasi tugas dan hasil; (c) suatu keadaan ketidakberdayaan seseorang
keberanian mengambil risiko; (d) yang berkaitan dengan aspek politik, sosial,
kepemimpinan; (e) berorientasi ke masa lingkungan, ekonomi dan aset produktif.
depan; dan (f) keorisinilan: kreativitas dan Oleh sebab itu, upaya pengentasan
keinovasian. Perlu disadari bahwa pada diri kemiskinan sebaiknya dilakukan melalui
setiap orang sebenarnya terdapat potensi kegiatan pemberdayaan. Menurut Mardi
kewirausahaan yang tingkatannya tidak Yatmo Nugroho (2000: 2), dalam
sama. Menurut McLelland, dalam diri pemberdayaan terdapat tiga paradigma
manusia terdapat tiga kebutuhan dasar, yakni magical paradigm, native paradigm
yakni need for achievement, need for and critical paradigm. Menurut magical
affiliation dan need for power (Wiratmo, paradigm, bahwa struktur sosial maupun
1998: 7). Need for achievement (N‐Ach) struktur ekonomi sudah given, sehingga
merupakan dorongan untuk mencapai hasil pemberdayaan dimaksudkan sebagai usaha
yang terbaik. N Ach ini melahirkan sifat bagaimana masyarakat miskin
kerja keras, ulet, pantang menyerah, berani menyesuaikan dengan yang sudah given,
mengambil risiko, mencari dan sehingga arah pemberdayaan adalah
memanfaatkan peluang guna memperoleh mengubah sikap mental masyarakat dan
prestasi yang terbaik. Seseorang yang memberikan santunan, misalnya pangan,
memiliki N Ach tinggi cenderung menjadi bantuan modal, maupun pembangunan
wirausaha yang sukses. Need for affiliation prasarana pendidikan. Menurut native
merupakan kebutuhan untuk membentuk paradigm bahwa tatanan social, ekonomi,
hubungan maupun komunikasi yang politik maupun budaya sudah tidak ada
harmonis, menjaga kedamaian, ketenangan, masalah, dan masalah yang ada terletak
persahabatan yang baik dan menjaga agar pada kebijakan operasional, sehingga aksi
tidak terjadi konflik. Need for power adalah pemberdayaan yang perlu dilakukan adalah
kebutuhan untuk berkuasa, merupakan mengubah top down menjadi bottom up,
dorongan untuk mempengaruhi, mengatur sambil mengembangkan sumber daya
dan meyakinkan orang lain, sehingga manusia, dan menguatkan
bersedia mengikutinya Sehubungan dengan kelembagaannya. Sedangkan menurut
itu,. maka yang dimaksud pendidikan critical paradigm ketidakberdayaan

37
Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012

masyarakat disebabkan oleh struktur politik, dengan pendapat Deepa Narayan yang
ekonomi, social dan budaya, yang tidak mengatakan bahwa: ”Empowerment is the
memberi ruang bagi masyarakat miskin expansion of assets and capabilities of poor
untuk berpartisipasi dalam bidang ekonomi, people to participate in, negotiate with,
politik, sosial dan budaya. Pemberdayaan influence, control, and hold accountable
diartikan sebagai upaya menata kembali institutions that affect their lives” (Nerayan,
tatanan yang sudah ada, semua tatanan 2002: 14)
dianggap salah caranya dengan Pemberdayaan masyarakat merupakan
memfasilitasi rakyat miskin untuk berani upaya meningkatkan kemampuan
melawan orang kaya, pengusaha dan masyarakat seiring dengan upaya
pemerintah. memperkuat kelembagaan masyarakat agar
Menurut Hutomo (2000: 3) mampu mewujudkan kemandirian untuk
pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah melepaskan diri dari perangkap kemiskinan
penguatan pemilikan faktor‐faktor produksi, dan keterbelakangan. Dengan kata lain,
penguatan penguasaan distribusi dan pemberdayaan adalah memampukan dan
pemasaran, penguatan untuk mendapatkan memandirikan masyarakat. Sehubungan
gaji/upah yang memadai, penguatan untuk dengan itu, Gunawan Sumodiningrat (1999:
memperoleh informasi, pengetahuan dan 133‐134) berpendapat bahwa
keterampilan, yang harus dilakukan secara pemberdayaan masyarakat harus dilakukan
multi aspek, baik dari aspek masyarakatnya melalui tiga jalur, yakni: (1) menciptakan
sendiri maupun aspek kebijakannya. iklim yang memungkinkan potensi
Sementara itu, United States Department of masyarakat berkembang (enabling); (2)
Agriculture yang dikutip oleh Fiqih Santoso menguatkan potensi dan daya yang dimiliki
(2008) menyebutkan bahwa “community masyarakat (empowering); dan (3)
empowerment is a process of interaction memberikan perlindungan (protecting).
networks in order to improve the capacity of
community, to support sustainable Program Pendidikan Kewirausahaan dalam
development, and development of quality of Meningkatkan Usaha Warga Miskin
life of the community”. Berdasarkan uraian di atas, diketahui
Selanjutnya Fiqih Santoso (2008) bahwa salah satu penyebab kemiskinan
menyebutkan bahwa tujuan pemberdayaan adalah masalah budaya. Kemiskinan
masyarakat bukan untuk mencari dan disebabkan karena tidak memiliki etos kerja
menetapkan solusi, atau struktur tinggi, tidak memiliki jiwa wiraswasta, dan
pemecahan masalah, melainkan bekerja pendidikan rendah. Di lain pihak upaya
bersama masyarakat sehingga masyarakat mengurangi kemiskinan tidak hanya
dapat mendefinisikan dan menangani dilakukan dengan memberikan santunan
masalah, dan terbuka untuk atau bantuan cuma‐cuma, melainkan
mengekspresikan kepentingan mereka dilakukan dengan pemberdayaan untuk
sendiri dalam proses pengambilan mengubah sikap mental ”pengemis
keputusan. Pengertian tersebut sejalan bantuan” menjadi sikap yang ekonomis

38
Peran Pendidikan Kewirausahaan dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Indonesia ‐‐ Sukidjo

produktif. Untuk itu kegiatan pemberdayaan Untuk itu Ciputra (2010)


perlu dilengkapi dengan pendidikan memperkenalkan semboyan tentang
kewirausahaan. Adapun bentuk kegiatan prinsip kewirausahaan ” mengubah
yang perlu dilakukan untuk mengurangi sampah menjadi emas”
kemiskinan antara lain sebagai berikut: 4. Mendidik untuk mengubah sifat boros
1. Memberikan pendidikan yang bertujuan menuju efisien, sifat konsumtif menjadi
untuk menumbuhkembangkan ”rasa produktif. Kegiatan usaha akan
percaya diri” bahwa mereka memiliki berkembang apabila didukung oleh
kemampuan dan berani melakukan modal yang kuat. Untuk itu para warga
kegiatan usaha. Hilangkan mindset ”ana miskin perlu diarahkan agar senang
dina ana upo” artinya jika ada hari pasti menabung dan jangan mencari pinjaman
ada makanan, dan diganti dengan ke rentenir. Upayakan penggunaan
mindset ”yen ora obah ora mamah,” modal untuk usaha dan bukan untuk
artinya kalau tidak bekerja tidak akan konsumtif.
makan. Dari pelatihan ini diharapkan 5. Berikan pendampingan usaha. Banyak
dapat menumbuhkan need for warga miskin mengalami kesulitan
achievement sehingga timbul etos kerja dalam memulai usaha, sehingga perlu
tinggi, dan senang untuk kerja keras. adanya pendampingan untuk
2. Memberikan pelatihan keterampilan mengatasi berbagai permasalahan
guna meningkatkan kemampuan untuk misalnya dalam mendapatkan bahan
memanfaatkan peluang usaha menuju baku, cara produksi maupun dalam
ekonomi produktif. Untuk itu perlu pemasaran produk Pemasaran produk
dilatih keterampilan menyusun rencana merupakan kunci sukses usaha, sebab
bisnis, studi kelayakan, dan memahami banyak produsen yang mampu
pasar produk. menghasilkan produk tetapi tidak
3. Mengembangkan inovasi dan kreativitas mampu memasarkannya. Perlu kiranya
sehingga mampu membaca peluang, para warga miskin ini membentuk
misalnya memanfaatkan limbah, barang koperasi guna mengatasi permasalahan
bekas maupun sumber daya alam lokal ekonomi mereka.
menjadi produk yang bernilai. Limbah 6. Mengembangkan jiwa kemandirian serta
sampah organik dapat diubah menjadi berani menghadapi risiko atas
pupuk kompos, limbah bungkus plastik, keputusannya. Seseorang yang tidak
kayu, kain dapat diubah menjadi produk memiliki jiwa kemandirian, segala
kerajinan, misalnya mainan anak‐anak, perilakunya akan bergantung pada pihak
tas, boneka, mobil‐mobilan Limbah lain. Kebergantungan menyebabkan
kotoran dapat diubah menjadi biogas. mereka tidak dewasa, manja serta tidak
Pengembangan inovasi dan kreativitas mau berusaha keras, sehingga inovasi
ini sangat penting sebab akan dapat dan kreativitasnya tidak berkembang.
mendorong seseorang untuk berani Sebaliknya seseorang yang memiliki jiwa
mencoba, memanfaatkan peluang. kemandirian akan muncul pada diri

39
Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012

mereka sikap percaya akan kemampuan Daftar Pustaka


diri, berani memanfaatkan peluang, Biro Pusat Statistik (2007). Statistik
tidak takut gagal dan selalu bekerja Indonesia 2007.
keras, ulet serta kreatif.
Fiqih Santoso (2008). Concept and Method
Kesimpulan for Community Empowerment
Pendidikan kewirausahaan sangat Indonesia,
diperlukan untuk menumbuhkan kreativitas, http://appreciativeorganization.wordpre
inovasi serta motivasi berprestasi. ss.com/2007/08/08, didownload 8 April
Mengingat masalah kemiskinan disebabkan 2010
oleh faktor ekonomi maupun budaya, maka Friednann (1992) Empowerment: The
untuk mengatasi kemiskinan perlu dilakukan Politics of Alternative Development,
program pemberdayaan dan dilengkapi Cambridge Mass: Blackwell Publisher.
pendidikan kewirausahaan guna
Gunawan Sumodiningrat (1999)
membentuk sikap mental yang mandiri,
Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring
pantang menyerah, kreatif, ulet dan senang
Pengaman Sosial. Jakarta: Gramedia
mengejar prestasi terbaik, sehingga potensi
Pustaka Utama.
yang dimiliki maupun fasilitas yang
diperoleh dapat dikembangkan. Sebaliknya Heru Nugroho (1999) Kemiskinan dan
program‐program yang bersifat belas Kesenjangan di Indonesia: Kemiskinan,
kasihan sebaiknya hanya diberikan kepada Ketimpangan dan Pemberdayaa.
warga miskin yang berusia lanjut. Program Yoyakarta: Adtya Media.
kewirausahaan dapat dilakukan melalui Hutchin, Robert Maynard (1998) Pendidikan
pendidikan, pelatihan, dan pendampingan. Liberal Sejati dalam Menggugat
Program pemberdayaan yang dilakukan Pendidikan: Fundamentalis, Konservatif,
berupa kegiatan penciptaan iklim usaha, Liberal, Anarkhis. Yogyakarta: Pustaka
penguatan potensi, perlindungan serta Pelajar
pendampingan. Program pemberdayaan
Kuncoro, Mudrajat (2006) Ekonomi
hendaknya dilengkapi dengan pendidikan
Pembangunan: Teori, Masalah dan
kewirausahaan guna menumbuhkan sikap
Kebijakan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
mental dan watak kewirausahaan pada
warga miskin sehingga mereka memiliki Loekman Soetrisno (1999) Kemiskinan dan
sikap percaya diri, mandiri, bekerja keras, Kesenjangan di Indonesia: Substaansi
kreatif, mampu melihat dan memanfaatkan Permasalahan Kem,iskinan dan
peluang, berani mengambil risiko, dan Kesenjangan. Yogyakarta: Aditya Media
berorientasi ke masa depan. Mardi Yatmo Hutomo (2000) Pemberdayaan
Masyarakat dalam Bidang Ekonomi:
Tinjauan Teoretik dan Implementas.
Makalah disampaikan pada Seminar
Sehari Pemberdayaan Masyarakat yang

40
Peran Pendidikan Kewirausahaan dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Indonesia ‐‐ Sukidjo

diselenggarakan oleh Bappenas tanggal Departemen Permuliman dan


6 Maret 2000 di Jakarta. Pengembangan Wilayah.
Moeljarto Tjokrowinoto (1993) Strategi Suharto, Edi (2007) Konsep dan Strategi
Alternatif Pengentasan Kemiskinan. Pengentasan Kemiskinan Menurut
Makalah untuk Seminar Bulanan P3PK, Perspektif Pekerjaan Sosial.
UGM http://www.policy.hu didownload. 24
Muttaqin, Hidayatullah (2006) September 2008)
“Pengentasan Kemiskinan”. Jurnal Sukamto, Hadi, dkk. (2006) Partisipasi
st
Ekonomi Indonesia, September 1 , 2006 Masyarakat Dalam Penanggulangan
in arsid E‐Syariah http://jurnal‐ Kemiskinan (Studi Implementasi
ekonomi.org Program Penanggulangan Kemiskinan
Namba (2003) Pendekatan Ekosistem dalam Perkotaan Di Kelurahan Bandulan,
Penanggulangan Kemiskinan: Refleksi Keamatan Sukun Kota Malang). Malang:
Penanggulangan Kemiskinan di Sulawesi Universitas Negeri Malang
Tengah. Jurnal Ekonomi Rakyat. Edisi Suryana (2001) Kewirausahaan, Jakarta:
Maret 2003. www.ekonomirakyat. Salemba Empat.
Narayan, Deepa (2002) Empowerment and Wiratmo, Masykur (1998) Pengantar
Poverty Reduction: A Source book. Kewiraswastaan: Kerangka Dasar
Washington.DC: The International Bank Memasuki Dunia Bisnis. Yogyakarta:
for Reconstruction and Development. BPFE UGM
The World Bank.
Rujito (2003) Pengenasan Kemiskinan.
Jurnal Ekonomi Rakyat No.1 Maret
2003. Yogyakarta: Bank Rakyat
Indonesia
Santosa, Awan, Dadit Hidayat dan Puthut
Indroyono (2003) Program
Penanggulangan Kemiskinan Bersasaran,
Jurnal Ekonomi Rakyat, TH II No. 2 April
2003 Yogyakarta: UGM.
Soetrisno, R. (2001) Pemberdayaan
Masyarakat dan Upaya Pembebasan
Kemiskinan, Yogyakarta: Kanisius.
Subari, Affandi, dkk. (2005)
Penanggulangan Kemiskinan: Diklat
Penanggulangan Kemiskinan. Pusat
Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta:

41

Anda mungkin juga menyukai