Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : MARCELINO EDUARD SAMPELAN

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044178472

Kode/Nama Mata Kuliah : ADBI4336/HUKUM KETENAGAKERJAAN

Kode/Nama UPBJJ : 84/MANADO

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Perselisihan hubungan industrial menurut UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyeles
aian Perselisihan Hubungan Industrial (UU PPHI) ialah perbedaan pendapat yang
mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha denga
n pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh.
Undang Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industr
ial mengatur tentang:
1. penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang terjadi baik di perusah
aan swasta maupun perusahaan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara;
2. Pihak yang berperkara adalah pekerja/buruh secara perseorangan maupun
organisasi serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha atau organisa
si pengusaha;
3. Setiap perselisihan hubungan industrial pada awalnya diselesaikan secara
musyawarah untuk mufakat oleh para pihak yang berselisih (bipartit);
4. Dalam hal perundingan oleh para pihak yang berselisih (bipartit) gagal, ma
ka salah satu pihak atau kedua belah pihak mencatatkan perselisihannya p
ada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat
;
5. Perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja atau pe
rselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh yang telah dicatat pada inst
ansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dapat diselesaika
n melalui konsiliasi atas kesepakatan kedua belah pihak;
6. Perselisihan hak yang telah dicatat pada instansi yang bertanggung jawab
di bidang ketenagakerjaan tidak dapat diselesaikan melalui konsiliasi atau
arbitrase namun sebelum diajukan ke Pengadilan Hubungan Industrial terl
ebih dahulu melalui mediasi;

2. Undang No.13 Tahun 2003 Pasal 1 angka 25 menjelaskan bahwa definisi


Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena
suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara
buruh/pekerja dan pengusaha.Ketentuan Pasal 151 Undang-Undang No.13
tahun 2003 menetapkan tiga tahapan yang harus ditempuh dalam hal
pengusaha berkehendak untuk memutuskan hubungan kerja dengan
buruh/pekerja.

➢ Pertama, Pengusaha , pekerja/buruh , serikat pekerja/buruh, dan


pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi
pemustusan hubungan kerja. Berdasarkan penjelasan ketentuan ini, frasa
“dengan segala upaya” merujuk pada aktivitas atau kegiatan positif yang pada
akhirnya dapat mencegah terjadinya pemutusan hubungan kerja,
termasukantara lain pengaturan ulang jam kerja ,Tindakan penghematan,
restrukturisasi atau reorganisasi meted kerja, dan upaya untuk
mengembangkan pekerja/bruh.
➢ Kedua, bilamana dengan segala upaya yang dilakukan, tidak dapat dihindari
pemutusan hubungan kerja maka maksud untuk memutuskan hubungan kerja
wajib dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/buruh atau dengan
pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi
anggota serikat pekerja/buruh.

➢ Ketigas, jika perundingan tersebut benar- benar tidak menghasilkan


persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan
pekerja/buruh setelah memperoleh penetaan dari Lembaga penyelesaian
perselisihan hubungnan industrial.

Anda mungkin juga menyukai