Anda di halaman 1dari 10

Pakaian Muslimah dalam Perspektif al-Qur’an

Yuyun Affandi
yuyunaffandi@walisongo.ac.id

Siti Jumariah
sitijumariah33@gmail.com

abstrak
Perbedaan penafsiran mengenai pakaian muslimah merupakan hal yang
masih terjadi saat ini. Bahkan tak jarang ada kelompok yang menyalahkan pendapat
kelompok lain. Artikel ini akan membahas bagaimana bagaimana pakaian muslimah
dalam pandangan Al-Qur’an dan bagaimanakah ketentuan-ketentuan pakaian
muslimah dalam Al-Qur’an. Tujuan dan Manfaat dari tulisan ini yaitu Memperoleh
pemahaman yang memuaskan tentang bagaimana pandangan Al-Qur’an mengenai
pakaian muslimah dan bagaimanakah ketentuan-ketentuan pakaian muslimah dalam
Al-Qur’an. Penelitian ini termasuk jenis Penelitian Pustaka (Library Research) dan
merupakan Penelitian Kualitatif. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini
menggunakan penelitian kepustakaan. Sumber data dalam penelitian ini, penulis
mengambil data yang ada dalam perpustakaan yang terdiri dari data primer dan
sekunder. Hasil penelitian menunjukan bahwa bahwa pakaian muslimah adalah
pakaian yang rapi, menutup aurat dan tanpa berlebih-lebihan sesuai dengan apa
yang telah digariskan Al-Qur’an dan AsSunnah. Dengan menggunakan model yang
sesuai dengan adat budaya tempat tinggal muslimah tersebut selama tidak
menyimpamg dari aturan syariat.

A. Pendahuluan
Agama Islam merupakan agama yang universal serta memiliki arti
menampakkan ketundukan dan melaksan akan syariah serta menetapi apa saja yang
datang dari Rasulullah. Berkaitan dengan hal tersebut, Allah juga memerintahkan
umat Islam agar masuk ke dalam Islam itu secara keseluruhan, yaitu memerintahkan
kaum muslimin untuk mengamalkan syariat Islam dan cabang-cabang iman yang
begitu banyak jumlah dan ragamnya. Mengamalkan apa saja yang diperintahkan dan
meninggalkan seluruh yang dilarang semaksimal mungkin.1
Salah satu perintah dalam Islam yaitu kewajiban wanita untuk menutup aurat.
Banyaknya perbedaan pendapat mengenai busana Muslimah di kalangan umat Islam
di Indonesia. Sebagian muslim menganggap berbusana muslimah harus sesuai
syari’at Islam. Sebagian muslim yang lain menganggap persoalan busana muslimah
hanyalah tradisi Arab dan merupakan persoalan budaya sehingga kelompok ini
menggap wanita tidak wajib mengenakan busana muslimah. Perbedaan tersebut bisa
kita lihat dari sampai mana batas yang harus ditutup, bentuk pakaian dan lain-lain.
Tulisan ini akan bagaimana pakaian muslimah dalam pandangan Al-Qur’an
dan bagaimanakah ketentuan-ketentuan pakaian muslimah dalam Al-Qur’an. Tujuan
dan Manfaat dari tulisan ini yaitu Memperoleh pemahaman yang memuaskan tentang
bagaimana pandangan Al-Qur’an mengenai pakaian muslimah dan bagaimanakah
ketentuan-ketentuan pakaian muslimah dalam Al-Qur’an.
Penelitian ini termasuk jenis Penelitian Pustaka (Library Research) dan
merupakan Penelitian Kualitatif, yaitu sebuah kegiatan mengumpulkan, mengedit,
mengklasifikasikan, mereduksi, menguji, dan menginterpretasikan sesuai dengan
data yang diperoleh. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan
penelitian kepustakaan. Sumber data dalam penelitian ini, penulis mengambil data
yang ada dalam perpustakaan yang terdiri dari data primer dan sekunder.
Penelitian yang relevan dengan tulisan ini yang pertama Jilbab Sebagai Etika
Busana Muslimah dalam Perspektif Al-Qur’an ditulis oleh Ratna Wijayanti
Universitas Sains Al Qur’an, Wonosobo. Hasil penelitian menunjukan bahwa jilbab
pada umumnya adalah pakaian yang lebar, longgar, dan menutupi seluruh bagian
tubuh. Sementara itu, para ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna “Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Di antara tafsiran mereka
terhadap ayat tersebut ialah: menutup wajah dan kepalanya, serta hanya
memperlihatkan mata kirinya; menutup seluruh badan dan separuh wajah dengan
memperlihatkan kedua mata; dan mengulurkan kain untuk menutup kepala hingga

1
Budiyanto dan Arifatul Muawanah, “Jilbab Dalam Perspektif Al-Qur’an”, Jurnal Ilmu Al Qur’an dan
Hadis Volume 2, No.1. Januari 2019, hlm. 18.
dada. para ahli tafsir dari dahulu hingga sekarang telah bersepakat bahwa jilbab
adalah sebuah kewajiban agama bagi kaum wanita. Mereka bersepakat tentang
wajibnya memakai jilbab dan berbeda pendapat tentang makna mengulurkan jilbab
Kedua jurnal yang berjudul “Busana Muslimah Menurut Perspektif Al-Quran
dan Al-Hadith” ditulis oleh Siti Sarah Zainal Abidin dan Mohd Nawi Ismail. Artikel
ini bertujuan untuk menelusuri busana muslimah dalam masyarakat melayu dan
memahami konsep busana muslimah yang digariskan di dalam al-Qur’an. Hasil
penelitian menunjukan bahwa Busana Muslimah sepertimana yang diterangkan
menunjukkan kewajiban menutup aurat bagi wanita.2
Ketiga jurnal yang berjudul “Busana Muslimah Dan Dinamikanya Di
Indonesia ditulis oleh Hanung Sito Rohmawati. Penelitian ini menunjukan bahwa
busana muslimah merupakan simbol religiusitas bagi penggunanya. Penggunaan
busana muslimah dimaknai sebagai salah satu ketaatan muslimah dalam menjalankan
agamanya, menutup aurat.3
B. Hijab Sebagai Pakaian Muslimah
Pakaian adalah sesuatu atau barang yang dipakai manusia di badan. Pakaian
adalah sesuatu yang harus, bagi lakilaki maupun perempuan. Sebab pakaian
merupakan pelindung yang dibutuhkan oleh kesehatan. Pakaian merupakan penutup
yang melindungi sesuatu yang dapat menyebabkan malu apabila terlihat oleh orang
lain. Pakaian adalah hiasan yang disukai oleh fitrah tanpa ada beban. Dalam syari’at
Islam, kata pakaian dibahas dalam konteks etika atau akhlak dan ibadah. Dalam
konteks etika, pakaian menunjukkan kepribadian seseorang, sedangkan dalam
ibadah, pakaian menentukan diterima atau tidaknya suatu perbuatan ibadah.4
Pakaian muslimah di berbagai negara tidak sama dalam segi bentuk, mode, dan
warna. Hal ini karena busana muslimah merupakan produk manusia yang
dipengaruhi oleh kebudayaan setempat. Di Iran busana muslimah berupa cadar,
India, Pakistan, Bangladesh busana muslimah dikenal dengan purdah. Di Turki
2
Siti Sarah Zainal Abidin dan Mohd Nawi Ismail, “Busana Muslimah Menurut Perspektif Al-Quran dan
Al-Hadith”, INSANIAH: Online Journal of Language, Communication, and Humanities Volume 1 (2),
December 2018.
3
Hanung Sito Rohmawati, “Busana Muslimah Dan Dinamikanya Di Indonesia”, Jurnal Aqlam – Journal
of Islam and Plurality –Volume 5, Nomor 1, Juni 2020.
4
Syofrianisda, “Karakteristik Pakaian Muslimah dalam Tinjauan Al-Qur’an dan Hadis” , Istinarah,
Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2020, hlm. 92.
dikenal dengan nama charshaf, milayat di Libya, abaya di Bagdad. Sedangkan di
Indonesia, Thailand Selatan, Malaysia dan Brunai Darussalam lebih dikenal dengan
kerudung/kudung akan tetapi sekarang lebih populer dengan istilah jilbab. Dan
secara umum jilbab di beberapa Negara Arab dikenal dengan istilah hijab. 5
Jilbab atau hijab merupakan bentuk peradaban yang sudah dikenal beratusratus
tahun sebelum datangnya Islam. Ia memiliki bentuk yang sangat beragam. Hijab bagi
masyarakat Yunani memiliki ciri khas yang berbeda dengan masyarakat Romawi.
Demikian pula halnya dengan hijab pada masyarakat Arab pra-Islam. Ketiga
masyarakat tersebut pernah mengalami masa keemasan dalam peradaban jauh
sebelum datangnya Islam. Hal ini sekaligus mematahkan anggapan yang
menyatakan, bahwa hijab hanya dikei nal dalam tradisi Islam dan hanya dikenakan
oleh wanita-wanita muslimah saja. Dalam masyarakat Yunani, sudah menjadi tradisi
bagi wanitawanitanya untuk menutup wajahnya dengan ujung selendangnya, atau
dengan menggunakan hijab khusus yang terbuat dari bahan tertentu, tipis dan
bentuknya sangat baik.6
Allah berfirman dalam Q.S. al-Ahzab/33:59
َ H‫ َن‬H‫ ي‬Hِ‫ ن‬H‫ ْد‬Hُ‫ ي‬H‫ َن‬H‫ ي‬Hِ‫ ن‬H‫ ْؤ ِم‬H‫ ُم‬H‫ ْل‬H‫ ا‬H‫ ِء‬H‫ ا‬Hَ‫ س‬Hِ‫ ن‬H‫ َو‬H‫ك‬
Hۚ H‫ َّن‬H‫ ِه‬Hِ‫ب‬H‫ ي‬Hِ‫ اَل ب‬H‫ َج‬H‫ن‬Hْ H‫ ِم‬H‫ َّن‬H‫ ِه‬H‫َ ْي‬H‫ ل‬H‫ع‬ َ H‫ ِج‬H‫َو ا‬H H‫ز‬Hْ ‫ َأِل‬H‫ل‬Hْ Hُ‫ ق‬H‫ ُّي‬Hِ‫ ب‬Hَّ‫ن‬H‫ل‬H‫ ا‬H‫َ ا‬H‫ ه‬HُّH‫ َأ ي‬H‫َ ا‬H‫ي‬
َ Hِ‫ت‬H‫َ ا‬H‫َ ن‬H‫َو ب‬H H‫ك‬
H‫ ا‬H‫ ًم‬H‫ ي‬H‫ح‬Hِ H‫ َر‬H‫ ا‬H‫ ًر‬H‫ و‬Hُ‫ ف‬H‫غ‬ َ Hُ ‫ هَّللا‬H‫ َن‬H‫ ا‬Hَ‫ ك‬H‫ َو‬Hۗ H‫ َن‬H‫ ْي‬Hَ‫ ْؤ ذ‬Hُ‫َ اَل ي‬H‫ ف‬H‫ َن‬H‫ ْف‬H‫ َر‬H‫ ْع‬Hُ‫ ي‬H‫ن‬Hْ ‫ َأ‬H‫ى‬Hٰ َH‫ ن‬H‫ َأ ْد‬H‫ك‬ َ Hِ‫ ل‬Hَ‫ذ‬Hٰ
Artinya:Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah
untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Swt. Maha Pengampun,
Maha Penyayang”
Dalam ayat di atas Allah menjelaskan bahwa salah satu fungsi busana adalah
menutup aurat. Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di menafsirkan ayat ini bahwa:
ayat ini disebut ayat hijab. Allah memerintahkan NabiNya untuk memerintah kaum
wanita secara umum, dan dimulai dari istri-istrinya dan putri-putrinya, karena
mereka lebih ditekankan (menjalankan perintah) daripada selain mereka, dank arena
pemberi perintah untuk orang lain semestinya memulainya dari keluarganya sebllah
5
Nasarudin Umar, “Antropologi Jilbab” dalam Ulumul Qur’an. No. 5. Vol VI.1996. hlm. 36-37.
6
Ratna Wijayanti , “Jilbab Sebagai Etika Busana Muslimah dalam Perspektif Al-Qur’an”
CAKRAWALA: Jurnal Studi Islam, Vol. XII, No. 2, 2017. hlm. 154.
memerintahkan NabiNya untuk memerintah kaum wanita secara umum, dan dimulai
dari istri-istrinya dan putri-putrinya, karena mereka lebih ditekankan (menjalankan
perintah) daripada selain mereka, dank arena pemberi perintah untuk orang lain
semestinya memulainya dari keluarganya sebelum memerintah orang lain,
sebagaimana Firman Allah, "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka" (At-Tahrim:6). “Hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Jilbab ini kain yang melapisi pakaian, berupa
selimut, khimar (kerudung), kain sorban atau yang serupa dengannya. Maksudnya,
hendaklah mereka menutup wajahnya dan dadanya dengannya. Kemudian Allah
menyebutkan hikmahnya, “Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenali, karena itu mereka tidak diganggu.” Ini menunjukkan adanya gangguan
apabila mereka kaum wanita beriman) tidak mengenakan jilbab, maka mereka akan
mudah diduga bukan wanita-wanita suci (terhormat), sehingga mudah didatangi oleh
orang yang hatinya sakit lalu mengganggu mereka, dan bisa saja mereka dilecehkan,
dan mereka diduga sebagai perempuan-perempuan budah sahaya. Dan akibatnya
orang-orang yang menginginkan keburukan meremehkan mereka. Jadi, hijab itu
memutus hasrat busuk orang-orang yang berhasrat buruk terhadap mereka. “Dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” di mana Dia mengampuni
kesalahan-kesalahan kalian yang telah lalu dan bebelas kasih kepada kalian dengan
menjelaskan hukum-hukumNya kepada kalian dan menjelaskan sesuatu yang halal
dan haram. Ini adalah menutup pintu dari arah mereka.7
C. Ketentuan Busana Muslimah Menurut Al-Qur’an
Dalam bukunya Al-Qawa’id Al-Hisan Li Tafsir Al-Qur’an menyebutkan
kaidah yang ke 21 dalam menafsirkan Al-Qur’an adalah:

‫ َواَأْلحْ َوا ِل‬ ‫ال َّز َما ِن‬ ‫ َم َع‬ ‫ِإرْ َشادَاتِ ِه‬ ‫فِي‬ ‫يَجْ ِري‬  ُ‫ْالقُرْ آن‬
‫ َو ْال َع َواِئ ِد‬ ‫ف‬
ِ ْ‫لِ ْلعُر‬ ‫الرَّا ِج َع ِة‬ ‫َأحْ َكا ِم ِه‬ ‫فِي‬

Al-Qur’an berjalan sesuai dengan zaman dan kondisi dalam peraturannya yang
mengacu pada adat dan kebiasaan. Dan ini adalah prinsip yang sangat bernilai,

7
https://tafsirweb.com/7671-surat-al-ahzab-ayat-59.html
sangat bermanfaat, karena Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berbuat
kebaikan, yang disebut baik dalam Syariah, rasionalitas dan adat, dan melarang
mereka dari kejahatan, dan itu adalah apa yang tampak burukan menurut hukum,
akal dan adat.
Dia memerintahkan orang-orang beriman untuk menyuruh kebaikan dan
melarang kejahatan, dan menggambarkan mereka seperti itu. Apa yang diketahui dan
tidak berubah dalam keadaan dan waktu, seperti shalat, zakat, puasa, haji, dan
hukum-hukum biasa lainnya, maka diperintahkan: masing-masing pada suatu waktu.
Tugas yang terakhir adalah sama dengan tugas yang pertama dari bangsa ini. Yang
munkar itu tidak berubah dengan perubahan zaman seperti kemusyrikan,
pembunuhan yang tidak halal, zina, minum miras dan sejenisnya, hukumnya terbukti
di setiap waktu dan tempat, tidak berubah dan tidak berbeda hukumnya. Dan yang
berbeda dengan tempat, krisis dan kondisi yang berbeda, itulah yang dimaksud di
sini. Tuhan Yang Maha Esa akan mengembalikan mereka pada adat, adat, dan minat
tertentu pada waktu itu. Dan itu karena dia memerintahkan kebaikan kepada orang
tua dalam kata-kata dan perbuatan, dan tidak memberikan kepada hamba-hambanya
jenis kebajikan dan kebajikan khusus, sehingga meresapi semua deskripsi dan
kondisi baru.
Kewajiban yang diperintahkan Allah adalah: memperhatikan kebaikan yang
diketahui di waktu dan tempatmu, terhadap orang tuamu. Dan seperti itu: apa yang
dia perintahkan kebaikan kepada kerabat, tetangga, teman dan sejenisnya, karena itu
disebabkan oleh jenisnya, jenis kelamin dan individu dengan apa yang diketahui
orang tentang kebaikan.
Dalam surah Al A’rof ayat 26 Allah berfirman:
‫ت ٱهَّلل ِ لَ َعلَّهُ ْم‬ َ ِ‫ك َخ ْي ٌر ۚ ٰ َذل‬
ِ َ‫ك ِم ْن َءا ٰي‬ َ ِ‫س ْو ٰ َءتِ ُك ْم َو ِريشًا ۖ َولِبَاسُ ٱلتَّ ْق َو ٰى ٰ َذل‬ ً ‫ٰيَبَنِ ٓى َءا َد َم قَ ْد َأن َز ْلنَا َعلَ ْي ُك ْم لِبَا‬
َ ‫سا يُ ٰ َو ِرى‬
َ‫يَ َّذ َّكرُون‬

Artinya:hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan


kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah
sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.
Dalam ayat di atas Allah menjelaskan bahwa salah satu fungsi busana adalah
menutup aurat. Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di menafsirkan ayat ini bahwa:
Kemudian Allah memberi nikmat kepada mereka dengan apa yang Dia sediakan
untuk mereka berupa pakaian pokok dan pakaian lain yang tujuannya adalah
keindahan. Begitu pula kebutuhan lainnya, seperti makanan, minuman, kendaraan,
pernikahan, dan perkara-perkara lain yang disediakan Allah bagi manusia; baik yang
bersifat pokok maupun yang bersifat pelengkap. Kemudian Dia mejelaskan kepada
mereka bahwa semua itu bukanlah tujuan itu sendiri, akan tetapi Allah
menyediakannya sebagai pendukung dan penopang untuk beribadah dan melakukan
ketaatan kepadaNya. oleh karena itu Dia berfirman” dan pakaian takwa itulah yang
paling baik” daripada pakaian badan, karena pakaian takwa akan selalu bersama
hamba, tidak usang dan tidak rusak. Ia adalah keindahan hati dan rohani. Adapun
pakaian yang Nampak, maka ia hanyalah mentupi aurat yang Nampak pada suatu
waktu atau ia menjadi keindahan bagi pemakainya. Dibalik itu tidak ada lagi
kegunaan. Seandainya pakaian takwa tidak ada, maka aurat batinnya akan terlihat
dan dia akan mendapat kehinaan dan aib. FirmanNYa ”yang demikian itu adalah
sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah mudah-mudahan mereka selalu ingat”
yakni pakaian yang disebutkan itu termasuk yang mengingatkanmu tentang apa-apa
yang berguna dan apa yang tidak berguna bagimu, dan kamu memakai pakaian lahir
sebagai sarana untuk menopang batin.
Selain itu Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir
Universitas Islam Madinah Dalam kitab Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir
menafsirkan bahwa ‫وْ ءٰ تِ ُكم‬HHH‫و ِرى َس‬HHHُ ً َ‫( ٰيبَنِ ٓى َءا َد َم قَ ْد َأنزَ ْلنَا َعلَ ْي ُك ْم لِب‬Hai anak Adam,
ٰ ‫ا ي‬HHH‫اس‬
sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu)
Yang terbuat dari bulu dan katun serta pakaian lainnya yang telah Allah ajarkan
kepada kalian untuk membuatnya. Allah mengaruniakan pakaian-pakaian ini kepada
bani Adam untuk menutupi aurat mereka yang telah disingkap oleh Iblis. ‫( ۖ َو ِري ًشا‬dan
pakaian indah untuk perhiasan) Yang dimaksud dengan (‫ )الريش‬yakni pakaian yang
digunakan untuk berhias. Yakni pakaian-pakaian ini Allah ilhamkan kepada bani
Adam untuk mereka jadikan sebagai penutup aurat dan perhiasan. ‫ۚ َولِبَاسُ التَّ ْق َو ٰى ٰذلِكَ خَ ْي ٌر‬
(Dan pakaian ketakwaan itulah yang paling baik) Yakni pakaian keimanan, amal
kebaikan, wara’, menjauhi kemaksiatan, dan takut kepada Allah. Ini merupakan
sebaik-baik pakaian dan seindah-indah perhiasan. Pendapat lain mengatakan yang
dimaksud adalah baju dan penutup kepala dari besi yang digunakan untuk berjihad di
jalan Allah. ِ‫ت هللا‬ ٰ
ِ ‫كَ ِم ْن َءا ٰي‬HHِ‫(ذل‬Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah) Yakni pakaian-pakaian yang diturunkan Allah dan penjelasan
tentang pakaian ketakwaan merupakan ayat-ayat yang datang dari sisi Allah.8
Adapun batasan aurat yang harus ditutup adalah bagi laki-laki antara pusat dan
lutut, sedangkan aurat wanita adalah seluruh tubuhnya selain muka dan telapak
tangan, demikian kebanyakan pendapat ulama.9 Sebagaimanayang terdapat dalam
firman Allah Q.S. An-Nur/24:31 yang berbunyi:

ۡ َ‫ار ِه َّن َويَ ۡحفَ ۡظنَ فُر ُۡو َجه َُّن َواَل ي ُۡب ِد ۡينَ ِز ۡينَتَه َُّن اِاَّل َما ظَهَ َر ِم ۡنهَا‌ َو ۡلي‬
َ‫ـض ِر ۡبن‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ُضنَ ِم ۡن اَ ۡب‬ ۡ ‫ت يَ ۡغض‬ ِ ‫َوقُلْ لِّ ۡـل ُم ۡؤ ِم ٰن‬
ٰ ٰ
‫ن َواَل ي ُۡب ِد ۡينَ ِز ۡينَتَه َُّن اِاَّل لِبُع ُۡولَتِ ِه َّن اَ ۡو ابَ ِٕٓاٮ ِه َّن اَ ۡو ابَٓا ِء بُع ُۡولَتِ ِه َّن اَ ۡو اَ ۡبن َِٕٓاٮ ِه َّن اَ ۡو اَ ۡبنَٓا ِء بُع ُۡولَتِ ِه َّن اَ ۡو‬ ۖ
‌َّ ‫بِ ُخ ُم ِر ِه َّن ع َٰلى ُجي ُۡوبِ ِه‬
ٰ
ِ ‫اِ ۡخ َوانِ ِه َّن اَ ۡو بَنِ ۡۤى اِ ۡخ َوانِ ِه َّن اَ ۡو بَنِ ۡۤى اَ َخ ٰوتِ ِه َّن اَ ۡو نِ َس ِٕٓاٮ ِه َّن اَ ۡو َما َملَـ َك ۡت اَ ۡي َمانُه َُّن اَ ِو التّبِ ِع ۡينَ غ َۡي ِر اُولِى ااۡل ِ ۡربَ ِة ِمنَ الرِّ َج‬
‫ال‬
‫هّٰللا‬
ِ ‫ض ِر ۡبنَ بِا َ ۡر ُجلِ ِه َّن لِي ُۡـعلَ َم َما ي ُۡخفِ ۡينَ ِم ۡن ِز ۡينَتِ ِه َّن‌ ؕ َوتُ ۡوب ُۡۤوا اِلَى‬ ۡ َ‫ت النِّ َسٓا ِۖ‌ء َواَل ي‬ ِ ‫اَ ِو الطِّ ۡف ِل الَّ ِذ ۡينَ لَمۡ يَ ۡظهَر ُۡوا ع َٰلى ع َۡو ٰر‬
َ‫َج ِم ۡيعًا اَيُّهَ ۡال ُم ۡؤ ِمنُ ۡونَ لَ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡفلِح ُۡون‬

Artinya: “Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka
menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya (aurat-nya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki
mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan
(sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan
laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-
anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka
menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertobatlah kamu semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, agar kamu
beruntung.”
8
https://tafsirweb.com/2480-surat-al-araf-ayat-26.html
9
Syofrianisda, “Karakteristik Pakaian Muslimah dalam Tinjauan Al-Qur’an dan Hadis” , Istinarah,
Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2020, hlm. 95
Ayat ini termasuk dalil Qhat’iyyah dan bukan masalah khilafiyah sebagaimana
anggapan orang sekarang ini. Perbedaan pendapat hanyalah terletak dalam
mendefinisikan ‫ ‌اِاَّل َما ظَهَ َر ِم ۡنهَا‬tersebut. Berkenaan dengan surat al-Nur ayat 31 Ibnu
Jarir al-Thabariy mengutip tiga tafsiran yang berlainan dengan kata-kata ‫ظهَ َر ِم ۡنهَا‬ َ ‫‌اِاَّل َما‬
itu: Pertama; Menurut pendapat Ibnu Mas’ud, yang dimaksud oleh kata-kata itu
adalah hiasan pakaian. Kedua; Menurut pendapat sahabat Ibnu Abbas, Sa’id,
Dhahak, ‘Atha’, Qatadah, Mujahid dan lain-lain, kata itu berarti perhiasan yang
boleh diperlihatkan misalnya: celak mata, cincin, gelang dan pakaian bagian luar.
Ketiga; Menurut pendapat Imam Hasan, yang dimaksud dengan kata-kata itu adalah
muka dan pakaian.10
Dari beberapa pembahasan di atas dapat kita ketahui bahwa pakaian muslimah
adalah pakaian yang rapi, menutup aurat dan tanpa berlebih-lebihan sesuai dengan
apa yang telah digariskan Al-Qur’an dan AsSunnah. Dilakukan atas kehendak atau
kemauan sendiri, mendarah daging dan berjalan secara kontinyu atau terus menerus
sehingga mentradisi dalam kehidupannya. 11
D. Kesimpulan dan Penutup
Pakaian muslimah adalah pakaian yang rapi, menutup aurat dan tanpa
berlebihlebihan sesuai dengan apa yang telah digariskan Al-Qur’an dan
AsSunnah. Dilakukan atas kehendak atau kemauan sendiri, mendarah daging
dan berjalan secara kontinyu atau terus menerus sehingga mentradisi dalam
kehidupannya.
E. Daftar Pustaka

10
Syofrianisda, “Karakteristik Pakaian Muslimah dalam Tinjauan Al-Qur’an dan Hadis” , Istinarah,
Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2020, Hlm, 97.
11
Supriyanto,”Trend Busana Muslimah Dan Perilaku Keagamaan Di Kalangan Karyawati (Studi
Terhadap Karyawati Pabrik Bulu Mata Di Kabupaten Purbalingga)”, YIN YANG. Vol. 13 No. 2 2018
Hlm. 326.

Anda mungkin juga menyukai