Anda di halaman 1dari 1

Nenek Nabi’ dan Perempuan Tangguh Pattaneteang.

Nenek Nabi’ tak tahu persis berapa usianya. Ia tak ingat benar penanggalan kelahirannya. Pada database
kependudukan tertera Nenek Nabi’ lahir pada tahun 1961 atau berusia 58 tahun. Namun, berdasarkan
penuturannya ia sudah seusia cucunya yang bernama Fitri, yang berusia delapan tahun (2019) saat
pasukan DI/TII pimpinan Kahar Muzakkar melintasi perkampung mereka. Peristiwa ini kemungkinan
besar terjadi pada tahun 1960an awal. Jika menurut pengakuan ini, usia Nenek Nabi’ sudah mencapai 67
tahun.

Meski berusia 67 tahun, Nenek Nabi’ masih sangat sehat dan bugar. Bersama dua anak perempuannya
ia masih mengurus kebun kopi seluas setengah hektar are. Kebun ini berada di area pegunungan tak
jauh dari hutan pemanfaatan dengan ketinggian 1260 mdpl. Kebun ia beli lebih dari duapuluh tahun lalu.

Jarak ke kebun dari rumahnya yang berada di perkampungan Borong Nangka Dusun Balla Lompoa sekira
tiga kilometer. Terkadang ia harus berjalan kami untuk mencapai kebun jika tak seorang pun anak atau
cucunya yang bisa mengantarnya menggunakan motor. Saat masa panen kopi, biasanya pada bulan Juni
– Agustus, Nenek Nabi’ terkadang menghabiskan waktunya di rumah kebun selama lima hari atau lebih
ketimbang harus pulang ke rumah tiap hari.

Di Pattaneteang, Nenek Nabi’ tak sendiri. Perempuan berusia 56 tahun ke atas yang masih mengurus
kebun sebanyak 23 orang dari total 138 perempuan lansia. Angka ini adalah angka minimal karena meski
pun saat pendataan para perempuan lansia ini mengaku hanya mengurus rumah tangga namun tetap ke
kebun mengurusi tanaman.

Perempuan di desa ini memegang peranan penting tak hanya pada urusan dapur tapi juga sampai pada
pekerjaan kebun. Bukan hanya pada saat panen saja mereka terlibat, tapi mulai dari penanaman dan
pemeliharaan tanaman. Tak mengherankan jika pemandangan perempuan, termasuk yang berusia
lansia, memanggul alat penyemprot pestisida, menjinjing karung berisi hasil kebun, juga mencuci dan
menjemur biji kopi, dan menjemur gabah sangat mudah kita jumpai di desa ini.

Kontur desa Pattaneteang yang terletak di punggung pegunungan dengan topografi yang sebagian besar
(82.95%) termasuk kelas lereng sangat curam (kelerangan > 40%) tentu membutuhkan tenaga dan fisik
yang kuat. Perempuan – perempuan Pattaneteang, Nenek Nabi’ dan perempuan lainnya, adalah
perempuan – perempuan tangguh yang menopang kehidupan keluarga mereka.

Anda mungkin juga menyukai