Anda di halaman 1dari 18

Makalah Imunologi

Sistem Pertahanan Tubuh Terhadap Serangan Patogen

Penyusun:

Cahya Monica
1848201110025
Semester vi
A18

Dosen pembimbing:

apt. Rizka Mulya Miranti, M.Si

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,

karena atas berkat limpahan rahmat serta hidayahNya-lah sehingga dapat

menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Sistem Pertahanan Tubuh

Terhadap Serangan patogen” ini dengan tepat waktu. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada apt. Rizka Mulya Miranti, M.Si sebagai

dosen pengampu mata kuliah Imunologi yang telah membimbing dan

membagikan ilmu.

Kritik dan saran yang membangun selalu saya harapkan demi

penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan

wawasan yang lebih luas kepada pembaca dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, April 2021


DAFTAR ISI

Halaman judul……………………………………………………………. i

Kata pengantar……………………………………………………….….. ii

Daftar isi………………………………………………………………… iii

Bab I Pendahuluan……………………………………………………… 1

1. Latar belakang…………………………………………………. 1
2. Rumusan masalah……………………………………………… 2
3. Tujuan……………………………………………………….…. 2

Bab II Tinjauan pustaka………………………………………………….

A. Sistem Pertahanan Tubuh..........................................................

B. Penggolongan Sistem Imun..........................................................

C. Patogen.......................................................................................

D. Antibodi.....................................................................................

Bab III Penutup......................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................

B. Saran.............................................................................................

Daftar Pustaka...........................................................................................
Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba
patogen di sekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada
manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu
respons imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda.
Umumnya gambaran biologik spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang
berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri
ekstraselular atau bakteri intraselular mempunyai karakteristik tertentu pula.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi matahari,
dan polusi. Stres emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain untuk
mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh sistem pertahanan
tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi
untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negatif, bagaimanapun, dapat menekan
sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit
fatal.
Sistem kekebalan tubuh sendiri dipelajari dalam studi khusus, yaitu imunologi berasal dari
kata imun yang berarti kekebalan dan logos yang berarti ilmu. Imunologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang sistem kekebalan tubuh. Sistem ini mendeteksi berbagai macam
pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri,
virus sampai parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka
dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Sistem
pertahanan padamakhluk hidup ada 2 yaitu sistem pertahanan bawaan, innate immunity
maupun system pertahanan spesifik adaptive immunity.
Penerapan kedokteran klinis saat ini adalah untuk mengobati penyakit saja. Infeksi bakteri
dilawan dengan antibiotik, infeksi virus dengan antivirus dan infeksi parasit dengan
antiparasit terbatas obat-obatan yang tersedia. Sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan
tubuh, depresi disebabkan oleh stres emosional diobati dengan antidepresan atau obat
penenang. Kekebalan depresi disebabkan oleh kekurangan gizi jarang diobati sama sekali,
bahkan jika diakui, dan kemudian oleh saran untuk mengkonsumsi makanan yang lebih
sehat.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa Pengertian sistem pertahan tubuh ?
2. Apa saja penggolongan sistem pertahanan tubuh ?
3. Apa pengertian patogen ?
4. Bagaimana mekanisme penghindaraan sistem pertahanan tubuh oleh patogen ?
5. Apa pengertian antibodi ?
6. Apa saja jenis-jenis antibodi ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian sistem pertahan tubuh ?
2. Mengetahui penggolongan sistem pertahanan tubuh ?
3. Mengatahui pengertian patogen ?
4. Mengetahui mekanisme penghindaraan sistem pertahanan tubuh oleh patogen ?
5. Mengetahui pengertian antibodi ?
6. Mengetahui jenis-jenis antibodi ?
Bab 2

Tinjauan pustaka

A. Sistem Pertahanan Tubuh


a. Definisi Sistem Pertahanan Tubuh (Sistem Imun)
Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk
mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang
dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Jika sistem
kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap
infeksi bakteri dan virus, serta mengahancurkan sel kanker dan zat asing
dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen dapat berkembang
dalam tubuh (Yanti, 2010).
Sistem kekebalan tubuh sendiri dipelajari dalam studi khusus, yaitu imunologi
berasal dari kata imun yang berarti kekebalan dan logos yang berarti ilmu.
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sistem kekebalan tubuh.
Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,
organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai parasit,
serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel
organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.
Sistem pertahanan padamakhluk hidup ada 2 yaitu sistem pertahanan bawaan,
innate immunity maupun system pertahanan spesifik adaptive immunity.
Ada dua jenis imunitas, imunitas bawaan dan adaptif. Imunitas bawaan (non
spesifik) merupakan pertahanan yang telah ada semenjak lahir. Imunitas ini
berfungsi sebagai respon cepat dalam mencegah penyakit. Imunitas bawaan
tidak mengenali mikroba secara spesifik dan melawan semua mikroba dengan
cara yang identik. Selain itu, imunitas bawaan tidak memiliki komponen
memori sehingga tidak dapat mengenali kontak yang dulu pernah terjadi.
Imunitas bawaan terdiri dari komponen lini pertama, yaitu kulit dan membran
mukus dan lini kedua yaitu substansi antimikroba, sel natural killer, dan fagosit.
Imunitas adaptif (spesifik) merupakan imunitas yang melibatkan mekanisme
pengenalan spesifik dari patogen atau antigen ketika berkontak dengan sistem
imun. Tidak seperti imuitas bawaan, imunitas adaptif memiliki respon yang
lambat, tetapi memiliki komponen memori, sehingga dapat langsung mengenali
kontak selanjutnya. Limfosit merupakan komponen dari imunnitas adaptif.
Respon imun adalah respon tubuh kita untuk melawan infeksi patogen berupa
virus, bakteri dan jamur. Respon imun tubuh kita terbagi menjadi 2 golongan,
yaitu respon imun non spesifik/innate (innate immune response) dan respon
imun spesifik/adaptif (adaptive immune response).
B. Penggolongan Sistem Imun

Respon imun tubuh kita terbagi menjadi 2 golongan, yaitu respon imun
non spesifik/innate (innate immune response) dan respon imun spesifik/adaptif
(adaptive immune response). Kedua-duanya memiliki komponen sendiri-sendiri.
Meskipun terlihat terbagi menjadi 2 kelompok besar, namun keduanya tidak
saling terpisah dalam menjalankan fungsinya, aling berkerja sama.
a. Pertahanan Tubuh Non Spesifik

Respon imun nonspesifik pada umumnya merupakan imunitas bawaan (innate


immunity), artinya bahwa respon terhadap zat asing yang masuk ke dalam tubuh dapat terjadi
walaupun tubuh belum pernah terpapar pada zat tersebut. Respon imun nonspesifik dapat
mendeteksi adanya zat asing dan melindungi tubuh dari kerusakan yang diakibatkannya,
tetapi tidak mampu mengenali dan mengingat zat asing tersebut. Komponen-komponen utama
respon imun nonspesifik adalah pertahanan fisik, kimiawi, humoral dan selular. Pertahanan
ini meliputi epitel dan zat-zat antimikroba yang dihasilkan dipermukaannya, berbagai jenis
protein dalam darah termasuk komplemen - komplemen sistem komplemen, mediator
inflamasi lainnya dan berbagai sitokin, selsel fagosit yaitu sel-sel polimorfonuklear, makrofag
dan sel natural killer (NK) (Kresno, 2010).

a. Pertahanan Tubuh Nonspesifik Eksternal

Kulit merupakan rintangan yang pertama dihadapi oleh pathogen. Kulit diibaratkan sebagai
benteng pertama pertahanan tubuh. Fungsi perlindungan utama dari kulit diwujudkan lewat
lapisan sel mati yang merupakan bagian terluar kulit. Setiap sel baru yang dihasilkan dari
pembelahan sel bergerak dari bagiand alam kulit menuju ke permukaan kulit. Selain itu kulit
menghasilkan protein yang sangat kuat, yaitu keratin. Senyawa keratin mempunyai struktur
yang sangat kuat dan keras sehingga sulit didekomposisi oleh mikroorganisme pathogen.
Kulit dan membrane mukosa juga menghasilkan kelenjar minyak dan keringat yang
memberikan pH kulit berkisar antara 3- 5 yang cukup asam untuk mencegah kolonisasi oleh
mikroba. Kolonisasi mikroba juga dapat dihambat oleh kelenjar saliva, air mata, dan sekresi
mukosa yang terus menerus membahasahi permukaan yang terpapar. Sekresi tersebut juga
mengandung lisozim, yaitu enzim yang mampu merusak dinding sel bakteri yang berusaha
masuk melalui sistem respirasi dan pembukaan disekitar mata. Mucus merupakan cairan
kental yang disekresikan oleh sel-sel membrane mukosa. Di trakea, sel epithelium bersilia
menyapu keluar mucus dengan mikroba yang terjerat di dalamnya, sehingga mencegah
mikroba memasuki paru-paru. Mikroba yang masuk melalui makanan akan menghadapi HCl
yang sangat asam yang dapat membunuh bakteri (Campbell, 2004).
b. Pertahanan Tubuh Nonspesifik Internal

Mikroba yang mampu menembus sistem pertahanan tubuh, akan menghadapi garis pertahanan
kedua. Mekanisme utama sistem pertahanan non spesifik internal bergantung pada fagositosis,
yaitu proses penelanan mikroorganisme yang menyerang tubuh oleh sel darah putih tertentu.
Selain itu, mekanisme pertahanan tubuh nonspesifik internal juga dilakukan oleh sel natural
killer (NK), respon peradangan dan senyawa antimikroba.

b. Pertahanan Tubuh Spesifik


Sistem pertahanan tubuh spesifik merupakan pertahanan tubuh terhadap
patogen tertentu yang masuk ke tubuh. Sistem ini bekerja apabila patogen telah
berhasil melewati sistem pertahanan tubuh nonspesifik. Sistem pertahanan tubuh
spesifik disebut juga dengan sistem kekebalan tubuh atau sistem imun. Sistem
kekebalan tubuh terbentuk karena adanya peran antigen dan antibodi. Pertahanan
tubuh secara spesifik dilakukan oleh antibodi yang dibentuk oleh limfosit karena
adanya antigen yang masuk ke tubuh. Limfosit terdiri atas dua tipe, yaitu limfosit
B (sel B) dan limfosit T (sel T).
a. Sel B
"B" sebenarnya berasal dari kata Bursa Fabrisius, yaitu sebuah organ unik
bagi unggas tempat sel B unggas mengalami pematangan dan tempat dimana
limfosit B pertama kali ditemukan. Akan tetapi karena sel B semua vertebrata
lain berkembang dalam sumsum tulang (bone marrow), "B" bisa diartikan "bone"
maupun "bursa".
Sel B berperan dalam pembentukan kekebalan humoral dengan
membentuk antibodi. Sel B dapat dibedakan menjadi 3 jenis berikut.
 Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B
pengingat (memori).
 Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi.
 Sel B pengingat (memori), berfungsi mengingat antigen yang pernah
masuk ke tubuh serta menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi infeksi
kedua.
b. Sel T
"T" berasal dari kata timus, yaitu suatu kelenjar dalam rongga dada di
atas jantung yang berperan dalam pematangan limfosit T setelah diproduksi di
sumsum tulang. Sel T berperan dalam pembentukan kekebalan seluler yaitu
dengan cara menyerang sel penghasil antigen secara langsung. Sel T juga ikut
membantu produksi antibodi oleh sel B plasma. Sel T dapat dibedakan menjadi
tiga jenis berikut.
 Sel T sitotoksik, berfungsi menyerang patogen yang masuk ke tubuh,
sel tubuh yang terinfeksi, serta sel kanker secara langsung.
 Sel T helper, berfungsi menstimulasi pembentukan jenis sel T lainnya
dan sel B plasma serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.
 Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respon imun
dengan cara menurunkan produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T
sitotoksik. Sel T supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.

C. Patogen
Patogen merupakan agen yang dapat menyebabkan penyakit. Patogen adalah
agen yang dapat menyebabkan penyakit apabila masuk ke dalam tubuh.
kemampuan dalam menyebabkan penyakit disebut patogenesis. Secara garis
besar patogen bisa dibedakan menjadi virus, bakteri, jamur, protozoa dan cacing.
Untuk virus, bakteri dan jamur akan banyak dipelajari salam mikrobiologi,
sedangkan protozoa dan cacing banyak dipelajari pada parasitologi. Jalur
penularan penyakit dari satu individu ke individu juga bermacam-macam, bisa
melalui udara, kontak langsung dengan penderita, hubungan seksual dan gigitan
serangga. Letak infeksi juga bisa bermacam-macam, bisa di luar sel (ekstrasel),
di permukaan sel epitel, di sitoplasma, maupun di pembuluh darah. Oleh karena
itu, tubuh memerlukan respon imun yang dapat melawan patogen ini.

Mekanisme Penghindaran Respon Imun oleh Patogen

Beberapa mekanisme digunakan oleh patogen untuk menghindari respon


imun tubuh, antara lain :

a) Mengubah antigen, sehingga terdapat variasi antigen,


b) Menyebabkan infeksi laten, sehingga patogen dapat menginfeksi
dalam waktu yang lama,
c) Memiliki resistensi terhadap mekanisme respon imun dan
d) Imunosupresi

Pada mekanisme variasi antigen, patogen akan mengubah antigennya sehingga


akan terdapat variasi antigen. Hal ini akan menyulitkan respon imun spesifik
untuk mengenali patogen. Contohnya pada bakteri Streptococcus pneumoniae.
Bakteri ini merupakan penyebab pneumonia yang mengakibatkan penderitaannya
mengalami kesulitan bernafas hingga kematian. Untuk menghindari respon imun,
bakteri ini memiliki variasi pada kapsul polisakaridanya, sehingga dapat
membentuk beberapa serotipe. Terdapat lebih dari 80 serotipe dari bakteri ini.
Respon imun yang spesifik mengenal satu serotipe tertentu tidak dapat mengenali
serotipe yang lain.

Selain pada bakteri, variasi antigen juga bisa didapatkan pada virus, contohnya
pada virus influenza. Pada virus ini mekanisme variasi antigen memalui antigenic
shift dan antigenic drift. Antigenic shift adalah mutasi titik pada gen yang
mengkode protein hemaglutinin dan neuraminidase. Hal ini hanya menyebabkan
perubahan yang kecil pada virus baru, tidak terlalu berbeda dengan virus lama.
Proses mutasi ini juga sering terjadi pada virus sehingga berperan dalam kejadian
influenza pada daerah tertentu. Sedangkan antigenic drift adalah rekombinasi
RNA hemaglutinin dan neuraminidase antara virus influenza yang menyerang
manusia dengan virus yang menyerang hewan. Hal ini menyebabkan perubahan
besar pada virus, dimana virus yang baru bisa memiliki protein hemaglutinin dan
neuraminidase yasng jauh berbeda dengan virus lama. Oleh karena itu, antigenic
drift sering dihubungkan dengan kejadian influenza secara global (epidemic),
contohnya pada kasus luar biasa influenza H1N1 pada tahun 2009 di seluruh
dunia.

Mekanisme penghindraan respon imun yang lain adalah terbentuknya infeksi


laten. Infeksi ini merupakan infeksi virus yang masuk ke dalam sel tertentu,
contohnya makrofag, dan tidak bereplikasi sehingga tidak dapat dikenali oleh
respon imun. Sepertinya bersembunyi di dalam sel tertentu. Infeksi laten ini dapat
berlangsung lama, bertahun-tahun, namun infeksi ini tidak menyebabkan
penyakit. Ketika terdapat beberapa faktor pencetus seperti stress, hormonal,
pemberian imunosupresi atau pengaruh lingkungan, maka infeksi laten ini dapat
berubah menjadi infeksi aktif dan menyebabkan penyakit.

Contoh infeksi laten adalah pada infeksi Virus Herpes Simplex (HSV). Virus ini
diketahui dapat menyebabkan luka pada daerah mulut (cold sores) dan juga
daerah genital (genital herpes). Infeksi ini dapat di tularkan melalui kontak
langsung dengan penderita maupun dengan hubungan seksual dengan penderita.
Infeksi ini bersifat tahunan dan terdapat periode kekambuhan apabila terdapat
faktor pencetus. Virus HSV pada awalnya menyerang daerah sekitar mulut
kemudian virus akan “bersembunyi” di dalam sel saraf dan tidak dikenali oleh
respon imun. Pada saat inilah terjadi infeksi laten. Kemudian jika terdapat faktor
pencetus, virus ini akan keluar dari sel saraf kembali menginfeksi sel-sel di
sekitar mulut.

Mekanisme lain yang dilakukan patogen untuk menghindari respon imun adalah
dengan melakukan suatu tindakan yang menyebabkannya resisten terhadap
respon imun. Misalnya pada bakteri Mycobacterium tuberculosis yang
melakukan tindakan pencegahan fusi antara fagosom atau lisosom pada
makrofag. Sehingga tidak terjadi perusakan bakteri di dalam makrofag. Sehingga
tidak terjadi perusakan bakteri didalam makrofag. Bahkan bakteri ini
menggunakan makrofag sebagai tempat memperbanyak diri.

Mekanisme resistensi terhadap respon imun juga dilakukan oleh virus, contohnya
pada virus CMW (Cytomegelovirus). Virus ini merupakan penyebab kelainan
kongenital yang diderita anak-anak. Penyakit ini ditularkan dari ibu yang
terinfeksi kepada anaknya pada proses kehamilan. Virus CMV menghindari
respon imun dengan cara menghasilkan protein UL18. Protein ini mirip dengan
molekul MHC kelas I pada sel. Protein UL18 akan berikatan dengan reseptor di
permukaan sel NK yang mengakibatkan respon imun non spesifik terhambat.
Selain itu, virus CMV juga akan memproduksi suatu protein yang menghambat
proses peradangan merupakan salah satu mekanisme eliminasi patogen dari
tubuh.

Mekanisme imunosuspensi juga dilakukan oleh patogen untuk menghindari


respon imun. Mekanisme imunosuspensi adalah suatu cara penekanan fungsi
kerja dari komponen-komponen respon imun sehingga sistem imunitas tidak
berlangsung optimal. Contohnya pada bakteri Staphylococcus. Bakteri ini akan
menghasilkan enterotoksin dan toxin shock syndrome toxin-1 yang akhirnya
membentuk superantigen. Superantigen ini akan mengaktifkan banyak sel
limfosit T dan menghasilkan peradangan berlebihan yang disebut toxic shock. Sel
limfosit T ini kemudian secara cepat mengalami apoptosis, sehingga respon imun
mengalami penurunan fungsi (supresi).
D. Antibodi

Antibodi berperan dalam mempertahankan sistem imun tubuh dari berbagai


mikroorganisme. Sistem pertahanan tubuh terdiri dari sistem imun spesifik dan
non spesifik. Sistem imun spesifik salah satunya adalah sel limfosit T dan sel
limfosit B. Sel limfosit B yang tersensitasi oleh antigen dapat memproduksi
antibodi (Kresno, 2010).

Antibodi yang diproduksi pertama kali adalah IgM (Imunoglobulin M). Antibodi
IgM berperan sebagai respon awal terhadap masuknya antigen ke dalam tubuh
(Schroeder dan Cavacini, 2010). Kadar antibodi IgM akan lebih meningkat pada
sensitasi antigen yang kedua, hal ini disebabkan sel B yang memproduksi
antibodi membentuk sel memori sehingga mengenal langsung antigen tersebut
(Baratawidjaja dan Rengganis, 2014).

Apabila keseimbangan antibodi dalam mempertahankan sistem imun terganggu


maka dibutuhkan suatu agen imunostimulator untuk mempertahankan
keseimbangan sistem imun. Suatu senyawa dikatakan memiliki aktivitas
imunostimulator apabila mampu meningkatkan respon imun yang telah
tersensitasi oleh antigen (Sternberg dkk., 2009). Senyawa kimia seperti
flavonoid, alkaloid dan polifenol mampu meningkatkan respon imun (Rosnizar
dkk., 2015).

Salah satu contoh peristiwa yang melibatkan antibodi adalah ketika kulit kita
terkena infeksi karena luka maka akan timbul nanah. Nanah itu merupakan
limfosit atau sel-sel B yang mati setelah berperang melawan antigen. Antibodi
dapat ditemukan pada aliran darah dan cairan nonseluler. Antibodi memiliki
struktur molekul yang bersesuaian dengan antigen secara sempurna, seperti anak
kunci dengan lubangnya. Tiap jenis antibodi spesifik terhadap antigen jenis
tertentu.

a. Jenis-jenis Antibodi

Antibodi disebut juga immunoglobulin (Ig) atau serum protein globulin, karena
berfungsi untuk melindungi tubuh lewat proses kekebalan (immune). Ada lima
macam immunoglobulin, yaitu IgG, IgM, IgA, IgE, dan IgD.
1) Immunoglobulin G (IgG)

IgG terbentuk 2-3 bulan setelah infeksi, kemudian kadarnya meninggi dalam
satu bulan, menurun perlahan-lahan, dan terdapat selama bertahun-tahun dengan
kadar yang rendah. IgG beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah,
sistem getah bening, dan usus. Senyawa ini akan terbawa aliran darah langsung
menuju tempat antigen berada dan menghambatnya begitu terdeteksi. Senyawa
ini memiliki efek kuat antibakteri maupun virus, serta menetralkan racun. IgG
juga mampu menyelinap diantara sel-sel dan menyingkirkan mikroorganisme
yang masuk ke dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuan serta ukurannya yang
kecil, IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dapat dipindahkan melalui
plasenta dari ibu hamil ke janin dalam kandungannya untuk melindungi janin dari
kemungkinannya infeksi yang menyebabkan kematian bayi sebelum lahir.
Selanjutnya immunoglobulin dalam kolostrum (air susu ibu atau ASI yang
pertama kali keluar), memberikan perlindungan kepada bayi terhadap infeksi
sampai sistem kekebalan bayi dapat menghasilkan antibodi sendiri.

2) Immunoglobulin A (IgA)

Immunoglobulin A atau IgA ditemukan pada bagian-bagian tubuh yang dilapisi


oleh selaput lendir, misalnya hidung, mata, paruparu, dan usus. IgA juga
ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya, seperti air mata, air liur, ASI,
getah lambung, dan sekresi usus. Antibodi ini melindungi janin dalam kandungan
dari berbagai penyakit. IgA yang terdapat dalam ASI akan melindungi sistem
pencernaan bayi terhadap mikroba karena tidak terdapat dalam tubuh bayi yang
baru lahir.

3) Immunoglobulin M (IgM)

Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel-sel B.
Pada saat antigen masuk ke dalam tubuh, Immunoglobulin M (IgM) merupakan
antibodi pertama yang dihasilkan tubuh untuk melawan antigen tersebut. IgM
terbentuk segera setelah terjadi infeksi dan menetap selama 1-3 bulan, kemudian
menghilang. Janin dalam rahim mampu memproduksi IgM pada umur kehamilan
enam bulan. Jika janin terinfeksi kuman penyakit, produksi IgM janin akan
meningkat. IgM banyak terdapat di dalam darah, tetapi dalam keadaan normal
tidak ditemukan dalam organ maupun jaringan. Untuk mengetahui apakah janin
telah terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM dalam darah.

4) Immunoglobulin D (IgD)

Immunoglobulin D atau IgD juga terdapat dalam darah, getah bening, dan pada
permukaan sel-sel B, tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit. IgD ini bertindak
dengan menempelkan dirinya pada permukaan selsel T, mereka membantu sel-sel
T menangkap antigen.

5) Immunoglobulin E (IgE)

Immunglobulin E atau IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah.
Antibodi ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi akut pada tubuh. Oleh
karena itu, tubuh seorang yang sedang mengalami alergi memiliki kadar IgE yang
tinggi. IgE penting melawan infeksi parasit, misalnya skistosomiasis, yang
banayk ditemukan di negara-negara berkembang (Pujiyanto, 2012).

b. Respon Kekebalan Imun

Respon kekebalan tubuh terhadap antigen dapat dikelompkan menjadi dua


macam yaitu kekebalan humoral (antibody – mediated immunity) dan kekebalan
seluler (cell – mediated immunity). Berikut akan saya jelaskan satu persatu
respon kekebalan tubuh.

1) Kekebalan Humoral

Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam
cairan darah dan limfe. Antibodi yang beredar sebagai respon humoral bekerja
melawan bakteri bebas, racun, virus dan mikroorganisme lainnya yang berada
dalam cairan tubuh. Serangkaian respon terhadap pathogen ini disebut dengan
respon kekebalan primer antara lain :

 Netralisasi yaitu antibodi akan menetralkan suatu virus dengan cara


melekat pada molekul yang harus digunakan oleh virus untuk
menginfeksi sel inang.mekanisme ini akan menetralkan racun dari
mikroorganisme sehingga akan mudah difagositosis oleh makrofag.
 Aglutinasi (penggumpalan) yaitu proses penggumpalan bakteri atau virus
yang diperantarai oleh antibody yang akan bekerja menetralkan
mikrorganisme tersebut. Terjadi karena setiap molekul antibody memiliki
paling tidak dua tempat pengikatan antigen. Kompleks besar yang
terbentuk melalui proses aglutinasi yang akan memudahkan fagositosis
makrofag.
 Presipitasi (pengendapan) yaitu proses dimana molekul – molekul antigen
yang terlarut dalam cairan tubuh akan diendapkan oleh antibody. Proses
ini akan memudahkan proses pengeluaran dan pembuangan antigen oleh
fagositosis.
 Fiksasi komplemen (aktivasi) yaitu mengaktivasikan komplemen dengan
adanya kompleks antigen – antibody. Apabila ada infeksi maka protein
yang pertama dalam rangkaian protein komplemen akan diaktifkan, reaksi
komplemen ini akan mengakibatkan lisisnya banyak jenis virus dan sel –
sel pathogen.

2) Kekebalan Seluler

Kekebalan seluler melibatkan sel T Yang bertugas menyerang sel – sel


asing atau jaringan tubuh yang terinfeksi secara langsung. Berdasarkan
cara memperolehnya kekebalan tubuh digolongkan menjadi dua
kelompok yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif.

 Kekebalan Aktif

Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu


sendiri, Tubuh membentuk antibodi sendiri karena infeksi antigen.
Kekebalan ini dapat diperoleh secara alami dan buatan sebagai contoh
secara alami melalui penyakit seperti halnya penyakit cacar dan secara
langsung tubuh membentuk vaksinasi virus cacar dengan cara didalam
tubuh penderita dikembangkan kekebalan humoral dan kekebalan seluler,
setelah mengidap penyakit cacar penderita tidak akan terkena dua kali
penyakit cacar. Sedangkan cara buatan dengan adanya vaksinasi
(imunisasi) terhadap mikroorganisme tertentu dengan cara dimasukkan
antigen yang telah dilemahkan atau telah mati kedalam tubuh.

 Kekebalan Pasif

Kekebalan pasif merupakan kekebalan yang diperoleh setelah menerima


antibody dari luar. Kekebalan ini dapat diperoleh dengan cara alami yaitu
dengan cara pemberian ASI (Air Susu Ibu ) dan secara buatan melalui
penyuntikkan antiserum yang mengandung antibody IgG atau
immunoglobulin lainnya. Kekebalan pasif buatan ini hanya bertahan
beberapa minggu saja karena immunoglobulin yang berasal dari tubuh
akan diuraikan oleh tubuh orang tersebut.

Bab III
A. Kesimpulan
Sistem pertahanan tubuh (imunitas) adalah sistem mekanisme pada organisme
yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen.
Sistem kekebalan tubuh dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a. Cara mempertahankan diri dari penyakit
- Sistem pertahanan tubuh noin spesifik
Tidak membedakan mikrobia patogen yang satu dengan yang lainnya
- Sistem pertahanan tubuh spesifik
Pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk dalam tubuh
b. Cara memperoleh
- Kekebalan aktif
Kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri
- Kekebalan pasif
Kekebalan yang diperoleh setelah menerima antibodi dari luar tubuh
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat mengaharapkan kritik dan saran dari
dosen dan mahasiswa untuk perbaikan makalah ini. Dan semoga makalah ini
bermanfaat untuk mengetahui daln menambah wawasan yang lebih luas untuk
ke arah yang lebih baik.
Daftar Pustaka

Henny Saraswati, 2017. Modul imunologi (IBL341). Universitas Esa Unggul. Jakarta

Ipin Aripin, 2019. VALUE EDUCATION IN IMUN SYSTEM CONCEPT


MATERIALS. Jurnal Bio Educatio, Volume 4, Nomor 1, Universitas Majalengka

Anda mungkin juga menyukai