Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TUJUAN AUDIT
Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Auditing 1

Dosen Pengampu :
Erpi Rahman, S.E., M.Ak

Disusun Oleh Kelompok 5 :

Anita Karina Nurhasanah ( D2.2001641 )


Fira Arianti ( D2.2001704 )
Otih Nur Aliya ( D2.2001737 )
Siti Azzahra Salsabila ( D2.2001764 )
Sonia ( D2.2001767 )

AKUNTANSI 5C

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS SEBELAS APRIL SUMEDANG
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat, karunia, serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
selesai tepat pada waktunya.

Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Erpi Rahman, S.E., M.Ak.
selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Auditing 1 yang membimbing penulis dalam
pengerjaan tugas makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang selalu setia membantu dalam hal pengumpulan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini,penulis akan menjelaskan mengenai “ Tujuan Audit”.

Penulis juga menyadari bahwa makalah yang dibuat ini masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik, saran serta usulan yang membangun dari teman-teman maupun
Dosen guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Sumedang, September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3

A. Pengertian Auditing ....................................................................................... 3


B. Standar Umum Persyaratan Pribadi auditor .................................................... 4
C. Tipe Auditor .................................................................................................. 5
D. Tipe Audit ..................................................................................................... 6
E. Tujuan Audit.................................................................................................. 6
F. Tujuan Audit Berdasarkan Transaksi ............................................................. 7
G. Tujuan Audit Berdasarkan Saldo .................................................................... 9
H. Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Penyajian & Pengungkapan/Asersi
Manajemen .................................................................................................... 11
I. Bagaimana Tujuan Audit dapat Dipenuhi ....................................................... 12

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 16

A. Kesimpulan.................................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Audit adalah suatu proses pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan
klien yang dilakukan oleh seseorang yang independent dan kompeten. Berikut ini
adalah pengertian auditor yang dinyatakan oleh UK Audithing Practise Board ( Diane
Walters and John Dunn, 2000 dalam Martina,2010 ): “Pernyataan Audit Keuangan
adalah pernyataan yang bertujuan untuk memungkinkan auditor untuk menyatakan
pendapat dimana laporan keuangan memberikan pandangan yang benar dan adil.
Modern Auditing saat ini penekanannya lebih pada pemeriksaan internal yang
digunakan untuk mengevaluasi efisiensi organisasi secara keseluruhan. Hal ini
dilakukan secermat mungkin agar area-area kelemahan bisa diidentifikasi,untuk
kemudian ditujukkan kepada manajemen,dan selanjutnya ditawarkan rekomendasi
untuk mempercepat proses perkembangan manajemen. Management audit merupakan
konsep yang digunakan untuk maksud tersebut.
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat
atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material,sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai
berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan
keuangan.
Laporan auditor adalah langkah terakhir dan paling penting dari keseluruhan
proses audit. Secara umum laporan auditor dapat didefinisikan sebagai laporan yang
menyatakan pendapat auditor yang independent mengenai kelayakan atau ketepatan
pernyataan klien bahwa laporan keuangannya disajikan secara wajar sesuai dngan
prinsip-prinsip akuntan yang berlaku umum, yang ditetapkan secara konsisten dengan
tahun sebelumnya. Dalam menyiapkan dan menerbitkan sebuah laporan audit, auditor
harus berpedoman pada empat standar pelaporan yang terdapat dalam Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Melihat pentingnya audit bagi pihak eksternal maupun internal, maka
diperlukan pengetahuan tentang tujuan audit. Namun dewasa ini, masyarakat
cenderung kurang memahami tentang tujuan audit secara menyeluruh. Maka dari itu
penulis memutuskan untuk membahas tujuan audit yang dimana akan membahas
secara mendetail.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Auditing?
2. Apa Standar Umum Persyaratan Pribadi Auditor?
3. Apa saja Tipe Auditor?
4. Apa saja Tipe Audit?
5. Apa yang Dimaksud Tujuan Audit?
6. Apa yang Dimaksud Tujuan Audit Berdasarkan Transaksi?
7. Apa yang Dimaksud Tujuan Audit Berdasarkan Saldo?
8. Apa yang Dimaksud Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Penyajian dan
Pengungkapan/Asersi Manajemen?
9. Bagaimana Tujuan Audit dapat Dipenuhi?

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi dan melengkapi tugas mata kuliah auditing 1
2. Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai materi “Tujuan
Audit”

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Auditing
Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan
dan kejadian ekonomi,dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan,serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Definisi auditing secara umum tersebut memiliki unsur-unsur penting sebagai
berikut :
1. Suatu proses sistematik, yaitu berupa suatu rangkaian Langkah atau prosedur
yang logis,bererangka dan terorganisasi. Auditing dilaksanakan dengan suatu
urutan Langkah yang direncanakan,terorganisasi dan bertujuan.
2. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, proses sistematik
tersebut ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang
dibuat oleh individua atau badan usaha,serta untuk mengevaluasi tanpa memihak
baik kepada pemberi kerja (manajemen) maupun kepda pihak ketiga (pemakai
hasil audit) atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut.
3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi, yang dimaksud disini
adalah hasil proses akuntansi, yang merupakan proses
pengidentifikasian,pengukuran dan penyampaian informasi ekonomi yang
dinyatakan dalam satuan uang. Proses akuntansi ini menghasilkan suatu
pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan, yang terdiri dari :
Neraca,Laporan laba-rugi,Laporan perubahan ekuitas/modal,dan Laporan arus
kas.
4. Menetapkan tingkat kesesuaian, pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan
evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk
menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kroteria yang telah
ditetapkan. Tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria tersebut
kemungkinan dapat dikuantifikasikan,kemungkinan pula bersifat kualitatif.
Kriteria yang telah ditetapkan yang dipakai sebagai dasar untuk menilai
pernyataan (yang berupa hasil proses akuntansi) dapat berupa :

3
a. Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislative
b. Anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh manajemen
c. Prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia (generally accepted
accounting principle)
5. Penyampaian hasil (atesti), dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit
(audit report). Atesti dalam bentuk laporab tertulis ini dapat menaikkan atau
menurunkan tingkat kepercayaan pemakai informasi keuangan atas asersi yang
dibuat oleh pihak yang diaudit.
6. Pemakai yang berkepentingan, yaitu pemakai informasi keuangan seperti :
pemegang saham,manajemen,kreditur,calon investor dan kreditor,organisasi
buruh, dan kantor pelayanan pajak.

B. Standar Umum Persyaratan Pribadi Auditor


1. Keahlian dan Pelatihan Teknis Auditor
Standar umum yang pertama mengatur persyaratan keahlian auditor dalam
menjalankan profesinya. Auditor harus telah menjalankan pendidikan dan
pelatihan teknis yang cukup dalam praktik akuntansi dan teknik auditing.
Pendidikan formal akuntan public dan pengalaman kerja dalam profesinya
merupakan dua hal yang saling melengkapi.
Disamping itu, pelatihan teknis yang cukup mempunyai arti pula bahwa
akuntan harus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam dunia usaha dan
profesinya. Agar akuntan yang baru selesai menempuh Pendidikan formalnya
dapat segera menjalani pelatihan teknis dalam profesinya, pemerintan
mensyaratkan pengalaman kerja sekurang-kurangnya tiga tahun sebagai akuntan
dengan reputasi baik dibidang audit bagi akuntan yang ingin memperoleh izin
praktik dalam profesi akuntan publik ( SK Menteri Keuangan N0.
43/KMK.017/1997 tanggal 27 Januari 1997 ).
2. Independensi Auditor
Standar umum yang kedua mengatur sikap mental independensi auditor
dalam menjalankan tugasnya. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari
pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.
Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
mempetimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak
dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

4
Auditor harus independent dari setiap kewajiban atau independent dari
pemilikan kepentingan dalam perusahaan yang diauditnya. Disamping itu, auditor
tidak hanya berkewajiban mempertahankan sikap mental independent, tetapi
harus pula menghindari keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan masyarakat
meragukan independensinya.
3. Penggunaan Kemahiran Profesional Auditor dengan Cermat dan Seksama
Standar ini menghendaki diadakannya pemeriksaan secara kritis pada
setiap tingkat pengawasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan dan terhadap
pertimbangan yang dibuat oleh siapa saja yang membantu proses audit.
Disamping itu, standar ini tidak hanya menghendaki auditor menggunakan
prosedur audit yang semestinya, tetapi meliputi juga bagaimana prosedur tersebut
diterapkan dan dikoordinasikan. Kecermatan dan keseksamaan meletakkan
tanggung jawab kepada setiap auditor dalam organisasi kantor akuntan public
untuk mengamati standar auditing yang berlaku.

C. Tipe Auditor
1. Auditor Independen
Adalah auditor professional yang menyediakan jasanya kepada
masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang
dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan para pemakai informasi seperti ; kreditur, investor, calon kreditur,
calon investor dan instansi pemerintah (terutama instansi pajak).
2. Auditor Pemerintah
Adalah auditor professional yang bekerja di instansi pemerintah yang
tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang
disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau
pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.
3. Auditor Intern
Adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara
maupun swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan
baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi
dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

5
D. Tipe Audit
1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit )
Adalah audit yang dilakukan oleh auditor independent terhadap laporan
keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit )
Adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit
sesuai dengan kondisi atau perarturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya
dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan
banyak dijumpai dalam pemerintahan.
3. Audit Operasional (Operational Audit )
Merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi atau bagian
daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit
operasional adalah untuk :
 Mengevaluasi kinerja
 Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan
 Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut

Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak


ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta
dilaksanakannya audit tersebut.

E. Tujuan Audit
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat
atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material,sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai
berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan
keuangan.
Sebuah bisnis atau perusahaan melakukan audit pada dasarnya adalah kegiatan
pemeriksaan ulang. Dalam sebuah bisnis atau perusahaan memiliki tujuan agar audit
dapat memberikan bantuan pada bisnis atau perusahaan sehingga bisa semakin
berkembang selanjutnya. Dalam melakukan audit, auditor melakukan pemeriksaan
pada hal-hal seperti :

6
 Kelengkapan, untuk memastikan bahwa semua transaksi yang terjadi telah
dicatat atau dimasukkan ke dalam jurnal dengan segala kelengkapnnya.
 Ketepatan, untuk memastikan semua berjalan dengan baik sesuai aturan yang
berlaku.
 Eksistensi, untuk memastikan semua transaksi yang dicacat sesuai dengan
kejadian yang sebenarnya.
 Penilaian, untuk melaporkan bahwa aturan dan prinsip yang berlaku umum
telah diaplikasikan dengan benar.
 Klasifikasi, untuk memastikan kegiatan baik itu transaksi atau operasional di
klasifikasikan sesuai aturan yang berlaku.
 Cut-off, untuk memastikan bahwa semua transaksi yang dekat tanggal neraca
dicatat dalam periode yang sesuai.

F. Tujuan Audit Berdasarkan Transaksi


Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi mengikuti dan berbuhungan erat
dengan asersi manajemen tentang kelas transaksi. Ada perbedaan antara tujuan audit
umum yang berkaitan dengan transaksi dan tujuan audit khusus yang berkaitan
dengan transaksi bagi setiap kelas transaksi. Keenam tujuan audit umum yang
berkaitan dengan transaksi yang dibahas disini dapat diterapkan pada setiap kelas
transaksi, dan dinyatakan dalam istilah yang luas.
Tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi juga diterapkan pada setiap
kelas transaksi, seperti transaksi penjualan. setelah auditor menetapkan tujuan audit
umum yang berkaitan dengan transaksi, hal itu dapat digunakan untuk
mengembangkan tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi bagi tiap kelas
transaksi yang akan diaudit. Berikut tujuan audit berdasarkan transaksi :

1. Keterjadian - Transksi yang Dicatat Memang Ada


Tujuan ini berkenan dengan apakah transaksi yang tercatat benar-benar
terjadi. Pencatatan transaksi penjualan ke dalam jurnal penjualan padahal
transaksi itu tidak terjadi merupakan pelanggaran atas tujuan keterjadian.
Tujuan ini merupakan padanan auditor atas asersi manajemen tentang
keterjadian untuk kelas transaksi.

7
2. Kelengkapan - Transaksi yang Terjadi Telah Dicatat
Tujuan ini bersangkutan dengan apakah semua transaksi yang harus
dimasukkan dalam jurnal benar-benar telah dicatatkan. Kelalaian untuk
memasukkan transaksi penjualan ke dalam jurnal penjualan dan buku besar
ketika transaksi penjualan itu terjadi melanggar tujuan kelengkapan. Tujuan ini
merupakan padanan bagi asersi manajemen tentang kelengkapan untuk kelas
transaksi. Tujuan keterjadian dan kelengkapan menekankan kepentingan audit
yang berlawanan. Keterjadian bersangkutan dengan kemungkinan lebih saji;
sementara kelengkapan bersangkutan dengan kemungkinan transaksi tidak
dicatat (kurang saji).

3. Keakuratan - Transaksi yang Dicatat Dinyatakan pada Jumlah yang Benar


Tujuan ini membahas keakuratan informasi tentang transaksi akuntansi dan
merupakan salah satu bagian dari asersi keakuratan untuk kelas transaksi. Untuk
transaksi penjualan, tujuan ini dilanggar jika jumlah barang yang dikirimkan
ternyata berbeda dengan jumlah yang tercantum dalam faktur penagihan, harga
jual yang salah digunakan dalam faktur penagihan, terjadi kesalahan
penjumlahan atau perkalian dalam faktur penagihan, atau jumlah yang salah
dimasukkan dalam jurnal penjualan.
Jadi, penting untuk membedakan antara keakuratan dan keterjadian atau
kelengkapan. Sebagai contoh, jika transaksi penjualan telah dicatat padahal
belum boleh dicatat karena pengiriman barang itu dilakukan atas dasar
konsinyasi, tujuan keterjadian telah dilanggar, meskipun jumlah dalam faktur
telah dihitung dengan tepat. Jika transaksi penjualan yang dicatat itu telah
dikirimkan tetapi jumlahnya dihitung secara salah, ada pelanggaran terhadap
tujuan keakuratan tetapi tidak melanggar keterjadian. Hubungan yang sama juga
ada antara kelengkapan dan keakuratan.

4. Posting dan Pengikhtisaran - Transaksi yang Dicatat Dimasukkan ke


dalam File Induk dan Diikhtisarkan dengan Benar
Tujuan ini berkaitan dengan keakuratan transfer informasi dari transaksi
yang dicatat dalam jurnal ke buku besar pembantu dan ke buku besar. Ini
merupakan bagian dari asersi keakuratan untuk kelas transaksi. Sebagai contoh,
jika transaksi penjualan dicatat dalam catatan pelanggan yang salah atau jumlah

8
yang salah dicatat dalam file induk, jumlah semua transaksi penjualan yang
diposting dari jurnal penjualan ke buku besar tidak akurat, maka tujuan ini telah
dilanggar. Karena posting transaksi dari jurnal ke buku besar pembantu, buku
besar, dan file induk lain yang berkaitan umumnya dilaksanakan secara otomatis
oleh sistem akuntansi yang terkomputerisasi, maka risiko kesalahan manusia
dalam melakukan posting ini sangat kecil. Setelah auditor dapat menetapkan
bahwa komputer telah berfungsi dengan baik, maka perhatian atas kesalahan
proses posting akan berkurang.

5. Klasifikasi -Transaksi yang Dicatat dalam Jurnal Klien telah


Diklasifikasikan secara Tepat
Tujuan ini menyatakan apakah transaksi telah yang dimasukkan dalam akun
yang tepat, dan merupakan padanan auditor atas asersi klasifikasi manajemen
untuk kelas transaksi. Contoh miklasifikasi penjualan adalah mencatat penjualan
tonai sebagai penjualan kredit, mencatat penjualan aktiva tetap operasi sebagai
pendapatan, dan salah mengklasifikasikan penjualan komersial sebagai
penjualan rendensial.

6. Penetapan Waktu - Transaksi Dicatat pada Tanggal yang Benar


Tujuan penetapan waktu transaksi merupakan padanan auditor atas asersi
cutoff manajemen Kesalahan penetapan waktu terjadi jika suatu transaksi tidak
dicatat pada hari jadinya. Sebagai contoh, transaksi penjualan harus dicatat pada
tanggal pengiriman barang.

G. Tujuan Audit Berdasarkan Saldo


Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo ini diterapkan pada saldo akun seperti
piutang usaha dan persediaan, bukan kelas transaksi seperti penjualan dan pembelian
pesediaan. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo hamper selalu diterapkan pada
saldo akhir dalam akun-akun neraca, seperti piutang usaha, persediaan, dan wesel
bayar. Tetapi ada juga yang diterapkan di laporan laba rugi. Saat digunakan tujuan
audit yang bersangkutan dengan saldo ini untuk mengaudit saldo akun, auditor akan
mengumpulkan bukti untuk memperivikasi rincian yang mendukung saldo akun.
Berikut tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo :

9
1. Eksistensi ( Jurnal yang tercantum memang ada )
Tujuan ini bersangkutan dengan apakah jumlah yang tercatat dalam
laporan keuangan memang harus dicantumkan. Contoh pencantuman piutang
usaha pelanggan dalam neraca saldo piutang usaha padahal sebenarnya
piutang itu tidak ada melanggar tujuan eksistensi. Tujuan ini adalah pandana
auditor atas asersi manajemen tentang eksistensi saldo akun.
2. Kelengkapan ( Jumlah yang ada telah dicantumkan )
Tujuan ini bersangkutan dengan apakah jumlah yang harus dicatat pada
suatu akun benar-benar telah dicatat.
3. Keakuratan ( Jurnal yang tercantum telah dinyatakan dengan benar )
Tujuan keakuratan mengacu pada jumlah yang tercantum secara benar.
Pos-pos pada persediaan klien bisa saja salah karena jumlah unit persediaan
fisik salah saji, harga per unit salah, atau totalnya salah. Dengan begitu
melanggar tujuan keakuratan.
4. Klasifikasi ( Jurnal yang tercantum dalam daftar klien telah
diklasifikasikan dengan tepat )
Klasifikasi melibatkan penentuan apakah pos-pos yang ada pada daftar
klien telah dicantumkan dalam akun-akun buku besar yang tepat. Contoh
dalam piutang usaha, piutang tersebut harus dipisahkan antara piutang jangka
pendek dan panjang.
5. Cutoff ( Transaksi yang mendekati tanggal neraca telah dicatat di
priode yang tepat )
Dalam menguji cuttoff atas saldo akun, tujuan auditor adalah menentukan
apakah transaksi-transaksi telah dicatat pada saldo akun pada priode yang
tepat. Pengujian cuttoff dapat dipandang sebagai bagian dari pemeriksaan
akun neraca atau transaksi yang berkaitan.
6. Hubungan yang rinci ( Rincian saldo akun sesuai dengan jumlah pada
file induk yang berkaitan, sesuai dengan total saldo akun, dan sesuai
dengan total buku besar )
Tujuan hubungan yang rinci ini memastikan rincian dalam daftar telah
disiapkan secara akurat dan benar. Contoh setiap piutang usaha yang tertera
dalam daftar piutang usaha harus sama yang ada dalam file induk piutang
usaha berikut dengan totalnya harus sama.

10
7. Nilai yang dapat direalisasi ( Aset yang telah dapat dicantumkan dalam
jumlah yang diestimasi akan direalisasi )
Tujuan ini terkait dengan apakah saldo akun telah dikurangi dengan
memperhitungkan penurunan biaya historis ke nilai realisasi bersih. Contoh
mempertimbangkan kecukupan penyisihan piutang tak tertagih dan
penghapusan persediaan yang using.
8. Hak dan kewajiban
Selain eksistensi sebagian besar asset juga harus dimiliki sebelum
dicantumkan pada laporan keuangan.Hak selalu berkaitan dengan asset dan
kewajiban berkaitan dengan utang.

H. Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Penyajian dan Pengungkapan


Tujuan audit ini biasanya berkaitan dengan arsersi manajemen. Konsep yang sama
yang diterapkan pada tujuan audit berkaitan dengan saldo. Asersi Manajemen dalam
laporan keuangan dapat diklasifikasikan berdasarkan penggolongan :
1. Asersi Keberadaan atau Keterjadian, berhubungan dengan apakah aktiva atau
utang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah
terjadi selama periode tertentu.
2. Asersi Kelengkapan, berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya telah disajikan dalam laporan keuangan.
3. Asersi Hak dan Kewajiban, berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak
perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.
4. Asersi Penilaian atau Alokasi, berhubungan dengan apakah komponen-
komponen aktiva,kewajiban,pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam
laporan keuangan pada jumlah yang semestinya.
5. Asersi Penyajian dan Pengungkapan, berhubungan dengan apakah komponen-
komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan,dijelaskan,dan diungkapkan
semestinya.
Contoh Asersi Manajemen dan Tujuan Audit yang berkaitan dengan penyajian
dan pengungkapan pada wesel bayar :

11
I. Bagaimana Tujuan Audit dapat Dipenuhi
Seorang auditor harus memperoleh bukti audit yang mencukupi guna mendukung
semua asersi manajemen dalam laporan keuangan. Hal ini dilakukan dengan
mengumpulkan bukti untuk mendukung beberapa kombinasi yang tepat dari tujuan
audit yang berkaitan dengan saldo. Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat
dan bukti yang harus dikumpulkan untuk memenuhi tujuan tersebut pada setiap audit.
Untuk melakukan hal ini auditor mengikuti suatu proses audit, yaitu metodologi
yang telah didefinisikan dengan baik untuk manata audit guna memastikan bahwa
bukti yang diperoleh sudah mencukupi serta tepat dan semua tujuan yang disyaratkan
sudah ditetapkan dan dipenuhi. PCAOB Auditing Standars 5 mengharuskan audit atas
keaktifan pengendalian internal yang dipadukan dengan audit atas laporan keuangan.
Proses audit mempunyai 4 fase khusus yaitu :
1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit
Pada setiap audit, ada banyak cara yang dapat ditempuh auditor untuk
mengumpulkan bukti audit untuk memenuhi tujuan audit agar dapat memberikan
pendapat atas laporan keuangan. Ada 2 pertimbangan utama yang mempengaruhi
pendekatan yang akan digunakan auditor :
a. Bukti audit yang mencakupi dan tepat harus dikumpulkan agar dapat
memenuhi tanggungjawab professional auditor.
b. Biaya pengumpulan bukti audit ini harus ditekan serendah mungkin.

12
Pertimbangan pertama memang sangat penting tetapi minimisasi biaya juga
diperlukan bila kantor akuntan publik ingin tetap kompetitif dan menguntungkan.
Pengumpulan bukti audit yang cukup dan tepat serta pengendalian biaya audit
membutuhkan perencanaan penugasan rencana ini harus menghasilkan
pendekatan audit yang efektif dengan biaya yang masuk akal.

Auditor melaksanakan prosedur ini untuk menilai Risiko bahwa salah saji
yang material mungkin telah ada dalam laporan keuangan. prosedur penilaian
risiko tersebut merupakan komponen yang penting bagi perencanaan dan
perancangan pendekatan audit, yang dapat dipecah menjadi beberapa bagian :

a. Memperoleh pemahaman tentang entitas dan lingkungannya

Agar dapat menilai dengan layak risiko salah saji dalam laporan
keuangan dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh selama audit,
auditor harus mempunyai pemahaman yang menyeluruh atas bisnis klien dan
lingkungan yang terkait, meliputi pengetahuan tentang strategi dan proses.
Auditor harus mempelajari model bisnis klien, melakukan prosedur analitis
dan membuat perbandingan dengan pesaing. Auditor juga harus memahami
setiap persyaratan akuntansi yang unik dari industri klien.

b. Memahami Pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian

Risiko salah saji dalam laporan keuangan akan berkurang bila klien
memiliki pengendalian yang efektif atas pengoperasian komputer dan
pemrosesan transaksi. Menilai risiko Pengendalian adalah proses dimana
auditor mengidentifikasi Pengendalian internal dan mengevaluasi keefektifan
nya. Kak Pengendalian internal dianggap efektif, risiko pengendalian yang
ditetapkan dapat dikurangi dan Jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan
secara signifikan dapat menjadi lebih sedikit ketimbang Pengendalian
internal yang tidak memadai.
c. Menilai risiko salah saji yang material
Auditor menggunakan pemahamannya atas industri klien dan strategi
bisnisnya, serta keefektifan Pengendalian internal nya ,Untuk menilai risiko
salah saji dalam laporan keuangan. penilaian ini kemudian akan
mempengaruhi rencana dan sifat audit, penetapan waktu dan tentang
Prosedur audit.

13
2. Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas
transaksi
Sebelum dapat memutuskan untuk mengurangi penilaiannya atas risiko
pengendalian yang direncanakan, maka pertama auditor harus menguji keefektifan
pengendalian internal. Prosedur untuk jenis pengujian ini umumnya disebut
sebagai pengujian pengendalian (test of Control).
Pengendalian ini berkaitan secara langsung dengan keakuratan tujuan audit
yang berkaitan dengan transaksi untuk penjualan. Auditor dapat menguji
keefektifan pengendalian ini dengan membandingkan sampel faktur penjualan
terhadap dokumen pengiriman terkait dan pesanan penjualan pelanggan atas
dengan melaksanakan pengujian atas pengendalian terkomputerisasi terkait
dengan proses ini.
Auditor juga mengevaluasi pencatatan transaksi oleh klien dengan
memverifikasi jumlah moneter transaksi itu. proses ini disebut sebagai pengujian
Substantif atas transaksi.

3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo

Ada dua kategori umum prosedur pada fase ini. Prosedur analitis
menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau
data lainnya telah masuk akal. Sebagai contoh untuk memberikan beberapa
kepastian bagi tujuan keakuratan atas transaksi penjualan maupun piutang usaha,
auditor dapat memeriksa transaksi penjualan dalam jurnal penjualan menyangkut
jumlah yang secara tidak biasa besar dan juga membandingkan total penjualan
bulanan dengan penjualan tahun-tahun sebelumnya.
Jika perusahaan terus menggunakan harga jual yang tidak benar atau mencatat
penjualan secara tidak tepat perbedaan yang signifikan mungkin akan terjadi.
Pengujian atas rincian saldo merupakan prosedur spesifik yang ditunjukkan untuk
menguji salah saji moneter ada saldo-saldo dalam laporan keuangan.
Suatu contoh yang berkaitan dengan tujuan ketepatan untuk piutang usaha
adalah komunikasi Tertulis secara langsung dengan para pelanggan klien guna
mengidentifikasi jumlah yang salah. pengujian atas rincian saldo akhir merupakan
hal yang esensial dalam pelaksanaan audit karena sebagian besar bukti diperoleh
dari sumber yang independen terhadap klien sehingga dianggap bermutu tinggi.

14
4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit
Setelah menyelesaikan semua procedure bagi setiap tujuan audit dan bagi
setiap akun laporan keuangan serta pengungkapan yang terkait, Auditor harus
menggabungkan informasi yang diperoleh guna mencapai kesimpulan menyeluruh
tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
Proses yang subjektif ini sangat mengandalkan pada pertimbangan profesional
auditor. Apabila audit telah selesai dilakukan akuntan publik harus menerbitkan
laporan audit untuk melengkapi laporan keuangan yang dipublikasikan oleh klien.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan
dan kejadian ekonomi,dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan,serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Standar Umum Persyaratan Pribadi Auditor

1. Keahlian dan Pelatihan Teknis Auditor


2. Independensi Auditor
3. Penggunaan Kemahiran Profesional Auditor dengan Cermat dan Seksama

Tipe Auditor
1. Auditor Independen
2. Auditor Pemerintah
3. Auditor Intern

Tipe Audit
1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit )
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit )
3. Audit Operasional (Operational Audit )

Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat
atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material,sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum di Indonesia. Sebuah bisnis atau perusahaan melakukan
audit pada dasarnya adalah kegiatan pemeriksaan ulang. Terdapat 3 tujuan audit, yaitu:

1. Tujuan Audit Berdasarkan Transaksi


2. Tujuan Audit Berdasarkan Saldo
3. Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Penyajian dan Pengungkapan

16
Seorang auditor harus memperoleh bukti audit yang mencukupi guna mendukung
semua asersi manajemen dalam laporan keuangan. PCAOB Auditing Standars 5
mengharuskan audit atas keaktifan pengendalian internal yang dipadukan dengan
audit atas laporan keuangan. Proses audit mempunyai 4 fase khusus yaitu :
1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit
2. Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi
3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo
4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit

B. Saran

Tanpa memahami tujuan audit secara keseluruhan, perencanaan dan pengumpulan bukti
bukti audit selama berlangsungnya proses tidak akan memiliki relevansi. Jadi, Para auditor
diharuskan lebih memahami tanggung jawabnya dalam melaksanakan proses audit dan tujuan audit
secara keseluruhan, serta tujuan khusus yang coba di penuhi auditor.

17
DAFTAR PUSTAKA

Alvin A. Arens, R. J. (2010). Auditing & Jasa Assurance. Ciracas, Jakarta: Erlangga.

Mulyadi.2002.Auditing.Edisi Keenam.Buku 1.Jakarta:Salemba Empat

https://www.gramedia.com/literasi/apa-itu-audit/

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://m.liputan6.com/hot/read
/4399861/6-tujuan-audit-secara-umum-kenali-jenis-
jenisnya&ved=2ahUKEwjdy7H1gJv6AhXYxnMBHfR9ARcQFnoECAgQAQ&usg=AOvVaw3J0jkOSR
vzh3iNaEbL73gg

18

Anda mungkin juga menyukai