Anda di halaman 1dari 5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada

penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat

menyelesaikan makalah pedoman dalam keluarga sejahera dengan tepat waktu.

Makalah pedoman dalam keluarga sejahera ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata

kuliah agama. Selain itu penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi

pembaca

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen agama Tugas

yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni

penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses

penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 16 November 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ................................................................................................... 4

B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................... 4

C. TUJUAN........................................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

A. MASA IDDAH ............................................................................................................. 5

B. HASIL PENELITIAN TENTANG MASA IDDAH .................................................... 5

C. MENGAPA MASA IDDAH ITU PENTING DALAM AJARAN AGAMA............... 6

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN.............................................................................................................. 8

B. SARAN.......................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 9
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam berbagai wacana pembangunan, acapkali wacana mengenai keluarga bahagia dan

sejahtera dimunculkan. Kata bahagia selalu dikaitkan dengan aspek psikologis dan ukuranukuran
perasaan yang paling dalam, sementara kata sejahtera dikaitkan dengan ukuran

pemenuhan kebutuhan hidup, seperti sandang, pangan, dan papan atau materi. Kata bahagia dan

sejahtera selalu dikaitkan dalam satu pengertian tunggal, yang menggambarkan adanya situasi

seimbang antara suasana batin dan suasana lahir. Pendek kata, sebuah keluarga tidak pernah

disebut bahagia jika hanya berkecukupan harta, tetapi tidak menikmati suasana batin yang baik.

Keluarga bahagia dan sejahtera kemudian menjadi tujuan sekaligus harapan ideal sebuah

keluarga Indonesia. Keluarga sejahtera diidentikkan dengan keluarga yang cukup sandang,

pangan, dan papan. Keadaan cukup tentu bersifat relatif, tetapi di dalamnya terkandung makna

mampu memenuhi kebutuhan minimal, sehingga keadaan seperti itu mampu menciptakan

suasana kebatinan tenang dalam keluarga tersebut. Perkawinan merupakan masalah yang

esensial bagi kehidupan manusia, karena disamping perkawinan sebagai sarana untuk

membentuk keluarga, perkawinan juga merupakan kodrati manusia untuk memenuhi kebutuhan

seksualnya. Sebenarnya sebuah perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia

dengan manusia yaitu sebagai hubungan keperdataan tetapi perkawinan juga memuat unsur

sakralitas yaitu hubungan mausia dengan Tuhannya. Hal ini terbukti bahwa semua agama

mengatur tentang pelaksanaan perkawinan dengan peraturannya masing- masing. Perkawinan

menurut hukum Islam adalah perkawinan yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan gholidzan

untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Seperti halnya, wiwaha

menurut agama Hindu pranata sosial (social istitution) yaitu kebiasaan yang dimuliakan. Setiap

perkawianan sebagai suatu jalan untuk melepaskan derita orang tuanya di waktu mereka telah

meninggal. Hak pernikahan Kristen mengakui bahwa pernikahan itu lembaga suci yang asalnya

dari Tuhan dan ditetapkan olehnya untuk kebahagiaan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud masa iddah?

2.Contoh hasil penelitian tentang masa iddah mengenai pembenaran seseorang wanita boleh

menikah Kembali dengan laki laki lain?


3.Kenapa masa iddah itu penting dalam ajaran agama?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud masa iddah

2. Mengetahui Contoh hasil penelitian tentang masa iddah mengenai pembenaran seseorang

wanita boleh menikah Kembali dengan laki laki lain

3.Mengetahui mengapa masa iddah itu penting dalam ajaran agama

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Massa Iddah

Iddah menurut bahasa berasal dari kata “ al-‘udd ” dan “ al-Ihsha’ ” yang berarti

bilangan atau hitungan, misalnya bilangan harta atau hari jika dihitung satu per satu dan jumlah

keseluruhanya. Firman Allah dalam Al-qur‟an :

‫إن عدة الشهور عند َّلال اثنا عشر شهرا‬

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan”. (QS. At-Taubah

(9): 36)

Menurut istilah Fuqaha’ Iddah berarti masa menunggu wanita sehingga halal bagi suami

lain.

Dari pengertian diatas kami dapat pengambil kesimpulan bahwa Iddah ialah masa

menanti atau menunggu yang diwajibkan atas seorang perempuan yang diceraikan

oleh suaminya (cerai hidup atau cerai mati), tujuannya, guna atau untuk mengetahui kandungan

perempuan itu berisi (hamil) atau tidak, serta untuk menunaikan satu perintah dari Allah SWT.

B. Hasil penelitian tentang masa iddah mengenai pembenaran seseorang wanita boleh

menikah Kembali dengan laki laki lain

Saat perempuan baru saja bercerai atau ditinggal meninggal suaminya dan akan menikah lagi,

dalam hukum Islam menyarankan baginya agar melakukan pernikahan setelah masa 'iddahnya

selesai. Masa „iddah merupakan periode waktu tertentu yang harus dilalui seorang perempuan

yang telah bercerai untuk dapat menikah kembali secara sah. Dalam masa tersebut, perempuan

hendaknya melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan hukum Islam. Dilansir dari
Britannica, ketentuan tersebut sesuai dengan surah Al Baqarah ayat 228 di dalam Al Quran untuk

menghapus ambiguitas tentang ayah apabila kehamilan terjadi sesaat sebelum perpisahan

pasangan atau kematian suami. Periode waktu „iddah bagi perempuan yang sedang menstruasi

adalah tiga periode bulanan sebelum mengalami pernikahan baru. Sementara penundaan yang

diperlukan untuk perempuan yang tidak mengalami menstruasi adalah selama tiga bulan. Dalam

kasus pasangan yang bercerai, konsep 'iddah juga memberikan kesempatan untuk membangun

kembali pernikahan, tetapi tidak ada rujuk yang dapat terjadi sampai periode menunggu

menghilangkan semua keraguan tentang kehamilan yang ada. Dalam buku al-Ghâyah wa alTaqrîb,
Syekh Abu Syuja mengemukakan bahwa perempuan yang beriddah dari talak raj„i (talak

yang bisa dirujuk) wajib diberi tempat tinggal dan nafkah. Sedangkan perempuan yang ditalak

ba‟in wajib diberi tempat tinggal tanpa nafkah kecuali ia sedang hamil. Kemudian perempuan

yang ditinggal wafat suaminya wajib ber-ihdad, dalam arti tidak berdandan dan tidak

menggunakan wewangian. Selain itu, perempuan yang ditinggal wafat suaminya dan putus dari

pernikahan wajib menetap di rumah kecuali karena kebutuhan. Berikut adalah hak dan kewajiban

perempuan ketika sedang dalam masa „iddah dilansir dari laman NU Online:

1. Perempuan yang sedang beriddah dari talak raj„i berhak mendapat tempat tinggal yang layak,

nafkah, pakaian, dan biaya hidup lainnya dari mantan suami, kecuali jika ia nusyuz (durhaka)

sebelum diceraikan atau di tengah-tengah masa iddahnya. Hal itu berdasarkan firman Allah: “Hai

Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada

waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta

bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan

Anda mungkin juga menyukai