ANGGARAN DASAR KOPONTREN DAARUT TAUHIID BAB I PENDIRIAN. Bagian Kesatu NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1
ANGGARAN DASAR KOPONTREN DAARUT TAUHIID BAB I PENDIRIAN. Bagian Kesatu NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1
BAB I
PENDIRIAN
Bagian Kesatu
Pasal 1
(1) Koperasi ini bernama KOPERASI PONDOK PESANTREN DAARUT TAUHIID BANDUNG
(KOPONTREN DT) dan untuk selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini disebut Koperasi.
(2) Koperasi ini berkedudukan di :
Jalan : Gegerkalong Girang Baru Nomor 4.
RT/RW : 002/006.
Kelurahan : Isola.
Kecamatan : Sukasari.
Kota : Bandung.
Propinsi : Jawa Barat.
Telepon : 022-2007953
(3) Daerah kerja Koperasi meliputi seluruh wilayah Negara Republik Indonesia dan dapat
mendirikan serta membuka kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor kas baik
di dalam negeri maupun negara lain sesuai kebutuhan dan kemampuan atas keputusan
Rapat Anggota.
Bagian Kedua
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Bagian Ketiga
Pasal 5
Visi Koperasi :
Pasal 6
Misi Koperasi :
Pasal 7
Bagian Keempat
Pasal 8
Bagian Kelima
Jenis Koperasi
Pasal 9
BAB II
KEANGGOTAAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 10
Bagian Kedua
Syarat Keanggotaan
Pasal 11
Pasal 12
(1) Keanggotaan koperasi diperoleh jika seluruh persyaratan telah dipenuhi, simpanan pokok
telah dilunasi dan yang bersangkutan didaftar dan telah menandatangani Buku Daftar
Anggota Koperasi;
(2) Koperasi secara terbuka dapat menerima anggota lain sebagai anggota luar biasa;
(3) Tata cara penerimaan anggota sebagaimana dimaksud ayat (4) diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Bagian Ketiga
Berakhirnya Keanggotaan
Pasal 13
Bagian Keempat
Pasal 14
a. Memperkuat ekuitas atau modal sendiri dengan membayar simpanan wajib secara rutin.
b. Bersedia secara sukarela menempatkan kelebihan dana untuk ditempatkan pada koperasi
dalm bentuk modal penyertaan maupun simpanan lainnya.
c. Berpartisipasi aktif setiap ada kegiatan rapat-rapat yang diselenggarakan oleh koperasi.
Bagian Kelima
Pasal 15
(1) Kedudukan anggota sebagai pengguna jasa diwujudkan dengan partisipasi aktif untuk
memanfaatkan kegiatan usaha melalui transaksi oleh anggota terhadap Koperasi;
(2) Setiap anggota memiliki kedudukan yang sama untuk memperoleh pelayanan dari
koperasi.
Bagaian Keenam
Pasal 16
a. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, peraturan lainnya dan keputusan
Rapat Anggota;
b. Menghadiri Rapat Anggota;
c. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan usaha koperasi;
d. Turut mengawasi pengelolaan organisasi dan usaha koperasi;
e. Melunasi Simpanan Pokok dan membayar Simpanan Wajib secara rutin yang besaran dan
tata caranya ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga; dan
f. Mengembangkan dan memelihara prinsip Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
Pasal 17
Bagian Ketujuh
Calon Anggota
Pasal 18
(1) Bagi orang yang belum membayar seluruh simpanan pokok termasuk simpanan wajib dan
lain-lain sebagaimana diatur dalam Anggaran Rumah Tangga; atau
(2) Bagi mereka yang telah melunasi pembayaran simpanan pokok, akan tetapi secara formal
belum sepenuhnya melengkapi persyaratan administrasinya, belum menandatangani
Buku Daftar Anggota.
Pasal 19
Pasal 20
(1) Koperasi secara terbuka dapat menerima anggota lain sebagai anggota luar biasa.
(2) Anggota luar biasa adalah orang yang bermaksud menjadi anggota, akan tetapi tidak
memenuhi seluruh syarat sebagai anggota.
(3) Ketentuan ini memberi peluang bagi penduduk Indonesia bukan warga Negara dapat
menjadi anggota luar biasa sepanjang memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(4) Ketentuan mengenai penerimaan anggota luar biasa sebagaimana dimaksud ayat (2)
diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 21
BAB III
MODAL KOPERASI
Bagian Kesatu
Umum
(1) Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal Pinjaman.
(2) Modal sendiri dapat berasal dari :
a. Simpanan pokok;
b. Simpanan wajib;
c. Dana cadangan;
d. Hibah.
(3) Modal pinjaman dapat berasal dari :
a. Anggota;
b. Koperasi lain dan atau anggotanya;
c. Bank dan lembaga keuangan lainnya;
d. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;
e. Suber lain yang sah.
(4) Selain modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), koperasi dapat melakukan
pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan yang lebih lanjut diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
(5) Modal yang dimiliki pada saat perubahan Anggaran Dasar Koperasi ditetapkan sebesar
Rp. 6.703.917.648,29 (enam milyar tujuh ratus tiga juta sembilan ratus tujuh belas ribu
enam ratus empat puluh delapan rupiah dua puluh sembilan sen) yang berasal dari
Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Hibah dan Cadangan.
Bagian Kedua
Simpanan Pokok
Pasal 23
(1) Setiap anggota harus menyetor simpanan pokok atas namanya pada Koperasi, simpanan
pokok sebesar Rp. 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) yang pada waktu
keanggotaan diakhiri merupakan suatu tagihan atas Koperasi, jika perlu dikurangi dengan
tanggungan kerugian.
(2) Uang simpanan pokok pada prinsipnya harus dibayar sekaligus.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai simpanan pokok pada koperasi, diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.
Bagian Ketiga
Simpanan Wajib
Pasal 24
(1) Setiap anggota harus menyimpan atas namanya pada koperasi,simpanan wajib,yang pada
waktu keanggotaan diakhiri merupakan suatu tagihan atas koperasi,jika perlu dikurangi
dengan bagian tanggungan kerugian.
(2) Setiap anggota diwajibkan untuk menyetor secara berkal.
(3) Koperasi dapat menghimpun simpanan wajib untuk keperluan pengembangan usaha
dalam jumlahdan waktu tertentu melalui mekanisme khusus berdasarkan keputusan
Rapat Anggota.
Bagian Keempat
Hibah
Pasal 25
(1) Pengurus atas nama koperasi dapat menerima atau menolak pemberian hibah atas
persetujuan pengawas.
(2) Hibah yang diberikan oleh pihak ketiga yang berasal dari sumber modal asing, baik
langsung maupun tidak langsung, dapat diterima oleh suatu koperasi dan dilaporkan
kepada Menteri.
(3) Hibah sebagai mana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dibagikan secara langsung atau
tidak langsung kepada Anggota, Pengurus,dan Pengawas.
(4) Ketentuan mengenai hibah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Bagian Kelima
Cadangan
Pasal 26
(1) Dana cadangan dikumpulkan dari penyisihan sebagian Sisa Hasil Usaha.
(2) Koperasi menyisihkan Sisa Hasil Usaha untuk Dana Cadangan sehingga menjadi paling
sedikit 30% (tiga puluh persen) dari total sisa hasil usaha sebelum pajak.
(3) Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang belum mencapai jumlah
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dipergunakan untuk menutup
kerugian koperasi.
(4) Dalam hal Dana Cadangan yang ada tidak cukup untuk menutup kerugian Hasil Usaha,
kerugian tersebut diakumulasikan dan dibebankan pada anggaran pendapatan dan
belanja Koperasi pada tahun berikutnya.
(5) Rapat Anggota dapat memutuskan untuk menggunakan paling tinggi 75%(tujuh puluh
lima persen) dari jumlah cadangan untuk perluasan usaha koperasi.
(6) Sekurang-kurangnya 25% (dua puluh lima persen) dari Dana Cadangan harus disimpan
dengan bersifat giro pada Bank yang ditetapkan rapat anggota.
Modal Pinjaman
Pasal 27
(1) Modal pinjaman merupakan hutang koperasi baik jangka pendek atau jangka panjang
yang wajib di bayar kembali pada saat jatuh tempo sesuai yang diperjanjikan.
(2) Modal pinjaman sebagaimana ayat (1) dapat berasal dari:
a. Anggota.
b. Koperasi lain dan/atau anggotanya.
c. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya.
d. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya.
e. Sumber lain yang syah.
(3) Modal pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihimpun koperasi dengan
memperhatikan rasio pinjaman terhadap modal sendiri.
(4) Dalam jumlah tertentu modal pinjaman wajib dituangkan dalam perjanjian yang
dikukuhkan oleh notaris.
(5) Ketentuan lebih lanjut tentang modal pinjaman diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga.
Bagian Ketujuh
Modal Penyertaan
Pasal 28
Pasal 29
(1) Modal Penyertaan sebagai dimaksud pada pada pasal 28 ayat (1) huruf b dapat
bersumber dari Non Anggota setelah anggota diberi kesempatan terlebih dahulu.
(2) Jumlah Modal Penyertaan harus berimbang dengan modal sendiri.
(1) Modal penyertaan wajib dituangkan dalam perjanjian yang dikukuhkan oleh notaris.
(2) Perjanjian penempatan M0dal Penyertaan dari pemerintah dan/atau masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat:
a. Nama koperasi dan pemodal.
b. Besarnya Modal Penyertaan.
c. Usaha yang akan dibiayai modal penyertaan.
d. Pengelolaan dan pengawasan.
e. Hak dan kewajiban Pemodal dan Koperasi.
f. Pembagian keuntungan.
g. Tata cara pengalihan modal penyertaan yang dimiliki pemodal dalam koperasi.
h. Penyertaan perselisihan.
Pasal 31
(1) Dana yang dihimpun dari modal penyertaan digunakan untuk pengembangan usaha yang
dilaksanakan langsung oleh koperasi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai modal koperasi diatur dalam anggaran rumah tangga
dan/atau peraturan lainnya.
BAB IV
Bagian Kesatu
Rapat Anggota
Paragraf 1
Umum
Pasal 32
Paragraf 2
Pasal 33
(a) Menetapkan dan mengubah Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga,dan peraturan
lainnya;
(b) Menetapkan kebijakan umum di biang organisasi,managemen,usaha, dan permodalan
koperasi;
(c) Memilih, mengangkat dan memberhentikan pengurus dan pengawas;
(d) Menetapkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi, serta
pengesahan laporan keuangan;
(e) Pengesahan penanggungjawaban pengurus dan pengawas atas pelaksanaan tugasnya;
(f) Menetapkan pembagian Sisa Hasil Usaha;
(g) Memutuskan penggabungan, peleburan, kepailitan, dan pembubaran koperasi;
Paragraf 3
Pasal 34
Pasal 35
(1) Rapat Anggota sah jika dihadiri lebih dari ½ (satu per dua) dari jumlah anggota koperasi
yang terdaftar dalam buku daftar Anggota Koperasi dan disetujui oleh lebih dari ½ (satu
per dua) bagian dari jumlah anggota yang hadir;
(2) Apabila kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, maka undangan
pemanggilan rapat kedua dilakuakan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum rapat
anggota dilaksanakan.
(3) Apabila pada rapat kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kuorum masih tetap
belum tercapai, maka Rapat Anggota tersebut dapat dilangsugkan dan keputusannya sah
serta mengikat bagi semua anggota, bila dihadiri sekurang-kurangnya 1/5 (satu per lima)
dari jumlah anggota.
(4) Setiap Rapat Anggota wajib dibuat berita acara rapat anggota yang ditandatangani oleh
Pimpinan dan Sekertaris sidang sebgai bukti yang sah umtuk semua Anggota koperasi
dan pihak ketiga.
Pasal 36
Pasal 37
(1) Rapat Anggota rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja membahas
dan mengesahkan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Koperasi wajib dilaksanakan tiap tahun buku, paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tutup
tahun buku atau Anggaran yang bersangkutan dilaksanakan,yang diajukan oleh Pengurus
dan Pengawas.
(2) Dalam hal Rapat Anggota Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum dapat dilaksanakan oleh Koperasi, karena
alas an yang objektif dan rasional maka:
a. Rapat Anggota Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja dapat
dilaksanakan dalam waktu bersamaan dengan Rapat Anggota Tahunan secara
terpisah, dengan ketentuan Rapat Anggota Tahunan dilaksanakan paling lambat 2
(dua) bulan setelah tutup tahun buku;
b. Selama Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja belum
disahkan oleh Rapat Anggota maka pelaksanaan tugas pengawas dan pengurus
berpedoman pada Rencana Kerja dan Rencana Anggaran pendapatan dan Belanja
tahun sebelumnya yang telah mendapat persetujuan.
Pasal 38
Pengaturan lebih lanjut tentang penyelenggaraan Rapat Anggota Tahunan, Rapat Anggota
Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja ditetapkan dalam Anggaran
Rumah tangga dan/atau peraturan lainnya.
Pasal 39
Paragraf 5
Pasal 40
Bagian Kedua
Paragraf 1
Persyaratan Pengurus
Pasal 41
(1) Pengurus dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota;
(2) Persyaratan untuk dipilih menjadi pengurus adalah:
a. Mampu melaksanakan perbuatan hukum.
b. Jujur dan berdedikasi terhadap koperasi.
c. Memiliki kemampuan mengelola usaha konsumen yang dilaksanakan oleh koperasi.
d. Sudah menjadi anggota sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun.
e. Tidak pernah menjadi pengawas atau pengurus suatu koperasi atau komisaris atau
direksi suatu perusahaan yang dinyatakan bersalah karena menyebabkan koperasi
atau perusahaan itu dinyatakan pailit dan ;
f. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
koperasi,keuangan Negara,dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan,dalam
waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan ;
g. Antara pengurus tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dan semenda-sampai
derajat ketiga;
(3) Anggota pengurus tidak boleh merangkap jadi anggota pengurus koperasi lain kecuali
mendapat persetujuan dari Rapat Anggota;
Paragraf 2
Pasal 42
Pasal 43
Pengurus berkewajiban :
(1) Menjalankan tugas dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan
usaha koperasi;
(2) Bertanggung jawab atas kepengurusan koperasi untuk kepentingan dan pencapaian
tujuan koperasi kepada rapat anggota;
(3) Bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah
menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
(4) Pengurus yang karena kesalahannya menimbulkan kerugian pada koperasi dapat digugat
ke pengadilan oleh sejumlah anggota yang mewakili paling sedikit 1/5 (satu per lima)
anggota atas nama koperasi;
(5) Ketentuan mengenai tanggung jawab pengurus atas kesalahan dan kelalaiannya-yang
diatur dalam Anggaran Dasar ini tidak mengurangi ketentuan dalam kitab-undang-undang
hukum pidana;
Pasal 44
Pengurus berwenang :
Paragraf 3
Pasal 46
(1) Jumlah Pengurus sekurang-kurannya 3 (tiga) orang dan/atau dalam jumlah ganjil sesuai
dengan keputusan Rapat Anggota.
(2) Pengurus terdiri dari sekurang-kurangnya :
a. Seorang atau beberapa orang ketua;
b. Seorang atau beberapa orang sekretaris;
c. Seorang atau beberapa orang bendahara.
(3) Susunan Pengurus Koperasi diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga sesuai
dengan kebutuhan organisasi dan usaha Koperasi;
(4) Anggota pengurus yang telah diangkat dicatat dalam Buku Daftar Pengurus;
(5) Pengurus dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun;
(6) Anggota Pengurus yang masa jabatannya telah berakhir dapat dipilih kembali untuk masa
jabatan berikutnya sebanyak-banyaknya 2 (dua) periode masa bhakti;
(7) Sebelum melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai Pengurus, harus terlebih dahulu
mengucapkan sumpah atau janji didepan Rapat Anggota;
(8) Tata cara pemilihan pengangkatan, pemberhentian, dan sumpah pengurus diatur dan di
tetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga dan peraturan lainnya.
Pasal 47
(1) Pengurus dapat diberhentikan oleh Rapat Anggota sebelum masa jabatannya berakhir
apabila terbukti :
a. Melakukan kecurangan dan penyelewengan yang merugikan usaha dan keuangan
serta nama baik Koperasi;
b. Tidak mentaati Undang-Undang perkoperasian beserta peraturan dan ketentuan
pelaksanaannya, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga,dan Keputusan Rapat
Anggota;
Bagian Ketiga
PENGAWASAN
Paragraf 1
Persyaratan Pengawas
Pasal 48
(1) Pengawas dipilih dari dan oleh anggota pada Rapat Anggota.
(2) Yang dapat dipilih menjadi pengawas adalah anggota yang memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Mempunyai pengetahuan tentang perkoperasian, pengawasan dan akuntasi,
b. Memiliki keterampilan kerja dan wawasan dibidang usaha konsumen.
c. Jujur dan berdedikasi terhadap Koperasi;
d. Sudah menjadi anggota sekurang-kurang nya 2 (dua) tahun.
e. Tidak mempunyai hubunngan keluarga sedarah dan semenda sampai derajat kedua
dengan pengurus, pengawas, dan pengelola;
f. Tidak pernah menjadi pengawas atau pengurus suatu koperasi atau komisaris-atau
direksi suatu perusahaan yang dinyatakan bersalah karena menyebabkan koperasi
atau perusahaan itu dinyatakan pailit;dan
g. Tidak pernah di hukum karena melakukan tundak pidana yang merugikan koperasi,
keuangan Negara, dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan,dalam waktu 5
(lima) tahun sebelum pengangkatan.
(3) Persyaratan untuk dapat dipilih menjadi pengawas diatur lebih lanjut dalam anggaran
rumah tangga dan/atau peraturan lainnya.
Paragraf 2
Pasal 49
Tugas pengawas :
Pasal 50
Kewajiban Pengawas:
Pasal 51
Hak pengawas :
Pasal 52
Wewenang pengawasan:
(1) Meminta dan mendapatkan segala keterangan yang diperlukan dari pengurus dan pihak
lain yang terkait;
(2) Mendapatkan laporan berkala tentang perkembangan usaha dan kinerja koperasi dari
pengurus;
(3) Memberikan persetujuan atau bantuan kepada pengurus dalam melakukan perbuatan
hukum tertentu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar;dan
(4) Meminta bantuan kepada akuntan public atau tenaga ahli dibidangnya untuk melakukan
audit keuangan dan audit non keuangan terhadap koperasi,yang penetapannya
diputuskan oleh Rapat Anggota.
Paragraf 3
Pasal 53
(1) Jumlah pengawas sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dan/atau dalam jumlah ganjil sesuai
dengan keputusan Rapat Anggota.
(2) Jumlah pengawas 3 (tiga) orang, yang terdiri dari:
a. Seorang ketua;
Pasal 54
(1) Dalam hal salah seorang anggota Pengawas berhenti atau berhalangan tetap sebelum
masa jabatannya berakhir, Rapat Pengawasan dengan dihadiri oleh wakil Pengurus dapat
mengangkat pengganti dengan ketentuan:
a. Jabatan dan tugas tersebut dirangkap oleh anggota pengawas yang lain;
b. Mengangkat penggantinya dari kalangan anggota untuk menduduki jabatan
Pengawas tersebut;
(2) Pengangkatan pengganti anggota pengawas sebagaimana tersebut pada ayat (1) diatas,
dilaporkan oleh Pengawas pada Rapat Anggota setelah penggantian yang bersangkutan
untuk mendapat persetujuan dalam rapat anggota .
Pasal 55
(1) Pengawas dapat diberhentikan oleh Rapat Anggota sebelum masa jabatan berakhir
apabila terbukti:
a. Melakukan tindakan, perbuatan yang merugikan keuangan dan nama baik Koperasi;
b. Tidak mentaati ketentuan Undang-Undang Perkoperasian beserta
pengaturan,ketentuan pelaksanaannya, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga
dengan keputusan Rapat Anggota;
c. Sikap maupun tindakannya menimbulkan pertentangan didalam Koperasi yang
akibatnya merugikan Koperasi khususnya dan gerakan koperasi umumnya;
d. Melakukan dan atau terlibat dalam tindak pidana yang telah memiliki berkekuatan
hukum tetap dari pengadilan.
(2) Dalam hal salah seorang Pengawas berhalangan tetap dengan pertimbangan waktu dan
tidak memungkinkan menunggu sampai pelaksanaan Rapat Anggota Tahunan, maka
untuk mengisi kekosongan Jabatan Pengawas tersebut, koperasi menyelenggarakan
rapat anggota luar biasa untuk menetapkan pengganti Pengawas tersebut.
Pasal 56
Ketentuan lainnya tentang Pengawas diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga dan/atau
Peraturan lainnya.
Bagian Keempat
Paragraf Kesatu
Pasal 57
(1) Dewan pengawas Syariah dipilih dari anggota yang mempunyai keahlian dibidang
muamalah syariah;
(2) Koperasi dapat memilih tenaga ahli untuk menjadi dewan Pengawas Syariah;
(3) Dewan Pengawas Syariah ditetapkan dalam Rapat Anggota;
(4) Dewan Pengawas Syariah paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang.
(5) Setengah dari Anggota Dewan Pengawas Syariah harus memiliki Sertifikat dan/atau
Rekomendasi DSN-MUI;
(6) Persyaratan untuk dapat dipilih menjadi Dewan Pengawas Syariah diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga dan/atau Peraturan lainnya;
Pasal 58
(1) Dewan Pengawas Syariah dapat diberhentikan oleh Rapat Anggota apabila terbukti :
a. Melakukan tindakan, perbuatan yang merugikan keuangan dan nama baik Koperasi;
b. Tidak mentaati ketentuan Undang-Undang Perkoperasian beserta pengaturan,
ketentuan pelaksanaannya, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dengan
keputusan Rapat Anggota;
(2) Dalam hal salah seorang anggota Dewan Pengawas Syariah berhenti atau meninggal
dunia, Rapat Dewan Pengawas Syariah dengan dihadiri oleh wakil Pengawas dapat
mengangkat pengganti dari kalangan anggota atau tenaga ahli untuk menduduki jabatan
Dewan Pengawas Syariah tersebut.
Paragraf Kedua
Pasal 59
(1) Memberikan nasehat dan saran kepada pengurus serta mengawasi kegiatan Koperasi
agar sesuai dengan Prinsip Ekonomi Syariah;
(2) Memberikan pendapat kepada pengurus atau Produk-Produk Syariah sebelum di
pasarkan dan dilaksanakan sebagai produk layanan;
(3) Melakukan Pengawasan pelaksanaan Prinsip Ekonomi Syariah dalam Usaha Koperasi;
(4) Melaporkan hasil pengawasan pelaksanaan Prinsip Ekonomi Syariah kepada Rapat
Anggota;
Paragraf Ketiga
Paragraf keempat
Pasal 61
BAB V
Bagian Kesatu
Paragraf 1
Pasal 62
(1) Sistem pengendalian intern bertujuan untuk melindungi harta kekayaan koperasi,
pencegahan terjadinya penyimpangan, memelihara kecermatan dan ketelitian data
akuntansi meningkatkan afisiensi, serta mendorong dipatuhinya peraturan dan kebijakan
manajemen yang telah di tetapkan.
(2) Untuk memenuhi tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Anggota, Pengurus,
Pengawas dan pengelola, wajib mematuhi hal-hal sebagai berikut;
a. Aspek Organisasi, meliputi :
(1) Ketaatan terhadap ketentuan perundangan,
(2) Ketaatan terhadap Anggaran dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan
lainnya.
(3) Ketaatan terhadap penyelenggaraan dan keputusan Rapat Anggota.
Paragraf 2
Pasal 63
(1) Pengawasan oleh Pengurus terhadap karyawan menitik beratkan pada peningkatan daya
guna dan ketaatan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan manajemen.
(2) Manajer atau karyawan bertanggung jawab kepada pengurus
(3) Ketentuan tentang pengawasan oleh pengurus terhadap karyawan diatur lebih lanjut
dalam Anggaran Rumah Tangga.
Paragraf 3
Pasal 64
Paragraf 1
Pasal 65
(1) Pengawasan oleh akuntan public melalui kegiatan pemeriksaan akuntan atas kehendak
pengawas, pengurus ataupun anggota yang mendapatkan pengesahan rapat anggota;
(2) Pemeriksaan oleh akuntan publik meliputi audit finansial dan/ atau audit manajemen.
Paragraf 2
Pasal 66
(1) Peran Pemerintahan dalam hal pengawasan lebih bersifat Pembinaan untuk
mengendalikan agar Koperasi dijalankan sesuai Jati Diri, taat terhadap perundang-
undangan dan ketentuan yang berlaku.
(2) Pemerintah dapat memberikan sanksi administratif, sedangkan pelanggaran hukum
diserahkan sepenuhnya pada penegak hukum.
Paragraf 3
Pasal 67
(1) Pengendalian atau Pengawasan Pajak dimaksudkan untuk meneliti kepatuhan terhadap
perpajakan yang berlaku.
(2) Koperasi wajib memungut pajak final atas jasa simpanan anggota sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
BAB VI
KEGIATAN USAHA
Bagian Kesatu
UMUM
Pasal 68
(1) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, koperasi meyelenggarakan
kegiatan usaha utama berupa Toko Swalayan, yang menyediakan barang-barang dan non
anggota.
Bagian kedua
Usaha Pendukung
Pasal 69
Untuk meningkatkan efektivitas dan daya saing usaha utama tersebut, koperasi melaksanakan
kegiatan-kegiatan usaha pendukung berupa :
- Toko online
- Jasa Delivery Service.
Pasal 70
Dalam melaksanakan kegiatan konsumen sebagaimana dimaksud Pasal 63 ayat (1) dan Pasal 64,
koperasi wajib memperhatikan skala ekonomi dan kelayakan usahanya serta kebutuhan anggota
dan masyarakat konsumen.
Pasal 71
Hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan usaha diatur lebih lanjut dalam Anggaran-Rumah Tangga
(ART).
Bagian Ketiga
Usaha Tambahan
Pasal 72
(1) Selain melaksanakan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) dan
Pasal 64, koperasi melaksanakan usaha tambahan berupa :
- Penginapan;
- Tour dan travel;
- Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (USPPS), dengan kegiatannya yaitu :
BAB VII
Bagian Kesatu
Cara Pembagian
Pasal 73
(1) Mengacu pada Keputusan Rapat Anggota, Sisa Hasil Usaha disisihkan terlebih dahulu
untuk Dana Cadangan dan sisanya digunakan untuk :
a. Anggota sebanding dengan transaksi usaha yang dilakukan oleh masing masing
Anggota dengan Koperasi;
b. Anggota sebanding dengan jumlah kepemilikan simpanan wajibnya;
c. Dana pendidikan perkoperasian kepada anggota;
d. Pengurus, Pengawas dan Karyawan;
e. Penggunaan lain yang ditetapkan dalam Rapat Anggota.
(2) Besarnya persentasenya Pembagian Sisa Hasil Usaha sebagaimana dimaksud ayat (1),
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Bagian Kedua
Pasal 74
(1) Dalam hal terdapat kerugian Usaha, Koperasi dapat menggunakan Dana Cadangan;
(2) Penggunaan Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
berdasarkan Rapat Anggota;
(3) Dalam hal Dana Cadangan yang ada tidak cukup untuk menutup kerugian usaha, Defisit
hasil usaha dibebankan pada periode tahun buku berikutnya;
BAB VIII
Pasal 75
(1) Pengelolaan organisasi dan usaha Koperasi secara keseluruhan merupakan tanggung
jawab Pengurus;
(2) Untuk memenuhi permintaan anggota akan penyediaan produk produk layanan usaha
simpan pinjam wajib disusun database kebutuhan layanan simpan pinjam bagi anggota
dan masyarakat.
(3) Dalam pengelolaan usaha koperasi, pengurus dapat mengangkat Manager dan Karyawan;
(4) Sebagai konsekuensi dari pengangkatan manager dan karyawan lainnya oleh Pengurus,
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pengurus berkewajiban melaksanakan fungsi
pengawasan dan pengendalian;
(5) Kerugian usaha koperasi sebagai akibat kelalaian pengurus atau manajer merupakan
tanggung jawab pengurus atau manager yang bersangkutan;
(6) Pengurus wajib menetapkan batas kewenangan yang dilimpahkan kepada manager
dan/atau pengelola;
(7) Persyaratan, Tugas, Kewajiban, Hak, Wewenang, Pengangkatan, dan Pemberhentian
Manager dan/atau Pengelola, diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga dan/atau
Peraturan lainnya.
BAB IX
PEMBUKUAN KOPERASI
Pasal 76
(1) Tahun Buku Koperasi dimulai tanggal 1 (satu) Januar dan berakhir sampai dengan tanggal
31 (tiga puluh satu) Desember, dan pada akhir bulan Desember tiap-tiap akhir tahun
pembukuan koperasi ditutup.
(2) Koperasi wajib menyelenggarakan pencatatan, pembukuan dan penyajian laporan
keuangan sesuai Standar Akuntansi Keuangan dan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia.
(3) Pengawas dapat meminta bantuan kepada Kantor Akuntan Publik untuk melakukan jasa
audit terhadap Koperasi.
(4) Apabila diperlukan, Laporan keuangan Tahunan dapat diaudit oleh Akuntan Publik atas
permintaan Rapat Anggota.
(5) Apabila ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) tidak dipenuhi, laporan
pertanggungjawaban tahunan oleh rapat anggota dinyatakan tidak sah.
(6) Dalam hal volume pinjaman yang diberikan unit simpan pinjam koperasi melebihi nilai 2
(dua) milyar 500 (lima ratus) juta rupiah wajib diaudit oleh kantor akuntan publik.
(7) Ketentuan, pengaturan lebih lanjut mengenai isi, bentuk, susunan Laporan keuangan
pertanggungjawaban Pengurus dan pelaksanaan audit diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga dan/atau peraturan lainnya.
BAB X
BAB XI
PEMBUBARAN,PENYELESAIAN , DAN
Bagian Kesatu
Pembubaran
Pasal 78
Pasal 79
(1) Usul pembubaran Koperasi diajukan kepada Rapat Anggota oleh Pengawas atau Anggota
yang mewakili paling sedikit 1/5 (satu perlima) jumlah Anggota;
(2) Keputusan pembubaran Koperasi ditetapkan oleh Rapat Anggota;
(3) Keputusan pembubaran Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sah apabila
diambil berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 73 huruf (b);
(4) Pengurus bertindak sebagaimana Kuasa Rapat Anggota pembubaran koperasi apabila
Rapat Anggota tidak menunjuk pihak yang lain;
(5) Koperasi dinyatakan bubar pada saat ditetapkan dalam keputusan Rapat Anggota;
Pasal 80
Bagian Kedua
Penyelesaian
Pasal 81
(1) Untuk penyelesaian terhadap pembubaran Koperasi harus dibentuk Tim penyelesaian;
(2) Tim penyelesai untuk penyelesaian terhadap pembubaran koperasi berdasarkan
keputusan Rapat Anggota ditunjuk oleh Rapat Anggota;
(3) Tim penyelesai untuk penyelesaian terhadap pembubaran koperasi berdasarkan berakhir
jangka waktu berdirinya koperasi ditunjuk oleh Rapat Anggota;
(4) Tim penyelesai untuk penyesuaian terhadap pembubaran berdasarkan keputusan
Pemerintahan ditunjuk oleh Menteri;
(5) Tim penyelesai untuk penyesuaian terhadap pembubaran berdasarkan keputusan
pengadilan Niaga ditunjuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(6) Selama dalam proses Penyelesaian terhadap pembubaran, koperasi tersebut tetap ada
dengan status “Koperasi dalam Penyelesaian”;
(7) Selama dalam proses Penyelesaian terhadap pembubaran, koperasi tidak diperbolehkan
melakukan perbuatan hukum, kecuali untuk memperlancar proses Penyelesaian;
Pasal 82
Dalam hal terjadi pembubaran Koperasi tetapi Koperasi tetapi Koperasi tidak mampu
melaksanakan kewajiban yang harus dibayar, Anggota hanya menanggung sebatas Simpanan
Pokok dan Simpanan Wajib di Koperasi, dan/atau Modal Penyertaan yang dimilliki;
Pasal 83
(1) Melakukan pencatatan dan penyusunan informasi tentang kekayaan, kewajiban dan
ekuitas Koperasi;
(2) Memanggil Pengawas, Pengurus, Karyawan, Anggota, dan pihak lain yang diperlukan,
baik sendiri-sendiri maupun bersama sama;
Pasal 84
Tim Penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 pada ayat (1) dan ayat (2) dapat diganti
apabila tidak melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 78.
Bagian Ketiga
Tanggungan Anggota
Pasal 85
(1) Bilamana koperasi dibubarkan dan pada saat penyelesaian pembubaran ternyata bahwa
kekayaan koperasi tidak mencukupi untuk melunasi segala perjanjian dan kewajiban,
maka anggota dan mereka yang telah berhenti sebagai anggota dalam waktu satu tahun
sebelum pembubaran koperasi diwajibkan menanggung kerugian itu masing-masing
sebatas Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib di Koperasi.
(2) Bila menurut kenyataan ada anggota dan mereka yang berhenti sebagai anggota dalam
waktu 1 (satu) tahun yang sebelum pembubaran koperasi, tidak mampu memenuhi
kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam pasal ini, maka kekurangan itu dibebankan
kepada anggota lain,sehingga jumlah kerugian yang menurut perhitungan harus dibayar
oleh para anggota dan mereka yang berhenti sebagai anggota dapat dipenuhi.
(3) Segala persoalan mengenai penentuan tindakan atau kejadian yang menyebabkan
kerugian, diselesaikan menurut hukum yang berlaku.
Pasal 86
(1) Kerugian yang diderita oleh koperasi pada akhir tahun buku, dapat ditutup dengan dana
cadangan atas persetujuan rapat anggota.
(2) Jika kerugian yang diderita oleh koperasi pada akhir suatu tahun buku tidak dapat ditutup
dengan dana cadangan sebagaimana dimaksud ayat 1, maka rapat anggota dapat
memutuskan untuk membebankan bagian kerugian tersebut kepada anggota sebatas
Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib di koperasi.
Pasal 87
Anggota yang telah berhenti dari koperasi tidak menanggung kerugian dari usaha yang tidak
turut diputuskan oleh mereka sesudah keluar dari koperasi.
Bagian Keempat
Pasal 88
Status badan hukum Koperasi hapus sejak tanggal pengumuman pembubaran Koperasi dalam
berita Negara Republik Indonesia;
BAB XII
SANKSI
Pasal 89
(1) Apabila anggota, Pengawas, dan pengurus melanggar ketentuan Anggaran Dasar atau
Rumah Tangga dan peraturan lainnya yang berlaku di Koperasi dikenakan sanksi oleh
Rapat Anggota berupa :
a. Peringatan lisan;
b. Peringatan tertulis;
c. Dipecat dari keanggotaan atau jabatannya;
d. Diberhentikan bukan atas kemauan sendiri;
e. Diajukan ke pengadilan
(2) Tata cara pengenaan sanksi bagi anggota:
a. Pengurus menyampaikan teguran lisan
b. Pengurus menyampaikan surat teguran tertulis pertama,
c. Pengurus menyampaikan surat teguran tertulis kedua,
d. Pengurus memanggil anggota yang bersangkutan untuk dibuat berita acara,
e. Dalam hal pemanggilan tidak diindahkan dan anggota yang bersangkutan terbukti
tidak melaksanakan kewajiban, maka pengurus menerbitkan surat keputusan
pencabutan status keanggotaan sementara, untuk diputuskan dalam Rapat Anggota.
f. Anggota yang terkena sanksi sebagaimana dimaksud huruf d.diberi kesempatan
untuk membela diri sebelum diputuskan dalam Rapat Anggota.
(3) Tata cara pengenaan sanksi bagi pengurus:
a. Pengawas mengundang untuk malakukan klarifikasi
b. Pengawas menyampaikan surat teguran tertulis pertama,
c. Pengawas menyampaikan surat teguran tertulis kedua,
d. Pengawas memanggil pengurus yang bersangkutan untuk dibuat berita acara,
e. Dalam hal surat teguran tertulis tidak diindahkan oleh pengurus dan terbukti
Pengurus melanggar ketentuan Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga
dan/atau peraturan lainnya maka pengawas menerbitkan surat keputusan
pemberhentian sementara pengurus untuk diputuskan dalam Rapat Anggota.
f. Pengurus yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud huruf e.diberi
kesempatan untuk membela diri sebelum diputuskan dalam Rapat Anggota.
(4) Tata cara pengenaan sanksi bagi Pengawas
a. Perwakilan anggota menyampaikan teguran lisan kepada Pengawas yang melanggar
ketentuan Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga dan/atau peraturan lainnya;
b. Perwakilan anggota menyampaikan surat teguran tertulis pertama dan kedua kepada
pengawas.
c. Dalam hal surat teguran tertulis tidak diindahkan oleh pengawas dan terbukti
melanggar ketentuan Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga dan/atau
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 90
Bagian Kedua
Pasal 91
Rapat Anggota menetapkan Anggaran Rumah Tangga dan/atau Peraturan lainnya, yang Memuat
peraturan pelaksanaan berdasarkan ketentuan Anggaran Dasar Koperasi dan Tidak bertentangan
dengan Anggaran Dasar ini.
Ketua Pengurus
1 Peri Risnandar
Kopontren Daarut Tauhiid
Sekretaris Pengurus
2 Yusuf Rizal
Kopontren Daarut Tauhiid
Bendahara Pengurus
3 Sofian
Kopontren DaarutTauhiid
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
Anggaran Rumah Tangga Koperasi adalah merupakan penjabaran Anggaran Dasar Koperasi yang
berisi tentang peraturan pelaksanaan ketentuan-ketentuan sehingga tidak boleh bertentangan
dengan Anggaran Dasar Koperasi.
Pasal 2
Anggaran Rumah Tangga Koperasi hanya dapat diubah, ditambah atau dikurangi dengan
keputusan-keputusan Rapat Anggota dengan memperhatikan pasal (1) ART ini.
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 3
Kualifikasi Anggota
(1) Anggota Koperasi dikualifikasikan ke dalam 4 (empat) jenis, yaitu Anggota Inti, Anggota
Alumni Santri Karya, Anggota Komunitas Daarut Tauhiid, dan Anggota Mitra Muamalah.
(2) Kualifikasi anggota ditetapkan pada awal tahun buku dan dievaluasi kembali setiap akhir
tahun buku.
(3) Pengurus wajib mengumumkan daftar kualifikasi anggota pada setiap periode
pengklasifikasian.
Pasal 4
Status Keanggotaan
(1) Anggota aktif adalah anggota yang sudah melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib
secara teratur dan tepat waktu.
(2) Anggota yang tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar simpanan wajib selama 3
(tiga) bulan baik berturut-turut ataupun tidak berturut-turut maka digolongkan sebagai
anggota pasif.
(3) Anggota pasif tidak berhak diundang dalam Rapat Anggota Koperasi, kehilangan fasilitas
keanggotaan, kehilangan hak perhitungan Sisa Hasil Usaha (SHU) dari transaksi unit usaha
Pasal 5
Lembaga yang terafiliasi dengan Pesantren Daarut Tauhiid adalah lembaga-lembaga dan/atau
badan-badan usaha yang terikat secara formal dengan Pesantren Daarut Tauhiid dan/atau anak
perusahaan yang dimiliki oleh pimpinan/pengasuh Pondok pesantren Daarut Tauhiid dan/atau
dimiliki oleh Yayasan Daarut Tauhiid dan/atau dimiliki oleh Kopontren Daarut Tauhiid.
Pasal 6
Calon Anggota Inti adalah Santri Karya di lembaga yang terafiliasi dengan Pesantren Daarut
Tauhiid yang menyetor simpanan pokok maksimal selama 10 (sepuluh) bulan.
Pasal 7
(1) Seseorang dapat diterima menjadi Anggota Inti dengan syarat sebagai berikut:
a. Terdaftar, tercatat, dan masih aktif sebagai sebagai Penasihat Kopontren Daarut Tauhiid,
anggota organ Yayasan Daarut Tauhiid (Pembina, Pengawas, dan Pengurus), serta para
Ustadz/Ustadzah, Komisaris, Direksi dan/atau Karyawan/SantriKarya pada lembaga-
lembaga dan unit/badan usaha yang terafiliasi dengan Pesantren Daarut Tauhiid, yang
dibuktikan dengan surat keterangan atau rekomendasi dari lembaga yang bersangkutan.
b. Dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung mulai tanggal pengangkatan sebagai
santri karya, pengurus menerima sebagai calon anggota dan anggota.
c. Keputusan pengurus menerima calon anggota dan anggota harus dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan oleh Pengurus kepada Rapat Anggota berikutnya.
d. Pengurus segera mencatat nama calon anggota menjadi anggota dalam buku daftar
anggota setelah terlebih dahulu diberi nomor register keanggotaan dan menerbitkan
kartu anggota yang ditandatangani oleh Ketua Pengurus sebagai identitas telah diterima
secara resmi sebagai anggota koperasi.
(2) Seseorang yang dapat diterima menjadi anggota koperasi selain dari pasal 8 ayat 1 poin (a)
adalah:
a. Alumni Santri Karya yang dibuktikan secara tertulis dari lembaga yang bersangkutan.
b. Komunitas Daarut Tauhiid yang sedang dan/atau sudah mengikuti program yang
diselenggarakan oleh lembaga-lembaga Daarut Tauhiid.
c. Mitra Muamalah adalah masyarakat umum dan/atau jemaah Pondok Pesantren Daarut
Tauhiid.
Pasal 8
(1) Anggota yang berstatus selain Anggota Inti apabila menjadi santri karya maka status
keanggotaanya otomatis berubah menjadi Anggota Inti dengan melunasi simpanan pokok
sesuai dengan nominal yang diatur dalam Anggaran Dasar, dan apabila belum melunasi
simpanan pokok sebagai Anggota Inti maka berlaku jenis keanggotaan yang sebelumnya;
(2) Anggota Inti yang mengundurkan diri dan/atau yang diberhentikan dari kekaryaan pada
lembaga yang terafiliasi Pesantren Daarut Tauhiid harus melampirkan surat keterangan dari
lembaga yang bersangkutan dan berubah status keanggotaannya secara otomatis menjadi
anggota Alumni Santri Karya dan kelebihan simpanan pokoknya akan dialihkan
pencatatannya sebagai simpanan wajib;
(3) Anggota Inti yang berubah status keanggotaannya harus menyerahkan data/keterangan
tertulis kepada Koperasi, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah pengangkatan atau
pemberhentian santri karya tersebut.
Pasal 9
Keanggotaan Koperasi berakhir apabila anggota memenuhi salah satu kondisi sebagai berikut:
1. Meninggal dunia.
2. Meminta berhenti atas kehendak sendiri seperti dimaksud dalam pasal 8 Anggaran Rumah
Tangga ini.
3. Diberhentikan oleh Pengurus atau Rapat Anggota karena tidak lagi memenuhi persyaratan
keanggotaan atau karena telah berbuat sesuatu yang merugikan Koperasi.
4. Selama 6 (enam) bulan berturut-turut dikualifikasikan sebagai anggota pasif dan telah
diperingkatkan secara tertulis sampai dengan 3 (tiga) kali.
Pasal 10
Pasal 11
(1) Anggota luar biasa adalah orang yang bermaksud menjadi anggota, akan tetapi tidak
memenuhi seluruh syarat sebagai anggota.
(2) Syarat dan ketentuan penerimaan anggota luar biasa meliputi:
1. Warga Negara Indonesia yang berdomisili di luar negeri.
2. Warga Negara Asing yang berdomisili di Indonesia.
3. Individu yang berada dibawah perwalian dan tanggungjawab hukum sepenuhnya
dibawah walinya.
BAB III
MODAL KOPERASI
Pasal 12
(1) Modal koperasi terdiri dan dipupuk dari simpanan-simpanan anggota, pinjaman/pembiayaan,
penyisihan hasil usaha, temasuk cadangan serta sumber-sumber lain yang dapat dibenarkan
menurut aturan perkoperasian.
(2) Modal koperasi yang berasal dari penyisihan sisa hasil usaha, yaitu cadangan disebut sebagai
modal dari dalam koperasi.
(3) Modal koperasi yang berasal dari anggota berupa simpanan pokok, simpanan wajib,
simpanan sukarela serta simpanan-simpanan lain dan ditambah dengan modal yang berasal
dari dalam koperasi seperti disebutkan pada (ayat 2) pasal ini disebut sebagai modal yang
berasal dari dalam organisasi koperasi.
(4) Modal yang berasal dari pinjaman-pinjaman, simpanan sukarela dari bukan anggota serta
modal dari sumber-sumber lain yang dapat dibenarkan menurut aturan perkoperasian
disebut sebagai modal luar atau modal asing, atau hutang, dan dikelompokan sesuai dengan
jangka waktunya, yaitu:
a. Modal jangka pendek, apabila dapat ditarik kembali oleh pemiliknya dalam jangka waktu
kurang dari 1 (satu) tahun.
b. Modal jangka menengah, apabila dapat ditarik kembali oleh pemiliknya dalam jangka
waktu lebih dari 1 (satu) tahun dan kurang dari 5 (lima) tahun.
c. Modal jangka panjang, apabila dapat ditarik kembali oleh pemiliknya dalam jangka waktu
lebih dari 5 (lima) tahun.
Pasal 13
Modal Luar
(1) Modal dari luar koperasi adalah yang berasal dari sumber-sumber di luar organisasi
koperasi.
(2) Modal luar menjadi modal tetap apabila berbentuk hibah atau donasi yang tidak mengikat.
(3) Modal luar menjadi hutang koperasi apabila koperasi harus mengembalikan kepada
pemiliknya menurut syarat-syarat yang diatur dalam perjanjian.
Pasal 14
(1) Pengurus atas nama Koperasi dapat mengadakan perjanjian pembiayaan untuk modal
dengan pihak ketiga.
(2) Pengurus baik secara sendiri-sendiri atau secara bersama-sama menanggung kerugian atas
pembiayaan untuk modal dari pihak ketiga apabila terbukti kerugiannya itu diakibatkan oleh
kelalaian dan/atau kesalahan pengurus.
(3) Pengurus baik secara sendiri-sendiri atau secara bersama-sama dibebaskan dari
menanggung kerugian atas pembiayaan untuk modal apabila terbukti kerugian itu bukan
diakibatkan oleh kelalaian atau kesalahan Pengurus tetapi tidak dibebaskan dari
menanggung kerugian sebagai Anggota Koperasi.
Pasal 15
Simpanan Pokok
(1) Simpanan pokok adalah simpanan anggota yang disetor, pada saat seseorang secara resmi
dinyatakan sebagai anggota koperasi.
(2) Besarnya simpanan pokok anggota telah tercantum dalam Anggaran Dasar.
(3) Uang simpanan pokok harus dibayar sekaligus akan tetapi pengurus dapat mengijinkan
Anggota untuk membayar dalam waktu sebanyak-banyaknya 5 (lima) kali angsuran bulanan.
(4) Simpanan pokok tidak dapat diminta kembali oleh anggota selama masih menjadi anggota.
Pasal 16
(1) Simpanan wajib adalah simpanan yang harus disetor oleh anggota pada setiap awal bulan
atau selambat–lambatnya akhir bulan yang bersangkutan.
(2) Besarnya simpanan wajib anggota telah tercantum dalam Anggaran Dasar.
(3) Anggota yang tidak menunaikan simpanan wajibnya dalam 3 (tiga) bulan beralih status
keanggotaan menjadi anggota pasif.
(4) Simpanan wajib tidak dapat diminta kembali oleh anggota selama masih menjadi anggota.
Pasal 17
Simpanan Sukarela
(1) Simpanan sukarela anggota adalah simpanan anggota di luar simpanan pokok dan simpanan
wajib yang dapat diberikan dan diambil setiap saat oleh anggota.
(2) Simpanan anggota mitra muamalah dikategorikan dalam simpanan sukarela sesuai dengan
jenis dan ketentuannya, yang diatur dalam peraturan khusus.
Pasal 18
(1) Penyertaan pihak ketiga merupakan penyertaan individu atau perusahaan kepada koperasi
dengan jumlah, waktu, dan nisbah yang ditetapkan dalam perjanjian kerjasama.
(2) Pembagian bagi hasil antara koperasi dengan investor adalah jumlah investasi investor
dibagi dengan jumlah modal koperasi dikali laba bersih dikali nisbah bagi hasil yang
disepakati kedua belah pihak.
Pasal 19
Modal Pinjaman
(1) Anggota
(2) Koperasi lainnya dan atau anggotanya
(3) Bank dan lembaga keuangan lainnya
(4) Sumber lain yang sah
BAB IV
RAPAT ANGGOTA
Pasal 20
Penyelenggaraan
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
Sahnya rapat anggota menurut ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Rumah Tangga ini dicatat
dalam Berita Acara sebagai salah satu butir keputusan anggota.
Pasal 24
(1) Rapat Anggota tahunan diadakan dalam waktu paling lambat tanggal 30 (tiga puluh) Juni
tahun buku berikutnya.
(2) Selama Rapat Anggota Tahunan belum diselenggarakan dan program kerja atau anggaran
pendapatan dan belanja koperasi tahun berikutnya belum disahkan oleh Rapat Anggota,
maka Pengurus hanya diperbolehkan mengambil tindakan-tindakan rutin demi tetap
terselenggaranya kegiatan koperasi.
(3) Rapat Anggota Tahunan membahas seluruh atau sebagian dari acara di bawah ini
a. Pengesahan kuorum rapat, tata tertib rapat, pemilihan pimpinan sidang, dan daftar
acara.
b. Pembukaan
c. Pembacaan dan pengesahan berita acara rapat anggota tahunan yang lampau apabila
pembacaan dan pengesahan itu belum dilakukan sebelumnya.
d. Pelaporan oleh Pengurus tentang koperasi dan perusahaannya untuk tahun buku yang
lampau dengan menyediakan neraca, perhitungan keuangan disertai dengan catatan-
catatan yang perlu dan hal-hal penting lainnya yang berdasarkan Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga yang harus dilaporkan Kepada Rapat Anggota.
e. Pembacaan laporan pemeriksaan oleh Pengawas.
f. Pengesahan rencana pekerjaan untuk tahun buku berikutnya dan peninjauan anggaran
pendapatan dan belanja koperasi untuk tahun buku yang berjalan.
g. Penetapan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
h. Pemilihan, pelantikan dan ikrar Pengurus, Pengawas, dan Penasihat.
i. Perumusan peraturan-peraturan khusus.
Pasal 25
(1) Dalam keadaan yang istimewa atau luar biasa, maka rapat anggota adalah sah bila dihadiri
sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari jumlah Anggota Inti ditambah Anggota
Alumni Santri Karya.
(2) Apabila ketentuan dalam (ayat 1) pasal ini, masih juga belum dapat terlaksana maka
pelaksanaan rapat Anggota dapat dilaksanakan dengan musyawarah mufakat diantara
peserta rapat anggota yang hadir.
(3) Keadaan istimewa atau luar biasa pada (ayat 1) dan (ayat 2) pasal ini adalah sebagai berikut:
a. Apabila biaya untuk mengadakan Rapat Anggota tidak memungkinkan atau sangat
memberatkan koperasi.
b. Apabila keadaan negara atau karena peraturan-peraturan/ketentuan-ketentuan
pemerintah baik pusat maupun setempat tidak memungkinkan diadakannya rapat
anggota sebagaimana mestinya.
c. Apabila perubahan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga harus diadakan
berhubungan dengan atau dikehendaki oleh ketentuan Undang-undang/peraturan-
peraturan/ketentuan-ketentuan pelaksanaannya.
d. Apabila rapat anggota harus diadakan demi kelancaran usaha koperasi dan untuk
memenuhi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah tangga, sedangkan sebagian besar
anggota aktif tidak dapat menghadiri rapat anggota yang bersangkutan dengan
ketentuan bahwa segala keputusan rapat anggota yang diadakan menurut ayat 1 (satu)
pasal ini hanyalah bila keputusan-keputusan itu menguntungkan anggota,
menyelamatkan organisasi dan perusahaan koperasi.
Pasal 26
Rapat Anggota Khusus Tentang Perubahan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga Dan
Pembubaran Koperasi
(1) Untuk mengubah Anggaran Dasar harus diadakan Rapat Anggota yang dihadiri sekurang-
kurangnya ¾ (tiga perempat) dari jumlah anggota aktif dan keputusannya harus disetujui
oleh suara terbanyak dari jumlah peserta yang hadir.
(2) Untuk mengubah Anggaran Rumah tangga harus diadakan rapat anggota yang dihadiri
sekurang-kurangnya ½ (setengah) dari jumlah anggota Inti ditambah Anggota Alumni Santri
Karya dan keputusannya harus disetujui oleh suara terbanyak dari peserta yang hadir.
(3) Untuk membubarkan koperasi harus diadakan rapat anggota yang dihadiri oleh sekurang-
kurangnya ¾ (tiga perempat) dari jumlah anggota Inti ditambah Anggota Alumni Santri
Pasal 27
Rapat Anggota dapat dilakukan melalui media telekonferensi, video konferensi, atau sarana
media elektronik lainnya yang memungkinkan semua peserta saling melihat dan mendengar serta
berpartisipasi langsung dalam Rapat Anggota, dengan ketentuan :
a. Pengurus menyampaikan materi dan bahan rapat kepada setiap anggota secara lengkap,
jelas, dan mudah dimengerti, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum Rapat Anggota
dilaksanakan.
b. Persyaratan kuorum dan sahnya pengambilan keputusan Rapat Anggota adalah
sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Koperasi.
c. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf b di atas dihitung berdasarkan jumlah
peserta yang mengikuti Rapat Anggota melalui media telekonferensi, video konferensi, atau
sarana media elektronik lainnya.
d. Rapat Anggota sebagaimana dimaksud pada huruf c wajib dibuatkan risalah rapat yang
disetujui dan ditandatangani oleh semua peserta Rapat Anggota.
BAB V
PENGURUS
Pasal 28
Pasal 29
(1) Ketua menjalankan tugas-tugas sebagai pemimpin umum, membina kepemimpinan antara
pengelola, ikut menandatangani surat-surat berharga serta surat-surat lain yang berkaitan
dengan penyelenggaran Koperasi, menjalankan tugas-tugas yang diamanahkan oleh
ketentuan AD/ART khususnya mengenai pencapaian tujuan, visi, misi, fungsi, dan prinsip-
prinsip koperasi.
(2) Sekretaris bertugas dalam urusan kesekretariatan, keadministrasian, kepersonalian, sistem
pengendalian manajemen, kehumasan dan tata nilai/budaya organisasi.
(3) Bendahara bertugas dalam urusan keuangan, investasi, pengendalian keuangan dan
pencarian sumber-sumber modal baru ataupun memproduktifkan asset Koperasi
Pasal 30
Wewenang Pengurus
Pasal 31
Rapat Pengurus
(1) Dalam meningkatkan pengawasan kegiatan, diadakan rapat pengurus secara rutin minimal 1
(satu) bulan sekali untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengadakan evaluasi terhadap kebijaksanaan Pengurus.
b. Mempertimbangkan dan memutuskan kebijaksanaan keuangan.
c. Menilai/mengadakan evaluasi mengenai usaha dan bidang-bidang lainnya.
(2) Rapat Pengurus tersebut dilaksanakan baik antara Pengurus sendiri, Pengurus dengan
Pengawas, Pengurus dengan Pengelola (Pimpinan Usaha) yang diangkat atau ditunjuk,
Pengurus dengan Santri Karya dan lain-lain yang disesuaikan dengan permasalahannya.
PENGAWAS
Pasal 32
(1) Pengawas Koperasi dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota dengan jumlah
sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang tidak termasuk dalam keanggotaan pengurus, dan salah
seorang diantaranya dipilih sebagai Ketua Pengawas.
(2) Keanggotaan Pengawas diusahakan agar mewakili unsur-unsur anggota koperasi.
(3) Pengawas tidak gugur hak dan kewajibannya sebagai Anggota Koperasi.
(4) Tata cara pemilihan Pengawas adalah sebagai berikut:
1. Pembacaan kriteria calon Pengawas sesuai dengan AD/ART oleh Pimpinan Sidang.
2. Anggota mengusulkan nama-nama calon Pengawas.
3. Pimpinan Sidang menanyakan kesediaan masing-masing calon.
4. Pemilihan Pengawas dapat dilakukan dengan aklamasi jika calon hanya 3 (tiga) orang.
5. Jika calon lebih dari 3 (tiga) orang maka dilakukan pemungutan suara tertutup, dan 3
(tiga) peserta peraih suara terbanyak terpilih sebagai Pengawas.
(5) Pengawas yang terpilih mengucapkan sumpah/janji di hadapan Rapat Anggota sebagaimana
diatur dalam pasal 38 Anggaran Rumah Tangga Koperasi.
(6) Anggota pengawas yang masa jabatannya telah berakhir dapat dipilih kembali.
Pasal 33
Tugas Pengawas
1. Menjaga dan mengamati secara teratur pelaksanaan atas peraturan-peraturan intern seperti
Anggaran Dasar, Angggaran Rumah Tangga, serta keputusan Rapat Anggota agar senantiasa
dipatuhi oleh Pengurus, Manajer, Karyawan/Santri karya, dan Anggota.
2. Mengamankan kepentingan-kepentingan koperasi, anggota dan pihak-pihak lainnya.
3. Mengawasi pelaksanaan kegiatan usaha agar hasil yang dicapai sesuai dengan rencana yang
telah disahkan.
4. Mendorong untuk tercapainya pelaksanaan usaha yang efektif dan efisien.
5. Membantu pengurus dalam memecahkan permasalahan yang terjadi dalam Koperasi baik
menyangkut organisasi, manajemen maupun administrasi, usaha dan keuangan dengan jalan
memberikan saran atau usul.
6. Memberikan informasi yang obyektif tentang kondisi, perkembangan dan hasil yang dicapai
kepada anggota, pejabat beserta penasehat,
7. Mendampingi pengurus bila diadakan pemeriksaan oleh pihak luar.
8. Menjaga agar kekayaan koperasi digunakan secara sehat untuk kegiatan usaha sesuai
dengan kepentingan dan kebutuhan anggota.
9. Melakukan pemeriksaan atas tata kehidupan koperasi, yang meliputi bidang organisasi,
usaha, permodalan, keuangan maupun bidang lainnya.
Pasal 34
Wewenang Pengawas
1. Dengan tidak mengurangi apa yang ditetapkan dalam pasal 33 Anggaran Rumah Tangga ini,
maka pengawas mempunyai wewenang melakukan pemeriksaan intern, sekurang-
kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.
2. Mengembangkan prosedur, metode dan teknik pemeriksaan disesuaikan dengan situasi,
kondisi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi alat pemeriksaan.
3. Meneliti segala catatan seluruh harta kekayaan Koperasi dan kebenaran pembukuannya.
4. Mengevaluasi kebijakan dan keputusan-keputusan Pengurus dalam menyelenggarakan
organisasi dan usaha Koperasi.
5. Mengumpulkan segala keterangan yang diperlukan dari siapapun untuk hal-hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugasnya.
6. Untuk mendukung kebenaran dalam pengumpulan data atau informasi, maka pengawas
dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Meninjau terhadap pribadi-pribadi.
b. Meneliti laporan-laporan lisan, tertulis dan atau yang bersifat khusus.
7. Pengawas berwenang menyelesaikan perselisihan yang timbul karena kepentingan
memperjuangkan kemajuan Koperasi dan/atau karena kepentingan khusus Koperasi dalam
hubungannya dengan Pengurus dengan jalan adil dan damai tanpa memihak kepada salah
satu pihak, serta wajib menegakan musyawarah untuk mufakat.
8. Pengawas dapat mengajukan pengaduan tuntutan terhadap Pengurus dan/atau Santri Karya
Koperasi kepada penegak hukum, jika terbukti melakukan hal-hal yang merugikan Koperasi.
9. Pengawas dapat meminta bantuan auditor luar atas persetujuan pengurus dan pejabat, yang
disebut dalam Anggaran Rumah Tangga ini sebagai pemeriksana ekstern atas pertimbangan-
pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 35
(1) Tanggung jawab pengawas adalah melaksanakan tugas, sehingga tata kehidupan Koperasi
dapat lestari tumbuh dan berkembang.
(2) Pengawas harus mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Anggota di
Rapat Anggota.
Pasal 36
Pasal 37
(1) Tugas-tugas pengawasan yang dilimpahkan oleh Rapat Anggota dilaksanakan oleh
Pengawas melalui urutan sebagai berikut:
a. Merumuskan maksud pengawasan.
b. Menyampaikan pemberitahuan maksud pengawasan kepada Pengurus.
c. Melaksanakan pengawasan.
d. Membuat laporan secara tertulis untuk disampaikan pada Rapat Anggota dan
tembusannya kepada pejabat Koperasi.
(2) Dalam meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan koperasi, diadakan rapat Pengurus
dengan Pengawas sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.
Pasal 38
(1) Sebelum memangku jabatannya, Pengurus dan Pengawas harus mengucapkan sumpah/janji
Pengurus/Pengawas di hadapan Rapat Anggota, dan menandatangani Berita Acara
pengucapan sumpah/janji.
(2) Sumpah/Janji Pengurus/ Pengawas, adalah sebagai berikut:
BAB VII
Pasal 39
(1) Rapat Anggota membentuk dan menetapkan Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam struktur
organisasi Kopontren DT.
(2) Jumlah Dewan Pengawas Syariah (DPS) Kopontren DT paling sedikit 2 (dua) orang dan
setengahnya memiliki sertifikasi Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI).
(3) Dewan Pengawas Syariah (DPS) diutamakan berasal dari anggota Kopontren DT dan dapat
diangkat dari luar anggota Kopontren DT.
(4) Masa jabatan Dewan Pengawas Syariah (DPS) paling lama 2 (dua) tahun dan apabila sudah
berakhir masa jabatannya dapat dipilih kembali.
(5) Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan korporasi, keuangan
negara, dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan, dalam waktu 5 (lima) tahun
sebelum pengangkatan.
(6) Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dan semenda sampai derajat kesatu dengan
pengurus Kopontren DT.
(7) Memiliki pemahaman muamalah syariah, kelembagaan ekonomi syariah dan perkoperasian
terutama dengan fungsi pengawasan.
BAB VIII
PENASIHAT
Pasal 40
(1) Dewan penasihat sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang dan tidak termasuk ke dalam
keanggotaan Pengurus dan Pengawas Koperasi.
(2) Anggota Penasihat dipilih oleh Rapat Anggota dengan masa jabatan 3 (tiga) tahun.
(3) Anggota Penasihat yang masa jabatannya telah berakhir dapat dipilih kembali.
Pasal 41
BAB IX
PENGELOLA
Pasal 32
(1) Pengelola adalah pelaksana profesional usaha Koperasi yang ditunjuk oleh Pengurus untuk
mengelola dan mengembangkan usaha Koperasi.
(2) Pengelola melaksanakan semua kebijakan Pengurus dan bertanggungjawab kepada
Pengurus.
(3) Pengelola wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Tidak pernah melakukan tindakan tercela di bidang keuangan dan/atau dihukum karena
terbukti melakukan tindak pidana di bidang keuangan, dibuktikan dengan surat kelakuan
baik dari petugas yang berwenang.
b. Memiliki akhlak dan moral yang baik.
c. Mempunyai keahlian di bidang usaha terkait atau pernah berkarya di unit usaha yang
terkait.
(4) Pengelola mendapatkan imbalan jasa dalam bentuk gaji yang besarannya ditentukan oleh
Pengurus.
(5) Pengelola mendapatkan bonus dari SHU sesuai dengan kinerjanya dalam memajukan
Koperasi yang ditentukan dalam Rapat Anggota.
(6) Setiap akhir bulan, Pengelola berkewajiban membuat laporan dan menyampaikannya kepada
pengurus, yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Program dan kegiatan usaha.
b. Keuangan.
c. Pengelolaan SDM .
Pasal 33
(1) Pengelolaan usaha koperasi dilakukan oleh pimpinan unit usaha dengan dibantu oleh
beberapa orang Karyawan/Santri Karya Koperasi.
(2) Karywan/Santri Karya Koperasi diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus.
(3) Hal-hal yang mengenai Karyawan/Santri Karya dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
BAB X
Pasal 34
(1) Dalam pelaksanaan kegiatan usaha, diperlukan adanya pengendalian dan pengawasan
terhadap kinerja karyawan. Hal ini bertujuan untuk :
a. Memastikan setiap karyawan bekerja sesuai standar yang telah ditetapkan
b. Mengukur pencapaian terhadap target yang telah ditentukan
c. Melaksanakan fungsi kontrol manajemen
d. Mengambil tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi penyimpangan
(2) Agar pengendalian dan pengawasan karyawan dapat berjalan dengan efektif, maka
pengendalian dan pengawasan dilakukan secara berjenjang berdasarkan hierarki
amanah/jabatan
BAB XI
KEGIATAN USAHA
Pasal 35
(1) Guna tercapainya maksud dan tujuan, Koperasi melaksanakan kegiatan usaha sebagai
berikut:
a. Menyediakan segala kebutuhan untuk beribadah, kebutuhan kantor, dan kebutuhan
rumah tangga.
b. Menyediakan layanan jasa simpan pinjam kepada anggota
c. Menyediakan layanan pembiayaan syariah kepada anggota.
d. Menyediakan kebutuhan pendidikan dan pelatihan ekonomi syariah, kepemimpinan
(leadership) dan kewirausahaan (entrepreneurship) untuk anggota dan masyarakat.
e. Menyediakan kebutuhan-kebutuhan berbagai produk kerajinan Islami
BAB XII
Pasal 36
(1) Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah adalah merupakan salah satu usaha yang
diselenggarakan oleh koperasi di bidang jasa keuangan, yang pengelolaannya harus
dipisahkan dari Unit usaha-lainnya serta memenuhi persyaratan Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1995 (seribu sembilan ratus sembilan puluh lima) tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.
(2) Dalam melaksanakan usahanya, Unit Simpan Pinjam dapat menyelenggarakan usaha sebagai
berikut:
a. Menerima simpanan berjangka dan simpanan dari anggota, calon anggota, Koperasi lain
dan/atau anggotanya.
b. Memberikan pembiayaan kepada anggota, serta Koperasi lain dan/atau anggotanya.
c. Melakukan kerjasama dan kemitraan dengan pihak ketiga dalam rangka meningkatkan
pelayanan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b.
(3) Pelayanan terhadap koperasi lain dan/atau anggotanya dilakukan berdasarkan kerjasama
atau kemitraan usaha.
(4) Ketentuan mengenai jenis, tata cara, persyaratan, administrasi dan lainnya mengenai
simpanan berjangka dan simpanan serta pemberian pembiayaan diatur lebih lanjut dalam
peraturan khusus.
Pasal 37
Pasal 38
Pembiayaan Syariah
(1) Dalam usaha pemberian pembiayaan koperasi dapat menetapkan berbagai jenis pembiayaan
sesuai dengan kebutuhan.
(2) Pembiayaan hanya dapat diberikan pada anggota serta Koperasi lain dan/atau anggotanya.
(3) Setiap pembiayaan yang diberikan harus diikat dengan surat perjanjian pembiayaan dan
diperkuat dengan jaminan.
(4) Jaminan pembiayaan dapat berupa surat bukti kepemilikan barang, hak tagih, pernyataan
kesediaan tanggung renteng di antara anggota, atau usaha yang dibiayai dari pembiayaan
tersebut.
(5) Setiap permohonan pembiayaan harus disertai bukti yang mendukung penggunaan
pembiayaan tersebut.
(6) Batas maksimum pemberian pembiayaan kepada anggota serta Koperasi lain dan/atau
anggotanya ditetapkan oleh Rapat Anggota.
Pasal 39
Pasal 40
(1) Untuk meningkatkan kualitas pelayanan Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah,
Koperasi dapat membuka jaringan pelayanan berupa Kantor Cabang, Kantor Cabang
Pembantu, dan Kantor Kas di tempat kedudukan koperasi atau di tempat lain.
(2) Pembukaan Kantor Cabang Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah berskala daerah
harus mendapat persetujuan dari Kepala Dinas atau Kantor Koperasi di tingkat
Kota/Kabupaten atas nama Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia atau Bupati/Walikota atau Gubernur.
(3) Kantor Cabang berfungsi mewakili Kantor Pusat dalam menjalankan kegiatan usaha untuk
menghimpun dana dan penyalurannya serta mempunyai wewenang memutuskan pemberian
pembiayaan.
(4) Kantor Cabang Pembantu berfungsi mewakili Kantor Cabang dalam menjalankan kegiatan
usaha untuk menghimpun dana dan penyalurannya serta mempunyai wewenang menerima
permohonan pembiayaan tetapi tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan
pemberian pembiayaan.
Pasal 41
(1) Pengelolaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan Kantor Kas dilakukan oleh
Pimpinan Kantor Cabang, Pimpinan Kantor Cabang Pembantu dan Pimpinan Kantor Kas
dibantu oleh karyawan.
(2) Pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Pengurus dengan
perjanjian/kontrak kerja setelah mendengar saran dari Manajer Unit Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah.
(3) Persyaratan untuk diangkat menjadi Pimpinan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan
Kantor Kas adalah:
a. Mempunyai keahlian di bidang keuangan atau pernah mengikuti pelatihan, atau magang
dalam usaha simpan pinjam.
b. Tidak pernah melakukan tindakan tercela di bidang keuangan dan atau dihukum karena
terbukti melakukan tindak pidana di bidang keuangan.
c. Memiliki akhlak dan moral yang baik.
(4) Pimpinan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan Kantor Kas dalam melaksanakan
tugasnya bertanggung jawab kepada Pengurus yang secara teknis operasional diatur dalam
peraturan khusus.
(5) Pengaturan lebih lanjut mengenai persyaratan, tugas, kewajiban, hak dan wewenang
Pimpinan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Kas diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Khusus dan/atau perjanjian/kontrak kerja.
Pasal 42
Kerahasiaan
(1) Pengelola Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah berkewajiban merahasiakan segala
sesuatu yang berhubungan dengan Simpanan Berjangka dan Tabungan masing-masing
penyimpan kepada pihak ketiga dan kepada anggota secara perorangan, kecuali dalam hal
yang diperlukan untuk kepentingan proses peradilan atau perpajakan.
(2) Permintaan untuk mendapatkan keterangan mengenai Simpanan Berjangka dan Tabungan
sehubungan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan oleh
pimpinan Instansi yang menangani proses peradilan atau perpajakan kepada Pemerintah.
Pasal 43
Pelaporan
(1) Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah melalui Koperasinya wajib menyampaikan
laporan keuangan secara berkala (triwulan) dan tahunan kepada Pemerintah, dengan
ketentuan:
BAB XIII
Pasal 44
(1) Sisa Hasil Usaha, yang selanjutnya disingkat SHU, yaitu pendapatan usaha koperasi yang
diperoleh dalam 1 (satu) tahun buku dikurangi dengan penyusutan-penyusutan aktiva tetap
ditambah segala biaya usaha dan organisasi yang dikeluarkan oleh Koperasi dalam tahun
buku yang bersangkutan.
(2) Pendapatan koperasi adalah surplus harga pelayanan koperasi.
Pasal 45
(1) Sisa Hasil Usaha yang diperoleh setelah dikurangi zakat sebesar 2.5% (dua koma lima persen)
pembagiannya diatur sebagai berikut :
a. 30% (tiga puluh persen) untuk Dana Cadangan Koperasi.
b. 35% (tiga puluh lima persen) untuk Anggota, sebanding dengan jasa usahanya terhadap
koperasi (transaksi dan partisipasi modal).
c. 10% (sepuluh persen) untuk Dana Pengurus dan Pengawas.
d. 10% (sepuluh persen) untuk Dana Pengelola dan Karyawan.
e. 15% (lima belas persen) untuk Dana Pendidikan, Dana Sosial dan Dana Pembangunan
Daerah Kerja.
(2) Pembagian dan prosentase sebagaimana diatur dalam ayat (1) pasal 37 dapat diubah sesuai
dengan keputusan Rapat Anggota.
Pasal 46
(1) SHU koperasi dapat diperoleh dari usaha–usaha yang diselenggarakan untuk anggota dan
usaha-usaha yang diselenggarakan untuk bukan anggota.
(2) Penggunaan Sisa Hasil Usaha sesuai dengan yang ditetapkan pada Anggaran Dasar.
Pasal 47
(1) Dana cadangan adalah kekayaan koperasi yang disediakan untuk menutup kerugian-
kerugian koperasi sehingga tidak boleh dibagikan kepada anggota tetapi dapat digunakan
sebagai modal koperasi.
(2) Rapat Anggota dapat memutuskan untuk menggunakan paling banyak 75% (tujuh puluh lima
persen) dari seluruh jumlah dana cadangan sebagai modal usaha koperasi.
BAB XIV
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
Pasal 48
BAB XV
PEMBUKUAN KOPERASI
Pasal 49
(1) Koperasi wajib menyelenggarakan pembukuan organisasi dan pembukuan usaha sebagai
layaknya perusahaan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku, atau menurut
contoh yang ditetapkan oleh pejabat.
(2) Pembukuan organisasi merupakan kesatuan administrasi dari seluruh kegiatan di luar usaha,
sekurang-kurangnya meliputi:
Pasal 50
(1) Laporan keuangan koperasi berisikan informasi yang berguna bagi Anggota dan pihak-pihak
lain yang berkepentingan agar mengetahui tentang hal sebagai berikut:
a. Manfaat yang diperoleh dari koperasi dengan menjadi Anggota koperasi.
b. Prestasi dan posisi keuangan koperasi dalam 1 (satu) periode pelaporan.
c. Sumber daya ekonomis yang dimiliki koperasi, kewajiban dan kekayaan bersihnya,
dengan memisahkan antara yang berkaitan dengan anggota dan bukan anggota serta
kejadian-kejadian dari keadaan yang dapat mengubahnya.
d. Informasi penting lainnya yang dapat mempengaruhi prestasi dan kondisi keuangan
koperasi.
(2) Laporan keuangan koperasi harus memberikan ciri-ciri kualitatif yang relevan, dapat
dimengerti, berdaya uji netral, tepat waktu, berdaya banding dan lengkap.
Petugas Pembukuan
(1) Pengurus dapat mengangkat Karyawan/Santri Karya yang secara khusus ditugaskan
melakukan pembukuan.
(2) Biaya-biaya yang berhubungan dengan (ayat 1) pasal ini dibebankan kepada koperasi.
BAB XVI
Pasal 52
Penggabungan
Pasal 18
Peleburan
(1) Selain perubahan anggaran dasar karena penggabungan, 2 (dua) koperasi atau lebih dapat
melakukan peleburan menjadi satu badan hukum koperasi baru.
(2) Pengesahan akta pendirian koperasi baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan tata cara sebagaimana dimaksud dalam BAB IV Peraturan Menteri ini dengan
ditambah lampiran berupa:
a. 2 (dua) rangkap anggaran dasar koperasi, dan bermaterai cukup;
b. data akta pendirian dan anggaran dasar koperasi hasil peleburan;
c. berita acara rapat peleburan koperasi;
d. berita acara atau pernyataan keputusan rapat anggota dari masing-masing koperasi yang
melakukan peleburan;
e. anggaran dasar asli dari masing–masing koperasi yang dilebur; dan
f. neraca awal koperasi hasil peleburan.
BAB XVII
Pasal 53
Penyelesaian pembubaran
(1) Berdasarkan permintaan pembubaran koperasi dan hasil pemeriksaan, pejabat menerbitkan
keputusan pembubaran koperasi.
(2) Dengan terbitnya surat keputusan pejabat tentang pembubaran koperasi, maka segala
sesuatu yang berhubungan dengan organisasi dan perusahaan koperasi menjadi tanggung
jawab Tim Penyelesaian yang diangkat oleh pejabat.
(3) Selama proses penyelesaian, koperasi masih tetap berstatus sebagai badan hukum dan
disebut “KOPERASI DALAM PENYELESAIAN”.
(4) Tim penyelesaian yang diangkat oleh pejabat mempunyai hak, kewenangan dan kewajiban
sebagai berikut:
a. Melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama koperasi serta mewakilinya di
depan dan di luar pengadilan.
b. Mengumpulkan, menyusun dan mencatat berbagai keterangan-keterangan yang
diperlukan.
c. Mengambil anggota dan bekas anggota satu persatu atau bersama-sama.
d. Menetapkan jumlah tanggungan yang harus dibayar seperti yang dimaksud dalam
Anggaran Rumah Tangga ini.
e. Menetapkan oleh siapa dan menurut perbandingan bagaimana biaya penyelesaian harus
dibayar.
f. Menyelesaikan pembayaran biaya-biaya penyelesaian, hutang-hutang dan ganti kerugian
koperasi kepada pihak-pihak yang berhak.
g. Menetapkan penyimpanan dan penggunaan segala arsip koperasi.
h. Mempergunakan sisa kekayaan koperasi sesuai dengan asas dan tujuan koperasi,
peraturan perundang-undangan, keputusan Rapat Anggota terakhir atau menurut pasal-
pasal dan ayat-ayat yang tercantum dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga.
i. Memperoleh, memeriksa dan mempergunakan segala catatan serta arsip-arsip koperasi.
j. Membagikan Sisa Hasil Penyelesaian kepada anggota.
k. Setelah berakhir penyelesaian menurut jangka waktu yang ditetapkan oleh pejabat, maka
Tim penyelesaian membuat Berita Acara tentang penyelesaian.
l. Biaya tim penyelesaian yang ditunjuk oleh Rapat Anggota dibebankan kepada koperasi
paling tinggi 5% (lima persen) dari jumlah keseluruhan sisa hasil penyelesaian dan
pembayaran dapat dilakukan dari pembayaran hutang lainnya.
m. Berita acara sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 (dua) disampaikan kepada
pemerintah/pejabat maka dengan demikian tugas dalam penyelesaian sudah selesai.
n. Berdasarkan Berita Acara penyelesaian, maka Tim Penyelasaian mengajukan
pencabutan/pembatalan badan hukum koperasi kepada pejabat.
(5) Pembayaran biaya penyelesaian didahulukan dari pada pembayaran hutang-hutang dan ganti
lainnya.
Pasal 55
(1) Berdasarkan berita acara penyelesaian tentang penyelesaian proses pembubaran koperasi,
maka pejabat mengumumkan pembubaran koperasi dalam berita acara negara.
BAB XVIII
TANGGUNGAN ANGGOTA
Pasal 56
Kerugian Koperasi
(1) Kerugian koperasi adalah kerugian yang timbul dari aktivitas usaha selama tahun buku
maupun kerugian yang timbul pada saat pembubaran koperasi atau kejadian-kejadian khusus
yang dapat menimbulkan kerugian.
(2) Suatu kerugian dapat dibenarkan sebagai kerugian koperasi berdasarkan hasil pemeriksaan
yang sah.
(3) Pemeriksaan untuk menetapkan besarnya kerugian koperasi dilakukan oleh Pengawas.
(4) Apabila karena suatu hal Pengawas tidak melakukan tugas pemeriksaannya atau karena
kerugian akan menimbulkan akibat-akibat yang lebih luas, maka pemeriksaan dilakukan oleh
pembimbing dan pejabat, koperasi jasa audit dan/atau akuntan publik.
Pasal 57
(1) Kekayaan koperasi yang dapat digunakan untuk menutupi kerugian koperasi adalah
kekayaan koperasi yang tidak dibebani oleh kewajiban, seperti dana cadangan dan donasi
yang dihibahkan termasuk kekayaan lain yang telah dibeli dengan dana-dana tersebut serta
modal permanen koperasi.
(2) Kekayaan anggota yang dapat digunakan untuk menutupi kerugian koperasi adalah hak-hak
keuangan anggota yang berada di dalam dan dapat ditarik kembali oleh anggota pada saat
tertentu atau pada saat anggota berhenti menjadi anggota, yaitu terutama berbentuk
simpanan pokok dan wajib.
Pasal 58
Pasal 59
(1) Dalam hal terjadi kerugian-kerugian usaha, maka kerugian tersebut diselesaikan dengan cara
tanggungan terbatas sebagaimana dimaksud dalam Anggaran Rumah Tangga ini.
(2) Jika kerugian usaha tidak dapat diselesaikan dengan cara tanggungan terbatas, maka Rapat
Anggota dapat menetapkan cara tanggungan tidak terbatas dengan pertimbangan dari
kelangsungan hidup usaha koperasi dan tidak bertentangan dengan Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 60
(1) Kerugian khusus adalah kerugian koperasi sebagai akibat adanya kejadian-kejadian luar biasa
seperti risiko bencana, tindak pidana, pencurian, hal-hal yang tidak terduga atau kejadian-
kejadian lain yang berada diluar kemampuan manajemen untuk mencegahnya.
(2) Kerugian khusus ditutup dengan cara tanggungan terbatas dan apabila kerugian khusus
terjadi sedemikian rupa maka penyelesaiannya dapat dilakukan dengan memperlakukan
ketentuan-ketentuan tanggungan tidak terbatas dan atau seperti pada saat terjadi
pembubaran koperasi dengan pengecualian mereka telah berhenti menjadi anggota.
BAB XIX
SANKSI-SANKSI
Pasal 61
(1) Pengurus harus diperingatkan (secara lisan dan atau surat) apabila:
a. Tidak berhasil menyusun rancangan rencana kerja dan rencana anggaran pendapatan dan
belanja koperasi
b. Penyelenggaraan Rapat Anggota Tahunan tidak dapat dilaksanakan sesuai ketentuan
Anggaran Dasar Koperasi.
c. Pertanggungjawaban dalam pengelolaan usaha tidak memenuhi kehendak/aspirasi
Anggota
d. Laporan Keuangan tidak mendapat pernyataan dari Pengawas (Unqualified Opinion) atau
audit eksternal yang di tunjuk.
e. Dalam memimpin Koperasi belum menerapkan Manajemen Koperasi yang benar.
f. Masih belum menerapkan prinsip-prinsip Koperasi sebagaimana ditentukan di dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 62
(1) Pengawas harus diperingatkan (secara lisan dan atau surat) apabila:
a. Pelaksanaan pengawasan tidak sesuai dengan jadwal.
b. Laporan pertanggungjawaban kurang memenuhi kepentingan anggota.
c. Kerjasama Pengurus dan Pengawas kurang serasi.
d. Pelaksanaan pemeriksaan tidak sesuai dengan prosedur dan objek yang diperiksa.
(2) Pengawas dapat diberhentikan apabila:
a. Melakukan tindakan yang tujuannya melindungi Koperasi namun karena kelalaiannya
merugikan terhadap koperasi.
b. Pengawasan yang dilaksanakan tidak berdasarkan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
tangga, peraturan khusus dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di koperasi yang
berakibat merusak citra perkoperasian.
Pasal 63
(1) Anggota harus diberikan peringatan (secara lisan dan atau tertulis) apabila:
a. Tidak mematuhi terhadap Anggaran Dasar, Anggaran Rumah tangga dan keputusan
Rapat Anggota.
b. Kurang berpartisipasi pada kegiatan usaha Koperasi.
c. Kurang memahami pengertian asas kekeluargaan yang intinya adalah berusaha saling
tolong menolong, menghargai kepentingan orang lain dan solidaritas antara sesama
Anggota.
d. Apabila tidak aktif dalam pembayaran simpanan wajib selama 3 (tiga) bulan baik berturut-
turut atau tidak.
(2) Anggota akan diberhentikan apabila:
a. Dalam melaksanakan kewajibannya telah merugikan koperasi.
BAB XX
PEMBINAAN
Pasal 68
(1) Koperasi berada di bawah instansi pemerintah yang terkait baik di tingkat nasional, propinsi
maupun Kota/Kabupaten.
(2) Pemerintah memberikan bimbingan, kemudahan dan perlindungan kepada koperasi.
(3) Pelaksanaan pembinaan oleh pemerintah dimaksud tidak ikut campur urusan internal
koperasi tetapi untuk menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendukung
pertumbuhan koperasi yang sehat, kuat, tangguh, dan mandiri yang berarti kepada anggota.
BAB XXI
JANGKA WAKTU
Pasal 69
Koperasi didirikan dalam jangka waktu yang tak terbatas disesuaikan dengan kondisi dari usaha
koperasi serta aspirasi dan kebijakan anggota koperasi, yang diputuskan dalam Rapat Anggota
Khusus mengenai pembubaran koperasi
BAB XXII
PERATURAN KHUSUS
Pasal 70
(1) Pengurus dapat memutuskan peraturan -peraturan khusus mengenai hal-hal yang belum
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini dengan mempertimbangkan demi penyelamatan,
pemantapan dan pengembangan koperasi serta tidak bertentangan dengan undang–
undang, Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga serta peraturan-peraturan koperasi
lainnya.
(2) Peraturan khusus yang diputuskan oleh Pengurus memiliki kekuatan mengikat yang sama
seperti peraturan-peraturan lainnya apabila telah mendapat pengesahan dari Rapat
Anggota.
BAB XXIII
Pasal 71
(1) Demikian Anggaran Rumah Tangga (ART) KOPERASI PONDOK PESANTREN DAARUT
TAUHIID (KOPONTREN DT) ditetapkan dan ditandatangani oleh para Pengurus Kopontren
DT yang telah diberi kuasa penuh oleh Rapat Anggota Khusus (RAK) untuk Perubahan
Angaran Dasar Kopontren Daarut Tauhiid yang telah dilaksanakan pada tanggal 29 Maret
2017.
(2) Anggaran Rumah Tangga (ART) berlaku sejak tanggal 13 April 2017.
Ketua Pengurus
1 Peri Risnandar
Kopontren Daarut Tauhiid
Sekretaris Pengurus
2 Yusuf Rizal
Kopontren Daarut Tauhiid
Bendahara Pengurus
3 Sofian
Kopontren DaarutTauhiid