MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Intelektual yang dibina oleh
Dosen :
Ibu Umi Hafidah Hakim M,pd.
Disusun oleh :
Willyon Ferrari
NIM 1905166024
Muhammad Nur
Nim 19051660
Muhammad Rizal
Nim 29051660
b. b. Hedonisme
Gagasan Voltaire mengenai kebebasan turut membangun moralitas hedonistik
miliknya. Melalui salah satu puisinya, Voltaire merefleksikan erotisme dan budaya
kebebasan di masa itu. Ia turut berkontribusi bagi filsafat liberalis dan hedonis lewat
selebrasinya terhadap kebebasan moral.
Etika hedonistik yang sama juga mempengaruhi perkembangan ekonomi liberal
selama Era Pencerahan. Perdebatan mengenai kemewahan dan kemakmuran ekonomi
di Prancis menarik perhatian Voltaire. Pada rentang 1730-an, ia menyusun sebuah
puisi berjudul Le mondain yang mendukung hidup duniawi hedonistik sebagai
kekuatan positif bagi masyarakat, dan bukan sebagai unsur yang merusak moralitas
seperti yang dipercayai kaum Kristen tradisionalis. Dalam Essay sur les moeurs ia
juga bergabung dengan sejarawan Abad Pencerahan demi mengapresiasi perdagangan
dalam memajukan kemajuan peradaban. Adam Smith terkenal akan argumen serupa
di lembaga pers yang didirikannya,Wealth of Nations, yang diterbitkan pada tahun
1776. Voltaire tentu saja tidak punya kontribusi besar untuk ilmu ekonomi Smith, tapi
dia memberikan kontribusi pada kampanye filosofis yang lebih luas yang membuat
konsep kebebasan dan moralitas hedonistik menyebar secara luas dan diterima secara
umum.
c. c. Agama
Menurut Voltaire, Agama Alamiah yang memenuhi tuntutan akal ialah ketika orang
mengasihi Allah dan berbuat adil serta berniat baik terhadap sesamanya sebagaimana
terhadap saudaranya sendiri. Tuntutan-tuntutan kesusilaan yang mengenai keadilan
dan kebijakantidak tergantung pada pandangan-pandangan metafisis atau teologis.
Hukum kesusilaan bukanlah suatu keseluruhan peraturan-peraturan yang dibawa
orang sejak lahir melainkan suatu keseluruhan peraturan yang bersifat abadi dan tidak
berubah disegala jaman dan bertempat di mana saja. Isi hukum kesusilaan
adalah:”Hidup seperti yang kamu inginkan telah kamu lakukan pada saat kamu mati
dan berbuatlah terhadap sesamamu seperti yang kamu inginkan ia berbuat
terhadapmu.” Agam mencakup kepastian tentang adanya Allah. Bahwa Allah ada, hal
itu dapat dibela terhadap Ateisme dengan alasan-alasan yang sekali dan semata-mata
bersifat alamiah. Penyusunan alam semesta dan peraturan-peraturan umum dari
kejadian-kejadian alamiah mengajarkan kepada kita adanya pekerja yang tertinggi,
yang menciptakan segalanya, yaitu Allah. Akan tetapi kita tidak tahu apa-apa tentang
hakekat dan sifat-sifat Allah ini. Arti kepercayaan kepada Allah ialah untuk
menjadikan manusia merasa terikat kepada Allah oleh suatu kewajiban untuk
menyembah dan mengasihi-Nya serta mengharapkan balasan yang adil dari-Nya
mengenai kebaikan dan kejahatan, sekalipun kewajiban itu baru diketahuinya secara
samar-samar.
Voltaire mengemukakan bahwa bila manusia ingin merdeka dan terbebas dari dari
kungkungan, ia harus melawan segala bentuk dominasi dan pengaruh agama Kristen
dan gereja. Bagi Voltaire, sumber segala kejahatan dan bencana kemanusiaan di dunia
adalah agama yang terorganisir (the root of all evil in the world was organized
religion). Agamalah yang memaksa manusia untuk mempercayai, absurditas,
keyakinan supranatural yang tidak masuk akal, dan berbuat sesuatu atas nama
kehendak Tuhan. Voltaire percaya bahwa semua agama berakar dari ketakutan
manusia terhadap kekuatan misterius dari alam. Rasa ketakutan ini dimanfaatkan oleh
pendeta yang merasa dirinya telah menemukan Tuhan-pengontrol semua kekuatan itu.
Perintah dan nasihat si pendeta harus dituruti jika manusia ingin selamat.
Voltaire menyerang semua agama, terutama Katolik. Ia menilai Katolik sebagai
agama terburuk dari semua agama wahyu. Teologi dianggap sebagai “logika tanpa
penalaran”.
d. d. Tahayul
Sebagai tokoh penyebar pencerahan, ia mengkritik keberadaan dan kebenaran tahayul.
Orang yang percaya akan tahayul telah timbul dalam paganisme, tahyul ini kemudian
diambil oleh agama Yahudi dan menjangkiti Gereja Kristen sejak Jaman Klasik.
Semua Bapak Gereja, tanpa terkecuali, percaya akan kekuatan ilmu sihir. Gereja
sendiri selalu mengutuk ilmu sihir, namun demikian Gereja tetap percaya akan hal itu.
Gereja tidak mengusir tukang ilmu sihir sebagai orang-orang gila yang sesat jalan,
melainkan sebagai orang-orang yang dalam kenyataannya mengadakan hubungan
dengan setan. Dewasa ini sebagian masyarakat Eropa masih ada yang mempercayai
terhadap keberadaan ilmu sihir. Voltaire, sebagai tokoh yang beraliran Protestan,
menganggap patung suci, pengampunan, semedi, doa-doa bagi orang yang meninggal,
air suci dan semua upacara dari Gereja Roma sebagai kelemahan jiwa yang percaya
akan tahayul. Menurut Voltaire, tahayul mengandung unsur-unsur yang menganggap
pekerjaan yang sia-sia sebagai pekerjaan-pekerjaan yang penting-penting. Masalah
tahayul sampai dewasa ini masih dalam perdebatan. Kita sangat sulit untuk
memberikan definisi atau batas-batas pengertian tahyul. Berbagai pemuka agama,
seperti Uskup dari Canterbury dan Uskup dari Paris percaya akan tahayul. Oleh
karenanya, para jemaat Kristen tidak seorang pun yang sepaham akan apa yang
dimaksudkan dengan pengertian tahayul.
e. e. Sejarah
Pemikiran Voltaire sendiri tentang sejarah, sejarah dipandang sebagai suatu proses
yang membimbing manusia sampai kesempurnaannya, sehingga setiap epos kerja
akan lebih sempurna dari yang dahulu. Maksud dan tujuan sejarah adalah untuk
memperbaiki keadaan manusia berkat akal budi dan menjadikan manusia lebih kurang
bodoh, melainkan lebih baik dan lebih bahagia. Ide ini kemudian diikuti dan
dikembangkan oleh para filsuf generasi berikutnya sebagai faham optimistisme.
Menurut faham ini untuk memperbaiki manusia melalui akal budinya saja. Menurut
Voltaire: manusia adalah baik pada asalnya, haruslah saja diberikan kepadanya
pendidikan dan pengetahuan yang cukup, lalu segala-gala akan beres dan dunia ini
menjadi suatu tempat yang baik dan peperangan di antara Negara masing-masing
tidak ada lagi.
Akal budi manusia yang terpengaruh dan terpelajar dalam prinsip-prinsip ilmu alam
dan pasti selalu berusaha untuk menyelidiki keadaan dan sebab yang boleh membantu
bagi kemajuan dan kemakmuran. Akal budi yang demikian itu memeriksa iklim,
tanah, dan syarat hidup manusia, adat istiadat, pakaian, dan lain-lain untuk mengerti
bagaimana mereka dan untung ruginya untuk umat manusia. Dari pendapat dan
pandangan diperkirakan segala kejadian sejarah, maksudnya untuk mengetahui,
sejauh mana mereka berguna untuk manusia atau manusia menjadi lebih berbahagia
berkat mereka sendiri.
Voltaire melihat sejarah dan institusi sosial dengan masyarakatnya, semata-mata dari
sudut intelektual dan kaum borjuis, sehingga ia mengecam Abad Pertengahan.
Voltaire juga berpendapat Tuhan telah menarik diri dari pengaturan sejarah, mungkin
Tuhan masih mengaturnya, namun tidak ikut campur dalam proses sejarah. Menurut
Voltaire, tujuan dari sejarah itu ditentukan oleh akal manusia, akal berperan
menentukan jalan sejarah. Perkembangan proses sejarah manusia dalam mencapai
kebahagiaan itu ditentukan oleh akal manusia.
Kesimpulan
François-Marie Arouet atau Voltaire merupakan filsuf yang masyhur di Abad
Pencerahan. Voltaire dikenal tulisan filsafatnya yang tajam, dukungan terhadap hak-
hak manusia, dan kebebasan sipil. Pemikiran-pemikiran Voltaire dapat dirangkum
menjadi : (1) Kebebasan, (2) hedonisme, (3) agama, (4) tahayul, dan (5) sejarah.
DAFTAR PUSTAKA