Anda di halaman 1dari 13

BAHASA, MITOS, SASTRA

(Sejarah & Sastra Giambattista Vico)

Disusun oleh:
Diniyati Misriyah (1155020030)
Laely M. (11550200..)
Ummu Kulsum (1155020112)
Neng Nuraeni (1155020076)

BAHASA & SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB & HUMANIORA
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
BIOGRAFI

Giambattista Vico lahir di Via San Biagio dei Librai, di pusat kota tua
Naples pada 23 Juni 1668. Ia belajar filsafat skolastik dan
yurisprudensi. Dari 1686-1695, Vico bekerja sebagai tutor bagi
keluarga Rocca di Vatolla, sekitar 100 kilometer dari Naples.  Pada
tahun 1699, ia menjadi profesor retorika di Universitas Naples,
posisi yang dipegangnya sampai pada tahun 1741. Pada 1709, Vico
menerbitkan karya besarnya yang pertama On the Study Methods
of Our Time yang merupakan pertahanan pendidikan humanistik.
Hal ini diikuti tahun 1710 dengan karyanya pada metafisika: On the Ancient Wisdom
of the Italians Unearthed From the Origins of the Latin Language. Hal tersebut
bermasud untuk menjadi bagian pertama dari trilogy, termasuk bagian tentang fisik
dan bagian tentang filsafat moral.
...

Selama periode tersebut, Vico mengakui ada empat penulis yang memberinya
pengaruh paling penting, yaitu: Plato, Tacitus, Grotius dan Bacon. Pekerjaan Vico sebagai
profesor retorika terutama untuk mempersiapkan siswa untuk sekolah hukum, namun, dia
ingin dipromosikan ke posisi profesor hukum. Untuk mencapai tujuan tersebut, ia
menerbitkan karyanya terpanjang, dalam tiga jilid, pada tahun 1720-1722, umumnya disebut
sebagai Hukum Universal (Il Diritto Universale). Namun, karena keadaan politik, ia kalah
dalam perebutan posisi tersebut, walaupun memiliki keunggulan dalam kompetisi debat
untuk posisi profesor hukum. Vico kemudian berhenti mengejar posisi profesor hukum dan
mendedikasikan dirinya untuk memberi penjelasan filosofi sendiri.
Untuk menjangkau khalayak yang lebih luas, ia mulai menulis dalam bahasa Italia
bukan Latin. Pada 1725 ia menerbitkan edisi pertama dari karya besarnya, New Science,
namun Vico sebenarnya tidak puas dengan karyanya tersebut, dan pada tahun 1730
menerbitkan edisi kedua yang sangat berbeda. Dia terus merevisi teks sepanjang tahun
kemudian, dan variasi yang diterbitkan pada tahun 1744 dianggap sebagai karyanya yang
utama.
...

Vico mengirim salinan karya-karyanya untuk pemikir berpengaruh di bagian lain


Eropa, dan membuat dampak besar di Venesia. Pada tahun 1725, Vico dihubungi oleh
jurnal Venesia yang akan menerbitkan serangkaian esai yang ditulis oleh para sarjana
tentang kehidupan mereka; ia adalah orang pertama dan satu-satunya penyumbang
tulisan. Dia perbarui esainya beberapa kali dan diterbitkan sebagai autobiografinya.
Vico memiliki pengaruh politik di tahun-tahun berikutnya. Pada 1734 Naples direbut
kembali oleh Spanyol dari Austria yang telah memerintah dari 1704. Raja muda baru
menobatkan Vico sebagai penulis sejarah Naples. Karena faktor kesehatan, anaknya
yang bernama Gennaro mengambil alih posisi profesor retorika pada 1741 dan
Giambattista Vico meninggal pada 1744.
MAGNUM OPUS GIAMBATTISTA VICO:
THE NEW SCIENCE

Giambattista Vico (1668-1744) begitu besar jasanya, terutama dalam


teorinya tentang gerak sejarah ibarat daur cultural spiral yang dimuat dalam
karyanya The New Science (1723) yang telah diterjemahkan Down tahun 1961,
Atau mungkin karena teorinya yang sering diidentikkan dengan teori siklus di
mana nama-nama besar tokoh lainnya seperti Pitirim Sorokin (1889-1966),
Oswald Spengler (1880-1936), Arnold Toynbee (1889-1975), melebihi
bayangan nama besarnya.
Nama filsuf sejarah Italia ini, Giambattista Vico memang jarang dikenal,
padahal jasanya begitu besar, terutama dalam teorinya tentang gerak
sejarah ibarat daur kultural spiral yang dimuat dalam karyanya The New
Science (1723) yang telah diterjemahkan Downs tahun 1961. Atau mungkin
karena teorinya yang sering di identikan dengan teori siklus, dimana nama-
nama besar tokoh lainnya melebihi bayangan nama besarnya.
...

Giambattista Vico sering dikaitkan dengan filsafat sejarah. Ia adalah


orang pertama yang menganggap serius kemungkinan bahwa orang-orang
memiliki skema yang berbeda secara fundamental dari pemikiran di era
sejarah yang berbeda. Dengan demikian, Vico menjadi yang pertama untuk
memetakan perjalanan sejarah yang bergantung pada struktur pemikiran
berubah dari waktu ke waktu.
Untuk menggambarkan perbedaan antara pemikiran modern dan
pemikiran kuno, Vico mengembangkan teori yang luar biasa dari imajinasi.
Teori ini menyebabkan mitos berdasarkan ritual dan imitasi yang akan
menyerupai beberapa teori antropologi abad kedua puluh. Ia juga
mengembangkan lembaga manusia yang kontras tajam dengan sezamannya
dalam teori kontrak sosial. Pemikiran Vico berpusat pada perjuangan kelas
yang mendahului diskusi abad kesembilan belas dan kedua puluh.
...

Vico tidak mencapai ketenaran banyak selama hidupnya atau setelah


wafatnya. Namun demikian, berbagai pemikir penting dipengaruhi oleh
tulisan-tulisan Vico. Beberapa nama yang lebih terkenal dalam daftar ini
adalah Johann Gottfried von Herder, Karl Marx, Samuel Taylor Coleridge,
James Joyce, Benedetto Croce, RG Collingwood dan Max Horkheimer.
Referensi untuk karya Vico dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan yang
lebih kontemporer Jürgen Habermas, Hans-Georg Gadamer, Alasdair
MacIntyre dan banyak lainnya. Jenis filsafat yang dikembangkan oleh
Giambattista Vico ini juga disebut juga filsafat fenomenologi yang selain
ditekuni oleh Vico juga oleh Edmund Husserl.
SEJARAH
In His New Science

Secara makro, pokok-pokok pikiran Vico yang tertuang dalam teori daur
spiralnya dalam The New Science adalah seperti berikut ini:
 Perjalanan sejarah bukanlah seperti roda yang berputar mengitari dirinya
sendiri sehingga memungkinkan seorang filsuf meramalkan terjadinya hal
yang sama pada masa depan.
 Sejarah berputar dalam gerakan spiral yang mendaki dan selalu
memperbaharui diri.
 Masyarakat bergerak melalui fase-fase perkembangan tertentu dan terjalin
erat dengan kemanusiaan yang dicirikan oleh gerak kemajuan dalam tiga
fase yaitu fase teologis,fase herois dan fase humanistis.
 Ide kemajuan adalah substansial, mesti tidak melalui satu perjalanan lurus ke
depan,tetapi bergerak dalam lingkaran-lingkaran historis yang satu sama
lain saling berpengaruh.
...
Menurut Vico, sejarah kemanusiaan bisa diletakkan dibawah interpretasi ilmiah
yang teliti. Ia, dalam karyanya The New Science, berupaya menguraikan sebab-sebab
terjadinya perubahan kultural yang menimpa masyarakat manusia. Akhirnya ia
menyimpulkan bahwa masyarakat manusia melalui fase-fase pertumbuhan,
perkembangan, kehancuran tertentu. Sebab “di antara watak manusia ialah timbulnya
gejala-gejala itu di bawah kondisi-kondisi tertentu dan sesuai dengan sistem-sistem
tertentu. Jadi setiap kali kondisi-kondisi itu terpenuhi, maka gejala-gejala itu pun akan
timbul.”
Selain itu Vico berpendapat bahwa masyarakat-masyarakat manusia melalui
berbagai lingkaran kultural, di mana masyarakat-masyarakat itu beralih dari kehidupan
barbar ke kehidupan berbudaya atas tuntunan Ilahi yang memelihara wujud. Namun
ciri yang dipaparkan teori Vico tentang sejarah ialah keyakinannya bahwa berbagai
aspek kebudayaan suatu masyarakat dalam fase mana pun dari sejarahnya
membentuk pola-pola sama yang saling berkaitan satu sama lainnya secara substansial
dan esensia. Teori Vico ini mempunyai dampak yang jelas terhadap banyak filosof
sejarah setelahnya, seperti Herder, Hegel, dan Karl Marx, semuanya menurut caranya
masing-masing.
...

Dia juga terkenal karena mencatat bahwa verum essesipsum fatum (benar
sendiri adalah fakta atau benar sendiri itu dibuat),sebuah proposisi yang telah
dibaca sebagai contoh awal epistemologi konstruktivisme.
Dengan demikian lingkaran-lingkaran sejarah, menurut Vico, dalam pendakian
yang terus menerus terjalin erat dengan kemanusiaan. Dalam wawasan historis
Vico, ide kemajuan adalah substansial, meski kemajuan ini sendiri tidak melalui
satu perjalanan lurus ke depan tapi bergerak dalam lingkaran-lingkaran historis
yang satu sama lainnya saling melimpahi. Dalam setiap lingkaran, pola-pola budaya
yang berkembang dalam masyarakat, baik agama,politik, seni, sastera, hukum, dan
filsafat saling terjalin secara organis dan internal,sehingga masing-masing
lingkaran itu memiliki corak kultural khususnya yang mengalir ke dalam berbagai
ruang lingkup kulturalnya.Atas dasar itu Vico membagi sejarah kemanusiaan
menjadi tiga fase yang berkesinambungan, yaitu fase teologis, fase herois dan fase
humanistis.
Bahasa-Mitos-Sastra

Pada 1744, di eropa (italia), Giambattista vico, seorang filolog, meperkenalkan


revolusi interpretif berdasarkan pada heroisme filologis. Vico mengungkapkan
bahwa kebenaran sejarah umat manusia adalah “sekumpulan metafora dan
metonimia yang selalu bergerak”. Artinya, sejarah manusia harus terus-menerus
dijelaskan melalui tindak membaca dan interpretasi berdasarkan kata-kata sebagai
manifestasi berdasarkan kenyataan yang tersembunyi. Vico juga menjelaskan
bahwa pengetahuan tentang masa lalu hanya dapat dipahami secara memadai
melalui pandangan para penggagasnya pada masa itu (pompa,2002:xxi). Bagi
dia, mengetahui adalah mengetahui bagaimana sesuatu itu diciptakan, melihatnya
dari perspektif penciptanya. Dengan demikian, Kebenaran adalah apa yang secara
tepat dibuat (verum esse ipsum factum). Adapun pemahamannya dapat dicapai
melalui ekspalanasi filsafat dan filologi. Filsafat mengartikulasikan penjelasan yang
lazim bagi segala pengalaman. Filologi mengikhtisarkan fenomena dunia empiris
yang berasal dari pilihan manusia, seperti bahasa dan adat-istiadat.
...

Berangkat dari konsep verum esse ipsum factum, vico menyatakan bahwa puisi-
puisi Homerus pada dasarnya primitif, barbar, dan puitis. Dalam leksikon pribadi vico,
kata puitis berarti primitif, bersemangat, dan inventif. Hal itu terjadi karena manusia
pada tahap awal tidak dapat berfikir secara rasional, tetapi hanya dapat berfantasi
secara liar dan atraktif. Berdasarkan hal ini, Vico menyangkal sekelompok penafsir
Homerus yang berasumsi bahwa karena Homerus di puja-puja sebagai penyair
agung, ia juga harus bijaksana seperti Plato, Socrates, atau Bacon. Sebaliknya Vico
menunjukan bahwa dalam keliaran dan kebebasannya, jiwa Homerus puitis. Puisi-
puisinya barbar, tidak bijaksana, dan tidak filosofis. Puisi-puisi Homerus penuh
dengan fantasi yang tidak nalar: dewa-dewa melakukan segala hal kecuali kewajiban
kedewataan dan manusia dapat menjadi pemberang serta tidak elegan seperti
Achilles dan Patrocles. Meskipun demikian, puisi-puisi itu pada dasarnya
merepresentasikan kesemestaan imajinatif dan sekaligus menggambarkan dunia
batin masyarakat yunani kuno.
And Finally...

Thank You So Much For Your Best Attention All...

ANY QUESTIONS?

Anda mungkin juga menyukai