Anda di halaman 1dari 21

Memerdekakan Orang Yang Teraniaya

(Yesaya 58 : 6-7)

I. Pengantar

Penyebaran Virus Corona Disense 19 mulai menyebarkan kekhawatiran di tengah


masyarakat, seiring bertambahnya jumlah pasien yang terus mengalami lonjakan. Pembatasan
sosial mulai dilakukan, mulai dari hal kecil dalam menjaga jarak hingga kepada hal besar dalam
larangan bertransportasi umum dan berdiam di rumah. Pembatasan tersebut dilakukan guna
mengurangi penyebaran virus itu sendiri. Seiring berjalannya waktu, namun penyebaran virus
belum dapat diatasi, sehingga mengakibatkan goyangnya grafik perekonomian dunia. Masalah
tersebut mengakibatkan kepanikan dari luar maupun dalam diri seseorang. Orang berbondong-
bondong mengambil uang dari bank dan membelanjakan kebutuhan sandang dan pangan untuk
keperluan jangka panjang. Saat pemerintah mengumumkan orang pertama yang terjangkit virus
Covid-19 di Indonesia, terlihat jelas bahwa pemerintah pusat maupun daerah belum memiliki
kesiapan dalam menghadapi bahaya tersebut dan efek sosial bagi masyarakat. Apalagi
penyebaran virus ini sulit untuk diatasi dan diprediksi akan berakhir di akhir tahun 2020.
Sehingga banyak perubahan yang dijalani dalam tahun ini, terlebih pada peringatan-peringatan
hari besar yang sudah dilewati seperti Bulan Ramadhan, Paskah, Hari Kemerdekaan, dan lainnya
dengan tradisi yang baru sesuai dengan protocol kesehatan. Disaat peringatan hari besar itulah
harga pokok bahan pangan melonjak naik. Masyarakat merasa panik dan berlomba untuk
membeli bahan pangan sebagai persediaan. Sehingga beberapa orang yang tidak mampu
memenuhi banyak persediaan pangan karena keterbatasan ekonomi akan merasa menderita dan
berharap akan belas kasih dari orang-orang yang peduli.

Oleh karena ketidak mampuan dalam di bidang ekonomi, banyak orang yang memandang
mereka lemah dan tidak berdaya. Orang lemah itu mencari cara untuk menghidupi diri dan
keluaga dengan bekerja kepada orang kaya. Ada kalanya orang kaya hanya memperkerjakan
sesuai dengan pekerjaan yang diberikan, namun tidak sedikit orang kaya juga melakukan otoritas
untuk menindas dan menyusahkan mereka. Orang lemah itu seperti budak. Budak yang
senantiasa melayani tuan dan menerima upah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Banyak budak

1
menjadi tertindas dan remuk hati, karena tuan tidak memberikan upah dengan layak atau karena
tuan tidak ingin membebaskan budak dan memberikan hak mereka.

Allah akan senantiasa menolong dalam semua hal baik yang terlihat maupun tidak terlihat,
melalui cara yang terpikirkan maupun cara yang tidak terpikirkan. Berpengharapan adalah jalan
satu-satunya bagi orang percaya untuk tetap setia dalam menghadapi segala pencobaan. Allah
beserta rencana-Nya merupakan misteri yang tidak dapat dipahami manusia. Perenungan seputar
problem penderitaan tidak akan berakhir pada jawaban yang jelas. Oleh karena itu, penulis
mencoba mendeskripsikan menjadi uraian sajian biblika dengan tema ‘Kemiskinan Akibat
Covid-19’.

II. Landasan Teori


II.1 Etimologi dan Terminologi
II.1.1 Merdeka

2
Berdasarkan Yesaya 58:6, kata merdeka atau memerdekakan berasal dari kata Ibrani

wesalakh (xL;v;w> ). Kata tersebut terdiri dari awalan penghubung w (we) dan kata kerja

xL;v (salakh), sehingga menjadi kata wesalakh yang artinya mengutus. Dalam penggunaan
kata kerja salakh, memiliki beberapa perbedaan makna kata yang mendasar. Hal tersebut dapat
dilihat melalui pola struktur semantic dan pragmatic yang memiliki khas tersendiri. Kedua pola
struktur tersebut bisa dipadukan maupun tidak, yang dapat memunculkan fungsi dari kata kerja. 1
Jadi kata wesalakh dapat diartikan ‘Dan Dia Mengutus’ atau sama dengan ‘Dia menyuruh pergi’
atau ‘memerdekakan’2. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ‘Merdeka’ berarti
bebas dari perhambaan, penjajahan dan lainnya yang dapat membangun diri untuk berdiri
sendiri. Sehingga kata ‘Memerdekakan’ berarti membebaskan dan melepaskan diri. Dalam Bibel,
Bahasa Batak, tertulis kata ‘palua’ dari akar kata ‘lua’ yang berarti melepaskan. Pada Holy
Bible King James Version, tertulis kata ‘go free’ yang artinya ‘melepaskan pergi’.

Pandangan Alkitab tentang ‘Merdeka’ dilatar belakangi oleh pemikiran tentang


penahanan dalam penjara atau perbudakan. Kemerdekaan berarti kebahagiaan berdasarkan
pembebasan dari perbudakan, memasuki kehidupan baru dalam sukacita dan kepuasan yang tak
mungkin di peroleh sebelumnya. Kemerdekaan menurut Perjanjian Lama banyak terlihat melalui
Kemerdekaan Israel. Kemerdekaan Israel terlihat dari bagaimana cara Allah mengeluarkan
bangsa Israel dari tanah perbudakan Mesir. Kemerdekaan bukan hasil usaha manusia melainkan
pemberian cuma-cuma yang sama sekali tidak dapat dimiliki manusia kecuali merupakan
tindakan Allah. Selanjutnya, kemerdekaan menurut Perjanjian Baru terlihat dari pelayanan
Kristus kepada masyarakat sebagai pelayanan pembebasan. Kemerdekaan yang sangat berarti
diberikan Kristus kepada manusia melalui pengorbanan nyawa di salib.3

II.1.2 Teraniaya

1
xL;v “Hossfeld-Van der Verlden” dalam G.Johannes Botterweck(Edited), The Dictionary of The Old Testament
Vol.XV, (USA: William B. Eermans Publishing Company),50
2
Reinhard Achenbach,Kamus Ibrani-Indonesia Perjanjian Lama, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,2012),344
3
J.D. Douglas (ed), Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (Jilid II), (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011), 53-55

3
Berdasarkan Yesaya 58:6, kata ~yvip.x (hapesim) terdiri dari awalan penentu ditambah

dengan kata benda yvip.x (hopsi) dan akhiran penjamakan. Kata hopsi dalam Ulangan 15
dipahami sebagai budak Israel dan di Yeremia 34 dipahami sebagai budak Yehuda. Menurut
Lipinski, hopsi selalu merujuk kepada orang dalam kelas rendah sampai masa pengasingan. Kata
ini juga sering menunjuk kepada wanita, meskipun tidak ada bentuk feminine yang terlihat.
Makna kata hopsi dapat diperluas melampaui budak yang dibebaskan dari penindasan atau
penahanan dengan tidak ada konsep tentang ‘kebebasan’ yang dicapai. 4 Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata teraniaya berasal dari akar kata ‘aniaya’ yang berarti perbuatan bengis.
Sehingga kata teraniaya termasuk dalam kata kerja dengan arti tersiksa dan tertindas. Pada Bibel
Bahasa Batak, tertulis kata ‘na nirupa’ memiliki arti ‘yang teraniaya’. Pada Holy Bible King
James Version, tertulis kata ‘oppressed’ berarti ‘tertekan’.

Kata teraniaya berasal dari akar kata aniaya. Kata tersebut banyak disinggung dalam
Perjanjian Lama, dan menjadi tindakan kejam yang dilakukan orang dengan kedudukan tinggi
kepada kaum lemah. Penganiayaan seperti yang dihadapi masyarakat Kristen, bukanlah hal baru.
Hal itu merupakan sebagian dari warisan ke-Yahudi-an mereka. 5 Yesaya 58:6-7 menggambarkan
orang teraniaya sebagai orang tertekan. Orang tertekan dari tuan nya, sehingga mereka belum
merasakan kebebasan. Mereka merupakan seorang budak atau orang dalam kelas rendah yang
bekerja dan di upah sesuai pekerjaan masing-masing.

II.1.3 Miskin

Pada Yesaya 58:7, kata ~yYInI[]w (aniyim) terdiri dari kata hubung dan kata sifat wnI[
(ani) bentuk jamak maskulin yang memiliki arti kata ‘orang miskin’. Kemuculan kata ini dalam
kata kerja Arab bermakna ‘menjadi rendah hati’, sedangkan dalam bahasa Aram kata ini di
modifikasi dan di maknai sebagai ‘orang yang hina dan menderita’, bahasa Arkadian memaknai
kata ini sebagai ‘orang yang tertekan’. 6 Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata
‘miskin’ diartikan sebagai tidak berharta dan serba kekurangan. Sedangkan pada Bahasa Batak

4
yvip.x “Lohfink” dalam G.Johannes Botterweck(Edited), The Dictionary of The Old Testament Vol.V, (USA:
William B. Eermans Publishing Company),116-117
5
J.D. Douglas (ed), Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (Jilid I), (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011), 53
6
wnI[ “Gerstenberger” dalam G.Johannes Botterweck(Edited), The Dictionary of The Old Testament Vol.XI,
(USA: William B. Eermans Publishing Company),231

4
kata miskin disebut dangol. Kata tersebut bisa diartikan miskin, namun dengan makna ‘rasa
kasihan’.

Genre kata ani mencerminkan situasi kongkret dari kata itu sendiri. Penderitaan dan
penyebabnya dijelaskan pada kitab Mazmur, Ratapan, dan Ayub dalam bentuk doa-doa. Dalam
kitab Yesaya kata ani muncul sebagai ucapan nubuat dan hukum. Hukum dan nubuatan sebagai
peringatan melarang menyalahgunakan orang yang lemah. Kata kerja utama piel dalam kata
ani/aniyim menggambarkan asal mula penderitaan. Dengan demikian dapat dilihat benang merah
dari berbagai genre sastra yang menggambarkan dan mencerminkan penderitaan dengan
signifikan dan religious dari orang-orang yang melakukannya.7

Alkitab menggambarkan miskin dalam Perjanjian Lama digambarkan akibat bencana alam yang
menyebabkan panen rusak atau karena serbuan musuh bahkan penindasan oleh tetangga-tetangga
yang berkuasa dan kuat atau karena pemerisan riba. Lebih menderita lagi anak-anak yang tidak
mempunyai bapak, para janda dan orang-orang asing yang tidak memiliki tanah. Sering mereka
menjadi korban penindasan, namun Allah menjadi pembela mereka. Sedangkan miskin dalam
Perjanjian Baru terlihat melalui bermacam-macam pajak yang sangat memberatkan dibebankan
atas bangsa Yahudi. Sementara banyak orang dalam kesukaran ekonomi, dan orang lain
mengeruk keuntungan besar melalui kerja sama dengan pemerintah Romawi. Kemudian Yesus
hadir memberitakan Injil dan memberkati orang miskin yang bergantung sepenuhnya kepada
Allah.8

II.2 Pengantar Kitab.

7
wnI[ “Gerstenberger” dalam G.Johannes Botterweck(Edited), The Dictionary of The Old Testament Vol.XI,
(USA: William B. Eermans Publishing Company),235
8
J.D. Douglas (ed), Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (Jilid II), (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011), 88

5
Yesaya merupakan seorang Nabi yang dipilih Allah. Arti nama Yesaya sendiri ialah
“Tuhan adalah keselamatan”. Ini berarti Yesaya bukan sekedar seorang pengkhotbah, melainkan
Nabi pilihan Allah yang membawa berita keselamatan yang disampaikan langsung oleh Allah.
Yesaya menerima visinya pada masa pemerintahan empat orang raja yaitu Uzia,Yotam,Ahas,
dan Hizkia. Yesaya mulai bekerja saat bangsa Israel di ambang kehancuran. Hal itu terjadi
karena bangsa Israel tidak menaati hukum Allah.

Nabi dalam Perjanjian Lama menyampaikan Firman Allah untuk zaman mereka dan juga
untuk masa depan. Baik ketidakadilan dalam masyarakat pada waktu itu maupun keselamatan
pada akhir zaman yang menjadi pokok nubuatan. Kitab Yesaya merupakan kitab nubuat yang
terpenting dalam Perjanjian Lama dan paling sering di kutip dalam Perjanjian Baru. Kitab
Yesaya dibagi atas tiga bagian besar, dan masing masing bagian itu memiliki nama yakni bagian
pertama dinamai Proto-Yesaya (Pasal 1-39) yang berisikan tentang keadilan. Bagian kedua
dinamai Deutro-Yesaya (Pasal 40-55) yang berisikan tentang pemberitahuan keselamatan dan
hamba Tuhan. Bagian ketiga dinamai Trito-Yesaya (Pasal 56-66) yang berisikan penggenapan
keselamatan,9

Isi dalam kitab Trito-Yesaya mencerminkan keadaan Palestina sesudah kembalinya para
buangan dari Babel. Kitab ini menekankan pentingnya ibadah dan ketaatan pada hukum hari
Sabat. Kedua hal itu sangat terlihat pada masa sesudah kembalinya para buangan dari Babel ke
Palestina.10 Berdasarkan berita Nabi-nabi abad kedelapan dan ketujuh, ditekankan bahwa kini
Tuhan menyertai orang-orang remuk hati, miskin, dan patah semangat, dan menuntut agar umat
yang berbakti kepada-Nya pertama-tama membebaskan mereka dari tekanan kelaparan dan
kekurangan. Hanya di mana manusia turut memperhatikan orang-orang yang diutamakan Tuhan.
Tuhan dapat mengaruniakan keselamatan dalam bentuk masyarakat yang adil dan bahagia.11

III. Metodologi

9
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2013),106-110
10
Prof.S.Wismoady.Wahono, Disini Kutemukan (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2013),264
11
M.C.Barth, Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya Pasal 56-66, (Jakarta:BPK Gunung Mulia,1994),2

6
Sistem pengerjaan pada Yesaya 58:6-7 menggunakan Metodologi Historis Kritis. Metode
Historis Kritis melihat dari fenomena yang terjadi dibalik teks tersebut sebagai literature. Metode
penafsiran ini dilakukan dengan cara melihat dokumen-dokumen sejarah yang terjadi di
zamannya untuk membangun pemikiran teologis saat membaca teks tersebut. Tujuan Historis
Kritis untuk menemukan arti dan makna dari sebuah teks dengan melihat sudut pandang
sejarahnya. Penafsir dapat melihat sejarah secara kritis dan sistematis, sehingga penafsir tidak
memaksakan teks dari kebudayaan asing kedalam pengertian masa kini.12

Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk membedah teks Yesaya 58:6-7 ialah dengan
melakukan Analisis Teks, Perbandingan Bahasa,Kritik Struktur, dan Analisis Tradisi. Pada
Analisis Teks digunakan untuk menjangkau sebuah teks asli yang dapat di percayai dengan jalan
rekonstruksi teks yang ada dan terjadi pada masa teks itu sendiri ditulis dan diterima sebelum
kanonisasi Alkitab yang menguji teks dan membuat kesimpulan.

Tahap Perbandingan Bahasa ialah teks yang ditulis dalam berbagai bahasa. Tentu dalam
perbandingan ini ada beberapa kata yang berbeda, namun makna yang tersirat serupa. Tujuan
dilakukan perbandingan teks ini untuk melihat beberapa bahasa yang lebih benar.

Kritik Struktur memiliki aliran yang dijelaskan bahwa masih lebih menentukan kritik retorik
dari pada kritik sejarah. Ada dua jenis kritik struktur, yaitu struktur luar dan stuktur dalam.
Struktur luar adalah struktur yang membahas tentang teks seperti plot, tema, motif, watak, dan
syair. Sedangkan struktur dalam adalah struktur yang membahas tentang fungsi motif, interaksi
diantara watak pokok dan objek, serta catatan khusus.13

IV. Tarsiran
IV.1 Analisis Teks.
12
Robert M.Grannt&Bavid Tracy, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab (Jakarta:BPK Gunung Mulia,2015),156,173
13
Dr.J.Blommendal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama (Jakarta:BPK Gunung Mulia,2008),18-20

7
Isaiah 58:6
tADgUa] rTeh; [v;r< tABcur>x; x:TeP; WhrEx'b.a, ~Ac
hz< aAlh] 6

WqTen:T. hj'Am-lk'w> ~yvip.x' ~yciWcr> xL;v;w>


hj'Am

aAlh : partikel interogatif dan partikel negative (jika,bukan)

hz : adjective maskulin tunggal (ini)

~Ac : kata benda maskulin tunggal (puasa)

WhrEx'b.a, :kata kerja orang pertama akhiran tunggal dan orang ketiga maskulin
tunggal (untuk memilih)

x:TeP; : kata kerja piel infinitive homonym (untuk melepaskan)

tABcur>x : kata benda jamak feminine (belenggu)

[v;r : kata benda tunggal maskulin (kejahatan)

rTeh; : kata kerja hiphil infinitive homonym 3 (untuk menlonggarkan,memulai,


bebaskan)

tADgUa : kata benda jamak feminine

hj'Am : kata benda tunggal feminine (tiang, kuk)

xL;v;w> : partikel konjuksi dan kata kerja piel infinitive (dan mengirim)

~yciWcr : kata kerja dasar jamak maskulin participal (menghancurkan)

~yvip.x' : kata sifat jamak maskulin (bebas)

hj'Am-lk'w : partikel konjuksi,kata benda tunggal maskulin, kata benda tunggal


feminine (dan semua tiang kuk)

8
WqTen:T . : kata kerja piel imperfek orang kedua jamak maskulin (untuk merobek)

Terjemahan : Tidak, Ini puasa yang telah Ku pilih, yaitu untuk membuka tali kejahatan dan
melepaskan beban berat, supaya engkau mengutus orang yang tertekan dan mematahkan kuk.

Isaiah 58:7
tyIb' aybiT' ~ydIWrm. ~yYInI[]w: ^m,x.l; b[er"l' srop'
aAlh]
~L'[;t.ti al{ ^r>f'B.miW AtySikiw> ~ro[' ha,r>ti-yKi

aAlh] : interogasi partikel, partikel negative (apakah tidak)

srop : kata kerja dasar infinitive (membagi)

b[er"l : kata preposisi, kata bantu, dan kata sifat tunggal maskulin (terhadap yang
lapar)

^m,x.l; : kata benda maskulin tunggal orang kedua (makanan,roti)

~yYInI[]w : kata hubung, kata sifat jamak maskulin (yang miskin)

~ydIWrm : kata benda jamak maskulin (kegelisahan,menyimpang)


aybiT : kata kerja imperfek hiphil orang kedua tunggal maskulin (membawa)

tyIb : kata benda tunggal maskulin homonym 1 (rumah)

ha,r>ti-yKi : kata hubung homonym 2, kata kerja dasar orang kedua tunggal maskulin
(ketika melihat)

~ro[ : kata sifat tunggal maskulin (telanjang)

AtySikiw : kata hubung, kata kerja perfect piel orang kedua tunggal maskulin (dan
menutupi)

9
^r>f'B.miW : kata hubung, kata posisi, dan kata benda orang kedua tunggal maskulin
(dan dari daging)

Al : kata negative (tidak)

~L'[;t.ti : kata kerja imperfek hithpael orang kedua tunggal maskulin (untuk
menyembunyikan diri)

Terjemahan : Bukan, membagikan rotimu kepada yang lapar dan membawa orang miskin
kedalam rumahmu, ketika kamu melihat orang telanjang dan menutupinya, dan tidak
menyembunyikan dirimu dari dagingmu sendiri.

IV.2 Perbandingan Bahasa.


 Yesaya 58:6

BHS : Tidak, Ini puasa yang telah Ku pilih, yaitu untuk membuka tali kejahatan dan
melepaskan beban berat, supaya engkau mengutus orang yang tertekan dan mematahkan
kuk.

LAI : Bukan ! Puasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu
kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang
teraniaya dan mematahkan setiap kuk,

BIBEL: Nda on do parpuasaon na huhalomohon: harihari angka ihotihot ni hadjahaton, palua


angka tali ni auga, djala palua halak na nirupa, djala ropuhi nasa auga ?

KJV : Is not this the fast that I have chosen ? to loose the bands of wickedness, to undo the
heavy burdens, and to let the oppressed go free, and that ye break every yoke ?

 Yesaya 58:7

BHS : Bukan, membagikan rotimu kepada yang lapar dan membawa orang miskin kedalam
rumahmu, ketika kamu melihat orang telanjang dan menutupinya, dan tidak
menyembunyikan dirimu dari dagingmu sendiri.

10
LAI : Supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke
rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang
telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembuyikan diri terhadap
saudaramu sendiri!

BIBEL: Nda on do, molo diponggoli ho rotim tu halak na male, djala ditogihon ho tu djabum
halak na dangol dohot panangkarnangkar? Molo diida ho halak na marsaemara, gabe
diabiti ho ibana,djala ndang martabuni ho maradophon sibukmu.

KJV : Is it not to deal thy bread to the hungry, and that thou bring the poor that are cast out to
thy house ? when thou seest the naked, that thou cover him and that thou hide not thyself
from thine own flesh ?

IV.3 Kritik Struktur


 Struktur Dalam

Yesaya 58, menceritakan tentang ‘Kesalehan yang palsu dan yang sejati’ serta ‘Menghormati
hari Sabat’. Pada pasal ini mengingatkan bagaimana cara berpuasa yang dikehendaki Allah dan
menghormati hari Sabat. Dalam pasal ini, ditujukan bukan kepada orang asing, melainkan
kepada ‘umat-Ku’yang telah menjalankan dengan taat segala ketentuan religious namun masih
merasa bahwa Tuhan tidak mendengarkan seruan mereka. Umat sudah merasa merendahkan diri
dengan cara berpuasa dan menjalankan ritus-ritus, namun masih melakukan perbuatan yang tidak
adil kepada kaum lemah kedudukannya. Selama mereka melakukan hal demikian, Allah tidak
memperhatikan bahkan mendengar seruan mereka. Oleh karena itu, Allah memberitahu puasa
seperti apa yang dikehendaki-Nya (ay.6-7). Allah membebaskan umat-Nya dari Mesir dan Babel,
agar setiap orang mendapat kemerdekaan. Allah ingin agar umat-Nya menghentikan perbuatan
lalim, melaksanakan keadilan, dan memerhatikan kehinaan sesamanya hingga ia berusaha
membebaskan dia dan memperlakukan dia sebagai saudaranya. Maka Allah dengan senantiasa
akan mendengarkan seruan mereka dan Allah memberikan janji berkat kepada mereka yang
melakukan puasa yang dikehendaki-Nya (ay.9-10).

 Struktur Luar

11
Ternyata, kemerdekaan itu juga berlaku kepada budak-budak Ibrani (Yer 34:9-16). Allah
menginginkan umat-Nya merdeka dan merasakan keadilan. Oleh karena itu, Allah membebaskan
setiap budak laki-laki maupun perempuan sesuai dengan perjanjian yang telah Ia perbuat. Maka,
ada empat kata kerja yang dipakai yakni membuka belenggu, melepaskan tali kuk dan
mematahkannya, dan yang terutama ialah memerdekakan budak yang diberi kemerdekaan nya.

Kemudian, Allah juga memberikan janji-janji pengampunan bagi mereka yang remuk hati
dan rendah hati (Yes 57:14-21). Tidak untuk selamanya Tuhan murka. Ia murka karena ada
kesalahan. Allah tidak menyembunyikan diri, melainkan akan menghibur dan memperdamaikan
serta menyembuhkan. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi orang yang tidak mau mendengar
perintah Allah dan juga bagi orang-orang fasik.

IV.4 Analisis Tradisi

Trito Yesaya ingin menunjukkan kepada orang Israel yang dibuang ke Babel, bahwa
Tuhan ingin menghibur hati orang yang terbuang itu melalui Yesaya. Dalam nubuat-nubuat itu,
ingin menunjukkan kepada Israel betapa besarnya kekuasaan Allah dibandingkan dengan
kekuasaan dewa-dewi yang sama sekali tidak berarti itu. Biarlah bangsa Israel mendasarkan
kepercayaan kepada Allah oleh karena Allah membebaskan mereka dari pembuangan Babel dan
menghancurkan kekuasaan Babel dan memulangkan Israel ke Tanah Kanaan.

Teks Yesaya 58, memperkenalkan tentang puasa yang menjadi tradisi sejak lama untuk
mempererat hubungan dengan Allah. Namun yang perlu dipahami ialah umat beragama mampu
menyadari, memahami, dan menghargai makna-makna fundamental yang terkandung di
dalamnya, bukan terjebak pada ranah formalitasnya. Tradisi puasa yang biasa dijalankan orang
Israel ialah dengan melakukan ritus-ritus untuk memperkuat iman mereka dan mencari Allah
untuk mengenal segala janji-Nya. Akan tetapi, semua itu dilakukan bukan untuk menumbuhkan
iman kepercayaan kepada Allah, melainkan untuk menarik perhatian Allah dan memperoleh
berkat-Nya. Orang Israel menjalankan puasa, tetapi tetap melakukan tindak kekerasan kepada
sesama. Allah tidak mengindahkan puasa seperti itu. Allah memiliki keputusan tentang

12
pelaksanaan undang-undang yang diberikan-Nya, yaitu dengan menunjukkan puasa yang
dikehendaki-Nya. Allah ingin pembebasan kepada sesama manusia. Sehingga orang kaya
membagi sedikit hartanya kepada orang miskin dan mereka sama-sama memperoleh berkat dari
Allah, juga seorang budak yang merdeka dari ketertindasan.

Allah melalui Nabi Yesaya, ingin memproklamirkan maksud dan tujuan dari tahun Sabat
dan Tahun Yobel. Pada Tahun Sabat, tanah yang biasa di tanam harus mendapat perhentian
setelah proses 6 tahun lamanya. Setelah 6 tahun, maka tanah mengalami proses perhentian
selama satu tahun lamanya. Tanaman yang tumbuh sendiri di tanah itu dalam masa perhentian
akan diberikan kepada orang miskin dan sisanya kepada hewan. Puncak tahun Sabat dicapai pada
setiap tahun yang ke-50. Sanksi-sanksi tahun Sabat diterapkan dengan keras. Kemudian hak
milik dikembalikan kepada pemilik aslinya. Hutang-hutang dinyatakan lunas dan orang Ibrani
yang menjadi budak akibat hutang dibebaskan. Tahun ke-50 itulah disebut tahun kebebasan
dengan nama Tahun Yobel.14

Allah hendak memelihara kehidupan kaum miskin dan orang yang tertindas, remuk hati.
Allah memberikan kesempatan bagi kaum miskin untuk mengumpulkan hasil ladang dari ladang-
ladang orang kaya di tahun Sabat. Dalam tahun Sabat bukan hanya berlaku untuk hasil ladang
saja, melainkan juga kepada kehidupan setiap kaum Israel yang menjadi hamba orang kaya.
Duane L.Christense mengungkapkan pada tahun Sabat di perhentian terakhir menjadi
pembebasan bagi kaum budak. Mereka dibebaskan tidak dengan tangan kosong, melainkan
menerima dari hasil ladang tuannya dengan secukupnya, sebagaimana Allah telah memberikan
berkat atas tuan tersebut (Kel 21:32).15 Pembebasan seorang budak mengingatkan bangsa Yahudi
yang pernah menjadi budak di Mesir. Oleh karena itu, setiap budak memiliki kesempatan untuk
dibebaskan dan diberi upah untuk melanjutkan kehidupan dalam pembangunan ekonomi baru di
keluarga. Tahun Sabat juga meliputi penghapusan utang sesama orang Israel. Tujuannya ialah
untuk pemerataan ekonomi dan menolong orang-orang miskin. Inilah cara Allah untuk mencegah
pelebaran jurang antara orang kaya dan orang miskin. Pada tahun Yobel, segala hutang
dihapuskan dan pemilik tanah yang disewakan harus dikembalikan kepada pemilik asli, juga para

14
J.D. Douglas (ed), Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (Jilid II), (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011), 337
15
Duane L.Christense, Word Biblical Commentary: Deuteronomy 1-21:9, Vol 6A, (Dallas:Word,Incorporated, Word
Biblical Commentary 6A,2002),320

13
budak dibebaskan. Setiap orang Israel menjadi warga yang merdeka dan tinggal di tanah
warisannya.

Melalui Tahun Sabat dan Tahun Yobel itulah, Nabi Yesaya menekankan bahwa Allah
mencintai keadilan. Pengertian itu menyatakan untuk menghidupkan orang yang letih lesu,
patah-terkulai, dan pudar di depan bangsa-bangsa. Dengan keputusan itu, Allah menjamin hak
orang sengsara dan memungkinkan hubungan yang adil dalam masyarakat, karena Ia sendiri di
pihak orang-orang kecil.16

IV.5 Allah yang Berbelas Kasih

Realitas dalam kehidupan yang sangat nyata ialah kasih. Kasih yang dimaksud ialah
‘Allah adalah kasih’ dan kasih itu memiliki dua arah yakni horizontal dan vertical. Dalam iman
Kristen, kasih adalah hukum, dan hukum itu mengikat. Hukum yang pertama ialah kasih manusia
kepada Allah. Dalam hal ini manusia mengasihi Allah dengan menjalankan segala perintah-Nya
dengan kesetiaan. Hukum yang kedua ialah kasih kepada sesama manusia. Allah menciptakan
bumi dan segala isinya, manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang dapat memahami,
menikmati, dan membalas kasih itu pada sesama.

Allah dalam Perjanjian Lama digambarkan sebagai pihak yang memberikan dan
menunjukkan kasih setia bagi bangsa Israel. Kata kasih dalam Septuaginta ialah agapao sepadan
dengan kata dalam bahasa Ibrani yaitu ahab. Lawan kata dari kasih sering diartikan dalam kata
dengki, dan kata agapao menunjukkan relasi antar sesama manusia.17 Arti kata kasih juga
digunakan untuk hubungan pribadi, tindakan yang mendatangkan kegembiraan, pengorbanan
diri, dan ketaatan yang tulus.

16
Dr. C.Barth, Theologia Perjanjian Lama 4, (Jakarta:BPK Gunung Mulia,2009),118-119
17
Michael Downey, The New Dictionary of Spiritualy, (Bangalore: Theological Publication,2013),14

14
Teks Yesaya 58:6 menggambarkan kasih Allah kepada umat-Nya. Allah menunjukkan
bagaimana cara berpuasa yang dikehendaki-Nya. Puasa bukanlah ajang untuk pamer dan
melakukan tindakan kefasikan, tetapi Allah memberikan arahan bahwa puasa ialah hidup saleh
dan ketaatan pada hukum Allah serta berbelas kasih kepada sesama. Allah memandang orang
yang miskin dan remuk hati. Allah membebaskan umat-Nya dari perbudakan. Oleh karena itu,
Allah memberikan tindakan pertolongan dengan melepaskan segala jenis perbudakan dengan
mengikuti tindakan pembebasan melalui orang-orang yang mau taat akan hukum Allah. Hal ini
juga berhubungan dengan tugas Nabi Yesaya yang menyatakan kebebasan kepada para tawanan
yang terikat.18

Allah yang mementingkan hidup orang-orang kecil, menuntut agar mereka yang hendak
beribadah kepada-Nya turut membebaskan orang tertekan dan memenuhi kebutuhan pokok
mereka. Allah mengingatkan supaya setiap orang harus saling menolong dan menopang. Karena
Allah menemani orang-orang tertekan untuk menghidupkan hati orang remuk.19

IV.6 Pemeliharaan Orang Miskin

Allah memandang orang miskin dan memelihara mereka dengan cara dan tindakan yang
tidak diketahui manusia. Allah memperjuangkan kaum miskin dengan memperlihatkan diri-Nya
sebagai tempat perlindungan, tempat pertolongan, pelepas kesesakan, dan pemelihara mereka.
Akan tetapi, ada saja orang-orang yang tidak menyadari kehadiran Allah, sehingga mereka
ditindas oleh orang yang lebih kuat dan menambah kesengsaraan mereka sendiri. Karena
tindakan seperti itu, Allah hadir melalui para Nabi untuk memberikan hukuman yang keras bagi
mereka yang menindas sesama manusia.

Teks Yesaya 58:7, menggambarkan tindakan dalam hal membantu orang-orang yang
bermasalah di bidang sosial. Sebuah tindakan yang ditujukan untuk orang-orang yang status
sosialnya rendah, tahanan, orang kelaparan, tunawisma, dan orang kedinginan. Inilah salah satu
cara Allah menolong umat-Nya yang tertindas dan miskin. Melalui orang-orang yang taat dan
setia akan Allah yang berkenan menolong sesama dalam berbagi sukacita. Oleh karena itu
kalimat terakhir dalam ayat ini dikatakan ‘tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu

18
Claus Westermann, Isaiah 40-66, (Old Testament Library),336-337
19
Dr. C. Barth, Theologi Perjanjian Lama 4, (Jakarta:BPK Gunung Mulia,2009),120

15
sendiri’. Kalimat itu menunjukkan perintah untuk sesama manusia. Menolong sesama dengan
tulus hati seperti kepada saudara sendiri.20

Melalui nubuat para Nabi, Allah telah mempertimbangkan dosa yang timbul akibat
penyiksaan dan penganiayaan orang miskin, Allah juga menganggap keputusan yang lalim
merupakan dosa yang mencelakakan pelakunya. Itu sebabnya, Allah mengingatkan umat-Nya
untuk tidak sekedar beribadah, melainkan juga melakukan ibadah itu dengan tindakan kepada
sesama dalam perhatian dan kasih agave. Kemudian dengan segala pemberitaan itu tersirat
dengan mendatangkan Raja Damai dan pembebas yang akan menanggung keadilan, kejujuran,
kabar baik, dan jawaban bagi setiap kaum miskin. Allah juga menjawab kecukupan dan
ketentraman bagi orang miskin. Pemberitahuan ibadah yang sejati ialah saat setiap orang
mengulurkan kemerdekaan dengan segenap yang dimiliki untuk membebaskan kaum miskin dari
berbagai masalah di hidupnya.21

IV.7 Perspektif Dalam Perjanjian Baru (Lukas 4:18-19)

Melalui teks Yesaya 58:6-7 memiliki kemiripan dengan teks Lukas 4:18-19. Jika pada teks
Yesaya menggambarkan cara Allah menolong kaum miskin. Begitu pula dengan teks Lukas yang
menggambarkan Yesus sebagai pembawa kabar baik bagi kaum miskin.

Pada Perjanjian Baru, Injil Lukas mengenalkan bagaimana Yesus hadir ditengah-tengah
kaum miskin. Lukas mengenalkan pelayanan Yesus dalam sinagoge di Nazaret dengan Khotbah
Yesus tentang Tahun Yobel. Misi Yesus sebagai Mesias digambarkan secara jelas menunjuk
kepada keadaan sosial. Injil Lukas 4:18-19, menegaskan pelayanan Yesus sebagai proklamasi
Kabar Baik bagi orang-orang miskin. Pada ayat ini juga merupakan kutipan dari Kitab Yesaya
yang menandakan bahwa teks dalam Perjanjian Lama tersebut telah tergenapi dan menjadi nyata
dalam diri Yesus. Boland menyebutkan bahwa Kitab Yesaya yang dikutip Yesus merupakan nas
yang berbicara mengenai hamba Tuhan yang telah menerima Roh Allah, dan telah diurapi oleh
Allah untuk memaku jabatannya. Melalui dorongan Roh Allah yang ada padanya, ia kemudian
memberitakan bahwa telah datang zaman Mesias, yaitu suatu zaman di mana Allah akan
mewujudkan keselamatan di bumi yang dari pada-Nya. Keselamatan itu meliputi berkat dan

20
Claus Westermann, Isaiah 40-66, (Old Testament Library),337-338
21
Otto J.Baab,The Theology of The Old Testament, (New York:Abingdon Cokesbury,1935),195

16
kebahagiaan, baik yang bersifat jasmani maupun rohani, baik secara lahiriah maupun batiniah.
Dengan demikian arti keselamatan ialah terwujudnya damai sejahtera bagi semua orang.22

Kekuasaan Allah telah dikirim ke bumi melalui Yesus Kristus. Dengan kabar baik mengenai
keselamatan, merupakan kabar baik bagi orang-orang miskin yaitu orang yang sering ditindas
dan dihina. Sehingga Yesus hadir membawa keselamatan atau anugerah dan kebebasan. Teks ini
juga mengingatkan kembali akan Tahun Rahmat Tuhan yang berhubungan dengan Tahun Yobel,
yang sebelumnya telah diberitakan. Hal itu menjadi kesukaan Allah karena di dalamnya telah
diberitakan kehadiran Mesias akan rencana keselamatan-Nya yang akan dinyatakan melalui
Yesus Kristus.23

V. Implikasi

Seorang comedian yang pernah jaya pada masanya, Aming berpendapat bahwa “Pada
akhirnya bukan corona yang membunuh kita, tapi saudara sendiri yang punya uang. Mereka
berbondong-bondong ngeborong sampai stock habis. Sobat miskin cuma bengong dimatiin
saudara sendiri dalam kelaparan. Siapa lebih jahat ? corona atau manusia?”. Pernyataan tersebut
menimbulkan kontroversi bagi para nitizen dan kalangan artis. Karena makna perkataan yang
mendalam dan dapat menyinggung beberapa oknum. Memang kehadiran Virus Corona Disense
19, menimbulkan banyak kerusakan eksternal maupun internal kehidupan setiap manusia. Tidak
bisa dipungkiri bahwa pemerintah juga kelelahan untuk mengatasi permasalahan ini.

Dengan demikian pula, Gereja hadir ditengah-tengah bangsa dan Negara hendaknya memberi
warga pelayanan. Gereja hadir dengan mengemban tiga tugas utama, yakni Koinonia, Marturia
dan Diakonia. Dari ketiga tugas tersebut, dijabarkan kembali dalam keseluruhan tugas Gereja di
dunia ini. Maka tidak heran, untuk melaksanakan tugas tersebut perlu waktu yang panjang.

Kita menyadari bahwa fungsi pelayanan dan pengembalaan sangat luas cakupannya meliputi
lima bidang pelayanan, yaitu penyembuhan, penopangan, bimbingan,pendamaian, dan memberi
makan atau pendidikan. Pada saat ini, Gereja sudah melakukan sebagian dari kepedulian
terhadap orang miskin. Kepedulian itu dapat dilihat dan dikenal dengan tiga model pelayanan
kepada mereka yang miskin. Model pertama yang dilakukan ialah model Karitatif. Model ini

22
B.J. Boland, Tafsiran Injil Lukas, (Jakarta:BPK Gunung Mulia,1996),103
23
Albert Kenski, Interpretation of St.Luke’s Gospel, (Ohio:Wartburg Press,1946),252

17
sering di lakukan, seperti ketika menjelang Natal, Gereja melakukan aksi sosial atau amal sosial.
Dengan pertimbangan bahwa mereka yang ditolong merasakan langsung bantuan tersebut,
sehingga tidak ada beban untuk selanjutnya. Model kedua ialah model Reformatif. Dari model
ini dikenal beberapa Gereja memberikan kursus keterampilan bagi warganya, agar mereka bisa
bekerja dan tidak bergantung pada kebajikan orang lain. Model ketiga ialah model Transformatif.
Model Transformatif ini juga sering dikenal dengan model kontekstual. Model ini dipahami
sebagai pemahaman ulang terhadap ekklesiologi dan tri tugas. Gereja tidak diartikan sebagai
gedung saja, melainkan gerakan yang terbuka bagi pembangunan dan visi Kerajaan Allah. Ada
pemahaman bahwa Gereja bisa ada tanpa gedung, namun tanpa pelayanan kepada mereka yang
miskin Gereja sudah tiada. Jika Gereja dipahami sebagai gerakan keluar dan menjangkau ke
semua aspek kebutuhan hidup manusia, maka atas pemikiran ini, pelayanan kepada mereka yang
miskin dan tersisih dipahami sebagai pelayanan yang multi dimensial yang menyentuh roh,
tubuh, jiwa, aspek ekonimi,politik, cultural, dan hukum. Model Transformatif ini merupakan
perjuangan-perjuangan konkret bersama mereka yang tersisih dan miskin untuk melawan
penindasan structural yang di buat kaum penindas.24

Dari ketiga model pelayanan itu, tampak semua berjalan baik pada waktu dan konteks
tertentu. Terlihat juga bahwa ada suatu sikap kritis terhadap semua model, oleh sebab itu selalu
ditemukan pemikiran baru untuk terus memperbaharui bentuk-bentuk pelayanan kepada orang
miskin. Orang miskin bukanlah objek kebajikan dari orang yang baik hati, melainkan mereka
harus dijadikan subjek dan pelaku utama dalam perubahan hidup mereka. Model Transformatif
terus berjuang untuk menanamkan rasa kesamaan di antara sesama umat manusia. Kedudukan
orang miskin dapat diubah karena bukan nasib dan mempunyai kekuatan untuk mengubah adalah
diri mereka sendiri.25

Huria Kristen Batak Protestan hadir ditengah-tengah dunia melalui pelayanan Diakonia,
Koinonia, dan Marturia di masa Pandemic Covid Disense 19. Di tengah masa Pandemic ini,
Diakonia berfokus kepada jemaat Gereja yang kekurangan dalam memenuhi kebutuhan pangan
dan berusaha membantu dalam membangun ekonomi sosial. Meskipun ada pembatasan dari
Pemerintah dalam larangan beribadah di Gereja, namun tidak menghentikan pelayanan yang

24
Yosef P.Widyatmadja, Yesus & Wong Cilik: Praksis Diakonia Transformatif dan Teologi Rakyat Indonesia, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2010),31-43
25
Awan Setya Dewanta, Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia, (Yogyakarta: Aditya Media,1995),35

18
terus berkembang ditengah-tengah kehidupan warga jemaat. Diakonia hadir dengan memberikan
bantuan kepada orang miskin dengan membagikan kebutuhan pokok berupa beras, dan tunjangan
sosial, juga pelayanan pastoral. Diakonia bekerja sama dengan Biro Pengembangan Masyarakat
(Pengmas), United Evanglical Mission (UEM), Lutheran World Federation (LWF), HKBP Aids
Ministry/HAM, dll. Melalui kerja sama itu, beberapa program telah terlaksana selama Pandemic
Covid-19 seperti program Food Always In The Home (FAITH) yaitu dengan melakukan zending
pangan dan membagikan bibit tanam unggul sayuran dan ikan, untuk di budidayakan dalam
kelompok. Kemudian, program Lele Kangkung Sehat (LEKAS) yaitu dengan membagikan bibit
unggul sayur kangkung dan ikan lele, guna merespon dampak Covid-19 yang mengancam
ekonomi masyarakat. Sehingga kelak program LEKAS menjadi ketahanan pangan dan sumber
mata pencaharian tambahan. Program lainnya ialah Diakonia Bermazmur. Program ini diadakan
secara daring dan bertujuan mengikat erat tali persaudaraan anggota keluarga. Diakonia juga
melakukan program pastoral kepada lansia, orang-orang difabel, orang-orang dukacita, dan
orang-orang kemalangan akibat bencana alam.26

VI. Kesimpulan

Keprihatinan dan kepedulian Allah terhadap kaum miskin disampaikan melalui Nabi Yesaya
kepada umat manusia, dengan senantiasa beribadah sesuai kehendak-Nya. Allah tidak
menginginkan umat-Nya menjadi kaum penindas yang lemah, terlebih kepada saudaranya
sendiri. Dengan demikian Allah mengingatkan umat-Nya melalui peringatan Tahun Sabat dan
Tahun Yobel. Karena, Allah menginginkan agar semua umat-Nya saling memperhatikan dan
menolong sesama seperti saudara sendiri. Oleh karena itu, Allah memberikan berita tentang
kedatangan Mesias. Sehingga genaplah yang dikatakan Nabi Yesaya dalam Injil Lukas 4:18-19.
Demikianlah kedua berita tersebut saling bersangkutan untuk mengingatkan manusia akan
hukum Allah dan menaatinya.

26
Event Diakonia LEKAS, diakses dari http://hkbpaidsministry.org/event pada tanggal 14 September 2020.

19
DAFTAR PUSTAKA

Achenbach,Reinhard, Kamus Ibrani-Indonesia Perjanjian Lama, Jakarta: Yayasan Komunikasi


Bina Kasih,2012
Baab, Otto.J., The Theology of The Old Testament, New York:Abingdon Cokesbury,1935

Baker, David.L., Mari Mengenal Perjanjian Lama,Jakarta: BPK Gunung Mulia,2013

Barth,C., Theologia Perjanjian Lama 4, Jakarta:BPK Gunung Mulia,2009

Barth.M.C., Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya Pasal 56-66, Jakarta:BPK Gunung Mulia,1994

Blommendal.J., Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta:BPK Gunung Mulia,2008

Boland.B.J., Tafsiran Injil Lukas, Jakarta:BPK Gunung Mulia,1996

Christense, Duane .L., Word Biblical Commentary: Deuteronomy 1-21:9, Vol 6A,
Dallas:Word,Incorporated, Word Biblical Commentary 6A,2002

Dewanta, Awan Setya, Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia, Yogyakarta: Aditya


Media,1995

Douglas,J.D., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (Jilid I), Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 2011
Douglas,J.D., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (Jilid II), Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 2011
Downey, Michael, The New Dictionary of Spiritualy, Bangalore: Theological Publication,2013

20
Gerstenberger dalam G.Johannes Botterweck(Edited), The Dictionary of The Old Testament
Vol.XI, USA: William B. Eermans Publishing Company
Grannt, Robert.M.&Bavid Tracy, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab, Jakarta:BPK Gunung
Mulia,2015
Kenski,Albert, Interpretation of St.Luke’s Gospel, Ohio:Wartburg Press,1946
Lohfink, G.Johannes Botterweck(Edited), The Dictionary of The Old Testament Vol.V, USA:
William B. Eermans Publishing Company
Hossfeld-Van der Verlden, G.Johannes Botterweck(Edited), The Dictionary of The Old
Testament Vol.XV, USA: William B. Eermans Publishing Company
Wahono, S.Wismoady, Disini Kutemukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia,2013
Westermann, Claus, Isaiah 40-66, Old Testament Library
Widyamadja, Yosef .P., Yesus & Wong Cilik: Praksis Diakonia Transformatif dan Teologi
Rakyat Indonesia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010

Sumber Internet
Event Diakonia LEKAS, diakses dari http://hkbpaidsministry.org/event pada tanggal 14
September 2020.

21

Anda mungkin juga menyukai