Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

“CONGESTIVE HEART FAILURE”

(chf)

OLEH : SERI NUR AYU

BT 1901064/ IIIB

CI LAHAN CI INSTITUSI

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA

WATAMPONE

2022
I. KONSEP MEDIK
A. Definisi
Gagal Jantung Kongestif adalah kondisi dimana fungsi jantung sebagai
pompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup
untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh (Agustina, 2017).
Kegagalan Jantung Kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan
dimana Cardioc Out Put (COP) tidak mencukupi kebutuhan tubuh, hal ini
mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh
darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang
mengakibatkan jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada
berbagai organ.
Gagal serambi kiri dan atau kanan dari jantung mengakibatkan
ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongestif
pulmonal dan sistemik.Karenanya diagnostik dan terapetik berlanjut.Gagal
Jantung Kongestif selanjutnya dihubungkan dengan morbiditas dan
mortilitas (Rahmadhani Fajriana Nur, 2020).
B. Anatomi fisiologi

Gambar 2.1. Struktur ruang jantung

2
Anatomi Jantung Jantung adalah organ berotot dengan empat ruang
yang terletak dirongga dada, dibawah perlindungan tulang iga, sedikit
kesebelah kiri sternum.
Jantung terdapat didalam sebuah kantung longgar berisi cairan yang
disebut pericardium.
1. Bentuk Jantung Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian
atasnya tumpil (pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis.
Disebelah bawah agak runcing yang disebut apeks kordis.
2. Letak Didalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastrium
anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas
diagfragma dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kota V dan
VI dua jari dibawah papila mamae pada tempet ini teraba adanya
pukulan jantung disebut iktus kordis.
3. Ukuran Ukuran jantung + sebesar genggaman tangan kanan dan
beratnya kira – kira 250 – 300 gr.
4. Lapisan Adapun lapisan jantung terdiri atas :
a. Endokardium Endokardium merupakan lapisan jantung yang
terdapat disebelah dalam sekali yang terdiri dari jaringan endotel
atau selaput lendir yang melapisi permukaan rongga jantung.
b. Miokardium Miokardium merupakan lapisan inti dari jantung
yang terdiri dari otot – otot jantung, otot jantung ini membentuk
bundalan – bundalan otot yaitu:
1) Bundalan otot atria, yang terdapat dibagian kiri / kanan dan
basis kordis yang membentuk serambi / aurikula kordis.
2) Bundalan otot ventrikuler, yang membentuk bilik jantung yang
dimulai dari cincin atrio ventrikuler sampai diapik jantung.
3) Bundaran otot atrio ventrikuler, yaitu merupakan dinding
pemisah antara serambi dan bilik jantung
c. Perikardium Perikardium merupakan lapisan jantung sebelah luar
yang merupakan selaput pembungkus, terdiri dari dua lapisan

3
yaitu lapisan parietal dan viseral yaitu bertemu dipangkal jantung
membentuk kantung jantung. Antara dua lapisan jantung ini
terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar pergeseran
antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap
jantung. Jantung di persyarafi oleh nervus simpatikus / nervus
akselerantis, untuk menggiatkan kerja jantung dan nervus para
simpatikus, khususnya cabang dari nervus vagus yang bekerja
memperlambat kerja jantung.
5. Pergerakan Jantung
Jantung dapat bergerak yaitu mengembang dan menguncup
disebabkan karena adanya rangsangan yang berasal dari susunan
syaraf otonom. Rangsangan ini diterima oleh jantung pada simpul
syaraf yang terdapat pada atrium dekstra dekat masuknya vena kava
yang disebut nodus sino atrial ( sinus knop simpul keith flak). Dari
sisi rangsangan akan diteruskan kedinding atrium dan juga kebagian
septum kordis oleh nodus atrio ventrikular atau simpul tawaran
melalui berkas wenkebach. Dari simpul tewara rangsangan akan
melalui bundel atrio ventrikuler (berkas his) dan pada bagian cincin
yaitu terdapat antar atrium dan ventrikel yang disebut anulas fibrosus,
rangsangan akan terhenti kira – kira 1/10 detik (Hudak, 2018).
C. Etiologi
Menurut (Muttaqin, A. 2016). penyebab gagal jantung dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Disfungsi miokard
2. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload).
3. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload).
4. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload) Menurut
Dalam buku ajar keperawatan medical-bedah, gagal jantung
disebabkan dengan berbagai keadaan seperti :
a. Kelainan otot jantung

4
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot
jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.Kondisi
yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup
aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif
atau inflamasi misalnya kardiomiopati. Peradangan dan penyakit
miocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun .
b. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium
karena terganggunya aliran darah ke otot jantung.Terjadi hipoksia
dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Infark miokardium menyebabkan pengurangan
kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang abnormal dan
mengubah daya kembang ruang jantung .
D. Patofisiologis
Menurut (Bachrudin, 2016). Bila cadangan jantung untuk berespons
terhadap stress tidak adekuat dalam memenuhi kebutuhan metabolik
tubuh, maka jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa,
akibatnya terjadilah CHF. Jika reverasi jantung normal mengalami
kepayahan dan kegagalan , respon fisiologis tertentu pada penurunan
curah jantung adalah penting. Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh
untuk mempertahankan perfusi organ vital tetap normal. Terdapat empat
mekanisme respons primer terhadap CHF meliputi:
1. Meningkatnya aktivitas adregenik simpatis
2. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi nerohormon.
3. Hipertrofi ventrikel.
4. Volume cairan berlebih Keempat respon ini adalah upaya untuk
mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau hampir

5
normal pada gagal jantung dini dan pada keadaan istirahat. Tetapi,
kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung bisanya
tampak pada saat beraktivitas. Dengan berlanjutnya CHF, maka
kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif.
a. Meningkatnya Aktivitas Adrenergik Simpatis Menurunnya volume
sekucup pada gagal jantung akan mem bangkitkan respon simpatis
kompensatoris. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis
merangsang pengeluaran katekolamin dari sarafsaraf adrenergik
jantung dan medula adrenal.
b. Peningkatan Beban Awal Melalui Sistem RAA Aktivasi system
renin-angiotensin-aldosteron (RAA) menyebabkan retensi natrium
dan air oleh ginjal, meningkatkan volume ventrikel, dan regangan
serabut. Peningkatan beban awal ini akan menambah kontraktilitas
miokardium sesuai dengan hukum Starling.
c. Hipertrofi Ventrikel Respons terhadap kegagalan jantung lainnya
adalah hipertrofi ventrikel atau bertambahnya ketebalan dinding
vertikel. Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel
miokardium, bergantung pada jenis beban hemodinamil yang
mengakibatkan gagal jantung.
d. Volume cairan berlebih Remodelling jantung terjadi agar dapat
menghasilkan volume sekuncup yang besar. Karena setiap
sarkomer mempunyai jarak pemendekan puncak yang terbatas,
maka peningkatan volume sekuncup dicapai dengan peningkatan
jumlah sarkomer seri, yang akan menyebabkan peningkatan
volume vetrikel.
E. Manifestasi klinis
Menurut (Mubarak, 2016). Tanda dan gejala yang biasa muncul pada
klien CHF adalah sebagai berikut :
1. Nyeri dada
2. Batuk berdahak atau kering

6
3. Kehilangan selera makan
4. Kelelahan
5. Ketidakmampuan untuk berolahrga atau sesak nafas saat berolahraga
6. Pernafasan cepat dan nafas pendek saat berbaring
7. Jantung berdetak cepat
8. Pembengkakan kaki atau pembengkakan tungkai.
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada penderita CHF:
1. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri.
2. Syok kardiogemik : Stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat
dari penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat
keorgan vital (jantung dan otak)
3. Episode trombolitik Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan
gangguan sirkulasi dengan aktivitas trombus dapat menyumbat
pembuluh darah.
4. Efusi perikardial dan tamponade jantung Masuknya cairan ke kantung
perikardium, cairan dapat meregangkan perikardium sampai ukuran
maksimal. COP menurun dan aliran balik vena kejantung menjadi
tamponade jantung (Wijaya Saferi A dkk, 2013).
G. Pemeriksaan diagnostik
1. EKG : Hipertropi atrial atau ventrikular, penyimpangan aksis, iskemia,
dan kerusakan pola mungkin terlihat, distrimia, misalkan takikardia.
2. Sonogram (ekokardiogram, ekokardiogram doppler) : Dapat
menunjukkan dimensi perbesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktural katup, atau area penuruan kontraktilitis ventrikular.
3. Skan jantung : (Multigated Acquisition [MUGA]) : Tindakan
penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding.
4. Rontgen dada : Dapat menunjukkan perbesaran jantungn, bayangan
mencerminkan dilatasi/hipetrofi bilik, atau perubahan dalam pembuluh

7
darah mencerminkan peningkatan peningkatan tekanan pulmonal.
Enzim Hepar : Meningkat dalam gagal/kongestif hepar.
5. Elektrolit : Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan
fungsi ginjal, terapi diuretik.
6. Oksimetri nadi : Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika Gagal
Jantung Kongestif akut memperburuk PPOM atau Gagal Jantung
Kongestif Kronik (Priscilla LeMone, 2016).

8
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk
rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2. Identitas Penanggung Jawab Meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan pasien.
a. Keluhan utama
1) Sesak saat bekerja, dipsnea nokturnal paroksimal, ortopnea
2) Lelah, pusing
3) Nyeri dada
4) Edema ektremitas bawah
5) Nafsu makan menurun, nausea, dietensi abdomen
6) Urine menurun
b. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan
memberikan pertanyaan tentang kronologi keluhan
utama.Pengkajian yang didapat dengan gejala-gejala kongesti
vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea, batuk,
dan edema pulmonal akut.Tanyakan juga gajala-gejala lain
yang mengganggu pasien.
c. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada
pasien apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas
infark miokardium, hipertensi, DM, atau
hiperlipidemia.Tanyakan juga obat-obatan yang biasanya
diminum oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih
relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien

9
d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung,
dan penyakit keteurunan lain seperti DM, Hipertensi.
1) Pengkajian data
a) Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia,
letargi, kurang istirahat, sakit dada, dipsnea pada saat
istirahat atau saat beraktifitas.
b) Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik,
asites, disaritmia, fibrilasi atrial,kontraksi ventrikel
prematur, peningkatan JVP, sianosis, pucat.
c) Respirasi : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea,
riwayat penyakit paru.
d) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan
muntah.
e) Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat,
nokturia, diare atau konstipasi.
f) Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
g) Interaksi sosial : aktifitas sosial berkurang
h) Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada
kulit/dermatitis
2) Pemeriksaan fisik.
a) Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi,
kenyamanan, distress, sikap dan tingkah laku pasien.
b) Tanda-tanda Vital :
c) Tekanan Darah Nilai normalnya : Nilai rata-rata sistolik
: 110-140 mmHg Nilai rata-rata diastolik : 80-90
mmHg.
d) Nadi Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit
(bradikardi atau takikkardi)

10
e) Pernapasan Nilai normalnya : Frekuensi : 16-20
x/menit Pada pasien : respirasi meningkat, dipsnea pada
saat istirahat / aktivitas
f) Suhu Badan Metabolisme menurun, suhu.
B. Diagnosis keperawatan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung dibuktikan dengan
DS:
a. Perubahan irama jantung
Palpitasi
b. Perubahan preload
Lelah
c. Perubahan afterload
Disnea
d. Perilaku emosional
Cemas
Gelisah

DO

a. Perubahan irama jantung


bradikardia dan takikardia
gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi
b. perubahan preleod
edema
distensi vena gularis
hepatomegalin
c. perubahan afterload
tekanan darah meningkat atau menurun
nadi periver teraba lemah

11
warna kulit pucat
d. perilaku emosional
tidak ada
2. Intoleransi aktivitas berhubungan kelemahan di buktikan dengan
DS:
a. Mengeluh lelah
b. Dispnea saat/ setelah aktivitas
c. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
d. Merasa lemah
DO:
a. Frekuensi jantung meniningkat >20% dari kondisi istirahat
b. Tekanan darah >20% dari kondisi istirahat
c. Gambar EKG menunjukkan aritmia saat/ setelah aktivitas
d. Gambar EKG menunjukkan iskemia
e. Sianosis
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksembangan
ventilasi-perfusi di buktikan dengan
DS:
a. Dispnea
b. Pusing
c. Penglihatan kabur

DO:

a. PCO2 meningkatkan / menurun


b. PO2 menurun
c. Takikardia
d. Ph arteri meningkat/menurun
e. Bunyi nafas tambahan
f. Sianosis
g. Diaforesis

12
h. Gelisah
i. Nafas cuping hidung
j. Pola nafas abnormal
k. Warna kulit abnormal
l. Kesadaran menurun
4. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan di
buktikan dengan
DS:
a. Ortopnea
b. Dispnea

DO:

a. Edema anasarka / edema perifer


b. Berat badan meningkat dalam waktu singkat
c. Jugular venous pressure
d. Refleks hepatojugular positif
e. Distensi vena jugularis
f. Terdengar sura napas tambahan
g. Hepatomegali
h. Kadar Hb/Ht turun
i. Oliguria
j. Intake lebih banyak dari output
k. Kongesti paru

13
14
C. Intervensi keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung

2. Intoleransi aktivitas berhubungan kelemahan

15
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksembangan
ventilasi-perfusi

4. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan

16
D. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah proses membantu pasien untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah rencana
tindakan disusun. Perawat menginflementasi tindakan yang telah
diindefikasi dalam rencana asuhan keperawatan adalah meningkatkan
klien, mencengah penyakit, pemulihan dan memfasilitasi koping klien
(Purba, L. (2016).
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dan proses keperawatan dan
merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksaannya sudah berhasil dicapai. Perawat
mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan dalam
mencapai tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan (Purba, L.
(2016).

17
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, A., Afiyanti, Y.,& Ilmi, B (2017). Pengalaman Pasien Gagal Jantung
Kongestif Dalam Melakukan Perawatan Mandiri. Healthy-Mu, 1 (1)

Bachrudin, & Najib. (2016). Keperawatan Medikal Bedah I. Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia.

Hudak, & Gallo (2018). Keperawatan Kritis. ECG, 1 (4)

Mubarak, W.I., Indrawati,.& Susanto, J. (2016). Buku ajar ilmu keperawatan jakarta:
Salemba Medika.

Muttaqin, A. (2016) Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika

Rahmadhani Fajriana Nur, (2020). Asuhan keperawatan klien dengan gagal jantung
kongestif (CHF).

Priscilla LeMone, karen M.burke, G.B (2016). Buku ajar keperawatan medikal
bedah. Jakarta: medical-surginal nursing.

PPNI, (2017) Standar Diagnosis keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2017). Tim Pokja Sdki PPNI. Standar diagnosis keperawatan indonesia.
Jakarta Selatan.

PPNI. (2018). Tim Pokja Siki PPNI. Standar intervensi keperawatan indonesia.
Jakarta Selatan.

PPNI. (2019). Tim Pokja Slki PPNI. Standar luaran keperawatan indonesia. Jakarta
Selatan.

Purba, L. (2016). Studi kasus pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan teknik


relaksasi nafas dalam pada pasien Congestive Heart Failure Di Rumah Sakit
Tkli Putri Hijau Medan Tahun 2016 . Jurnal Riset Hesti Medan, 1 (2), 118.

Wijaya Saferi A dkk, (2013) Asuhan keperawatan klien dengan gagal jantung
kongestif (CHF).

18

Anda mungkin juga menyukai