1. Sulaiman Saat (AGAMA SEBAGAI INSTITUSI (LEMBAGA) SOSIAL (Kajian
Sosiologi Agama) Agama merupakan sebuah fakta sosial yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat, dan pada tingkatan budaya apapun. Agama akan selalu tetap eksis di dalam Masyakarat, karena agama itu fungsional. Agama merupakan sebuah isntitusi sosial, karena keberadaannnya di dalam masyarakat, agama merupakan sesuatu yang diketahui, dipahami atau dimengerti, ditaat, dan dihargai oleh masyarakat. Terjadinya konflik atau gesekan yang dimbulkan oleh agama, sebenarnya bukan karena agama itu sendiri, melainkan dari fanatisme penganutnya yang berlebihan, atau terjadinya perubahan ekstrim di dalam masyarakat di karena kan oleh penganutnya. 2. Akbar Syamsuddin (KONFLIK SOSIAL DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI AGAMA) Manusia dalam hidup bermasyarakat, selalu ada gesekan yang terjadi dan menimbulkan konflik sosial. Konflik sosial dapat disebabkan karena faktor agama karena ketidakjelasan hubungan antara agama dan budaya, politisasi agama, klaim kebenaran, sikap ekslusif, dan fanatisme terhadap agama. Untuk mencegah terjadinya konflik, maka ada beberapa cara dan upaya yang dapat ditempuh yaitu dengan memelihara kondisi damai dalam masyarakat, mengembangkan sistem penyelesaian perselisihan secara damai, meredam potensi konflik, dan membangun sistem peringatan dini. Selain itu, sikap inklusif, pluralis, toleransi, demokrasi menjadi kunci dalam mengatasi konfik sehingga muncul kerukunan dan kedamaian hidup dalam beragama, berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Salah satu cara untuk mencegah terjadi nya konflik ialah mendengarkan aktif. Mendengarkan aktif, akan mencegah terjadinya konflik sosial. Oleh karena itu, ketika mendengarkan seseorang berbicara, maka harus diperhatikan dengan baik, jangan memotong pembicaraan orang lain, tetap konsentrasi dalam mendengarkan apa yang akan disampaikan, jangan banyak bertanya, dan jika orang tersebut telah selesai atau menutup pembicaraannya, maka barulah mulai menyimpulan apa yang disampaikan dan berikan solusi jika mereka membutuhkannya. 3. Angelina Xiao (KONSEP INTERAKSI SOSIAL DALAM KOMUNIKASI, TEKNOLOGI, MASYARAKAT) Dengan hadirnya teknologi, hal tersebut tidak sepenuhnya dapat mengubah pola komunikasi orang-orang. Sekalipun di dalam berkenalan, orang-orang yang ingin berkenalan rata-rata tetap menyukai metode kenalan konvensional, dimana dalam berkenalan mereka akan bertatap muka secara langsung. Hal itu dirasa lebih menarik dan menyenangkan, sedangkan melalui aplikasi, dirasa tidak benar- benar merasa nyaman, karena saat awal berkenalan tidak dilakukan dengan bertemu. Kehadiran teknologi memang membantu, hanya saja tidak selalu bisa menggunakan teknologi saja seperti aplikasi chatting saat ingin bicara. Penggunaan teknologi ini masih harus melihat situasi dan kondisi di saat jam tersebut, dikarenakan terkadang ada hal atau situasi yang tidak memungkinkan untuk melakukan interaksi menggunakan aplikasi, melainkan harus berbicara secara langsung atau biasa do sebut in direct. Intinya bahwa hadirnya teknologi tidak sepenuhnya mengubah pola interaksi manusia. Manusia yang berinteraksi masih tetap mempertimbangkan untuk melakukan komunikasi secara langsung.