Anda di halaman 1dari 13

PEMIKIRAN VOLTAIRE DAN JEAN JASCQUES ROUSSEAU

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Intelektual yang dibina oleh
Dosen :
Ibu Umi Hafidah Hakim M,pd.

Disusun oleh :
Willyon Ferrari
NIM 1905166024
Muhammad Nur
Nim 19051660
Muhammad Rizal
Nim 29051660

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
KALIMANTAN TIMUR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Historiografi, pada hakikatnya adalah proses penulisan sejarah. Tujuannya
untuk merekonstruksi sejarah. Historiografi adalah proses akhir penelitian sejarah,
setelah heuristik, kritik, dan interpretasi.
Semua ilmu terus mengalami perkembangan. Seiring dengan kebutuhan
manusia, perkembangan ilmu sejalan dengan tuntutan zaman. Sejarah termasuk ilmu,
dan segala perngkat didalamnya terus pula berkembang. Historiografi sebagai salah
satu kajian dalam ilmu sejarah, telah mengalami beberapa perubahan struktur dan
konsep. Secara geohistoris, historiografi Barat terbagi menjadi historiografi Yunani
Kuno ; historiografi Romawi ; historiografi Abad Pertengahan ; historiografi zaman
Renaissance ; dan historiografi Eropa Modern.
Pada Abad Pertengahan, sejarawan lebih menekankan kontinuitas daripada
periodesasi. Mereka cenderung menganggap Abad Pertengahan sebagai kelanjutan
Imperium Romawi. Dua nama tokoh pemikir yang terkemuka pada abad ini adalah
David Hume dan Francis Marie Arouet, atau lebih dikenal dengan nama Voltaire.
Voltaire merupakan tokoh pertama yang sangat piawai dalam penulisan
sejarah baru. Melalui buku berjudul Sejarah Charles XII (terbit 1731), Voltaire
berusaha untuk menerangkan karier Raja Swedia dengan meneliti watak pribadinya.
Ia seorang ahli sejarah yang serius dan berkemampuan sangat baik. Salah satu karya
terpentingnya adalah Essays on the Manners and Spirit of the Nations. Buku ini
berbeda dengan buku sejarah sebelumnya karena dua segi: (1) Eropa hanyalah bagian
kecil dari dunia secara keseluruhan. (2) sejarah kebudayaan itu jauh lebih penting
daripada sejarah politik. Berangkat dari fakta ini, penulis berniat menyajikan studi
kritis atas karya-karya Voltaire agar dapat disimpulkan bagaimana pemikiran
Voltaire.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pemikiran Voltaire?
2. Bagaimana pemikiran Jean Jacques Rousseau
1.3 Tujuan
1.      Memahami pemikiran Voltaire.
2. Memahami Pemikiran Jean Jacques Rousseau
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pemikiran Voltaire
François-Marie Arouet (lahir 21 November 1694 – meninggal 30 Mei 1778
pada umur 83 tahun), lebih dikenal dengan nama penanya Voltaire, adalah penulis dan
filsuf Perancis pada Era Pencerahan. Voltaire dikenal tulisan filsafatnya yang tajam,
dukungan terhadap hak-hak manusia, dan kebebasan sipil, termasuk kebebasan
beragama dan hak mendapatkan pengadilan yang patut (Inggris: fair trial). Ia adalah
pendukung vokal terhadap reformasi sosial walaupun Perancis saat itu menerapkan
aturan sensor ketat dan ancaman hukuman yang keras bagi pelanggarnya. Ia sering
menggunakan karyanya untuk mengkritik dogma gereja dan institusi Perancis pada
saat itu.
Selama Abad Pencerahan, Voltaire termasuk filsuf yang paling masyhur. Ia
menghasilkan banyak sekali karya. Ia peka terhadap gagasan-gagasan yang tersebar di
zamannya. Ia juga pandai mengungkapkan gagasan demi mencapai tujuannya.
Banyak sekali pengetahuan yang ia pelajari, antara lain sastra, sejarah, filsafat,
kesenian, hukum, dan politik. Karena pengetahuannya yang banyak itu, tulisan-tulisan
yang ia hasilkan tidak terlalu dalam.
Karya Voltaire memiliki ciri sebagi berikut:
a.       Kosmopolitan, yaitu pandangannya yang luas dan tidak terikat pada suatu
tempat, bangsa atau suku bangsa tertentu.
b.   Universal, yang berarti membicarakan atau membahas manusia secara umum.
Gambaran manusia menurut kaum rasionalis (yang sekaligus humanis) adalah
bahwa hanya ada satu manusia tanpa perlu membedakan ras maupun
kebudayaannya. Kaum rasionalis juga menghendaki agar seluruh umat
manusia menjalin suatu persaudaraan yang besar.
c.     Tidak disusun secara kronologis, akan tetapi bersifat tematis, yaitu berisi
gambaran gaya hidup atau peradaban manusia yang merupakan trend baru
dalam historiografi Eropa pada waktu itu.
d.  Bahan-bahan yang dipergunakan untuk menyusun karyanya diperoleh dari
karangan atau tulisan-tulisan etnografis, kisah-kisah perjalanan yang dibuat
oleh para petualang penjelajah dunia seperti Marco Polo.

Sehingga pemikiran-pemikiran Voltaire dapat dirangkum menjadi:


a.       a. Kebebasan (liberty)
Bahasan paling utama disini adalah konsepsi Voltaire tentang kebebasan. Gagasan
pokok yang dikemukannya adalah mutlaknya jaminan kebebasan bicara dan
kebebasan pers. Pada 1734, setelah menuai kontroversi lewat philosophiques Lettres,
Voltaire menulis, walau tidak selesai di Cirey, Traité de metaphysique yang
mengeksplorasi kebutuhan akan kebebasan manusia dalam hal filosofis. Tema yang
menjadi pusat diskusi filosofis Eropa pada saat itu. Karya  Voltaire merujuk pada
pemikir seperti Hobbes dan Leibniz seputar materialisme, determinisme, dan tujuan
takdir, juga tokoh-tokoh seperti John Toland dan Anthony Collins. Perdebatan besar
antara Samuel Clarke dan Leibniz atas prinsip-prinsip filsafat alam Newtonian juga
mempengaruhi  Voltaire saat ia berjuang untuk memahami sifat eksistensi manusia
dan etika dalam kosmos dengan prinsip-prinsip rasional dan hukum impersonal.
Voltaire disini  mengambil posisi diantara determinisme ketat materialis rasionalis
dan spiritualisme transenden dan voluntarisme teologi Kristen kontemporer. Bagi
Voltaire, manusia bukanlah mesin deterministik materi dan gerak, dan dengan
demikian berhendak bebas. Tetapi manusia juga makhluk alam yang diatur oleh
hukum-hukum alam tak terhindarkan, yang etikanya seputar  tindakan yang baik dan
buruk ditentukan oleh cahaya iman dalam dirinya. Menurut Voltaire, para pemikir
bisa saja mencapai pemahaman sempurna dan mendapatkan kebebasan tanpa batas
dengan sendirinya. Tetapi karena sebagian besar orang tidak berbekal pengetahuan,
kontrol diri, dan agama yang cukup, merupakan jaminan perlunya keteraturan sosial.

b.      b. Hedonisme
Gagasan Voltaire mengenai kebebasan turut membangun moralitas hedonistik
miliknya. Melalui salah satu puisinya, Voltaire merefleksikan erotisme dan budaya
kebebasan di masa itu. Ia turut berkontribusi bagi filsafat liberalis dan hedonis lewat
selebrasinya terhadap kebebasan moral.
Etika hedonistik yang sama juga mempengaruhi perkembangan ekonomi liberal
selama  Era Pencerahan. Perdebatan mengenai kemewahan dan kemakmuran ekonomi
di Prancis menarik perhatian Voltaire. Pada rentang 1730-an, ia menyusun sebuah
puisi berjudul Le mondain yang mendukung hidup duniawi hedonistik sebagai
kekuatan positif bagi masyarakat, dan bukan sebagai unsur yang merusak moralitas
seperti yang dipercayai kaum Kristen tradisionalis. Dalam Essay sur les moeurs ia
juga bergabung dengan sejarawan Abad Pencerahan demi mengapresiasi perdagangan
dalam memajukan kemajuan peradaban. Adam Smith terkenal akan argumen serupa
di lembaga pers yang didirikannya,Wealth of Nations, yang diterbitkan pada tahun
1776. Voltaire tentu saja tidak punya kontribusi besar untuk ilmu ekonomi Smith, tapi
dia memberikan kontribusi pada kampanye filosofis yang lebih luas yang membuat
konsep kebebasan dan moralitas hedonistik menyebar secara luas dan diterima secara
umum.

c.       c. Agama
Menurut Voltaire, Agama Alamiah yang memenuhi tuntutan akal ialah ketika orang
mengasihi Allah dan berbuat adil serta berniat baik terhadap sesamanya sebagaimana
terhadap saudaranya sendiri. Tuntutan-tuntutan kesusilaan yang mengenai keadilan
dan kebijakantidak tergantung pada pandangan-pandangan metafisis atau teologis.
Hukum kesusilaan bukanlah suatu keseluruhan peraturan-peraturan yang dibawa
orang sejak lahir melainkan suatu keseluruhan peraturan yang bersifat abadi dan tidak
berubah disegala jaman dan bertempat di mana saja. Isi hukum kesusilaan
adalah:”Hidup seperti yang kamu inginkan telah kamu lakukan pada saat kamu mati
dan berbuatlah terhadap sesamamu seperti yang kamu inginkan ia berbuat
terhadapmu.” Agam mencakup kepastian tentang adanya Allah. Bahwa Allah ada, hal
itu dapat dibela terhadap Ateisme dengan alasan-alasan yang sekali dan semata-mata
bersifat alamiah. Penyusunan alam semesta dan peraturan-peraturan umum dari
kejadian-kejadian alamiah mengajarkan kepada kita adanya pekerja yang tertinggi,
yang menciptakan segalanya, yaitu Allah. Akan tetapi kita tidak tahu apa-apa tentang
hakekat dan sifat-sifat Allah ini. Arti kepercayaan kepada Allah ialah untuk
menjadikan manusia merasa terikat kepada Allah oleh suatu kewajiban untuk
menyembah dan mengasihi-Nya serta mengharapkan balasan yang adil dari-Nya
mengenai kebaikan dan kejahatan, sekalipun kewajiban itu baru diketahuinya secara
samar-samar.
Voltaire mengemukakan bahwa bila manusia ingin merdeka dan terbebas dari dari
kungkungan, ia harus melawan segala bentuk dominasi dan pengaruh agama Kristen
dan gereja. Bagi Voltaire, sumber segala kejahatan dan bencana kemanusiaan di dunia
adalah agama yang terorganisir (the root of all evil in the world was organized
religion). Agamalah yang memaksa manusia untuk mempercayai, absurditas,
keyakinan supranatural yang tidak masuk akal, dan berbuat sesuatu atas nama
kehendak Tuhan. Voltaire percaya bahwa semua agama berakar dari ketakutan
manusia terhadap kekuatan misterius dari alam. Rasa ketakutan ini dimanfaatkan oleh
pendeta yang merasa dirinya telah menemukan Tuhan-pengontrol semua kekuatan itu.
Perintah dan nasihat si pendeta harus dituruti jika manusia ingin selamat.
Voltaire menyerang semua agama, terutama Katolik. Ia menilai Katolik sebagai
agama terburuk dari semua agama wahyu. Teologi dianggap sebagai “logika tanpa
penalaran”.

d.     d.  Tahayul
Sebagai tokoh penyebar pencerahan, ia mengkritik keberadaan dan kebenaran tahayul.
Orang yang percaya akan tahayul telah timbul dalam paganisme, tahyul ini kemudian
diambil oleh agama Yahudi dan menjangkiti Gereja Kristen sejak Jaman Klasik.
Semua Bapak Gereja, tanpa terkecuali, percaya akan kekuatan ilmu sihir. Gereja
sendiri selalu mengutuk ilmu sihir, namun demikian Gereja tetap percaya akan hal itu.
Gereja tidak mengusir tukang ilmu sihir sebagai orang-orang gila yang sesat jalan,
melainkan sebagai orang-orang yang dalam kenyataannya mengadakan hubungan
dengan setan. Dewasa ini sebagian masyarakat Eropa masih ada yang mempercayai
terhadap keberadaan ilmu sihir. Voltaire, sebagai tokoh yang beraliran Protestan,
menganggap patung suci, pengampunan, semedi, doa-doa bagi orang yang meninggal,
air suci dan semua upacara dari Gereja Roma sebagai kelemahan jiwa yang percaya
akan tahayul. Menurut Voltaire, tahayul mengandung unsur-unsur yang menganggap
pekerjaan yang sia-sia sebagai pekerjaan-pekerjaan yang penting-penting. Masalah
tahayul sampai dewasa ini masih dalam perdebatan. Kita sangat sulit untuk
memberikan definisi atau batas-batas pengertian tahyul. Berbagai pemuka agama,
seperti Uskup dari Canterbury dan Uskup dari Paris percaya akan tahayul. Oleh
karenanya, para jemaat Kristen tidak seorang pun yang sepaham akan apa yang
dimaksudkan dengan pengertian tahayul.

e.       e. Sejarah
Pemikiran Voltaire sendiri tentang sejarah, sejarah dipandang sebagai suatu proses
yang membimbing manusia sampai kesempurnaannya, sehingga setiap epos kerja
akan lebih sempurna dari yang dahulu. Maksud dan tujuan sejarah adalah untuk
memperbaiki keadaan manusia berkat akal budi dan menjadikan manusia lebih kurang
bodoh, melainkan lebih baik dan lebih bahagia. Ide ini kemudian diikuti dan
dikembangkan oleh para filsuf generasi berikutnya sebagai faham optimistisme.
Menurut faham ini untuk memperbaiki manusia melalui akal budinya saja. Menurut
Voltaire: manusia adalah baik pada asalnya, haruslah saja diberikan kepadanya
pendidikan dan pengetahuan yang cukup, lalu segala-gala akan beres dan dunia ini
menjadi suatu tempat yang baik dan peperangan di antara Negara masing-masing
tidak ada lagi.
Akal budi manusia yang terpengaruh dan terpelajar dalam prinsip-prinsip ilmu alam
dan pasti selalu berusaha untuk menyelidiki keadaan dan sebab yang boleh membantu
bagi kemajuan dan kemakmuran. Akal budi yang demikian itu memeriksa iklim,
tanah, dan syarat hidup manusia, adat istiadat, pakaian, dan lain-lain untuk mengerti
bagaimana mereka dan untung ruginya untuk umat manusia. Dari pendapat dan
pandangan diperkirakan segala kejadian sejarah, maksudnya untuk mengetahui,
sejauh mana mereka berguna untuk manusia atau manusia menjadi lebih berbahagia
berkat mereka sendiri.
Voltaire melihat sejarah dan institusi sosial dengan masyarakatnya, semata-mata dari
sudut intelektual dan kaum borjuis, sehingga ia mengecam Abad Pertengahan.
Voltaire juga berpendapat Tuhan telah menarik diri dari pengaturan sejarah, mungkin
Tuhan masih mengaturnya, namun tidak ikut campur dalam proses sejarah. Menurut
Voltaire, tujuan dari sejarah itu ditentukan oleh akal manusia, akal berperan
menentukan jalan sejarah. Perkembangan proses sejarah manusia dalam mencapai
kebahagiaan itu ditentukan oleh akal manusia.

2.2 Pemikiran Jean Jacques Rousseau


ean Jacques Rousseau lahir di Jenewa, Swiss, pada tanggal 28 Juni 1712. Malang
menimpa, tatkala ibunya hembuskan napas terakhir tak lama sesudah melahirkannya.
Ia diasuh oleh ayahnya yang kemudian yang kemudian menyerahkan Rousseau pada
pamannya, seorang pemuka agama yang kaya. Ia adalah seorang pemikir yang hidup
pada abad pencerahan (the Enlightment Age atau Aufklarung), tatkala Perancis
menjadi salah satu centre of civilization Eropa.7 Kehidupannya tidak pernah tenang
dan dapat dikatakan tidak berhasil, wataknya penuh pertentangan, perasaannya mudah
meledak, dan ia mudah menyerah pada wanita cantik.8 Filsafatnya ekstrim dan
sekaligus luas, walaupun banyak orang mengkritiknya, namun ia mempunyai
pengaruh besar pada filsafat, kesusastraan, pendidikan, politik, bahkan pada
penghayatan di kemudian hari.9Dalam otobiografinya Confession [pengakuan] (1765-
1770) diceritakan; kehidupannya dimasa kecil bersama sang ayah (seorang ahli
arloji), menimbulkan kesan yang sangat mendalam dalam dirinya. Bersama sang
ayah, Rousseau menghabiskan waktu-waktu malam untuk membaca berbagai karya
klasik Plutrach, seorang tokoh pada masa Romawi kuno. Ia sangat mengagumi tokoh
ini dan mempengaruhi dirinya, bahkan baginya ia telah menjadi seorang Romawi
ketika berusia dua belas tahun. Kebiasaan bersama ayahnya tersebut diceritakan;
“Kita biasa membaca bergantian tanpa berhenti, dan menghabiskan sepanjang malam
melakukan kegiatan ini. Kami tidak bisa berhenti hingga buku tersebut habis dibaca.
Kadang ayah saya, mendengar burung swallow mulai berkicau di dini hari, akan
berkata dengan sedikit malu, ayo kita tidur; saya lebih kanak-kanak dari pada
kamu”.107Lihat Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat; Kajian Sejarah
Perkembangan Pemikiran Negara, Masyarakat dan Kekuasaan (Jakarta : Gramedia.
2007),cet.VII, hlm. 238. 8P.A. van der Weij, Filsuf-Filsuf Besar Tentang Manusia,
terj. K. Bertens (Jakarta : Gramedia. 1988), hlm. 81. 9Frans Magnis Suseno, Filsafat
Sebagai Ilmu Kritis (Yogyakarta : Kanisius. 1992), hlm. 75. Lihat juga Suseno, Etika
Politik; Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern (Jakarta : Gramedia. 2003),
cet. VII, hlm. 236. 10The Confession terbit pertama kali tahun 1781. Karya ini
menjelaskan riwayat hidup Rousseau paling komprehensif. Dengan membaca Idrus
Ruslan, Pemikiran Kontrak Sosial Jean Jacques Rousseau.....Al-AdYaN/Vol.VIII,
N0.2/Juli-Desember /2013 21Didikan ayahnya membuat dirinya memiliki kepekaan
perasaan dan jiwa romantis yang tinggi. Ketika dewasa, didikan itu membekas,
Rousseau menjadi seorang romantis. Ia amat mementingkan kepekaan emosi dan
kehalusan jiwa dari pada penalaran logika dan rasionalitas. Kaum romantis membenci
kehidupan modern, industrialisasi kapitalisme yang merusak tatanan hidup
masyarakat tradisional dan kehidupan alamiah. Rousseau merupakan titik balik
gerakan Aufklarung yang berubah dari optimisme menjadi pesimisme.11Rupanya,
nasib buruk masih terus membuntuti: di umur sepuluh tahun ayahnya diusir dan
meninggalkan Jenewa dan hiduplah Rousseau seorang diri. Kemudian Rousseau
sendiri meninggalkan Jenewa tahun 1728 ketika umurnya menginjak enam belas
tahun. Bertahun Rousseau awam seawam-awamnya, tak terkenal namanya
samasekali, berkelana dari satu tempat ke tempat lain, dan bekerja di satu tempat dan
pindah kerja di tempat lain. Di Annecy negeri Savoy, ia berkenalan dengan Madame
de Warens „treats me as a man‟, seorang janda Katolik yang cantik dan kaya yang
sekaligus menjadi guru, pacar dan anaknya.12Terlepas dari hubungan ibu-anak angkat
yang tak lazim tersebut, Madam de Warens amat berjasa membentuk kepribadian dan
watak pemikiran Rousseau. Wanita inilah yang telah membiayai pendidikan
Rousseau, menyediakan perpustakaan pribadinya untuk anak asuhnya itu serta
membentuk Rousseau menjadi penulis yang handal. Pada tahun 1740, ia melarikan
diri lagi dan sampailah ke Paris. Ia berkenalan dengan tokoh-tokoh pencerahan seperti
Diderot dan d‟Alembert, dan juga Voltaire. Penghidupannya diperoleh sebagai
pemain musik dan penulis. Di sela-sela itu dia terlibat percintaan dengan banyak
wanita, antara lain dengan Therese Levasseur yang ujung-ujungnya punya anak di
luar pernikahan yang kesemuanya dimasukkan ke rumah anak yatim piatu. karya ini
kita diajak mengenal kehidupan filosof terkemuka ini dengan segala sisi baik-
buruknya. Lihat Suhelmi, Pemikiran Politik Barat...., hlm. 238-239. 11Henry J.
Schmandt, Filsafat Politik; Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno Sampai Zaman
Modern, terj. Ahmad Baidlowi dan Imam Baihaqi (Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
2002), hlm. 387. 12Suseno, Etika Politik....., hlm. 236. Idrus Ruslan, Pemikiran
Kontrak Sosial Jean Jacques Rousseau.....Al-AdYaN/Vol.VIII, N0.2/Juli-Desember
/2013 22Suatu pengalaman yang mengubah pikirannya dan merupakan semacam
pengalaman turunnya wahyu terjadi pada tahun 1749. Ketika sedang berjalan-jalan, ia
membaca iklam Akademi di Dijon yang mengajak menulis karangan tentang
pertanyaan; apakah kemajuan kesenian dan ilmu pengetahuan membantuk untuk
memurnikan adat-istiadat? Menurut pengakuannya sendiri, ia mendadak melihat suatu
dunia baru, kepalanya menjadi pusing, matanya menjadi silau, ia bagaikan seorang
kerasukan dan menangis tersedu-sedu. Pertanyaan itu merumuskan apa yang sudah
selalu samar-samardirasakan sebagai masalah kehidupannya. Ia menulis karangannya
dengan judul Discours sur les sciences et las arts (bahasan tentang ilmu-ilmu
pengetahuan dan seni) dan mendapat hadiah pertama. Inti jawabannya ialah Tidak!
Kemajuan dalam kesenian dan ilmu pengetahuan tidak memajukan melainkan
merusak kemurnian moral manusia.

Gagasan dari pemikiran Rousseau terbentuknya sebuah negara yakni menghentikan


keadaan masyarakat yang prapolitik/keadaan alamiah adalah keadaan non sosial
menurut Rousseau, dimana manusianya mirip seperti binatang, tanpa akal maupun
bahasa, hidup terpisah dari sesamanya, dan mempunyai sifat yang baik, bukan
masyarakat yang menyenangi peperangan atau kerusakan, penghianatan dan
seterusnya. Oleh karena itu Peperangaan, pengrusakan, penghianataan dan seterusnya
dipahami bukan sebagai gajala alamiah melainkan gejala sosial, dimana peperangan
disebabkan oleh kontruksi sosial dengan mengadanya kesenjangan sosial, karena
menurut Rousseau manusia tidak mungkin sama, baik itu fisik, moral maupun Politik.
Maka dengan begitu perlu adanya sebuah lembaga yang mengatur tatanan kehidupan
masyarakatnya dalam hal ini disebut negara dengan bentuk negara idealnya adalah
Republik yang lebih menekankan pada prinsip kedaulatan rakyat dan kehendak umum
dalam menentukan jalannya pemerintahan (Schmandt, 2005:396).Filsafat politik
Rousseau “cenderung mengagungkan soal perasaan moral dibandingkan cuma soal
akal atau rasio” (Sabine, 1981: 222). Rousseau beranggapan bahwa kebajikan-
kebajikan moral, ada terdapat pada rakyat biasa, dalam bentuk yang murni yang ber-
praxis diantara mereka, antara harapan dan kenyataan. Rakyat biasalah yang
merupakan umat manusia, sumber kekuasaan dan legitimasi para wakil dan
pemimpin. Apa yang tidak bersifat kerakyatan, Yulianto Prasetio, 2012Pemikiran
Jean Jacques Rousseau Dalam Bidang PolitikUniversitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu6 kepentingan elit tertentu, sebaiknya tidak perlu diperhitungkan
dan bila perlu layak dipertanyakan kepatutannya. Semua manusia adalah sama dalam
semua barisan dan lapisan. Barisan atau lapisan terbesarlah yang cukup patut untuk
mendapat kehormatan tertinggi untuk diperhatikan, mendahului yang
tersedikit.Konsep pertama Rousseau tentang negara adalah hukum (law). Rousseau
menyebut setiap negara yang diperintah oleh hukum dengan Republik, entah
bagaimanapun bentuk administrasinya (Husein, 1989: 40). Selanjutnya, badan
legislatif (the legislator) yang “maha tahu” membuat dasar aturan/ hukum namun
sama sekali tidak memiliki kekuasaan memerintah orang. Menurutnya, kekuasaan
legislatif harus di tangan rakyat sedang eksekutif harus berdasar pada kemauan
bersama. Rakyat seluruhnya, dianggap sejajar dengan penguasa manapun,
mengadakan sidang secara periodik dan ini meminggirkan fungsi eksekutif. Oleh
karena itu, keterlibatan masyarakat yang seperti ini sulit terjadi pada kota yang sangat
besar. Rousseau tidak membenarkan adanya persekutuan, termasuk partai yang
menurutnya hanya berujung pada penyelewengan. Selain itu, menurutnya, negara
jangan terlalu besar dan terlalu kecil, karena jarak jauh menyebabkan banyak hal yang
tak dapat dilakukan, telalu kecil tidak dapat membela di
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
François-Marie Arouet atau Voltaire merupakan filsuf yang masyhur di Abad
Pencerahan. Voltaire dikenal tulisan filsafatnya yang tajam, dukungan terhadap hak-
hak manusia, dan kebebasan sipil. Pemikiran-pemikiran Voltaire dapat dirangkum
menjadi : (1) Kebebasan, (2) hedonisme, (3) agama, (4) tahayul, dan (5) sejarah.  
DAFTAR PUSTAKA

Iryana, Wahyu. 2014. Historiografi Barat. Bandung: Humaniora.


Hadiwijono, Harun.1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Yayasan
Ahmad Suhelmi. 2001. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Noer Deliar. 1982. Pemikiran Politik Di Negeri Barat. Jakarta: CV Rajawali
Rousseau, J. J. 1989. Perihal Kontrak Sosial atau Prinsip-rinsip Hukum Politik edisi
Pertama (Terjemahan). Jakarta: PT Dian Rakyat
Soehino. 1998. Ilmu Negara. Yogyakarta: Liberty
http://abstractive-sense.blogspot.com/2010/01/teori-kontrak-sosial-dari-jj-
rousseau.html. diakses Senin, 27 Desember 2010.

Anda mungkin juga menyukai