Tak PSTW
Tak PSTW
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dan
lingkungan dari luar dirinya baik itu lingkungan keluarga kelompok dan
komunitas.Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan
strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi.Hubungan interpersonal yang
dikembangkan dapat menghasilkan perubahan individu diantaranya perubahan nilai
budaya, perubahan sitem kemasyarakatan, pekerjaan serta akibat ketegangan antar
idealism dan realita yang dapat menyebabkan terganggunya kesehatan mental emosional.
Tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dari perubahan tersebut, akibatnya akan
menimbulkan ketegangan atau stress yang berkepanjangan sehingga dapat menjadi faktor
pencetus dan penyebab serta juga mengakibatkan suatu penyakit. Faktor yang dapat
mempengaruhi stress adalah pengaruh genetic, pengalaman masa lalu dan kondisi saat ini
( Suliswati, 2005 )
Berdasarkan hasil pengkaian dan observasi yang dilakukan oleh Ners Muda dapat
disimpulkan bahwa, keadaan lansia yang berada di wisma melur jarang berkumpul dan
bersosialisasi.
B. Topik
Terapi aktivitas kelompok dengan tema terapi sensori (musik).
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien dapat menyebutkan jati diri dihadapan klien lain dan berespon terhadap musik
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus TAK dengan stimulasi sensori music antara lain adalah :
a. Klien mampu mengenali music yang didengar
b. Klien mampu member respon terhadap music
c. Klien mampu menceritakan perasaan setelah mendengar musik
D. Hasil
1. Lansia mampu memperkenalkan diri
2. Lansia mampu mengekspresikan perasaan setelah mengikuti kegiatan terapi aktivitas
kelompok terapi sensori (musik).
3. Lansia mampu bekerja sama dalam melakukan aktivitas kelompok terapi sensori
(musik).
4. Lansia mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan terapi aktivitas
kelompok terapi sensori (musik) yang telah dilakukan.
E. Kriteria Peserta
Kriteria peserta dalam terapi aktivitas kelompok terapi snsori (musik) antara lain:
1. Merupakan penghuni wisma dahlia, wisma melur dan wisma kemuning.
2. Lansia yang mau dan mampu mengikuti TAK.
F. Uraian Struktur Kegiatan
1. Tempat pertemuan
Kegiatan dilaksnakan diwisma melur sekitar 4 lansia
2. Hari/tanggal : Jumat, 11 November 2022
Waktu : 02.00 – 03.00 WIB
Tempat : Wisma Melur
3. Setting Tempat
Speaker
L CL
PR
F P
P F F P F
PR
P
OB
Keterangan :
CL : Co Leader F : Fasilitator PR : Preseptor
L : Leader OB : Observer P : Peserta
4. Tim Pelaksana
a. Leader : Shilvia Atma Nengsih
Tugas : - Membuka acara
- Mengontrol TAK
- Memimpin acara selama kegiatan TAK
- Menghidupkan suasana TAK
- Menyampaikan kontrak yang telah dilakukan sebelum kegiatan
TAK
- Menyampaikan tujuan TAK
- Membacakan tata tertib TAK
b. Co Leader : Dewi Khotimatul H
Tugas : - membantu leader mengarahkan dan mengontrol jalannya TAK
- Mwengingatkan leader jika ada yang terlupa atau
terlewatkan.
c. Fasilitator : Anelda Pristika, Elisa Eliana, Maya Anggraeni
Tugas : - Mempersiapkan alat, tempat dan lansia
- Ikut serta dalam kegiatan kelompok untuk mengaktifkan
jalannya TAK,
- Memfasilitasi anggota dalam mendengarkan musik.
d. Observer : Ana Amalia
Tugas : - Memantau dan mengevaluasi hasil selama TAK berlangsung
- Mencatat semua proses yang terjadi
- Membuat laporan jalannya TAK
- Mencatat respon lansia
e. Dokumentasi : Iza
Tugas : Mendokumentasikan setiap kegiatan
5. Alat yang akan digunakan
a. Speaker
b. HP
c. Buku catatan dan pena
d. Name tag panitian dan peserta
e. Tahap pelaksnaan
kelompok kelompok
G. Tahap Evaluasi
1. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1) 80% lansia menghadiri kegiatan TAK
2) Tempat, media serta alat penyuluhan tersedia sesuai rencana
b. Evaluasi Proses
1) Peran dan tugas mahasiswa sesuai perencanaan
2) Lansia yang hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3) 80% lansia yang hadir berperan aktif selama kegiatan berlangsung
c. Evaluasi Hasil
1) 75% lansia mampu mendengarkan musik dan dapat mengekspresikan setelah
mendengarkan musik
2) 75% lansia senang setelah mendengarkan musik
3) 75% lansia mampu bekerja sama antar sesama kelompok
H. Jenis Terapi Musik Klasik
Musik klasik dapat menurunkan tingkat stres pada lansia. menyatakan bahwa
musik mampu memberikan rangsangan yang menghasilkan pada efek mental dan
fisik, menyeimbangkan gelombang otak dan dapat mengatur hormon-hormon yang
berkaitan dengan stres. Sukendro (2008) juga menyatakan bahwa pada musik klasik suara
bass drum maupun suara bass gitar sangat minim, jika bass drum dipukul berulang-ulang
dengan keras maka akan mengakibatkan jantung berdenyut lebih keras dan cepat,
sedangkan pada musik klasik bunyi alat musik gesek lebih dominan dengan frekuensi
tengah (220 Hz s/d 2000 Hz) sehingga lebih banyak diterima oleh telinga yang
selanjutnya akan memengaruhi otak, dan seseorang yang mendengarkan musik tersebut
akan menjadi lebih tenang.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Synder dan Lindquist (2002) dalam
Asmaravan (2018) yang menyatakan bahwa pada saat musik didengarkan dan ditangkap
oleh serabut sensori kemudian disampaikan ke korteks serebri sehingga terjadi penurunan
aktivitas lobus frontal yang menyebabkan terjadinya sekresi hormon endorphin dan
penurunan hormon stres (kortisol) yang dapat meningkatkan rasa nyaman, sehingga
menimbulkan sensasi menyenangkan pada seseorang karena lebih memfokuskan
perhatiannya kepada musik daripada pikiran-pikiran yang menegangkan. Djohan (2006)
juga menyatakan bahwa alunan musik klasik dapat merangsang pengeluaran endorphin
dan serotonin, yang dapat membuat tubuh merasa lebih rileks pada seseorang yang
mengalami stres. Djohan (2006) juga menyatakan bahwa pada saat pikiran seseorang
sedang kacau atau jenuh, dengan mendengarkan musik walaupun sejenak, terbukti dapat
menenangkan dan menyegarkan pikiran kembali.
Temuan tersebut bersinergi dengan temuan peneliti lain yaitu Asmaravan (2018)
melaporkan bahwa dari 18 subjek (100,0%) menderita hipertensi ringan, setelah
diberikan terapi musik klasik didapatkan 9 subjek (55,0%) mengalami penurunan tekanan
darah menjadi normal. Temuan tersebut juga diperkuat oleh Setiawan dan Tri (2015)
yang menyatakan bahwa tekanan darah pada subjek menurun dari hipertensi sedang
menjadi hipertensi ringan dengan rerata penurunan tekanan darah sistolik sebesar 19,80
mmHg setelah diberikan terapi musik klasik. Prawesti dan Erwin (2015) juga melaporkan
bahwa terapi musik klasik dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 18,88 mmHg
pada lansia di posyandu lansia sejahtera GBI Setia Bakti Kediri. Aini, dkk. (2017)
melaporkan bahwa sebelum dilakukan terapi musik klasik (mozart), seluruh
responden termasuk dalam hipertensi stadium I. Setelah dilakukan terapi musik klasik
(mozart), hasil tekanan darah pada observasi I sebagian kecil menunjukkan nilai normal,
pada observasi II sebagian kecil menunjukkan nilai normal, dan observasi III hampir
setengahnya menunjukkan nilai normal.
Sari dan Adilatri (2012) menyatakan bahwa pada saat seseorang mendengarkan
suatu rangsangan suara yang sudah dikenali oleh otak, maka otak akan dengan cepat
mengenali rangsangan tersebut, sehingga mampu memberikan respon rileks pada
seseorang. Hal tersebut dapat memicu pembuluh darah berdilatasi sehingga
menyebabkan tekanan darah menurun. Selain itu, saat mendengarkan musik yang disukai
seseorang akan merasa nyaman. Hal tersebut disebabkan karena musik yang didengarkan
berupa musik yang disukai dimana jenis musik tersebut sudah disenangi sejak awal,
sehingga menyebabkan terjadinya kondisi rileks yang diakibatkan oleh pelepasan hormon
endorphin. Seseorang yang merasa rileks akan menyebabkan peregangan pada otot dan
pembuluh darah yang menyebabkan vasodilatasi sehingga terjadi penurunan tekanan
darah. Kustap (2008) menambahkan bahwa musik yang disukai musik juga mampu
mengatur hormon- hormon yang memengaruhi stres seseorang dan memiliki kekuatan
untuk memengaruhi denyut jantung dan tekanan darah sesuai dengan frekuensi, tempo,
dan volumenya. Makin lambat tempo musik, denyut jantung semakin lambat sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah.
B. Tujuan
Tujuan terapeutik dari terapi aktiiftas kelompok menurut Keliet, 2004
1. Menggunakan kegiatan untuk memfasilitasi interaksi
2. Mendorong sosialisasi dengan lingkungan ( hubungan dengan luar diri klien )
3. Meningkatkan stimulus kualitas respon individu
4. Memotivasi dan mendorong fungsi koognitif dan afektif
5. Meningkatkan rasa yang dimiliki
6. Meningkatkan rasa percaya diri
7. Belajar cara baru dalam menyelesaikan masalah
C. Manfaat TAK bagi Lansia
Manfaat TAK bagi lansia adalah :
1. Agar anggota kelompok merasa dimiliki, diakui dan dihargai eksistensinya oleh
anggota kelompok yang lain.
2. Membantu anggota kelompok berhubungan dengan yang lain serta merubah perilaku
yang destruktif dan maladaptive.
3. Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama lain untuk
menemukan cara menyelesaikan masalah
Langkah kerja
A. Mengumpulkan lansia yang berada diwisma dahlia dan kemuning kewisma melur
B. Mengatur tempat duduk peserta bersama fasilitator
C. Menyampaikan tata tertib pelaksnaan kegiatan
D. Menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakan TAK
2. Sesi 2 (life review)
Tujuan :
a. Lansia mampu melaksanakan kegiatan TAK dengan baik dan nampak bergairah
setelah dilakukan TAK
b. Lansia dapat meningkatkan komunikasi verbal dengan lansia yang lainnya
Langkah Kerja :
Duvall & Miller dalam Friedman, 2010.Buku Saku Keperawatan. Jakarta. EGC