Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdakwah dalam Islam merupakan kegiatan yang mempunyai

cakupan yang sangat luas. Berdakwah di dalamnya terdapat unsur-unsur

penting yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

da’i, mad’u, metode, materi, media dan tujuan. Dan dalam pelaksanaannya

dapat melalui berbagai cara, yaitu: melalui lisan (bil lisan), tulisan (bil

qalam) dan perbuatan nyata (bil hal).

Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai kenyataan bahwa tata

cara memberikan sesuatu lebih penting dari sesuatu yang diberikan itu

sendiri. Secangkir teh pahit dan sepotong ubi goreng yang disajikan dengan

cara yang sopan dan ramah, akan lebih terasa nikmat disantap ketimbang

seporsi makanan lezat dan mahal harganya, tetapi disajikan dengan cara

yang tidak sopan dan menyakiti hati orang yang menerimanya.

Gambaran tersebut, mengandung ungkapan bahwa tata cara atau

metode sangatlah penting. Betapa pun sempurnanya materi, lengkapnya

bahan dan aktualnya isu-isu yang disajikan, tetapi bila disajikan dengan cara

yang tidak sistematis dan sembarangan, akan menimbulkan kesan yang

tidak menyenangkan. Tetapi sebaliknnya, walaupun materi kurang

sempurna, bahan sederhana dan isu-isu yang disampaikan kurang aktual,

namun disajikan dengan cara yang menarik dengan menggugah, maka akan

menimbulkan kesan yang menggembirakan.

Pemilihan cara atau metode yang tepat, menjadi bagian strategis dari

kegiatan dakwah itu sendiri. Sehinga seorang da’i hendaknya memiliki cara

atau metode tertentu dalam penyampaian dakwah yang disukai dan mudah

1
dipahami oleh mad’u.

Pada masa modern seperti sekarang ini, dakwah bil lisan tetap

dilakukan da’i, karena setiap da’i tentu mempunyai ciri khas dalam

penyampaian dakwah bil lisannya seperti melalui ceramah, dzikir, tanya

jawab, seminar, ataupun diskusi.

Kegiatan Dakwah yang dilakukan oleh para mubaligh berbeda beda

dari bentuk penyampainya tentunya memiliki ciri khas masing – masing

agar para Mad’u bisa terkesan dapat mencerna materi yang disampaikan

oleh para mubaligh seperti halnya para mubaligh yang berada di Desa

Cukangjayaguna Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalya, sebuah

desa yang memiliki tiga puluh delapan Rukun Tetangga (RT) dan Tujuh

Belas Rukun Warga (RW) tentunya memiliki beberapa mubaligh yang

tersebar disetiap kampungnya tentunya respon masyarakat sangatlah

beragam terhadap para mubaligh tersebut, krakteristik mubligh dan tempat

juga sangat mempengaruhi sejauh mana masyarakat dapat merespon para

mubaligh- mubaligh yang berada di daerahnya.

Dakwah yang dilakukan oleh para Mubaligh yang berada di Desa

Cukangjayaguna kebanyakan adalah dakwah bil lisan, maksudnya adalah

berdakwah melalui perkataan-perkataan atau ucapan-ucapan yang

biasanya disebut dengan ceramah. berceramah dengan suara lantang, tegas,

diatas mimbar, fodium atau panggung.

penyampaian ceramah bil lisan tersebut merupakan sebuah tekhnik

atau tatacara yang lazim digunakan diperkampungan atau di daerah daerah,

penyampaian dakwah bil lisan biasanya digunakan untuk mengisi ceramah

pada acara-acara peringatan hari besar Islam, khutbah jum’at, undangan

pengajian, sunatan, acara nikahan, ulang tahun, baik diwarga sekitar atau

2
pun warga luas, serta berceramah di televisi, dan lain sebagainya.

Dalam setiap ceramah yang di lakukan, para mubaligh tentunya

memiliki ciri khas penyampaian baik secara materi atau penampilan, kosen

para mubaligh dalam penyampaian ilmu agama beragam ada yang konsen

dalam ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, alquran dan lain sebagainya, sehingga

tidak jarang dari para mubaligh memiliki konsen tersendiri dalam materi

penyampaianya, hal seperti ini tentu dilakukan untuk menarik perhatian para

mad’u agar mendengarkan ceramahnya dan ceramah yang disampaikannya

pun tidak terkesan campur aduk dengan materi yang disampaikan oleh

mubaligh yang lainya, yang dapat menyebabkan mad’u malas

mendengarkan ceramah. Selain itu, agar dapat membantu para mad’u

dalam mencerna dan memahami isi pesan-pesan dakwah Islamiyah yang

disampaikan dihadapan para mad’unya, tentu tidak mengurangi isi pesan

dakwah Islamiyah yang disampaikan.

Dari pemaparan di atas, tergambar jelas bahwa ceramah yang

dilakukan oleh para mubligh tentunya mendapatkan respon yang beragam

dari masyarakat dalam penyampaian pesan dakwah Islamiyahnya. Dari

sinilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang diangkat sebagai

judul skripsi “Respon Masyarakat terhadap mubaligh – mubaligh

dalam Dakwah di Desa Cukangjayaguna Sodonghilir.”

B. Fokus Penelitian

Dari penjelasan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

a. Bagaimana respon masyarakat Desa Cukangjayaguna Kecamatan

Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya, terhadap Penyampaian

materi dalam berdakwah,?

3
b. Bagaimana Faktor Pendukung dan penghambat terhadap respon

masyarakat Desa Cukangjayaguna Kecamatan Sodonghilir

Kabupaten Tasikmalaya, ?

c. Bagaimana pengaruh terhadap kehadiran masyarakat Desa

Cukangjayaguna Kecamatan Sodonghilir Kabupaten

Tasikmalaya,?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mengetahui respon masyarakat Desa Cukangjayaguna

Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya, terhadap

Penyampaian materi dalam berdakwah,?

b. Untuk Mengetahui Faktor Pendukung dan penghambat terhadap

respon masyarakat Desa Cukangjayaguna Kecamatan Sodonghilir

Kabupaten Tasikmalaya,?

c. Untuk Mengetahui pengaruh terhadap kehadiran masyarakat dalam

dakwah di Desa Cukangjayaguna Kecamatan Sodonghilir

Kabupaten Tasikmalaya ,?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat:

a. Memberikan sumbangan pikiran bagi mahasiswa STAI Miftahul

Ulum terkhusus mahasiswa Program Studi Komunikasi Dan

Penyiaran Islam.

b. Memberikan sumbangan ilmiah kepada Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat (LPPM) guna memberikan pengetahuan

kepada mahasiswa STAI Miftahul Ulum terkait dengan Respon

4
Masyarakat Terhadap Mubaligh – Mubaligh Dalam Dakwah di

Desa Cukangjayaguna

c. Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan Dakwah

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai Mahasiswa Peneliian ini untuk menambah khasanah

perpustakaan STAI Miftahul Ulum dan juga sebagai referensi

bagi generasi selanjutnya, khususnya pada Program Studi

Komunikasi dan Penyiaran Islam, juga untuk pengembangan

peneliti yang relevan.

b. Penelitian ini sebagai usaha untuk mengembangkan kemampuan

penilisan karya ilmiah selain itu juga untuk memperoleh

pengalaman.

E. Kajian Pustaka

1. Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian terdahulu berguna untuk mencari perbandingan

bagi peneliti dan juga sebagai inspirasi dalam penulisan. Penbelitian

terdahulu juga sebagai perbandingan dan memposisikan peneliti

menunjukan keorisinalitas penelitian.

Dalam hal ini peneliti mencantumkan tiga penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh orang lain, kemudian membuat

ringkasan baik penelitian yang sudah terpublikasikan atau yang

belum terpublikasikan. Dengan melakukan hal ini, maka akan

terlihat sejauh mana keorisinilitasan penelitian. Berikut adalah

penelitian yang mempunyai keterkaitan dengan kajian antara lain:

Sejumlah riset terdahulu yang berhasil penulis lacak melalui

5
internet, antara lain:

a. Televisi Sebagai Media Dakwah (Analisis Produksi Siaran

Program Ust. Haryono‟ Di Jaktv)”. Ditulis oleh Syafrian Akbar

NIM: 106051001894. Penulis memfokuskan untuk mengetahui

proses produksi dengan menjelaskan atau memaparkan proses

produksi siaran program “Ust. Haryono” yang disiarkan oleh

JakTV. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

kualitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan dalam situasi yang

wajar (natural setting). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa dakwah melalui Paket program siaran itulah yang

kemudian di tayangkan melalui stasiun televisi dan di salurkan

ke seluruh pelosok melalui jaringan satelit komunikasi, stasiun

penghubung dan pemancar. Akhirnya paket program acara itu

dapat didengar, di lihat oleh pemirsa di rumah.

b. Gaya Komunikasi (Comunication Style) Dakwah Mama Dedeh

Dalam Program “Mama Dan Aa” Di Stasiun Televisi Oleh

Zamris Habib. Penulis memfokuskan untuk mengetahui proses

Gaya komunikasi apakah yang selama ini digunakan oleh

Mama Dedeh dan Faktor-faktor apa saja yang menjadi daya

tarik dari Dakwah Mama Dedeh sehingga program “Mama dan

Aa” bisa bertahan sampai sekarang. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif

dengan analisis berdasarkan teori Gaya Komunikasi

(commucation Style) melalui pengamatan penulis terhadap

siaran dakwah Mama Dedeh dalam program ”Mama dan Aa” di

Indosiar. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

6
Tayangan program “Hati ke Hati bersama Mama Dedeh” sebuah

talk show yang berisi ajaran nilai-nilai dakwah yang

berpedoman kepada Al-Qur‟an dan As- Sunnah. Acara ini juga

berfungsi sebagai media curhatan dan menganalisis pengetahuan

terhadap persoalan Agama Islam yang dibahas secara interaktif

dan menyeluruh.

Sedangkan yang membedakan penelitian ini dengan

skripsi sebelumnya adalah menganalisis respon Masyarakat

terhadap para Mubaligh – mubaligh dalam berdakwah.

2. Landasan Teoritis

Metode kualitatif menggunakan beberapa bentuk

pengumpulan data seperti wawancara, deskripsi observasi, serta

analisis dokumen dan pustaka lainnya. Data tersebut dianalisis

dengan tetap mempertahankan keaslian yang memkanainya. Hal ini

dilakukan karna tujuan penelitain kualitatif adalah untuk memahami

fenomena dari sudut pandang partisipan, konteks sosial dan

institusional. Sehingga umumnya kualitatif bersifat induktif.

3. Kerangka Konseptual

a. Respon

Respon menjadi keyword utama dalam kajian teori yang

peneliti bahas dimana dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

kata respon sebagai fokus penelitian terkait penggunaan bahasa

jawa dalam konten Bayu Skak di YouTube. Respon berasal dari

kata response, yang berarti balasan atau tanggapan (reaksi).

Respons adalah istilah psikologis yang digunakan untuk menyebut

reaksi terhadap rangsangan yang diterima oleh panca indera. Apa

7
yang mendukung dan menopang ukuran respons adalah sikap,

persepsi, dan partisipasi. Respons terhadap proses tersebut

didahului oleh sikap seseorang karena sikap tersebut adalah

kecenderungan atau keinginan untuk berperilaku dalam

menghadapi stimulus tertentu. Jadi, bicarakan tanggapan atau

kurangnya tanggapan terlepas dari sikap diskusi. Respon juga

ditafsirkan sebagai perilaku atau sikap yang memanifestasikan

dirinya sebelum pemahaman rinci, penelitian, pengaruh atau

penolakan, suka atau tidak suka serta penggunaan fenomena

tertentu (Sobur, 2003)

Menurut (Mulyani, 2007: 87) secara umum, dapat

dikatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi respons

seseorang, yaitu: a) Orang yang berkepentingan yang melihat dan

mencoba memberikan interpretasi tentang apa dia melihat, dia

dipengaruhi oleh sikap, motif, minat, dan harapan. b) Target

respons, dalam bentuk seseorang, objek atau peristiwa.

Karakteristik target umumnya mempengaruhi respons orang-

orang yang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran,

tindakan, dan karakteristik lain dari target respons juga

menentukan penampilan orang. c) Faktor-faktor situasi, respons

dapat dilihat secara kontekstual, yang berarti bahwa dalam situasi

di mana respons terjadi, ia mendapat perhatian. Situasi adalah

faktor yang berperan dalam pelatihan atau respons seseorang.

b. Masyarakat

Salah satu definisi dari masyarakat pada awalnya adalah " a

union of families" atau masyarakat merupakan gabungan atau

8
kumpulan dari keluarga-keluarga. Awal dari masyarakat pun dapat

kita katakan berasal dari hubungan antar individu, kemudian

kelompok yang lebih membesar lagi menjadi suatu kelompok besar

orang-orang yang disebut dengan masyarakat (Khairuddin, 2008).

Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang

hidup karena proses masyarakat. Masyarakat terbentuk melalui

hasil interaksi yang kontinyu antar individu. Dalam kehidupan

bermasyarakat selalu dijumpai saling pengaruh mempengaruhi

antar kehidupan individu dengan kehidupan bermasyarakat

(Soetomo, 2009).

Istilah Masyarakat (Society) artinya tidak diberikan ciri-ciri

atau ruang lingkup tertentu yang dapat dijadikan pegangan, untuk

mengadakan suatu analisa secara ilmiah. Istilah masyarakat

mencakup masyarakat sederhana yang buta huruf, sampai pada

masyarakat-masyarakat industrial moderen yang merupakan suatu

negara. Istilah masyarakat juga digunakan untuk menggambar

kelompok manusia yang besar, sampai pada kelompok-kelompok

kecil yang terorganisasi (Soekanto, 1983).

Definisi Masyarakat adalah golongan besar atau kecil yang

terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya

bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama

lain. Istilah Masyarakat kadang-kadang digunakan dalam artian

"gesellaachafi" atau sebagai asosiasi manusia yang ingin mencapai

tujuan-tujuan tertentu yang terbatas isinya, sehingga direncanakan

pembentukan organisasi- organisasi tertentu (Soekanto, 1983).

Masyarakat adalah kelompok manusia yang sengaja dibentuk

9
secara rasional untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu.

Suatu totalitas dari orang-orang yang saling tergantung dan yang

mengembangkan suatu kebudayaan tersendiri juga disebut

masyarakat. Walaupun penggunaan istilah-istilah masyarakat masih

sangat samar-samar dan umum, akan tetapi hal itu dapat dianggap

indikasi dari hakikat manusia yang senantiasa ingin hidup bersama

dengan orang-orang lain. Bagaimanapun juga penggunaan istilah

masyarakat tak akan mungkin dilepas dari nila-nilai, norma-norma

tradisi, kepentingan-kepentingan, dan lain sebagainya. Oleh karena

itu pengertian masyarakat tak mungkin dipisahkan dari kebudayaan

dan kepribadian (Soekanto, 1983).

Berdasarkan pengertian menurut pendapat diatas maka

dapat disimpulkan masyarakat adalah hubungan satu

orang/sekelompok orang- orang yang hidup secara mengelompok

maupun individu dan berinteraksi satu sama lain saling pengaruh

dan mempengaruhi menimbulkan perubahan sosial dalam

kehidupan.

c. Mubaligh

Mubaligh ialah ahli kumpulan agama yang dihantar ke luar

negeri untuk menyebarkan ajaran agama mereka melalui dakwah,

ajaran, khidmat sosial dan sebagainya. Perkataan "mubaligh"

berasal dari bahasa Arab yaitu, ‫ﻎﻟﺎﺒﻣ‬ yang bermaksud

"berlebihan" atau "berluasan" yang menakrifkan usaha

memperluaskan penyebaran agama oleh orang yang bergelar

mubalig.

10
Mubaligh bisa juga di sebut dengan da’i atau subyek

dakwah atau pelaksana dakwah yang memiliki tugas pokok yakni

menyampaikan ajaran- ajaran islam kepada umat manusia baik

yang sudah beriman maupun umat manusia yang belum beriman,

Peran mubaligh sangatlah berpengaruh terhadap semua usia baik

pada usia anak-anak, remaja, bahkan orang tua melalui kegiatan-

kegiatan berdakwah yang biasanya kerap dilakukan olehnya

Kegiatan-kegiatan berdakwah yang biasanya dilakukan oleh

mubaligh dan mubalighah dapat dilakukan dengan 2 cara yakni

secara langsung dan tidak langsung. Maju mundurnya agama islam

tergantung pada kegiatan-kegiatan berdakwah yang dilakukan oleh

mubaligh dan mubalighah, sehingga kegiatan berdakwah disini

memiliki posisi paling mulia dan tertinggi dalam kemajuan agama

islam terlebih lagi pada era modern seperti pada saat ini.

Mengingat pada era modern ini banyak kalangan yang sudah

terpengaruh oleh kemajuan teknologi terlebih para usia generasi

penerus sehingga mampu membuat semua orang terbawa arus

apabila tidak pandai- pandai dalam menyikapi perkembangan

teknologi tersebut, oleh sebab itu peran mubaligh dan

mubalighah sangat dibutuhkan untuk memberikan pengertian

mengenai kajian-kajian agama kepada semua kalangan termasuk

halnya pada usia remaja yang sangat rentan terhadap arus

perkembangan teknologi yang semakin canggih ini, yang mana

kecanggihan tersebut mampu membuat semua orang dapat dengan

11
mudah mengakses apapun yang mereka inginkan dengan mudah

dan cepat.

d. Dakwah

Dakwah adalah upaya memanggil, menyeru dan mengajak

manusia menuju jalan Allah SWT atau ajakan kepada agama-Nya

yaitu Islam. Pemahaman ini sejalan dengan penjelasan Allah dalam

Q.S Yusuf ayat 108

ُّ S‫ آ َء ُك ُم ْال َح‬S‫ ْد َج‬Sَ‫ا النَّاسُ ق‬SSَ‫قُلْ يَآَأيُّه‬


‫ ِدى‬Sَ‫ا يَ ْهت‬S‫دَى فَِإنَّ َم‬Sَ‫ق ِمن َّربِّ ُك ْم فَ َم ِن ا ْهت‬

‫ضلُّ َعلَ ْيهَا َو َمآَأنَا َعلَ ْي ُك ْم بِ َو ِكي ٍل‬ َ ‫لِنَ ْف ِسه َو َمن‬
ِ َ‫ض َّل فَِإنَّ َما ي‬

"Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-

orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan

hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-

orang yang musyrik." (Depag RI 2007: 248)

Dalam pandangan Ibn Taimiyah, dakwah dalam arti seruan

kepada al-Islam itu adalah seruan untuk beriman kepada-Nya dan

pada ajaran yang dibawa para utusan-Nya, membenarkan berita yang

mereka sampaikan, dan menurutiti perintab Nya.

Sedangkan dalam pandangan Syaikh Ali Mahfuzh

Muhammad Abduh dalam buku Quanturm Dakwah (Sukayat, 2009.

1-3) memberi batasan mengenai dakwah sebagai: "membangkitkan

kesadaran manusia di atas kebaikan dan bimbingan, menyuruh

berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan yang keberuntungan,

mungkar, supaya mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan di

akhirat".

Dalam pendekatan psikologi komunikasi melihat aktivitas

12
dakwah sebagai proses membangkitkan motivasi untuk melakukan

sesuatu tindakan yang dinilai benar menurut ajaran. Aktivitas

dakwah menargetkan terjadinya perubahan, baik individu, maupun

kelompok penggunaan berbagai saluran, termasuk pemilihan bahasa

dan logika yang digunakan, pemanfaatan media cetak ataupun

elektronik, serta beragam media sosial lainnnya, dimaksudkan untuk

mempermudah proses perubahan tersebut. Proses dakwah sendiri

pada dasarnya merupakan komunikasi sosial yang dilakukan untuk

melakukan perubahan. (Muhtadi, 2012: 45)

Dakwah mempunyai tujuan umum, yaitu sesuatu yang

hendak dicapai dalam seluruh aktivitas dakwah, salah satunya adalah

tersampaikannya pesan atau gagasan kepada khalayak. Untuk

mencapai tujuan tersebut, maka seorang juru dakwah harus memiliki

metode atau teknik.

F. Langkah – Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian, sering pula disebut prosedur

penelitian atau metodologi penelitian, secara garis besar mencangkup

kegiatan penentuan: lokasi penelitian, metode penelitian, populasi dan

sampel, jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data, serta cara

pengolahan atau analisis data yang akan ditempuh

1. Lokasi Peneletian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa

Cukangjaguna Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya.

a. Alasan Akademis

Lokasi ini dipilih berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Menarik untuk diteliti Respon Masyarakat terhadap Mubaligh

13
dalam berdakwah di Desa Cukangjayaguna Kecamatan Sodonghilir

Kabupaten Tasikmalaya, sehingga memudahkan dalam proses

pengumpulan data.

b. Alasan Praktis

Lokasi ini selain strategis juga mudah dijangkau,

sehingga memudahkan peneliti dalam pengambilan data

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif. Dalam metode ini, peneliti memberikan

gambaran mengenai bagaimana bentuk kegiatan dakwah, proses

pelaksanaan kegiatan dakwah, Materi dakwah dan probematika

dakwah di Desa Cukangjayaguna.

3. Jenis Data

Secara kualitatif jenis data dalam penelitian ini adalah:

a. Respon Masyarakat terhadap penyampaian Materi Dakwah

b. Faktor pendukung dan penghambat terhadap respon Masyarakat

c. Pengaruh terhadap kehadiran Masyarakat

4. Sumber Data

Sumber data yang dicari adalah sumber data primer. Data

yang diperoleh dari beberapa informan yaitu;

a. Ketua MUI Desa Cukangjayaguna Kecamatan Sodonghilir

b. Ketua Ranting NU Desa Cukangjayaguna Keacamatan

Sodonghilir

c. Para Ustadz atau Mubaligh di masjid masjid yang terjangkau

oleh peneliti

d. Ibu – Ibu Majelis Taklim

14
e. Masyarakat

5. Tekhnik Pengumpulan Data

Pada umumnya teknik pengumpulan data dalam penelitian

terdiri dari 4 jenis yaitu: Observasi, wawancara, angket, dan

dokumentasi (Dewi Sadiah, 2015:87).

Dalam penelitian ini penulis akan mengumpulkan data

dengan jenis sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang

sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Secara intensif

teknik observasi ini dilakukan dengan mengikuti kegiatan –

kegiatan keagamaan seperti majelis taklim mingguan, bulanan

atau pengajian yang di lakukan di Desa Cukangjayaguna

b. Wawancara

Dalam tahapan ini, peneliti melakukan wawancara

kepada Ketua MUI, Ketua Ranting NU, dan Masyarakat untuk

mencari informasi yang akan diteliti oleh peneliti.

c. Dokumentasi

Seperti yang tertulis di buku Panduan Skripsi Dakwah

& Komunikasi tahun 2007 bahwa proses pengumpulan data

yang diperoleh melalui data. Peneliti melakukan dokumentasi

dengan memotret kegiatan- kegiatan yang dilakukan dalam

dakwah di Desa Cukangjayaguna Kecamatan Sodonghilir.

6. Analisis Data

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini,

15
kemudian dianalisis secara kulitatif, yaitu analisis yang dilakukan

secara interaktif dan berlagsung terus menerus sehingga datanya

sudah jenuh. Langkah-langkah analisis nya yaitu dengan cara:

a. Memeriksa semua data yang terkumpul, baik melalui

observasi, wawancara maupun dokumentasi, termasuk

dilakukan editing dan penyortiran terhadap data yang tidak

diperlukan

b. Menginterpretasi data-data yang telah diklasifikasikan sesuai

jenis masalah yang akan dijawab dalam penelitian.

c. Menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

d. Menyimpulkan hasil pembahasan dan penelitian, sehingga

dapat diperoleh jawaban terhadap masalah-masalah penelitian

yang diajukan.

16
BAB II

KAJIAN PUSTAKA TENTANG RESPON, MASYARAKAT,

MUBALIGH DAN DAKWAH

A. Kajian Konseptual

1. Respon

Respons adalah istilah psikologis yang digunakan untuk menyebut

reaksi terhadap rangsangan yang diterima oleh panca indera. Apa yang

mendukung dan menopang ukuran respons adalah sikap, persepsi, dan

partisipasi. Respons terhadap proses tersebut didahului oleh sikap seseorang

karena sikap tersebut adalah kecenderungan atau keinginan untuk

berperilaku dalam menghadapi stimulus tertentu. Jadi, bicarakan tanggapan

atau kurangnya tanggapan terlepas dari sikap diskusi. Respon juga

ditafsirkan sebagai perilaku atau sikap yang memanifestasikan dirinya

sebelum pemahaman rinci, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau

tidak suka serta penggunaan fenomena tertentu (Sobur, 2003)

Menurut (Mulyani, 2007: 87) secara umum, dapat dikatakan bahwa ada

tiga faktor yang mempengaruhi respons seseorang, yaitu: a) Orang yang

berkepentingan yang melihat dan mencoba memberikan interpretasi tentang

apa dia melihat, dia dipengaruhi oleh sikap, motif, minat, dan harapan. b)

Target respons, dalam bentuk seseorang, objek atau peristiwa. Karakteristik

target umumnya mempengaruhi respons orang-orang yang melihatnya.

Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindakan, dan karakteristik lain

dari target respons juga menentukan penampilan orang. c) Faktor-faktor

situasi, respons dapat dilihat secara kontekstual, yang berarti bahwa dalam

situasi di mana respons terjadi, ia mendapat perhatian. Situasi adalah faktor

yang berperan dalam pelatihan atau respons seseorang.

17
1.1. Faktor – Faktor yang membentuk respon

Seseorang dapat merespons jika penyebabnya ada. Ini harus

diketahui agar orang yang bersangkutan dapat menjawab dengan benar.

Pada proses awal, individu memegang respon tidak hanya dari stimulus

yang disebabkan oleh keadaan. Tidak semua stimuli kompatibel atau

menarik. Dengan demikian, hal itu akan direspon individu tergantung pada

rangsangannya juga tergantung pada kondisi individu itu sendiri. Dengan

kata lain, stimulus akan mendapatkan pemilihan dan individu akan

bergantung pada 2 faktor, yaitu (Bimo Walsito, 1999: 55):

1. Faktor internal

Itu adalah faktor yang ada dalam diri manusia sendiri mulai dari dua

elemen yaitu spiritual dan fisik. Seseorang yang memiliki respons terhadap

stimulus masih dipengaruhi oleh keberadaan dua elemen ini. Dalam hal

terjadi gangguan hanya pada salah satu elemen, itu akan menimbulkan hasil

tanggapan yang berbeda terhadap intensitas individu yang membuat

tanggapan atau tanggapan akan berbeda dari satu orang ke orang lain.

Elemen fisik atau fisiologis meliputi keberadaan, integritas dan cara kerja

atau mendeteksi organ, saraf, dan bagian otak tertentu. Unsur-unsur

spiritual dan fisiologis yang meliputi keberadaan dan perasaan, akal,

fantasi, perspektif mental, mentalitas, semangat, motivasi, dll.

2. Faktor eksternal

Yaitu faktor-faktor yang ada di lingkungan. Faktor ini adalah

intensitas dan jenis stimulus atau menyebutnya faktor stimulasi. Bimo

Walgito dalam bukunya menyatakan bahwa faktor-faktor psikologis yang

terkait dengan objek menimbulkan rangsangan dan rangsangan akan

mempengaruhi organ sensorik.

18
1.2. Jenis Respon

Istilah respons dalam komunikasi adalah bahwa kegiatan komunikasi

yang harus memiliki hasil atau setelah komunikasi disebut efek. Aktivitas

komunikasi yang memberi efek dalam bentuk respons komunikasi terhadap

pesan yang dikirimkan oleh komunikator. Menurut Steven M. Chaferespon,

yang dikutip oleh para peneliti dari (Jalaludin Rahmat, 2013: 166) dibagi

menjadi tiga bagian: a) Kognitif: apa yang dimaksud dengan respons

kognitif adalah respons yang terkait erat dengan pengetahuan seseorang dan

informasi tentang sesuatu. Tanggapan ini terjadi ketika ada perubahan

dalam apa yang dipahami oleh publik. b) Afektif: apa yang dimaksud

dengan respons emosional adalah respons yang terkait dengan emosi, sikap,

dan menilai seseorang dalam kaitannya dengan sesuatu. c) Konatif

(psikomotor): apa yang dimaksud dengan psikomotor adalah respons yang

dikaitkan dengan perilaku nyata yang mencakup tindakan atau kebiasaan.

Sebagaimana menurut Agus Sujanto (2004: 31-32), jenis-jenis

respons dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1) Respon sesuai dengan

indera yang mengamati, yaitu: a) Respon pendengaran, yaitu respon

terhadap apa yang telah didengarnya, baik dalam bentuk suara, kekuatan

dan lain-lain. b) Respons visual, respons terhadap sesuatu yang dilihat. c)

Rasakan respons, yaitu respons terhadap sesuatu yang telah mereka alami.

2) Respon tergantung pada kejadiannya, yaitu: a) Respon terhadap memori,

yaitu respon terhadap sesuatu yang diingat. b) Respons yang fantastis, yaitu

respons terhadap sesuatu yang dibayangkan. c) Respons pikiran, yang

merupakan respons terhadap sesuatu yang dipikirkan seseorang. 3) Respons

sesuai dengan lingkungannya, yaitu: a) Respons objek, yaitu tanggapan

terhadap objek yang mendekati atau berada di dekatnya. b) Respons kata,

19
yaitu respons terhadap kata-kata yang telah didengar atau dilihat.

1.3. Macam – Macam Respon

Secara umum akibat atau hasil mencakup tiga aspek, yaitu:


Kognitif, Afektif, Konatif. Efek kognitif berhubungan dengan
pengetahuan yang melibatkan proses berfikir, memecahkan masalah, dan
dasar keputusan. Efek afektif berhubungan dengan rasa suka atau tidak
suka, opini, sikap. Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku
atau tindakan.Berdasarkan teori yang dikutip dari psikologi komunikasi
karangan Jalaluddin Rahmat. Respon di bagi menjadi tiga yaitu :

1) Respon kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang


diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Respon ini
berkaitan dengan dengan tranmisi pengetahuan, keterampilan,
kepercayaan atau informasi.

2) Respon afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang


dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Respon ini ada
hubungan dengan emosi, sikap, atau nilai.

3) Respon behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat


diamati yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau
kebiasaan perilaku.
Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value
complex), mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilaikehidupan
sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi(internasionalisasi) dan
menjadi pegangan nyata dan jelasdalam mengataur kehidupannya sendiri.
Dari beberapa respon diatas yang diartikan sebagai tanggapandapat
dibedakan berdasarkan alat indera yang digunakan, menurutterjadinnya
maupun menurut lingkungannya.
2. Teori (Teori SOR)

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organism –


Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga
teori komunikasi, tidak mengherankan, Karena objek material dari
psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya
meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan

20
konasi.

Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi


khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseirang dapat mengharapkan
dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi jadi
unsur-unsur dalam model ini adalah :
a. Pesan (stimulus, S)

b. Komunikasi (Organisasi, O)

c. Efek (Response, R)

Dalam proses komunikasi berkenan dengan perubahan sikap adalah

aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate,

dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap

komunikan.

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah

hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta

pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelly yang

menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variable

penting yaitu :

a. Perhatian

b. Pengertian

c. Penerimaan

21
Apabila digambarkan teori SOR adalah sebagai berikut :

Stimulus Organisme
(Pesan) a. Pengertian
b. Perhatian
c. penerimaan

Response
(perubahan sikap)

Gambar 2.1 Teori SOR

Gambar di atas menunjukan bahwa pesan yang disampaikan


kepada komunikan dapat juga ditolak, komunikasi akan
berlangsung jika komunikan akan menaruh pehatian setelah itu
pengertian, lalu kemampuan komunikan menerima dan mengelola
inilah yang pada melanjutkan ke proses berikutnya yang kemudian
melahirkan respon.
Komponen dalam model S-O-R:
a. Pesan (Stimulus, S)
Stimulus, yaitu berupa rangsangan yang didalamnya
mengandung pesan- pesan atau gagasan.
b. Komunikan (Organisme, O)
Organisme, yaitu individu atau komunikan yang akan menjadi
objek proses komunikasi persuasif. Organisme merupakan
mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
stimulus atau rangsangan yang akan diterima serta dianggap
oleh khalayak dan diproses melalui tiga tahapan, yaitu:

1) Perhatian (attention)
Perhatian merupakan penyesuaian organ-organ
penginderaan dan sistem syaraf sentra bagi stimulasi
maksimal. Perhatian juga merupakan suatu proses
mereaksi secara istimewa terhadap suatu rangsangan atau

22
sederet perangsang.
2) Pengertian (understanding)
Pengertian berarti proses memahami atau kemampuan
individu memahami makna atau arti. Seperti, perasaan
suka terhadap titik pandang orang lain.
3) Penerimaan (acceptance)
Penerimaan merupakan pengakuan atau penghargaan
terhadap nilai- nilai individual, tanpa menyertakan
pengakuan terhadap tingkah lakunya atau tanpa
keterkaitan emosional yang terdapat dipihak terapis yang
berangkutan dan biasanya ditandai dengan sikap positif
atau menolak.

c. Efek (Response, R)

Respon, yaitu berupa efek yang akan terjadi sebagai


sebuah akibat dari adanya stimulus. Menurut Djalaludin
Rakhmat, respon adalah suatu kegiatan (activity) dari organisme
itu bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif, setiapjenis
kegiatan (activity) yang ditimbulkan oleh suatu perangsang
dapat jugadisebut respon. Secara umum respon atau tanggapan
dapat diartikan sebagaihasil atau kesan yang didapat (ditinggal)
dari pengamatan tentang subjek,peristiwa atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan-pesan

Jadi, hubungan antara teori S-O-R dengan respon adalah


media massa (televisi) menimbulkan efek yang terarah, segera
dan langsung terhadap komunikan bisa berlangsung secara
positif atau negatif.
3. Masyarakat

3.1. Pengertian Masyarakat


Salah satu definisi dari masyarakat pada awalnya adalah " a union

of families" atau masyarakat merupakan gabungan atau kumpulan dari

keluarga-keluarga. Awal dari masyarakat pun dapat kita katakan berasal

dari hubungan antar individu, kemudian kelompok yang lebih membesar


23
lagi menjadi suatu kelompok besar orang-orang yang disebut dengan

masyarakat (Khairuddin, 2008).

Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup

karena proses masyarakat. Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi

yang kontinyu antar individu. Dalam kehidupan bermasyarakat selalu

dijumpai saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan

kehidupan bermasyarakat (Soetomo, 2009).

Istilah Masyarakat (Society) artinya tidak diberikan ciri-ciri atau

ruang lingkup tertentu yang dapat dijadikan pegangan, untuk mengadakan

suatu analisa secara ilmiah. Istilah masyarakat mencakup masyarakat

sederhana yang buta huruf, sampai pada masyarakat-masyarakat industrial

moderen yang merupakan suatu negara. Istilah masyarakat juga digunakan

untuk menggambar kelompok manusia yang besar, sampai pada kelompok-

kelompok kecil yang terorganisasi (Soekanto, 1983).

Definisi Masyarakat adalah golongan besar atau kecil yang terdiri

dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara

golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Istilah Masyarakat

kadang-kadang digunakan dalam artian "gesellaachafi" atau sebagai

asosiasi manusia yang ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu yang terbatas

isinya, sehingga direncanakan pembentukan organisasi- organisasi tertentu

(Soekanto, 1983). Masyarakat adalah kelompok manusia yang sengaja

dibentuk secara rasional untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu.

Suatu totalitas dari orang-orang yang saling tergantung dan yang

mengembangkan suatu kebudayaan tersendiri juga disebut masyarakat.

Walaupun penggunaan istilah-istilah masyarakat masih sangat samar-

samar dan umum, akan tetapi hal itu dapat dianggap indikasi dari hakikat

24
manusia yang senantiasa ingin hidup bersama dengan orang-orang lain.

Bagaimanapun juga penggunaan istilah masyarakat tak akan mungkin

dilepas dari nila-nilai, norma-norma tradisi, kepentingan-kepentingan, dan

lain sebagainya. Oleh karena itu pengertian masyarakat tak mungkin

dipisahkan dari kebudayaan dan kepribadian (Soekanto, 1983).

Berdasarkan pengertian menurut pendapat diatas maka dapat

disimpulkan masyarakat adalah hubungan satu orang/sekelompok orang-

orang yang hidup secara mengelompok maupun individu dan berinteraksi

satu sama lain saling pengaruh dan mempengaruhi menimbulkan

perubahan sosial dalam kehidupan.

3.2. Ciri – Ciri Masyarakat

Suatu masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama

manusia, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri dari

dua orang.

a. Bergaul dalam waktu cukup lama, sebagai akibat hidup bersama

itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang

mengatur hubungan antar manusia.

b. Adanya kesadaran bahwa setiap manusia merupakan bagian dari

suatu kesatuan.

c. Menghasilkan kebudayaan yang mengembangkan kebudayaan

Soekanto, 1983)

3.3. Syarat Fungsional Masyarakat

Suatu masyarakat akan dapat dianalisa dari sudut syarat-

syarat fungsionalnya, yaitu :

a. Fungsi adaptasi yang menyangkut hubungan antara masyarakat

25
sebagai sistem sosial dengan sub - sistem organisme perilaku dan

dengan dunia fisiko organik. Hal ini secara umum menyangkut

penyesuaian masyarakat terhadap kondisi-kondisi dari lingkungan

hidupnya ( Soekanto, 1983).

b. Fungsi integrasi hal ini mencakup jaminan terhadap koordinasi

yang diperlukan antara unit-unit dari suatu sistem sosial,

khususnya yang berkaitan dengan kontribusi pada organisasi dan

berperannya keseluruhan sistem.

c. Fungsi mempertahankan pola hal ini berkaitan dengan hubungan

antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub - sistem

kebudayaan. Hal itu, berarti mempertahankan prinsip - prinsip

tertinggi dari masyarakat. Oleh karena itu diorientasikan pada

realita yang terakhir.

d. Fungsi pencapaian tujuan. Hal ini menyangkut hubungan antar

masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub - sistem aksi

kepribadian. Fungsi ini menyangkut penentuan tujuan - tujuan yang

sangat penting bagi masyarakat, dan mobilisasi masyarakat untuk

mencapai tujuan- tujuan tersebut.

3.4. Pembagian Masyarakat

Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan

pembagian dalam :

a. Masyarakat paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan,

masyarakat pengungsi atau pelarian dan sebagainya kedalam

(kelompoknya) bersifat Gemeinschaft keluar bersifat

Gesellschaft.

b. Masyarakat merdeka yang terbagi dalam :

26
1. Masyarakat alam yaitu yang terjadi dengan sendirinya. Suku

golongan atau suku yang bertalian karena darah atau

keturunan umumnya yang masih sederhana sekali

kebudayaannya dalam keadaan terpencil atau tak mudah

berhubungan dengan dunia luar umumnya bersifat

Gemeinschaft.

2. Masyarakat budidaya terdiri karena kepentingan keduniaan

atau kepercayaan (keagamaan) antara lain kongsi

perekonomian, koperasi, gereja dan sebagainya umumnya

bersifat Gessellsechaft (Shadily, 1993).

4. Mubaligh dan Mubaligoh


4.1. Pengertian Mubaligh
Di dalam bahasa arab, kata tablig berasal dari kata kerja ballagha -

yuballighu - tablighan yang berarti menyampaikan sesuatu pengertian

kepada orang lain. Dalam hal ini tentu penyampaian ajaran Islam yang

bersumber dari Al-Quran dan Hadits kepada segenap manusia. orang yang

menyampaikan ajaran tersebut disebut dengan mubalig 9 Secara

gramatikal, kata mubalig merupakan isim fa'il, yang berarti orang yang

menyampaikan ajaran Allah dan rasul kepada orang lain. Subandi

mengemukakan yang dimaksud tabligh adalah penyampaian dan

pemberitaan ajaran Islam kepada umat manusia. 10 Dengan penyampaian

itu maka pemberita menjadi terbebas dari kewajibannya (menyampaikan)

dan pihak penerima menjadi terikat.

Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa

mubalig mempunyai dua arti “(1) pengantar dalam salat berjamaah, yaitu

mengundangkan takbir agar kedengaran oleh makmum (2) orang yang

menyiarkan (menyampaikan) ajaran agama Islam Pemahaman mengenai


27
mubalig pada dasarnya tidaklah asing bagi kita, selain kita pun terlebih

dahulu banyak tahu mengenai definisi mubalig, kita pun merupakan

seorang yang diperintahkan Allah SWT untuk menyampaikan ajaran Islam

kepada segenap manusia lainnya. Jadi pada intinya kita adalah seorang

mubalig. Mubalig dalam arti luas mempunyai pengertian setiap orang yang

mampu menyampaikan ajaran kepada orang lain.

4.2. Peranan dan Fungsi Mubaligh

Peranan secara umum dapat diartikan bagian yang dimainkan

seorang pemain atau tindakan yang dilakukan seorang dalam suatu

peristiwa Menurut Abu Ahmadi peranan adalah suatu kompleks

pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan

berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.

Begitu pula bila dikaitkan dengan mubalig berdasarkan status dan fungsi

sosialnya di masyarakat yaitu menyampaikan ajaran Islam kepada umat,

agar umat mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Menurut Helmy, ada 3 faktor yang menjadi peranan mubalig, yaitu:

a. Seorang mubalig ibarat seorang pedagang yang untuk mencapai

kesuksesannya harus; mengetahui dan menguasai keadaan dan

sifatsifat masyarakat dan memiliki kecakapan dalam

menyampaikan apa yang akan ia sampaikan.

b. Seorang mubalig harus berperan sebagai dokter dimana dia

harus mengetahui nama penyakit pasien, menentukan obat yang

tepat, dan mengerti cara menggunakan alat kedokteran.

c. Mubalig di ibaratkan sebagai seorang petani, ia harus

mengetahui macam dan sifat tanah yang akan ditanami memilih

benih yang sesuai dengan tanah, dan mengetahui cara

28
menyebar, menanam dan memelihara.

Disamping adanya peranan mubalig yang harus dijalankan, ia pun

mempunyai fungsi yang sangat menentukan. Menurut Yaqub fungsi

mubalig itu antara lain:

a) Meluruskan i'tikad. Tidak sedikit dalam kepercayaan

masyarakat adanya I'tikad yang menyalahi tuntunan Allah dan

Rasul-Nya seperti kepercayaan syirik atau menduakan Allah

serta hal-hal lain yang keluar dari ajaran Islam. dalam hal ini

mubalig bertugas untuk mengembalikan kepercayaan umat atau

membersihkan syirik di hati mereka.

b) Mendorong dan merangsang untuk beramal. Seseorang akan

terdorong hatinya untuk melaksanakan shalat, zakat, puasa atau

ibadah yang lainnya. Jika ia menyadari betul betapa nikmatnya

ibadah itu dan nikmatnya melaksanakan perintah- perintah

Allah itu. Dalam hal ini mubalig harus mengemukakan

argument yang mantap, ramah dan juga terarah yang dapat

menimbulkan gairah untuk beramal.

c) Membersihkan jiwa. Tidak cukup manusia disebut baik dalam

lahiriahnya saja, sedangkan batinnya kotor. Karena itu mubalig

bertugas memberikan santapan rohani untuk kebersihan jiwa

umat dari berbagai penyakit, seperrti hasud, iri, dengki dan lain

sebagainya yang merupakan penyakit hati.

d) Mengokohkan pribadi. Kepribadian adalah psychis yang

dimanifestasikan oleh individu dalam berhubungan dengan

lingkungannya. Tujuan mubalig mengokohkan kepribadian

adalah untuk mengisi atau mengisi kepribadiannya agar

29
diwarnai dengan nilai-nilai agama.

e) Mengokohkan pribadi. Kepribadian adalah psychis yang

dimanifestasikan oleh individu dalam berhubungan dengan

lingkungannya. Tujuan mubalig mengokohkan kepribadian

adalah untuk mengisi atau mengisi kepribadiannya agar

diwarnai dengan nilai-nilai agama.

f) Membina persatuan dan persaudaraan. Membina persatuan dan

persaudaraan dalam masyarakat adalah kebutuhan primer bagi

umat untuk menjamin ketentraman dan mencapai kemajuan.

g) Menolak kebudayaan yang datang dari luar Islam yang akan

mengakibatkan hancurnya etika umat Islam, karena sedikit

budaya yang mampu membuat budaya orang Islam lupa akan

siapa dirinya.

Disamping itu, Helmy menguraikan bahwa mubalig adalah sebagai

juru penerang yang meliputi :

a) Mubalig dengan tablighnya yang terarah merupakan alat yang

ampuh untuk menimbulkan partisifasi masyarakat dalam

meyakinkan mereka.

b) Sesungguhnya mubalig menghadapi masalah-masalah yang

lebih sulit sehingga bagi mereka diperlukan syarat-syarat

khusus yang disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi

c) Mubalig sudah semestinya menjelaskan tentang hakikat Islam

d) Mubalig sebagai pemimpin agama memegang peranan penting

dalam menghidupkan dan menumbuhkan partisifasi umat yang

didasarkan atas kesadaran dan keyakinan.

5. Dakwah

30
5.1. Pengertian Dakwah

Dakwah adalah upaya memanggil, menyeru dan mengajak manusia

menuju jalan Allah SWT atau ajakan kepada agama-Nya yaitu Islam.

Pemahaman ini sejalan dengan penjelasan Allah dalam Q.S Yusuf ayat 108

ُّ ‫قُلْ يَآَأيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َجآ َء ُك ُم ْال َح‬


َ ‫ق ِمن َّربِّ ُك ْم فَ َم ِن ا ْهتَدَى فَِإنَّ َما يَ ْهتَ ِدى لِنَ ْف ِس ِه َو َمن‬
‫ض َّل فَِإنَّ َما‬

ٍ ‫ضلُّ َعلَ ْيهَا َو َمآَأنَا َعلَ ْي ُك ْم بِ َو ِك‬


‫يل‬ ِ َ‫ي‬

"Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang

mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata,

Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik."

(Depag RI 2007: 248)

Dalam pandangan Ibn Taimiyah, dakwah dalam arti seruan kepada

al-Islam itu adalah seruan untuk beriman kepada-Nya dan pada ajaran yang

dibawa para utusan-Nya, membenarkan berita yang mereka sampaikan, dan

menurutiti perintab Nya.

Sedangkan dalam pandangan Syaikh Ali Mahfuzh Muhammad

Abduh dalam buku Quanturm Dakwah (Sukayat, 2009. 1-3) memberi

batasan mengenai dakwah sebagai: "membangkitkan kesadaran manusia di

atas kebaikan dan bimbingan, menyuruh berbuat makruf dan mencegah

dari perbuatan yang keberuntungan, mungkar, supaya mereka memperoleh

kebahagiaan di dunia dan di akhirat".

Dalam pendekatan psikologi komunikasi melihat aktivitas dakwah

sebagai proses membangkitkan motivasi untuk melakukan sesuatu tindakan

yang dinilai benar menurut ajaran. Aktivitas dakwah menargetkan terjadinya

perubahan, baik individu, maupun kelompok penggunaan berbagai saluran,

termasuk pemilihan bahasa dan logika yang digunakan, pemanfaatan media

cetak ataupun elektronik, serta beragam media sosial lainnnya, dimaksudkan

31
untuk mempermudah proses perubahan tersebut. Proses dakwah sendiri pada

dasarnya merupakan komunikasi sosial yang dilakukan untuk melakukan

perubahan. (Muhtadi, 2012: 45)

Dakwah mempunyai tujuan umum, yaitu sesuatu yang hendak

dicapai dalam seluruh aktivitas dakwah, salah satunya adalah

tersampaikannya pesan atau gagasan kepada khalayak. Untuk mencapai

tujuan tersebut, maka seorang juru dakwah harus memiliki metode atau

teknik. Pada zaman seperti saat ini, dipandang perlu untuk melakukan

inovasi dalam teknik dakwah salah satunya berdakwah menggunakan

melalui Sinetron.

a. Pengertian Pesan Dakwah

Pesan menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1999: 761),

memiliki arti perintah, nasihat, permintaan, amanat yang disampaikan lewat

orang lain. Sedangkan dalam sudut pandang komunikasi pesan diartikan,

“apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pengertian ini

berdasakan kepada lima unsur komunikasi Lasswell yang salahsatu unsur

tersebut adalah pesan” (Deddy Mulyana, 2005:63). Pesan disini merupakan

seperangkat symbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai,

gagasan dan apa yang dimaksud oleh sumber.

Dalam sudut pandang ilmu dakwah, pesan (maudhu) adalah suatu

materu atau segala sesuatu yang disampaikan da’i (subjek dakwah) kepada

mad’u (objek dakwah), yang mana pesan tersebut berisi keseluruhan ajaran

Islam yang ada di dalam kitabullah maupun sunnah Rasulullah. Atau disebut

juga al-haq (kebenaran yang hakiki) yaitu al-Islam yang bersumber dari Al-

Qur’an (Enjang AS dan Aliyudin, 2009: 80). Dalam Al-Qur’an Allah SWT

berfirman mengenai makna pesan dalam QS. Al-Isra ayat 105 :

32
َ ‫ا‬SSَ‫ ن‬S‫ ْل‬S‫ َس‬S‫ر‬Sْ ‫م ا َأ‬Sَ S‫و‬Sَ Sۗ S‫ل‬Sَ S‫ز‬Sَ Sَ‫ ن‬SِّS‫ ق‬S‫ال َح‬S
S‫ ا‬S‫ ًر‬S‫ ي‬S‫ ِذ‬Sَ‫ ن‬S‫و‬Sَ S‫ ا‬S‫ر‬Sً S‫ ِّش‬S‫م َب‬Sُ ‫ ِإ اَّل‬S‫ك‬ Sْ Sِ‫ ب‬S‫و‬Sَ Sُ‫اه‬SSَ‫ل ن‬Sْ S‫ َز‬S‫ َأ ْن‬SِّS‫ ق‬S‫ح‬Sَ ‫ال‬S
Sْ Sِ‫ ب‬S‫َو‬

Dan Kami turunkan (Al Quran) itu dengan sebenar-benarnya dan Al Quran itu

telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus

kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi

peringatan. (Depag RI, 2012: 283).

Kata dakwah sendiri, secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu

dari kata da’a – yad’u – da’watan, yang berarti seruan, panggilan, undangan

atau do’a. sedangkan untuk memahami pengertian dakwah secara istilah,

dapat mengambil isyarat dari salahsatu ayat Al-Qur’an surat An- Nahl ayat

125 :

S‫ي‬ َّ Sِ‫ ب‬S‫ ْم‬Sُ‫ل ه‬Sْ S‫ ا ِد‬S‫ َج‬S‫ َو‬Sۖ S‫ ِة‬Sَ‫ ن‬S‫ َس‬S‫ل َح‬SSْ ‫ ا‬S‫ ِة‬S‫ظ‬
َ S‫ ِه‬S‫ ي‬Sِ‫ت‬S‫ال‬S َ S‫ع‬Sِ S‫و‬Sْ S‫ل َم‬SSْ ‫ ا‬S‫ َو‬S‫ ِة‬S‫ َم‬S‫ ْك‬S‫ال ِح‬S
Sْ Sِ‫ ب‬S‫ك‬
Sَ SِّS‫ ب‬S‫ َر‬S‫ ِل‬S‫ب ي‬Sِ S‫ َس‬S‫ى‬Sٰ ‫ل‬Sَ ‫ ِإ‬S‫ع‬
ُ S‫ ْد‬S‫ا‬

َ S‫ن‬Sْ S‫ َم‬Sِ‫ ب‬S‫ ُم‬Sَ‫ ل‬S‫ َأ ْع‬S‫ َو‬Sُ‫ ه‬S‫ك‬


S‫ َو‬Sُ‫ ه‬S‫ َو‬Sۖ S‫ ِه‬Sِ‫ل‬S‫ ي‬S‫ ِب‬S‫ َس‬S‫ن‬Sْ S‫ َع‬SَّS‫ ل‬S‫ض‬ َ SَّS‫ ب‬S‫ َر‬S‫ ِإ َّن‬Sۚ S‫ن‬Sُ S‫ َس‬S‫ح‬Sْ ‫َأ‬

Sْ Sِ‫ ب‬S‫ ُم‬Sَ‫ ل‬S‫ع‬Sْ ‫َأ‬


Sَ‫ن‬S‫ ي‬S‫ ِد‬Sَ‫ ت‬S‫ ْه‬S‫ال ُم‬S

“serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik, dan bantahlah dengan cara yang baik pula. Sesungguhnya

Tuhan-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui tentang orang-orang yang

menadapat petunjuk”

Berdasarkan ayat diatas, dipahami bahwa pesan dakwah adalah apa

yang dikomunikasikan kepada khalayak untuk mengajak manusia tersebut

kepada jalan Allah (sisitem Islam) secara menyeluruh, baik dengan lisan,

tulisan maupun dengan perbuatan sebagai ikhtiar seorang muslim

mewujudkan nilai-nilai ajaran Islam dalam realitas kehidupan pribadi,

keluarga dan masyarakat dalam semua segi kehidupan secara menyeluruh

sehingga terwujud khairul ummah (masyarakat madani). (Enjang AS. dan

Aliyudin, 2009: 5)
33
Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

yang disebut pesan dakwah yaitu seluruh ajaran Islam yang sering disebut

juga syari’at Islam. Ajaran Islam sebagai kebenaran hakiki yang diturunkan

Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Dan pada ayat

diatas, dalam QS. An-Nahl ayat 125, pesan dakwah disebut sebagai sabili

rabbika (jalan Tuhan). (Enjang dan Aliyudin, 2009: 81)

b. Unsur-Unsur Pesan Dakwah

Menurut Wahyu Illahi, dalam komunikasi dakwah pesan terdiri atas

lambang, akan tetapi lambang yang digunakan dalam komunikasi dakwah

bisa bermacam-macam. Lambang yang biasa digunakan ialah bahasa,

gambar visual dan lain sebagainya.

Seperti halnya pesan dakwah dalam sebuah dongeng, penyiar

dongeng menuangkan pesan-pesan tersebut dalam symbol-simbol verbal

berupa kata-kata dan bahasa yang diucapkan. Dalam hal ini symbol

terpenting adalah bahasa, karea hanya bahasalah yang dapat

mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta dan opini, dan hal yang konkret

maupun abstrak.

Dakwah dalam prosesnya akan melibatkan unsur-unsur dakwah itu

sendiri yang berbentuk secara sistematik, dalam arti akan berkaitan antara

unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. Unsur dakwah artinya berbagai

elemen penting yang harus ada sebagai proses dakwah itu sendiri. Secara

sederhana, Enjang dan Aliyudin (2009: 73) merumuskan unsur-unsur

dakwah tersebut kedalam skema sebagai berikut :

1. Da’i (subjek dakwah)

2. Pesan dakwah (maudhu)

3. Metode dakwah (uslub)

34
4. Media dakwah (wasilah)

5. Mad’u (objek dakwah)

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing unsur dakwah tersebut :

1) Da’i (Subjek Dakwah)

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), da’i diartikan sebagai

orang yang memiliki kegiatan berdakwah, pendakwah, melalui kegiatan

para da’i menyebarluasakan ajaran Islam. Jadi da’i adalah orang yang

mengajak orang lain kepada jalan Allah baik secara langsung ataupun tidak

langsung, melalui lisan, tulisan dan perbuatan untuk mengamalkan ajaran-

ajaran Islam atau menyebarluaskan ajaran Islam. Da’i dalam posisi ini

disebut subjek dakwah, yaitu pelaku dakwah yang sennantiasa aktif

menyebarluaskan misi teologis Islam. (Enjang dan Aliyudin, 2009, 74)

Moh. Ali Aziz mengatakan bahwa pendakwah adalah orang yang

melakukan dakwah. Dalam ilmu komunikasi da’i adalah komunikator, yaitu

orang yang menyampaikan pesan komunikasi kepada komunikan atau

penerima pesan. Karena dakwah dapat dilakukan dengan tulisan, lisan,

maupun perbuatan, maka penulis keislaman, penceramah, mubaligh, guru

ngaji dan sejenisnya bisa dikatakan sebagai Da’i.

Keefektifan komunikasi dakwah tidak saja ditentukan oleh

kemampuan berkomunikasi, tetapi juga oleh diri komunikator. Fungsi da’i

sebagai komunikator dalam mengutarakan pemikiran dan perasaannya

dalam bentuk pesan untuk membuat mad’u sebagai komunikan menjadi tahu

dan berubah sikap, pendapat, dan perilakunya. (Wahyu Ilahi, 2010 : 77)

2) Maudu (Pesan Dakwah)

Dalam konteks Ilmu komunikasi pesan dakwah adalah message,

yaitu symbol-simbol yang verbal dan nonverbal. Pada dasarnya yang

35
menjadi materi atau pesan dakwah adalah al-Islam itu sendiri, sebab

semuanya ajaran Islam dapat dijadikan pesan dakwah. Maka maudu atau

pesan dakwah adalah seluruh ajaran islam yang lajim disebut syari’at Islam.

(Ali Aziz,2004:318)

3) Uslub (Metode Dakwah)

Menurut Nasrudin Razak sebagaimana dikutip Tata Sukayat

(2009:35), bahwa berdakwah tidak akan efektif tanpa adanya metode yang

pas untuk digunakan. Secara teoritis Al-Qur’an menawarkan metode yang

tepat dalam menegakan dakwah, yaitu dengan cara bijaksana (hikmah),

nasihat yang baik (al-mauidzah al-hasanah) dan berdiskusi yang baik

(mujadalah). Metode ini merupakan cara ampuh dalam menjalankan

dakwah bagi seorang da’i yang profesioanal dan objektif.

Metode dakwah pada dasarnya berpijak pada dua aktivitas, yaitu

aktivitas lisan/tulisan dan aktivitas badan/perbuatan. Dalam tataran teknis

aktivitas lisan dalam menyampaikan pesan dakwah dapat melalui ceramah,

diskusi, debat, dialog, petuah, nasihat, wasiat, ta’lim, peringatan, dan

sejenisnya. Sedangkan dalam melakukan dakwah melaui tulisan dapat

melalui media cetak seperti buku, majalah, Koran, pamphlet, dan

sejenisnya. Selanjutnya dalam menyampaikan pesan dakwah melalui badan

dapat berupa aksi amal sholeh, contohnya menolong, pengobatan,

pemberdayaan sumber daya manusia, lingkungan, penataan organisasi atau

lembaga keislaman.

4) Washilah (Media Dakwah)

Yaitu alat dalam menyampaikan pesan dakwah yang dilakukan da’i

kepada mad’u. ketika media dakwah adalah alat dakwah, maka bentuknya

adalah alat komunikasi. Akan tetai ada sarana lain selain alat komunikasi

36
tersebut, seperti tempat, infrastruktur, mesin, tempat duduk, alat tulis dan

sebagainya (Ali Aziz, 2012: 405-406)

Sekarang ini media dakwah semakin beragam, dari media tradisional

sampai ke media modern. Media tradisonal semisal mimbar, kentongan,

beduk, pagelaran seni dan sejenisnya. Sedangkan media dakwah modern

misalnya; surat kabar, majalah, buku, radio, film, televise, sinetron dan

sejenisnya. Semua itu dapat diklasifikasikan sebagai media dakwah baik

tulisan atau cetak, visual, audio, maupun audiovisual (Wahyu Ilaihi, 2010:

104).

Pada prinsipnya media dakwah adalah berbagai alat, sarana yang

dapat digunakan untuk pengembangan dakwah Ilam yang mengacu pada

kultur masyarakat dari yang tradisional sampai modern (Enjang dan

Aliyudin, 2009: 95-96).

5) Mad’u (Objek Dakwah)

Mad’u artinya objek dakwah yang diajak oleh da’i menuju jalan

Allah. Secara Istilah, menurut Al-Bayanuni seperti yang dikutip Tata

Sukayat (209:28), mengatakan bahwa: “Mad’u adalah objek dakwah, yaitu

manusia universal baik dalam jarak dekat maupun jauh, baik muslim

ataupun kafir, baik laki-laki maupun perempuan”

Karena Islam bersifat universal, maka objek dalwahpun adalah

manusia secara universal termasuk diri da’i itu sendiri. Manusia tidak hidup

sendiri tetapi membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya.

Dalam arti, manusia selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya.

c. Tujuan Dan Fungsi Pesan Dakwah

Dakwah hendaknya diarahkan pada pembentukan masyarakat baru

37
yang lebih relevan dengan ajaran Islam. Artinya mampu merubah

masyarakat yang mempunyai pemikiran sekuralis kapitalistik menjadi

masyarakat yang menganut agama Islam.

Dalam Al-Qur’an yang menyebutkan tentang tujuan pesan dakwah

terdapat dalam QS. Yusuf ayat 108

Sِ Sَ‫ ب‬S‫ى‬Sٰ Sَ‫ ل‬S‫ َع‬Sۚ Sِ ‫ هَّللا‬S‫ل ى‬Sَ ‫ ِإ‬S‫ و‬S‫ ُع‬S‫ َأ ْد‬S‫ ي‬Sِ‫ل‬S‫ب ي‬Sِ S‫ َس‬S‫ ِه‬S‫ ِذ‬Sَ‫ه‬Sٰ S‫ل‬Sْ Sُ‫ق‬
Sِ ‫ هَّللا‬S‫ن‬Sَ ‫ ا‬S‫ب َح‬Sْ S‫ ُس‬S‫ َو‬Sۖ S‫ ي‬Sِ‫ ن‬S‫ َع‬S‫ َب‬Sَّ‫ت‬S‫ ا‬S‫ن‬Sِ ‫م‬Sَ S‫و‬Sَ ‫ا‬SSَ‫ َأ ن‬S‫ ٍة‬S‫ َر‬S‫ ي‬S‫ص‬

ِ S‫ ْش‬S‫ل ُم‬SSْ ‫ ا‬S‫ن‬Sَ ‫م‬Sِ ‫ا‬SSَ‫م ا َأ ن‬Sَ S‫َو‬


Sَ‫ن‬S‫ ي‬S‫ ِك‬S‫ر‬

“Katakanlah, Inilah jalan (Agamaku)Ku, aku dan orang-orang yang

mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata, maha

suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.” (Depag RI,

2012: 238)

Menurut ayat diatas, salahsatu tujuan dakwah membentangkan jalan

Allah diatas bumi agar dilalui umat manusia. Dari ayat diatas Abdul Rasyid

Shaleh membagi tujuan dakwah menjadi dua bagian, yaitu tujuan utama

dakwah (ultimate goal) dan tujuan depertemental (intermediate goal).

(Enjang dan Aliyudin, 2009:98).

Sedangkan menurut Syukriadi Sambas yang dikutip oleh Enjang dan

Aliyudin (2009 :100) menjelaskan tujuan dakwah yang mengacu kepada Al-

Qur’an yaitu sebagai berikut :

1. Membebaskan manusia dari kegelapan hidup (zhulumat) kepada

jalan yang terang (nur).

2. Menegakan Shibghah Allah (celupan hidup dari Allah) dalam

kehidupan makhluk, yaitu suatu hidup yang dilandasi dengan

iman kepada Allah.

38
3. Menegakan fitrah insaniyah (kesucian manusia) yaitu berupa

tauhidullah, menjalankan fungsi manusia sebagai hamba dan

khalifah Allah.

4. Mengutamakan ibadah manusia sebagai hamba Allah yang

menjadi aktualisasi fitrahnya.

5. Meneruskan estafeta kenabian dan kerosulan.

6. Menegakan dan memelihara agama, jiwa, akal, generasi dan

sarana hidup.

Sementara fungsi dari dakwah itu sendiri yaitu memberikan jalan

agar manusia tidak tersesat dalam kehidupan didunia ini. Tanpa adanya

Islam umat Islam akan kehilangan arah dalam hidup ini. Dengan diutusnya

nabi Muhammad SAW. sebagai rahmat bagi seluruh alam, tidak hanya umat

Islam saja, Nabi Muhammad menunjukan jalan keselamatan bagi seluruh

makhuk seluruh manusia yang ada di muka bumi ini. Pertama, fungsi

dakwah sabagai sebuah petunjuk, mutlak dilakukan berdakwah agar umat

manusia khususnya umat Islam tidak tersesat dan juga penyejuk dalam

hidup. Karena Isla mengajarkan kedamaian dan kebenaran. Kedua, dengan

berdakwah maka ajaran Islam atau syariat Islam akan menyebar kesuluruh

penjuru dunia. Jika dakwah tidak dilakukan, maka tidak menutup

kemungkinan agama Islam akan lenyap di muka bumi ini. Ketiga, jika

dakwah terus dilakukan maka otomatis meregenerasi da’i selanjutnya.

Karena dakwah Islam berfungsi sebagai estafet bagi peradaban umat

manusia. (Ali Aziz, 2012: 113-116).

d. Dakwah dengan Media Televisi

Ketika media dakwah berarti alat dakwah, maka bentuknya adalah

alat komunikasi.. akan tetapi ada sarana lain selain alat komunikasi tersebut,

39
seperti tempat, infrastruktur, mesin, tempat duduk, alat tulis, alat

perkantoran, dan sebagainya. Sarana-sarana tersebut dapat dikelompokan

sebagai logistik dakwah. Logistik dakwah juga mencakup keuangan

dakwah. (Ali Aziz, 2012: 405).

Dakwah, pada dasarnya dimaksudnya untuk mempengaruhi orang

lain agar mampu melakukan perubahan, baik pikiran, perilaku, ataupun

kegiatan lainnya. Dalam hal ini cara berdakwah harus bisa efektif dan

efisien, salahsatunya yaitu berdakwah melalui media televisi.

Televisi memiliki kelebihan dalam menyampaikan pesan dakwah

yaitu sebagai berikut :

1) Dapat dilihat dan didengar oleh kelompok yang relative banyak.

2) Dapat mencapai lapisan masyarakat tertentu.

3) Jangkauan yang sangat luas.

4) Proporsi waktu untuk show lebih banyak.

Kelebihan lain yang dimiliki telivisi lainnya yaitu kemampuan menyajikan

berbagai kebutuhan manusia baik hiburan, informasi, bahkan pendidikan

dengan hasil yang memuaskan.

40
41
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Profil Desa Cukang Jayaguna

1. Letak Geografis

Wilayah Desa Cukangjayaguna berada di Kabupaten Tasikmalaya

yang mempunyai luas wilayah 1.347 Ha. Ha terdiri dari daratan, pesawahan

dan perbukitan. Secara administratif terbagi ke dalam 17 (tujuh belas)

Rukun Warga dan 38 (tiga puluh delapan) Rukun Tetangga. Sedangkan

dilihat dari georafisnya berada diwilayah selatan Kabupaten Tasikmalaya,

dengan batas-batas administratif sebagai berikut :

Batas Desa/kelurahan Kecamatan


Sebelah utara Desa Cukangkawung Sodonghilir
Sebelah selatan Desa Cipicung Culamega
Sebelah timur Desa Sukabakti Sodonghilir
Sebelah barat Desa Purwaraharja Bojonggambir
Secara Visualisasi, wilayah administratif dapat dilihat dalam Peta
Wilayah Desa Cukangjayaguna.
Peta Desa Cukangjayaguna

42
1.1. Tofografi

Desa Cukangjayaguna berada di ketinggian antara 729 – 823

meter di atas permukaan laut. Letak astronomis berada pada 07o

30’16.5” LS dan 108o 00’23.8” BT dengan curah hujan antara 2.000 -

3.000 mm.

1.2. Hidrologi dan Klimatologi

Desa Cukangjayaguna berada di ketinggian antara 729 – 823

meter di atas permukaan laut. Letak astronomis berada pada 07o

30’16.5” LS dan 108o 00’23.8” BT dengan curah hujan antara 2.000 -

3.000 mm.

2. Legenda dan Sejarah Desa

Desa Cukangjayaguna berdiri pada tanggal 28 Oktober 1980,

pemekaran dari Desa Cukangkawung dengan Kepala Desa yang pertama

yaitu Bapak Rohana. Desa Cukangjayaguna berasal dari dua kata yaitu

“Cukang” yang menurut bahasa sunda artinya Pameuntasan yang berarti

perlintasan atau penyebrangan dan yang kedua yaitu “Jayaguna” berarti

bercita-cita selalu dalam keadaan jaya serta selalu berguna dalam

mensejahtrakan rakyat.

Susunan Kepala Desa sejak tahun 1980 adalah sebagai berikut:


1. Bapak Rohana Dari tahun 1980
- 1983
2. Bapak Dana Munawar (PJS) Dari tahun 1983
- 1986
3. Bapak Dana Munawar Dari tahun 1986
– 1994
4. Bapak Mumun Tahun 1994
5. Bapak Endim Dari tahun 1994
- 2002

43
6. Bapak Ikin Sodikin Dari tahun 2002
- 2009
7. Bapak Cecep Soleh (PJS) Dari tahun 2009
- 2010
8. Bapak Ani Dari tahun 2010
– 2015
9. Bapak Kanda Suganda (PJS) Dari tahun
2015-2017
10. Bapak Ani Dari tahun 2017
- Sekarang

Tahun
No Peristiwa Terbaik Kejadin Buruk
Kejadian
Pembangunan SD komplek
1 1980 yaitu SD SACAWANGI dan
SD BEBEDAHAN
Pengangkatan Kepala Desa
Cukangjayaguna pertama
2 1980 yaitu Bapa Rohana, Beliau
pada saat itu sedang tugas di
Koramil Sodonghilir
Pembangunan Kantor Desa
Cukangjayaguna di Dusun
3 1980
Bebedahan, tepatnya di
Kampung Notog
Terjadi Peristiwa meletusnya Gunung
Galunggung, sehingga hampir
4 1982 semua rumah penduduk penuh
dengan Abu Vulkanik sampai
kurang Lebih 5 cm
Pindahnya Kantor Desa
Cukangjayaguna dari Dusun
5 1983 Bebedahan ke Dusun
Cibeber tepatnya di
Kampung Mekarsari
44
Pengurugan tanah untuk
6 1983 pembuatan Lapangan Sepak
Bola Desa Cukangjayaguna
Masyarakat Kedusunan Panarukan
Pindah ke Desa Cukangkawung
7 1984
karena merasa tidak puas dengan
hasil pemilihan kepala desa
Terjadi longsor yang sangat besar
yaitu di Dusun Bebedahan.
Dengan kejadian tersebut hampir
8 1994
semua rumah penduduk rusak dan
penduduk mengungsi di SD
Bebedahan.
Adanya Alat Transportasi
Umum ( Elf) jurusan
9 2004
Cukangjayaguna-
Tasikmalaya pertama
Banyakanya masyarakat yang merasa
tertipu dengan tidak
10 2008 terlaksankannya pelebaran listrik
padahal masyarakat sudah
membayar uang pendaftarannya.
Dibangunnya Sekolah
Menengah Pertama di Desa
Cukangjayaguna yaitu
11 2008
SMPN SATAP 2
Sodonghilir yang berlokasi
di Kp. Notog

45
Munculnya Kelompok Masyarakat
yang menamakan sebagai
“GEMAGUNA ( Gerakan
Masyarakat Peduli Jayaguna)”
dengan maksud untuk
Melengserkan jabatan Kepala
12 2009 Desa dengan berbagai macan
sebab. Dengan adanya Kelompok
Masyarakat tersebut akhirnya
Kepala Desa Lengser dari
jabatanya dengan melayangkan
surat pengunduran diri kepada
BPD.
Terjadinya Gempa Bumi yang
mengakibatkan puluhan rumah
13 2009
penduduk Rusak berat dan rusak
ringan.
Adanya Program PNPM-Mp
yang di dalamnya ada
Kelompok Simpan Pinjam
(SPP) yang terdiri dari
beberapa kelompok, maka
14 2013
Desa Cukangjayaguna
menjadi salah satu desa yang
lancar/baik dalam
pengembalian uang ke UPK
se kecamatan Sodonghilir.
Dari mulai tahun 2011-2015
Desa Cukangjayaguna selalu
juara pertama dan
mendapatkan penghargaan
15 2013-2015
dari Bupati Tasikmalaya
dalam pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan
( PBB ).
46
Adanya bantuan Dana Desa
yang bersumber dari
pemerintah pusat sehingga
16 2015- sekarang
pembangunan infrastruktur
di Desa Cukangjayaguna
meningkat secara signifikan
Kembalinya Kedusunan
Panarukan dari Desa
17 2018
Cukangkawung ke Desa
Cukangjayaguna
Pembukaan tempat rekrealisi di
area perhutani pada bulan
18 2018
September 2018 yang
bernama “ Bukit Gedogan”
3. Visi dan Misi

3.1. Visi

Berdasarkan kondisi saat ini dan tantangan yang akan dihadapi

dalam 6 tahun mendatang serta dengan mempertimbangkan modal dasar

yang dimiliki, maka Visi pembangunan Desa Cukangjayaguna tahun

2018-2024 adalah “Cukangjayaguna yang bernuansa islami, unggul

dan mandiri di bidang pertanian”

3.2. Misi

a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat yang beriman, bertaqwa dan


mandiri
b. Mewujudkan perekonomian yang tangguh berbasis kearifan local
c. Menyelenggarakan roda pemerintahan desa yang baik dan
professional
d. Menjalankan kerjasama yang harmonis antara pemerintahan desa
dan warga melalui penguatan kegiatan gotong royong
e. Mewujudkan infrastruktur yang merata dengan memperhatika
lingkungan yang asri dan lestari

47
f. Memupuk dan menumbuhkan rasa silih asah, silih asih, silih asuh
antar warga masyarakat
g. Mengoptimalkan sumber daya yang ada dan melengkapi sarana
prasarana yang menunjang kegiatan pembangunan
h. Menjalin kerjasama dengan desa lain atas dasar kebutuhan
masyarakat

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu modal dasar pembangunan,

sehingga Pendidikan adalah sebuah investasi (modal) di masa yang akan

datang. Adapun rincian mengenai jumlah Murid dan Guru tersebar

sebagaimana bisa kita lihat dalam tabel berikut ini :

Tabel : 8

Data Pendidikan/Sekolah Formal dan Non Formal

Desa Cukangjayaguna Tahun 2021

Jumlah
No Nama Sekolah Lokasi
Guru Murid
1 PAUD Miftahul Falah Jarnaujiah 4 9 Kp. Binong RT/RW 031/014
2 Paud Kober Assamsuriah 4 15 Kp. Legok Awi RT/RW 001/001
3 PAUD Kober Mabdaul Huda 5 23 Kp. Cibitung RT/RW 038/017
4 PAUD Kober Al Ula 4 18 Kp. Sukalillah RT/RW 037/016
5 PAUD Kober Nurul Huda 6 39 Kp. Legoktangkalak RT/RW 011/004
6 RA Assafriiyah 5 36 Kp. Notog RT/RW 012/004
7 RA Alhuda Jalaliah 6 23 Kp. Cikaso RT/RW 002/001
8 RA Nurul Ikhsan 4 23 Kp. Bangbayang RT/RW 031/014

9 RA Al-ikhlas 6 41 Kp. Mekarsari RT/RW 026/011


10 SDN Cikaso 9 61 Kp. Cikaso RT/RW 002/001
11 SDN Mekarsari 8 72 Kp. Mekarsari RT/RW 026/011
12 SDN Sacawangi 5 68 Kp. Notog RT/RW 012/004
13 SDN Bebedahan 7 70 Kp. Notog RT/RW 012/004
14 SDN Cimanglid 6 55 Kp. Panarukan RT/RW 037/015
15 MI Bangbayang 9 168 Kp. Binong RT/RW 031/014
48
16 SMPN Satu Atap 2 Sodonghilir 22 145 Kp. Notog RT/RW 012/004

5. Tempat peribadahan

Beribadah adalah kewajiban setiap makhluk begitu juga sarana dan

parasarana untuk melaksanakn peribadahan harus tersedia seperti halnya

di Desa Cukangjayaguna sarana tempat beribadah sudah dirangkum

dalam berbentuk table sebagi berikut :

Desa Cukangjayaguna Tahun 2021


No Jenis Jumlah Keterangan
I Masjid 16
2 Mushola 21
3 Langgar -
4 Madrasah 18
Tabel : 9
Data Nama Masjid dan DKM
Desa Cukangjayaguna
No Nama Masjid Alamat Nama Pengurus
DKM
1 Assamsuriah Dusun Cikaso RT/RW 001/001 Maosul
2 Al-Huda Jalaliah Dusun Cikaso RT/RW 003/002 Abdul Patah
3 Anni’mah Dusun Bebedahan RT/RW 008/003 Wahyudin
4 Assafriiyah Dusun Bebedahan RT/RW 012/004 Dede Nuryadi
5 Nurul Qomar Dusun Limusnunggal RT/RW 013/005 Aas Kostaman
6 Nurul Iman Dusun Limusnunggal RT/RW 015/006 Mohamad Dedi F
7 Al Istiqomah Dusun Limusnunggal RT/RW 014/005 Sobirin
8 Al Iztihad Dusun Mulyasari RT/RW 018/007 Gojali
9 Nurul Falah Dusun Cibeber RT/RW 022/010 Nunu
10 Nurul Huda Dusun Cibeber RT/RW 024/011 Oyon
11 Nurussaadah Dusun Cibeber RT/RW 026/012 Mitahudin
12 Miftahul Jannah Dusun Curug RT/RW 027/013 Abas
13 Miftahul Falah Jarnaujiah Dusun Burujul RT/RW 031/014 Eman
15 Miftahul Huda Dusun Burujul RT/RW 033/015 Ahmad Afendi
16 Al Fathurrohman Dusun Panarukan RT/RW 037/016 Hamim

49
17 Al Falah Dusun Panarukan RT/RW 038/017 H. Iip
6. Dusun RT dan RW

Desa Cukangjayaguna yang memiliki jumlah penduduk yang

sangatlah banyak tentunya terbagi kedalam beberapa Dusun sesuai

dengan table dibawah ini kedusunan di Desa Cukangjayaguna memiliki 8

(Delapan) kedusuanan, 17 (Tujuh Belas) Rukun Warga dan 38

(Tigapuluh delapan) Rukun Warga.

Desa Cukangjayaguna terdiri dari 8 Dusun, 17 RW dan 38 RT

No Dusun Jumlah
RT RW
1 Cikaso 7 2
2 Bebedahan 5 2
3 Limusnunggal 4 2
4 Mulyasari 4 2
5 Cibeber 6 3
6 Curug 4 2
7 Burujul 4 2
8 Panarukan 4 2
TOTAL DESA 38 17

B. Respon Masyarakat Desa Cukangjayaguna Terhadap Materi

yang disampaikan

Menurut (Mulyani, 2007: 87) secara umum, dapat dikatakan

bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi respons seseorang, yaitu:

a) Orang yang berkepentingan yang melihat dan mencoba

memberikan interpretasi tentang apa dia melihat, dia dipengaruhi

oleh sikap, motif, minat, dan harapan. b) Target respons, dalam

bentuk seseorang, objek atau peristiwa. Karakteristik target

umumnya mempengaruhi respons orang-orang yang melihatnya.

Dengan kata.

Respon masyarakat di Desa Cukangjayaguna tentunya


50
sangatlah Beragam seperti yang ditemuai oleh peneliti dari hasil

Wawancara dilapangan menyebutkan.

Responnya positif Masyarakat di Desa


Cukangjayaguna selalu antusias dalam menghadiri Majelis
ilmu, dan setiap warga sangat toleran terhadap perbedaan
madzhab, tidak seperti didaerah luar masih ada oknum-
oknum yang menghambat dalam mendakwahkan syiar islam
(Ustadz Aming Aminudin Ketua MUI Desa
Cukangjayaguna).

Dari hasil wawancara engan ketua MUI Desa

Cukangjayaguna menyebutkan bahwa di Desa Cukangjayaguna

masyarakat selalu antusias dalam majelis ilmu, dan masyarakat

selalu toleran tehadap perbedaan madzhab karena kalau melihat di

daerah lain masih ada oknum-oknum yang menghambat, ciri dari

masyarakat yang toleran adalah bisa menghargai keberagaman

pemahaman yang berada di masyarakat seperti yang di sampaikan

oleh ketua MUI Desa Cukangjayaguna dengan begitu penyampaian

atau kegiatan keagamaan di Desa Cukangjayaguna selalu

mendapatkan respon yang baik dari masyarakat.

Selain mewawancarai ketua MUI penulis juga

mewawancarai ketua Ranting NU di Desa Cukangjayaguna, sebagai

bahan untuk meneliti dilapangan karena kalau melihat dari mayoritas

masyarakat di Desa Cukangjayaguna organisasi keagamaan di

dominasi oleh Nahdlatul Ulama (NU) sebagai mayoritas yang

berkembang di Desa Cukangjayaguna maka penulis juga

mewawancarai Ketua ranting NU mengenai respon Masyarakat

terhadap kegiatan keagamaan di Desa Cukangjayaguna.

Allhamdulillah respon dari masyarakat cukup baik


dan respon, dilihat dari spontanitas pertanyaan kepada
penyampaian materi yang belum dimengerti, bahkan ketika
sedang pengajian tidak jarang yang bertanya atau berdiskusi
51
mengenai materi yang disampaikan oleh Da’I atau Mubaligh
( Kang Ade Badrin Ketua Ranting NU Desa
Cukangjayaguna).

Berdasasarkan hasil wawancara dengan ketua ranting NU Desa

Cukangjayaguna menyebutkan bahwa respon masyarakat

Cukangjayaguna Sangatlah aktif ketika sedang melaksanakan

pengajian (Tabligh) baik itu kegiatan tabligh di masjid panggung

atau di madrasah – madrasah tempat dilaksanakan pengajian

tersebut.

Tidak bisa dipungkiri apa yang disampaikan oleh ketua Ketua

Ranting NU desa Cukangjayaguna karena kalua dilihat dari tugasnya

sebagai ketua Ranting NU sering memonitoring dan melihat

dilapangna bagaimana kegiatan keagamaan yang dilaksanakan

disetiap DKM atau wilayah, selain juga berperan sebagi ketua juga

menjadi mubaligh yang selalu berhadapan langsung dengan

masyarakat dan mustami disetiap kegiatan keagamaan yang

dilaksanakn di Desa Cukangjayaguna Kecamatan Sodonghilir

Kabupaten Tasikmalalaya.

Selain wawancara dengan ketua Ketua ranting NU penulis juga

mekaukan wawancara dengan ketua Muslimat yang juga berperan

sebagai Mubaligh di Desa Cukangjayaguna,

Peran ibu-ibu muslimat terhadap kegitan keagamaan di Desa

Cukangjayaguna juga mendapatkan respon positif dari mubalighnya,

seperti halnya yang disampaian oleh ketua Ranting Muslimat NU di

Desa Cukangjayaguna.

Respon Masyarakat di Desa Cukangjayaguna Terhadap


penyampaian Materi oleh para mubaligh dalam berdakwah
sangatlah positif dan antusias bahkan termasuk kategori jamaah
banya, namun kebanyakan dikuasai oleh Ibu-Ibu, tetapi tidak
52
jarang juga bapak-bapak berperan aktif karena disetiap
daerahnya beda beda kultur dan jadwal pengajianya, (Ustadzah
Yeni Nur’aeni Ketua Muslimat NU Desa Cukangjayaguna)

Dari hasil Wawancara dengan ketua Muslimat NU di Desa

Cukangjayaguna menerangkan bahwa kaktifan masyarakat dan

keantusiasan masyarakat dalam program keagaamaan di Desa

Cukangjayaguna di dominasi oleh Ibu-Ibu, karena kegiatan

keagamaanya kebanyakan melibatkan perempuan dalam satu

minggu bahakan ibu – ibu pengajian bisa sampai 2 (dua) atau 3

(Tiga) kali melaksanakan kegiatan keagmaan yang di khususkan

untuk ibu-ibu, tetapi kegiatan untuk Bapak-bapak juga tidak kurang

disesuaikan dengan jadwal disetiap DKM atau wilayahnya

tersendiri.

Hasil wawancara dari kedua narasumber diatas juga menjadi

gambaran untuk penulis mewawancarai salahsatu ajengan (ustadz)

yang tiap hari bersentuhan langsung dengan masyarakat pengajian

yang lingkupnya guru-guru MDA (Madrasah Diniyah) tentunya ini

yang menjadi mustaminya adalah anak-anak yang sedang belajar di

madrasah.

Kalau dari segi respon anak-anak di madrasah


tentunya beragam apalagi kan anak-anak adalah masa-
masanya mencari ilmu respon yang didapatkanya seperti
pada umumnya ada yang aktif dan ada juga yang biasa saja
tetapi hal seperti itu bisa terus diasah dan dikembangkan
karena memang masa-masa anak kecil adalah masa mencari
ilmu sebanyak banyaknya, (Ibu Khodijah, Guru MDA
Annimah, Dusun Bebedahan).

Seperti yang disampaikan diatas bahwa kegiatan kegamaan

yang dilakukan secara formal di Madrasah tidak beda jauh dengan

kegiatan ibu-ibu atau bapak- bapak namun yang membedakan adalah

kegiatan di Madrasah bersentuhan langaung setiap hari dengan anak-


53
anak atau murid yang ada di madrasah, kegaitan dimadrasah

tentunya mendapatkan respon yang beragam juga dari murid

muridnya tetapi lebih kepada pelajaran – pelajaran yang dipelajari

setingkat anak-anak madrasah.

Seperti halnya pada ustadz – ustadz yang sering mengisi

ceramah di berbagai kampung atau tempat pengajian lainya penulis

juga melakukan penelitian terhadap ustadz yang selalu intens

mengisi pengajai di salah satu masjid di perkampungan dan respon

terhadap materi yang disampaikan tidak jauh beda dengan yang di

kemukakan oleh ustadz yang lainya.

Respon masyarakat terutama di masjid Nurul Huda


ini sangat baik terhadap materi yang disampaikan, tidak
fanatik dengan mambanding bandingkan materi yang di
sampaikan, juga dapat mencari dari sumber lain, artinya
mereka para jamaah sangat baik responya dan semnagat
untuk mencari ilmunya sangat bagus, (ustadz Nurul Aen,
Mubaligh Mesjid Nurul Huda).

Seperti halnya yang disampaiakn oleh ustadz Nurul Aen

mubaligh di Mesjid Nurul Huda beliau menyampaikan bahwa respon

masyarakat atau jamaah dilingkunganya bagus terhadap materi yang

disampaiakan, tidak terlalu fanatik terhadapa satu materi yang

disampaikan, tetapi tidak membanding bandingkan juga dengan

materi yang lain artinya selalu respon terhadap materi yang

disampaiakn ditambah dengan mencari dari sumber lain tanpa

membandingkan dengan materi yang disampaian oleh ustadz

setempat.

Penulis juga mencoba mewawancarai jamaah atau

masyarakat di Desa Cukangjayaguna responya terhadap materi yang

disasmpaikan oleh para ustadz atau mubaligh di Desa

54
Cukangjayaguna, salah satu jamaah menyampaikan responya

terhadap kegiatan majelis ilmu atau lebih dikenal dengan pengajian.

Kalau secara keseluruhan materi – materi yang


disampaikan oleh para mubaligh tentunya memiliki bahasan
– bahsan yang berbeda tergantung dari mubalighnya, ada
yang fokus membahas ilmu fikih, tauhid, tasawuf, alquran.
(ibu Marfuah, Anggota Muslimat Desa Cukangjayaguna)
Tanggapan dari masyarakat terhadap materi secara

keseluruhan jika dilihat dari yang disampaikan oleh para mubligh

masyarakat meresponya berbeda beda namun menurut mereka

mubaligh yang menyampaikan materinya mempunyai peran masing

– masing atau kajian berbeda beda sesuai dengan materi bahasan

yang akan disampaikan kepada masyarakat.

Respon dari masyarakat yang lainya juga tentunya ada

terhadap materi yang disampaikan oleh mubligh, penulis mencoba

mewawancarai salah satu jamaah di Majelis Taklim Alkhoeriyah,

Mubaligh di Desa Cukangjayaguna beragam ada yang


mudah dimengerti ada yang biasa saja, mungkin tergantung
dari materinya, tapi kebanyakan yang di sampaikan oleh
mubaligh adalah tentang Fiqih, (Ibu Marfu’ah, Majelis
Taklim Alkhoeriyah).

Menurut ibu Marfu’ah penyampaian materi oleh Mubaligh di

Desa Cukangjayaguna kalah dari segi pehaman beragam adan yang

mudah dimengerti ada yang biasa saja, tetapi katanya kebanyakan

Mubaligh di Desa Cukangjayaguna menerangkan tentang Fiqih

terutama bab tentang peribadahan karena memang yang relevan di

masyarakat sekarang ini adalah tentang Bab Fiqih tersendiri, tetapi

dengan begitu bukan mataeri yang lain tidak dibutuhkan oleh

masyarakat tetapi hal dasar atau tuntunan tentang peribadahan lebih

di prioritaskan, dan itu ada dalam pembahasan ilmu fiqih.

Pemahaman akan materi pengajian oleh mubaligh atau


55
pendakwah kepada Masyarakat adalah suatu hal yang sangat penting

karena dapat menjadi sebuah acuan untuk membangun pehaman

masyarakat yang religious dan beragama dengan baik berdasarkan

kaidah – kaidah atau sumber yang jelas yang telah disamapaikan

oleh pendakwah kepada mubaligh.

C. Faktor Pendukung dan penghambat terhadap respon

masyarakat Desa Cukangjayaguna Kecamatan Sodonghilir

Kabupaten Tasikmalaya

Secara umum akibat atau hasil mencakup tiga aspek, yaitu:

Kognitif, Afektif, Konatif. Efek kognitif berhubungan dengan

pengetahuan yang melibatkan proses berfikir, memecahkan masalah,

dan dasar keputusan. Efek afektif berhubungan dengan rasa suka

atau tidak suka, opini, sikap. Sedangkan efek konatif berhubungan

dengan perilaku atau tindakan.

Faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan tabligh di

Desa Cukangjayaguna tentunya pasti ada dilihatc dari beberapa

respon pendakwah dan mad’u nya seperti yang disampaikan oleh

ketua Ranting NU di Desa Cukangjayaguna,

Yang menjadi semangat dalam dakwah di Desa


Cukangjayaguna adalah faktor dari pemerintah yang selalu
mendukung setiap kegiatan dakwah, dari mulai kepala desa
sampai tingkat RT selalu mendukung hal-hal fositif yang
berkaiatan dengan kegiatan keagamaan karena itu sesuai
dengan visi misi dari Desa Cukangjayaguna yang bernuansa
islami (Kang Ade Badrin Ketua Ranting NU Desa
Cukangjayaguna).

Respon fositif dari pemerintah juga selalu menjadi faktor

pendukung dalam kegaiatan dakwah di Desa cukangjayaguna seperti

yang di sampaikan di atas oleh ketua Ranting NU visi misi Desa

Cukangjayaguna yang bernuansa islami mendukung setiap kebijakan


56
dakwah, jadi kegiatan dakwah tidak pernah terhalang apapun

berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat,

Mubaligh, dan pemerintah setempat.

Adapun faktor pengahambatnya tidak terlalu signifikan yang

terjadi di Masyarakat meskipun tentunya ada bsebagian tapi itu tidak

terlalu berpengaruh,

Kalau faktor penghambatnya tentu ada apalgi ini


bagian dari dakwah pasti ada dan banyak rintanganya, seperti
yang dating dari jamaahnya atau dari mubalighnya, kalua
dari jamaah mungkin faktornya daalah rasa malas dan jarang
mengikuti kegiatan pengajian tapi itu sebagian lebih banyak
yang ikutnya dari pada yang tidaknya, ( Kang Ade Badrin
Ketua Ranting NU Desa Cukangjayaguna).

Seperti yang disampaiakn di atas faktor pennghambatnya

tentunya ada tetapi itu dari kehadiran saja kebanyakanya dating dari

rasa malas atau terganggu dengan beberapa hal sehingga tidak bisa

ikut dalamn kegiatan pengajian atau kegiatan keagamaanya

hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara dengan ketua

Muslimat NU yang bergerak dalam bidang dakwah perempuan, yang

disampaikan oelh ketua muslimat Nahdlatul Ulama (NU) adalah

sebagai berikut terhadap faktor pendukung dan penghambat dalam

dakwah di Desa Cukangjayaguna.

Jika melihat faktor pendukungnya di Desa


Cukangjayaguna ini banyak sekali seperti, pemerintah Desa dan
MUI sangat menginginkan masyarakatnya mengikuti pengajian
untuk tercapainya masyarakat yang religious, terus di dukung
dengan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya terhadap ilmu
agama sangat baik, (Ustadzah Yeni Nur’aeni Ketua Muslimat
NU Desa Cukangjayaguna).

Faktor pendukung yang pertama datang dari pemerintah

setempat kerena mempunyai misi untuk mewujudkan masyarakat

yang religious yang kedua datang dari masyarakat tersendiri karena

57
sadar kan pentingnya ilmu agama, dua hal ini saling berkaitan antara

pemerintah dan masyarakat karena sama – sama ingin mewujudakn

tingkatan masyarakat yang peduli akan agama dan ilmu agama,

terlepas dari itu ada juga faktor penghambatnya apalagi dalam

kegiatan keagamaan yang berkaitan dengan pengjian umum yang

diselengarakan oleh pemerintah desa atau MUI tentunya faktor

penghambatnya datang dari kalangan masyarakatnya juga terkadang.

Pasti ada saja faktor penghambatnya, kalau dari segi


tekhnis ketika sedang dilaksanakanya pengajian banyak sekali
yang mengganggu seperti para pedagang yang masuk ke area
jamaah sehingga mengangu ketertiban para jamaah dalam
melaksanakan pengajian, yang kedua dari kehadiran masyarakat
terutama faktor ekonomi sangat mempengaruhi sehingga
sebagian jamaah atau masyarakat tidak bisa hadir dalam
pengajian dikarenakan sedang diluar atau sedang ada pekerjaan
yang tidak bisa di tinggalkan atau masyarakatnya yang merantau
keluar kota, atau yang bekerja seperti birih, tani serabutan dan
masih banyak yang lainya, (Ustadzah Yeni Nur’aeni Ketua
Muslimat NU Desa Cukangjayaguna).

Faktor penghambatnya tentunya ada saja yang dilihat dari

hasil wawancara dengan ketua muslimat yang sangat mempengaruhi

adalah dari segi ekonomi, masyarakat tidak bisa konsisten dalam

kegiatan pengajian karena terbentur dengan keadaan ekonomi dan

kebutuhan keluarga, sehingga mempengaruhi terhadap kehadiran

jamaah dalam kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di Desa

Cukangjayaguna.

Adapun hasil wawancara dengan ketua MUI Desa

Cukangjayaguna terhadap faktor pendukung dan penghambat dalam

kegiatan pengajian atau tabligh yang dilaksanakan di Desa

Cukangjayaguna adalah sebagai berikut.

Berjalanya dakwah islam di Desa Cukangjayaguna


selain animo masyarakat yang tinggi, dan hausnya akan ilmu
pemerintah juga mendukung dengan membuat sebuah visi
58
Cukangjayaguna yang religious islami, (Ustadz Aming
Aminudin Ketua MUI Desa Cukangjayaguna).

Animo masyarakat yang berlebih didukung dengan keinginan

untuk menambah pengetahuan keagamaan menjadi faktor

pendukung yang baik dari kalangan masyarakat, Didukung dengan

program pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang religious

dan islami tentunya hal ini saling berkaitan anatara satu sama lain

pemerintah desa melalui ketua MUI mewujudkan keinginan bersama

untuk selalu bersinergi dalam mendukung kegiatan keagamaan di

Desa Cukangjayaguna dengan mengaktifkan kegiatan kegiatan

pengajian di setiap daerah dan kampong guna mewujudkan dan

mengantarkan visi dan misi daripemerintah Desa Cukangjayaguna

dalam membentuk masyarakat yang cinta akan ilmu pengetahuan

dan keagamaan sehingga terbentuknya masyarakat yang mempunyai

semangat juang dalam kegiatan keagamaan dan mewujudakan

masyarakat yang religious dan islami di Desa Cukangjayaguna.

Tetapi dengan begitu tentunya ada saja hal yang menjadi

penghambatnya tadi juga disampaikkan oleh ketua MUI faktor

pengahambat dalam melaksanakan dakwah di Desa

Cukangjayaguna.

Dari segi penghambatnya adalah yang pertama letak


geografis antar daerah arau perkampungan yang sangat jauh,
sehingga menghambat dalam kegiatan pengajian ang
diselenggarakan baik oleh kedusunan atau dari program
pemerintah, juga dari medan jalan atau akses yang terbilang
masih kurang medukung dalam kegiatan pengajian,(Ustadz
Aming Aminudin Ketua MUI Desa Cukangjayaguna).

Pengahambat dari kegiatan pengajain di Desa

Cukangjayaguna seperti yang disampaikan oleh ketua MUI adalah

soal akses dan jarak saja karena di Desa Cukangjayaguna ini daerah
59
– daerah atau perkampungan jaraknya lumayan jauh sehingga

kegiatan pengajian yang dilakukan sangatlah memerlukan waktu

tempuh yang sangat lama akibat jarak yang sangat berjauhan juga di

dukung oleh akses jalan yang masih kurang memadai ke pelosok –

pelosok kampung atau daerah.

Adapun hasil wawancara dengan guru Madrasah (MDA)

terhadap faktor pendukung dan penghambatnya dalam kegiatan di

madrasah terutama yang bersentuhan langsung dengan anak-anak

yang selalu ikut dalam kegitan di madrasah setiap harinya.

Faktor pendukungnya di tingkat anak-anak adalah


keseruan pembelajaran kalua ditingkat anak – anak yang
menjadi daya tarik adalah system pengajian penilaian
misalkan yang bisa mebak atau menjawab pertanyaan dari
gurunya dapat nilai 100 hal seperti itu bisa meningkatkan
semangat anak – anak untuk terus belajar dan datang
ketempat pengajian atau pembelajaran, (Ibu Khodijah, Guru
MDA Annimah, Dusun Bebedahan).

Semangat dalam menuntut ilmu bisa dilakukan sejak dari

usia anak – anak menjelang remaja seperti halnya yang dilakukan di

madrasah – madrah atau langgar tempat mencari ilmu anak – anak

dan dalam meningkatkan semangat dalam mencari ilmu terutama

guru atau pengajarnya harus mempunyai beberapa trik atau tekhnik

agar tetap menjadikan semangat yang tetap terjaga di anak anak.

Tetapi dengan begitu ada saja tentunya faktor

penghambatnya apalagi dikalangan akan- anak yang masih labil

dalam mencari ilmu.

Faktor utama yang menjadi penghambat di era


sekarang adalah gadget ya atau smartphone karena sekarang
anak – anak lebih banyak berinteraksi dengan smartphone
baik itu maen game atau menonton vidio Youtube jadi faktor
seperti itu selalu menjadi hambatan untuk anak – anak dalam
mencari ilmu dan belajar ilmu agama, tentunya hal ini
menjadi tugas bukan hanya gurunya saja tetapi juga orangtua
60
dirumah untuk selalu menerapkan kedisiplinan kepada anak-
anaknya dan membatasi dalam penggunaan smarphone atau
gadget. (Ibu Khodijah, Guru MDA Annimah, Dusun
Bebedahan).

Penggunaan gadget yang berlebihan bisa mengakibatkan

faktor malas bagi anak anak dalam mencari ilmu, makanya ini

menjadi tugas bagi seorang pengajar atau guru dan orangtua untuk

selalu menerapkan disiplin kepada anak – anak agar tidak terlalu

focus kepada gadget dan smartphone, diberi waktu agar proses

mencari ilmu dapat seimbang dengan baik, menarapkan disiplin

dengan baik dapat menjadikan anak – anak yang cerdas dan juga

semangat dalam mencari ilmu, dengan begitu bukan membatasi

terhadap teknologi yang berkembang tetapi ini sebagai cara dalam

menyeimbangkan kegiatan kegiatan yang fositif karena usia – usia

anak – anak memang lagi dala\m masa mencari informasi baik itu

dari pembelajaran formal di skoalah atau hasil dari pencarian sendiri

diluar jam sekolah, tetapi hal itu menunjukan kedisiplinan yang baik

jika dapat perhatian baik itu dari orangtua, guru terutama keluarga.

Selanjutnya penulis juga mewaancarai ustadz masjid terdekat

dengan penulis yang menggambarkan bagaimana respon pendukung

dan penghambatnya dalam penyampaian materi berdakwah.

Faktor pendukungnya masyarakat yang masih bagus


dalam mencari ilmu tidak pandang bulu juga semangatnya
masih tetap terjaga tidak terlalu banyak hambatan dan
rintangan kalua di pelosok kampong seperti ini, pengaruhnya
masih jarang karena pergaulanya hanya dengan lingkup
masyarakat disini saja, (ustadz Nurul Aen, Mubaligh Mesjid
Nurul Huda).

Keterbatasan akses dan juga masuknya pengaruh dari luar

menjadi daya pendukung masyarakat juga dalam mencari ilmu hal

seperti ini dirasakan oleh ustadz Nurul Aen yang menerangkan


61
bahwa semangat dri masyarakat masih tetap terjaga di kampong ini

dan di daerah ni karena memang faktor yang menjadi

penghambatnya belum begitu masuk dari luar.

Tetapi dengan begitu yang menjadi faktor


penghambatnya adalah ekonomi yang belum stabil di
masyarakat, kadang begini waktu pengajian mingguan
masyarakat hadir tetapi tidur dalam pengajianya karena
seharian cape dalam bekerja, juga mislakan ketika berjamaah
selain waktu magrib pasti jarang karena masih di lading atau
kebun, dengan begitu yang menjadi faktor penghambatnya
adalah aktivitas kerja yang tidak menentu juga nantinya
menyebabkan kecapean ketika sedang mencari ilmu, (ustadz
Nurul Aen, Mubaligh Mesjid Nurul Huda).

Aktivitas kerja dan kegiatan yang menyebabkan jamaah sulit

membagi waktu kadang masih menjadi hambatan yang begitu

signifikan dikalangan masyarakat, faktor ekonomi dan juga faktor

kelelahan akibat aktivitas seharian masih mejadi halangan dalam

hadir di majelis ilmu kegiatan seperti itu harus bisa disesuaikan

dengan keadan masyarakat palagi masuyarakat yang bekerja sebagai

petani tentunya kewajiban sehari – harinya adalah pergi ke ladang

baik itu disawah atau dikebun dan ketika sedang bekerja pun

tentunya bukan pekerjaan ringan tetapi nebyebabka faktor kelelahan

yang berlebih di masyarakat, sehingga ketika dilaksanakanya

pengajian menjadi kecapean dan tidak fokus dalam menuntut ilmu

yang disampaikan.

Masyarakat di Desa Cukangjayaguna menilai sejauh mana

faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan bedakwah di

Desa Cukangjayaguna seperti yang dilakukan oleh penulis dalam

mewaancarai salah satu anggota dari muslimat Nahdlatul Ulama

(NU) dalam menanggapi faktor pendukung dan penghambat dalam

kegiatan dakwah.
62
Sejauh ini yang menjadi faktor pendukungnya adalah
kegiatan dakwah di Desa Cukangjayaguna didukung oleh
pemerintah setempat dengan jadwal jadwal pengajian yang
bergilir di masyarakat, juga didukung oleh pemateri yang
pandai menguasai yang disampaikan kepada jamaah atau
masyarakat, (ibu Marfuah, Anggota Muslimat Desa
Cukangjayaguna)

Pemerintah Desa Cukangjayagauna bersinergi dengan

masyarakat dalam melaksanakan program keagamaan oleh karena

itu setiap kegiatan yang berjalan selalu diriingi dengan program –

program dari pemerinthan, seperti halnya yang dilakukan oleh

pemerintah melalui MUI Desa Cukangjayaguna dengan menjadikan

masyartakat atau tempat – tempat dalam mengaji secara bergilir dan

menjadikan pusat pembelajaran disetiap masjid masjid atu tempat

pengajian.

Adapaun faktor penghambatnya seperti yang disampaiakn

oleh ibu Marfuah adalah yang datangnya dari jamaah atau

masyarakat dan dari pemerintahnya juga pasti ada.

Faktor penghambat dari masyarakatnya adalah faktor


ekonomi yang tidak stabil, juga dalam melaksanakan
pengajian mingguan atau bulanan masih ada yang kurang
kompak, dikarenakan mungkin masyarakatnya tidak ada
semua di kampong banyak yang merantau di kota, kalaudari
pemerntahnya saran yaitu dari segi pembiayaan kalua bisa
ada pembiyaan khusus untuk pengjain yang disediakan oleh
pemerintah desa seperti konsumsi atau akomodasi untuk
mubaligh. (ibu Marfuah, Anggota Muslimat Desa
Cukangjayaguna).

Dari faktor penghambat diatas bisa digambarkan bahwa

kondisi ekonomi di masyarakat yang masih menjadi hambatan, dan

juga dari pemerintah untuk menyediakan dana khusus bagi setiap

kampung atau masjid untuk terselenggaranya proses pengajain yang

baik dan lancar.

D. Pengaruh kehadiran masyarakat dalam aktivitas dakwah di Desa


63
Cukangjayaguna Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya

Dakwah mempunyai tujuan umum, yaitu sesuatu yang hendak

dicapai dalam seluruh aktivitas dakwah, salah satunya adalah

tersampaikannya pesan atau gagasan kepada khalayak. Untuk mencapai

tujuan tersebut, maka seorang juru dakwah harus memiliki metode atau

teknik.

Menurut (Mulyani, 2007: 87) secara umum, dapat dikatakan

bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi respons seseorang, yaitu: a)

Orang yang berkepentingan yang melihat dan mencoba memberikan

interpretasi tentang apa dia melihat, dia dipengaruhi oleh sikap, motif,

minat, dan harapan. b) Target respons, dalam bentuk seseorang, objek

atau peristiwa. Karakteristik target umumnya mempengaruhi respons

orang-orang yang melihatnya.

Pengaruh kehadiran masyarakat dapat dilihat dari sejauh

mana masyarakat bisa memahami proses alur dakwah, seperti

halnya yang disampaikan oleh ketua ranting NU melihat

bagaimana pengaruh pengajian dan dakwah yang terjadi di

masyarakat.

Alhamdulillah kami sudah sering keliling


pengajian di Desa Cukangjayaguna sangatlah baik
kehadiranya, apalagi perempuan tentunya selalu menjadi
pelopor dalam kebangkitan pengajian di Desa
Cukangjayaguna, kalua laki – laki mungkin banyak yang
merantau mencari nafkah, jika dipersentasikan kira –
kira 85% sampai 90% tingkat kehadiranya, (Kang Ade
Badrin Ketua Ranting NU Desa Cukangjayaguna).

Persentasi kehadiran masyarakat dalam pengajian di Desa

Cukangjayaguna didominasi oleh perempuan karena memang

perempuan jarang ada yang berpergian keluar kota dan bekerja paruh

waktu jadi persentasi kehadiran di pengajian sangatlah banyak beda


64
dengan jamaah laki – laki yang hadirnya tentu agak sedikit berbeda

dari perempuan laki – laki yang bekerja diluar kota tentunya

persentasi kehadiranya berbeda karena banyak yang bekerja diluar dan

bekerja menghabiskan waktu sampai sore bahkan larut malam.

Hal ini juga sering diungkapakan oleh beberapa ustadz –

ustadz yang sering mengisi ceramah atau pengajain meskipun dalam

peraktiknya suka ada pengajain yang dikhususkan bagi ibu – ibu dan

bapa – bapa tetapi memang semanagt dan kehadiran tetap di dominasi

oleh ibu ibu yang sering melaksanakan dan hadir dalam pengajian

tersebut, dengan begitu pengajian mingguan dan bulanan yang

diselenggarakan di kampong – kampuang atau daerah selalu

mengundang dari kampong – kampong terdekat baik pengajain tingkat

kedusunan atau pengajian di tingkat desa, tentunya hal ini harus

menjadi perhatian khusus bagi pemerintahan setempat agar

memudahkan akses dan sarana tempat pengajian.

Dari hasil wawancara dengan ketua ranting Nahdlatul Ulama

(NU) menjadi gambaran bagi penulis untuk mewawancarai ketua MUI

desa Cukangjayaguna untuk memberikan respon kehadiran

masyarakat dalam melaksanakan pengajian atau dakwah di Desa

Cukangjayaguna.

Pengaruh dari kehadiran masyarakat dalam


pengajian baik perempuan atau laki laki di Desa
Cukangjayaguna adalah masyarakat sadar akan kewajiban
dan larangan yang tidak boleh dilakukajn dalam agama, baik
kewajiban yang hubunganya kepada sang pencipta, manusia,
dan alam juga bisa mengetahui larangan – larangan yang
tidak boleh dilakukan, (Ustadz Aming Aminudin Ketua MUI
Desa Cukangjayaguna).

Banyak hal yang terjadi di masyarakat dari hasil mengikuti


65
pengajian baik di majelis taklim atau dari hasil pengajian mingguan

yang diselengarakan oleh MUI masyarakat jadi mengetahuai

kewajiban yang harus di lakukan baik yang berhubungan dengan

penciptanya atau yang berhubungan sesame manusia, jadi jika

melihat dari kegiatan kegiatan yang diselenggarakan dalam

pengajain banyak sekali manfaat yang di dapatkan.

Keberadaan masyarakat di Desa Cukangjayaguna yang

sangat beragam dan didukung dengan perkembangan teknologi

tentunya harus menjadi perhatian khusus bagi ustadz – ustadz untuk

terus memberikan pemahaman keagamaan yang relevan, pengaruh

dari aktivitas dakwah ini dapat dirasakan oleh masyarakat tersendiri

karena memang kewajibanya adalh mencari ilmu dan nantinya akan

memebrikah hasil yang baik untuk kehidupan di masyarakat.

Pengaruh yang dirasakan akan berdampak baik secara khusus

atau umum secara khusus akan dirasakan oleh diri sendiri baik

terhadap peningkatan keimanan dari segi beribadah dan secara

umum bisa dirasakan oleh sesama manusia dalam kegiatan sosial

ataupun kegiatan dakwah yang berkaitan dengan masyarakat

tersendiri pengaruhnya dapat dirasakan oleh diri sendiri, lingkungan

dan lain sebagainya.

Pengaruh dari kegiatan dakwah ini juga biasa dirasakan oleh

perempuan dalam kegaitan pengajian yang dilakukan oleh

perempuan biasanya terhimpun dalam kegiatan pengajian khusus

yang diselenggarakan untuk perempuan, seperti halnya penulis

mencoba mewawancarai ketua muslimat Nahdlatul Ulama (NU)

dalam menanggapi pengaruh dari hasil pengajian atau kegiatan

66
dakwah.

Sangatlah bagus dikalangan perempuan dalam


kehadiranya mencari ilmu kenapa bisa disebut bagus karena
selain tingginya kebutuhan terhadap ilmu, juga ada andil dari
pemerintah setempat untuk kegiatan dakwah dan pemerintah
menjadi contoh terdepan dalam kegiatan dakwah dan pengajian,
(Ustadzah Yeni Nur’aeni Ketua Muslimat NU Desa
Cukangjayaguna).

Kegiatan dakwah yang dikhususkan bagi perempuan

memang selalu menarik selain jamaahnya membludak juga kegitan

dakwah bagi permpuan selalu ada perhatian khusus baik dari

kalangan perempuan tersendiri atau dari pemerintahanya, organisasi

– organisasi keagamaan juga selalau ada bagian khusus bagi

perempuan dalam mengembangkan dakwahnya kalua dilihat

mislakan di Nahdlatul Ulama (NU) ada muslimat atau Fatayat, di

Muhammadiyah ada aisiyah muhammadiyah dan organisasi yang

lainya juga ada perhatian khusus bagi perkembngan dakwah

perempuan.

Lahirnya kegiatan dakwah bagi perempuan juga selalu

menjadi cikal bakal dalam mengubah prilaku terutama bagi anak –

anaknya dan keluarganya yang terpenting bagi anak – anknya adalh

ibu sebagai madrasah pertama dalam mencari ilmu juga bagi

keluarga perempuan adalah penyeimbang yang ada di keluarga jadi

kegiatan dakwah yang terjadi di masyarakat yang melibatkan

perempuan selalu menjadi terdepan dalam pelopor mengembangkan

pengajian di khalyak umum dan masyarakat setempat.

Pengaruh kegiatan dakwah juga harus dirasakan oleh anak –

anak atau remaja karena kegiatan dakwah biasa disentuh juga pada

anak – anak terutama yang belajar di madrasah.

67
Pengaruh pendidikan atau dakwah bagi anak – anak
adalah pondasi awal untuk kehidupan yang berlangsung
seperti halnya pendidikan formal disekolah yang diatur oleh
kurikulum resmi dari pemerintah kegiatan dakwah juga sama
diatur oleh kurikulum qolbu atau hati dari para pengajarnya
kegiatan seperti ini bagi anak – anak adalah sarana awal
mengenalkan pendidikan keagamaan untuk bekal kehidupan,
(Ibu Khodijah, Guru MDA Annimah, Dusun Bebedahan).

Pengaruh dakwah bagi anak – anak adalah sebagai pondasi

awal atau tahap perkenalan untuk mengetahui apa saja yang menjadi

kewajiban sesama manusia yang harus dikerjakan dari mulai

perkenalan pada tahap peribadahan sampai dengan hal – hal yang

dilarang dan wajib dijauhi dalam beragama proses seperti ini wajib

diberikan kepada anak – anak untuk menumbuhkan sikap percaya

diri dan juga taat beribadah, perkenalan akan ilmu agama juga dapat

dilakukan di tempat – tempat yang menjadi sarana mencari ilmu

rangkaian kegiatan mencari ilmu tersebut termasuk kedalam proses

dakwah sebagai sikap menyeru memerintah, mengajak kepada hal –

hal kebajikan dan juga menjauhi apa yang sudah dilarang dalam al-

quran sebagai implemantasi dalam beragama.

Kegiatan seperti ini harus terus dikembangkan dan

digencarkan disetiap kampung atau daerah apalagi program –

program dari pemerintah selalu beriringan dengan apa yang

diharapkan oleh masyarakat tentunya ini menjadi kebahagiaan juga

menjadi tolak ukur sejauh mana pemerintah peduli akan

perkembangan ilmu agama di masyarakat terutama di usia masih

kecil harus kokoh dan kuat pondasi agamanya agar ketika sudah

dewasa mampu bersosial dengan baik di masyarakat dengan

meneruskan apa yang sudah tertanam dari semenjak belajar di

madrasah atau masjid – masjid terdekat.


68
Pengaruh dakwah juga bisa dirasakan oleh siapa saja yang

terlibat dalam proses dakwah di masyarakat, dari mulai pendakwah

tersendiri sampai dengan jamaah juga pastinya merasakan pengaruh

dampak dari kegiatan dakwah di masyarakat.

Yang saya rasakan pengaruh dari adanya kegiatan


dakwah di masyarakat adalah kehidupanya jadi terarah sesuai
dengan tuntunan al-quran dan shunahnya tidak menjadi
boomerang di masayarakat yang mengakibatkan timbulnya
suatu permasalahan yang terjadi di masyarakat, (ustadz Nurul
Aen, Mubaligh Mesjid Nurul Huda).

Kegiatan dakwah di masyarakat menjadikan kehidupan

masyarakat jadi terarah karena masyarakat merasa butuh dengan

ilmu agama sebagaimana kegiatan dakwah yang diselenggarakan di

masjid – masjid dan tempat pengajian menjadi suatu hal yang harus

terus dikembangkan di masyarakat dengan begitu kesipan akan

materi dakwah juga sarana yang ada harus terus dikembangkan agar

masyarakat tetap optimis dan semangat dalam kegiatan mencari

ilmu.

Kegiatan seperti dakwah yang diselanggarakan oleh

pemerintah baik dari tingkat kedusunan atau tingkat desa harus terus

dikembangkan dan diperbaharui lagi agar tidak cenderung monoton,

seperti halnya menyelenggarakan pengajian khusus untuk para

pemuda pemudi juga kegiatan dakwah yang dikhususkan bagi bapak

– bapak dan juga ibu – ibu selalu menjadi harapan berkembangnya

ilmu agama di masyarakat, kegiatan umum dakwah seperti tabligh

akbar atau batsul masail yang diselenggarakan oleh ulama – ulama

harus bisa dikembangkan kembali di masyarakat selain

memperbaharui ilmu juga banyak pencerahan tentang perkembangan

ilmu dakwah di masyarakat dan juga menjadi ujung tombak untuk


69
terciptanya masyarakat yang mencintai keilmuan dan perkembangan

dakwah di masyarakat.

Pengaruh dakwah yang dapat dirasakan oleh masyarakat di

Desa Cukangjayaguna adalah peningkatan kualitas keagamaan

seperti halnya kegiatan dakwah di masjid masjid yang terus berjalan

tanpa ada hambatan yang begitu besar di masyarakat, seperti yang di

ungkapakn oleh ibu – ibu muslimat di Desa Cukangjayaguna.

Pengaruh dari kegiatan dakwah di masyarakat


menjadi terarah apalagi masuk dalam program – program
yang di selenggarakan baik oleh organisasi masyarakat atau
oleh pemerintah, seperti yang dilakukan oleh muslimat
Nahdlatul ulama (NU) yang selalu melaksanakan pengajian
keliling disetiap kampung juga masjid sehingga kegiatan
seperti ini menjadi lading pahala bahgi pendakwah juga
masyarakatnya, (ibu Marfuah, Anggota Muslimat Desa
Cukangjayaguna).

Tujuan dari kegiatan dakwah ini adalah memberikan

tambahan pengetahuan bagi masyarakat dalam ilmu agama

meskipun mungkin dimasyarakat sudah banyak mendapatakan ilmu

tetapi masyarakat tidak pernah membedakan pemateri mereka selalu

antusias dalam menuntut ilmu.

70
71
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan

1. Respon Masyarakat terhadap mubaligh – mubaligh dalam Dakwah di Desa

Cukangjayaguna Sodonghilir di Desa Cukangjayaguna masyarakat

selalu antusias dalam majelis ilmu, dan masyarakat selalu toleran

tehadap perbedaan madzhab karena kalau melihat di daerah lain

masih ada oknum-oknum yang menghambat, ciri dari masyarakat

yang toleran adalah bisa menghargai keberagaman pemahaman yang

berada di masyarakat seperti yang di sampaikan oleh ketua MUI

Desa Cukangjayaguna dengan begitu penyampaian atau kegiatan

keagamaan di Desa Cukangjayaguna selalu mendapatkan respon

yang baik dari masyarakat.

2. Faktor Pendukung dan penghambat terhadap respon masyarakat Desa

Cukangjayaguna Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya, Respon

fositif dari pemerintah juga selalu menjadi faktor pendukung dalam

kegaiatan dakwah di Desa cukangjayaguna seperti yang di

sampaikan di atas oleh ketua Ranting NU visi misi Desa

Cukangjayaguna yang bernuansa islami mendukung setiap kebijakan

dakwah, jadi kegiatan dakwah tidak pernah terhalang apapun

berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat,

Mubaligh, dan pemerintah setempat.

Faktor penghambatnya tentunya ada saja yang dilihat dari hasil

wawancara dengan ketua muslimat yang sangat mempengaruhi

adalah dari segi ekonomi, masyarakat tidak bisa konsisten dalam

kegiatan pengajian karena terbentur dengan keadaan ekonomi dan

kebutuhan keluarga, sehingga mempengaruhi terhadap kehadiran

72
jamaah dalam kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di Desa

Cukangjayaguna

3. Pengaruh kehadiran masyarakat dalam aktivitas dakwah di Desa

Cukangjayaguna Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya,

Banyak hal yang terjadi di masyarakat dari hasil mengikuti

pengajian baik di majelis taklim atau dari hasil pengajian

mingguan yang diselengarakan oleh MUI masyarakat jadi

mengetahuai kewajiban yang harus di lakukan baik yang

berhubungan dengan penciptanya atau yang berhubungan sesame

manusia, jadi jika melihat dari kegiatan kegiatan yang

diselenggarakan dalam pengajain banyak sekali manfaat yang di

dapatkan.

Keberadaan masyarakat di Desa Cukangjayaguna yang sangat

beragam dan didukung dengan perkembangan teknologi tentunya

harus menjadi perhatian khusus bagi ustadz – ustadz untuk terus

memberikan pemahaman keagamaan yang relevan, pengaruh

dari aktivitas dakwah ini dapat dirasakan oleh masyarakat

tersendiri karena memang kewajibanya adalh mencari ilmu dan

nantinya akan memebrikah hasil yang baik untuk kehidupan di

masyarakat.

Pengaruh yang dirasakan akan berdampak baik secara khusus atau

umum secara khusus akan dirasakan oleh diri sendiri baik

terhadap peningkatan keimanan dari segi beribadah dan secara

umum bisa dirasakan oleh sesama manusia dalam kegiatan sosial

ataupun kegiatan dakwah yang berkaitan dengan masyarakat

tersendiri pengaruhnya dapat dirasakan oleh diri sendiri,

73
lingkungan dan lain sebagainya.

B. Saran

Dalam penelitian ini, penulis menyadari masih banyaknya

kekurangan, baik dari segi materi, teori, juga metode. Namun

kekurangan ini masih banyak disempurnakan dengan penelitian

lebih lanjut untuk menelaah pokok-pokok ajaran Islam dengan

kegiatan dakwah dalam bentuk apapun,

yang sejatinya bertujuan untuk menuntun hidup umat manusia.

Wawasan dan pemahaman tentang Islam akan terus meningkat

seiring berputarnya rotasi waktu, dakwahpun akan berkembang

dengan perubahan zaman yang semakin modern. Oleh karena itu,

kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis, guna menjaga

kelestaraian dan eksisitensi dakwah dengan penelitian yang lebih

baik lagi, agar Islam dan dakwah tidak tertinggal oleh arus

modernisasi yang semakin deras berkempabang

74
DAFTAR PUSTAKA
Aang Ridwan

2009 Daiklopedia; Kamus Singkat Menuju Da’i Unggul. Cibiru-

Bandung: Arsyad Press.

Asep Saeful Muhtadi

2012. Komunikasi Dakwah; Teori, Pendekatan, dan Aplikasi.

Cetakan 1. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Deddy Mulyana

2010. Ilmu Komunikasi; Suatu Pengantar. Cetakan 1. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Depag RI

2012. Al-Kamil; Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta. CV Darus

Sunah.

Enjang AS dan Aliyudin

2009. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah; Pendekatan Filosofis dan

Praktis. Bandung: Widya Pajajaran.

Morisan, M.A., Dr. Andy Wardani, M.Si. dan Dr. Farid Hamid

2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor. Ghalia Indonesia.

Morisan, M.A.

2013. Teori Komunikasi Individu hingga Massa. Jakarta. Kencana

Prenada Media Grup.

Tata Sukayat

2009. Quantum Dakwah. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Wahyu Illahi dan Harjani Hefni

2007. Pengantar Sejarah Dakwah. Cetakan 1. Jakarta : Kencana

Perdana Media Grup.

75

Anda mungkin juga menyukai