Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ Penjajahan Jepang hingga pembagian Korea”


Dosen Pengampu : Siti Marfuah M,pd.

Disusun Oleh : 1. Willyon Ferrari


2. Benyamin Berto Atta
3. Nasma Hariyani
4. Muhammad Fauzan
5. Anas Nurhuda
6. M.Faidil Ramadhan Qubro
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
KALIMANTAN TIMUR
2020
Kata Pengantar

Syukur alhamdulilah kepada Allah Swt yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya sehingga penulisan makalah ini selesai dengan lancar dan tanpa kendala.
Makalah yang berjudul penjajahan Jepang hingga pembagian Korea. ini merupakan
tugas kelompok yang diberikan oleh Ibu Siti Marfuah M,pd. selaku Dosen Mata
Kuliah sejarah Asia Timur

Ditulisnya makalah ini sebagai bentuk dari kelompok kami untuk


menyelesaikan tugas yg telah diberikan,selain itu apa yg telah kami buat pada
makalah ini bisa berguna bagi banyak orang khususnya bagi perkembangan ilmu
sejarah yang ada di Indonesia maupun Mancanegara

Selesainya penulisan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari
Ibu Situ Marfuah M.Pd yang selalu memberikan  motivasi yang sangat berharga
kepada kelompok kami. Juga, dari berbagai pihak yang telah membantu kami dalam
proses penyelesaian makalah ini.

Makalah ini tidak lepas dari kesalahan, Oleh karena itu apabila ada kesalahan

baik dari segi penulisan, kosa kata, bahasa ataupun dalil yang telah kami uraikan

semata- mata karena faktor kekurangan kami.Semoga makalah ini bermanfaat. Amin

Samarinda,1 Desember 2020


Daftar Isi

Abstrak............................................................................................................................
Kata Pengantar................................................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................
C. Tujuan Makalah..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Penjajahan Jepang Atas Korea......................................................................
B. Pembagian Korea..........................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran............................................................................................................
Daftar Pustaka....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Berakhirnya penjajahan Jepang di tanah Korea yang ditandai dengan kemerdekaan


Korea pada tanggal 15 Agustus 1945 menjadi sebuah kebahagiaan sesungguhnya bagi
rakyat Korea. Jepang telah mengkolonisasi banyak negara di Asia dan Korea adalah
negara yang pertama kali menjadi negara koloninya Jepang. Pendudukan Jepang di
Korea Selatan berlangsung selama 35 tahun. Selama masa penjajahan tersebut, sistem
birokrasi, militer, polisi dan badan-badan penting dikontrol oleh Choseon Governor
General Office yang didirikan oleh Jepang. Pada zaman itu, seluruh dunia sedang
mengalami keruntuhan ekonomi secara besar-besaran, Jepang pun tidak dapat
menghindari keruntuhan ekonomi tersebut, maka Jepang mencari jalan pintas yaitu
memperbaiki perekonomiannya dengan dibuatnya negara-negara koloni. Jepang
secara resmi menjajah Korea, namun Jepang mengalami kekalahan di PD II (1945).
Kekalahan tersebut mengakibatkan semenanjung Korea dapat melepaskan diri dari
kekuasaan Jepang sebab pendudukan Jepang di negara-negara koloninya tidak diakui
lagi oleh kekuatan dunia termasuk AS, USSR, dll. Hal itu dapat dilihat dari Deklarasi
Potsdam pada 26 Juli 1945 yang dihadiri oleh AS, USSR, Inggris, dan Cina. Deklarasi
tersebut memerintahkan Jepang untuk menyerah di perang dunia tersebut.1 Namun
USSR memiliki ambisi yang tersembunyi yaitu menyebarkan ideologi komunisme.
Negara adi kuasa ini menganggap kekacauaan di Korea ketika kekuatan Jepang
melemah sebagai kesempatan yang baik untuk mencapai kepentingannya, maka
Agustus pada tahun 1945, pasukan-pasukan USSR mengangkat Kim Il-Sung2 untuk
memimpin serangan terhadap Jepang, padahal sebenarnya dibalik itu semua, serangan
tersebut mengandung tujuan untuk menguasai Korea dengan ideologi komunisme. AS
menyadari ambisi tersembunyi USSR dan Kim Il-Sung, maka AS mencegahnya
dengan mengadakan pertemuan yang menghasilkan parallel ke 38.

B. Rumusan Masalah
Rumusan dalam Makalah ini adalah:
1. Awal mula Penjajahan Jepang di Korea
2. Pembagian Korea
3. Apa sebab hingga terbelahnya korea
4. Negara Korea Setelah Berakhirnya Penjajahan

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam Makalah ini adalah:
1. Mengetahui sejarah di wilayah Asia Khususnya antara Jepang dan Korea
2. Guna Menyelesaikan tugas yang diberikan kepada kelompok kami
3. Menjelaskan mengenai perjuangan kemerdekaan Pakistan
4. Ingin berkontribusi dalam penulisan makalah di bidang sejarah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penjajahan Jepang atas Korea

Masa Penjajahan Jepang (1910-1945)


Pada masa Korea dipimpin Kaisar Gojong (18970, terjadi perang Cina-Jepang. Jepang
berhasil menaklukkan dinasiti Qing Cina. Dengan demikian, semakin sedikit bantuan
dari cina untuk menghalangi Jepang masuk ke wilayah Semenanjung Korea, yang saat
itu di bawah raja ke-26 Dinasti Joseon. Perlawanan rakyat Korea terhadap Jepang
dilakukan dibeberapa Wilayah.Melalui perjanjian anekasi Jepang-Korea pada tahun
1910, Jepang dengan leluasa membuat pemerintahan kolonial yang menguasai
semenanjung Korea. Pendudukan Jepang ini juga mengakhiri masa Dinasti Joseon.
Hasil Bumi Korea dirampas, diangkut ke jepang. Eksploitasi sumber daya besar-
besaran dilakukan jepang. Jepang juga membuat kebijakan asimilasi yang melarang
pendidikan bahasa korea di sekolah-sekolah. Penjajahan ini membuat rakyat Korea
marah dan bangkit jiwa patriotismenya. Puncaknya terjadi demonstrasi damai besar-
besaran pada tanggal 1 Maret 1919.Jutaan demonstran menuntut kemerdekaan bangsa
Korea dari Jepang. Jepang bereaksi keras. Para demonstran dan pndukungnya
'dihabisi' dengan cara yang kejam. Pada peristiwa ini, sekitar 7.000 warga Korea
tewas akibat terbunuh polisi dan tentara Jepang.Walaupun gagal, namun peristiwa
tersebut hingga kini masih dikenang warga korea sebagai Demonstrasi Manse atau
pergerakan Samil 1 Maret dan diresmikan sebagai hari libur nasional.Peristiwa
tersebut membangkitkan perlawanan rakyat korea. Kaum Nasionalis mendirikan
Pemerintahan Semenanjung Korea yang dipimpin oleh Syngman Rhee di shangai,
Cina. Di masa yang sama, kaum komunis Korea dibawah pimpinan Kim Il-sung
sejatinya adalah dua tokoh penting bagi perjuangan Korea. Saat penjajahan Jepang
Berlangsung, mereka saling membantu karena memiliki satu tujuan yang sama, yaitu
Korea Merdeka. Namun kelak kedua tokoh ini berseteru dan saling
'Membunuh'.Semasa penjajahan Jepang, kehidupan rakyat Korea memburuk. Hingga
pada tahun1945 masa akhir Perang Dunia II Jepang berhasil ditaklukkan pasukan
sekutu. Korea Sebagai wilayah Jajahan Jepang diserahkan ke sekutu. Dan itulah hari
pembebasan yang ditunggu-tunggu warga Korea setelah 35 tahun dijajah dengan
kejam oleh jepang

Pada November 1943, Franklin Roosevelt, Winston Churchill, dan Chiang


Kai-shek bertemu di Konferensi Kairo untuk membahas apa yang harus terjadi pada
koloni Jepang, dan setuju bahwa Jepang harus kehilangan semua wilayah
taklukkannya karena dikhawatirkannya bahaya kebangkitan Jepang. Dalam
pernyataan setelah konferensi ini, Korea disebutkan untuk pertama kalinya. Tiga
kekuatan menyatakan bahwa "kesadaran akan perbudakan rakyat Korea ditentukan
bahwa pada saatnya Korea akan menjadi bebas dan merdeka" (Konferensi Kairo).
Bagi nasionalis Korea yang menginginkan kemerdekaan langsung, frasa "pada
waktunya" adalah alasan kecemasan. Roosevelt mungkin telah mengusulkan kepada
Stalin bahwa 3 atau 4 tahun berlalu sebelum Korea merdeka sepenuhnya; Stalin
keberatan, dengan mengatakan bahwa periode waktu yang lebih singkatlah yang
diinginkan. Pada kasus manapun, perbincangan Korea di antara Blok Sekutu tidak
akan dilanjutkan hingga kemenangan atas Jepang semakin dekat.

Dengan berakhirnya perang yang tampak pada bulan Agustus 1945, masih belum ada
mufakat mengenai nasib Korea di antara pemimpin Sekutu. Banyak orang Korea di
Semenanjung Korea telah membuat rencana mereka sendiri untuk masa depan Korea,
dan beberapa dari rencana ini termasuk pendudukan kembali Korea oleh kekuatan
asing. Menyusul pengeboman atom di Hiroshima pada 6 Agustus 1945, tentara Uni
Soviet menyerbu Manchuria, sesuai kesepakatan Joseph Stalin dengan Harry Truman
selama konferensi Potsdam.[3] Namun, para pemimpin Amerika khawatir bahwa
seluruh semenanjung mungkin akan diduduki oleh Uni Soviet, dan ketakutan ini
mungkin juga mengarah pada pendudukan Soviet atas Jepang. Peristiwa berikutnya
menunjukkan rasa takut ini menjadi tidak berdasar. Pasukan Soviet tiba di Korea
sebelum tibanya pasukan Amerika, tetapi mereka hanya menduduki bagian utara
semenanjung, menghentikan perjalanan mereka di 38 derajat Lintang Utara, sesuai
dengan kesepakatan mereka dengan Amerika Serikat. Pada tanggal 10 Agustus 1945
dua perwira muda - Dean Rusk dan Charles Bonesteel - ditugaskan untuk
menciptakan zona pendudukan Amerika. Bekerja pada pemberitahuan yang sangat
pendek dan sama sekali tidak punya persiapan yang cukup untuk tugas itu, mereka
menggunakan peta National Geographic untuk menentukan 38 derajat LU; mereka
memilihnya karena garis itu membagi Korea kira-kira di tengah-tengah tetapi akan
menjadikan ibu kota Seoul di bawah kendali Amerika. Tidak ada ahli tentang Korea
yang diminta konsultasi dan kedua orang tidak menyadari bahwa empat puluh tahun
sebelumnya, Jepang dan Rusia telah membahas pembagian Korea pada sepanjang
garis lintang yang sama; Rusk kemudian mengatakan bahwa dia tahu, dia "hampir
pasti" akan memilih garis yang berbeda.[4] Bagaimanapun, keputusan itu dituliskan
secara tergesa-gesa ke dalam Orde Umum Nomor 1 untuk pengurusan Jepang
pascaperang. Jenderal Nobuyuki Abe, Gubernur-Jenderal Jepang di Korea yang
terakhir, telah berhubungan dengan sejumlah orang Korea yang berpengaruh sejak
awal Agustus 1945 untuk mempersiapkan peralihan kekuasaan. Pada 15 Agustus
1945, Lyuh Woon-Hyung, politisi sayap kiri yang moderat, setuju untuk mengambil
alih. Dia bertugas mempersiapkan pembentukan sebuah negara baru dan bekerja keras
untuk membangun struktur pemerintahan. Pada 6 September 1945, wakil-wakil
kongres bersidang di Seoul. Penyusunan dasar negara Korea modern berlangsung
hanya tiga minggu setelah Jepang menyerah. Pemerintah didominasi oleh sayap kiri,
yang sebagiannya disebabkan oleh banyak pejuang antipenjajahan yang setuju dengan
banyak pandangan komunisme mengenai imperialisme dan kolonialisme.
B.Pembagian Korea

Pembagian Korea menjadi Korea Utara dan Korea Selatan bermula sejak
kemenangan Blok Sekutu di dalam Perang Dunia II, mengakhiri 35 tahun Penjajahan
Jepang atas Korea. Di dalam sebuah proposal yang ditolak oleh hampir seluruh
bangsa Korea, Amerika Serikat dan Uni Soviet setuju untuk sementara menduduki
negara Korea sebagai wilayah perwalian dengan zona pengawasan yang didemarkasi
pada sepanjang 38 derajat lintang utara. Tujuan perwalian ini adalah untuk
mendirikan pemerintah sementara Korea yang akan menjadi "bebas dan merdeka pada
waktunya." Meskipun pemilihan umum dijadwalkan, dua adidaya mendukung dari
belakang para pemimpin yang berseberangan dan dua negara itu secara efektif telah
didirikan, masing-masing mengakui kedaulatan atas seluruh Semenanjung Korea.

Perang Korea (1950-1953) meninggalkan dua Korea yang dipisahkan oleh Zona
Demiliterisasi Korea, yang secara teknis masih menyisakan perang melalui Perang
Dingin hingga kini. Korea Utara adalah negara komunis, sering kali digambarkan
sebagai Stalinis dan tertutup. Ekonominya pada awalnya menikmati pertumbuhan
yang substansial namun runtuh pada tahun 1990-an, tidak seperti tetangga
Komunisnya Republik Rakyat Tiongkok. Korea Selatan tumbuh, setelah beberapa
dasawarsa di bawah penguasa otoriter, menjadi demokrasi liberal kapitalis, salah satu
ekonomi terbesar di dunia. Sejak 1990-an, dengan pemerintahan Korea Selatan yang
liberal progresif, juga mangkatnya pendiri Korea Utara Kim Il-sung, dua pihak
mangambil jalan, langkah-langkah simbolik menuju Reunifikasi Korea yang mungkin

Dibentuknya Dua Negara Korea

Dengan menguatnya ketidakpercayaan antara sekutu sebelumnya Amerika Serikat dan


Uni Soviet, tidak ada persetujuan yang berhasil dicapai mengenai cara untuk
mendamaikan pemerintah sementara yang saling bersaing. Amerika Serikat membawa
masalah ini ke hadapan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada musim gugur 1947. Uni
Soviet menentang keterlibatan PBB. PBB meloloskan resolusi pada tanggal 14
November 1947, dengan menyatakan bahwa pemilihan umum yang bebas harus
ditunda, pasukan asing harus ditarik, dan sebuah komisi PBB untuk Korea harus
dibentuk. Uni Soviet, walaupun anggota dengan kekuatan hak veto, memboikot
pemungutan suara dan tidak mempertimbangkan resolusi yang akan mengikat. Pada
April 1948, sebuah konferensi organisasi-organisasi dari Korea Utara dan Korea
Selatan bertemu di Pyongyang. Konferensi ini tidak membuahkan hasil, dan Soviet
memboikot pemilihan umum yang diawasi PBB di Korea Selatan. Tidak ada
pemilihan yang diawasi PBB di utara. Pada tanggal 10 Mei Korea Selatan
mengadakan pemilihan. Syngman Rhee, yang telah mengusulkan pemilihan umum
parsial di Korea Selatan demi mewujudkan kekuasaannya sejak 1947, terpilih sudah,
meskipun partai-partai sayap kiri memboikot pemilihan umum itu. Korupsi yang
tersebar luas dilaporkan terjadi dalam pemilihan umum itu dan Republik Korea
memulai hidup tanpa legitimasi yang cukup. Pada 15 Agustus, Republik Korea secara
resmi mengambil alih kekuasaan dari militer AS.
Perang Korea

Di Korea Utara, pembentukan Republik Rakyat Demokratik Korea telah dinyatakan


pada 9 September, dengan Kim Il-sung sebagai perdana menteri. Pembagian Korea
ini, setelah lebih dari satu milenium sebagai Korea yang bersatu, dipandang tidak
dapat diterima dan bersifat sementara oleh masing-masing rezim. Sejak 1948 hingga
awal perang saudara pada 25 Juni 1950, angkatan bersenjata dari masing-masing
pihak terlibat dalam serangkaian konflik berdarah di sepanjang perbatasan. Pada
tahun 1950, konflik ini memanas secara dramatis ketika pasukan Korea Utara
menyerang Korea Selatan, memicu Perang Korea dan secara efektif membuat
pembagian yang permanen. Sebuah gencatan senjata ditandatangani guna mengakhiri
permusuhan, dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat zona penyangga selebar
tiga mil di antara kedua-dua negara, di mana tak seorangpun boleh memasukinya.
Daerah ini kemudian dikenal sebagai Zona Demiliterisasi.Rentang waktu perang
Korea yaitu 1950-1953, adanya peperangan ini seperti konflik antar saudara yang
terkadang mereda dan memanas. "Sesuai dengan perjanjian Yalta (1945) dinyatakan
bahwa Uni Soviet akan mengumumkan perang kepada Jepang setelah perang di Eropa
selesai. Pasukan Uni Soviet menyerang Jepang melalui Semenanjung Korea.
Selanjutnya dalam perjanjian Potdam pada 26 Juli 945, disepakati bahwa Korea akan
dimerdekakan (Agung, 2012: 131)". Pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada
sekutu dengan pasukan Jepang yang berada di Lintang Utara menyerah kepada Uni
Soviet sedangkan wilayah Lintang Selatan menyerah kepada Amerika
Serikat. Dengan adanya dua pengaruh besar di satu wilayah Semenanjung Korea
tentunya memberikan dampak ideologi yang berbeda antara dua wilayah Selatan dan
Utara.  Selain adanya persaingan ideologi yang menjadi sebab umum terjadinya
perang Korea ada hal lain yang membuat Semenanjung Korea terpecah menjadi dua
bagian seperti pembagian wilayah Korea menjadi dua bagian serta tidak adanya
kesepakatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet tentang pembentukan Korea
merdeka. Maka wilayah Semenanjung Korea mempunyai dua kekuasaan besar di dua
wilayahnya, ini juga menjadikan adanya dua pemerintahan yang berbeda antara
wilayah Korea Selatan dan Utara."Wilayah Korea Selatan pada 15 Agustus 1948
Amerika Serikat membentuk Republik Korea (Korea Selatan) beribu kota di Seoul,
dengan Syngman Rhee sebagai Presiden pertamanya. Tidak tinggal diam pada 9
September 1948 Uni Soviet membentuk Republik Demokrasi Rakyat Korea (Korea
Utara) beribu kota di Pyongyang, dengan Kim Ill Sung sebagai Presiden
pertamanya(Agung, 2012: 134)". Maka sejak itu Semanjung Korea terpecah menjadi
dua negara. Adanya dua negara dalam satu semenanjung tentunya membuat kedua
negara ini saling mengklaim bahwa pemerintahan negaranya lah yang menjadi pusat
pemerintahan. Sehingga pada Desember 1948 Sidang Umum PBB menyatakan bahwa
pemerintahan Korea Selatan adalah pemerintah satu-satunya pemerintahan yang sah.
Dengan keputusan ini Korea Utara merasa haknya tidak diakui PBB dan membuat
Korea Utara menjadi semakin benci kepada Korea Selatan. Dengan keberatannya
hasil dari sidang PBB Uni Soviet mendukung Korea Utara untuk mengambil langkah
kekerasan dan perang. Pada hari Minggu, 25 Juni 1950 pukul 04:00 waktu setempat
pasukan Korea Utara mengadakan serangan ke Korea Selatan, serangan mendadak ini
membuat Korea Selatan Kalah dan melalui radio Pyongyang mengumumkan perang
yang disiarkan ke seluruh kota (Agung, 2012: 135). Selanjutnya perang terus berlanjut
sampai bahkan Seoul dapat diduduki oleh pasukan Korea Utara.Melihat adanya
dukungan Uni Soviet di belakang Korea Utara, Amerika dengan ini mendukung
Korea Selatan. Perang yang terjadi ini memberikan dampak yang sangat besar bagi
wilayah Korea bahkan untuk dunia internasional. Kekuatan Amerika dan Uni Soviet
menjadikan kedua negara ini negara adidaya dan RRC muncul sebagai kekuatan besar
di wilayah Asia setelah Jepang. Dengan perang yang sangat memberikan kerugian
antar kedua negara upaya-upaya untuk menyelesaikan perang terus dilakukan.
"Akhirnya perang ini berakhir pada 27 Juli 1953 saat Amerika Serikat, Republik Cina,
dan Korea Utara menandatangani persetujuan gencatan senjata. Presiden Korea
Selatan Syngman Rhee, menolak menandatanganinya namun berjanji menghormati
kesepakatan gencatan senjata tersebut .Sesungguhnya perang ini memang belum
benar-benar berakhir antara kedua negara sampai saat ini, garis demarkasi atau garis
batas wilayah terus dijaga oleh kedua belah pihak. Bahkan kedua negara ini terus
bersiap dengan segala sesuatu buruk yang akan terjadi, untuk menghadapi itu Korea
Selatan memberlakukan Wajib Militer bagi pria dewasa yang berwarga negara Korea
Selatan dengan keadaan tubuh yang sehat. Sedangkan Korea Utara memfokuskan
pada pengembangan militer yang mereka miliki salah satunya perkembangan senjata
nuklir. 

Setelah Perang Korea

Korea Utara dan Korea Selatan tidak pernah menandatangani perjanjian perdamaian
secara resmi dan dengan demikian mereka secara resmi masih berperang; hanya
gencatan senjata yang telah dinyatakan. Pemerintah Korea Selatan menjadi
didominasi oleh militernya dan keadaan yang relatif damai ini diselingi oleh
pertempuran perbatasan dan beberapa upaya pembunuhan. Korea Utara gagal dalam
beberapa upaya pembunuhan terhadap para pemimpin Korea Selatan, terutama pada
tahun 1968, 1974 dan 1983; terowongan sering ditemukan di bawah Zona
Demiliterisasi dan perang hampir pecah karena terjadinya insiden pembunuhan kapak
di Panmunjeom pada 1976. Pada 1973, beberapa kontak tingkat tinggi yang sangat
rahasia mulai dilakukan melalui kantor-kantor Palang Merah, tetapi berakhir setelah
insiden Panmunjeom dengan sedikit kemajuan yang telah dibuat. Pada akhir 1990-an,
ketika Korea Selatan beralih ke demokrasi, keberhasilan kebijakan Nordpolitik, dan
kekuasaan di Korea Utara beralih kepada Kim Jong-il putera Kim Il-sung, kedua-dua
negara mulai terlibat secara terbuka untuk kali pertama, kemudian Korea Selatan
memberlakukan Kebijakan Cuaca Cerah. Baru-baru ini, di dalam upaya untuk
memajukan upaya rekonsiliasi, kedua Korea telah menerima Bendera Unifikasi tidak
resmi, yang mewakili Korea di acara olahraga internasional. Korea Selatan memberi
Korea Utara bantuan dan usaha ekonomi kerjasama yang signifikan, dan kedua
pemerintah telah bekerjasama dalam mengupayakan pertemuan anggota keluarga
yang terpisah dan pariwisata terbatas di situs Korea Utara. Namun, kedua negara
masih tidak mengakui satu sama lain, dan Kebijakan Cuaca Cerah tetap kontroversial
di Korea Selatan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jepang dan Korea Selatan merupakan negara yang memiliki kedekatan baik secara
geografis maupun nilai budaya. Meskipun begitu, dengan berbagai persamaan yang
dimiliki, hubungan bilateral keduanya menghadapi berbagai tantangan berupa konflik
terkait dengan isu sensitif yang berakar pada sejarah okupasi Jepang di semenanjung
Korea. Kekejaman jepang terhadap korban “comfort women”meninggalkan trauma
pada rakyat Korea Selatan, yang kemudian memunculkan adanya sentimen atau
persepsi negatif terhadap Jepang.Trauma merupakan pengalaman yang amat
menyakitkan, dapat berupa penghinaan atau pengkhianatan yang kemudian sulit untuk
dilupakan. Pada masa penjajahan Jepang, militer Jepang mencipatakan sistem
“comfort women”yang menjadikan wanita-wanita korea sebagai budak seks bagi
militer Jepang, yang tersebar di berbagai daerah jajahan Jepang di Asia. Wanita-
wanita tersebut direkrut dengan cara diculik bahkan ditipu, dan diperlakukan secara
tidak manusiawi selama berada di “comfort station”. Penderitaan para wanita tersebut
bahkan tidak lantas berakhir ketika Perang Dunia II berakhir, dan Jepang
meninggalkan Korea.Trauma akan perlakuan Jepang terhadap korban “comfort
women”yang mempermalukan dan merendahkan martabat bangsa Korea, kemudian
menimbulkan adanya sentimen anti Jepang pada masyarakat Korea Selatan yang
74tercermin pada opini publik Korea Selatan.Persepsi negatif ini terus meluas dan
diturukan kepada generasi selanjutnya di Korea Selatan, dan semakin diperburuk
dengan adanya perilaku dan pernyataan-pernyataan pemerintah Jepang terkait
“comfort women”yang kerap kali memprovokasi masyarakat Korea Selatan.Dalam
memperbaiki hubungan antara pelaku dan korban paska trauma, pengakuan,
penghormatan dan permintaan maaf adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Akan tetapi, pemerintah Jepang memerlukan waktu yang sangat lama untuk akhirnya
benar-benar mengakui, meminta maaf, dan bertanggung jawabkepada korban
“comfort women”di Korea Selatan, sehingga konflik “comfort women”antara Jepang
dan Korea Selatan kerap kali memanas, sehingga menghambat hubungan bilateral
Jepang dan Korea Selatan.Di tahun 2012, Jepang dan Korea Selatan sempat
menginisiasi kerjasama keamanan bilateral antar kedua negara untuk pertama kalinya
sejak Perang Dunia II berakhir. Akan tetapi, kerjasama ini terpaksa harus dibatalkan
dengan adanya penolakan publik Korea Selatan dengan adanya sentimen anti Jepang
yang tinggi terkait isu “comfort women”. Menurut Thomas Risse dalam public
opinion, domestic structure, and foreign policy in liberal democraciesopini publik
dapat mempengaruhi kebijakan negara degan derajat yang berbeda-beda. Semakin
homogen masyarakat sebuah negara, dan semakin demokratis negara tersebut, maka
semakin besar pengaruh opini publik terhadap kebijakan yang dibuat oleh negara.
Korea Selatan dibangun dari masyarakatnya yang homogen dan memiliki rasa saling
memiliki atau sense of belongingyang tinggi. Oleh karena itu, rasa nasionalisme dan
saling memiliki yang berdasar pada sentimen anti-Jepang lebih 75mudah meluas pada
masyarakatnya. Penolakan publik Korea Selatan kemudian secara langsung
mempengaruhi batalnya kerjasama keamanan antara Jepang dan Korea
Selatan.Terlepas dari adanya berbagai ancaman yang dilancarkan Korea Utara
sebelumnya, kerjasama keamanan bilateral antara Jepang dan Korea Selatan pun tidak
pernah terealisasikan hingga akhir tahun

B. Saran

Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, misalny apenelitian ini lebih fokus
kepada pengaruh isu “comfort women”terhadapkerjasama keamanan bilateral Jepang
dan Korea Selatan. Oleh karena itupada penelitian berikutnya dengan topik yang
sama,disarankan untuk menjelaskan pengaruh isu sejarah terhadap hubungan bilateral
Jepang dan Korea Selatan di bidang lainnya. Sesuai dengan permasalahan Makalah
ini, yang dapat diusulkan adalah, selain pengakuan formal dan permintaan maaf yang
telah dinyatakan pemerintah Jepang, perlu adanya tindakan nyata dari pemerintah
Jepang, seperti merevisi informasi atau buku-buku sejarah yang mendistorsi fakta
keterlibatan militer Jepang dalam terbentuknya sistem “comfort women”, perlu pula
adanya konsistensi baik dari pemerintah Jepang dan Korea Selatan dalam
menjalankan 76poin-poin yang telah disepakati kedua belah pihak dalam penyelesaian
konflik isu “comfort women”. Hal ini terutama perlu ditekankan kembali saat adanya
pergantian pemerintahan, untuk menghindari isu “comfort women”kembali memanas
dan menghambat kerjasama antar kedua negara, selain itu perlu adanya edukasi bagi
generasi muda baik di Jepang dan Korea Selatan bahwa isu “comfort
women”merupakan bagian dari sejarah Jepang dan Korea Selatan, akan tetapi kedua
negara telah berhasil mencapai kesepakatan dalam menyelesaikan permasalahan
tersebut, dan siap untuk membangun kerjasama kedua negara ke arah yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Rizky,Muhammad.2017.Sejarah Korea pada masa penjajahan


Jepang.http://rizkyansyari10.blogspot.com/2017/10/sejarah-korea-pada-masa-
penjajahan.html.(Diakses tanggal 1 Desember 2020)

Rahman,Taufiqor.2016.Kenapa Korea Selatan dan Korea Utara


terpisah.https://phinemo.com/kenapa-korea-selatan-dan-korea-utara-terpisah-miris-
ini-alasannya/.(diakses tanggal 1 Desember 2020)

Sadik,Ramadhan.2018.Pembagian Korea.http://www.andrafarm.co.id/id1/2991-
2888/Pembagian-Korea_34618_andrafarm.html.(diakses tanggal 1 Desember 2020)

Zahir,Malik.2019.Sejarahperang
Korea.https://www.rancah.com/uncategorized/99078/sejarah-perang-korea-1950-
1953/.(diakses tanggal 1 Desember 2020)

Anda mungkin juga menyukai