Makalah Penjajahan Jepang Hingga Pembagian Korea
Makalah Penjajahan Jepang Hingga Pembagian Korea
Syukur alhamdulilah kepada Allah Swt yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya sehingga penulisan makalah ini selesai dengan lancar dan tanpa kendala.
Makalah yang berjudul penjajahan Jepang hingga pembagian Korea. ini merupakan
tugas kelompok yang diberikan oleh Ibu Siti Marfuah M,pd. selaku Dosen Mata
Kuliah sejarah Asia Timur
Selesainya penulisan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari
Ibu Situ Marfuah M.Pd yang selalu memberikan motivasi yang sangat berharga
kepada kelompok kami. Juga, dari berbagai pihak yang telah membantu kami dalam
proses penyelesaian makalah ini.
Makalah ini tidak lepas dari kesalahan, Oleh karena itu apabila ada kesalahan
baik dari segi penulisan, kosa kata, bahasa ataupun dalil yang telah kami uraikan
semata- mata karena faktor kekurangan kami.Semoga makalah ini bermanfaat. Amin
Abstrak............................................................................................................................
Kata Pengantar................................................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................
C. Tujuan Makalah..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Penjajahan Jepang Atas Korea......................................................................
B. Pembagian Korea..........................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran............................................................................................................
Daftar Pustaka....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Rumusan dalam Makalah ini adalah:
1. Awal mula Penjajahan Jepang di Korea
2. Pembagian Korea
3. Apa sebab hingga terbelahnya korea
4. Negara Korea Setelah Berakhirnya Penjajahan
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam Makalah ini adalah:
1. Mengetahui sejarah di wilayah Asia Khususnya antara Jepang dan Korea
2. Guna Menyelesaikan tugas yang diberikan kepada kelompok kami
3. Menjelaskan mengenai perjuangan kemerdekaan Pakistan
4. Ingin berkontribusi dalam penulisan makalah di bidang sejarah
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan berakhirnya perang yang tampak pada bulan Agustus 1945, masih belum ada
mufakat mengenai nasib Korea di antara pemimpin Sekutu. Banyak orang Korea di
Semenanjung Korea telah membuat rencana mereka sendiri untuk masa depan Korea,
dan beberapa dari rencana ini termasuk pendudukan kembali Korea oleh kekuatan
asing. Menyusul pengeboman atom di Hiroshima pada 6 Agustus 1945, tentara Uni
Soviet menyerbu Manchuria, sesuai kesepakatan Joseph Stalin dengan Harry Truman
selama konferensi Potsdam.[3] Namun, para pemimpin Amerika khawatir bahwa
seluruh semenanjung mungkin akan diduduki oleh Uni Soviet, dan ketakutan ini
mungkin juga mengarah pada pendudukan Soviet atas Jepang. Peristiwa berikutnya
menunjukkan rasa takut ini menjadi tidak berdasar. Pasukan Soviet tiba di Korea
sebelum tibanya pasukan Amerika, tetapi mereka hanya menduduki bagian utara
semenanjung, menghentikan perjalanan mereka di 38 derajat Lintang Utara, sesuai
dengan kesepakatan mereka dengan Amerika Serikat. Pada tanggal 10 Agustus 1945
dua perwira muda - Dean Rusk dan Charles Bonesteel - ditugaskan untuk
menciptakan zona pendudukan Amerika. Bekerja pada pemberitahuan yang sangat
pendek dan sama sekali tidak punya persiapan yang cukup untuk tugas itu, mereka
menggunakan peta National Geographic untuk menentukan 38 derajat LU; mereka
memilihnya karena garis itu membagi Korea kira-kira di tengah-tengah tetapi akan
menjadikan ibu kota Seoul di bawah kendali Amerika. Tidak ada ahli tentang Korea
yang diminta konsultasi dan kedua orang tidak menyadari bahwa empat puluh tahun
sebelumnya, Jepang dan Rusia telah membahas pembagian Korea pada sepanjang
garis lintang yang sama; Rusk kemudian mengatakan bahwa dia tahu, dia "hampir
pasti" akan memilih garis yang berbeda.[4] Bagaimanapun, keputusan itu dituliskan
secara tergesa-gesa ke dalam Orde Umum Nomor 1 untuk pengurusan Jepang
pascaperang. Jenderal Nobuyuki Abe, Gubernur-Jenderal Jepang di Korea yang
terakhir, telah berhubungan dengan sejumlah orang Korea yang berpengaruh sejak
awal Agustus 1945 untuk mempersiapkan peralihan kekuasaan. Pada 15 Agustus
1945, Lyuh Woon-Hyung, politisi sayap kiri yang moderat, setuju untuk mengambil
alih. Dia bertugas mempersiapkan pembentukan sebuah negara baru dan bekerja keras
untuk membangun struktur pemerintahan. Pada 6 September 1945, wakil-wakil
kongres bersidang di Seoul. Penyusunan dasar negara Korea modern berlangsung
hanya tiga minggu setelah Jepang menyerah. Pemerintah didominasi oleh sayap kiri,
yang sebagiannya disebabkan oleh banyak pejuang antipenjajahan yang setuju dengan
banyak pandangan komunisme mengenai imperialisme dan kolonialisme.
B.Pembagian Korea
Pembagian Korea menjadi Korea Utara dan Korea Selatan bermula sejak
kemenangan Blok Sekutu di dalam Perang Dunia II, mengakhiri 35 tahun Penjajahan
Jepang atas Korea. Di dalam sebuah proposal yang ditolak oleh hampir seluruh
bangsa Korea, Amerika Serikat dan Uni Soviet setuju untuk sementara menduduki
negara Korea sebagai wilayah perwalian dengan zona pengawasan yang didemarkasi
pada sepanjang 38 derajat lintang utara. Tujuan perwalian ini adalah untuk
mendirikan pemerintah sementara Korea yang akan menjadi "bebas dan merdeka pada
waktunya." Meskipun pemilihan umum dijadwalkan, dua adidaya mendukung dari
belakang para pemimpin yang berseberangan dan dua negara itu secara efektif telah
didirikan, masing-masing mengakui kedaulatan atas seluruh Semenanjung Korea.
Perang Korea (1950-1953) meninggalkan dua Korea yang dipisahkan oleh Zona
Demiliterisasi Korea, yang secara teknis masih menyisakan perang melalui Perang
Dingin hingga kini. Korea Utara adalah negara komunis, sering kali digambarkan
sebagai Stalinis dan tertutup. Ekonominya pada awalnya menikmati pertumbuhan
yang substansial namun runtuh pada tahun 1990-an, tidak seperti tetangga
Komunisnya Republik Rakyat Tiongkok. Korea Selatan tumbuh, setelah beberapa
dasawarsa di bawah penguasa otoriter, menjadi demokrasi liberal kapitalis, salah satu
ekonomi terbesar di dunia. Sejak 1990-an, dengan pemerintahan Korea Selatan yang
liberal progresif, juga mangkatnya pendiri Korea Utara Kim Il-sung, dua pihak
mangambil jalan, langkah-langkah simbolik menuju Reunifikasi Korea yang mungkin
Korea Utara dan Korea Selatan tidak pernah menandatangani perjanjian perdamaian
secara resmi dan dengan demikian mereka secara resmi masih berperang; hanya
gencatan senjata yang telah dinyatakan. Pemerintah Korea Selatan menjadi
didominasi oleh militernya dan keadaan yang relatif damai ini diselingi oleh
pertempuran perbatasan dan beberapa upaya pembunuhan. Korea Utara gagal dalam
beberapa upaya pembunuhan terhadap para pemimpin Korea Selatan, terutama pada
tahun 1968, 1974 dan 1983; terowongan sering ditemukan di bawah Zona
Demiliterisasi dan perang hampir pecah karena terjadinya insiden pembunuhan kapak
di Panmunjeom pada 1976. Pada 1973, beberapa kontak tingkat tinggi yang sangat
rahasia mulai dilakukan melalui kantor-kantor Palang Merah, tetapi berakhir setelah
insiden Panmunjeom dengan sedikit kemajuan yang telah dibuat. Pada akhir 1990-an,
ketika Korea Selatan beralih ke demokrasi, keberhasilan kebijakan Nordpolitik, dan
kekuasaan di Korea Utara beralih kepada Kim Jong-il putera Kim Il-sung, kedua-dua
negara mulai terlibat secara terbuka untuk kali pertama, kemudian Korea Selatan
memberlakukan Kebijakan Cuaca Cerah. Baru-baru ini, di dalam upaya untuk
memajukan upaya rekonsiliasi, kedua Korea telah menerima Bendera Unifikasi tidak
resmi, yang mewakili Korea di acara olahraga internasional. Korea Selatan memberi
Korea Utara bantuan dan usaha ekonomi kerjasama yang signifikan, dan kedua
pemerintah telah bekerjasama dalam mengupayakan pertemuan anggota keluarga
yang terpisah dan pariwisata terbatas di situs Korea Utara. Namun, kedua negara
masih tidak mengakui satu sama lain, dan Kebijakan Cuaca Cerah tetap kontroversial
di Korea Selatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jepang dan Korea Selatan merupakan negara yang memiliki kedekatan baik secara
geografis maupun nilai budaya. Meskipun begitu, dengan berbagai persamaan yang
dimiliki, hubungan bilateral keduanya menghadapi berbagai tantangan berupa konflik
terkait dengan isu sensitif yang berakar pada sejarah okupasi Jepang di semenanjung
Korea. Kekejaman jepang terhadap korban “comfort women”meninggalkan trauma
pada rakyat Korea Selatan, yang kemudian memunculkan adanya sentimen atau
persepsi negatif terhadap Jepang.Trauma merupakan pengalaman yang amat
menyakitkan, dapat berupa penghinaan atau pengkhianatan yang kemudian sulit untuk
dilupakan. Pada masa penjajahan Jepang, militer Jepang mencipatakan sistem
“comfort women”yang menjadikan wanita-wanita korea sebagai budak seks bagi
militer Jepang, yang tersebar di berbagai daerah jajahan Jepang di Asia. Wanita-
wanita tersebut direkrut dengan cara diculik bahkan ditipu, dan diperlakukan secara
tidak manusiawi selama berada di “comfort station”. Penderitaan para wanita tersebut
bahkan tidak lantas berakhir ketika Perang Dunia II berakhir, dan Jepang
meninggalkan Korea.Trauma akan perlakuan Jepang terhadap korban “comfort
women”yang mempermalukan dan merendahkan martabat bangsa Korea, kemudian
menimbulkan adanya sentimen anti Jepang pada masyarakat Korea Selatan yang
74tercermin pada opini publik Korea Selatan.Persepsi negatif ini terus meluas dan
diturukan kepada generasi selanjutnya di Korea Selatan, dan semakin diperburuk
dengan adanya perilaku dan pernyataan-pernyataan pemerintah Jepang terkait
“comfort women”yang kerap kali memprovokasi masyarakat Korea Selatan.Dalam
memperbaiki hubungan antara pelaku dan korban paska trauma, pengakuan,
penghormatan dan permintaan maaf adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Akan tetapi, pemerintah Jepang memerlukan waktu yang sangat lama untuk akhirnya
benar-benar mengakui, meminta maaf, dan bertanggung jawabkepada korban
“comfort women”di Korea Selatan, sehingga konflik “comfort women”antara Jepang
dan Korea Selatan kerap kali memanas, sehingga menghambat hubungan bilateral
Jepang dan Korea Selatan.Di tahun 2012, Jepang dan Korea Selatan sempat
menginisiasi kerjasama keamanan bilateral antar kedua negara untuk pertama kalinya
sejak Perang Dunia II berakhir. Akan tetapi, kerjasama ini terpaksa harus dibatalkan
dengan adanya penolakan publik Korea Selatan dengan adanya sentimen anti Jepang
yang tinggi terkait isu “comfort women”. Menurut Thomas Risse dalam public
opinion, domestic structure, and foreign policy in liberal democraciesopini publik
dapat mempengaruhi kebijakan negara degan derajat yang berbeda-beda. Semakin
homogen masyarakat sebuah negara, dan semakin demokratis negara tersebut, maka
semakin besar pengaruh opini publik terhadap kebijakan yang dibuat oleh negara.
Korea Selatan dibangun dari masyarakatnya yang homogen dan memiliki rasa saling
memiliki atau sense of belongingyang tinggi. Oleh karena itu, rasa nasionalisme dan
saling memiliki yang berdasar pada sentimen anti-Jepang lebih 75mudah meluas pada
masyarakatnya. Penolakan publik Korea Selatan kemudian secara langsung
mempengaruhi batalnya kerjasama keamanan antara Jepang dan Korea
Selatan.Terlepas dari adanya berbagai ancaman yang dilancarkan Korea Utara
sebelumnya, kerjasama keamanan bilateral antara Jepang dan Korea Selatan pun tidak
pernah terealisasikan hingga akhir tahun
B. Saran
Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, misalny apenelitian ini lebih fokus
kepada pengaruh isu “comfort women”terhadapkerjasama keamanan bilateral Jepang
dan Korea Selatan. Oleh karena itupada penelitian berikutnya dengan topik yang
sama,disarankan untuk menjelaskan pengaruh isu sejarah terhadap hubungan bilateral
Jepang dan Korea Selatan di bidang lainnya. Sesuai dengan permasalahan Makalah
ini, yang dapat diusulkan adalah, selain pengakuan formal dan permintaan maaf yang
telah dinyatakan pemerintah Jepang, perlu adanya tindakan nyata dari pemerintah
Jepang, seperti merevisi informasi atau buku-buku sejarah yang mendistorsi fakta
keterlibatan militer Jepang dalam terbentuknya sistem “comfort women”, perlu pula
adanya konsistensi baik dari pemerintah Jepang dan Korea Selatan dalam
menjalankan 76poin-poin yang telah disepakati kedua belah pihak dalam penyelesaian
konflik isu “comfort women”. Hal ini terutama perlu ditekankan kembali saat adanya
pergantian pemerintahan, untuk menghindari isu “comfort women”kembali memanas
dan menghambat kerjasama antar kedua negara, selain itu perlu adanya edukasi bagi
generasi muda baik di Jepang dan Korea Selatan bahwa isu “comfort
women”merupakan bagian dari sejarah Jepang dan Korea Selatan, akan tetapi kedua
negara telah berhasil mencapai kesepakatan dalam menyelesaikan permasalahan
tersebut, dan siap untuk membangun kerjasama kedua negara ke arah yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Sadik,Ramadhan.2018.Pembagian Korea.http://www.andrafarm.co.id/id1/2991-
2888/Pembagian-Korea_34618_andrafarm.html.(diakses tanggal 1 Desember 2020)
Zahir,Malik.2019.Sejarahperang
Korea.https://www.rancah.com/uncategorized/99078/sejarah-perang-korea-1950-
1953/.(diakses tanggal 1 Desember 2020)